• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS

CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh: SITI INDARWATI

B03211031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

vii ABSTRAKSI

Siti Indarwati (B03211031), Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?, (2)Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif komparatif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan teknik biblioterapi dalam menangani frustrasi seorang pemuda putus cinta di Desa Badang Ngoro Jombang serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dengan teknik tersebut. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumen hasil observasi dan wawancara dari objek serta informan.

Adapun proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan teknik biblioterapi dalam menangani frustrasi yang dialami seorang pemuda putus cinta ini yakni dengan langkah-langkah bimbingan konseling Islam yaitu identifikasi masalah, diagnosa, prognosa,treatment/ terapi dan follow up yang kemudian pada

treatment/ terapi dilakukan tahap-tahap pada teknik biblioterapi yaitu dengan memberikan motivasi terlebih dahulu kepada klien, kemudian klien diberikan waktu yang cukup untuk membaca bukunya selanjutnya memberikan waktu kepada klien untuk inkubasi yakni merenungkan isi buku, kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa diskusi antara konselor dan klien dan diakhiri dengan evaluasi. Berdasarkan proses tersebut, dalam penelitian ini objek penelitian mengalami frustrasi dikarenakan adanya masalah dalam percintaan yang berakhir tidak bahagia karena tidak adanya restu dari orang tua kekasihnya serta tidak adanya respon dari mantan kekasihnya untuk tetap menjadi teman. Setelah mendapatkan terapi, klien telah dapat melakukan perubahan pada dirinya namun tidak semua perilaku klien dapat dirubah dalam waktu yang singkat. Penelitian ini cukup berhasil yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku klien, salah satunya yaitu berhenti memotret hingga mulai memotret kembali.

(6)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

E. Definisi Konsep... 8

F. Metode Penelitian... 13

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 13

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 14

3. Jenis dan Sumber Data ... 15

4. Tahap-Tahap Penelitian... 16

5. Teknik Pengumpulan Data ... 18

6. Teknik Analisis Data ... 21

7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data ... 22

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI, FRUSTRASI A. Bimbingan Konseling Islam... 25

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam... 25

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 26

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam... 27

4. Unsur–Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 28

5. Langkah–Langkah Bimbingan Konseling Islam... 30

B. TeknikBiblioterapi ... 31

a. PengertianBiblioterapi ... 31

b. Dasar dan TujuanBiblioterapi ... 33

c. TahapanBiblioterapi... 34

(7)

xi

C. Frustrasi ... 36

a. Pengertian Frustrasi... 36

b. Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi ... 38

c. Ciri–Ciri Frustrasi ... 42

d. Jenis-Jenis Frustrasi ... 43

e. Bentuk- Bentuk Frustrasi ... 46

D. Frustrasi Sebagai Masalah Bimbingan Konseling Islam... 47

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 48

BAB III: BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG A. Frustrasi pada Seorang Pemuda Putus Cinta Di Desa Badang Ngoro Jombang ... 53

1. Desa Badang... 53

2. Deskripsi Konselor... 54

3. Deskripsi Klien / Konseli ... 56

4. Deskripsi Masalah ... 59

B. Bimbingan Konseling Islam dengan TeknikBiblioterapi ... 60

1. Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang ... 60

a. Identifikasi Masalah ... 61

b. Diagnosa... 70

c. Prognosa... 70

d. Treatment(Terapi) ... 73

e. Evaluasi (Follow Up) ... 90

2. Deskripsi Hasil Akhir Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang... 92

(8)

xii

B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa

Badang Ngoro Jombang ... 101

BAB V: PENUTUP

A. KESIMPULAN ... 105 B. SARAN ... 106

DAFTAR PUSTAKA

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam bukunya Bimo Walgito yang berjudul Bimbingan dan

Konseling Perkawinan, Menurut UUD Perkawinan, yang dikenal dengan

Undang-Undang No. 1 tahun 1974, yang dimaksud perkawinan yaitu:

Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Sejak dahulu hingga saat ini, warga negara Indonesia termasuk daerah Jawa

Timur, ketika akan menjalin ikatan perkawinan mereka akan mengadakan

lamaran atau yang disebut juga dengan peminangan.

Dalam bukunya Kamal Muchtar yang berjudul Asas-Asas Hukum

tentang Perkawinan, Lamaran atau Peminangan dalam ilmu Fiqih disebut

“Khitbah” artinya “Permintaan”. Sedangkan menurut istilah adalah

pernyataan atau permintaan seorang laki-laki kepada pihak perempuan untuk

mengawininya, baik langsung atau melalui pihak lain yang dipercaya sesuai

dengan ketentuan agama.3 Berdasarkan pengertian diatas peminangan atau lamaran ini dilakukan oleh seorang pria. Yang pada umumnya, lamaran atau

2

Bimo Walgito,Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 11.

3

(10)

2

peminangan dilakukan dengan cara mendatangi orang tua dari seorang wanita

yang akan dilamar, baik sendirian atau diantar oleh kedua orang tuanya atau

pun bersama pihak lain yang dipercaya dengan tujuan untuk meminta izin

meminang atau melamar anak perempuan dari orang tua tersebut yang

nantinya akan dijadikan sebagai isteri oleh seorang pria.

Kegiatan meminta izin untuk meminang atau melamar ini akan

memberikan hasil yang membahagiakan bagi pihak pria bahkan juga bagi

pihak perempuan apabila dari pihak perempuan yang dilamar dapat menerima

lamaran. Namun sebaliknya akan mengecewakan, yang dapat membuat

seorang pria menjadi frustrasi apabila permintaan tersebut tidak di indahkan,

dengan kata lain permintaan lamaran tidak diterima baik dengan alasan-alasan

yang jelas atau pun tidak. Menurut Kartini Kartono dan Jeny Andary dalam

bukunya yang berjudul Hygiene Mental dan Kesehatan mental mengungkapkan bahwa:

Frustrasi adalah suatu keadaan dimana suatu kebutuhan tidak

terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan

mengalami suatu halangan dalam mencapai satu tujuan.4

Di Desa Badang kecamatan Ngoro kabupaten Jombang terdapat

seorang pria muda berusia dua puluh tiga (23) tahun, seorang lulusan teknik

informatika dan telah menjadi pegawai pabrik tidak jauh dari rumahnya,

sekaligus photographer dikala ada acara pernikahan atau pun dalam kegiatan

4

Kartini Kartono dan Jeny Andary,Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam

(11)

3

lain serta editor photo ini, telah merasakan kekecewaan akibat lamarannya

ditolak oleh pihak keluarga wanita yang dipinangnya. Dia merasa sangat

kecewa karena cintanya dengan pacarnya kandas begitu saja, padahal

sebelumnya ia telah sangat yakin lamarannya akan diterima oleh keluarga

kekasihnya.

