• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI

2.5 Sistem pengapian

Fungsi sistem pengapian adalah untuk menghasilkan tegangan tinggi yang diperlukan untuk mengadakan percikan api diantara elektoda busi, sehingga campuran bahan bakar dan udara dapat terbakar walaupun dengan kecepatan yang berubah-ubah. Sistem pengapian ada dua macam yaitu pengapian platina dan sistem pengapian CDI.

36

2.5.1 Sistem Pengapian Platina

Platina atau contact breaker dibuka dan ditutup oleh kam platina (breaker cam) pada sumbu distributor. Ketika kontak ditutup arus mengalir melalui rangkaian rendah (low tension), kemagnetan timbul di koil pengapian, dari koil langsung disalurkan ke busi. Breaker camselanjutnya berputar kembali sehingga platina dalam keadaan terbuka dan demikianlah proses ini dilakukan berulang-ulang.

Gambar 2.16 Skema Sistem Pengapian Platina AC ( sumber: Buku Pedoman Reparasi Honda CB 100, hal: 14-0 )

Sistem pengapian platina ada dua macam yaitu sistem AC dan sistem DC. Perbedaan kedua sistem tersebut terdapat pada sumber arus yang dialirkan ke koil. Pada sistem pengapian platina AC arus dari generator langsung dialirkan ke platina dan koil, sedangkan pada sistem DC arus dari generator dialirkan ke aki melewati penyearah arus atau yang disebut dengan kiprok. Dari aki arus dialirkan ke kutub positip koil dan kutub negatif koil dihubung ke rangkaian platina.

Gambar 2.17Skema Sistem Pengapian Platina DC

2.5.2 Sistem Pengapian CDI

CDI adalah salah satu rangkaian elektronik yang bekerja secara sistematis. Kerja dari CDI tidak berbeda jauh dengan kerja kam platina. Pada rangkaian CDI pembacaan sinyal pembakaran dibantu dengan rangkaian electromagnet atau yang disebut dengan fulser. Fulser ada dua jenis yaitu fulser basah dan fulser kering. Fulser tersebut dibedakan berdasarkan letaknya. Fulser kering digunakan mengikuti rangkaian generator kering (tidak terkena oli). Sedangkan fulser basah digunakan mengikuti rangkaian generator basah (tercelup dalam oli). Kedua fulser tersebut memiliki fungsi yang sama, perbedaannya terdapat pada pelapisan lilitan. Pada fulser kering hanya dilakukan satu kali pelapisan sehingga lilitannya tidak begitu kuat, sedangkan pada fulser basah pelapisan dilakukan dua kali. Fulser basah memang dirancang dengan pelapisan yang kuat agar oli tidak masuk dalam lilitan, karena oli tersebut akan menimbulkan konsleting. Generator kiproks Aki + Koil _ Busi platina

38

CDI ada dua macam yaitu CDI DC dan CDI AC. Kedua CDI tersebut memiliki perbedaan pada sumber arus yang digunakan. Pada CDI DC arus yang digunakan bersumber dari aki, sedangkan pada CDI AC arus yang digunakan bersumber dari generator. Pada rangkaian DCI DC generator yang digunakan sebagai sumber arus pengisian aki (pengecasan aki).

Gambar 2.18Skema Rangkaian CDI AC

Gambar 2.19Skema Rangkaian CDI DC

Generator Fulser CDI DC Koil Busi Aki Pengisian (kiproks) Generator Fulser CDI AC Koil Busi

2.5.3 Koil penyalaan ( Ignition coil)

Pada sistem pengapian, ignition coil berfungsi sebagai alat untuk mempertinggi tegangan listrik dari 12 volt pada baterai menjadi 15.000 sampai 20.000 volt. Untuk dapat mempertinggi tegangan tersebut, pada ignition coilterdapat dua kumparan :

1. Kumparan primer

Kumparan primer berfungsi untuk menciptakan medan magnet pada koil penyalaan agar timbul induksi pada kumparan-kumparannya. Ciri dari kumparan primer adalah kumparan yang memiliki penampang besar dan gulungan yang sedikit.

