• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penambahan Oksigen (O2) Pada Tower EOP Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (ClO2) Pada Tower D1 Di Unit Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penambahan Oksigen (O2) Pada Tower EOP Terhadap Jumlah Pemakaian Klorin Dioksida (ClO2) Pada Tower D1 Di Unit Bleaching Di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O

2

) PADA TOWER E

OP

TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO

2

)

PADA TOWER D

1

DI UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP

LESTARI,Tbk PORSEA.

TUGAS AKHIR

HERDIANUS MANALU

082409002

PROGRAM STUDI DIPLOMA -3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O

2

) PADA TOWER E

OP

TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO

2

)

PADA TOWER D

1

DI UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP

LESTARI,Tbk PORSEA.

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai

gelar Ahli madya

HERDIANUS MANALU

082409002

PROGRAM STUDI DIPLOMA -3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O2)

PADA TOWER EOP TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO2) PADA TOWER D1 DI UNIT BLEACHING DI PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA.

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : HERDIANUS MANALU

Nomor Induk Mahasiswa : 082409002

Program Studi : DIPLOMA TIGA (D3) KIMIA INDUSTRI

Departeman : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2011

Diketahui

Program studi D-3 Kimia Industri FMIPA USU

Ketua Pembimbing

Dra. Emma Zaidar, M.Si Dr. Rumondang Bulan, M.S NIP. 195512181987012001 NIP. 195408301985032001

Diketahui/ disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

(4)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O2) PADA TOWER EOP TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO2) PADA

TOWER D1 DI UNIT BLEACHING DI PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini berjudul PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O2) PADA TOWER EOP TERHADAP JUMLAH PEMAKAIAN KLORIN DIOKSIDA (ClO2) PADA TOWER D1 DI UNIT BLEACHING DI PT. TOBA PULP LESTARI,Tbk PORSEA.

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Selain itu penulis juga mengharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca khususnya mahasiswa jurusan Kimia Industri.

Dalam kesempatan, ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Sutarman, M.sc selaku dekan fakultas MIPA USU yang telah banyak membantu selama penulis menjalani studi

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS. Selaku dosen pembimbing sekaligus ketua departemen kimia yang bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

3. Ibu Dra.Emma Zaidar, MS. Selaku ketua jurusan D3 kimia industri yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

4. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak M. Manalu dan Ibu T. Sitinjak, kakanda, B’Juanda, K’Hotnauli, B’Desman serta adinda, Candi, Sarida, Rahmat. yang penulis sayangi yang telah banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam segala hal baik moril maupun materil dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

5. Buat rekan-rekan satu tim selama PKL, Bernando,Eka, Rohani, Yenni

6. Buat rekan-rekan seperjuangan di Kimia Industri khususnya KIN stambuk 2008

7. Buat karyawan-karyawan di PT.Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea, Pak Suhunan sirait, B’sefliadi, B’Mestika, B’rikson, B’frans serta bapak-bapak yang tidak tersebutkan namanya yang telah bersedia memberikan ilmunya untuk mengajari penulis selama PKL.

8. Buat teman-teman satu kost, B’chaya dll yang ikut berpartisipasi baik itu membantu ataupun mengganggu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini 9. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang mungkin ikut

(6)

Penulis menyadari bahwa cara penulisan karya ilmiah ini serta isinya masih jauh dari sempurna. Maka untuk itu penulis dalam hal ini dengan kerendahan hati sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Akhir kata penulis ucapkan banyak trimakasih yang tidak ternilai harganya kepada semua pihak yang telah mambantu demi selesainya karya ilmiah ini semoga Tuhan membalas budi yang telah diberikan. Harapan penulis semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011 Penulis

(7)

ABSTRAK

Proses Bleaching di PT. Toba Pulp Lestari,Tbk Porsea menggunakan ClO2

sebagai zat untuk menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna pada pulp. Lignin

yang tersisa adalah zat yang paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp,

oleh karea itu harus dihilangkan. Semakin banyak jumlah pemakaian ClO2 pada

proses bleaching, khususnya D1 stage maka brightness yang dihasilkan semakin

tinggi. Pemakaian ClO2 pada pulp harus sesuai dengan lignin yang akan dihilangkan

pada pulp tersebut. Konsentrasi ClO2 yang dikonsumsi tidak terlalu tinggi sehingga

tidak menimbulkan emisi lingkungan. Maka untuk itu, selain untuk mengurangi emisi

lingkungan dan mengurangi jumlah pemakaian ClO2 maka penambahan oksigen perlu

dilakukan disamping juga sebagai pelindung daripada serat selulosa pada pulp.

Standart derajat keputihan pada pulp di D1 stage adalah 88-90% ISO dan konsentrasi

(8)

THE INFLUENCE INCREASING OF O2 AT EOP TOWER TO

CONSUMSTION OF KHLORIN DIOKSIDE (ClO

2

) AT D1 TOWER

UNIT BLEACHING PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA.

ABSTRACT

Bleaching Proses in PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea uses ClO2 as material

bleaching to disappearing or whitening color substance of pulp. Remained lignine is

very dominan substance to make coloring of the pulp, therefore it must be eliminated.

If much more ClO2 uses at bleaching process, specifically at D1 stage, it will make

much more brightness too. The usage of ClO2 at pulp process be equal to the amount

of lignine to be eliminated from the pulp. The concentration is not too high, so it will

not show environment emition. Because of, moreover decrease of environment

emition and decrease consumstion of ClO2 so, increasing of O2 need protect for

sellulosa in pulp. Standart of quality of pulp brightness uses at D1 Stage is 88-90%

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 4

1.3Tujuan 4

1.4Manfaat 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1 Pengertian Kayu 6

2.2 Warna Kayu 6

2.3 Higroskopis 7

2.4 Kadar Air Kayu 7

2.5 Klasifikasi Tumbuhan Berkayu 8

2.6 Penelitian Komponen Kimia 8

2.6.1 Zat-zat Makromolekul 8

2.6.1.1 Selulosa 9

2.6.1.2 Poliosa 11

2.6.1.3 Lignin 11

2.6.1.4 Senyawa Polimer Minor 12

2.6.2 Zat-zat Berat molekul Rendah 12

2.7 metode Pembuatan Pulp 13

2.7.1 Secara Mekanis 13

2.7.2 Secara Semi Kimia 13

2.7.3 Secara Kimia 14

2.8 Kimia Dasar Proses Pemutihan 16

2.8.1 Khlorin Dioksida (ClO2) 19

2.8.2 Tahap Khlorin Dioksida 19

2.8.3 Variabel-variabel Proses Pada Tahap Khlorin Dioksida 20

(10)

BAB 3 BAHAN DAN METODE 27

3.1 Alat 27

3.2 Bahan 27

3.3 Prosedur Percobaan 28

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30

4.1 Hasil 30

4.2 Perhitungan 31

4.3 Pembahasan 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 36

5.1 Kesimpulan 36

5.2 Saran 36

DAFTAR PUSTAKA 37

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Tahap Proses Bleaching 39

Lampiran 2: Diagram Aliran Proses Produksi Pulp 40

(14)

THE INFLUENCE INCREASING OF O2 AT EOP TOWER TO

CONSUMSTION OF KHLORIN DIOKSIDE (ClO

2

) AT D1 TOWER

UNIT BLEACHING PT.TOBA PULP LESTARI, Tbk PORSEA.

