• Tidak ada hasil yang ditemukan

Motor Bensin 4 Langkah 100cc Dengan Modifikasi Sistem Pengapian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Motor Bensin 4 Langkah 100cc Dengan Modifikasi Sistem Pengapian"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1

Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin

Diajukan oleh : Emmanuel Ratna Krisnadi

015214074 Kepada

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

▸ Baca selengkapnya: jalur pengapian mio m3

(2)

ii

100cc Four Stroke Gasoline Engine

with Ignition Modification

Final Project

Presented as particial fulfillment of the requirement As to the Sarjana Teknik Degree

In Mechanical Engineering

By

Emmanuel Ratna Krisnadi Student Number : 015214074

To :

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SAINS AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, 26 Januari 2008

(6)

vi

HALAMAN MOTTO

“Kesuksesan Anda hanya dibatasi oleh imajinasi

dan kerja keras Anda.”

- Mark Hughes

“Imajinasi jauh lebih penting daripada

pengetahuan.”

- Albert Einstein

“Tantangan dari kepemimpinan adalah menjadi

kuat, bukan menjadi kasar;

menjadi baik, bukan lemah;

menjadi berani, bukan penggertak;

menjadi berpikir, tapi bukan malas;

menjadi rendah hati, tapi bukan takut;

menjadi bangga, tapi bukan sombong; mempunyai

humor, tapi tanpa kebodohan.”

- Jim Rohn

“Meminta bantuan kepada orang lain bukan tanda

kelamahan, melainkan kecerdikan.”

(7)

vii

simply to:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu

memberi kasih, kekuatan, dan membentuk hidupku

menjadi lebih indah. Ajarilah aku untuk selalu

bersyukur atas semua itu.

Bapak dan ibu, terima kasih untuk doa, dukungan

dan kasih sayang serta perhatian Bapak dan Ibu.

Kakakku dan adikku terima kasih atas semua

sayang yang telah mewarnai hari-hari di rumah.

Yang paling spesial di Ati sudah lama kita bersama

walau kita nggak akan pernah tahu akan dibawa

kemana “kita” nanti, tapi Tuhan akan memberikan

yang terbaik bagi kita berdua.LUVU…

Almamaterku

Teknik

Mesin

Sanata

Dharma,

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhanku Yesus Kristus atas berkat rahmat dan kasih karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Motor Bensin 100cc dengan Modifikasi Sistem Pengapian”

Penulisan Tugas Akhir ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang terlihat secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih secara khusus kepada:

1. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Ir. Greg. Heliarko, SJ., SS., B.ST., MA., M.SC yang telah mendukung pembuatan tugas akhir ini dan membimbing saya hingga dapat menyelesaikan studi.

2. Budi Setyahandana S.T., M.T., yang telah bersedia menjadi pembimbing akademik saya selama ini.

3. Dosen pembimbing pertama tugas akhir, Yosef Agung Cahyanta S.T., M.T. yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

(9)

ix mengajarkan banyak hal kepada saya.

6. Sekretariat Program Studi Teknik Mesin yang telah membantu selama saya menjadi mahasiswa.

7. Paulus Ngadiyono dan Veronica Sri Yuliati, tanpa bapak dan ibu saya tidak bisa menyelesaikan tugas akhir ini, doa dan dukungan bapak dan ibu sudah membuahkan hasil.

8. Teman- Semua teman-temanku yang lain yang tidak dapat kusebut namanya dan juga seluruh teman-teman Teknik Mesin angkatan’01.

Penulis merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi peningkatan dalam penelitian selanjutnya. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih.

(10)

x INTISARI

Pada penelitian ini digunakan sistem pengapian CDI sebagai sumber tegangan yang digunakan sebagai sarana pembakaran bahan bakar pada mesin bensin 100cc. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi jika penggantian sistem pengapian dilakukan. Yang meliputi : perbandingan unjuk kerja mesin dari motor sandar dan motor modifikasi, konsumsi bahan bakar tiap mesin.

Pengujian konsumsi bahan bakar dilakukan dengan cara menjalankan motor bensin pada beberapa variasi kecepatan, dengan ukuran bahan bakar tertentu. Pengujian Akselerasi dilakukan dengan melakukan pencatatan waktu tempuh pada jarak 201 m.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dengan menggunakan sistem pengapian CDI kecepatan akselerasi dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih baik daripada sistem pengapian platina. Pada kecepatan 20 Km/jam sistem pengapian CDI lebih efisien 17.46%, pada kecepatan 30 Km/jam lebih efisian 12,86%, dan pada kecepatan 40 Km/jam lebih efisien 1,85%.Pada pengujian akselerasi sistem pengapian CDI mempunyai catatan waktu 11,40% lebih baik daripada sistem pengapian platina.

(11)

xi

HALAMAN JUDUL………. i

TITLE PAGE ……...……….………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………... v

HALAMAN MOTTO………... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. vii

KATA PENGANTAR………. viii

INTISARI……….. x

DAFTAR ISI………. xi

DAFTAR GAMBAR……… xiv

DAFTAR TABEL………. xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR NOTASI... xviii

BAB I PENDAHULUAN……….... 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….... 1

1.2 Permasalahan………. 3

1.3 Batasan masalah………. 3

1.4 Tujuan penelitian………... 3

BAB II DASAR TEORI………... 4

2.1 Landasan teori………... 4

(12)

xii

2.2.1 Susunan dan jumlah silinder..………... 5

2.2.2 Sistem pendinginan... 7

2.2.3 Sistem penyalaan... 8

2.2.4 Letak katup... 9

2.2.5 Letak poros nok... 10

2.2.6 Jumlah langkah tiap proses... 11

2.3 Motor otto empat langkah...……….. 12

2.3.1 Siklus ideal motor otto 4 langkah... 12

2.3.2 Prinsip kerja motor 4 langkah... 14

2.3.2.1 Langkah isap ... 16

2.3.2.2 Langkah kompresi ... 21

2.3.2.3 Langkah usaha ... 24

2.3.2.4 Langkah buang ... 25

2.3.2.5 Langkah ekspansi... 26

2.3.3 Siklus sebenarnya motor 4 langkah... 27

2.3.3.1 Siklus kerja mesin bensin... 29

2.4 Komponen mesin bensin………... 31

2.4.1 Silinder dan blok silinder... 31

2.4.2 Piston dan perlengkapannya... 33

2.4.2.1 Pegas piston... 33

2.4.2.2 Pena piston... 34

2.4.3 Batang piston... 35

2.5 Sistem pengapian...………... 35

2.5.1 Sistem pengapian platina... 36

2.5.2 Sistem pengapian CDI... 37

2.5.3 Koil penyalaan ( Ignition coil)... 39

2.5.4 Pengontrol waktu (Timing kontrol)... 40

2.5.5 Vakum Advancer ……….. 41

(13)

xiii

3.1 Diagram Alur Penelitian………... 43

3.2 Lokasi Penelitian……….. 44

3.3 Alat pengujian...………. 44

3.4 Jalannya Penelitian……….. 45

3.4.1 Keterangan perancangan ... 45

3.4.2 Penyetelan mesin ……….. 49

3.4.3 Persiapan jalannya pengambilan data ... 49

3.4.3.1 Akselerasi ... 49

3.4.3.2 Konsumsi bensin ... 50

3.5 Kesulitan selama Penelitian.……… 50

3.6 Data kendaraan……… 51

3.7 Perhitungan... 51

BAB IV PEMBAHASAN...…………. 67

4.1 Hasil Perhitungan Siklus ... 67

4.2 Pembahasan ...………... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 73

5.1 Kesimpulan....……… 73

5.2 Saran ... 73

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Susunan silinder...……….. 6

Gambar2.2 Pendinginan motor...……… 7

Gambar 2.3 Macam-macam susunan katup...……… 10

Gambar 2.4 Letak poros nok pada blok silinder...……… 11

Gambar 2.5 Letak poros nok pada overhead cam... 11

Gambar 2.6 Diagram P vs V Siklus volume konstan... 13

Gambar 2.7 Prinsip kerja mesin empat langkah... 15

Gambar 2.8 Volume torak pada saat TMB dan TMA... 23

Gambar 2.9 Hubungan antara diagram pengatur katup dengan grafik Tekanan vs volume untuk motor 4 langkah... 29