Dari informasi yang saya dapatkan, Airul (nama samaran) mulanya

berniat untuk meminang kekasihnya sejak awal dia diangkat menjadi pegawai

di tempat kerjanya. Namun, ia berpikir kembali sehingga ia memutuskan

untuk melamar kekasihnya setelah kekasihnya lulus dari pendidikan

sarjananya, hal itu dilakukan karena dia tidak ingin mengganggu pendidikan

kekasihnya. Sebelumnya Airul dan kekasihnya telah menjalin kedekatan atau

yang biasa disebut oleh anak muda dengan berpacaran. Mereka telah

mengenal satu sama lain dan menjalin kedekatan selama lima tahun lebih

ulasnya, sejak jenjang Sekolah Menengah Atas(SMA), tepatnya saat duduk di

kelas sebelas atau kelas 2 (dua) SMA.

Hubungan mereka selama ini baik-baik saja, kedua orang tua mereka

juga telah mengetahui bahwa mereka telah lama saling mengenal dan tidak

jarang mereka pergi jalan-jalan keluar rumah juga dengan izin orang tua dari

wanita. Airul sangat menyayangi kekasihnya, setiap kali kekasihnya

membutuhkan dia, dia selalu membantunya jika tidak ada halangan.

Kemudian, saat kekasihnya telah lulus dari pendidikan sarjananya

(12)

4

untuk meminta anak perempuannya itu untuk ia jadikan sebagai isterinya.

Kemudian orang tuanya pun meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu.

Setelah beberapa hari Airul menunggu jawabannya, orang tua kekasihnya

menjawab lamaran tersebut bahwa orang tua kekasihnya tidak dapat

menerima, karena setelah meminta pendapat kepada orang yang dianggap

kedua orang tua kekasihnya itu pendapatnya sering benar, dan katanya orang

yang dimintai pendapat ini telah melakukan sholat istikhoroh, orang tersebut

mengungkapkan bahwa hasil sholat istikhorohnya memberi petunjuk bahwa

hubungan anaknya dengan Airul akan tidak baik apabila dilanjutkan

kejenjang pernikahan.

Saat itu Airul merasa bahwa hal itu bukanlah kenyataan, dia berharap

itu cobaan awal saja. Kekasihnya hanya diam menerima keputusan orang

tuanya. Tidak berputus asa, untuk kedua kalinya ia datang lagi bersama

dengan kedua orang tuanya ke rumah kekasihnya, namun jawaban yang

diterima oleh dia tetap sama seperti yang pertama. Kemudian Airul mencoba

meminta bantuan kepada kekasihnya agar dapat membantu untuk meyakinkan

kedua orang tuanya. Tetapi kekasihnya hanya meminta maaf kepadanya,

karena kekasihnya telah bertekad untuk menerima keputusan kedua orang

tuanya. Awalnya dia memaksa kekasihnya untuk membantunya. Namun dia

sadar, bahwa dia tidak bisa memaksa kekasihnya karena dia tahu keputusan

kekasihnya itu baik dengan mematuhi orang tua. Walau demikian, Airul pun

semakin kecewa, dia merasa tidak ada yang mendukungnya. Padahal dia ingin

(13)

5

menjadikannya isteri namun wanita itu malah menghilang, telepon Airul tak

pernah diangkatnya lagi, pesan singkat Airul yang hanya sekedar

menanyakan kabar dan ingin menyambung tali silaturahmmi tidak

dihiraukan.5 Sejak peristiwa putus cinta dan menghilangnya wanita itu lah Airul menjadi seorang pria yang tidak mempunyai semangat lagi, ia lebih

sering berdiam diri, berhenti memotret dan mengedit foto, serta dari informasi

yang saya dapatkan, saat bersama dengan teman-temanya ia sering kali

tiba-tiba diam membisu saat bercanda, sering murung, malas makan, mudah

marah, sering mengeluhkan pusing pada kepalanya, dan juga terlihat cemas

serta tidak jarang juga menyalahkan dirinya, bahkan sering menangis.6

Dari kasus diatas menjelaskan bahwa Airul merasa kecewa karena

keinginannya tidak terpenuhi sehingga ia tidak bersemangat lagi, dll. Oleh

sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa ia telah berpikir irrasional. Dalam

bukunya Latipun dalam bukunya Namora Lumongga Lubis yang berjudul

Memahami Dasar-Dasar Konseling: dalam Teori dan Praktik, pandangan Ellis

terhadap konsep manusia pada terapi rasional emotif yang ia kenalkan

dijelaskan bahwa:

Peristiwa yang terjadi pada individu akan direaksi sesuai dengan cara

berpikir atau sistem kepercayaan. Jadi, konsekuensi reaksi yang dimunculkan

seperti senang, sedih, frustrasi, dan sebagainya bukanlah akibat peristiwa

5

Hasil wawancara dengan klien : Airul (nama samaran), Jombang: Minggu, 14 Desember 2014.

6

(14)

6

yang dialami individu melainkan disebabkan karena cara berpikirnya.7 Berdasarkan pandangan tersebut, pemuda pada kasus diatas telah berpikir

irasional disebabkan oleh pemikirannya menanggapi peristiwa yang ia alami.

Untuk dapat meminimalisir pikirannya yang irasional dibutuhkan bantuan

dari seorang konselor atau orang lain sebagai pemberi semangat. Konselor

dapat membantu klien untuk dengan memberikan konseling yang di dalamnya

konselor dapat menggunakan teknik salah satunya yaitu dengan memberikan

motivasi-motivasi baik secara lisan dari konselor atau dengan cara

memberikan buku bacaan mengenai cerita atau kisah-kisah orang lain yang

pernah mengalami peristiwa yang sama atau bahkan hampir sama dengan

klien yang pada akhir cerita atau kisah-kisah yang digunakan dapat

memotivasi klien untuk tetap tegar dalam menjalani hidupnya. Teknik seperti

itu disebut juga dengan teknik Biblioterapi.