ABSTRACT

Bleaching Proses in PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea uses ClO2 as material

bleaching to disappearing or whitening color substance of pulp. Remained lignine is

very dominan substance to make coloring of the pulp, therefore it must be eliminated.

If much more ClO2 uses at bleaching process, specifically at D1 stage, it will make

much more brightness too. The usage of ClO2 at pulp process be equal to the amount

of lignine to be eliminated from the pulp. The concentration is not too high, so it will

not show environment emition. Because of, moreover decrease of environment

emition and decrease consumstion of ClO2 so, increasing of O2 need protect for

sellulosa in pulp. Standart of quality of pulp brightness uses at D1 Stage is 88-90%

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber

daya manusia. Sumber daya alam Indonesia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha

Esa yang memiliki hutan yang luas dengan beraneka ragam jenis tumbuhan di

dalamnya. Semakin berkembangnya teknologi pada saat ini banyak industri-industri

yang beroperasi untuk pembangunan ekonomi jangka panjang yang diarahkan untuk

menciptakan struktur ekonomi dengan titik berat industri yang maju. Salah satunya

adalah industri pulp.

Industri pulp adalah salah satu industri yang memiliki prospek yang cerah

dimasa mendatang. Hal ini didukung dengan adanya sumber daya alam dan sumber

daya manusia serta tersedianya peluang pasar yang cukup besar baik di dalam maupun

luar negeri. Industri pulp dapat dijamin dengan tersedianya bahan baku yang tidak

terputus dengan pengolahan hutan yang tepat dan melihat sifat alami hutan dan kayu

yang dapat diperbaharui.

Tujuan pembangunan industri pulp di Indonesia adalah untuk memenuhi

kebutuhan pulp yang semakin meningkat seiring dengan perkembangan zaman,

pertambahan jumlah penduduk, perkembangan dunia pendidikan dan kemajuan taraf

(16)

pengolahan di dalam negeri. Hal ini diharapkan memberi dampak positif terhadap

perluasan kesempatan berusaha disamping menciptakan tambahan lapangan kerja.

PT.Toba Pulp Lestari merupakan sebuah pabrik kraft pulp yang berlokasi di

Porsea kira-kira kurang lebih 200 km dari kota Medan Sumatera Utara, Indonesia.

Proses pembuatan pulp di PT.TPL dilakukan dengan proses secara kimia (Kraft) yang

terdiri dari beberapa unit pengolahan. Unit Fiber Line merupakan unit yang sangat

penting dalam proses pembuatan pulp yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu :

1. Digester

2. Washing/Screening

3. Bleaching

4. Pulp machine

Proses pemutihan (bleaching) dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan

Kemurnian dari pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan

bahan pewarna yang tersisa dalam pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang

paling dominan untuk menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu harus

dihilangkan atau diputihkan. Tujuan utama proses pemutihan secara umum dapat

diringkas sebagai berikut :

1. Memperbaiki brightness

2. Memperbaiki kemurnian

3. Degredasi serat sellulosa seminimum mungkin

4. Menghilangkan lignin yang masih terkandung di dalam bubur pulp

5. Menjaga kualitas dan kuantitas limbah air

(17)

Lignin pada pulp kelihatan dalam berbagai macam bentuk tergantung kepada

kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin ini sangat reaktif yang berarti

bahwa ini mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti klorin dioksida, peroksida,

magnesium sulfat, oksigen dll. Kemudian molekul lignin terurai menjadi

partikel-partikel yang lebih kecil, yang larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp.

Secara umum standart mutu pulp biasanya diukur dari brightness dan kekuatan

serat pulp tersebut. Brightness yang diinginkan adalah (88-90)% ISO. Untuk mencapai

tingkat brightness tersebut, maka penambahan ClO2 merupakan faktor yang sangat

penting untuk diperhatikan. Jika penambahan ClO2 kurang maka derajat keputihan

dari pulp tersebut tidak mencapai standart sedangkan dengan pemakaian ClO2 yang

berlebih akan mengakibatkan pulp menjadi terang, akan tetapi akan menimbulkan

kerusakan pada serat (fiber) sellulosa manjadi rapuh dan mudah sobek. Disamping

ClO2 sebagai bahan kimia untuk menghilangkan lignin, penambahan oksigen juga

perlu dilakukan dimana fungsi daripada penambahan oksigen ini selain sebagai

pelindung serat sellulosa, juga dapat membantu ClO2 dalam proses penghilangan

lignin sehingga akan mengurangi jumlah pemakaian ClO2.

Berdasarkan pola pemikiran tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil judul :

PENGARUH PENAMBAHAN OKSIGEN (O2) PADA TOWER EOP

(18)

1.2 Permasalahan

ClO2 merupakan gas beracun yang jika dihirup akan menyebabkan pernapasan

terganggu, pusing, dan iritasi pada kulit atau organ-organ tubuh yang sangat mudah

mengikis (korosive), tetapi untuk memperoleh suatu pulp dengan tingkat keputihan

(brightness) yang tinggi dan stabil serta kekuatan serat yang tinggi, maka lignin harus

dihilangkan sebanyak mungkin dari pulp sehingga perlu pemakian klorin dioksida

(ClO2) yang berperan dalam meningkatkan derajat keputihan pulp dengan kekuatan

serat yang tinggi.

Di PT. TPL pemakian O2 pada unit bleaching yaitu pada Eop stage sangat

mempengaruhi jumlah pemakian ClO2 pada D1 stage selain sebagai pelindung dari

serat sellulosa pada pulp juga akan mengurangi jumlah pemakaian ClO2 pada tahap

selanjutnya yaitu tahap D1 maka untuk itu perlu diawasi dan diperhatikan

pemakaiannya.

1.3 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan O2 terhadap jumlah pemakian

ClO2 pada proses bleaching

2. Untuk mengetahui jumlah pemakaian ClO2 pada tahap D1 dan

(19)

1.4 Manfaat

1. Dapat menambah wawasan tentang dunia industri pulp.

2. Dapat mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh pemakaian ClO2 yang

berlebihan pada lingkungan.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kayu

Kayu merupakan hasil hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah

yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu

memiliki sifat sekaligus yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pengertian

kayu disini ialah sesuatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di

hutan yang merupakan bagian dari pohon tersebut setelah diperhitungkan

bagian-bagian mana yang paling banyak dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan

penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar.

2.2 Warna kayu

Ada beraneka macam warna kayu antara lain warna kuning, keputih-putihan, coklat

tua, kehitam-hitaman dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi

warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna sesuatu jenis kayu dipengaruhi oleh

faktor-faktor berikut : tempat didalam batang, umur pohon, kelembapan udara. Kayu

teras umumnya memiliki warna lebih jelas atau lebih gelap daripada warna bagian

kayu yang ada disebelah luar kayu keras, yaitu kayu glubal. Kayu pohon yang lebih

tua dapat lebih gelap dari pohon yang lebih muda dari jenis yang sama.

Kayu yang lama berada diluar dapat lebih gelap, dapat juga lebih pucat

(21)

dipakai adalah warna kayu terasnya. Pada umumnya warna sesuatu jenis kayu

bukanlah warna yang murni, tetapi warna campuran dari beberapa jenis warna.

Kadangkala terdapat satu warna menyolok dengan kombinasi warna-warna lain yang

sukar dipisahkan, contoh kayu yang berwarna putih misalnya kempas renghas. Dan

lain sebagainya.

