BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK
USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE DI DESA TEBEL
GEDANGAN SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Muhammad Mukti Mashuri NIM. B03211024
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
vii
ABSTRAK
Muhammad Mukti Mashuri (B03211024), Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo
Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior dalam menangani kasus seorang
anak usia SD yang kecanduan game online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo?, (2) Bagaimana hasil akhir pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan
Rasional Emotif Behavior dalam menangani kasus seorang anak usia SD yang kecanduan game online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang kemudian di analisa menggunakan deskriptif komparatif. Adapun pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisa, dengan membandingkan antara teori dan lapangan untuk mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior dalam menangani kasus seorang anak usia SD yang kecanduan game
online. Sedangkan untuk mengetahui hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan
konseling tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan konseling.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dalam proses Bimbingan Konseling Islam, dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment dan evaluasi/follow up, dan dalam pemberian treatment peneliti menggunakan terapi Rasional Emotif Behavior, dengan tehnik kognitif yaitu dispute kognitif yang bertujuan untuk mengubah keyakinan tidak rasional konseli kemudian memberikan pemahaman dan nasihat kepada konseli dan juga menggunakan teknik behavior yaitu pekerjaan rumah untuk mengalihkan kegiatan negatif konseli kepada kegiatan yang lebih positif bagi konseli. Adapun hasil akhir dari pelaksanaan konseling dalam penelitian ini adalah cukup berhasil dengan prosentase 73%, hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya perubahan sikap dan tindakan konseli ke arah yang lebih baik.
DAFTAR ISI
COVER (SAMPUL) ...
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konsep 1. Bimbingan Konseling Islam... 8
2. Terapi Rasional Emotif Behavior ... 9
3. Kecanduan Game Online ... 10
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian... 13
3. Jenis dan Sumber Data ... 13
4. Tahap-tahap Penelitian ... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 17
6. Teknik Analisis Data ... 20
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21
G. Sistematika Pembahasan ... 23
BAB II: BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR, GAME ONLINE, KECANDUAN GAME ONLINE A. Kajian Teoritik 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 25
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 27
c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 27
d. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 28
e. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 30
f. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam ... 33
g. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 35
xi
b. Konsep Dasar Tentang Manusia ... 39
c. Tujuan Terapi Rasional Emotif Behavior ... 40
d. Fungsi dan Peran Konselor ... 40
e. Teknik - teknik Terapi Rasional Emotif Behavior ... 41
3. Game Online a. Pengertian Game Online ... 45
b. Sejarah Perkembangan Game Online ... 46
c. Jenis – jenis Game Online ... 48
4. Kecanduan Game Online a. Pengertian Kecanduan Game Online ... 50
b. Indikator Kecanduan Game Online ... 53
c. Faktor – faktor Penyebab Kecanduan Game Online ... 55
d. Dampak - dampak Kecanduan Game Online ... 60
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 63
BAB III: DESKRIPSI BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 66
2. Deskripsi Konselor ... 69
3. Deskripsi Konseli ... 70
4. Deskripsi Kepribadian Konseli ... 71
5. Deskripsi Masalah Konseli ... 72
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo ... 76
a. Identifikasi Masalah ... 77
b. Diagnosa ... 82
c. Prognosa ... 83
d. Treatment (Terapi) ... 84
e. Evaluasi (Follow Up) ... 93
BAB IV: ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM
MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE
A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di
Desa Tebel Gedangan Sidoarjo... 98
B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo... 104
BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 111
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada saat ini dihadapkan dengan perkembangan teknologi
komunikasi yang sangat modern dan berkembang sangat pesat. Sebagai
contoh kenyataan yang ada yakni berkembanganya Internet. Internet
merupakan singkatan kata dari interconnection-networking. Internet
adalah sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs
akademik, pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan.
Internet menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber
daya informasi secara cepat dari seluruh penjuru dunia.2
Ada beragam jenis layanan yang tersedia dalam internet seperti,
email, usenet, telnet, world wide web dan aneka layanan lainnya yang bisa
digunakan oleh orang dari seluruh penjuru dunia.3 Internet dapat memberikan pengaruh yang positif dan negatif tergantung dengan
bagaimana orang menggunakan internet tersebut.
Berkaitan dengan penggunaan internet, game online merupakan
salah satu aplikasi yang menggunakan jaringan internet sebagai aksesnya.