Sebagaimana pendapat Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis

menjelaskan pengertian Biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan memberikan

bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah yang hampir

sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi masalahnya. Atau bahan

bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional.8

Oleh sebab permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul Bimbingan Konseling Islam dengan

7

Namora Lumongga Lubis,Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 177.

8

(15)

7

Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta

di Desa Badang Ngoro Jombang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini, peneliti

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di

Desa Badang Ngoro Jombang?

2. Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di

Desa Badang Ngoro Jombang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di

Desa Badang Ngoro Jombang.

2. Mengetahui hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di

(16)

8

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

para pembaca maupun peneliti sendiri, antara lain sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam

bidang pengembangan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus

Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan

bimbingan konseling Islam mengenai Bimbingan Konseling Islam

dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang

Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

2. Secara Praktis

a. Peneliti diharapkan membantu memecahkan masalah yang berkaitan

dengan Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta melalui konseling

dengan Teknik Biblioterapi.

b. Menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas penelitian.

E. Definisi Konsep

Sesuai dengan judul penelitian yaitu Bimbingan Konseling Islam

(17)

9

Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang, maka perlu adanya pembatasan

konsep berdasarkan judul yang telah ada. Hal itu diperlukan agar pembahasan

konsep dalam penelitian ini tidak melebar dan kabur. Adapun istilah-istilah

yang perlu dijelaskan yakni sebagai berikut:

1. Bimbingan Konseling Islam

Samsul Munir dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan

Konseling Islam mendefinisikan, Bimbingan dan Konseling Islam adalah

proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap

individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang

dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai

yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke

dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan

Al-Qur’an dan Hadits.9

Kemudian Hamdan Bakran Adz-Dzaky, dalam bukunya yang

berjudul Konseling & Psikoterapi Islam menjelaskan Bimbingan

Konseling Islam ialah:

“Suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa

anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif

antara konselor dan konseli atau klien”.10

9

Samsul Munir,Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23

10

(18)

10

Sedangkan menurut Ainur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling

Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari

kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam

kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan

petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia

dan akhirat.11

Dari beberapa definisi para ahli diatas, maka dapat penulis

simpulkan bahwa bimbingan konseling Islam merupakan pemberian

bantuan yang diberikan kepada klien oleh konselor dengan tujuan agar

klien dapat berpikir lebih rasional terhadap dirinya ataupun

lingkungannya serta mendapatkan pencerahan batin sesuai dengan Islam,

agar tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Teknik Biblioterapi

Menurut Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis

menjelaskan pengertian Biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah

yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi

masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir

klien agar lebih rasional.12

11

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hal. 4

12

(19)

11

Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami

peneliti bahwa Teknik Biblioterapi yaitu teknik yang digunakan untuk

membantu klien dengan cara memberi buku bacaan tentang cerita atau

kisah orang lain yang mengalami masalah yang sama atau pun hampir

sama dengan klien yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih

rasional sehingga dapat mengatasi masalahnya.

3. Frustrasi

Menurut Musthofa Fahmi dalam bukunya Kesehatan Jiwa dalam

Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat mendefinisikan frustrasi ialah suatu

proses yang mengandung pengenalan seseorang akan hambatan yang

menghalanginya dari memenuhi kebutuhannya, atau ia memperkirakan

bahwa hambatan akan terjadi di kemudian hari.13

Menurut Supartono Widyo Siswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya

Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi,

yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi

apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi

antara lain:

1. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering

nyeri pada lambung, dll.

13

(20)

12

2. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu,

ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.14

Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami

bahwa frustrasi merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami

kegagalan karena suatu halangan atau hambatan dalam mencapai

tujuannya atau keinginannya yang mengakibatkan individu itu merasakan

kekecewaan mendalam.

Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada

sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga

frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab awalnya.

Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam bukunya

Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa rintangan-rintangan

(penyebab) frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4 golongan besar:

1. Rintangan-rintangan (penyebab) yang timbul bukan dari manusia

(selain manusia). Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya

bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul

dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain

yang berinteraksi dengan kita.

2. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia.

3. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri

seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua

14

(21)

13

pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya

menimbulkan banyak pertimbangan.

4. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat

dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan

pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan (motif

positif), diantara motif negatif.15

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Untuk mendapatkan hasil yang valid dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam bukunya Lexy yang berjudul

Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) bahwa:

Menurut Botgar dan Tailor dalam bukunya Lexy J. Moleong,

penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku

yang dapat diamati.16

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam

penelitian ini, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara

mendalam. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh,

sebab sumber data yang diharapkan berasal dari sumber yang berkaitan

15

Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Bandung: Remaja Karya, 1985), hal. 121-122.

16

(22)

14

dengan sasaran penelitian. Sehingga menghasilkan data deskriptif yang

berupa kata- kata atau teks bukan berupa angka.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau

penelitian kasus. Menurut Sudarwan, Penelitian kasus merupakan studi

mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi

gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.17

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena

dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya

melibatkan satu orang pemuda sehingga harus dilakukan penelitian secara

intensif, menyeluruh dan terperinci untuk menangani seorang pemuda

yang frustrasi.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang pemuda

bernama Airul (nama samaran) yang mengalami frustrasi karena putus

cinta. Yang kemudian disebut dengan klien.

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Badang Rt 03 Rw 03,

Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.

17

(23)

15

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang

bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam

bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun

jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di

lapangan. Hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang

dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir

pelaksanaan proses konseling.

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder.18 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, perilaku keseharian klien, dll.

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data

diperoleh.19

1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh

peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan saat

proses konseling dan konselor yang memberikan konseling.

2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari

orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis

18

Burhan Bungin,Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif

(Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 129.

19

(24)

16

peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga

klien, kerabat klien, tetangga klien, teman-teman klien dan

lain-lain. Dalam penelitian ini data diambil dari orang tua klien

terutama ibu klien yaitu Umi Salamah (nama samaran), teman

klien yaitu Yulianto (nama samaran), dan Andra (nama samaran).

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari

penelitian yakni:

a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti

dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu

dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan

tersebut diuraikan berikut ini.20

1) Pada tahap ini digunakan untuk menyusun rencana penelitian

Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana penelitian

apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah terjun

kelapangan.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan

diteliti.

20

(25)

17

3) Mengurus perizinan

Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan

sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat

mempermudah kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian.