2.3 Higroskopis

Kayu mempunyai sifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan air atau

kelembaban. Suatu petunjuk bahwa kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh

kelembaban dan suhu udara pada suatu saat. Makin lembab udara disekitarnya akan

makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan

lingkunganya. Kandungan air pada kayu serupa ini dinamakan kandungan air

kesetimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content). Dengan masuknya air

kedalam kayu maka berat kayu akan bertambah. Selanjutnya masuk dan keluarnya air

dari kayu menyebabkan kayu itu basah atau kering. Akibatnya kayu itu akan

mengembang atau menyusut.

2.4 Kadar air Kayu

Kayu bersifat higroskopis artinya kayu memiliki daya tarik terhadap air, baik dalam

bentuk uap maupun cairan. Kemampuan kayu untuk menghisap atau mengeluarkan air

tergantung pada suhu dan kelembaban udara sekelilingnya. Sehingga banyaknya air

(22)

Semua sifat fisika kayu sangat dipengaruhi oleh perubahan kadar air kayu.

Oleh karena itu dalam penggunaan kayu sebagai bahan baku bangunan, perabot dan

lain sebgainya perlu diketahui kandungan kadar air, letak air dalam kayu dan

bagaimana air itu bergerak di dalam kayu ( Dumanauw,J.F.1990).

2.5 Klasifikasi Tumbuhan Berkayu

Kayu dan pohon yang menghasilkannya dibagi kedalam dua kategori kayu keras dan

kayu lunak. Kayu lunak dan kayu keras tidak hanya berbeda dalam hal kenampakan

luarnya saja, tetapi kayu yang dibentuknya juga berbeda dalam struktur dan

morfologinya. Tipe sel jumlah relatif dan penyusunannya berbeda dan perbedaan

pokok adalah bahwa kayu keras mempunyai tipe yang disebut unsur pembuluh. Tipe

sel ini terdapat pada semua kayu keras dan tidak terdapat pada kayu lunak. Secara

insidentil tidak semua kayu keras menghasilkan kayu yang keras dan padat. Meskipun

ada implikasi nama kayu keras dan lunak, banyak kayu lunak menghasilkan lebih

banyak kayu yang lebih keras dan padat daripada kayu yang dihasilkan oleh sebagian

kayu keras. Kayu balsa misalnya kayu teringan di dunia adalah spesies kayu keras

(Haygreen,J.G.1987).

2.6 Penelitian Komponen Kimia

2.6.1 Zat-zat Makromolekul

Sepanjang menyangkut komponen kimia kayu, maka perlu dibedakan antara

(23)

(hemisellulosa) dan lignin,yang terdapat pada semua kayu dan komponen-komponen

miror berat molekul kecil (ekstraktif dan zat-zat mineral) yang biasanya lebih

berkaitan dengan jelas kayu tertentu dalam jenis dan jumlahnya. Perbandingannya dan

komposisi kimia lignin dan poliosa berbeda pada kayu keras dan kayu lunak,

sedangkan sellulosa merupakan komponen yang seragam pada semua kayu.

2.6.1.1 Sellulosa

Selulosa merupakan komponen yang terbesar yang ada pada kayu lunak dan kayu

keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan polimer linear

dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas β- D- glukosa. Karena

sifat-sifat kimia dan fisiknya maupun struktur supramolekulnya maka ia dapat

memenuhi fungsinya sebagai komponen struktur utama dinding sel tumbuhan.

Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman oleh karena itu merupakan bahan

alami yang paling penting yang dibuat oleh organisme hidup. Di dalam kayu selulosa

tidak hanya disertai dengan poliosa dan lignin tetapi juga terikat erat dengannya dan

pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Selulosa yang diisolasi

tetap tidak murni. Untuk tujuan-tujuan analitik cukup menetukan α-selulosa. Untuk

memperoleh selulosa murni 100% dari kayu, α-selulosa harus mengalami perlakuan

intensif lebih lanjut, seperti hidrolisis parsial, pelarutan dan pengendapan dan produk

yang dihasilkan terdiri atas rantai molekul yang pendek. Selulosa merupakan bahan

dasar dari banyak produk teknologi (kertas, film, serat, aditif dan sebagainya) dan

karena itu diisolasi terutama dari kayu dengan proses pembuatan pulp dalam skala

(24)

Dengan menggunakan berbagai bahan kimia dalam pembuatan pulp, dalam

keadaan asam, netral atau alkalis dan tekanan diperoleh pulp dengan sifat-sifat yang

berbeda. Untuk beberapa tujuan pulp harus dimurnikan dengan proses tambahan

pengelantangan. Untuk pembuatan film, serat, dan turunan selulosa dibutuhkan

[image:24.595.99.531.278.561.2]

dengan derajat kemurnian yang tinggi.

Tabel 2.1 adalah menunjukkan kandungan selulosa dengan berbagai bahan tumbuhan

Bahan Tanaman Selulosa (%)

Kapas 95-99

Rami 80-90

Bambu 40-50

Kayu 40-50

Kulit kayu 20-30

Lumut 25-30

Ekor kuda 20-25

Bakteria 20-30

Selulosa terdiri atas unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambung

membentuk rantai molekul. Karena itu selulosa dapat dinyatakan sebagai polimer

glukan dengan struktur rantai yang seragam. Unit-unit terikat dengan ikatan

glikosidik-β. Dua unit glukosa yang berdekatan bersatu dengan mengeliminasi satu

molekul air diantara gugus hidroksil mereka pada karbon 1 dan karbon 4. Kedudukan

β dari gugus OH pada C1 membutuhkan pemutaran unit glukosa berikutnya melalui

(25)
[image:25.595.110.548.83.175.2]

Gambar.2.1 Struktur sellulosa

2.6.1.2 Poliosa (Hemiselulosa)

Poliosa (hemiselulosa) sangat dekat asosiasinya dengan selulosa dan dinding sel. Lima

gula netral, yaitu heksosa-heksosa glukosa, manosa, galaktosa, dan pentosa-pentosa

xilosa dan aribinosa merupakan kunstituen utama poliosa. Sejumlah poliosa

mengandung senyawa tambahan asam uronat. Rantai molekulnya jauh lebih pendek

bila dibandingkan dengan selulosa, dan dalam beberapa senyawa mempunyai rantai

cabang. Kandungan poliosa dalam kayu keras lebih besar daripada dalam kayu lunak

dan komposisi gulanya

2.6.1.3 Lignin

Lignin merupakan komponen makromolekul kayu ketiga. Struktur molekul lignin

sangat berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem

aromatikyang tersusun atas unit-unit fenilpropana. Dalam kayu lunak kandungan

lignin lebih banyak bila dibandingkan dengan kayu keras dan juga terdapat beberapa

perbedaan struktur lignin dalam kayu lunak dan kayu keras. Dari segi morfologi lignin

merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam lamela tengah majemuk ataupun

(26)

komponen terakhir didalam dinding sel, menembus diantara fibril-fibril sehingga

memperkuat dinding sel.

Banyak studi dengan karbon (14C) radioaktif menegaskan bahwa

P-Hidroksisinamil alkohol p-kuomaril alkohol (I), koniferil (II), dan sinapsil

alkohol(III), merupakan senyawa induk (prekursor) primer dan merupakan unit

pembentuk lignin.

2.6.1.4 Senyawa Polimer Minor

Senyawa polimer minor terdapat dalam jumlah yang sedikit sebagai pati dan senyawa

pektin. Sel parenkim kayu mengandung protein sekitar 1%, tetapi terutama terdapat

dalam bagian batang bukan kayu, yaitu kambium dan kulit bagian dalam.

