• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Sistem Pengadaan Bahan Pustaka

Pengadaan bahan pustaka di perpustakaan merupakan hal yang sangat penting, sehingga diperlukan hal-hal yang mendukung agar pengadaan bahan pustaka bisa benar-benar terpenuhi dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Ada beberapa sistem yang dapat digunakan dalam mengadakan bahan pustaka. Pengadaan bahan pustaka adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Koleksi yang diadakan suatu perpustakaan hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir agar tidak mengecewakan pengguna yang dilayani.

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:54), sistem pengadaan bahan pustaka di lingkungan perpustakaan dilakukan melalui:

1. Pembelian dan Pelangganan 2. Hadiah atau Sumbangan 3. Tukar menukar

4. Penerbitan Sendiri 5. Titipan

Sedangkan menurut Akbar (2010:4) menyatakan bahwa sistem pengadaan bahan pustaka dapat dilakukan dengan:

1. Pembelian 2. Pemesanan

4. Tukar menukar 5. Penerbitan Sendiri 6. Titipan

2.7.1 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pembelian

Pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian adalah cara yang sangat efektif dan dapat memenuhi kebutuhan pemakai, oleh sebab itu dibutuhkan anggaran keuangan yang memadai sesuai dengan harga buku, dengan pembelian pustakawan bias memilih bahan pustaka yang diinginkan dan cocok untuk para pengguna perpustakaan. Menurut pangaribuan (2009 : 9), Pembelian bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara antara lain:

1. Pembelian Melalui Toko Buku

Pembelian buku secara langsung pada toko buku banyak dilakukan oleh perpustakaan yang memiliki jumlah dana pembelian relatif kecil, baik yang berasal dari sumber dana sendiri maupun dari sumber dana lain yang tidak mempunyai persyaratan pengadaan yang khusus. Kekurangan yang sering ditemukan dalam pembelian buku yang dilakukan melalui toko buku adalah bahwa tidak semua subjek atau judul buku yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku. Disamping itu, tidak semua pesanan buku dari satu buku cenderung menerima pesanan dalam bentuk judul terbatas namun ekslempar daripada banyak judul dengan pemesanan rata-rata satu ekslempar. Keuntungan atau kemudahannya adalah dapat melakukan efisiensi atau penghematan dari segi biaya, waktu, dan tenaga. Cara pemesanan bahan pustaka / buku melalui toko buku yaitu:

a. Setelah diadakan verifikasi, petugas pengadaan mempersiapkan kartu pesanan yang dibuat dengan jumlah rangkap, misalnya dalam rangkap 3 dimana 2 rangkap disusun dalamdaftar pesanan dan 1 rangkap disisipkan dalam katalog. Kartu pesan yang disisipkan dalam katalog akan memudahkan pengecekan lembar permintaan.

b. Buat daftar pesanan yang memuat judul-judul pesanan yang diambil dari

kartu-kartu pesanan diatas, disusun menurut abjad pengarang. Jika dana terbatas, tentukan prioritasnya.

c. Tentukan toko buku terlengkap yang ada di kota dimana perpustakaan

berada.

d. Daftar pesanan yang telah dibuat, diserahkan kepada petugas toko buku

untuk mendapatkan layanan.

e. Lakukan pembayaran (dengan uang tunai atau cek), sebesar jumlah

pembeliannya, dan mintakan bukti pembayaran beserta faktur pembeliannya.

f. Beritahu kepada pemesan, bahwa buku-buku yang dipesan telah datang.

g. Untuk judul buku yang tidak bisa dibeli dari toko tersebut, perlu

2. Pembelian Melalui Penerbit

Pemesanan buku dapat juga dilakukan melalui penerbit, baik itu penerbit dalam negeri atau luar negri. Pemesanan buku secara langsung melalui penerbit biasanya dilakukan jika judul-judul buku yang dibutuhkan benar-benar dikeluarkan oleh penerbit tersebut.