Pada awalnya game online yang lebih dulu dikenal adalah “ Game
Jaringan”, permainan yang sering dimainkan kala itu adalah Counter
2
Suharno Pawirosumarto dan Yusuf Elmande, Aplikasi Komputer, edisi 3 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hal. 316
3
2
Strike. Game jaringan cukup membuat anak - anak bahkan orang dewasa
sangat nyaman dan senang duduk berjam – jam di warnet untuk
mendapatkan suatu kepuasan batin. Seiring berkembangnya teknologi
game, maka game jaringan pun mulai tersingkir dengan keberadaan game
online.
Game online sendiri adalah game yang berbasis elektronik dan
visual (Rini, 2011). Game online mempunyai perbedaan yang sangat besar
dengan game lainnya yaitu pemain game tidak hanya dapat bermain
dengan orang yang berada di sebelahnya namun juga dapat bermain
dengan beberapa pemain lain di seluruh wilayah, bahkan hingga pemain di
belahan bumi lain (Young, 2007).4 Pemainnya dapat berkomunikasi secara langsung melalui fitur chatting yang ada di dalam game online tersebut.
Seorang pemain dapat menjelajahi dunia luas yang ada di dalam game
online tersebut. Secara terus menerus keadaan karakter itu akan tetap ada
meskipun ketika pemain log off / tidak online.
Saat ini diseluruh penjuru Indonesia terlihat banyak anak - anak
berusia sekitar 7 – 12 tahun duduk di warnet menghadap depan komputer
di suatu ruangan ber – AC dengan kondisi duduk yang sangat nyaman.
Sesekali mereka berteriak senang, kaget ataupun dengan nada kecewa.
Anak – anak sangat menikmati apa yang disajikan oleh komputer tersebut,
dan yang disajikan oleh computer tersebut ialah permainan game online.
4 Ahmad Fajar Giandi, “Perilaku Pecandu
3
Anak – anak SD saat ini lebih suka menghabiskan waktu luang yang
dimiliki dengan bermain game online di warnet dari pada melakukan
sesuatu yang bermanfaat bagi masa depannya. Ketika pulang sekolah anak
- anak tidak langsung pulang kerumah tetapi menuju ke warnet untuk
bermain game online maupun hanya sekedar melihast game online dengan
masih berpakaian seragam sekolah. Anak – anak juga lebih senang
menghabiskan uang saku dari orang tuanya demi bisa bermain game
online berjam – jam dan membeli vocer game online untuk memperkuat
karakternya yang tentu saja tujuan utama yakni untuk memuaskan
batinnya sehingga banyak dari anak – anak usia SD saat ini mengalami
kecanduan game online. Sebenarnya tidak ada masalah dengan bermain
game online asalkan tidak sampai mengalami kecanduan.
Kecanduan game online sendiri ialah perilaku kronis dan kompulsif
untuk memuaskan diri pada permainan yang dimainkan dengan koneksi
internet hingga menimbulkan permasalahan yang merugikan diri sendiri.5 Seorang pemain akan sangat sulit untuk lepas dari permainan game online
tersebut. Pemain game online mampu duduk berlama – lama demi bermain
game online tanpa menginginkan suatu gangguan yang dapat memecah
konsentrasinya dalam bermain game online tersebut. Mereka rela
menghabiskan waktu demi game online tersebut dan bersedia untuk tidak
mandi, makan, tidur, apalagi melaksanakan tugas yang merupakan
5 Pradipta Christy pratiwi, “Perilaku Adiksi
4
kewajibannya. Kewajiban yang ada di otak pemain game online hanyalah
main, main, dan main. Serta bagaimana cara untuk menang dan
meningkatkan level karakter pada game yang mereka mainkan.
Fenomena inilah yang terjadi pada seorang anak usia SD kelas 6 di
desa Tebel Gedangan Sidoarjo, yakni Rudy (nama samaran). Dia adalah
seorang anak kelas 6 SD yang mengalami kecanduan game online. Hampir
setiap hari waktunya ia habiskan dengan bermain game online maupun
hanya sekedar melihat game online di sebuah warnet yang tidak jauh dari
rumahnya. Dalam sehari dia berada di warnet 3 – 6 jam dan dia biasanya
menghabiskan uang sebesar Rp 10.000 untuk bermain game online pada
waktu pulang sekolah maupun pada malam hari.