2.6.2 Berat Molekul Rendah

Disamping komponen-komponen dinding sel terdapat sejumlah zat-zat yang disebut

bahan tambahan atau ekstraktif kayu. Zat-zat berat molekul rendah berasal dari

golongan senyawa kimia yang sangat berbeda sehingga sukar untuk membuat sistem

klasifikasi yang jelas tetapi komprehensif. Klasifikasi yang mudah dapat dibuat

dengan membaginya kedalam zat organik dan anorganik. Bahan organik lazim disebut

(27)

2.7 Metode Pembuatan Pulp

2.7.1 Secara Mekanis

Pulp dapat dibuat dari kayu dengan pengolahan secara mekanis tanpa perlakuan kimia.

Proses ini memiliki keunggulaan antara lain memberikan hasil yang tinggi tetapi itu

membutuhkan energi yang lebih besar. Pulp-pulp mekanik lebih banyak diproduksi

dari kayu-kayu lunak . pada proses ini kandungan lignin dan zat-zat lain masih tinggi.

2.7.2 Secara Semi Kimia

Pembuatan pulp secara semi kimia merupakan proses dua tahap yaitu, tahap pertama

serpihan kayu diolah dengan bahan kimia yang tidak terlalu banyak untuk memutus

ikatan intraseluler dengan menghilangkan sebagian hemiselulosa dan lignin,

selanjutnya mengalami perlakuan mekanis untuk memisahkan serat-seratnya. Cara

pembuatan pulp secara semi kimia dilakukan untuk mendapatkan hasil pulp yang

lebih baik, disamping untuk mempertahankan keunggulan sifat pulp yang diperoleh

dengan cara kimia maupun dengan cara mekanis.

Hasil dan kualitas pulp yang diperoleh dengan cara semi kimia terletak

diantara hasil sifat pulp yang diperoleh dengan cara kimia maupun mekanis. Cara

semi kimia ini lebih sesuai untuk bahan baku jenis kayu keras. Hasil pulp yang

(28)

2.7.3 Secara Kimia

Pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp dengan menggunakan

bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian kayu yang tidak

diinginkan, sehingga pulp berkadar selulosa tinggi. Pulp yang dihasilkan mudah

diputihkan dan pada umumnya dilakukan untuk menghasilkan jenis kertas tertentu

seperti tissue, kertas cetak, dan lain-lain.

Ada tiga macam pembuatan pulp secara kimia, yaitu :

1. Proses sulfit

Pembuatan pulp secara proses sulfit menggunakan larutan garam seperti kalsium

sulfit, magnesium sulfit, natrium sulfit dan amonium sulfit sebagai larutan pemasak.

Tahap-tahap yang dilakukan pada proses ini adalah tahap pemasakan, dimana terjadi

pemutusan rantai lignin dan selulosa. Tahap pencucian, dimana terjadi proses

pencucian larutan pemasak yang dibawa dari proses pemasakan.

Tahap Bleaching, dimana terjadi proses pemutihan bubur, untuk meningkatkan

kemurnian dari bubur pulp dan tahap penyaringan adalah untuk membentuk bubur

pulp menjadi lembaran. Dengan proses sulfit bahan baku dapat diputihkan dengan

lebih mudah sehingga dihasilkan kertas berwarna lebih putih dibandingkan dengan

(29)

2. Proses Soda

Proses soda mengunakan NaOH sebagai bahan kimia aktif, dimana larutan NaOH

berfungsi untuk melarutkan lignin, karbohidrat, asam-asam organik, renin, dan

lain-lain , sehingga selulosa terlepas dari ikatannya. Proses ini cocok untuk bahan baku

yang berserat pendek seperti merang, jerami dan lain-lain. Selama proses ini tidak

menggunakan proses sulfur, polusinya tidak akan terlalu besar dan perlu pembuatan

kembali bahan kimia dari buangannya. Pulp yang dihasilkan dari proses ini kurang

kuat, ukurannya pendek dan berwarna coklat tetapi mudah diputihkan. Lama

pemasaknnya sama dengan proses sulfit.

3. Proses Sulfat

Proses sulfat juga dikenal dengan proses kraft. Dalam pemasakan kayu pada proses

sulfat (kraft), digunakan larutan pemasak alkali yaitu, NaOH, Na2S, dan Na2CO3.

Selama proses pemasakan, berat larutan akan hilang dan digantikan oleh larutan

Na2SO4. Kombinasi penggunaan bahan kimia pemasak ini menghasilkan sifat pulp

yang berbeda dari proses sulfit dan proses soda. Setelah terjadi pemasakan akan

terjadi pelepasan serat-serat kayu. Serat-serat kayu serta kotoran-kotoran serta

komponen lainnya akan dipisahkan dengan pencucian dan penyaringan. Cairan

pemasak bebas dari serat yang lazim disebut black liquor ( lindi hitam), dipekatkan

dengan penguapan dan dibakar pada unit pengambilan bahan kimia yang diperoleh

(30)

2.8 Kimia Dasar Proses Pemutihan

Proses pemutihan dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses pemasakan yang

dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari pulp. Hal ini dapat

dicapai dengan cara menghilangkan atau memutihkan bahan pewarna yang tersisa

pada pulp. Lignin yang tersisa adalah suatu zat yang paling dominan untuk

menghasilkan warna pada pulp oleh karena itu harus dihilangkan atau diputihkan.

Lignin pada pulp kelihatan dalam berbagai macam bentuk tergantung kepada

kondisi-kondisi proses pulp yang berlangsung. Lignin ini sangat reaktif yang berarti

bahwa lignin mudah dipengaruhi oleh bahan kimia seperti Khlorin Dioksida,

Peroksida, Magnesium Sulfat, dll. Kemudian molekul lignin terurai menjadi

pertikel-partikel yang lebih kecil, yang larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp.

Variabel-variabel dasar pada proses pemutihan adalah bahan kimia, kekuatan, waktu,

temperatur, dan pH.

Dalam proses pemutihan pulp terdiri dari 4 (empat) tahapan yaitu :

a. Klorinasi (Do stage), reaksi dengan klorin dioksida (ClO2) dalam suasana

asam

b. Ekstraksi Oksidasi (Eop) ekstraksi oksidasi yang diperkuat dengan

penambahan hidrogen peroksida (H2O2)

c. Khlorin Dioksida (D1 stage), reaksi dengan klorin dioksida (ClO2) dalam

suasana asam.

d. Hidrogen Peroksida (D2 stage), reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2)

(31)

a. Tahap Klorinasi

Bubur pulp yang belum diputihkan diencerkan dengan air hingga konsistensinya

menjadi 3,5-4 % dalam storage tank. Kemudian dari tanki ini bubur pulp dipindahkan

ke menara Do. Pada saat pemindahan maka ditambahkan ClO2 sebanyak 14-20

liter/ton pulp. Bila konsistensinya lebih tinggi, harus ditambahkan air/dilusi.