Menurut Pangaribuan ( 2009 : 9), Cara pemesanan buku melalui penerbit yaitu:

a. Tentukan penerbit yang dapat melayani pesanan buku perpustakaan. b. Buatlah daftar pesanan buku-buku yang dikelompokkan menurut

penerbitnya.

c. Kirimkan daftar pesanan kepada penerbit yang dituju untuk diperiksa ketersediaan buku-buku tersebut dan harga satuannya. Kemudian penerbit akan mengirim “proforma invoice” yaitu daftar buku yang dilengkapi daftar harganya.

d. Setelah “invoice” Anda terima, periksa dana yang tersedia. Lakukan pembayaran, dapat dilakukan langsung (jika jarak perpustakaa dengan penerbit dekat), atau dapat dilakukan melalui bank jika lokasi penerbit jauh dari pemesannya.

e. Bukti pembayaran melalui bank harus Anda kirimkan ke penerbit disertai dengan surat pengantar dan “proforma invoice”.

f. Fotokopi dari bukti pembayaran melalui bank harus Anda simpan dengan baik agar Anda dapat membuktikan bahwa pembayaran telah Anda lakukan, jika hal ini diperlukan di kemudian hari.

g. Melalui agen buku (jobber) baik dalam maupun luar negri

3. Pembelian Melalui Agen Buku

Agen buku memperoleh buku-buku dari penerbit dengan potongan harga, dan menyimpannya dalam gudang yang besar, kemudian menjualnya kepada toko buku dan perpustakaan. Agen buku memberika pelayanan yang efisien dan cepat. Pustakawan dapat memesan buku dalam berbagai bentuk cetakan. Agen buku yang besar memiliki buku-buku dari berbagai penerbit, baik itu penerbit dalam negeri maupun penerbit luar negeri.

Menurut Pangaribuan (2009 : 10), Langkah-langkah Pembelian dan Pelangganan bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi bahan perpustakaan yang diusulkan.

2. Mencocokkan usulan dengan bahan perpustakaan yang dimiliki melalui catalog perpustakaan atau pangkalan data perpustakaan.

3. Menerima atau menolak usulan.

4. Membuat daftar pesanan beberapa rangkap menurut kebutuhan. 5. Mengirimkan daftar pesanan.

6. Mengarsipkan satu rangkap daftar pesanan. 7. Membayar pesanan/langganan.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:54), langkah-langkah pembelian dan pelangganan bahan perpustakaan adalah sebagai berikut :

1. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi bahan perpustakaan yang diusulkan.

2. Mencocokkan usulan dengan bahan perpustakaan yang dimiliki melaluikatalog perpustakaan atau pangkalan data perpustakaan.

3. Menerima atau menolak usulan.

4. Membuat daftar pesanan beberapa rangkap menurut kebutuhan. 5. Mengirimkan daftar pesanan.

6. Mengarsipkan satu rangkap daftar pesanan. 7. Membayar pesanan/langganan.

8. Menyusun laporan pembelian dan pelangganan.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:54), Prosedur penerimaan bahan perpustakaan yang dibeli atau dilanggan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa secara teliti bahan perpustakaan yang diterima dan surat pengantarnya.

2. Mencocokkan bahan perpustakaan yang diterima dengan arsip pesanan. 3. Menyisihkan dan mengembalikan bahan perpustakaan yang tidak sesuai

dengan pesanan, cacat, atau rusak disertai dengan permintaan penggantian. 4. Menandatangani tanda terima atau faktur dan mengembalikannya kepada

pengirim.

5. Menandai kepemilikan bahan perpustakaan dengan membubuhkan cap perpustakaan.

6. Membuat berita acara penerimaan.

Dalam melakukan kegiatan pembelian bahan pustaka diperlukan langkah yang sistematis agar pelaksanaan pembelian dapat terlaksanakan dengan benar sehingga tidak terjadi pemborosan dana.

2.7.2 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pemesanan

Pengadaan bahan pustaka melalui pemesanan merupakan proses pengadaan yang dilakukan oleh petugas pengadaan untuk memesan buku yang akan dibeli kepada pihak penerbit atau agen buku.

Menurut Yulia (1994:44) cara pemesanan bahan pustaka yaitu:

1. Petugas pengadaan mempersiapkan kartu pemesanan. Kartu pemesanan dibuat dalam bentuk katalog ini bertujuan untuk memudahkan pengecekan lembaran permintaan.

2. Buat daftar pesanan yang memuat judul-judul pesanan yang diambil dari kartu pesanan yang disusun menurut abjad pengarang.