Gambar 2.10 Blok silinder dengan pendinginan radiator... 32

Gambar 2.11 Blok silinder dengan pendinginan sirip... 32

Gambar 2.12 Konstruksi Piston... 33

Gambar 2.13 Pegas piston... 33

Gambar 2.14 Pena piston... 34

Gambar 2.15 Batang piston... 35

Gambar 2.16 Skema sistem platina AC... 36

Gambar 2.17 Skema sistem platina DC... 37

Gambar 2.18 Skema sistem Rangkaian CDI AC... 38

Gambar 2.19 Skema sistem Rangkaian CDI DC... 38

Gambar 2.20 Koil penyalaan... 39

Gambar 2.21 Diagram tekanan pembakaran... 40

Gambar 2.22 Sistem pengapian platina... 41

(15)

xv

Gambar 3.3 Pembuatan dudukan Fulser dengan Mata Tuner ... 46

Gambar 3.4 Kalter setelah di tuner ... 46

Gambar 3.5 Pemasangan Fulser... 47

Gambar 3.6 Pembuatan Pematik ... 47

Gambar 3.7 Rangkaian Mesin ... 48

Gambar 3.8 Koil Honda GL Pro... 48

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sifat-sifat udara pada tekanan atmosfir... 53

Tabel 3.2 Komposisi elementari dan karakteristik dari bensin dan solar... 56

Tabel 3.3 Kapasitas panas jenis molar dan gas... 58

Tabel 3.4 Energi internal hasil pembakaran... 60

Tabel 3.5 Faktor rugi-rugi mekanis... 64

Tabel 4.1 Hasil perhitungan siklus... 67

Tabel 4.2 Pengujian konsumsi bahan bakar dengan sistem pengapian CDI... 68

Tabel 4.3 Pengujian konsumsi bahan bakar dengan sistem pengapian platina... 69

Tabel 4.4 Pengujian Akselerasi Dengan Sistem Pengapian Platina ……….… 70

Tabel 4.5 Pengujian Akselerasi Dengan Sistem Pengapian CDI …… 70

(17)

xvii

(18)

xviii

DAFTAR NOTASI

a in dan ρ

ρ : kerapatan muatan pada saluran isap dan di dalam silinder. Vin : kecepatan udara pada saluran masuk (m/s)

Vis : kecepatan rata – rata udara selama proses isap pada katup isap (m/s) Hin dan Ha : permukaan referensi ( nol ) dari sumbu saluran isap dan sumbu katup isap

Β :

Vis Vcyl

Vcyl adalah kecepatan udara didalam silinder pada potongan

melintang berdasar pertimbangan.

ζis : koefisien tahanan saluran isap berdasarkan pada potongan kecil. Ais : luasan lewat katup (m2)

Vp max :kecepatan piston maksimum (m/s)

Ap : luasan piston (m2)

d : diameter throat katup isap (m) r : jari-jari piston (m)

max

h : tinggi angkat katup maksimum (m) h : tinggi angkat katup motor standar

(19)

xix

 : koefisien kapasitas gas panas residu

 : perbandingan kompresi Tres :koefisien kapasitas residu

res

 : Koefisien gas buang

th

A : Kebutuhan udara untuk membakar 1 kg bahan bakar dalam mol "

Z

U : Energi yang dikandung 1 kmolhasil pembakaran pada temperatur maksimum

Z

 : Koefisien pemakaian panas

 : Rasio penambahan tekanan

Pz’ : Tekanan maksimum pada akhir langkah pembakaran

Tb : Temperatur akhir langkah ekspansi

Pi : Tekanan indikasi rata-rata actual

Wt : Tenaga yang dihasilkan

Ni : daya yang dihasilkan h

V : volume kerja silinder (Liter)

P

V : kecepatan piston rata-rata (m/s)

mech

 : Efesiensi mekanis

gi : Pemakaian bahan bakar spesifik

(20)

xx

i

 : Efisiensi indikator

b

(21)

1

1.1. Latar Belakang

Pemakaian kendaraan bermotor di Indonesia pada masa sekarang merupakan suatu

kebutuhan yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Ketergantungan yang

timbul itu dikarenakan perannya yang penting di dalam berbagai aktivitas. Kendaraan

yang paling banyak digunakan adalah transportasi darat, khususnya kendaraan

bermotor. Sepeda motor adalah salah satu jenis kendaraan bermotor darat yang umum

digunakan.

Motor bensin adalah salah satu jenis motor pembakaran dalam, yang banyak

digunakan sebagai sumber tenaga dari kendaraan. Motor bensin menghasilkan tenaga

dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder, yaitu dari pembakaran campuran udara

dan bahan bakar. Dari keadaan tersebut akan timbul panas yang sekaligus akan

mempengaruhi gas yang ada di dalam silinder untuk mengembang. Karena gas tersebut

dibatasi oleh dinding silinder dan kepala silinder maka tekanan di dalam silinder akan

naik. Tekanan inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga.

Teknologi efisiensi dari sepeda motor merupakan salah satu pilihan inovasi yang

berkembang. Kebutuhan bahan bakar minyak bumi yang semakin menipis dimuka

bumi, merupakan alasan yang tepat mengapa efisiensi bahan bakar begitu diutamakan di

berbagai pabrik pembuat sepeda motor. Salah satu cara meningkatkan efesiensi

(22)

2

ruang bakar. Dengan pengaturan waktu pembakaran yang tepat maka motor bakar dapat

lebih efisien.

Pada mesin bensin agar tenaga yang dihasilkan dapat optimal, ada syarat yang

harus dipenuhi :

1. Kompresi yang tinggi.

2. Waktu pengapian yang tepat dan percikan bunga api dari busi yang kuat.

3. Campuran bahan bakar dan udara yang sesuai.

Dengan berkembangannya ilmu dan teknologi banyak penelitian dan

pengembangan motor bensin yang telah dilakukan untuk mendapatkan mesin dengan

efisiensi yang tinggi. Contoh-contoh modifikasi yang dapat dilakukan untuk

mendapatkan suatu mesin dengan tingkat efisiensi yang tinggi :

1. Penghalusan pada lubang-lubang saluran bahan bakar, seperti pada dinding

manifol pada mesin 4 tak dan pada lubang transfer pada mesin 2 tak.

2. Pemanasan bahan bakar sebelum masuk ke dalam karburator.

3. Memaksimalkan pembakaran, misal dengan penggantian sistem pengapian

platina dengan sistem CDI.

Fungsi sistem pengapian adalah untuk menghasilkan tegangan tinggi yang

diperlukan untuk membuat percikan api diantara elektroda busi, sehingga campuran

bahan bakar dan udara dapat terbakar walaupun dengan kecepatan yang berubah-ubah.

Dengan pengapian yang tepat, maka semua campuran bahan bakar dan udara dapat

terbakar dengan sempurna. Pembakaran yang sempurna dapat meningkatakan akselerasi

(23)

ini penulis ingin membandingkan antara sistem pengapian platina dan sistem pengapian

CDI.

1.2. Permasalahan

Dari latar belakang diatas maka penulis mencoba untuk memodifikasi komponen

motor bensin (Honda CB 100), dengan cara mengganti sistem pengapian standar yaitu

platina dengan mengganti sistem pengapian modifikasi yaitu CDI, karena penulis ingin

mengetahui seberapa besar pangaruh penggantian tersebut terhadap mesin standar.

1.3. Batasan Masalah

Penulis membatasi permasalahan yang dibahas pada konsumsi bahan bakar dan

unjuk kerja mesin akibat perubahan sistem pengapian platina menjadi sistem

pengapian CDI.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan / penelitian ini adalah untuk membandingkan :

1) Konsumsi bahan bakar dari mesin yang menggunakan pengapian platina dan

mesin yang menggunakan sistem pengapian CDI.

(24)

4 BAB II

DASAR TEORI

2.1. Landasan teori

Motor bensin bekerja karena adanya energi panas yang diperoleh dari pembakaran

campuran bahan bakar dan udara. Pada saat torak bergerak dari titik mati atas (TMA)

ke titik mati bawah (TMB), terjadi proses penghisapan bahan bakar dan udara ke dalam

silinder. Pada saat torak bergerak ke atas, campuran tersebut dikompresikan akibatnya

tekanan dan temperatur menjadi tinggi. Selanjutnya dipercikanlah bunga api dari

elektroda busi yang mengakibatkan terjadinya proses pembakaran, sehingga

terdoronglah torak ke bawah menekan batang torak dan menggerakkan poros engkol.