Penambahan pengencer dikontrol dengan menara paralel meter yang didasarkan atas

residu klorin. Lamanya pencampuran berkisar 40-45 menit dengan temperatur

65-70oC dan pH 1,8-2 dan konsistensinya 4-4,5% selanjutnya bubur pulp dicuci dengan

chlorination washer Eop dan bubur pulp yang sudah dicuci dilakukan penambahan

Natrium Hidroksida (NaOH) sebagai pembuat suasana basa. Disini sebagai pencuci

digunakan adalah air sekaligus sebagai pengencer larutan untuk mengurangi

konsistensi, sisa air pencuci ditampung dalam filtrat tank dan bubur pulp yang dicuci

dilewatkan ke proses ekstraksi, brightness 50-65%ISO.

b. Tahap Ekstraksi

Tahap ekstraksi merupakan tahap kedua pada bleaching plant dengan banyak tahapan

dan ini merupakan tahap pemurnian dari tahap klorinasi. Tujuan utama dari alkali

ekstraksi adalah melarutkan komponen-komponen penyebab warna yang

kemungkinan besar larut dalam alkali yang hangat. Sebelum masuk ke menara

ekstraksi, terjadi penambahan hidrogen peroksida (H2O2), diikuti penambahan oksigen

(O2) dengan cara penyuntikan. Proses di menara Eop berlangsung selama 60-70 menit

dengan temperatur 80-85oC serta pH 10,8-11 dengan konsistensi dijaga kira-kira 10%.

(32)

dari menara Eop ke washer Eop yang diikuti dengan dilusi/pengenceran kemudian pulp

dicuci dengan menggunakan filtrat tank washer D1 dan sisa pencucian masuk ke filtrat

tank washer Eop. Brightness yang dihasilkan pada tahap ini yaitu 78-80%ISO.

c. Tahap D1

Setelah melewati washer Eop pulp masuk kedalam HD mixer untuk mencampurkan

steam dengan pulp, kemudian pulp masuk kedalam feed tank dan dilakukan

penambahan klorin dioksida (ClO2) kemudian dihomogenkan di mixer lalu

dipompakan ke tube D1 dan secara over flow pulp akan masuk ke D1 tower. Pada

menara ini pH dijaga 3,5-4,0 dan suhu 75oC serta konsistensi 10%. Kemudian pulp

akan ditarik dengan menggunakan pompa MC menuju washer D1 yang diikuti dengan

dilusi sebelum dilakukan pencucian pada washer D1. Setelah melewati washer D1

temperatur pulp dijaga dengan cara mencampur steam dengan menggunakan HD

mixer. Setelah itu pulp masuk kedalam feed tank selanjutnya menuju menara D2.

Brightness yang dihasilkan pada tahap ini adalah 80-88%ISO.

d. Tahap D2

Sebelum menuju menara D2 terlebih dahulu dilakukan penambahan klorin dioksida

(ClO2) sebagai pemutih terakhir, pulp dari tube D2 akan jatuh secara over flow

kedalam tower D2. Temperatur pada proses ini adalah 75-80oC dan berlangsung pada

pH 3-3,5. Pada menara D2 bubur pulp yang sudah putih dicuci kembali dengan

(33)

pencucian di tampung di dalam filtrat tank D2. Pada tahap ini target brightness yang

harus dicapai adalah 88-90%ISO.

2.8.1 Khlorin Dioksida (ClO2)

Khlorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari proses

pemutihan ini umumnya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan-bahan

berwarna lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang berkualitas sebab ini

memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang bukan selulosa dengan

kerusakan pada selulosa yang minimum. Brightness tinggi yang dihasilkan dengan

khlorin dioksida adalah stabil. Pada bleaching plant, khlorin dioksida digunakan

sebagai gas di dalam air.

2.8.2 Tahap Khlorin Dioksida

Kimiawi Proses Pemutihan Dengan Khlorin Dioksida :

Pada saat pulp diberikan perlakuan Khlorin Dioksida ini bereaksi dengan air dan

komponen-komponen pulp, umumnya lignin dan resin menghasilkan reaksi, Khlorin

Dioksida bereaksi dengan air sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :

2ClO2 + H2O → HClO3 + HClO2

Reaksi ini lambat pada kondisi asam, agak baik pada temperatur tinggi, akan tetapi

kecepatan reaksi meningkat dengan suatu kenaikan terhadap pH 1.

Asam Khlorus tidak reaktif diatas pH 6, akan tetapi menjadi suatu zat pemutih yang

(34)

Bagaimanapun kecepatan reaksi antara khlorin dioksida dan

komponen-komponen pulp adalah lebih cepat. Langkah pertama adalah satu elektron

memindahkan khlorin dioksida yang tereduksi menjadi sebuah ion khlorit dan

mengoksidasi lignin pada pulp.

ClO2 + e- → ClO2

-Selama pH turun dibawah 7,0 ion khlorit bereaksi dengan sebuah ion hydrogen

membentuk asam khlorus pada kesetimbangan reaksi berikut :

ClO2 + H+ → HClO2

Dibawah pH 3, asam khlorus bereaksi lebih cepat, ini disertai reaksi dengan lignin

pada pulp. Sebagian asam khlorus dikonversikan ke asam khlorida yang tidak reaktif

diatas pH 1. Khlorat pada filtrat menunjukkan suatu kehilangan sebagian kekuatan

pengoksidasi dari khlorin dioksida. Kendatipun kehilagan ini khlorin dioksida

merupakan pemutih yang sangat efektif. Menggunakan kondisi-kondisi yang

memperkecil pembentukan khlorat dan sisa-sisa khlorit, (khususnya pH diatas 3,8)

meningkatkan efesiensi terhadap proses pemutihan dengan khlorin dioksida.

2.8.3 Variabel-Variabel Proses Pada Tahap Khlorin Dioksida

1. Pengaruh Temperatur

Khlorin dioksida bereaksi sangat cepat pada temperatur rendah terhadap pulp yang

mengandung sejumlah lignin. Bagaimanapun pada saat sebagian besar lignin telah

dioksidasi, lignin yang tersisa adalah lebih sulit dihilangkan. Untuk mengoksidasi

(35)

yang tinggi harus dipergunakan untuk memperoleh tingkat brightness yang maksimum

dengan jumlah Khlorin Dioksida yang sedikit. Temperatur yang lebih tinggi

brightnessnya lebih tinggi selama penambahan Khlorin Dioksida tidak semuanya

dikonsumsi. Pada batas pertengahan tingkat brightness 60-75 kenaikan brightness

setiap satuan konsumsi khlorin dioksida adalah hampir tetap, tetapi jumlah khlorin

dioksida yang dikonsumsi lebih besar dalam memproduksi suatu penambahan satuan

brightness seperti pencapaian brightness pada tingkat yang lebih tinggi. Dengan dua

tahap khlorin dioksida 88-90% brightness ISO yang dicapai adalah lebih ekonomis.

2. Pengembalian Warna

Salah satu kondisi yang penting selama proses pemutihan dengan khlorin dioksida

adalah sisa khlorin dioksida positif pada saat reaksi telah berakhir. Hal ini dibutuhkan

bukan hanya menghilangkan shives akan tetapi juga untuk menghindari pengembalian

warna. Jika kondisi ini tidak dijaga, pulp kuning akan terjadi, temperatur optimum

untuk tahap khlorin dioksida adalah 70oC. Jika temperaturnya lebih rendah dari ini,

maka khlorin yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk mencapai brightness 88-90%

ISO. Jika temperatur dinaikkan, maka reaksi yang sangat cepat dapat terjadi bahwa

ada suatu resiko terhadap pemakaian khlorin dioksida sebelum reaksi berakhir yang

disertai dengan pengembalian warna.