4. Daftar pesanan yang telah dibuat, diserahkan keoada petugas toko buku untuk mendapat layanan.

5. Lakukan pembayaran (dengan uang tunai atau check), sebesar jumlah pembeliannya, dan mintakan bukti pembayaran serta faktur pembeliannya. 6. Beritahu pada pemesanan, bahwa buku-buku yang telah dipesan telah

datang. Permintaan buku yang oleh satu dan lain hal tidak dapat dilaksanakan pemesanannya juga harus diberitahukan kepada pemesannya. 7. Untuk judul-judul yang tidak dapat dibeli dari toko buku tersebut, perlu

dicarikan pada toko lain yang berada dikota tersebut, atau pada toko buku di kota lain yang terdekat.

Adapun pemesanan bahan pustaka melalui penerbit biasanya hanya dilakukan jika judul-judul yang dibutuhkan benar-benar dikeluarkan oleh penerbit tersebut. Sedangkan pemesanan bahan pustaka melalui agen buku memperoleh buku-buku dari penerbit dengan potongan harga, dan menyimpannya dalam gudang besar, kemudian menjualnya kepada toko buku dan perpustakaan. Agen buku memberikan pelayanan yang efisien dan cepat, pustakawan dapat memessan buku dalam berbagai bentuk cetakan.

2.7.3 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Hadiah

Cara lain untuk menambah koleksi perpustakaan adalah melalui hadiah atau sumbangan. Cara ini memang mudah hanya saja perlu diperhitungkan dalam pengadaan koleksi bahan pustaka hal ini dikarenakan terkadang hadiah yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna atau koleksi sudah kadaluarsa.

Dalam Buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:55), dijelaskan bahwa pengadaan bahan pustaka melalui hadiah dapat diperoleh dengan 2 cara:

1. Hadiah Atas Permintaan

Prosedur perolehan hadiah atas permintaan yaitu:

a. Meyusun daftar bahan perpustakaan yang diperlukan.

b. Mengirimkan surat permohonan bahan perpustakaan hadiah dan setelah bahan perpustakaan lain diterima.

c. Memeriksa dan mencocokan daftar kiriman bahan perpustakaan hadiah dengan surat pengantarnya.

d. Mengirimkan kembali surat pengantar disertai ucapan terima kasih. e. Mengolah bahan perpustakan hadiah yang diterima seperti

2. Hadiah Tidak Atas Permintaan

Prosedur perolehan hadiah tidak atas permintaan yaitu:

a. Meneliti kiriman bahan perpustakaan hadiah dan mencocokkannya dengan surat pengantarnya

b. Memilih bahan perpustakaan hadiah yang dibutuhkan

c. Menyisihkan bahan perpustakaan hadiah yang tidak diperlukan.

2.7.4 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Tukar menukar

Bahan pustaka yang diperoleh melalui tukar menukar mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan koleksi bahan pustaka suatu perpustakaan, karena bahan pustaka tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.

pertukaran bahan pustaka disebagian besar perpustakaan harus dimulai dari keperluan lembaga daripada keinginan untuk mendukung distribusi bahan-bahan ilmiah. Pertukaran biasanya dibuat secara langsung diantara lembaga-lembaga, tanggung jawab untuk pertukaran biasanya dilimpahkan kepada bagian pengadaan. Biasanya tukar menukar dapat dilakukan apabila bahan pustaka tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan pengguna atau jumlah eksemplar yang terlalu banyak.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:55) perpustakaan yang melakukan pertukaran bahan pustaka perlu dilakukan langkah-langkah sebagaiberikut:

1. Mendaftar bahan perpustakaan yang akan dipertukarkan.

2. Mengirimkan daftar penawaran disertai persyaratannya, misalnya biaya pengiriman, dan biaya pengambilan.

3. Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan. 4. Mencatat alamat pemesan.

5. Menyampaikan bahwa perpustakaan yang dipilih oleh perpustakaan atau lembaga yang memesannya.

Dalam Buku Pernik Pustakawan (2009), cara untuk memperoleh bahan pustaka dengan tukar menukar:

1. Perpustakan dengan bahan pustaka/buku lebih (duplikat) yang sudah tidak diperlukan membuat daftar buku tersebut secara alfabetis ataupun klas untuk ditawarkan.

2. Perpustakaan mengirimkan penawaran kepada perpustakaan lain yang diperkirakan memiliki koleksi sesuai dengan bahan pustaka yang ditawarkan.