Rudy mengalami kecanduan game online sejak pertengahan kelas 5
SD. Pada awalnya dia sering melihat teman – temannya ke warnet , dia
merasa penasaran dengan apa yang dilakukan teman – temannya di warnet
tersebut. Keesokan harinya dia ke warnet tersebut, di sana ternyata ia
melihat teman – temannya bermain game online. Awalnya dia hanya
melihat teman – temannya bermain game online, lama kelamaan muncul
rasa ingin mencoba bermain game online yang dimainkan oleh teman –
temannya. Keesokan harinya dia mencoba untuk memainkan game
tersebut, dia merasa kesulitan pada awalnya karena baru pertama kali
memainkan permainan tersebut. Lama kelamaan dia merasa senang dan
akhirnya ia kecanduan untuk bermain maupun hanya melihat game online
5
Saga (permainan berbasis kekerasan seperti menendang, membanting, dan
memukul lawan).
Rudy tidak bisa lepas dari bermain game online, karena ia merasa
cemas dan takut kalau level karakter pada game online yang ia mainkan
kalah oleh level karakter temannya yang juga bermain game online
tersebut. Dia juga sering menggunakan uang sakunya untuk membeli
voucher game online hanya untuk memperkuat kekuatan karakter yang
dia miliki dalam game Lost Saga. Rudy sangat antusias ketika teman -
temannya membahas tentang game online Lost Saga. Rudy juga sering
makan dan minum di warung nasi yang ada di sebelah warnet game online
tempat dia bermain. Pada malam hari dia juga sering ke warnet untuk
bermain ataupun hanya melihat game online yang ia senangi.
Melihat fenomena tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan
bimbingan konseling islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior
karena terapi Rasional Emotif Behavior adalah terapi yang memfokuskan
untuk mengubah cara berpikir irasional ke pikiran yang rasional sehingga
dapat mempengaruhi perubahan cara berperasaan dan cara bertingkah
laku.6 Terapi ini juga memfokuskan untuk menciptakan suatu kondisi yang baru dan bersifat positif melalui proses belajar mengubah tingkah laku
6
6
yang negatif dengan cara memperkuat tingkah laku positif yang di
harapkan.7
Konselor berfungsi sebagai guru, pengarah dan model dalam
memberikan pemahaman dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir,
keyakinan dan pandangan-pandangan yang irrasional dan ilogis menjadi
rasional dan logis.8 Dengan terapi Rasional Emotif Behavior peneliti berharap Rudy bisa memahami dan mengerti bahwa ia telah berpikir
irasional sehingga menyebabkan tingkah laku negative pada dirinya yang
akhirnya menyebabkan ia kecanduan game online yang hal tersebut bisa
merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya,
maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan
Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang
Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan
Sidoarjo?
2. Bagaimana Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam
dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus
7
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 171
8
7
Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel
Gedangan Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
yaitu:
1. Untuk Mengetahui Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam
dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus
Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel,
Sidoarjo.
2. Untuk Mengetahui Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani
Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa
Tebel, Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca maupun peneliti sendiri, antara lain sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan dalam bidang bimbingan
konseling islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior dalam
menangani kasus seorang anak usia SD yang kecanduan game
online bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam prodi bimbingan
8
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan prodi
bimbingan konseling islam mengenai bimbingan konseling islam
dalam menangani kecanduan game online.
2. Secara Praktis
a. Peneliti diharapkan membantu memecahkan masalah yang
berkaitan dengan seorang anak yang kecanduan game online.
b. Menjadi bahan pertimbangan selanjutnya oleh peneliti lain dalam
melaksanakan tugas penelitian.