3. Pemutihan Shives

Untuk memaksimumkan proses pemutihan shive yang lolos dari proses pemutihan dan

(36)

reaksi pada semua tahap. Jika dikehendaki brightness yang rendah, temperatur harus

lebih rendah untuk mengurangi kecepatan pemakaian bahan kimia dan menjaga sisa

bahan kimia. Hal ini sangatlah sulit memperoleh suatu sasaran brightness yang rendah

daripada tinggi, sebab sebagian kecil jumlah ClO2 akan membuat kenaikan yang

berarti terhadap brightness. Untuk pemutihan shive semua tahap harus digunakan

dengan temperatur yang rendah untuk mengurangi kecepatan pemakaian ClO2 dan

menjaga sisa ClO2 pada tahap akhir. Kebersihan maksimum mungkin diberikan pada

suatu brightness yang dapat dicapai dengan menggunakan prosedur operasi ini.

4. Pengaruh Konsistensi

Pengaruh konsistensi terhadap efesiensi proses pemutihan dengan khlorin dioksida

adalah kecil, akan tetapi biaya pemanasan air dari pulp menjadi 70oC membuatnya

setinggi mungkin. Konsistensi yang optimum proses pemutihan untuk pencampuran

khlorin dioksida adalah 11-12%.

5. Pengaruh Pengadukan

Pada saat kondisi-kondisi yang lainnya optimum, perbaikan terhadap brightness

umumnya dihasilkan dengan cara memberikan perbandingan ClO2 terhadap pulp

selama pencampuran. Pencampuran yang lebih baik, derajat brightness yang lebih

tinggi. Perbaikan yang lebih lanjut terhadap brightness adalah lambat sebab ini

tergantung kepada difusi dari bahan kimia melalui air disekeliling serat atau shive.

(37)

seksama, memerlukan waktu tinggal yang lebih singkat untuk mencapai suatu sasaran

brightness.

Perpanjangan waktu akan mempunyai sedikit pengaruh terhadap efesiensi proses

pemutihan, dan beresiko terhadap pemakaian keseluruhan khlorin dioksida, dan

pengembalian warna meningkat.

6. Pengaruh pH

Brightness yang tinggi dapat dicapai dengan dicapai dengan ClO2 yang berakhir pada

batasan pH dari 2 sampai 8. Bagaimanapun sejumlah ClO2 dibutuhkan untuk

mencapai sebagian variasi brightness dengan pH pada saat waktu ,temperatur dan

konsistensi adalah tetap. Pada pH diatas 7 penggunaan ClO2 untuk proses pemutihan

berkurang secara drastis. ClO2 bereaksi dengan semua unsur-unsur pokok dari pulp,

termasuk karbohidrat , dengan cara memindahkan sebuah elektron membentuk sebuah

ion khlorat. Ion-ion khlorit tidak aktif pada pH diatas 7, jadi 80% kekuatan

pengokasidasi ClO2 tinggal yang tidak bereaksi. Kemampuan memilih reaksi dengan

lignin menurun seperti kanaikan terhadap pH diatas 7 manghasilkan oksidasi dari

selulosa dan hemiselulosa dengan kehilanga pada viskositas pulp dan kekuatannya.

7. Waktu Tinggal

Reaksi berlangsung cepat pada mulanya dan kemudian menurun perlahan akan tetapi

penambahan brightness adalah penting kira-kira 4 jam. Suatu waktu tinggal yang

lebih singkat membutuhkan khlorin dioksida yang banyak yang mana ini tidak baik

(38)

8. Pengaruh Kuantitas Penambahan Khlorin Dioksida

Pada awalnya brightness meningkat 0,5% dari khlorin dioksida yang diberiakan pada

pulp penambahan adalah sangat besar akan tetapi diatasnya, keuntungan sangat cepat

berkurang. Untuk sisa yang dikehendaki, sering kali penting mengatur temperatur

untuk penambahan khlorin dioksida yang dibutuhkan (sirait,S.2000).

2.9 Pembuburan Kayu (Pulping)

Pada tahap penyiapan, bahan baku kayu dikirim dari hutan ke pabrik dengan

menggunakan truk logging. Pembongkaran dilakukan dengan alat berat bernama

knuckle boom dan crane raksasa. Kayu dipotong dengan gergaji putar (slasher deck)

lalu dikirim ke tempat pengulitan (debarking drum). Sesudah itu kayu yang tidak

berkulit dibawa ke instlasi berupa pisau (chipper). Kayu terpotong-potong cukup kecil

yang disebut chip. Serpihan ini kemudian dikirim ke tempat penumpukan serpihan,

chip stroge. Serpihan yang ukurannya tidak sesuai dengan ukuran yang dikehendaki

dikembalikan ke chipper untuk disesuaikan. Sementara itu, kulit kayu yang sudah

lepas dari kayunya dikirim ke instlasi pencincangan khusus, pallman chipper, setelah

itu kulit cincangan diteruskan ke instlasi pemasak, boiler yang langsung berfungsi

sebagai bahan bakar pabrik. Dalam seluruh proses ini bahan kimia tidak digunakan

sehingga limbah cairnya hanya berupa air bekas cuci. Limbah cair ini dialirkan ke

instlasi pengolah air limbah (IPAL).

Serpihan dimasukkan ke batch digester dengan menggunakan conveyar,

(39)

pemanas bahan pemasak. Tiap unit memiliki jalur uap pemanas, pelepasan tekanan,

dan jalur pengeluaran hasil masakan.

Pemasakan menggunakan bahan larutan kimia seperti NaOH (Sodium

Hidroksida) dan Na2S (Sodium Sulfida) yang berfungsi untuk memisahkan serat

sellulosa dari bahan organik, cairan yang keluar diolah menghasilkan bahan kimia

dengan daur ulang. Gas-gas dikeluarkan dari tanki pemasak (digester) pada saat

tekanan tinggi sedangkan kondensat yang tercampur dikumpulkan dan dan dialirkan

ke unit pananganan kondensat di evaporator plant. Gas ini juga dapat dikeluarkan

ketika dikeluarkan hasil pemasakan ke blow tank. Hasil pemasakan merupakan serat

yang masih berwarna coklat dan masih mengandung sisa cairan pemasak aktif. Serat

ini masih mengandung mata kayu dan serat-serat yang tidak dikehendaki (reject)

Sisa cairan pemasak dalam cairan dibersihkan dengan menggunakan washer,

sedangkan pemisahan kayu dan reject dipakai screen. Pulp coklat (unbleached pulp)

yang merupakan hasil pencucian kemudian disaring, diputihkan atau dikelantang pada

unit pemutih (bleaching ) yang dilakukan dalam empat tahap. Proses pemutihan

menggunakan zat-zat kimia utamanya ClO2 dan cairan masih tertinggal menjadi

limbah dengan kandungan berbagai bahan kimia berupa organoklorin yang umumnya

beracun. Larutan hasil pencucian bubur pulp di brown stock washer dinamai weak

black liquor yang disaring sebelum dialirkan ke unit pemekatan. Pemekatan dilakukan

dalam 5 unit evaporator plant lamella jenis falling film. Sedangkan larutan yang

terkonsentrasi mengandung 70% solid di bakar dalam sebuah recovery boiler. Uap

(40)

memutar turbin dan menghasilkan listrik dan steam tekanan menengah untuk

pemanasan dalam proses seluruh unit operasi produksi.