3. Perpustakaan yang menerima tawaran tersebut, memilih bahan yang sesuai, selanjutnya memilih buku penukar yang sesuai bobotnya serta menyusun daftar bahan pustaka yang akan ditawarkan sebagai bahan

penawarannya melakukan penilaian keseimbangan bahan pertukaran tentang subyek dan bobotnya.

Menurut Basuki (2001 : 39), Kegiatan tukar menukar bahan pustaka antar perpustakaan mempunyai beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku atau tidak tersedia karena alasan lain. Sebagai contoh terutama buku-buku terbitanpemerintah, majalah-majalah dan lain-lainnya yang akan dikirim ke perpustakaan melalui pertukaran.

2. Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.

3. Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan khususnya pada tingkat internasional. Kecuali untuk pertukaran bahan pustaka antar perpustakaan antar informal, banyak program-program pertukaran terbatas pada perpustakaan nasional, perpustakaan khusus dan perpustakaan research (penelitian) yang besar.

2.7.5 Bahan Pustaka Melalui Titipan

Perpustakaan dapat menambah koleksi dengan cara menerima titipan dari lembaga ataupun perorangan. Penerimaan titipan haruslah bahan pustaka yang benar-benar dibutuhkan oleh pengguna dan harus ada kesepakatan diantara pihak yang menitip dengan perpustakaan. Perpustakaan bertanggung jawab penuh atas bahan pustaka yang dititipkan walaupun bahan pustaka tersebut bukan sepenuhnya milik perpustakaan.

Langkah-langkah penerimaan bahan pustaka dengan cara titipan menurut Soetminah (1992: 74), adalah sebagai berikut:

1. Pustaka beserta daftarnya diterima, kemudian dicocokkan dan apabila sudah cocok, pustaka dapat langsung diinventaris dan diproses sampai dapat dipinjamkan.

2. Perpustakaan dan penitip menandatangani surat serah terima yang dilengkapi dengan keterangan, seperti:

a. Pustaka sesuai dengan daftar terlampir dititipkan pada perpustakaan selama jangka waktu ...x...tahun.

b. Pustaka boleh dipinjamkan kepada masyarakat pemakai, maka boleh diperlakukan sama dengan koleksi yang lain.

c. Perpustakaan akan memelihara dan merawat pustaka sebaik –baiknya seperti kol eksi yang sama

d. Apabila ada pustaka rusak, perpustakaan akan memperbaiki. Tetapi apabila hilang, perpustakaan tidak menggantinya.

e. Setelah ketentuan itu disepakati bersama, maka kedua belah pihak menandatanganinya dan masing -masing menyimpan 1 dokumen serah

2.7.6 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Penerbitan Sendiri

Dalam Buku Pedoman Pembinaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1992:19), penerbitan sendiri mencakup:

1. Penerbitan dari lembaga induk tempat perpustakaan berada:

a. Perpustakaan hendaknya dijadikan pusat penyimpanan (depository) semuapenerbitan lembaga itu.

b. Perpustakaan dapat ditunjuk sebagai penyalur dari semua penerbitanlembaga yang bersangkutan.

2. Penerbitan oleh perpustakaan sendiri seperti daftar tambahan koleksi bulletin,manual bibliografi, dan lain-lain.

Penambahan koleksi perpustakaan melalui penerbitan sendiri dapat dilakukan perpustakaan dengan cara menerbitkan terbitan berseri (bulletin), pamphlet, jurnal, indeks, ataupun bibliografi perpustakaan. Dengan adanya penerbitan sendiri pada suatu perpustakaan, maka akan dapat menambah jumlah koleksi perpustakaannya. Koleksi terbitan sendiri ini sngat membantu kelancaran tugas lembaga tersebut, karena bahan jenis ini biasanya tidak ada dipasaran. Sedangkan informasinya sangat penting bagi lembaga ilmiahnya. Untuk melengkapi koleksinya sebaiknya perpustakaan harus menghimpun semua bahan pustaka yang diterbitkan oleh perpustakaan induk dimana perpustakaan itu bernanung.

2.8 Inventarisasi Bahan Pustaka

Menurut Massofa (2008), “ Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan data-data fisik buku kealam sarana pencatatan, yang dapat berupa lembaran lepas, kartu maupun buku, dan sering disebut juga sebagai buku induk. Setiap ekslempar bahan pustaka mempunyai satu nomor induk. Adapun informasi lain yang perlu dicatat dalam buku induk adalah judul, pengarang, asal, nomor induk, bahasa, jumlah eksemplar, judul serta harga”.

Inventarisasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dikerjakan oleh petugas di perpustakaan sebelum bahan pustaka diproses dibagian pengolahan. Adapun tugas bagian inventarisasi adalah menetapkan dan melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah ditetapkan. Pada intinya, kegiatan inventarisasi bahan pustaka itu adalah kegiatan pencatatan semua bahan pustaka milik perpustakaan yang dilakukan oleh petugas perpustakaan atau pustakawan.

1. Mempermudah pustakwan dalam pengadaan bahan pustaka

2. Memudahkan pustakawan untuk mengawasi terhadap koleksi yang dimiliki

3. Memudahkan pustakawan dalam pelaporan tahunan tentang jumlah koleksi yang dimiliki

Dalam pernik pustakawan (2009), Menjelaskan tugas dan wewenang inventarisasi adalah :

1. menetapkan jenis dan jumlah buku inventaris yang diperlukan.

2. menetapkan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventaris serta petunjuk untuk mengisinya.

3. menetapkan dan melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah ditentukan.

4. menetapkan jenis bahan pustaka dalam pemberian tanda kepemilikan perpustakaan dengan stempel tiap bahan pustaka yang diterima.

Kegiatan inventarisasi terutama bertujuan agar perpustakaan dapat mengontrol pemiliknya. Dengan inventarisasi perpustakaan dapat membuat laporan, menyusun statistik dan mengetahui bahan pustaka yang sudah/belum dimiliki.

Menurut Bafdal, Ibrahim (2001:46), Kegiatan yang dilakukan dalam inventarisasi bahan pustaka adalah:

1. Memberi stempel pada buku.

Setiap bahan pustaka yang datang harus diperiksa. Dalam pemeriksaannya hendaknya diteliti nama pengarang, judul karangan, edisi, serta bentuk fisiknya. Setelah selesai diperiksa dan ternyata benar maka setiap bahan pustaka tersebut distempel dengan stempel inventaris perpustakaan.

2. Setiap bahan pustaka yang distempel dengan stempel perpustakaan sebagai tanda pengenal. Yang perlu distempel adalah halaman-halama tertentu, seperti halaman judul, daftar isi bab per bab. Hal ini tergantung kepada kebijakan pustakawannya masing-masing

3. Buku-buku yang telah distempel perpustakaan, perlu juga distempel dengan stempel inventaris yang memuat kolom isian inventaris dan tanggal menginventaris. Biasanya stempel inventaris ini distempelkan dibalik halaman judul

4. Mendaftar bahan pustaka

Bahan-bahan yang telah distempel segera diinventariskan ke dalam buku inventaris. Dalam penginventarisasiannya diusahakan dibagi menurut cara pengadaannya. Bahan pustaka yang diperoleh dari bantuan pemerintah hendaknya diinventariskan dalam buku inventaris bantuan pemerintah. Bahan pustaka yang diperoleh dari hadiah dan sebagainya.

Contoh kepemilikan dan cap inventarisasi

Menurut Pangaribuan (2009: 12-13), Informasi yang dicantumkan pada pencatatan buku induk adalah sebagai berikut:

1. Nomor urut

2. Tanggal penerimaan yaitu : tanggal kapan buku tersebut diterima. Tanggal ini dicantumkan pada setiap ekslempar buku yang diinventarisasi

3. Pengarang, nama pengarang ditulis setelah dibalik terlebih dahulu sebagaimana dilakukan dalam pengatalogan.

4. Judul buku, yaitu judul buku secara keseluruhan namun jika terlalu panjang dapat dipotong tanpa mengurangi arti judul tersebut dengan menambah tiga titk (…)

5. Tempat terbit/penerbit, yaitu tempat kota dimana buku tersebut diterbitkan dan oleh penerbit mana (tulis nama penerbitnya), isi dapat dilihat pada halaman judul

6. Asal/sumber perolehan. Dalam kolom ini dicatat dari mana buku berasal, apakah dari hasil pembelian, hadiah, tukar menukar dan sebagainya

7. Bahasa yang dipakai: Indonesia/Inggris dan lain-lain 8. Nomor inventarisasi/induk

9. Golongan (nomor klasifikasi) kolom ini dicatat setelah buku diproses 10. Keteranga mengenai keadaan buku

Contoh buku induk/inventarisasi

Tgl diterima:……… Asal dari :……… No. induk :……….. Tgl. Inventaris :………

MILIK PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS DHARMAWANGSA

Sumber: Pangaribuan (2009 : 13)

2.9 Jenis Bahan Pustaka

koleksi perpustakaan adalah yang meliputi berbagai format bahan pustaka sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan alternatif para pemakai perpustakaan terhadap media rekam informasi.