E. Definisi Konsep
Sesuai dengan judul penelitian yaitu Bimbingan Konseling Islam
dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus
Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel
Gedangan Sidoarjo, ada berbagai istilah yang mungkin belum di mengerti,
oleh karena itu penulis berusaha menjelaskan beberapa istilah yang di
anggap perlu untuk di jelaskan, yaitu :
1. Bimbingan Konseling Islam
Menurut Ainur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling Islam
adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam
9
dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.9
Kemudian Samsul Munir dalam bukunya yang berjudul
bimbingan dan Konseling Islam mendefinisikan, Bimbingan dan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu
dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan
cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam
Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya.10
Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Bimbingan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan
sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan
cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam
Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
2. Terapi Rasional Emotif Behavior
Terapi Rasional Emotif Behavior menurut W.S Winkle adalah
corak terapi yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara
berpikir dengan akal sehat (Rational Thinking), berperasaan (Emoting)
dan berperilaku (Acting) serta sekaligus menekankan bahwa cara
9
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hal. 4
10
10
berfikir dapat menghasilkan suatu perubahan yang berarti dalam cara
berperasaan dan berperilaku.11
Menurut singgih D.Gunarsah mengungkapkan bahwa terapi
Rasional Emotif Behavior adalah suatu teknik pendekatan yang
berusaha memperbaiki pola berfikirnya yang irasional ke arah yang
lebih rasional agar dapat bertingkah laku yang positif.12
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa Terapi
Rasional Emotif Behavior adalah pendekatan yang mengemukakan
bahwa cara berpikir (kognitif) bisa menghasilkan perubahan dalam
cara berperasaan (emotif) dan cara bertingkah laku (behavior) dengan
cara berusaha memperbaiki pola berfikir klien yang irasional ke arah
yang lebih rasional. Terapi ini juga menitikberatkan pada tindakan
klien untuk menghasilkan perubahan yang positif dengan maksud
membantu mengatasi problem yang dimiliki klien.13
3. Kecanduan Game Online
Kecanduan di definisikan suatu aktivitas atau substansi yang
dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif
(Arthur T .Hovart, 1989). Kenikmatan dan kepuasanlah yang pada
11
W.S Winkle, Bimbingan dan Konseling di Institut Sekolah (Jakarta: Grafindo, 1991), hal. 364
12
Singgih D.Gunarsih, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulya, 2000), hal. 23
13
11
awalnya dicari, namun perlu keterlibatan selama beberapa waktu
dengan aktivitas itu agar seseorang merasa normal.14
Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul “The
Heart of Addiction” (Yee, 2002), ada dua jenis kecanduan, yaitu adiksi
fisikal seperti kecanduan terhadap alkohol atau kokaine, dan adiksi
non-fisikal seperti kecanduan terhadap game online.
Kecanduan game online adalah perilaku kronis dan kompulsif
untuk memuaskan diri pada permainan yang dimainkan dengan
koneksi internet hingga menimbulkan permasalahan yang merugikan
diri sendiri. Salah satu kerugiannya yakni pemainnya dapat menjadi
lalai dalam mengontrol kehidupan nyatanya. Game online hanya
menjadi mediasi yang tak selalu menyelesaikan kepenatan dan masalah
di dunia nyata. Karena setelah selesai dalam bermain, kita kembali ke
dunia nyata dan menghadapi masalah yang sama, masalah yang
sejenak dilupakan selama permainan tadi.15
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh
14Fitri Ma’rifatul Laili, “Penerapan Konseling Keluarga Untuk Mengurangi Kecanduan
Game Online pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya”, Jurnal BK. Volume 05 Nomor 01
tahun 2015”, (ejournal.unesa.ac.id, diakses 25 Maret 2015) 15
12
subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan, dll.,
secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa.16 Menurut Botgar dan Tailor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.17
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena
data-data yang didapatkan nantinya adalah data-data kualitatif yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku bukan
berupa angka dari orang – orang yang dapat diamati, untuk mengetahui
serta memahami fenomena secara terinci, mendalam dan menyeluruh.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus
atau penelitian kasus. Menurut Sudarwan, Penelitian kasus merupakan
studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu
memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.18
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena
dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya
melibatkan satu orang anak usia SD sehingga harus dilakukan
penelitian secara intensif, menyeluruh dan terperinci untuk menangani
seorang anak usia SD yang kecanduan game online.
16
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 6
17
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 4
18
13
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang anak
bernama Rudy (nama samaran) seorang anak kelas 6 SD yang
mengalami kecanduan game online yang kemudian disebut dengan
konseli, sedangkan konselornya adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya yakni Muhammad Mukti Mashuri.
Lokasi penelitian ini terletak di Desa Tebel, Kecamatan
Gedangan, Kabupaten Sidoarjo yang tepatnya di dusun Tebel Tengah di
Jl. Sentana IV Rt 03 Rw 04.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya
dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.
Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :
1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di
lapangan. Hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar
belakang dan masalah klien, kondisi klien saat mengalami
permasalahan, bagaimana pelaksanaan proses konseling serta
hasil akhir pelaksanaan proses konseling. Identitas diri klien
14
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder.19 Diperoleh dari gambaran lokasi
penelitian, keadaan lingkungan klien, dokumen tentang
pendidikan klien, kondisi keluarga klien dan perilaku
keseharian klien.
b. Sumber Data
Di sini yang dimaksud sumber data adalah subyek dari
mana data diperoleh.20
1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung
diperoleh peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yang
diberikan saat proses konseling.