Pemutihan bubur dilakukan 4 tahap dengan bahan kimia khlorin dioksida,

ekstraksi caustik soda dan delignifikasi bantuan oksigen serta hidrogen peroksida yang

dilanjutkan dengan 2 tingkat pemutihan dengan khlorin dioksida. Dalam proses

pemutihan, setiap akhir satu langkah dilakukan pencucian untuk meningkatkan

efektifitas pemutihan sebelum bubur kertas yang diputihkan dialirkan ke unit

pengering. Sisa bahan kimia menguap karena panas di unit pencucian, uap diisap

blower dan diarahkan ke sebuah menara penyerap yang berlangsung 2 tahap. Di

menara ini digunakan larutan sodium hidroksida dan diinjeksikan dengan sulfur

dioksida (reduktor) untuk menetralkan sisa bahan kimia berupa klorin dioksida

(oksidator) sehingga gas yang keluar bebas dari unsur gas klorin dioksida. Larutan

green liquor dijernihkan dalam proses pemisahan endapan di reaksikan dengan kapur

tohor (burnt lime) untuk menghasilkan larutan pemasak di white liquor. Endapannya

dipisahkan dan saring lalu dibakar dalam kiln bersama batu kapur untuk memproduksi

kapur tohor guna mengkaustikkan kembali green liquor.

Bubur kertas yang telah diputihkan disimpan didalam sebuah tanki yang

disebut hight density storage tower. Bubur kertas lalu disaring pada unit penyaring da

centri-cleaning sebelum ditempatkan di machine chest untuk selanjutnya dialirkan ke

head box untuk dibentuk menjadi lembaran dan kemudian di press dan dikeringkan

dalam alat pengering. Selanjutnya lembaran bubur kertas dipotong, disusun,

ditimbang, dipadatkan, dibungkus dan diikat dengan kawat, dilabel, dan disimpan.

(41)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Alat Merek

a) Unbleach tank Ahlstrom

b) Pompa stock Ahlstrom

c) Eop,D1 tower FRP

d) Washer tank VM- 4065

e) Filtrat tank FRP

f) HD Mixer V- belt

g) Feed tank Ahlstrom

h) O2 Mixer ROM- 600

i) Pompa dillusi Ahlstrom

j) MC pump Ahlstrom-Kamyr

k) Scrapper Ahlstrom

3.2 Bahan Jumlah

a) Klorin Dioksida (ClO2) 12 – 14 Kg/ton

b) Natrium Hidroksida (NaOH) 120 gpl

c) Hidrogen Peroksida (H2O2) 120 Kg/min

(42)

3.3 Prosedur Pengolahan Pada Tahap Bleaching

a) Bubur pulp dari tahap washing dikumpul dalam unbleach tank dengan

konsistensi 10-12%

b) Kemudian bubur pulp dipompakan kedalam blending tank dengan

menggunakan pompa stock, sebelum dipompakan terlebih dulu di turunkan

konsistensinya hingga 5,5% dengan cara dillusi

c) Sebelum dipompakan kedalam tower Do terlebih dahulu ditambahakan

Klorin Dioksida (ClO2) yang diperoleh dari Chemical Plant dengan terlebih

dahulu di mixer dalam mixer ClO2 dan di dilusi hingga konsistensi menjadi

4,5% dimana air yang digunakan sebagai dilusi diperoleh dari filtrat tank 1.

d) Didalam tower Do terjadi reaksi selama 45 menit dengan suhu 70oC dan

setelah terjadi reaksi maka secara over flow pulp akan jatuh kedalam tank

washer 1 dimana pada tower Do dilengkapi dengan alat scarper yang

yang terdapat pada bagian atas tower dimana fungsi dari scarper ini adalah

untuk membantu mengeluarkan stock encer dari dalam menara dengan

konsistensi 2,5%

e) Sebelum stock jatuh kedalam washer 1 terlebih dulu dilakukan dilusi guna

menurunkan konsistensi stock menjadi 1,2% dengan menggunakan air

pencuci dari washer 1

f) Dilakukan pencucian stock didalam washer 1, dimana sistem kerja dari alat

yaitu dengan menggunakan vakum dan menggunakan air pencuci dari dua

arah yang berlawanan sehingga dengan adanya vakum maka stock akan

tinggal didalam tanki washer dan air pencuci akan jatuh ke bawah dan akan

(43)

air yang digunakan dalam washer 1 di peroleh dari filtrat tank washer ke 2.

g) Kemudian sampel diambil dari washer 1 dan diukur brightnessnya di

laboratorium

h) Kemudian stock yang ada di dalam tank washer masuk kedalam feed tank

sebelum masuk kedalam feed tank, terlebih dulu ditambahkan NaOH yang

berfungsi sebagai pembawa suasana basa dan kemudian masuk kedalam

feed tank

i) Kemudian stock dipompakan menuju tower Eop dengan menggunakan

Mc pump namun pada saat stock di pompakan terjadi penambahan H2O2

dan penambahan oksigen yang ditambahkan dengan cara menyuntikkan

bahan kimia tersebut

j) Setelah stock sampai dalam menara Eop maka terjadi reaksi selama 45 menit

dengan suhu 75oC

k) Setelah terjadi reaksi maka secara over flow dan dengan bantuan

scarper,maka pulp akan jatuh kedalam washer 2 namun sebelum stock

sampai ke washer 2 dilakukan dilusi untuk menurunkan konsistensi dari

2,5% menjadi 1,2%

l) kemudian dilakukan pencucian di dalam washer 2 dimana air yang

digunakan sebagai pencuci diperoleh dari filtrat tank 3 dan air sisa

pencucian di tampung dalam filtrat tank 2.

m) kemudian diambil sampel dari washer 2 untuk diukur brightnessnya di

(44)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

[image:44.595.106.542.339.638.2]

Data percobaan ditunjukkan pada tabel 4.1

Tabel 4.1 : Data pengolahan pada tahap bleaching bulan Januari 2011

No

O2 flow Eop stage (Kg/min)

ClO2D1 flow stage (l/min)

ClO2

consumstion (Kg/ton pulp)

ClO2 Available (gpl)

D1

brightness (% ISO)

Total Produksi (ton/hari)

1 1,1 263,2 14,95 7,8 86,9 520

2 1,2 258,3 14,67 7,8 86,8 520

3 1,3 252,2 14,32 7,8 86,5 520

4 1,4 248,3 14,10 7,8 86,2 520

5 1,5 245,5 13,94 7,8 86,0 520

6 1,6 234,4 13,31 7,8 85,7 520

7 1,7 218,1 12,39 7,8 85,5 520

8 1,9 214,4 12,17 7,8 85,2 520

(45)