4) Menjajaki dan penilaian lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan

baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari

keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau

kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.21 Dalam hal ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari informasi dari

masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan informan

guna mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan.

6) Menyiapkan perlengkapan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan

penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan

lain-lain.

7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak

menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai

(26)

18

masyarakat dan pribadi tersebut.22 Dalam hal ini peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada di latar

penelitian.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki

lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang

mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian

ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap pekerjaan lapangan ini, yang akan dilakukan

peneliti adalah memahami latar penelitian terlebih dahulu serta

mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Selanjutnya yakni

memasuki lapangan untuk menjalin keakraban dengan subyek atau

informan lainnya agar memperoleh banyak informasi. Dan ini

dilakukan selama proses penelitian. Selanjutnya yakni berperan sambil

mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi,

foto, rekaman, dan lain-lain.23

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik pengumpulan

data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

a. Observasi

22

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi)..,hal. 134.

23

(27)

19

Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang

diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi yaitu pengamatan

dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang di teliti.24 Observasi ini dilakukan untuk mengamati di lapangan mengenai

fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian

dilakukan pencatatan.

Observasi bertujuan untuk mengoptimalkan dari segi motif,

kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan

dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi

sumber data.25

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati

klien meliputi: kondisi klien baik kondisi sebelum, saat proses

konseling maupun sesudah mendapatkan konseling. Selain itu untuk

mengetahui deskripsi lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk percakapan dua orang atau lebih

untuk mendapatkan informasi dengan cara memberikan beberapa

pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian.26 Wawancara

24

Dr. Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung, Alfabeta, 2012), hal.145.

25

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi).., hal. 175.

26

(28)

20

dilakukan untuk menggali data lebih mendalam dari data yang

diperoleh dari observasi.27

Dalam penelitian ini peneliti sekaligus konselor sebagai

pewawancara dan klien sebagai terwawancara. Adapun yang akan

peneliti gali yakni segala informasi pada diri klien yakni: Identitas diri

klien, deskripsi permasalahan yang dialami klien, serta hal-hal yang

lainnya yang belum dapat peneliti utarakan karena biasanya teknik

interview ini tidak terstruktur karena wawancaranya bersifat

mendalam. Saat wawancara tidak menyusun pertanyaan dan jawaban

tertulis, hanya membuat pedoman wawancara sehingga informan

merasa leluasa dan terbuka dalam memberikan jawaban dan

keterangan yang diingikan peneliti.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan dalam

berbagai macam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar

data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan,

catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain yang tersimpan.28Dari data dokumentasi peneliti dapat melihat kembali sumber data yang

ada seperti catatan pribadi, hasil wawancara dan lain sebagainya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan

data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

27

Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati,Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hal. 136.

28

(29)

21

Tabel 1.1

Teknik Pengumpulan Data

NO. JENIS DATA SUMBER

DATA TPD

1

a. Identitas Klien

b. Tempat tanggal lahir klien c. Usia klien

d. Pendidikan klien

e. Masalah yang dihadapi klien

Klien

W + O

2

a. Identitas Konselor b. Pendidikan konselor c. Usia konselor

d. Pengalaman dan proses konseling yang dilakukan

Konselor W+O

3

a. Kebiasaan klien

b. Kondisi keluarga dan lingkungan sekitar klien

Informan (keluarga atau

teman klien)

W+O

4 a. Luas wilayah penelitian b. Batas wilayah

Gambaran

lokasi penelitian O+W+D

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data

dengan cara memilah-milah data sesuai dengan kategori yang disepakati

oleh peneliti. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan

analisis deskriptif-komparatif, yakni Deskriptif Komparatif digunakan

untuk menganalisa proses konseling antara teori dan kenyataan dengan

cara membandingkan di dalam pelaksanaan Teknik Biblioterapi yang

dilakukan oleh konselor, apakah terdapat perbedaan pada klien antara

[image:29.595.142.513.150.535.2]
(30)

22

7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data

Dalam suatu penelitian diperlukan teknik untuk mengecek atau

mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini,

langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali

keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan

keterangan yang dilakukan.

a. Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data

yang dipilih benar-benar bersentuhan. Ketekunan pengamatan

bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang sangat

relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian

memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti juga tetap

menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini diperlukan agar

data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.

b. Triangulasi

Sugiyono menjelaskan bahwa, “triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai

teknik pengumpulan data yang telah ada.”29 Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mencari pemahaman terhadap apa yang telah

ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan teknik ini dengan

alasan agar data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti.

29

(31)

23

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga

mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai

berikut:

BAB I Pendahuluan yaitu: gambaran umum yang membuat pola dasar

dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep,

Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka: dalam bab ini peneliti menyajikan tentang

kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek

kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas tentang Bimbingan

Konseling Islam yang meliputi: Pengertian Bimbingan Konseling Islam,

Tujuan Bimbingan Konseling Islam, Fungsi Bimbingan Konseling Islam,

Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam dan Langkah-langkah Bimbingan

Konseling Islam. Selanjutnya yakni Teknik Biblioterapi yang meliputi:

Pengertian Biblioterapi, Dasar dan Tujuan Biblioterapi, Tahapan Biblioterapi,

Manfaat Biblioterapi. Kemudian Frustrasi meliputi: Pengertian Frustrasi,

Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi,Ciri–Ciri Frustrasi,Jenis-Jenis Frustrasi,

serta Bentuk- Bentuk Frustrasi. Dan terakhir beberapa penelitian terdahulu

yang relevan.

BAB III Penyajian Data: Menjelaskan tentang setting penelitian yang

(32)

24

klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian yakni mengenai deskripsi

proses pelaksanan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi

dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang

Ngoro Jombang serta deskripsi hasil akhir pelaksanan Bimbingan Konseling

Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang

Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.

BAB IV Analisis Data: Menjelaskan tentang analisis proses

pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam

Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro

Jombang dan analisis hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik

Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa

Badang Ngoro Jombang.