Gerakkan turun naik (bolak-balik) dari torak dirubah menjadi gerak putar oleh poros

engkol. Poros engkol dihubungkan dengan roda-roda melalui sistem pemindah daya,

sehingga pada saat poros engkol berputar, roda-roda juga berputar dan kendaraan

bergerak.

2.2. Klasifikasi Motor Bensin

Motor bakar diklasifikasikan berdasarkan : susunan dan jumlah silinder, sistem

pendinginan, sistem penyalaan, letak katup, letak poros nok dan jumlah langkah per

(25)

2.2.1 Susunan dan Jumlah Silinder

Pada umumnya motor penggerak yang digunakan pada kendaraan (mobil)

mempunyai silinder lebih dari satu, misalnya 2, 3, 4, 6 dan 8. Semakin banyak silinder

yang dipakai maka getaran yang ditimbulkan motor akan lebih kecil dibandingkan

dengan yang bersilinder sedikit. Hal ini disebabkan karena motor yang bersilinder

banyak pembagian tenaganya lebih merata dibanding yang bersilinder sedikit.

Kita dapat menentukan kecepatan piston maksimum dengan menggunakan persamaan

(Kovakh,1979, hal 89)

Vp =

30 .n S

...(2.1)

Setelah itu kita dapat menentukan efisiensi indikator dengan persamaan (Kovakh,1979,

hal 59)

l i i

H g

3600

 ...(2.2)

Efesiensi thermalefektif dapat kita tentukan dengan persamaan (Kovakh,1979,hal 599)

mech i

b  

   ...(2.3)

Silinder-silinder dari motor tersebut diatur dengan bermacam posisi atau bentuk,

yang pada umumnya terdiri dari empat susunan, yaitu :

1. Motor dengan susunan silinder segaris atau sering disebut dengan inline

engine.

2. Motor dengan susunan silinder berbentuk V.

(26)

6

4. Motor dengan susunan silinder berlawanan/horisontal yang sering disebut

pancake engine.

5. Motor dengan susunan silinder radial.

Susunan silinder motor segaris membentuk garis lurus satu arah dan sejajar

dengan poros engkol.

Motor dengan susunan silinder V, susunan silindernya membentuk huruf V yang

merupakan dua barisan silinder di sisi kiri dan kanan, dari poros engkol membentuk

sudut dari 60 derajat sampai 90 derajat. Jenis yang ketiga adalah motor dengan susunan

silinder miring (slant engine). Sesuai dengan namanya maka susunan silinder motor ini

miring, baik kekiri maupun kekanan. Jenis yang keempat adalah motor dengan susunan

silinder berlawanan arah (pancake) adalah motor dimana susunan silindernya saling

belawanan arah satu sama lain. Motor jenis ini dibuat apabila ruangan vertikal yang ada

sempit. Pada motor dengan susunan silinder radial, sumbu silindernya terletak radial

terhadap sumbu poros engkol.

(27)

2.2.2 Sistem Pendinginan

Ada dua macam motor dengan klasifikasi sistem pendinginan ini yaitu

pendinginan dengan cairan (Gambar 2.2A) dan pendinginan dengan udara (Gambar

2.3B). Sistem pendinginan dengan cairan terutama air pendinginannya lebih baik

daripada pendinginan dengan udara.

Pendinginan dengan cairan, bagian-bagian yang didinginkan dikelilingi cairan

pendingin. Cairan pendingin ini kemudian menyerap sebagian panas akibat

pembakaran. Untuk motor berpendingin udara, bagian-bagian yang didinginkan hanya

dilewati udara dan udara ini akan akan mengambil sebagian panas. Bagian-bagian yang

didinginkan biasa dilengkapi dengan sirip-sirip untuk memperluas penampang yang

bersinggungan dengan udara sehingga memperbaiki proses pendinginan.

(28)

8

2.2.3 Sistem Penyalaan

Ada dua sistem penyalaan yang digunakan untuk menyalakan bahan bakar

didalam silinder (ruang bakar) yaitu dengan bunga api dan dengan udara panas (udara

yang dikompresikan). Motor dengan penyalaan bunga api menggunakan loncatan

bunga api yang dihasilkan oleh busi untuk membakar bahan bakar yang ada dalam

ruang bakar. Motor dengan penyalaan udara panas memanfaatkan panas udara yang

dimampatkan oleh piston pada saat kompresi. Udara yang dimampatkan didalam

silinder cukup panas untuk memulai pembakaran bahan bakar sehingga tidak perlu lagi

peralatan pembantu untuk menyalakan bahan bakar. Jumlah udara aktual didalam

pembakaran dari 1 kg bahan bakar untuk ( 11.3) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan (Kovakh, 1979, hal 52)

th

a a

 ………..………...……..….(2.4)

th

A A

sedangkan untuk menghitung Koefisien teoritis dari perubahan molekul dapat kita

hitung dengan menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal 595)

2 1

M M

th

 …...……….….(2.5)

Efesiensi mekanis dapat kita hitung dengan menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal

598)

i be mech

P P

(29)

sedangkan untuk menghitung pemakaian bahan bakar spesifik dapat kita hitung dengan

menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal 599):

th i

o V i

a P g

  

3600 ...(2.7)

2.2.4 Letak Katup

Ada beberapa jenis letak katup atau susunan katup yang dipakai untuk

mengklasifikasikan motor bakar, yaitu : jenis F, I, L ,T dan Over Head Cam. Jenis F

adalah susunan katup mirip dengan bentuk huruf F, dimana satu katup terletak dibawah

dan satu katup yang lain terletak diatas. Jenis I kedua katupnya berada diatas silinder.

Jenis ini biasa dipakai untuk motor dengan kompresi yang tinggi dan digerakkan dengan

satu poros nok. Jenis L gerak katub searah dengan gerak piston, sehingga laju bahan

bakar menuju ruang bakar tegak lurus membentuk huruf L. Konstruksi jenis L sangat

sederhana namun tidak bisa dipakai pada motor dengan kompresi yang tinggi. Jenis T

adalah mirip dengan jenis L, tetapi katupnya berada di dua sisi silinder.

Jenis yang paling banyak digunakan adalah jenis overhead cam dimana

mekanisme penggerak katupnya lebih ringkas dan ketepatan pembukaan dan

penutupannya menjadi relatif lebih tepat karena antara poros nok langsung

menyinggung katup. Poros nok pada overhead cam berada pada kepala silinder.

Konsumsi bahan bakar efektif pengereman dengan menggunakan persamaan

(Kovakh,1979, hal 599)

mech i b

g g

(30)

10

Gambar 2.3Macam-macam susunan katup (Sumber : Suyanto,W, 1989, Hal:16)

2.2.5 Letak Poros Nok

Klasifikasi motor berdasarkan susunan atau letak poros nok (poros cam) sangat

erat hubungannya dengan letak katup. Klasifikasi motor bakar dengan letak poros nok

ini ada dua macam yakni poros nok berada pada blok silinder dan poros nok yang

berada pada kepala silinder (overhead cam). Jenis yang pertama, antara poros nok dan

katup diperlukan alat bantu yang berupa tapet, batang penumbuk, dan pelatuk (disebut

overhead valve). Dengan adanya pengantar ini maka akan dapat mempengaruhi

ketepatan pembukaan dan penutupan katup terutama pada putaran tinggi. Sedangkan

pada jenis yang kedua antara poros nok dan katup-katupnya berhubungan langsung

tidak perlu batang penumbuk (disebut overhead cam), sehingga dapat mengatasi

kelemahan pada jenis pertama. Overhead cam biasa disingkat OHC, ada dua macam

motor dengan susunan overhead cam yang digunakan yaitu Single Overhead Cam

(31)

Gambar 2.4Letak poros nok pada blok silinder (Sumber : Suyanto,W, 1989, Hal:18)

Gambar 2.5Letak poros nok overhead cam (Sumber : Suyanto,W, 1989, Hal:16)

2.2.6 Jumlah Langkah Tiap Proses

Jumlah langkah tiap proses motor bakar diklasifikasikan menjadi dua yaitu motor

dua langkah (motor dua tak) dan motor empat langkah (motor empat tak). Pada motor

dua langkah untuk menghasilkan satu kali tenaga atau langkah tenaga diperlukan dua

langkah kerja atau dengan kata lain setiap dua langkah dari torak motor ini

menghasilkan satu kali tenaga. Sedangkan pada motor empat langkah diperlukan empat

(32)

12

langkah lebih ekonomis dalam penggunaan bahan bakar dibanding motor dua langkah,

sehingga motor empat langkah lebih banyak digunakan.

2.3 Motor Otto Empat Langkah

2.3.1 Siklus Ideal Motor Otto Empat Langkah

Proses termodinamika yang terjadi di dalam motor bakar sangat kompleks untuk

di analisis menurut teori. Untuk memudahkan teori tersebut di asumsikan suatu keadaan

yang ideal. Tetapi makin ideal suatu keadaan maka akan semakin jauh menyimpang dari

keadaan sebenarnya. Pada umumnya untuk menganalisis motor bakar digunakan siklus

udara sebagai siklus yang ideal. Siklus udara menggunakan beberapa keadaan yang

sama dengan siklus sebenarnya, misalnya mengenai :

 Urutan proses

 Perbandingan kompresi

 Pemilihan temperatur dan tekanan pada suatu keadaan

 Penambahan kalor yang sama per satuan berat udara

Pada mesin yang ideal proses pembakaran yang dapat menghasilkan gas bertekanan dan

bertemperatur tinggi itu dimisalkan sebagai proses pemasukan panas ke dalam fluida

kerja di dalam silinder.

Siklus udara volume konstan (siklus Otto) dapat digambarkan dengan grafik PV

(33)

Gambar 2.6.Diagram P vs.V siklus volume konstan (Sumber : Arismunandar, W, 2002, Hal: 15)

Keterangan :

P = Tekanan fluida kerja (kg/cm ) 2 L

V = Volume langkah torak ( 3 3

cm atau

m )

v = volume spesifik (m3/kg)

s

V = Volume sisa (m3atau cm3)

m

q = Jumlah kalor masuk (kcal/kg) TMA = Titik mati atas

k

q = Jumlah kalor keluar (kcal/kg) TMB = Titik mati bawah

Sifat ideal yang digunakan serta keterangan mengenai proses siklusnya adalah

sebagai berikut :

1. Fluida kerja dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang konstan.

2. Langkah isap (0-1) merupakan proses tekanan konstan

3. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropik

4. Proses pembakaran pada volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses

(34)

14

5. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropik.

6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada

volume konstan.

7. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan konstan.

8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklus ini berlangsung dengan fluida kerja

yang sama.

2.3.2 Prinsip Kerja Motor Empat Langkah

Motor Otto empat langkah atau motor bensin menghisap campuran udara dan

bensin sebagai bahan bakar pada saat terjadi langkah isap. Terjadi perubahan tekanan

pada proses kerja di dalam ruang di atas piston. Bila piston berada di TMB, volume

ruang ini adalah yang terbesar yaitu VL Vs dengan :

L

V = Volume langkah

s

V = Volume ruang sisa

Bila piston berada di TMA, volume ruang di atas piston adalah yang terkecil yaitu

s

V . Mesin bensin empat langkah menjalani satu siklus yang tersusun atas empat tahap

(35)

Gambar 2.7Prinsip kerja mesin 4 langkah (Sumber : Arismunandar, W, 2002, Hal: 8)

Keterangan :

KI = Katup isap TMA = Titik mati atas

KB = Katup buang TMB = Titik mati bawah

Kecepatan rata – rata udara selama proses isap pada katup isap dapat kita tentukan

dengan menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal 89)

is p p is

A A V

V   ...(2.9)

Sedangkan untuk menghitung tekanan akhir proses pengisapan dapat kita hitung dengan

persamaan (Kovakh,1979, hal 589)

Untuk mesin 4-langkah tanpa supercharging, PinPo dan in o.

1. PinPo 0,1013Mpa

2. in o udara pada To= 32 oC = 305 K

3

159 ,

1 kg m

o

(36)

16

3.

2 is

2,54

6

2 2

10 2

  

is is o o

a

V P

P   

4. Drop pressureyang terjadi (Pa):

a in

a P P

P  

 ...(2.10)

2.3.2.1 Langkah isap

Campuran udara dan bahan bakar dihisap ke dalam ruang bakar. Piston bergerak

dari titik mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB). Katup isap terbuka dan

katup buang tertutup. Akibat gerakan piston menuju TMB terjadi kehampaan dalam

ruang bakar. Adanya tahanan aliran saat akhir langkah hisap mengakibatkan pengisian

bahan bakar tidak pernah mencapai 100%.

Sejumlah muatan udara segar dialirkan saat langkah hisap. Hal ini terjadi karena

adanya perbedaan tekanan antara udara luar ( tekanan atmosfer ) dengan tekanan dalam

silinder karena adanya penambahan volume silinder yang disebabkan gerak langkah

piston dari tititk mati atas (TMA) menuju titik mati bawah (TMB).

Efisiensi pengisian silinder adalah perbandingan antara jumlah muatan aktual We

yang dikompresi di dalam silinder dengan jumlah muatan segar Woyang akan diisikan

di dalam volume kerja silinder Vdpada tekanan dan suhu udara luar (P0dan T0).

Pada mesin tanpa supercarger, P0 dan T0 menyatakan tekanan dan suhu udara luar.

Efisiensi pengisian untuk langkah hisap dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(37)

) γ (1 T T . P P . 1 ε ε η res a in in a 1

v  ...(2.11)

Temperatur campuran muatan segar dan gas-gas residu (Ta) pada akhir proses

isap, lebih tinggi dibanding temperatur pada saluran isap (Tin), tetapi lebih rendah

dibanding temperatur gas-gas residu Temperatur akhir proses penghisapan dapat

dihitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal 93)

Ta=

res res res in γ 1 T ΔT T     (K)...(2.12) res a res res o res P P P T T T      

 ...(Kovakh,1979, hal 97)

o

res P

P  1,11,25 ...(Kovakh,1979, hal 93)

Dengan

Tin : temperatur saluran isap

ΔT : penambahan suhu campuran segar karena melewati saluran isap 15 oC

: 15 oC = 288 K

 : koefisien kapasitas gas panas residu = 1

 : perbandingan kompresi = 9,5:1

Tres :koefisien kapasitas residu = (750  1000) K...(Kovakh hal 92)

res

 : Koefisien gas buang (0,060,10)...,...(Kovakh hal 91)

(38)

18

Pengaliran muatan segar ini melalui saluran hisap dan akan melewati katup hisap

saat terbuka. Katup hisap terbuka beberapa derajat sebelum TMA saat langkah buang.

Saat torak menuju TMB, campuran segar mengalir ke dalam silinder. Faktor yang

mempengaruhi besarnya muatan yang masuk ke dalam silinder:

1. Adanya sisa hasil pembakaran didalam silinder yang mendiami sebagian

volume silinder.

2. Pemanasan campuran udara- bahan bakar oleh permukaan dinding saluran

hisap dan ruang diluar silinder sebesar T yang akan mengurangi kerapatan

campuran.

Adanya tahanan atau gesekan di dalam saluran isap akan mengurangi jumlah

muatan segar yang terhisap ke dalam silinder karena kerapatan muatan berkurang.

Pengaruh tahanan hidraulik muatan dapat dicari bila diketahui rugi–rugi tekanan ΔPa

dalam sistem hisap atau tekanan Pa pada saat proses penghisapan berakhir. Tekanan di

dalam silinder selama proses pengisian dapat dicari secara tepat bila prosesnya stabil.

Pada mesin 4 langkah saat mencapai kecepatan dan daya rata-rata Pa. Tekanan

akhir langkah hisap dihitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal 88)

a 2 is is 2 is 2 a a in 2 in in in g.H 2 ) (V ξ 2 ) (V β ρ P g.H 2 ) (V ρ P       Dengan a in dan ρ

ρ : kerapatan muatan pada saluran isap dan di dalam silinder.

Vin : kecepatan udara pada saluran masuk (m/s)

(39)

Hin dan Ha : permukaan referensi ( nol ) dari sumbu saluran isap dan sumbu katup isap

β :

Vis Vcyl

Vcyl adalah kecepatan udara didalam silinder pada potongan

melintang berdasar pertimbangan.

ζis : koefisien tahanan saluran isap berdasarkan pada potongan kecil.

Diasumsikan Vin = 0, ketinggian Hin = Ha, dan rapat muatan segar ketika melewati

saluran hisap diabaikan

in a

, maka persamaan diatas menjadi:

  

2 V 2

a a in

in 2

is

ρ P ρ P

is

 

Persamaan kontinuitas untuk potongan melintang dari saluran isap dan bagian

silinder dapat dihitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal 89)

Vis. Ais= Vp max. Ap

Dengan

Ais : luasan lewat katup (m2)

Vp max :kecepatan piston maksimum (m/s)

Ap : luasan piston (m2)

Untuk mesin 4-langkah tanpa supercharging, PinPo dan in o.

Mpa P

Pino 0,1013

 dh Cos

Aismax ...(2.13)

 dhCos Ais

(40)

20

d : diameter throat katup isap (m)

r : jari-jari piston (m)

max

h : tinggi angkat katup maksimum (m)

h : tinggi angkat katup motor standar = 5,4.103 m

 : sudut dudukan katup = 32o

S : panjang langkah (m)

n : putaran mesin (rpm)

Luasan piston dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal 165)

2

r

Ap  ………..……….….(2.14)

Untuk menghitung tenaga yang dihasilkan dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan (Kovakh,1979, hal 165)

h i

t P V

W   ………..……….….(2.15)

Dengan:

i

P tekanan indikasi rata-rata (Pa)

h

V volume kerja silinder (m3)

Tekanan akhir proses pengisapan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(Kovakh,1979, hal 596)

6

2 2

10 2

  

is is o o

a

V P

(41)

2.3.2.2 Langkah kompresi

Kedua katup tertutup, piston bergerak menuju TMA. Sesaat sebelum piston

mencapai TMA, bunga api dipercikan dan bahan bakar mulai terbakar. Pembakaran

terjadi pada volume hampir tetap (dianggap tetap) sampai tekanan maksimum. Mesin

bensin memerlukan percikan bunga api (spark) untuk mengawali pembakaran didalam

silinder maka sering disebut spark ignition engine. Bunga api dipercikan dalam ruang

bakar sebelum torak mencapai titik mati atas (TMA), sehingga terjadi pembakaran yang

diikuti oleh naiknya energi kalor gas dalam ruang bakar. Kebutuhan udara untuk

membakar 1 kg bahan bakar dalam massa secara teoritis dapat kita hitung dengan

persamaan (Kovakh,1979, hal 51)

     

o f

th C H O

a 8 3 8 23 , 0 1 ………...………...….(2.17)

Kebutuhan udara untuk membakar 1 kg bahan bakar dalam mol secara teoritis dapat kita

hitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal 51)

         32 4 12 209 , 0 1 f th O H C A …………..………...…………(2.18)

Makin kecil ruang V terhadap ruang s V akan semakin besar pemampatannya. L

Hal ini sangat tergantung pada perbandingan pemampatan ( perbandingan kompresi).

Energi internal dari 1 mol hasil pembakaran pada akhir langkah kompresi dapat kita

hitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal 597)

V

com com

com c t

(42)

22

Dengan:

"

V

c

 = panas jenis dari hasil pembakaran pada ahkir langkah kompresi.

Panas jenis campuran adalah jumlah dari hasil pembakaran komponen individual dibagi

dengan jumlah total hasil pembakaran. Untuk komposisi elementary dari bahan bakar

diasumsikan  1 maka

2

M M

r i

i  dapat kita hitung dengan persamaan (Kovakh,1979,

hal 596)

2

M M

r i

i  ………...……….….(2.20)

1. rCO 0

2. rCO2 0,129

3. 0,131 2O

H

r

4. 0,74 2  N r 5. 0 2  H r

Energi yang dikandung 1 kmol hasil pembakaran pada temperatur maksimum yang

tercapai (U "z) dapat kita hitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal 51)

 

   Z Z V Z U T c U " "   ………...……….………..(2.21)

Temperatur dan tekanan pada akhir langkah kompresi menggunakan eksponen

polytropik (n1), ekponen ini konstan selama proses berlangsung.

(43)

tekanan akhir langkah kompresi dapat kita hitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal

111)

1

n a

com P

P   (Mpa)...(2.22)

sedangkan temperatur akhir langkah kompresi dapat kita hitung dengan persamaan

(Kovakh,1979, hal 111)

1

1

  n

a

com T

T  ...(2.23)

Tekanan akhir pada akhir langkah pembakaran dapat kita hitung dengan persamaan

(Kovakh,1979, hal 598)

com com

Z

Z P

T T

P  ………...………(2.24)

Tekanan efektif rata-rata dapat kita hitung dengan persamaan (Kovakh,1979, hal 589)

mech i

be P P

P   ………...………....(2.25)

Pebandingan pemampatan adalah perbandingan antara dua macam volume, yaitu :

 Volume di atas piston pada kedudukan TMB

 Volume di atas piston pada kedudukan TMA (Gambar 2.8)

(44)

24

Untuk menghitung rugi-rugi mekanis relatif digunakanlah efisiensi mekanis. Efisiensi

mekanis menyatakan perbandingan daya kuda rem dan daya indikasi. Efisiensi mekanis

dihitung dengan menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal 598)

P

mech A B V

P    ……….……....….(2.26)

Dengan:

B dan

A diperolah dari tabel 3.5 (faktor rugi-rugi mekanis)

P

V kecepatan piston rata-rata (m/s)

Efisiensi indikator dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal

599)

l i i

H g

3600

 ...(2.27)

Rasio penambahan tekanan dapat kita tentukan dengan menggunakan persamaan

(Kovakh,1979, hal 598)

com Z

P P

 ……...………..…………(2.28)

2.3.2.3 Langkah usaha

Setelah mencapai TMA, piston akan didorong oleh gas bertekanan tinggi menuju

TMB. Tekanan mekanis ini diteruskan ke poros engkol. Penghentian pembakaran gas

terjadi pada TMA atau sedikit sesudahnya. Ini disebabkan oleh pengembangan gas

(45)

mendapatkan tekanan terbesar. Sesaat sebelum mencapai TMB, katup terbuka, gas hasil

pembakaran mengalir keluar dan tekanan dalam ruang bakar turun dengan cepat.

Untuk mesin 4-langkah, daya yang dihasilkan dapat kita tentukan dengan menggunakan

persamaan (Kovakh,1979, hal 166)

120 n V i P

Nii h ...(2.29)

Dengan:

i

P tekanan indikasi rata-rata (MPa)

h

V volume kerja silinder (Liter)

Tekanan maksimum pada akhir langkah pembakaran dapat kita tentukan dengan

menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal 598)

Z

Z P

P '0,85 ……….……..….(2.30)

Untuk menentukan koefisien molar aktual dapat kita tentukan dengan menggunakan

persamaan (Sumber : Kovakh hal 596)

res res th

   

  

1 ……….…...………(2.31)

2.3.2.4 Langkah buang

Piston bergerak dari TMB menuju TMA serta mendorong gas di dalam silinder ke

saluran buang lewat katup buang. Tidak semua gas bekas dapat dikeluarkan. Ruang

bakar yang kecil (V ) atau perbandingan pemampatan yang besar akan memperbaiki c

(46)

26

Periode overlapping adalah periode dimana katup isap dan katup buang terbuka secara

bersamaan yang dikarenakan perpanjangan pembukaan katup selama proses pengisapan

dan pembuangan.

2.3.2.5 Langkah Ekspansi

Setelah terjadi proses pembakaran bahan bakar dengan udara karena tekanan yang

sangat kuat, maka dihasilkan tenaga yang mampu mendorong piston dari TMA ke

TMB. Langkah ini adalah proses perubahan energi panas menjadi energi mekanik.

Karena gerakan piston dari TMA ke TMB, maka volume silinder akan menjadi besar

dan tekanan udara dalam silinder akan menurun. Proses ekspansi merupakan proses

politropik dengan eksponen politropik (n2). Setelah langkah ekspansi dilanjutkan

dengan proses pembuangan, yang diawali saat katup buang mulai terbuka, eksponen

politropik untuk langkah ekspansi yaitu, n2= 1,23 – 1,30 (Kovakh,1979, hal 155).

Untuk menentukan tekanan akhir langkah ekspansi dapat kita tentukan dengan

menggunakan persamaan (Kovakh,1979, hal 598)

2

n Z b

P P

 ……...……….…...… (2.32)

Temperatur akhir langkah ekspansi dapat kita tentukan dengan menggunakan

persamaan (Kovakh,1979, hal 598)

1

2

nZ b

T T

 ………...……….………..(2.33)

Konsumsi bahan bakar perjam dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(Kovakh,1979, hal 598)

i i

f g N

(47)

Tekanan rata-rata untuk 1 dapat kita tentukan dengan menggunakan persamaan

(Kovakh,1979, hal 598)

 

                      

1

1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

1 n n

n a id i n n P P      ……….... (2.35)

Tekanan indikasi rata-rata aktual dapat kita tentukan dengan menggunakan persamaan

(Sumber : Kovakh hal 598)

untuk i

0,920,97

(Kovakh hal 164)

id i

i P

P   ………..………..……(2.36)

2.3.3 Siklus Sebenarnya Motor Otto Empat Langkah

Dalam kenyataannya terjadi penyimpangan dari siklus udara (ideal) karena terjadi

kerugian antara lain disebabkan oleh hal berikut :

1. Kebocoran fluida kerja karena penyekatan oleh cincin torak dan katup tidak

sempurna.

2. Pembukaan dan penutupan katup tidak tepat di TMA dan TMB karena

pertimbangan dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida kerja. Kerugian

tersebut dapat diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan katup disesuaikan

dengan besarnya beban dan kecepatan torak.

3. Fluida kerja bukanlah udara yang dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik

yang konstan selama proses siklus berlangsung.

4. Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada waktu torak berada di TMA, tidak

(48)

28

temperatur fluida kerja disebabkan oleh proses pembakaran bahan bakar dan udara

di dalam silinder.

5. Proses pembakaran memerlukan waktu (tidak berlangsung sekaligus). Hal ini

mengakibatkan proses pembakaran berlangsung pada volume ruang bakar yang

berubah-ubah karena gerakan torak. Dengan demikian proses pembakaran harus

sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum torak mencapai TMA dan

berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah torak bergerak kembali dari TMA

ke TMB. Jadi proses pembakaran tidak berlangsung pada volume konstan.

Disamping itu pada kenyataannya tidak pernah terjadi pembakaran sempurna,

sehingga daya dan efisiensinya sangat tergantung pada perbandingan campuran

bahan bakar dan udara, kesempurnaan bahan bakar dan udara tersebut bercampur

dan timing penyalaan.

6. Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh perpindahan kalor dari fluida kerja ke

fluida pendingin, terutama pada langkah kompresi, ekspansi dan pada waktu gas

buang meninggalkan silinder, perpindahan kalor tersebut karena terdapat perbedaan

temperatur antara fluida kerja dengan fluida pendingin. Fluida pendingin diperlukan

untuk mendinginkan bagian-bagian mesin yang menjadi panas akibat proses

pembakaran, untuk mencegah kerusakan pada bagian-bagian mesin tersebut.

7. Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa oleh gas buang dari dalam silinder ke

udara luar. Energi tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja

(49)

8. Terdapat kerugian karena gesekan antara fluida kerja dengan dinding salurannya.

Berdasarkan hal-hal diatas, bentuk diagram PV dari siklus sebenarnya tidak sama

dengan bentuk diagram siklus ideal. Siklus yang sebenarnya tidak pernah

merupakan siklus volume konstan (untuk motor bensin). Gambar 2.10 Menunjukkan

bentuk diagram PV dari sebuah motor torak 4 langkah yang sebenarnya.

Gambar 2.9 Hubungan antara diagram pengatur katup dengan grafik tekanan vs

volume untuk motor empat langkah.

(Sumber : Arismunandar, W, 2002, Hal: 31)

2.3.3.1. Siklus Kerja Motor Bensin

Pada umumnya, pada siklus ideal untuk menganalisis motor bakar dipergunakan

siklus udara sebagai siklus ideal.

Dalam analisis siklus udara, khususnya pada motor bakar torak ada tiga macam analisis,

(50)

30

1. Siklus udara volume-konstan (siklus Otto)

2. Siklus udara tekanan-konstan (siklus Diesel)

3. Siklus udara tekanan-terbatas (siklus gabungan)

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan siklus otto volume-konstan untuk

melakukan perhitungan pada motor bensin.

Untuk menjelaskan makna dari diagram p-v pada motor torak terlebih dahulu

perlu kita pakai beberapa idealisasi, sehingga prosesnya dapat dipahami secara lebih

mudah. Proses yang sebenarnya (aktual) berbeda dengan proses yang ideal tersebut,

dimana perbedaan tersebut menjadi semakin besar jika idealisasi yang digunakan itu

terlalu jauh menyimpang dari keadaan yang sebenarnya, proses siklus yang ideal itu

biasa disebut dengan siklus udara, dengan beberapa idealisasi sebagai berikut:

1. Fluida kerja dalam silinder adalah udara, dimana udara dianggap sebagai gas ideal

dengan konstanta kalor yang konstan.

2. Proses ekspansi dan kompresi berlangsung secara isentropik.

3. Proses pembakaran dianggap proses pemanasan fluida kerja.

4. Pada akhir proses ekspansi, yaitu saat piston mencapai TMB, fluida kerja

didinginkan sehingga tekanan dan suhunya turun mencapai tekanan dan suhu udara

luar (atmosfer).

5. Tekanan fluida kerja di dalam silinder selama langkah buang dan langkah hisap

adalah konstan dan sama dengan tekanan dan suhu udara luar.

Pada gambar (2.9) menunjukkan siklus udara volume konstan (siklus otto):

(51)

2. Langkah hisap (0-1) merupakan proses tekanan konstan

3. Langkah kompresi (1-2) ialah proses isentropic

4. Proses pembakaran volume konstan (2-3) dianggap sebagai proses pemasukan

kalor pada volume konstan.

5. Langkah kerja (3-4) ialah proses isentropic

6. Proses pembuangan (4-1) dianggap sebagai proses pengeluaran kalor pada

volume konstan

7. Langkah buang (1-0) ialah proses tekanan konstan

8. Siklus dianggap tertutup, artinya siklus ini berlangsung dengan fluida kerja yang

sama, atau gas yang berada di dalam silinder pada titik 1 dapat dikeluarkan dari

dalam silinder pada waktu langkah buang, tetapi pada langkah isap berikutnya

akan masuk sejumlah fluida kerja yang sama.

2.4. Komponen Mesin Bensin

2.4.1 Silinder dan Blok Silinder

Blok silinder merupakan bentuk dasar dari mesin, yang berfungsi sebagai tempat

untuk membuat energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran. Blok silinder

terbuat dari besi tuang dan paduan alumunium. Blok silinder dilengkapi rangka pada

bagian dinding luar untuk memberikan kekuatan pada mesin dan membantu

meradiasikan panas. Pada bagian luar blok silinder terdapat dudukan-dudukan untuk

menempatkan kelengkapan mesin, seperti starter, alternator, pompa bensin dan

(52)

32

Blok silinder terdiri dari beberapa lubang tabung silinder, yang didalamnya

terdapat torak yang bergerak naik-turun. Silinder-silinder ditutup bagian atasnya oleh

kepala silinder yang dijamin oleh gasket kepala silinder yang letaknya antara blok

silinder dan kepala silinder. Silinder berfungsi sebagai tempat untuk menghasilkan

energi panas dari proses pembakaran. Untuk menghindari keausan dan mencegah

kebocoran gas kompresi dan kehilangan panas antara silinder dan torak, maka

permukaaan silinder dilapisi krom.

Gambar 2.10Blok Silinder Dengan Sistem Pendingin Radiator

( Sumber: Toyota manual handbook, hal: 2-4 )

(53)

2.4.2 Piston dan Perlengkapannya

Piston berfungsi untuk memindahkan tenaga yang diperoleh dari pembakaran

campuran bahan bakar dan udara ke poros engkol melalui batang torak

Gambar 2.12Konstruksi Piston.

(Sumber: Astra Izusu Training Center, Informasi Umum Automotif)

2.4.2.1 Pegas piston

Pegas piston (piston ring) dipasang dalam ring groove. Ring piston terbuat dari

baja khusus, pada piston terdapat 3 buah ring piston.

Gambar 2.13 Pegas Piston.

(54)

34

Ring piston berfungsi untuk:

1. Mencegah kebocoran selama langkah kompresi dan usaha.

2. Mencegah oli yang melumasi piston dan silinder masuk ke ruang bakar.

3. Memindahkan panas dari piston ke dinding silinder

2.4.2.2 Pena Piston

Pena piston (piston pin) menghubungkan dengan bagian ujung yang kecil dari

connecting rod. Dan meneruskan tekanan pembakaran yang berlaku pada torak ke

connecting rod. Pena piston berlubang di dalamnya untuk mengurangi berat yang

berlebihan dan kedua ujung ditahan oleh bushing pena torak (Piston pin boss).

Gambar 2.14Pena Piston.

(Sumber: Astra Izusu Training Center, Informasi Umum Automotif)

Piston dan connecting rod dapat dihubungkan dengan 4 cara:

1. Tipe fixed

(55)

3. Tipe bolted

4. Tipe press-fit

2.4.3 Batang piston

Batang piston (connecting rod) berfungsi untuk meneruskan tenaga yang

dihasilkan oleh piston ke crankshaft. Bagian ujung connecting rod yang berhubungan

dengan piston pin disebut small end, dan bagian yang berhubungan dengan poros

engkol disebut big end. Pada connecting rod terdapat oil hole yang berfungsi untuk

memercikkan oli untuk melumasi piston.

Gambar 2.15Batang Piston

(Sumber: Astra Izusu Training Center, Informasi Umum Automotif)

2.5. Sistem Pengapian

Fungsi sistem pengapian adalah untuk menghasilkan tegangan tinggi yang

diperlukan untuk mengadakan percikan api diantara elektoda busi, sehingga campuran

bahan bakar dan udara dapat terbakar walaupun dengan kecepatan yang berubah-ubah.

(56)

36

2.5.1 Sistem Pengapian Platina

Platina atau contact breaker dibuka dan ditutup oleh kam platina (breaker cam)

pada sumbu distributor. Ketika kontak ditutup arus mengalir melalui rangkaian rendah

(low tension), kemagnetan timbul di koil pengapian, dari koil langsung disalurkan ke

busi. Breaker camselanjutnya berputar kembali sehingga platina dalam keadaan terbuka

dan demikianlah proses ini dilakukan berulang-ulang.

Gambar 2.16 Skema Sistem Pengapian Platina AC ( sumber: Buku Pedoman Reparasi Honda CB 100, hal: 14-0 )

Sistem pengapian platina ada dua macam yaitu sistem AC dan sistem DC.

Perbedaan kedua sistem tersebut terdapat pada sumber arus yang dialirkan ke koil. Pada

sistem pengapian platina AC arus dari generator langsung dialirkan ke platina dan koil,

sedangkan pada sistem DC arus dari generator dialirkan ke aki melewati penyearah arus

atau yang disebut dengan kiprok. Dari aki arus dialirkan ke kutub positip koil dan kutub

(57)

Gambar 2.17Skema Sistem Pengapian Platina DC

2.5.2 Sistem Pengapian CDI

CDI adalah salah satu rangkaian elektronik yang bekerja secara sistematis. Kerja

dari CDI tidak berbeda jauh dengan kerja kam platina. Pada rangkaian CDI pembacaan

sinyal pembakaran dibantu dengan rangkaian electromagnet atau yang disebut dengan

fulser. Fulser ada dua jenis yaitu fulser basah dan fulser kering. Fulser tersebut

dibedakan berdasarkan letaknya. Fulser kering digunakan mengikuti rangkaian

generator kering (tidak terkena oli). Sedangkan fulser basah digunakan mengikuti

rangkaian generator basah (tercelup dalam oli). Kedua fulser tersebut memiliki fungsi

yang sama, perbedaannya terdapat pada pelapisan lilitan. Pada fulser kering hanya

dilakukan satu kali pelapisan sehingga lilitannya tidak begitu kuat, sedangkan pada

fulser basah pelapisan dilakukan dua kali. Fulser basah memang dirancang dengan

pelapisan yang kuat agar oli tidak masuk dalam lilitan, karena oli tersebut akan

menimbulkan konsleting.

Generator kiproks

Aki

+ Koil _ Busi

(58)

38

CDI ada dua macam yaitu CDI DC dan CDI AC. Kedua CDI tersebut memiliki

perbedaan pada sumber arus yang digunakan. Pada CDI DC arus yang digunakan

bersumber dari aki, sedangkan pada CDI AC arus yang digunakan bersumber dari

generator. Pada rangkaian DCI DC generator yang digunakan sebagai sumber arus

pengisian aki (pengecasan aki).

Gambar 2.18Skema Rangkaian CDI AC

Gambar 2.19Skema Rangkaian CDI DC

Generator Fulser CDI DC

Koil

Busi

Aki

Pengisian (kiproks)

Generator Fulser CDI AC

Koil

(59)

2.5.3 Koil penyalaan ( Ignition coil)

Pada sistem pengapian, ignition coil berfungsi sebagai alat untuk mempertinggi

tegangan listrik dari 12 volt pada baterai menjadi 15.000 sampai 20.000 volt. Untuk

dapat mempertinggi tegangan tersebut, pada ignition coilterdapat dua kumparan :

1. Kumparan primer

Kumparan primer berfungsi untuk menciptakan medan magnet pada koil

penyalaan agar timbul induksi pada kumparan-kumparannya. Ciri dari

kumparan primer adalah kumparan yang memiliki penampang besar dan

gulungan yang sedikit.

2. Kumparan sekunder

Kumparan ini berfungsi untuk merubah induksi menjadi tegangan tinggi yang

selanjutnya dialirkan ke busi untuk dirubah menjadi percikan api. Ciri

kumparan sekunder adalah kumparan yang memiliki penampang kecil dan

jumlah gulungan yang sangat banyak.

(60)

40

2.5.4 Pengontrol waktu (Timing Control)

Tekanan pembakaran dan tenaga yang keluar dari mesin bergantung juga terhadap

waktu penyalaan campuran bahan bakar dan udara yang tepat. Mendahului atau

terlambat waktu penyalaannya mempengaruhi tenaga yang keluar dari mesin. Penyalaan

harus membuat tekanan pembakaran mencapai harga maksimum sesaat setelah piston

melewati TMA.

Gambar 2.21Diagram Tekanan Pembakaran ( sumber : Daryanto, hal: 98)

Keterangan :

Garis Menunjukan timing yang tepat, tekanan pembakaran

mencapai harga maksimum pada saat mulai langkah kerja.

Garis ++++++++++ Menunjukan waktu penyalaan yang mendahului, tekanan

pembakaran maksimum sebelum piston melakukan

langkah kerja

Garis - - - Menunjukkan penyalaan terlambat, penyalaan terjadi pada

(61)

menjadi besar, sehingga tekanan pembakaran menjadi

rendah

Pembakaran terjadi pada waktu tertentu, jika tekanan pembakaran yang

maksimum terjadi segera melewati TMA maka penyalaan harus terjadi lebih dulu pada

putaran yang cepat. Piston akan bergerak lebih cepat bila kecepatan motor bertambah

dan waktu penyalaan juga berubah.

2.5.5 Vakum Advancer

Vakum advancer berfungsi untuk memaju-mundurkan saat pengapian sesuai yang

berhubungan dengan besarnya putaran mesin dan beban mesin. Pada saat mesin

berputar dengan sebagian katup dibuka dan dengan beban rendah, maka efisiensi

volume bensin menjadi rendah akibatnya pada tabung inlet terjadi vakum yang tinggi,

campuran kurus bahan bakar sehingga lambat terbakarnya. Karena itu penyalaan

didahulukan. Pada saat mesin pada putaran idle atau stasioner dan posisi katup terbuka

penuh, vakum menjadi rendah sekali, sehingga pengatur vakum tidak bekerja. Pada

rangkaian CDI kerja Vakum Advencer digantikan oleh kerja pematik fulser.

(62)

42

2.5.6 Busi

Fungsi busi adalah menghantarkan arus pengapian keruang bakar, melalui sebuah

elektroda untuk menghasilkan percikan api. Tekanan yang tinggi, temperatur tinggi, dan

tegangan yang tinggi berpengaruh terhadap kinerja busi. Arus pengapian mengalir

melalui elektroda pusat dimana api melompat ke sisi lain yang dihubungkan ke badan

busi. Elektroda busi dibuat dari paduan nikel yang tahan terhadap temperatur tinggi.

Pada busi-busi special bahan elektrodanya dari platina. Jarak antar elektroda busi

berpengaruh terhadap api yang dihasilkan. Jarak elektroda yang terlalu lebar

menyebabkan mesin sukar distarter, sedangkan jarak elektroda yang sempit menyulitkan

pada waktu putaran stasioner dan dipercepat.

(63)
(64)

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PERHITUNGAN

3.1. Diagram Alur Penelitian

mulai

Perencanaaan

Penyetelan mesin Survey bahan dan alat

pembahasan Analisa data Pengambilan data Pembuatan mesin

kesimpulan

(65)

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di bengkel Rensa Motor yang berada di jalan

Kenteng – Sentolo.

3.3. Alat Pengujian

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah

 Stopwatch

 Jangka Sorong

 Gelas Ukur

 Lem Plastik Steel

 Gerinda

(66)

45

3.4. Jalannya Penelitian

3.4.1 Keterangan Perancangan

Memodifikasi komponen motor bensin dilakukan dengan cara mengganti

sistem pengapian, yaitu dari sistem pengapian platina menjadi sistem pengapian CDI.

CDI yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah CDI (Honda Grand). CDI

ini dipilih karena CDI tidak memiliki pembatas (limitter).

(67)

Dalam tugas akhir ini proses pembuatan mesin modifikasi adalah pertama-tama

membuat dudukan fulserpada karter.

Gambar 3.3 Pembuatan dudukan Fulser dengan Mata Tuner

Gambar 3.4 Kalter setelah di tuner

Setelah dudukan fulser dibuat, kemudian fulser dipasang untuk menentukan titik

pematik fulser.

Mata tuner

(68)

47

Gambar 3.5 Pemasangan Fulser

Pematik dibuat 15o sebelum TMA. Pematik dibuat dengan cara dilas pada sisi

lempeng kruk as. Kemudian dirapikan dengan mesin bubut agar dapat menentukan tebal

pematik yaitu 2 mm.

Gambar 3.6 Pembuatan Pematik

Jalur kabel dibuat dengan cara mengebor sisi kiri karter. Setelah kabel dimasukan,

(69)

Gambar 3.7 Rangkaian Mesin

Generator CDI dibuat dengan cara mengganti generator pengisian dengan kawat

yang lebih kecil, kemudian dilakukan pengerasan agar oli tidak masuk dalam lilitan. Hal

tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi konsleting. Koil dipilih dari sepeda

motor (Honda GL Pro), dengan tujuan agar sistem pengapian sesuai yaitu 12V.

Kemudian rangkaian disusun seperti pada skema rangkaian pengapian CDI AC dan

data dapat diambil.

(70)

49

3.4.2 Penyetelan Mesin

Setelah mesin selesai dari tahap perancangan dan tahap pembuatan, maka tahap

selanjutnya adalah penyetelan mesin, yaitu tahap dimana mesin di setting sedemikian

rupa sehingga mesin berada dalam kondisi yang paling maksimal. Untuk melakukan

pengambilan data mesin diseting dengan sistem pengapian platina dan pengapian CDI,

dengan kondisi mesin lainnya sama.

Gambar 3.9 Rangkaian Mesin

3.4.3 Persiapan Jalannya Pengambilan Data Melalui Praktek.

Setelah penyetelan mesin selesai maka selanjutnya adalah pengambilan data dari

mesin tersebut, data meliputi:

3.4.3.1 Akselerasi

Pada pengambilan data ini dipersiapkan trek atau jalan lurus sejauh 201 m. Pada

awal trek merupakan titik start dari motor yang akan diuji, sedangkan pada akhir trek

telah ada seorang timer yang menggunakan stopwacth untuk mengukur waktu yang Platina

Advancer Pengisian

(71)

diperlukan motor untuk menempuh jarak 201 m. Jalan yang digunakan adalah jalan

lurus yang ada di jalan Kenteng - Sentolo.

3.4.3.2 Konsumsi bensin

Pada persiapan pengujian konsumsi bensin, penulis menentukan rute yang akan

ditempuh. Yaitu dari perempatan Kenteng ke selatan menuju jalan Wates. Rute ini

dipilih karena jalan ini merupakan jalanan lurus yang tidak terlalu banyak tikungan,

sehingga hasil pengambilan data dapat lebih maksimal. Pada pengambilan data ini

mesin diisi 100 ml liter bensin kemudian menempuh rute yang telah ditentukan tadi

dengan beberapa variasi kecepatan, yaitu pada kecepatan 20 Km/Jam, 30 Km/jam dan

40 Km/jam. Dengan variasi kecepatan tersebut maka dengan 100 ml liter bensin mesin

tersebut dapat menempuh berapa Km adalah data yang diambil. Pengukuran jarak

dipilih speedometer bawaan motor dengan melakukan pembandingan terlebih dahulu

dengan sepeda motor lain, dan ternyata speedometer tersebut masih layak pakai.

3.5. Kesulitan selama penelitian.

Ada kesulitan yang dihadapi penulis dalam mengerjakan penelitian ini :

3.4.4 Penelitian seharusnya dilakukan pada jalan yang tidak banyak

gelombang, tetapi karena kondisi jalan yang sudah agak rusak dan tidak ada

jalan lain yang memenuhi syarat, penulis melakukan pengambilan data pada

(72)

51

3.4.5 Mesin ini seharusnya dites menggunakan Dynotest tetapi dikarenakan

rusaknya alat tersebut maka hasil yang didapat hanya berdasarkan perhitungan

teoritis dan praktek.

3.6. Data Kendaraan

Jenis kendaraan : sepeda motor

Tipe mesin : mesin bensin 4 langkah

Jumlah silinder : 1 silinder

Volume sillinder : 99 cc

Daya : 11,50HP / 10500 rpm

Diameter silinder : 50,5 mm

Panjang langkah : 49,5 mm

Perbandingan kompresi : 9,5 : 1

Diameter Throat katup isap : 26 mm

Diameter Throat katup buang : 22,5 mm

Tinggi angkat katup : 5,4 mm

3.7. Perhitungan

Luasan lewat katup (Ais):

Luasan lewat katup dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.13

32 10

. 2 , 7 10 . 26 14 ,

3 3 3 Cos

Ais      

(73)

Luasan piston (Ap)

Luasan piston dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.14

2

r

Ap 

= 3,14 x (25,25.103)2

= 2,002 .10-3(m2)

Kecepatan piston maksimum (Vp max ):

Kecepatan piston maksimum dapat dihitun

Gambar

Gambar 3.1 Mesin Bor dan Mata Tuner..................................................
Gambar 2.1 Susunan silinder
Gambar 2.2 Pendinginan motor(Sumber : Suyanto,W, 1989, Hal: 12)
Gambar 2.3 Macam-macam susunan katup(Sumber : Suyanto,W, 1989, Hal:16)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, kepemimpinan itu pada hakikatnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya, (b)

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh permasalahan waktu, peraturan dan ketentuan hukum, kondisi infrastruktur, kemampuan sumberdaya manusia, dan sosialisasi

Dalam kerangka model blok, dikenal jenis penaksiran poligon dengan jarak titik terdekat rule of nearest point, yaitu nilai hasil penaksiran hanya dipengaruhi oleh nilai conto

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan perawatan yang ditujukan kepada orang terinfeksi HIV dengan infeksi oportunistik sehingga memerlukan perawatan

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.. 2) Konflik emosional

Jika dilihat dari segi harga maka akan didapat hasil bahwa responden yang bersuku aceh yang menjadi mayoritas dalam penelitian ini mengkonsumsi kopi dengan harga

Melatih responden sebanyak 3 kali dan mengevaluasi tindakan relaksasi otot progresif dan relaksasi autogenik hingga responden secara benar dan mandiri melakukan tindakan

Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam menganalisis unsur intrinsik sebuah karya sastra, siswa dapat meneladani berbagai sikap positif dan