2. Kumparan sekunder

Kumparan ini berfungsi untuk merubah induksi menjadi tegangan tinggi yang selanjutnya dialirkan ke busi untuk dirubah menjadi percikan api. Ciri kumparan sekunder adalah kumparan yang memiliki penampang kecil dan jumlah gulungan yang sangat banyak.

Gambar 2.20 Koil Penyalaan ( sumber : Daryanto, hal: 97 )

40

2.5.4 Pengontrol waktu (Timing Control)

Tekanan pembakaran dan tenaga yang keluar dari mesin bergantung juga terhadap waktu penyalaan campuran bahan bakar dan udara yang tepat. Mendahului atau terlambat waktu penyalaannya mempengaruhi tenaga yang keluar dari mesin. Penyalaan harus membuat tekanan pembakaran mencapai harga maksimum sesaat setelah piston melewati TMA.

Gambar 2.21Diagram Tekanan Pembakaran ( sumber : Daryanto, hal: 98)

Keterangan :

Garis Menunjukan timing yang tepat, tekanan pembakaran mencapai harga maksimum pada saat mulai langkah kerja. Garis ++++++++++ Menunjukan waktu penyalaan yang mendahului, tekanan

pembakaran maksimum sebelum piston melakukan langkah kerja

Garis - - - Menunjukkan penyalaan terlambat, penyalaan terjadi pada saat piston telah bergerak ke bawah, volume ruang bakar

menjadi besar, sehingga tekanan pembakaran menjadi rendah

Pembakaran terjadi pada waktu tertentu, jika tekanan pembakaran yang maksimum terjadi segera melewati TMA maka penyalaan harus terjadi lebih dulu pada putaran yang cepat. Piston akan bergerak lebih cepat bila kecepatan motor bertambah dan waktu penyalaan juga berubah.

2.5.5 Vakum Advancer

Vakum advancer berfungsi untuk memaju-mundurkan saat pengapian sesuai yang berhubungan dengan besarnya putaran mesin dan beban mesin. Pada saat mesin berputar dengan sebagian katup dibuka dan dengan beban rendah, maka efisiensi volume bensin menjadi rendah akibatnya pada tabung inlet terjadi vakum yang tinggi, campuran kurus bahan bakar sehingga lambat terbakarnya. Karena itu penyalaan didahulukan. Pada saat mesin pada putaran idle atau stasioner dan posisi katup terbuka penuh, vakum menjadi rendah sekali, sehingga pengatur vakum tidak bekerja. Pada rangkaian CDI kerja Vakum Advencer digantikan oleh kerja pematik fulser.

Gambar 2.22 Sistem Pengapian Platina ( sumber: Buku Pedoman Reparasi Honda CB 100, hal: 3-6 )

42

2.5.6 Busi

Fungsi busi adalah menghantarkan arus pengapian keruang bakar, melalui sebuah elektroda untuk menghasilkan percikan api. Tekanan yang tinggi, temperatur tinggi, dan tegangan yang tinggi berpengaruh terhadap kinerja busi. Arus pengapian mengalir melalui elektroda pusat dimana api melompat ke sisi lain yang dihubungkan ke badan busi. Elektroda busi dibuat dari paduan nikel yang tahan terhadap temperatur tinggi. Pada busi-busi special bahan elektrodanya dari platina. Jarak antar elektroda busi berpengaruh terhadap api yang dihasilkan. Jarak elektroda yang terlalu lebar menyebabkan mesin sukar distarter, sedangkan jarak elektroda yang sempit menyulitkan pada waktu putaran stasioner dan dipercepat.

Gambar 2.23 Busi dan bagian-bagiannya ( sumber : Daryanto, hal: 102 )

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PERHITUNGAN

Dokumen terkait