Menurut Pangaribuan (2009:2), jenis-jenis bahan pustaka adalah sebagai berikut:

1. Karya cetak 2. Karya non cetak 3. Bentuk mikro

4. Karya dalam bentuk elektronik

2.9.1 Karya Cetak

Menurut Pangaribuan (2009:2), Karya cetak adalah hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, yaitu:

1. Buku

Buku atau dikenal juga dengan istilah monograf adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO, tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya adalah buku teks, buku rujukan, buku fiksi. Biasanya dilengkapi dengan nomor standar internasional, yaitu ISBN (International Standard Book Number)

2. Terbitan Berseri

Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus-menerus dengan jangka waktu terbit tertentu. Untuk jenis terbitan erseri menggunakan nomor standar ISSN ( International Standard Serial Number). 2.9.2 Karya NonCetak No Tgl No ind pengarang Jdl Impresu m Asal Bahasa Jlh No kls ket B H T I E A

Menurut Hastuti (2012), Menyatakan karya noncetak adalah bahan pustaka yang informasinya disampaikan dalam bentuk suara, gambar, teks, dan juga kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut. Istilah lain dari karya ini adalah nonbooks materials (bahan nonbuku), nonprint (bahan noncetak), dan audiovisual materials (bahan pandang dengar). Karya non cetak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Rekaman Suara

Karya ini dituangkan dalam bentuk piringan hitam, pita kaset, dan cakram (disk). Jika dilihat dari segi isi, diantaranya adalah rekaman musik, wawancara, seminar, ceramah, pelajaran bahasa inggris, dan sebagainya 2. Film (gambar hidup) dan Rekaman Video

Film ada dua macam yaitu film yang bersuara dan film yang tidak bersuara. Jika dilihat dari segi fisiknya ada 3 macam yaitu film yang berukuran 18 mm, 16 mm, dan 35 mm. Alat bantu yang digunakan untuk melihatnya adalah proyektor dan layar. Kegunaannya selain bersifat rekreasi juga dipakai untuk pendidikan

3. Rekaman Video

Rekaman vidoe mencakup semua bentuk video, diantaranya yang berbentuk kaset, gulungan, cakram. Alat bantu yang digunakan adalah televisi, komputer, VCR (Video Casette Recorder)

4. Bahan Kartografi

Bahan kartografi adalah semua karya yang merupakan representasi dari bumi, matahari, bulan, planet-planet, dan badan-badan ruang angkasa lainnya. Bahan pustaka ini dapat berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Misalnya peta ruang angkas, atlas, globe, foto udara, dan sebagainya. 5. Bahan Grafika

Bahan grafika adalah bahan pustaka yang harus diproyeksikan, misalnya: a. Filmstrip, yaitu selongsongan film yang memuat gambar dalam urutan

tertentu yang diproyeksikan satu persatu.

b. Slide, yaitu gambar dalam suatu media film atau bahan transparan lain yang harus dilihat dengan bantuan proyektor slide.

c. Transparansi, yaitu selembar bahan transparan yang berisi gambar dan dirancang untuk digunakan dengan overhead projector atau kotak sinar.

2.9.3 Bentuk Mikro

Menurut Siregar (2001:55) menyatakan bahwa, Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan kedalam karya noncetak.

Hal ini disebabkan informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebaginya. Bentuk mikro terdiri dari beberapa macam yaitu:

1. Mikrofilm, bentuk mikro film dalam gulungan film yang berukuran 16 mm dan 35 mm

2. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x 148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.

3. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya berukuran sebesar mikrofis.

Sedangkan menurut Pangaribuan (2009 : 3), “Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film yang tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan dalam bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya”.

Dokumen terkait