BAB V Bab ini berisi tentang kesimpulan dari kajian ini dan

(33)

25

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI, FRUSTRASI

A. Bimbingan Konseling Islam

1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky bimbingan konseling Islam

adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman

kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana

seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,

kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi

problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara

mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah

SAW.30

Menurut Samsul Munir Amin bimbingan konseling Islam adalah

proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap

individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama

yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung di dalam Al- Qur’an dan Hadits Rasulullah ke

dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan

Al-Qur’an dan Hadits.31

30

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, hal. 137

31

(34)

26

Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih bimbingan konseling

Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari

kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam

kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan

petunjuk dari Allah sehingga, dapat mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan akhirat.32

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah suatu

pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada individu, yang berupa

nasehat, dukungan, dan saran, untuk membantu memecahkan masalah

yang dihadapi agar individu dapat mengoptimalkan potensi akal

pikirannya yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, agar

memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

Menurut Drs. Yuhana Wijaya dalam bukunya yang berjudul

“Psikologi Bimbingan” memberikan batasan bahwa tujuan bimbingan

adalah membantu individu agar klien dapat mengenal dan memahami

dirinya sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan-kelemahannya,

mengenal dan memahami lingkungannya, mengambil keputusan untuk

melangkah maju seoptimal mungkin, berusaha sendiri memecahkan

32

(35)

27

masalahnya atau menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya

dan mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.33

Menurut Hallen dalam bukunya Bimbingan dan Konseling,

merumuskan tujuan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling Islami

yakni untuk meningkatkan dan menumbuh suburkan kesadaran manusia

tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt. dimuka

bumi ini, sehingga setiap aktivitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari

tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah.34

3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Menurut Ainur Rahim Faqih fungsi bimbingan dan Konseling

Islam sebagai berikut:

a. Fungsi preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar dapat

berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami

masalah kejiwaan, upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan

program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak

perlu terjadi.

b. Fungsi kuratif dan koretif yaitu membantu individu memecahkan

masalah yang dihadapi atau dialami.

c. Fungsi preserfativ yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan

kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama.

d. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu

memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik

33

Yuhana Wijaya,Psikologi Bimbingan(Bandung: PT. Eresco, 1988), hal 94

(36)

28

atau menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab

munculnya masalah baginya.35

4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam

a. Konselor

Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati

membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada

keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.36

Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah

sebagai berikut:

1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

2) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar,

kreatif, dan ramah.

3) Mempunyai kemmapuan, keterampilan dan keahlian (profesional)

serta berwawasan luas dalam bidang konseling.37 b. Konseli

Individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas

permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.38 Menurut kartini kartono, konseli hendaknya memiliki sikap

dan sifat sebagai berikut:

35

Ainur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,hal. 37

36

Latipun,Psikologi konseling,(Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55

37

Syamsu Yusuf, juntika nurhisan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 80

38

(37)

29

1) Terbuka

Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya

proses konseling. Artinya konseli bersedia mengungkap segala

sesuatu yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling.

2) Sikap Percaya

Agar konseling berlangsung secara efektif, maka konseli

harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya,

percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya

kepada siapa-pun.

3) Bersikap Jujur

Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat

teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur

mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa

masalah itu yang sebenarnya ia alami.

4) Bertanggung Jawab

Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya

sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.39 c. Masalah

Menurut HM. Arifin dalam bukunya Aswadi menerangkan

bahwa beberapa jenis masalah yang dihadapi seseorang atau

masyarakat yang memerlukan bimbingan konseling islam, yaitu:

39

(38)

30

1) Masalah perkawinan

2) Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf

3) Problem tingkah laku sosial

4) Problem karena masalah alkoholisme

5) Dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas secara

khusus memerlukan bantuan.40

5. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam

Ada beberapa langkah-langkah dalam Bimbingan Konseling

Islam yaitu:

a. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yaitu menentukan masalah apa yang

terjadi pada diri klien atau mengidentifikasi kasus-kasus yang dialami

oleh klien.

b. Diagnosa

Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor)

menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor penyebab

timbulnya masalah pada siswa (klien).

c. Prognosa

Setelah di ketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah

pada siswa atau klien, selanjutnya pembimbing atau konselor

menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan di ambil.

40

(39)

31

d. Treatmentatau terapi

Setelah di tetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian

bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah di

tetapkan.

e. Evaluasi atauFollow Up

Evaluasi di lakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang

telah di berikan memperoleh hasil atau tidak.41

B. Teknik Biblioterapi

Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami gangguan

mental, seperti gangguan kecemasan, trauma, stres, frustrasi dan depresi.

Apabila tidak segera ditangani akan membebani konseli sehingga memiliki

beban pikiran yang dapat mengganggu aktifitas konseli. Seiring dengan

perkembangan zaman yang begitu pesat dan banyaknya masalah-masalah

yang terjadi di masyarakat, para ahli membuat model-model terapi untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli seperti teknik biblioterapi.

1. Pengertian Biblioterapi

Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion

berarti buku atau bahan bacaan, sementara therapeia artinya penyembuhaan. Jadi, biblioterapi dapat dimaknai sebagai upaya

penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan

41

(40)

32

orientasi dan memberikan pandangan- pandangan yang positif sehingga

menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.42 Menurut Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis

menjelaskan pengertian biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan

memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah

yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi

masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir

klien agar lebih rasional.43

Menurut Jachma dalam bukunya Kushariyadi, biblioterapi adalah

dukungan psikoterapi melalui bahan bacaan untuk membantu seseorang

yang mengalami permasalahan personal.44

Berdasarkan beberapa pandangan di atas, maka dapat peneliti

pahami bahwa teknik biblioterapi yaitu dengan cara memberikan buku

bacaan tentang cerita atau kisah orang lain yang mengalami masalah

yang sama atau pun hampir sama dengan klien yang dapat meningkatkan

cara berpikir klien agar lebih rasional sehingga dapat mengatasi

masalahnya baik dengan cara klien sendiri dalam memaknai cerita yang

sama atau bahkan sama dengan masalahnya tersebut atau pun dengan

bantuan konselor.

42

Anita Apriliawati, Pengaruh Biblioterapi terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi Rumah Sakit Islam Jakarta, (2011), hal. 30.

43

Namora Lumongga Lubis,Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik..,

hal. 182.

44

(41)

33

2. Dasar dan Tujuan Biblioterapi

Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapatkan wahyu:

                                         

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.45

Allah yang mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu yang

pertama namun Nabi Muhammad menjawab dengan jawaban: “saya

tidak dapat membaca”. Hal demikian diulangi sampai ketiga kalinya

dengan jawaban yang sama dari Nabi. Malaikat Jibril kemudian

menuntun Nabi Muhammad dengan membaca lima ayat pertama dari

Al-Alaq. Secara tidak langsung turunnya wahyu yang pertama kali ini

sebenarnya menyuruh kita membaca, dengan membaca ilmu kita akan

bertambah, wawasan kita akan luas.46

Sebenarnya Kita sudah lama telah menerapkan terapi membaca,

tetapi sampai saat ini kita tidak menyadari bahwa itu adalah suatu alat

atau bahan untuk mengurangi permasalahan yang kita hadapi di kala itu.

Biblioterapi sering kita gunakan untuk pencarian jati diri melalui dunia

yang ada dalam halaman-halaman buku yang baik. Kita merasa terlibat

45

Tim Lajnah Pentashihan Mushaf ,Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahannya, hal.597.

46

(42)

34

dalam karakter tokoh utama yang ada di sana. Acapkali kita sering

menutup sampul sembari tersenyum setelah mendapatkan inspirasi dan

ide baru dari buku yang kita baca tersebut.

Bibliotherapy merupakan sebuah terapi atau penyembuhan bagi seseorang yang memiliki masalah yang bertujuan untuk mengarahkan

lebih spesifik. Dari membaca seseorang dapat mencatat katarsis dalam

diri seseorang itu sendiri, sehingga memiliki wawasan baru, serta dapat

menjadi sumber emosional dan respon empati dari pembaca.47

Maka dapat peneliti pahami, teknik ini bertujuan untuk

mendampingi seseorang yang tengah mengalami emosional yang

berkecamuk karena permasalahan yang dihadapi dengan menyediakan

bahan-bahan bacaan dengan topik yang tepat. Kisah dalam buku akan

membantu untuk menyelami hidupnya sehingga mampu memutuskan

jalan keluar yang paling mungkin bisa diambil.

3. Tahapan Biblioterapi

Tahap-tahap dalambibliotherapyadalah terapis menentukan buku yang akan di berikan kepada klien yang berupa buku psikologi dan

konseling, aotubiografi, buku bacaan yang sesuai dengan masalah yang

dihadapi klien itu sendiri. Adapun tahapan biblioterapi yaitu mengawali

dengan motivasi, memberikan waktu yang cukup, memberikan masa

inkubasi, kemudian tindak lanjut, sebaiknya tindak lanjut dilakukan

47

(43)

35

dengan metode diskusi, lalu evaluasi. Sebaiknya evaluasi dilakukan

secara mandiri oleh klien. Hal ini memancing klien untuk memperoleh

kesimpulan yang tuntas dan memahami arti pengalaman yang dialami.48

4. Manfaat Biblioterapi

Menurut Novitawati dalam bukunya Kushariyadi “intervensi

biblioterapi dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu

intelektual, sosial, perilaku, dan emosional”.

a. Pada tingkat intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang

perilaku yang dapat memecahkan masalah, dan juga mendapatkan

wawasan intelektual. Selanjutnya, individu dapat menyadari ada

banyak pilihan dalam menangai masalah.

b. Pada tingkat sosial, melalui membaca kisah atau cerita orang lain

individu dapat mengasah kepekaan sosialnya.

c. Pada tingkat perilaku, individu akan mendapatkan dan meningkatkan

kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit

didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat

membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat

rahasia pribadinya terbongkar.

d. Pada tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan

mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional.

Teknik ini dapat menyediakan solusi - solusi terbaik dari rujukan

masalah sejenis yang dialami klien dengan yang telah dialami orang

48

(44)

36

lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk

memecahkan masalahnya.49

C. Frustrasi

1. Pengertian Frustrasi

Begitu banyak pendapat para ahli mengenai arti dan pemahaman

tentang kata frustrasi. Sebelum menjelaskan pengertian frustrasi, perlu

diketahui bahwa yang mula-mula mengemukakan pendapat betapa

pentingnya frustrasi itu diselidiki ialah Sigmund Freud, yaitu seorang

psikonalisis, beserta sarjana-sarjana modern lainnya. Menurut aliran ilmu

jiwa modern dinyatakan bahwa di dalam diri manusia itu terdapat

dorongan-dorongan batin yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan

kehidupan manusia.50 Bahkan para psikolog (ahli ilmu jiwa) sendiri bersilang pendapat tentang arti frustrasi; ada yang menyebutnya

pembatas eksternal yang menyebabkan seseorang tidak dapat mencapai

tujuan, sementara ada pula yang menganggap frustrasi sebagai reaksi

emosional internal yang disebabkan adanya suatu penghalang.

Secara etimologi (bahasa) frustrasi berasal dari bahasa Yunani,

frustratio yang berarti perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam mencapai tujuan. Dan dalam bahasa Inggris frustration yang

berarti kekecewaan.51

49

Kushariyadi, Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik ( Jakarta: Salemba, 2011), hal. 51

50

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..,hal. 120.

51

(45)

37

Dalam kamus ilmiah populer lengkap, dijelaskan “frustrasi ialah

kekecewaan berat lantaran kegagalan; patah semangat akibat kegagalan;

rasa kecewa berat akibat ketidak sampaian tujuan”.52

Dalam bukunya Kartini Kartono dengan judul Patologi Sosial

jilid II menjelaskan pengertian frustrasi yaitu suatu keadaan, dimana

suatu keadaan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai.53 Seperti permasalah di atas bahwa frustrasi ada yang mengatakan

sebagai pembatas eksternal dan ada juga yang berpendapat sebagai reaksi

emosional internal. Hal tersebut telah diungkapkan oleh ahli psikologi

bahwa frustrasi adalah kondisi eksternal yang membuat seseorang tidak

memperoleh kesenangan yang diharapkan. Disamping itu, frustrasi juga

ada yang mengartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang kalut

karena terlalu banyak masalah, tekanan atau yang lainnya sehingga tidak

dapat menyelesaikannya. Dan ada juga ahli psikolog yang mengartikan

frustrasi itu adalah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam

jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak

dapat terpenuhi.

Dari berbagai macam pendapat para ahli tentang frustrasi, namun

kalau kita menelaah dari keseluran pendapat-pendapat itu intinya sama,

yaitu suatu hasrat dalam batin yang tidak diberi kepuasan atau tidak

dipenuhi karena suatu rintangan dan kita merasa kecewa karenanya. Atau

dengan kata lain, keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam

52

Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, TT), hal. 109

(46)

38

jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat/ dorongan yang tidak dapat

terpenuhi.

2. Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi

Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti

ada sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga

frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab yang

mengawalinya. Zakiah Daradjat dalam bukunya kesehatan mental

menjelaskan frustrasi itu disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi.54 Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam

bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa

rintangan-rintangan (penyebab) frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4(empat)

golongan besar:

5. Rintangan-rintangan (penyebab) yang timbul bukan dari manusia

(selain manusia). Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya

bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul

dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain

yang berinteraksi dengan kita. Seperti contoh : Seorang kusir (sais)

ingin cepat-cepat mengemudikan delmannya menuju ke station kereta

api untuk mengambil penumpang yang turun dari kereta api yang

sebentar lagi datang. Namun, tiba-tiba saja kudanya mogok tidak mau

berjalan karena kelelahan dan lapar. Lama sang sais berusaha dan

mencambuki kudanya dengan maksud kudanya kembali berjalan dan

54

(47)

39

lekas lari, namun hal itu sia-sia belaka kudanya tidak mau berjalan

apalagi berlari. Sementara itu kereta api telah tiba di station dan tidak

lama kemudian beragkat lagi. Dan sang sais tidak mendapatkan

penumpang satu orang pun.

6. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia.

Frustrasi yang disebabkan oleh seseorang umumya lebih mengganggu

atau lebih terasa dari pada yang disebabkan oleh sesuatu yang bukan

manusia seperti permasalahan yang pertama. Hal itu mungkin karena

manusia itu lebih mudah mengeluarkan pendapatnya, dan lebih dapat

merasakan daripada hewan, tumbuhan atau benda yang tidak

mempunyai pemikiran atau mungkin tidak bernyawa. Seperti contoh :

Seorang pemain bola dengan asiknya membawa bola menuju ke

daerah pertahan lawan yang sebentar lagi sampai ke daerah finalti,

dengan dibarengi keinginan/ hasrat memasukan bola ke gawang

lawan. Namun, tidak disangka tiba-tiba datang lawan yang tidak

diketahui dari arah mana datangnya dan akhirnya berhasil merebut

bola yang padahal tinggal beberapa langkah lagi bersarang di gawang

lawan.

7. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri

seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua

pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya

menimbulkan banyak pertimbangan. Frustrasi juga akan timbul akibat

(48)

40

positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Seperti

contoh: Seorang anak perempuan mempunyai keinginan untuk pergi

ke acara concert salah satu band favoritnya. Tetapi malam itu juga ia

berhasrat untuk menyenangakan ibunya yang ia sayangi, yang

sebenarnya tidak menyukai kepergiannya ke acara concert itu. Jika

kedua motif itu sangat kuat dan seimbang, sukarlah bagi si anak

perempuan itu memilih mana yang akan dilaksanakan. Kedua motif

itu sama baiknya. Apabila pergi ke acara concert berarti ia akan

mengecewakan ibunya, kalau tidak, berarti tidak melihat group band

favoritnya. Betulah pertimbangan yang akan dipikirkannya. Demikian

pula di dalam diri ibunya terjadi suatu perasaan yang tidak enak

karena sudah melarang anaknya. Sebagai seorang ibu yang baik ia

harus menyenangkan anaknya, tapi disisi lain ia juga harus

bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, karena ia

menganggap membiarkan anaknya pergi ke acara itu tidak baik bagi

anaknya. Pertentangan antara keinginan untuk menyenangkan ibunya

kalau si anak dan menyenangkan anaknya kalau si ibu akan

menimbulkan pemikiran dan akhirnya akan menimbulkan frustrasi

dalam diri si anak dan si ibu.

8. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat

dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan

pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan (motif

(49)

41

sebut saja si Amir ingin sekali menonton pergelaran wayang golek di

suatu hajatan yang tidak jauh dari rumahnya. Tetapi karena malam itu

bukan malam minggu jadi harus belajar sebagaimana biasanya. Akan

tetapi keinginan untuk menonton itu tetap kuat. Mau minta ijin kepada

ayahnya tidak berani (takut), karena sudah tentu ayahnya tidak

mengijinkan. Kalau pergi secara sembunyi-sembunyi takut ketahuan.

Akhirnya dengan hati gelisah ia tetap belajar di rumahnya.55

Dengan demikian, penyebab frustrasi itu timbul bukan hanya dari

dalam dirinya saja (internal), tetapi bisa juga timbul dari luar dirinya

(eksternal) yang berinteraksi dengan dirinya. Sumber yang berasal dari

dalam termasuk kekurangan dirinya sendiri, seperti kurangnya rasa

percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi

pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari

frustrasi saat seseorang mempunyai tujuan yang saling berinterferensi

satu sama lain. Sedangkan penyebab eksternalnya mencakup

kondisi-kondisi di luar dirinya, seperti jalan macet, tidak punya uang, cinta

ditolak, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh, dll.

Dalam penelitian ini, objek penelitian mengalami frustrasi yang

berasal dari luar dirinya(faktor eksternal), yaitu dikarenakan oleh

rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. Objek

penelitian mengalami frustrasi akibat putus cinta yang dimana

keinginannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai isteri tidak tercapai.

(50)

42

3. Ciri–Ciri Frustrasi

Menurut Supartono Widyosiswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya

Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi,

yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi

apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi

antara lain:

a. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering

nyeri pada lambung, dll.

b. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu,

ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.56

Dari ciri-ciri diatas, beberapa peneliti menjabarkan ciri-ciri

frustrasi dengan lebih rinci yakni:

a. Nampak adanya perubahan dari kebiasaan cara hidupnya.

b. Kelelahan, cemas, dan tumbuh rasa bersalah dalam hidupnya.

c. Orang yang mengalami frustrasi merasa kehilangan gairah hidup.

d. Sering diam dan membisu.

e. Terkadang menangis.

f. Tidak bersemangat mengadakan kontak sosial dalam hidupnya.

g. Malas makan.

56

(51)

43

h. Sering murung

i. Mudah marah.

j. Sering menangis.

k. Perubahan ritme tidur.

l. Bertindak sewenang-wenang.

Mengetahui ciri-ciri frustrasi diatas maka peneliti dapat menyebut

klien telah mengalami frustrasi. Yang dimana klien merasa sangat

kecewa akibat keinginannya yang tidak tercapai. Dalam penelitian ini,

objek penelitian mengalami frustrasi dengan ciri-ciri yaitu klien tidak

mempunyai semangat lagi, ia lebih sering berdiam diri; berhenti

memotret dan mengedit foto; saat bersama dengan teman-temanya ia

sering kali tiba-tiba diam membisu saat bercanda; sering murung; malas

makan; mudah marah; sering mengeluhkan pusing pada kepalanya; dan

juga terlihat cemas serta tidak jarang juga menyalahkan dirinya seperti

menganggap bahwa dirinya bodoh karena tidak meminang sejak awal

agar tidak terlalu kecewa; bahkan sering menangis.

4. Jenis-Jenis Frustrasi

Rozenvig dalam bukunya Mustofa Fahmi yang berjudul

kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat membagi

frustrasi menjadi beberapa macam yakni:

(52)

44

1) Kebutuhan Luar

Menyangkut kekurangan pada kebutuhan luar. Contohnya:

kemiskinan yang diderita oleh sementara orang, sudah barang

tentu dalam keadaan seperti itu kemiskinan menjadi sebab dari

tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan.

2) Kehilangan Luar

Menyangkut kehilangan sesuatu hal yang sifatnya luar

yang tadinya dimiliki, baik kehilangan tersebut kehilangan rumah,

pekerjaan, teman, kekasih ataupun yang lainnya baik karena mati

atau pun berpisah. Karena kehilangan secara tiba-tiba dapat

menyebabkan seseorang mengalami frustrasi.

3) Hambatan Luar

Disamping kedua macam frustrasi luar diatas, ada pula

hambatan-hambatan yang menghalangi individu dari pencapaian

tujuan yang diusahakannya untuk dapat terlaksana misalnya pintu

terkunci, jalan tertutup, jarak yang jauh atau pun akibat dihalangi

oleh orang lain dalam pencapaian tujuan.

b. Frustrasi Dalam

1) Kebutuhan Dalam

Hal-hal yang berhubungan dengan cacat atau kelainan

yang dibawa sejak lahir. Misalnya tidak dapat mendengar, lemah

ingatan, tidak bisa melihat, dll. Semua kenyataan itu merupakan

(53)

45

kebutuhan orang yang menderitanya, tapi lain halnya dengan

orang-orang biasa.

2) Kehilangan Dalam

Termasuk dalam hal itu kehilangan tiba-tiba pada

penglihatan, pendengaran, atau salah satu anggota badannya yang

tadinya dimilikinya. Misalnya kehilangan jari tangan pada

seorang pemain piano terkenal, menyebabkan sangat cemas, hal

itu jauh lebih berat daripada apa yang dirasakan oleh seseorang

yang sejak lahir memang telah tidak ada jarinya.

3) Hambatan Dalam

Misalnya keinginan untuk menghadiri dua buah

pertemuan pada satu waktu, yang berarti jika ia hadir pada

pertemuan yang satu, menyebabkan tidak dapat menghadiri yang

lain, macam hambatan seperti itu kadang-kadang dinamakan juga

dengan konflik.57

Dalam penelitian ini, klien mengalami jenis frustrasi luar yang

dimana mencakup pada kehilangan luar dan hambatan luar. Kehilangan

luar, klien mengalami kehilangan yaitu kehilangan kekasihnya yang

sangat ia sayang secara tiba-tiba, sehingga ia mengalami frustrasi. Klien

juga mengalami hambatan dalam mencapai tujuannya untuk menjadikan

kekasihnya sebagai istri. Ia mengalami hambatan luar yakni ia terhalang

57

(54)

46

oleh tidak adanya restu orang tua dari kekasihnya sehingga ia mengalami

kekecewaan yang sangat dalam sehingga klien mengalami frustrasi.

5. Bentuk- Bentuk Frustrasi

Dalam kamus lengkap psikologi, bentuk-bentuk dari frustrasi

yaitu:

a. Frustration

Suatu keadaan ketegangan yang tidak menyenangkan ditandai

dengan kecemasan disebabkan oleh rintangan dan hambatan dalam

pencapaian keinginan.

b. Frustation Aggresion hypothesis

Asumsi ini menyatakan bahwa frustrasi selalu mengarah pada

suatu jenis tingkah laku agresi, baik secara implisit maupun eksplisit.

c. Frustation response

Suatu sikap kepribadian faktorial yang memperlihatkan ujung

kutub positifnya berupa kemarahan dan depresi.

d. Frustation tolerence

Kemampuan untuk menderita karena gagal dan

dihalang-halangi, namun mengalami kerusakan psikologis yang tidak

semestinya.58

Objek penelitian mengalami frustrasi pada bentuk yang pertama

yaitufrustation dimana klien menga

Gambar

 b.Batas wilayahGambaran4a.Luas wilayah penelitianlokasi penelitian
  Tabel 3.1Kondisi Klien Sebelum Dilakukan Konseling dengan Teknik Biblioterapi
Tabel 3.2
 Tabel 4.1
+2

Referensi

Dokumen terkait

perangkat lunak secara bertahap dan iteratif yang melibatkan kolaborasi antara tim pengembang dan konsumen. XYZ telah menerapkan Scrum sejak 2012, tetapi ada masalah dalam

Proses ekstraksi ciri pada penelitian kali ini yaitu menghitung jumlah piksel pada masing-masing bagian dari objek yang telah dipotong-potong ke dalam satu huruf,

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Cara Pembayaran dan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati Samosir tentang Pedoman penyusunan

Berdasarkan gagasan dan hasil penelitian penulis di atas dapat disimpulkan bahwa persentase rata-rata miskonsepsi siswa setelah diterapkan model pembelajaran conceptual

ABSTRAK DEFAMILIARISASI TRADISI: MUSEUM TAMBANG PASIR SUNGAI BRANTAS Oleh Septi Triana NRP : 3212 100 005 Kegiatan penambangan pasir tradisional di sekitar daerah aliran sungai

Setelah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diganti dengan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004, prinsip-prinsip pembentukan Perda ditentukan sebagai berikut: (1) Perda

Sementara itu kadar logam dasar (Cu, Pb, Zn) ditunjukkan dari conto TPM_04A dengan kadar yang tinggi pada temperatur mineralisasi antara 200°C-300°C, salinitas yang paling tinggi (3,3