4.2 Perhitungan

a. perhitungan jumlah pemakaian ClO2 terhadap produksi pulp

Dimana : aktive Cl2 = 2,63 merupakan ketetapan konstanta

1 hari = 1440 menit

ClO2 available = konsentrasi ClO2

Flow = kecepatan aliran ClO2

Total Produksi = 520 ton/hari

Total pemakaian ClO2

= produksi Total Cl xActive liter gram available xClO hari menit x menit liter

Flow( / ) 1440( / ) 2 ( / ) 2

= 263,2 liter/menit x 1440 menit/hari x 7,8 gram/liter

= 2956262,4 gram/hari

=

1000 / 4 ,

2956262 gram hari

= 2956,2624 kg/hari

=

produksi Total

hari kg/ x 2,63 2624 , 2956 = hari ton x hari kg / 520 2,63 / 2624 , 2956

= 14,95 kg/ton pulp

(46)
[image:46.595.103.533.164.487.2]

b. perhitungan untuk mencari nilai r

Tabel 4.2 : Data korelasi untuk menunjukkan hubungan antara O2 dan ClO2

X Y X2 Y2 XY

1,1 263,2 1,21 69274,24 289,52

1,2 258,3 1,44 66718,89 309,96

1,3 252,2 1,69 63604,84 327,86

1,4 248,3 1,96 61652,89 347,62

1,5 245,5 2,25 60270,25 368,25

1,6 234,4 2,56 54943,36 375,04

1,7 218,1 2,89 47567,61 370,77

1,9 214,4 3,61 45967,36 407,36

2,0 212,3 4,0 45071,29 424,6

∑X=13,7 ∑Y=2146,7 ∑X2

=21,61 ∑Y2=515070,73 ∑XY=3220,98

(47)

b) =

∑ ∑

2 2 x) ( -) x ( n y) ( x) ( -xy) ( n = 2 (13,7) -(21,61) 9 (2146,7) (13,7) -(3220,98) 9 = 187,69 -194,49 29409,79 -82 , 28988 = 8 , 6 97 , 420 − = -61,9073

Y = a + bx

= 322,7589 + (-61,9073)

= 322,7589 – 61,9073

r =

( ) ( )( )

( )

2

( )

2

( )

2

( )

2

y -y n . x -x n y x -Σ Σ Σ Σ Σ Σ Σxy n = 2 (2146,7) -3) 9(515070,7 (13,7) -9(21,61) (2146,7) (13,7) -(3220,98) 9 = 4608320,89 -4635636,57 187,69 -194,49 (2146,7) (13,7) -(3220,98) 9 = 165,2745 x 6076 , 2 29409,79 -82 , 28988 = 96 , 430 97 , 420 − = -0,954

Dari perhitungan nilai r yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan

antara penambahan oksigen dengan jumlah pemakaian ClO2 adalah berbanding

terbalik yaitu semakin banyak jumlah oksigen yang ditambahkan, maka pemakaian

(48)

4.3 Pembahasan

Pada bleaching plant, klorin dioksida digunakan sebagai suatu larutan gas di dalam

air. Reaksi proses pemutihan pada umumnya terjadi antara klorin dioksida dengan

lignin. Lignin dibuat larut dalam air dengan reaksi oksidasi penghancuran

molekul-molekul lignin yang besar.

Klorin dioksida adalah suatu bahan pemutih yang memurnikan pulp dan

memberikan brightness tanpa memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat kekuatannya

namun disamping itu, selain klorin dioksida yang digunakan sebagai bahan pemutih

dalam bleaching plant digunakan juga oksigen, dimana fungsi daripada oksigen adalah

untuk membantu klorin dioksida dalam menghilangkan lignin disamping itu, selain

sebagai pembantu dalam penghilangan lignin oksigen juga berfungsi sebagai

pelindung serat-serat sellulosa yang terkandung pada pulp sehingga pulp yang

dihasilkan memiliki daya tarik yang lebih tinggi. Melihat dari fungsi oksigen sebagai

zat kimia yang ikut berperan dalam penghilangan lignin maka dapat disimpulkan

bahwa oksigen dapat mengurangi jumlah pemakaian klorin dioksida. Namun kendala

yang didapatkan pada lapangan yaitu bahwa harga oksigen jauh lebih mahal

dibandingkan harga klorin dioksida sehingga pemakaian oksigen tidak banyak

digunakan. Tahap pemutihan dengan klorin dioksida menghasilkan brightness pulp

yang tinggi. Keuntungan dari perlakuan ini adalah bahwa klorin dioksida

(49)

Pada akhir perlakuan dengan klorin dioksida, sisa klorin dioksida yang ada

harus ditanggulangi dengan sulfur dioksida atau sodium hidroksida untuk mengurangi

kecepatan korosi terhadap alat pencuci dan alat-alat pendukung lainnya.

Brightness lebih tinggi dihasilkan pada saat sisa klorin dioksida direduksi

menjadi klorin dengan penambahan larutan SO2-, air pada akhir perlakuan dengan

klorin dioksida.

2ClO2 + SO2 + H2O → H2SO4 + 2HCl

Tahap klorin dioksida dengan penambahan sejumlah kecil kaustik diantaranya

akan memutihkan pulp menjadi brightness sebesar 88-99% dengan hampir tidak ada

(50)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa semakin tinggi penggunaan oksigen

(O2) pada tahap Eop stage proses bleaching, maka jumlah pemakaian klorin

dioksida (ClO2) pada tahap D1 akan semakin berkurang.

2. Semakin tinggi jumlah pemakaian ClO2 pada tahap D1 stage proses bleaching,

maka tingkat brightness yang diperoleh akan semakin tinggi. Standart derajat

putih yang diinginkan pada D1 stage adalah 80-88% ISO.

5.2 Saran

a. Untuk mengurangi pemakaian ClO2 yang berlebihan dan pengaruh terhadap

emisi lingkungan maka pemakaian ClO2 harus disesuaikan dengan jumlah

lignin yang ada pada pulp.

b. Limbah padat hasil industri pulp sebaiknya harus dinetralkan terlebih dahulu

kemudian dibuang ke lingkungan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan.

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Dumanauw,J.G. 1990.Mengenal kayu. Yogyakarta: Kanisius.

Eero,S. 1995. Kimia Kayu dan Dasar-Dasar Penggunaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Fengel, D. 1995. Kayu Kimia Ultra Struktur Reaksi. Yogyakarta: Gajah Mada Unversity Press.

Haygreen, J.G. 1987. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar. Yogayakarta: Gajah Mada University Press.

2011 01: 05:50 GMT

Gambar

Tabel 2.1 adalah menunjukkan kandungan selulosa dengan berbagai bahan tumbuhan
Gambar.2.1 Struktur sellulosa
Tabel 4.1 : Data pengolahan pada tahap bleaching bulan Januari 2011
Tabel 4.2 : Data korelasi untuk menunjukkan hubungan antara O2 dan ClO2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun manfaat dari karya ilmiah ini adalah untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang pengaruh pemakaian air pencuci terhadap kandungan soda dalam bubur pulp di washer IV

Khlorin bereaksi dengan lignin secara Oksidasi dan substitusi. Reaksi-reaksi ini mengeluarkan lignin dan oleh karena itu, beberapa akan terlarut dalam tahap Khlorinasi. Khlorin

dan kertas dikarenakan rendeman seratnya yang tinggi (Haygreen,J.G.. Nora Pardede : Pengaruh Penambahan Oksigen Terhadap Derajat Putih Pada Tahap Ekstraksi Oksidasi Di Unit

Pulp ( Bubur keras ) merupakan bahan baku untuk pembuatan kertas, komponen kimia bahan selulosa merupakan komponen penyusun utama, sedangkan komponen lainnya yang berikatan

Dengan adanya penambahan hidrogen peroksida pada proses bleaching maka dapat diperoleh pulp dengan derajat keputihan yang sesuai dengan standar yaitu 89-90% ISO... THE INFLUENCE

Semua pihak kaka/abang alumni D3 Kimia Analis dan Kimia Industri yang telah banyak membantu dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah

Kraft Pulp Dengan Proses Biobleaching Sebelum Chemical Bleaching.. Untuk Mengurangi Pemakaian

Dengan menyusun Tugas Akhir ini, merupakan syarat menuntaskan dan melengkapi program Diploma III Kimia Industri Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas