BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS
CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Disusun Oleh: SITI INDARWATI
B03211031
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
vii ABSTRAKSI
Siti Indarwati (B03211031), Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?, (2)Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang?
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan analisis deskriptif komparatif. Analisis yang digunakan tersebut untuk mengetahui proses serta keberhasilan pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan teknik biblioterapi dalam menangani frustrasi seorang pemuda putus cinta di Desa Badang Ngoro Jombang serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan konseling dengan teknik tersebut. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini melalui dokumen hasil observasi dan wawancara dari objek serta informan.
Adapun proses pelaksanaan bimbingan konseling Islam dengan teknik biblioterapi dalam menangani frustrasi yang dialami seorang pemuda putus cinta ini yakni dengan langkah-langkah bimbingan konseling Islam yaitu identifikasi masalah, diagnosa, prognosa,treatment/ terapi dan follow up yang kemudian pada
treatment/ terapi dilakukan tahap-tahap pada teknik biblioterapi yaitu dengan memberikan motivasi terlebih dahulu kepada klien, kemudian klien diberikan waktu yang cukup untuk membaca bukunya selanjutnya memberikan waktu kepada klien untuk inkubasi yakni merenungkan isi buku, kemudian diadakan tindak lanjut yang berupa diskusi antara konselor dan klien dan diakhiri dengan evaluasi. Berdasarkan proses tersebut, dalam penelitian ini objek penelitian mengalami frustrasi dikarenakan adanya masalah dalam percintaan yang berakhir tidak bahagia karena tidak adanya restu dari orang tua kekasihnya serta tidak adanya respon dari mantan kekasihnya untuk tetap menjadi teman. Setelah mendapatkan terapi, klien telah dapat melakukan perubahan pada dirinya namun tidak semua perilaku klien dapat dirubah dalam waktu yang singkat. Penelitian ini cukup berhasil yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan perilaku klien, salah satunya yaitu berhenti memotret hingga mulai memotret kembali.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D. Manfaat Penelitian... 8
E. Definisi Konsep... 8
F. Metode Penelitian... 13
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 13
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 14
3. Jenis dan Sumber Data ... 15
4. Tahap-Tahap Penelitian... 16
5. Teknik Pengumpulan Data ... 18
6. Teknik Analisis Data ... 21
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data ... 22
G. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II: BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI, FRUSTRASI A. Bimbingan Konseling Islam... 25
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam... 25
2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 26
3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam... 27
4. Unsur–Unsur Bimbingan Konseling Islam ... 28
5. Langkah–Langkah Bimbingan Konseling Islam... 30
B. TeknikBiblioterapi ... 31
a. PengertianBiblioterapi ... 31
b. Dasar dan TujuanBiblioterapi ... 33
c. TahapanBiblioterapi... 34
xi
C. Frustrasi ... 36
a. Pengertian Frustrasi... 36
b. Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi ... 38
c. Ciri–Ciri Frustrasi ... 42
d. Jenis-Jenis Frustrasi ... 43
e. Bentuk- Bentuk Frustrasi ... 46
D. Frustrasi Sebagai Masalah Bimbingan Konseling Islam... 47
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 48
BAB III: BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG A. Frustrasi pada Seorang Pemuda Putus Cinta Di Desa Badang Ngoro Jombang ... 53
1. Desa Badang... 53
2. Deskripsi Konselor... 54
3. Deskripsi Klien / Konseli ... 56
4. Deskripsi Masalah ... 59
B. Bimbingan Konseling Islam dengan TeknikBiblioterapi ... 60
1. Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang ... 60
a. Identifikasi Masalah ... 61
b. Diagnosa... 70
c. Prognosa... 70
d. Treatment(Terapi) ... 73
e. Evaluasi (Follow Up) ... 90
2. Deskripsi Hasil Akhir Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang... 92
xii
B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa
Badang Ngoro Jombang ... 101
BAB V: PENUTUP
A. KESIMPULAN ... 105 B. SARAN ... 106
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bukunya Bimo Walgito yang berjudul Bimbingan dan
Konseling Perkawinan, Menurut UUD Perkawinan, yang dikenal dengan
Undang-Undang No. 1 tahun 1974, yang dimaksud perkawinan yaitu:
Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Sejak dahulu hingga saat ini, warga negara Indonesia termasuk daerah Jawa
Timur, ketika akan menjalin ikatan perkawinan mereka akan mengadakan
lamaran atau yang disebut juga dengan peminangan.
Dalam bukunya Kamal Muchtar yang berjudul Asas-Asas Hukum
tentang Perkawinan, Lamaran atau Peminangan dalam ilmu Fiqih disebut
“Khitbah” artinya “Permintaan”. Sedangkan menurut istilah adalah
pernyataan atau permintaan seorang laki-laki kepada pihak perempuan untuk
mengawininya, baik langsung atau melalui pihak lain yang dipercaya sesuai
dengan ketentuan agama.3 Berdasarkan pengertian diatas peminangan atau lamaran ini dilakukan oleh seorang pria. Yang pada umumnya, lamaran atau
2
Bimo Walgito,Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hal. 11.
3
2
peminangan dilakukan dengan cara mendatangi orang tua dari seorang wanita
yang akan dilamar, baik sendirian atau diantar oleh kedua orang tuanya atau
pun bersama pihak lain yang dipercaya dengan tujuan untuk meminta izin
meminang atau melamar anak perempuan dari orang tua tersebut yang
nantinya akan dijadikan sebagai isteri oleh seorang pria.
Kegiatan meminta izin untuk meminang atau melamar ini akan
memberikan hasil yang membahagiakan bagi pihak pria bahkan juga bagi
pihak perempuan apabila dari pihak perempuan yang dilamar dapat menerima
lamaran. Namun sebaliknya akan mengecewakan, yang dapat membuat
seorang pria menjadi frustrasi apabila permintaan tersebut tidak di indahkan,
dengan kata lain permintaan lamaran tidak diterima baik dengan alasan-alasan
yang jelas atau pun tidak. Menurut Kartini Kartono dan Jeny Andary dalam
bukunya yang berjudul Hygiene Mental dan Kesehatan mental mengungkapkan bahwa:
Frustrasi adalah suatu keadaan dimana suatu kebutuhan tidak
terpenuhi dan tujuan tidak bisa tercapai, sehingga orang kecewa dan
mengalami suatu halangan dalam mencapai satu tujuan.4
Di Desa Badang kecamatan Ngoro kabupaten Jombang terdapat
seorang pria muda berusia dua puluh tiga (23) tahun, seorang lulusan teknik
informatika dan telah menjadi pegawai pabrik tidak jauh dari rumahnya,
sekaligus photographer dikala ada acara pernikahan atau pun dalam kegiatan
4
Kartini Kartono dan Jeny Andary,Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam
3
lain serta editor photo ini, telah merasakan kekecewaan akibat lamarannya
ditolak oleh pihak keluarga wanita yang dipinangnya. Dia merasa sangat
kecewa karena cintanya dengan pacarnya kandas begitu saja, padahal
sebelumnya ia telah sangat yakin lamarannya akan diterima oleh keluarga
kekasihnya.
Dari informasi yang saya dapatkan, Airul (nama samaran) mulanya
berniat untuk meminang kekasihnya sejak awal dia diangkat menjadi pegawai
di tempat kerjanya. Namun, ia berpikir kembali sehingga ia memutuskan
untuk melamar kekasihnya setelah kekasihnya lulus dari pendidikan
sarjananya, hal itu dilakukan karena dia tidak ingin mengganggu pendidikan
kekasihnya. Sebelumnya Airul dan kekasihnya telah menjalin kedekatan atau
yang biasa disebut oleh anak muda dengan berpacaran. Mereka telah
mengenal satu sama lain dan menjalin kedekatan selama lima tahun lebih
ulasnya, sejak jenjang Sekolah Menengah Atas(SMA), tepatnya saat duduk di
kelas sebelas atau kelas 2 (dua) SMA.
Hubungan mereka selama ini baik-baik saja, kedua orang tua mereka
juga telah mengetahui bahwa mereka telah lama saling mengenal dan tidak
jarang mereka pergi jalan-jalan keluar rumah juga dengan izin orang tua dari
wanita. Airul sangat menyayangi kekasihnya, setiap kali kekasihnya
membutuhkan dia, dia selalu membantunya jika tidak ada halangan.
Kemudian, saat kekasihnya telah lulus dari pendidikan sarjananya
4
untuk meminta anak perempuannya itu untuk ia jadikan sebagai isterinya.
Kemudian orang tuanya pun meminta waktu untuk berpikir terlebih dahulu.
Setelah beberapa hari Airul menunggu jawabannya, orang tua kekasihnya
menjawab lamaran tersebut bahwa orang tua kekasihnya tidak dapat
menerima, karena setelah meminta pendapat kepada orang yang dianggap
kedua orang tua kekasihnya itu pendapatnya sering benar, dan katanya orang
yang dimintai pendapat ini telah melakukan sholat istikhoroh, orang tersebut
mengungkapkan bahwa hasil sholat istikhorohnya memberi petunjuk bahwa
hubungan anaknya dengan Airul akan tidak baik apabila dilanjutkan
kejenjang pernikahan.
Saat itu Airul merasa bahwa hal itu bukanlah kenyataan, dia berharap
itu cobaan awal saja. Kekasihnya hanya diam menerima keputusan orang
tuanya. Tidak berputus asa, untuk kedua kalinya ia datang lagi bersama
dengan kedua orang tuanya ke rumah kekasihnya, namun jawaban yang
diterima oleh dia tetap sama seperti yang pertama. Kemudian Airul mencoba
meminta bantuan kepada kekasihnya agar dapat membantu untuk meyakinkan
kedua orang tuanya. Tetapi kekasihnya hanya meminta maaf kepadanya,
karena kekasihnya telah bertekad untuk menerima keputusan kedua orang
tuanya. Awalnya dia memaksa kekasihnya untuk membantunya. Namun dia
sadar, bahwa dia tidak bisa memaksa kekasihnya karena dia tahu keputusan
kekasihnya itu baik dengan mematuhi orang tua. Walau demikian, Airul pun
semakin kecewa, dia merasa tidak ada yang mendukungnya. Padahal dia ingin
5
menjadikannya isteri namun wanita itu malah menghilang, telepon Airul tak
pernah diangkatnya lagi, pesan singkat Airul yang hanya sekedar
menanyakan kabar dan ingin menyambung tali silaturahmmi tidak
dihiraukan.5 Sejak peristiwa putus cinta dan menghilangnya wanita itu lah Airul menjadi seorang pria yang tidak mempunyai semangat lagi, ia lebih
sering berdiam diri, berhenti memotret dan mengedit foto, serta dari informasi
yang saya dapatkan, saat bersama dengan teman-temanya ia sering kali
tiba-tiba diam membisu saat bercanda, sering murung, malas makan, mudah
marah, sering mengeluhkan pusing pada kepalanya, dan juga terlihat cemas
serta tidak jarang juga menyalahkan dirinya, bahkan sering menangis.6
Dari kasus diatas menjelaskan bahwa Airul merasa kecewa karena
keinginannya tidak terpenuhi sehingga ia tidak bersemangat lagi, dll. Oleh
sebab itu, maka dapat dikatakan bahwa ia telah berpikir irrasional. Dalam
bukunya Latipun dalam bukunya Namora Lumongga Lubis yang berjudul
Memahami Dasar-Dasar Konseling: dalam Teori dan Praktik, pandangan Ellis
terhadap konsep manusia pada terapi rasional emotif yang ia kenalkan
dijelaskan bahwa:
Peristiwa yang terjadi pada individu akan direaksi sesuai dengan cara
berpikir atau sistem kepercayaan. Jadi, konsekuensi reaksi yang dimunculkan
seperti senang, sedih, frustrasi, dan sebagainya bukanlah akibat peristiwa
5
Hasil wawancara dengan klien : Airul (nama samaran), Jombang: Minggu, 14 Desember 2014.
6
6
yang dialami individu melainkan disebabkan karena cara berpikirnya.7 Berdasarkan pandangan tersebut, pemuda pada kasus diatas telah berpikir
irasional disebabkan oleh pemikirannya menanggapi peristiwa yang ia alami.
Untuk dapat meminimalisir pikirannya yang irasional dibutuhkan bantuan
dari seorang konselor atau orang lain sebagai pemberi semangat. Konselor
dapat membantu klien untuk dengan memberikan konseling yang di dalamnya
konselor dapat menggunakan teknik salah satunya yaitu dengan memberikan
motivasi-motivasi baik secara lisan dari konselor atau dengan cara
memberikan buku bacaan mengenai cerita atau kisah-kisah orang lain yang
pernah mengalami peristiwa yang sama atau bahkan hampir sama dengan
klien yang pada akhir cerita atau kisah-kisah yang digunakan dapat
memotivasi klien untuk tetap tegar dalam menjalani hidupnya. Teknik seperti
itu disebut juga dengan teknik Biblioterapi.
Sebagaimana pendapat Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis
menjelaskan pengertian Biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan memberikan
bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah yang hampir
sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi masalahnya. Atau bahan
bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih rasional.8
Oleh sebab permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Bimbingan Konseling Islam dengan
7
Namora Lumongga Lubis,Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 177.
8
7
Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta
di Desa Badang Ngoro Jombang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dalam penelitian ini, peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di
Desa Badang Ngoro Jombang?
2. Bagaimana hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di
Desa Badang Ngoro Jombang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui proses Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di
Desa Badang Ngoro Jombang.
2. Mengetahui hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di
8
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca maupun peneliti sendiri, antara lain sebagai berikut:
1. Secara Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam
bidang pengembangan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus
Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan
bimbingan konseling Islam mengenai Bimbingan Konseling Islam
dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang
Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
2. Secara Praktis
a. Peneliti diharapkan membantu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta melalui konseling
dengan Teknik Biblioterapi.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas penelitian.
E. Definisi Konsep
Sesuai dengan judul penelitian yaitu Bimbingan Konseling Islam
9
Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang, maka perlu adanya pembatasan
konsep berdasarkan judul yang telah ada. Hal itu diperlukan agar pembahasan
konsep dalam penelitian ini tidak melebar dan kabur. Adapun istilah-istilah
yang perlu dijelaskan yakni sebagai berikut:
1. Bimbingan Konseling Islam
Samsul Munir dalam bukunya yang berjudul bimbingan dan
Konseling Islam mendefinisikan, Bimbingan dan Konseling Islam adalah
proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan sistematis kepada setiap
individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai
yang terkandung didalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke
dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan
Al-Qur’an dan Hadits.9
Kemudian Hamdan Bakran Adz-Dzaky, dalam bukunya yang
berjudul Konseling & Psikoterapi Islam menjelaskan Bimbingan
Konseling Islam ialah:
“Suatu aktivitas pemberian nasehat dengan atau berupa
anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif
antara konselor dan konseli atau klien”.10
9
Samsul Munir,Bimbingan Dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23
10
10
Sedangkan menurut Ainur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling
Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam
kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan
petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.11
Dari beberapa definisi para ahli diatas, maka dapat penulis
simpulkan bahwa bimbingan konseling Islam merupakan pemberian
bantuan yang diberikan kepada klien oleh konselor dengan tujuan agar
klien dapat berpikir lebih rasional terhadap dirinya ataupun
lingkungannya serta mendapatkan pencerahan batin sesuai dengan Islam,
agar tercapainya kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Teknik Biblioterapi
Menurut Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis
menjelaskan pengertian Biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah
yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi
masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir
klien agar lebih rasional.12
11
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hal. 4
12
11
Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami
peneliti bahwa Teknik Biblioterapi yaitu teknik yang digunakan untuk
membantu klien dengan cara memberi buku bacaan tentang cerita atau
kisah orang lain yang mengalami masalah yang sama atau pun hampir
sama dengan klien yang dapat meningkatkan cara berpikir klien agar lebih
rasional sehingga dapat mengatasi masalahnya.
3. Frustrasi
Menurut Musthofa Fahmi dalam bukunya Kesehatan Jiwa dalam
Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat mendefinisikan frustrasi ialah suatu
proses yang mengandung pengenalan seseorang akan hambatan yang
menghalanginya dari memenuhi kebutuhannya, atau ia memperkirakan
bahwa hambatan akan terjadi di kemudian hari.13
Menurut Supartono Widyo Siswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya
Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi,
yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi
apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi
antara lain:
1. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering
nyeri pada lambung, dll.
13
12
2. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu,
ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.14
Berdasarkan beberapa pandangan diatas, maka dapat dipahami
bahwa frustrasi merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami
kegagalan karena suatu halangan atau hambatan dalam mencapai
tujuannya atau keinginannya yang mengakibatkan individu itu merasakan
kekecewaan mendalam.
Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti ada
sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga
frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab awalnya.
Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam bukunya
Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa rintangan-rintangan
(penyebab) frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4 golongan besar:
1. Rintangan-rintangan (penyebab) yang timbul bukan dari manusia
(selain manusia). Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya
bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul
dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain
yang berinteraksi dengan kita.
2. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia.
3. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri
seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua
14
13
pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya
menimbulkan banyak pertimbangan.
4. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat
dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan
pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan (motif
positif), diantara motif negatif.15
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Untuk mendapatkan hasil yang valid dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam bukunya Lexy yang berjudul
Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) bahwa:
Menurut Botgar dan Tailor dalam bukunya Lexy J. Moleong,
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati.16
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam
penelitian ini, peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara
mendalam. Peneliti akan mendapatkan informasi hasil data secara utuh,
sebab sumber data yang diharapkan berasal dari sumber yang berkaitan
15
Ngalim Purwanto,Psikologi Pendidikan,(Bandung: Remaja Karya, 1985), hal. 121-122.
16
14
dengan sasaran penelitian. Sehingga menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata- kata atau teks bukan berupa angka.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau
penelitian kasus. Menurut Sudarwan, Penelitian kasus merupakan studi
mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi
gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.17
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena
dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya
melibatkan satu orang pemuda sehingga harus dilakukan penelitian secara
intensif, menyeluruh dan terperinci untuk menangani seorang pemuda
yang frustrasi.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang pemuda
bernama Airul (nama samaran) yang mengalami frustrasi karena putus
cinta. Yang kemudian disebut dengan klien.
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Badang Rt 03 Rw 03,
Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
17
15
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang
bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam
bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka. Adapun
jenis data pada penelitian ini adalah :
1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di
lapangan. Hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar belakang
dan masalah klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir
pelaksanaan proses konseling.
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder.18 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan klien, perilaku keseharian klien, dll.
b. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data
diperoleh.19
1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh
peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yang diberikan saat
proses konseling dan konselor yang memberikan konseling.
2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari
orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang penulis
18
Burhan Bungin,Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif
(Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal. 129.
19
16
peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga
klien, kerabat klien, tetangga klien, teman-teman klien dan
lain-lain. Dalam penelitian ini data diambil dari orang tua klien
terutama ibu klien yaitu Umi Salamah (nama samaran), teman
klien yaitu Yulianto (nama samaran), dan Andra (nama samaran).
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari
penelitian yakni:
a. Tahap Pra Lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti
dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu
dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan
tersebut diuraikan berikut ini.20
1) Pada tahap ini digunakan untuk menyusun rencana penelitian
Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana penelitian
apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah terjun
kelapangan.
2) Memilih lapangan penelitian
Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang akan
diteliti.
20
17
3) Mengurus perizinan
Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan
sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat
mempermudah kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian.
4) Menjajaki dan penilaian lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan
baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari
keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau
kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.21 Dalam hal ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari informasi dari
masyarakat tempat peneliti melakukan penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan informan
guna mendapatkan informasi tentang situasi dan kondisi lapangan.
6) Menyiapkan perlengkapan
Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan
penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder, kamera, dan
lain-lain.
7) Persoalan Etika Penelitian
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak
menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai
18
masyarakat dan pribadi tersebut.22 Dalam hal ini peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang ada di latar
penelitian.
b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki
lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang
mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian
ikut berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan.
c. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap pekerjaan lapangan ini, yang akan dilakukan
peneliti adalah memahami latar penelitian terlebih dahulu serta
mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Selanjutnya yakni
memasuki lapangan untuk menjalin keakraban dengan subyek atau
informan lainnya agar memperoleh banyak informasi. Dan ini
dilakukan selama proses penelitian. Selanjutnya yakni berperan sambil
mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, serta dokumentasi,
foto, rekaman, dan lain-lain.23
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik pengumpulan
data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Observasi
22
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi)..,hal. 134.
23
19
Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang
diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi yaitu pengamatan
dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang di teliti.24 Observasi ini dilakukan untuk mengamati di lapangan mengenai
fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan.
Observasi bertujuan untuk mengoptimalkan dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.
Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan
dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi
sumber data.25
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati
klien meliputi: kondisi klien baik kondisi sebelum, saat proses
konseling maupun sesudah mendapatkan konseling. Selain itu untuk
mengetahui deskripsi lokasi penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk percakapan dua orang atau lebih
untuk mendapatkan informasi dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian.26 Wawancara
24
Dr. Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,(Bandung, Alfabeta, 2012), hal.145.
25
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi).., hal. 175.
26
20
dilakukan untuk menggali data lebih mendalam dari data yang
diperoleh dari observasi.27
Dalam penelitian ini peneliti sekaligus konselor sebagai
pewawancara dan klien sebagai terwawancara. Adapun yang akan
peneliti gali yakni segala informasi pada diri klien yakni: Identitas diri
klien, deskripsi permasalahan yang dialami klien, serta hal-hal yang
lainnya yang belum dapat peneliti utarakan karena biasanya teknik
interview ini tidak terstruktur karena wawancaranya bersifat
mendalam. Saat wawancara tidak menyusun pertanyaan dan jawaban
tertulis, hanya membuat pedoman wawancara sehingga informan
merasa leluasa dan terbuka dalam memberikan jawaban dan
keterangan yang diingikan peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan dalam
berbagai macam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar
data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan,
catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain yang tersimpan.28Dari data dokumentasi peneliti dapat melihat kembali sumber data yang
ada seperti catatan pribadi, hasil wawancara dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan
data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:
27
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati,Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hal. 136.
28
21
Tabel 1.1
Teknik Pengumpulan Data
NO. JENIS DATA SUMBER
DATA TPD
1
a. Identitas Klien
b. Tempat tanggal lahir klien c. Usia klien
d. Pendidikan klien
e. Masalah yang dihadapi klien
Klien
W + O
2
a. Identitas Konselor b. Pendidikan konselor c. Usia konselor
d. Pengalaman dan proses konseling yang dilakukan
Konselor W+O
3
a. Kebiasaan klien
b. Kondisi keluarga dan lingkungan sekitar klien
Informan (keluarga atau
teman klien)
W+O
4 a. Luas wilayah penelitian b. Batas wilayah
Gambaran
lokasi penelitian O+W+D
Keterangan :
TPD : Teknik Pengumpulan Data
O : Observasi
W : Wawancara
D : Dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data
dengan cara memilah-milah data sesuai dengan kategori yang disepakati
oleh peneliti. Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan
analisis deskriptif-komparatif, yakni Deskriptif Komparatif digunakan
untuk menganalisa proses konseling antara teori dan kenyataan dengan
cara membandingkan di dalam pelaksanaan Teknik Biblioterapi yang
dilakukan oleh konselor, apakah terdapat perbedaan pada klien antara
[image:29.595.142.513.150.535.2]
22
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data
Dalam suatu penelitian diperlukan teknik untuk mengecek atau
mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini,
langkah yang dilakukan peneliti adalah mengecek kembali
keterangan-keterangan yang diberi informan dan memastikan informan dengan
keterangan yang dilakukan.
a. Fokus dan ketekunan
Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data
yang dipilih benar-benar bersentuhan. Ketekunan pengamatan
bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Peneliti juga tetap
menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti. Hal ini diperlukan agar
data yang digali tidak melenceng dari rumusan masalah yang dibahas.
b. Triangulasi
Sugiyono menjelaskan bahwa, “triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data yang telah ada.”29 Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mencari pemahaman terhadap apa yang telah
ditemukan di lapangan. Peneliti menggunakan teknik ini dengan
alasan agar data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti.
29
23
G. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga
mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan yaitu: gambaran umum yang membuat pola dasar
dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep,
Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka: dalam bab ini peneliti menyajikan tentang
kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk menelaah objek
kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas tentang Bimbingan
Konseling Islam yang meliputi: Pengertian Bimbingan Konseling Islam,
Tujuan Bimbingan Konseling Islam, Fungsi Bimbingan Konseling Islam,
Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam dan Langkah-langkah Bimbingan
Konseling Islam. Selanjutnya yakni Teknik Biblioterapi yang meliputi:
Pengertian Biblioterapi, Dasar dan Tujuan Biblioterapi, Tahapan Biblioterapi,
Manfaat Biblioterapi. Kemudian Frustrasi meliputi: Pengertian Frustrasi,
Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi,Ciri–Ciri Frustrasi,Jenis-Jenis Frustrasi,
serta Bentuk- Bentuk Frustrasi. Dan terakhir beberapa penelitian terdahulu
yang relevan.
BAB III Penyajian Data: Menjelaskan tentang setting penelitian yang
24
klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian yakni mengenai deskripsi
proses pelaksanan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi
dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang
Ngoro Jombang serta deskripsi hasil akhir pelaksanan Bimbingan Konseling
Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang
Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro Jombang.
BAB IV Analisis Data: Menjelaskan tentang analisis proses
pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Biblioterapi dalam
Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa Badang Ngoro
Jombang dan analisis hasil akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik
Biblioterapi dalam Menangani Frustrasi Seorang Pemuda Putus Cinta di Desa
Badang Ngoro Jombang.
BAB V Bab ini berisi tentang kesimpulan dari kajian ini dan
25
BAB II
BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TEKNIK BIBLIOTERAPI, FRUSTRASI
A. Bimbingan Konseling Islam
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky bimbingan konseling Islam
adalah suatu aktivitas memberikan bimbingan, pelajaran dan pedoman
kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana
seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,
kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi
problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara
mandiri yang berparadigma kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah
SAW.30
Menurut Samsul Munir Amin bimbingan konseling Islam adalah
proses pemberian bantuan terarah, continue dan sistematis kepada setiap
individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama
yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung di dalam Al- Qur’an dan Hadits Rasulullah ke
dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan
Al-Qur’an dan Hadits.31
30
Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, hal. 137
31
26
Sedangkan menurut Aunur Rahim Faqih bimbingan konseling
Islam adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam
kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan
petunjuk dari Allah sehingga, dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.32
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa bimbingan dan konseling Islam adalah suatu
pemberian bantuan oleh seorang ahli kepada individu, yang berupa
nasehat, dukungan, dan saran, untuk membantu memecahkan masalah
yang dihadapi agar individu dapat mengoptimalkan potensi akal
pikirannya yang sesuai dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah, agar
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
2. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Menurut Drs. Yuhana Wijaya dalam bukunya yang berjudul
“Psikologi Bimbingan” memberikan batasan bahwa tujuan bimbingan
adalah membantu individu agar klien dapat mengenal dan memahami
dirinya sendiri, termasuk kekuatan dan kelemahan-kelemahannya,
mengenal dan memahami lingkungannya, mengambil keputusan untuk
melangkah maju seoptimal mungkin, berusaha sendiri memecahkan
32
27
masalahnya atau menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya
dan mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.33
Menurut Hallen dalam bukunya Bimbingan dan Konseling,
merumuskan tujuan dari pelayanan Bimbingan dan Konseling Islami
yakni untuk meningkatkan dan menumbuh suburkan kesadaran manusia
tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt. dimuka
bumi ini, sehingga setiap aktivitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari
tujuan hidupnya yakni untuk menyembah atau mengabdi kepada Allah.34
3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Menurut Ainur Rahim Faqih fungsi bimbingan dan Konseling
Islam sebagai berikut:
a. Fungsi preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar dapat
berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami
masalah kejiwaan, upaya ini meliputi: pengembangan strategi dan
program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak
perlu terjadi.
b. Fungsi kuratif dan koretif yaitu membantu individu memecahkan
masalah yang dihadapi atau dialami.
c. Fungsi preserfativ yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu bertahan lama.
d. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik
33
Yuhana Wijaya,Psikologi Bimbingan(Bandung: PT. Eresco, 1988), hal 94
28
atau menjaga lebih baik sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab
munculnya masalah baginya.35
4. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam
a. Konselor
Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh hati
membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada
keterampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.36
Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah
sebagai berikut:
1) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
2) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar,
kreatif, dan ramah.
3) Mempunyai kemmapuan, keterampilan dan keahlian (profesional)
serta berwawasan luas dalam bidang konseling.37 b. Konseli
Individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas
permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan klien.38 Menurut kartini kartono, konseli hendaknya memiliki sikap
dan sifat sebagai berikut:
35
Ainur Rahim Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,hal. 37
36
Latipun,Psikologi konseling,(Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55
37
Syamsu Yusuf, juntika nurhisan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 80
38
29
1) Terbuka
Keterbukaan konseli akan sangat membantu jalannya
proses konseling. Artinya konseli bersedia mengungkap segala
sesuatu yang diperlukan demi kesuksesannya proses konseling.
2) Sikap Percaya
Agar konseling berlangsung secara efektif, maka konseli
harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya,
percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya
kepada siapa-pun.
3) Bersikap Jujur
Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya dapat
teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus jujur
mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa
masalah itu yang sebenarnya ia alami.
4) Bertanggung Jawab
Tanggung jawab konseli untuk mengatasi masalahnya
sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses konseling.39 c. Masalah
Menurut HM. Arifin dalam bukunya Aswadi menerangkan
bahwa beberapa jenis masalah yang dihadapi seseorang atau
masyarakat yang memerlukan bimbingan konseling islam, yaitu:
39
30
1) Masalah perkawinan
2) Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf
3) Problem tingkah laku sosial
4) Problem karena masalah alkoholisme
5) Dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas secara
khusus memerlukan bantuan.40
5. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam
Ada beberapa langkah-langkah dalam Bimbingan Konseling
Islam yaitu:
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yaitu menentukan masalah apa yang
terjadi pada diri klien atau mengidentifikasi kasus-kasus yang dialami
oleh klien.
b. Diagnosa
Diagnosis merupakan usaha pembimbing (konselor)
menetapkan latar belakang masalah atau faktor-faktor penyebab
timbulnya masalah pada siswa (klien).
c. Prognosa
Setelah di ketahui faktor-faktor penyebab timbulnya masalah
pada siswa atau klien, selanjutnya pembimbing atau konselor
menetapkan langkah-langkah bantuan yang akan di ambil.
40
31
d. Treatmentatau terapi
Setelah di tetapkan jenis atau langkah-langkah pemberian
bantuan selanjutnya adalah melaksanakan jenis bantuan yang telah di
tetapkan.
e. Evaluasi atauFollow Up
Evaluasi di lakukan untuk melihat apakah upaya bantuan yang
telah di berikan memperoleh hasil atau tidak.41
B. Teknik Biblioterapi
Pada zaman modern ini, banyak manusia yang mengalami gangguan
mental, seperti gangguan kecemasan, trauma, stres, frustrasi dan depresi.
Apabila tidak segera ditangani akan membebani konseli sehingga memiliki
beban pikiran yang dapat mengganggu aktifitas konseli. Seiring dengan
perkembangan zaman yang begitu pesat dan banyaknya masalah-masalah
yang terjadi di masyarakat, para ahli membuat model-model terapi untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi konseli seperti teknik biblioterapi.
1. Pengertian Biblioterapi
Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion
berarti buku atau bahan bacaan, sementara therapeia artinya penyembuhaan. Jadi, biblioterapi dapat dimaknai sebagai upaya
penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan
41
32
orientasi dan memberikan pandangan- pandangan yang positif sehingga
menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.42 Menurut Ellis dalam bukunya Namora Lumongga Lubis
menjelaskan pengertian biblioterapi/ bibliografi yaitu dengan
memberikan bahan bacaan tentang orang-orang yang mengalami masalah
yang hampir sama dengan klien dan akhirnya dapat mengatasi
masalahnya. Atau bahan bacaan yang dapat meningkatkan cara berpikir
klien agar lebih rasional.43
Menurut Jachma dalam bukunya Kushariyadi, biblioterapi adalah
dukungan psikoterapi melalui bahan bacaan untuk membantu seseorang
yang mengalami permasalahan personal.44
Berdasarkan beberapa pandangan di atas, maka dapat peneliti
pahami bahwa teknik biblioterapi yaitu dengan cara memberikan buku
bacaan tentang cerita atau kisah orang lain yang mengalami masalah
yang sama atau pun hampir sama dengan klien yang dapat meningkatkan
cara berpikir klien agar lebih rasional sehingga dapat mengatasi
masalahnya baik dengan cara klien sendiri dalam memaknai cerita yang
sama atau bahkan sama dengan masalahnya tersebut atau pun dengan
bantuan konselor.
42
Anita Apriliawati, Pengaruh Biblioterapi terhadap Tingkat Kecemasan Anak Usia Sekolah yang Menjalani Hospitalisasi Rumah Sakit Islam Jakarta, (2011), hal. 30.
43
Namora Lumongga Lubis,Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik..,
hal. 182.
44
33
2. Dasar dan Tujuan Biblioterapi
Nabi Muhammad SAW pertama kali mendapatkan wahyu:
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Maha pemurah. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam (Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.45
Allah yang mengutus Jibril untuk menyampaikan wahyu yang
pertama namun Nabi Muhammad menjawab dengan jawaban: “saya
tidak dapat membaca”. Hal demikian diulangi sampai ketiga kalinya
dengan jawaban yang sama dari Nabi. Malaikat Jibril kemudian
menuntun Nabi Muhammad dengan membaca lima ayat pertama dari
Al-Alaq. Secara tidak langsung turunnya wahyu yang pertama kali ini
sebenarnya menyuruh kita membaca, dengan membaca ilmu kita akan
bertambah, wawasan kita akan luas.46
Sebenarnya Kita sudah lama telah menerapkan terapi membaca,
tetapi sampai saat ini kita tidak menyadari bahwa itu adalah suatu alat
atau bahan untuk mengurangi permasalahan yang kita hadapi di kala itu.
Biblioterapi sering kita gunakan untuk pencarian jati diri melalui dunia
yang ada dalam halaman-halaman buku yang baik. Kita merasa terlibat
45
Tim Lajnah Pentashihan Mushaf ,Al-Qur’an, Al-Qur’an dan terjemahannya, hal.597.
46
34
dalam karakter tokoh utama yang ada di sana. Acapkali kita sering
menutup sampul sembari tersenyum setelah mendapatkan inspirasi dan
ide baru dari buku yang kita baca tersebut.
Bibliotherapy merupakan sebuah terapi atau penyembuhan bagi seseorang yang memiliki masalah yang bertujuan untuk mengarahkan
lebih spesifik. Dari membaca seseorang dapat mencatat katarsis dalam
diri seseorang itu sendiri, sehingga memiliki wawasan baru, serta dapat
menjadi sumber emosional dan respon empati dari pembaca.47
Maka dapat peneliti pahami, teknik ini bertujuan untuk
mendampingi seseorang yang tengah mengalami emosional yang
berkecamuk karena permasalahan yang dihadapi dengan menyediakan
bahan-bahan bacaan dengan topik yang tepat. Kisah dalam buku akan
membantu untuk menyelami hidupnya sehingga mampu memutuskan
jalan keluar yang paling mungkin bisa diambil.
3. Tahapan Biblioterapi
Tahap-tahap dalambibliotherapyadalah terapis menentukan buku yang akan di berikan kepada klien yang berupa buku psikologi dan
konseling, aotubiografi, buku bacaan yang sesuai dengan masalah yang
dihadapi klien itu sendiri. Adapun tahapan biblioterapi yaitu mengawali
dengan motivasi, memberikan waktu yang cukup, memberikan masa
inkubasi, kemudian tindak lanjut, sebaiknya tindak lanjut dilakukan
47
35
dengan metode diskusi, lalu evaluasi. Sebaiknya evaluasi dilakukan
secara mandiri oleh klien. Hal ini memancing klien untuk memperoleh
kesimpulan yang tuntas dan memahami arti pengalaman yang dialami.48
4. Manfaat Biblioterapi
Menurut Novitawati dalam bukunya Kushariyadi “intervensi
biblioterapi dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu
intelektual, sosial, perilaku, dan emosional”.
a. Pada tingkat intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang
perilaku yang dapat memecahkan masalah, dan juga mendapatkan
wawasan intelektual. Selanjutnya, individu dapat menyadari ada
banyak pilihan dalam menangai masalah.
b. Pada tingkat sosial, melalui membaca kisah atau cerita orang lain
individu dapat mengasah kepekaan sosialnya.
c. Pada tingkat perilaku, individu akan mendapatkan dan meningkatkan
kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit
didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat
membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat
rahasia pribadinya terbongkar.
d. Pada tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan
mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional.
Teknik ini dapat menyediakan solusi - solusi terbaik dari rujukan
masalah sejenis yang dialami klien dengan yang telah dialami orang
48
36
lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk
memecahkan masalahnya.49
C. Frustrasi
1. Pengertian Frustrasi
Begitu banyak pendapat para ahli mengenai arti dan pemahaman
tentang kata frustrasi. Sebelum menjelaskan pengertian frustrasi, perlu
diketahui bahwa yang mula-mula mengemukakan pendapat betapa
pentingnya frustrasi itu diselidiki ialah Sigmund Freud, yaitu seorang
psikonalisis, beserta sarjana-sarjana modern lainnya. Menurut aliran ilmu
jiwa modern dinyatakan bahwa di dalam diri manusia itu terdapat
dorongan-dorongan batin yang dapat mempengaruhi tingkah laku dan
kehidupan manusia.50 Bahkan para psikolog (ahli ilmu jiwa) sendiri bersilang pendapat tentang arti frustrasi; ada yang menyebutnya
pembatas eksternal yang menyebabkan seseorang tidak dapat mencapai
tujuan, sementara ada pula yang menganggap frustrasi sebagai reaksi
emosional internal yang disebabkan adanya suatu penghalang.
Secara etimologi (bahasa) frustrasi berasal dari bahasa Yunani,
frustratio yang berarti perasaan kecewa atau jengkel akibat terhalang dalam mencapai tujuan. Dan dalam bahasa Inggris frustration yang
berarti kekecewaan.51
49
Kushariyadi, Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatik ( Jakarta: Salemba, 2011), hal. 51
50
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..,hal. 120.
51
37
Dalam kamus ilmiah populer lengkap, dijelaskan “frustrasi ialah
kekecewaan berat lantaran kegagalan; patah semangat akibat kegagalan;
rasa kecewa berat akibat ketidak sampaian tujuan”.52
Dalam bukunya Kartini Kartono dengan judul Patologi Sosial
jilid II menjelaskan pengertian frustrasi yaitu suatu keadaan, dimana
suatu keadaan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa tercapai.53 Seperti permasalah di atas bahwa frustrasi ada yang mengatakan
sebagai pembatas eksternal dan ada juga yang berpendapat sebagai reaksi
emosional internal. Hal tersebut telah diungkapkan oleh ahli psikologi
bahwa frustrasi adalah kondisi eksternal yang membuat seseorang tidak
memperoleh kesenangan yang diharapkan. Disamping itu, frustrasi juga
ada yang mengartikan sebagai keadaan seseorang yang sedang kalut
karena terlalu banyak masalah, tekanan atau yang lainnya sehingga tidak
dapat menyelesaikannya. Dan ada juga ahli psikolog yang mengartikan
frustrasi itu adalah keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam
jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat atau dorongan yang tidak
dapat terpenuhi.
Dari berbagai macam pendapat para ahli tentang frustrasi, namun
kalau kita menelaah dari keseluran pendapat-pendapat itu intinya sama,
yaitu suatu hasrat dalam batin yang tidak diberi kepuasan atau tidak
dipenuhi karena suatu rintangan dan kita merasa kecewa karenanya. Atau
dengan kata lain, keadaan batin seseorang, ketidak seimbangan dalam
52
Tim Pustaka Agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, TT), hal. 109
38
jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hasrat/ dorongan yang tidak dapat
terpenuhi.
2. Faktor–Faktor Penyebab Frustrasi
Seperti kenyataannya, apabila terjadi suatu masalah tentu pasti
ada sebab yang menjadi latar belakang terjadi masalah itu. Begitu juga
frustrasi, tidak timbul dengan sendirinya tanpa ada sebab yang
mengawalinya. Zakiah Daradjat dalam bukunya kesehatan mental
menjelaskan frustrasi itu disebabkan oleh tanggapan terhadap situasi.54 Woodworth sebagaimana dikutip Ngalim Purwanto dalam
bukunya Psikologi Pendidikan, mengemukakan bahwa
rintangan-rintangan (penyebab) frustrasi itu dapat dibagi menjadi 4(empat)
golongan besar:
5. Rintangan-rintangan (penyebab) yang timbul bukan dari manusia
(selain manusia). Kecewaan yang mungkin dialami itu timbulnya
bukan karena hubungan dengan manusia saja, tapi mungkin timbul
dari adanya hubungan dengan hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain
yang berinteraksi dengan kita. Seperti contoh : Seorang kusir (sais)
ingin cepat-cepat mengemudikan delmannya menuju ke station kereta
api untuk mengambil penumpang yang turun dari kereta api yang
sebentar lagi datang. Namun, tiba-tiba saja kudanya mogok tidak mau
berjalan karena kelelahan dan lapar. Lama sang sais berusaha dan
mencambuki kudanya dengan maksud kudanya kembali berjalan dan
54
39
lekas lari, namun hal itu sia-sia belaka kudanya tidak mau berjalan
apalagi berlari. Sementara itu kereta api telah tiba di station dan tidak
lama kemudian beragkat lagi. Dan sang sais tidak mendapatkan
penumpang satu orang pun.
6. Rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia.
Frustrasi yang disebabkan oleh seseorang umumya lebih mengganggu
atau lebih terasa dari pada yang disebabkan oleh sesuatu yang bukan
manusia seperti permasalahan yang pertama. Hal itu mungkin karena
manusia itu lebih mudah mengeluarkan pendapatnya, dan lebih dapat
merasakan daripada hewan, tumbuhan atau benda yang tidak
mempunyai pemikiran atau mungkin tidak bernyawa. Seperti contoh :
Seorang pemain bola dengan asiknya membawa bola menuju ke
daerah pertahan lawan yang sebentar lagi sampai ke daerah finalti,
dengan dibarengi keinginan/ hasrat memasukan bola ke gawang
lawan. Namun, tidak disangka tiba-tiba datang lawan yang tidak
diketahui dari arah mana datangnya dan akhirnya berhasil merebut
bola yang padahal tinggal beberapa langkah lagi bersarang di gawang
lawan.
7. Pertentangan antara motif-motif positif yang terdapat dalam diri
seseorang. Frustrasi juga akan timbul akibat dihadapkan kepada dua
pilihan atau lebih yang keduanya bersifat positif dan akhirnya
menimbulkan banyak pertimbangan. Frustrasi juga akan timbul akibat
40
positif dan akhirnya menimbulkan banyak pertimbangan. Seperti
contoh: Seorang anak perempuan mempunyai keinginan untuk pergi
ke acara concert salah satu band favoritnya. Tetapi malam itu juga ia
berhasrat untuk menyenangakan ibunya yang ia sayangi, yang
sebenarnya tidak menyukai kepergiannya ke acara concert itu. Jika
kedua motif itu sangat kuat dan seimbang, sukarlah bagi si anak
perempuan itu memilih mana yang akan dilaksanakan. Kedua motif
itu sama baiknya. Apabila pergi ke acara concert berarti ia akan
mengecewakan ibunya, kalau tidak, berarti tidak melihat group band
favoritnya. Betulah pertimbangan yang akan dipikirkannya. Demikian
pula di dalam diri ibunya terjadi suatu perasaan yang tidak enak
karena sudah melarang anaknya. Sebagai seorang ibu yang baik ia
harus menyenangkan anaknya, tapi disisi lain ia juga harus
bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, karena ia
menganggap membiarkan anaknya pergi ke acara itu tidak baik bagi
anaknya. Pertentangan antara keinginan untuk menyenangkan ibunya
kalau si anak dan menyenangkan anaknya kalau si ibu akan
menimbulkan pemikiran dan akhirnya akan menimbulkan frustrasi
dalam diri si anak dan si ibu.
8. Pertentangan antara motif positif dan motif negatif yang terdapat
dalam diri orang itu. Motif-motif negatif biasanya menimbulkan
pertentangan dalam diri seseorang untuk mencapai suatu tujuan (motif
41
sebut saja si Amir ingin sekali menonton pergelaran wayang golek di
suatu hajatan yang tidak jauh dari rumahnya. Tetapi karena malam itu
bukan malam minggu jadi harus belajar sebagaimana biasanya. Akan
tetapi keinginan untuk menonton itu tetap kuat. Mau minta ijin kepada
ayahnya tidak berani (takut), karena sudah tentu ayahnya tidak
mengijinkan. Kalau pergi secara sembunyi-sembunyi takut ketahuan.
Akhirnya dengan hati gelisah ia tetap belajar di rumahnya.55
Dengan demikian, penyebab frustrasi itu timbul bukan hanya dari
dalam dirinya saja (internal), tetapi bisa juga timbul dari luar dirinya
(eksternal) yang berinteraksi dengan dirinya. Sumber yang berasal dari
dalam termasuk kekurangan dirinya sendiri, seperti kurangnya rasa
percaya diri atau ketakutan pada situasi sosial yang menghalangi
pencapaian tujuan. Konflik juga dapat menjadi sumber internal dari
frustrasi saat seseorang mempunyai tujuan yang saling berinterferensi
satu sama lain. Sedangkan penyebab eksternalnya mencakup
kondisi-kondisi di luar dirinya, seperti jalan macet, tidak punya uang, cinta
ditolak, atau tidak kunjung mendapatkan jodoh, dll.
Dalam penelitian ini, objek penelitian mengalami frustrasi yang
berasal dari luar dirinya(faktor eksternal), yaitu dikarenakan oleh
rintangan-rintangan yang disebabkan orang lain sesama manusia. Objek
penelitian mengalami frustrasi akibat putus cinta yang dimana
keinginannya untuk menjadikan kekasihnya sebagai isteri tidak tercapai.
42
3. Ciri–Ciri Frustrasi
Menurut Supartono Widyosiswoyo dalam bukunya Ilmu Budaya
Dasar, menyatakan kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustrasi,
yang artinya dapat disebutkan bahwa seseorang akan mengalami frustrasi
apabila apa yang diinginkannya tidak tercapai. Adapun ciri-ciri frustrasi
antara lain:
a. Jasmaninya sering merasakan pusing-pusing, sesak nafas, dan sering
nyeri pada lambung, dll.
b. Jiwanya sering menunjukkan rasa cemas, sering diam membisu,
ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, dan mudah marah, dll.56
Dari ciri-ciri diatas, beberapa peneliti menjabarkan ciri-ciri
frustrasi dengan lebih rinci yakni:
a. Nampak adanya perubahan dari kebiasaan cara hidupnya.
b. Kelelahan, cemas, dan tumbuh rasa bersalah dalam hidupnya.
c. Orang yang mengalami frustrasi merasa kehilangan gairah hidup.
d. Sering diam dan membisu.
e. Terkadang menangis.
f. Tidak bersemangat mengadakan kontak sosial dalam hidupnya.
g. Malas makan.
56
43
h. Sering murung
i. Mudah marah.
j. Sering menangis.
k. Perubahan ritme tidur.
l. Bertindak sewenang-wenang.
Mengetahui ciri-ciri frustrasi diatas maka peneliti dapat menyebut
klien telah mengalami frustrasi. Yang dimana klien merasa sangat
kecewa akibat keinginannya yang tidak tercapai. Dalam penelitian ini,
objek penelitian mengalami frustrasi dengan ciri-ciri yaitu klien tidak
mempunyai semangat lagi, ia lebih sering berdiam diri; berhenti
memotret dan mengedit foto; saat bersama dengan teman-temanya ia
sering kali tiba-tiba diam membisu saat bercanda; sering murung; malas
makan; mudah marah; sering mengeluhkan pusing pada kepalanya; dan
juga terlihat cemas serta tidak jarang juga menyalahkan dirinya seperti
menganggap bahwa dirinya bodoh karena tidak meminang sejak awal
agar tidak terlalu kecewa; bahkan sering menangis.
4. Jenis-Jenis Frustrasi
Rozenvig dalam bukunya Mustofa Fahmi yang berjudul
kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat membagi
frustrasi menjadi beberapa macam yakni:
44
1) Kebutuhan Luar
Menyangkut kekurangan pada kebutuhan luar. Contohnya:
kemiskinan yang diderita oleh sementara orang, sudah barang
tentu dalam keadaan seperti itu kemiskinan menjadi sebab dari
tidak terpenuhinya berbagai kebutuhan.
2) Kehilangan Luar
Menyangkut kehilangan sesuatu hal yang sifatnya luar
yang tadinya dimiliki, baik kehilangan tersebut kehilangan rumah,
pekerjaan, teman, kekasih ataupun yang lainnya baik karena mati
atau pun berpisah. Karena kehilangan secara tiba-tiba dapat
menyebabkan seseorang mengalami frustrasi.
3) Hambatan Luar
Disamping kedua macam frustrasi luar diatas, ada pula
hambatan-hambatan yang menghalangi individu dari pencapaian
tujuan yang diusahakannya untuk dapat terlaksana misalnya pintu
terkunci, jalan tertutup, jarak yang jauh atau pun akibat dihalangi
oleh orang lain dalam pencapaian tujuan.
b. Frustrasi Dalam
1) Kebutuhan Dalam
Hal-hal yang berhubungan dengan cacat atau kelainan
yang dibawa sejak lahir. Misalnya tidak dapat mendengar, lemah
ingatan, tidak bisa melihat, dll. Semua kenyataan itu merupakan
45
kebutuhan orang yang menderitanya, tapi lain halnya dengan
orang-orang biasa.
2) Kehilangan Dalam
Termasuk dalam hal itu kehilangan tiba-tiba pada
penglihatan, pendengaran, atau salah satu anggota badannya yang
tadinya dimilikinya. Misalnya kehilangan jari tangan pada
seorang pemain piano terkenal, menyebabkan sangat cemas, hal
itu jauh lebih berat daripada apa yang dirasakan oleh seseorang
yang sejak lahir memang telah tidak ada jarinya.
3) Hambatan Dalam
Misalnya keinginan untuk menghadiri dua buah
pertemuan pada satu waktu, yang berarti jika ia hadir pada
pertemuan yang satu, menyebabkan tidak dapat menghadiri yang
lain, macam hambatan seperti itu kadang-kadang dinamakan juga
dengan konflik.57
Dalam penelitian ini, klien mengalami jenis frustrasi luar yang
dimana mencakup pada kehilangan luar dan hambatan luar. Kehilangan
luar, klien mengalami kehilangan yaitu kehilangan kekasihnya yang
sangat ia sayang secara tiba-tiba, sehingga ia mengalami frustrasi. Klien
juga mengalami hambatan dalam mencapai tujuannya untuk menjadikan
kekasihnya sebagai istri. Ia mengalami hambatan luar yakni ia terhalang
57
46
oleh tidak adanya restu orang tua dari kekasihnya sehingga ia mengalami
kekecewaan yang sangat dalam sehingga klien mengalami frustrasi.
5. Bentuk- Bentuk Frustrasi
Dalam kamus lengkap psikologi, bentuk-bentuk dari frustrasi
yaitu:
a. Frustration
Suatu keadaan ketegangan yang tidak menyenangkan ditandai
dengan kecemasan disebabkan oleh rintangan dan hambatan dalam
pencapaian keinginan.
b. Frustation Aggresion hypothesis
Asumsi ini menyatakan bahwa frustrasi selalu mengarah pada
suatu jenis tingkah laku agresi, baik secara implisit maupun eksplisit.
c. Frustation response
Suatu sikap kepribadian faktorial yang memperlihatkan ujung
kutub positifnya berupa kemarahan dan depresi.
d. Frustation tolerence
Kemampuan untuk menderita karena gagal dan
dihalang-halangi, namun mengalami kerusakan psikologis yang tidak
semestinya.58
Objek penelitian mengalami frustrasi pada bentuk yang pertama
yaitufrustation dimana klien menga