• Tidak ada hasil yang ditemukan

Madrasah Diniyyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberi tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa

kurang menerima pelajaran agama Islam di sekolahannya. Seiring perubahan zaman, madrasah diniyyah yang dulunya hanya sebagai pendidikan non formal yang diasuh oleh para kyai dan masyarakat di desa, kini menjadi pendidikan yang formal. Dengan perubahan tersebut berubah pula status kelembagaannya, yang dulunya dari jalur luar sekolah yang dikelola penuh oleh masyarakat menjadi sekolah dibawah pembinaan Departemen Agama.

Secara harfiah madrasah diartikan sebagai tempat belajar para pelajar atau tempat untuk memberikan pelajaran. Kata madrasah juga ditemukan dalam bahasa Arab Hebrew atau aramy yang berati membaca dan belajar atau tempat duduk untuk belajar. Dari kedua bahasa tersebut, kata madrasah mempunyai arti yang sama yaitu tempat belajar. jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata madrasah memiliki arti sekolah karena pada mulanya kata sekolah itu sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu school.

Sedangkan madrasah diniyyah dilihat dari stuktur bahasa Arab berasal dari dua kata madrasah dan al-din. Kata madrasah dijadikan nama tempat dari asal kata darosa yang berarti belajar. Jadi madrasah mempunyai makna arti belajar, sedangkan al-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari dua stuktur kata yang dijadikan satu tersebut, maka madrasah diniyyah berarti tempat belajar masalah keagamaan, dalam hal ini agama Islam. Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa madrasah diniyyah adalah lembaga pendidikan Islam yang memberi pendidikan dan pengajaran agama Islam untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama Islam.

Dengan meninjau secara pertumbuhan dan banyaknya aktifitas yang diselenggarakan madrasah diniyyah, maka dapat disimpulkan ciri-ciri madrasah diniyyah adalah sebagai berikut:

1) Madrasah diniyyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal sekolah umum.

2) Madrasah diniyyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat. 3) Madrasah diniyyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.

4) Madrasah diniyyah waktunya relatif singkat, dan para santrinya tidak harus sama.

5) Madrasah diniyyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam-macam. Sistem pendidikan madrasah diniyyah yang ada di pondok pesantren Al-Falah merupakan pelengkap bagi pondok pesantren tersebut, karena pada dasarnya madrasah diniyyah didirikan oleh KH. Masrur dan KH. Abdul Rozak pada tahun 1980 dan disahkan oleh Departemen Agama pada tahun 1991. Madrasah Diniyyah memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan para santrinya tentang pengetahuan agama. Madrasah diniyyah adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk kelompok pendidikan keagamaan jalur luar sekolah yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam, yang di bantu oleh menteri agama.

Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyyah bertujuan untuk:

1) Melayani para pelajar untuk belajar dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. 2) Membina para pelajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap

mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat atau jenjang yang lebih tinggi.

3) Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah umum.

Untuk menumbuh kembangkan ciri-ciri madrasah sebagai satuan pendidikan yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyyah dilengkapi dengan “memberikan bekal kemampuan dasar dan ketrampilan dibidang agama Islam untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi muslim, anggota masyarakat dan warga Negara”.

Dalam program pengajarannya ada bebarapa bidang studi yang diajarkan seperti Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab, dan Praktek Ibadah. Dalam pelajaran Qur’an-Hadits santri diarahkan kepada pemahaman dan penghayatan santri tentang isi yang terkandung dalam Qur’an dan Hadits. Pada pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada santri agar meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman sebagai pedoman berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, Mata pelajaran Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing,

mengembangkan dan membina santri untuk mengetahui, memahami dan menghayati syariat Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk menunjang pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam, dan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa dengan pendekatan yang komunikatif. Dan praktek ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam supaya menjadi pedoman dalam hidupnya.

Kurikulum yang ada di Madrasah Diniyyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan oleh Departemen Agama Pusat Kantor Wilayat atau Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kotamadya atau oleh pengelola kegiatan pendidikan itu sendiri. Prinsip pokoknya yaitu untuk mengembangkan kurikulum tersebut dan tidak menyalahi aturan perundang-undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum dan peraturan pemerintah serta keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan madrasah diniyyah.

Pada dasarnya pendidikan madrasah diniyyah hampir sama dengan pendidikan formal, namun yang membedakan adalah bahwa mata pelajarannya lebih kepada ilmu agama Islam yang mendalam seperti pelajaran Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Ilmu Tajwid, Tauhid, Qiro’ah, Tarih, dan nahwu. Pelaksanaan sekolah madrasah diniyyah di pondok pesantren Al-Falah biasanya di laksanakan hari senin sampai hari jum’at dan setiap sabtu malam dilaksanakan pengajian umum yang diikuti oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Al-Falah (KH Ghozi Harun,09-08-2012).

2. Taman pendidikan Al Qur’an (TPA) Pada Tahun 1980

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) mulai diperkenalkan di dalam lingkungan pondok pesantren pada tahun 1980. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah unit pendidikan non-formal dalam bidang keagamaan yang berbasis komunitas muslim yang menjadikan Al-Qur’an sebagai materi utamanya, dan diselenggararakan dalam suasana yang Indah, Bersih, Rapi, Nyaman, dan Menyenangkan sebagai cerminan nilai simbolis dan filosofis dari kata TAMAN yang dipergunakan. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) bertujuan menyiapkan terbentuknya generasi Qur’ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap Al-Qur’an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal ini ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap Al-Qur’an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya, dan memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara ikhlas dalam kehidupan sehari-hari (Ridlwan Nasir, 2005: 165).

Pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) lebih menekankan pada dimensi akhlak meskipun tidak pula menampikkan dimensi intelektual. Peserta didik atau santriwan-santriwati Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) akan mendapatkan pendampingan yang lebih intensif dibandingkan pendidikan formal di sekolah. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa nyaman dalam belajar sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami, lebih jauh lagi agar lebih mudah diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sistem pembelajaran ini pun telah diadopsi di

sekolah-sekolah Islam terpadu yang mulai banyak berdiri dan berkembang pendidikan yang berbasis Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA).

Pelaksanaan Taman Pendidikan (TPA) di pondok pesantren Al-Falah dilaksanakan setiap senin sore sampai Jum’at sore. Dan kegiatan rutin yang sering dilakukan oleh para santri adalah kegiatan Jum’at sore yang mana kegiatan Jum’at sore adalah kegiatan yang dilakukan di makam sesepuh pondok pesantren Al-Falah. Kegiatan tersebut diantaranya adalah ziarah kubur dan membersihkan makam para sesepuh pondok pesantren. Dalam kegiatan ziarah kubur tersebut pengasuh pondok pesantren memimpin doa dan para santrinya menirukan apa yang dibacakan oleh kyai atau ustad tersebut. Para santri tersebut sangat antusias mengikuti kegiatan jumat sore tersebut, karena kegiatan tersebut adalah kegiatan rutin yang sudah terjadi secara turun-temurun.

Pelajaran yang diajarkan di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang ada di pondok pesantren Al-Falah antara lain: Tadarus Al-Qur’an, Ilmu Tajwid, Hafalan Jus Amma, menulis huruf Al-Qur’an, tarih, Tauhid, Doa, Ibadah. Selain itu juga diajarkan tentang materi Qiro’ah, khot atau kaligrafi, dan kedisiplinan atau akhlak. Materi-materi tersebut adalah materi yang penting untuk diajarkan pada santrinya sehingga dapat menjadi bekal nantinya bila sudah keluar dari pondok pesantren.

Santri-santri yang mengikuti sekolah Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) biasanya adalah dari panti asuhan arri’ayah yang mana panti asuhan tersebut juga berada dalam lingkup pondok pesantren, yang mana pada masa

didirkan panti asuhan tersebut juga bersamaan dengan didirikannya madrasah diniyyah dan taman pendidikan Al-Qur’an. Tujuan didirikan pondok pesantren Al-Falah adalah bertujuan untuk menciptakan kader-kader penerus bangsa yang berdasarkan ajaran Islam dan ajaran yang ada di pondok pesantren tersebut. Selain berasal dari anak panti asuhan arri’ayah santri dari Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) juga berasal dari masyarakat sekitar pondok pesantren.

Dengan revitalisasi, rekonstruksi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) akan mampu memberikan sumbangsihnya demi perbaikan karakter generasi masa depan bangsa menuju yang lebih baik. Begitu pula dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) yang ada di pondok pesantren Al-Falah yang tujuannya untuk menciptakan masyarakat atau generasi muda yang lebih Islami (KH. Ghozi Harun, 18-08-2012).

F. Sistem Pedidikan Non Formal yang ada di Pondok Pesantren Al-Falah

Dokumen terkait