2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari
orang lain seperti keluarga klien, teman – teman, tetangga
yang berguna untuk melengkapi data yang peneliti peroleh
dari data primer.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari
penelitian yakni:
a. Tahap Pra Lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh
peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan
19
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif
(Surabaya: Universitas Airlangga,2001), hal. 128 20
15
yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan
pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.21
1) Meyusun rancangan penelitian
Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana
penelitian apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah
terjun kelapangan.
2) Memilih lapangan penelitian
Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang
akan diteliti.
3) Mengurus perizinan
Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan
sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat
mempermudah kelancaran penelitian.
4) Menjajaki dan penilaian lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana
dengan baik apabila peneliti sudah mengetahui melalui orang
lain situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.22
Dalam hal ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari
informasi dari masyarakat tempat peneliti melakukan
penelitian.
21
J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 127.
22
16
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan
informan guna mendapatkan informasi tentang situasi dan
kondisi lapangan.
6) Menyiapkan perlengkapan
Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk
keperluan penelitian seperti alat-alat tulis, kamera, dan
lain-lain.
7) Persoalan Etika Penelitian
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak
menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan
nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.23 Dalam hal ini peneliti
harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang
ada di latar penelitian.
b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk
memasuki lapangan seperti, jadwal yang mencakup waktu,
kegiatan yang dijabarkan secara rinci.
c. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap pekerjaan lapangan ini, yang akan dilakukan
peneliti adalah memahami latar penelitian terlebih dahulu serta
mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Selanjutnya yakni
23
17
memasuki lapangan untuk menjalin keakraban dengan subyek atau
informan lainnya agar memperoleh banyak informasi. Selanjutnya
yakni berperan sambil mengumpulkan data melalui wawancara,
observasi, serta dokumentasi, foto, dan lain-lain.24
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik
pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang
diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi yaitu pengamatan
dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang diteliti.25
Observasi ini dilakukan untuk mengamati di lapangan mengenai
fenomena sosial yang terjadi dengan gejala-gejala psikis untuk
kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik observasi di
gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial
yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan
penilaian atas perubahan tersebut.26
Observasi bertujuan untuk mengoptimalkan dari segi motif,
kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan
sebagainya. Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang
24
J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 136-147
25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung, Alfabeta, 2012), hal.145
26
18
dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula
peneliti menjadi sumber data.27
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati
klien meliputi: kondisi klien baik kondisi sebelum maupun sesudah
mendapatkan proses konseling. Kondisi keluarga klien, lingkungan
sekitar klien. Selain itu juga untuk mengetahui tempat penelitian,
luas wilayah, jumlah penduduk, batas wilayah dan lokasi rumah
tempat penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk percakapan dua orang atau lebih
untuk mendapatkan informasi dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian.28 Wawancara
dilakukan untuk menggali data lebih mendalam dari data yang
diperoleh dari observasi.29
Dalam penelitian ini peneliti sekaligus konselor sebagai
pewawancara dan konseli, orang tua konseli, teman – teman
konseli dan pemilik warnet sebagai terwawancara. Adapun yang
akan peneliti gali yakni segala informasi mengenai konseli yakni:
Identitas diri klien, deskripsi permasalahan yang dialami klien,
serta hal-hal yang lainnya yang belum dapat peneliti utarakan
27
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 175
28
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:2005), hal. 180
29
19
karena biasanya teknik interview ini tidak terstruktur karena
wawancaranya bersifat mendalam.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan
dalam berbagai macam bahan yang berbentuk dokumentasi.
Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
laporan, peraturan, catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain
yang tersimpan.30 Dari data dokumentasi peneliti dapat melihat kembali sumber data yang ada seperti catatan pribadi, hasil
wawancara dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik
pengumpulan data dapat dilihat melalui table dibawah ini :
Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
NO. JENIS DATA SUMBER DATA TPD
1
Data primer
a. Latar belakang dan masalah klien
b. Kondisi klien sebelum di lakukan proses konseling c. Keadaan klien ketika mengikuti
proses konseling
d. Kondisi klien setelah selesai proses konseling
Klien
W + O
2
Data Primer
a. Tempat tanggal lahir klien b. Permasalahan yang dialami
klien
c. Proses konseling yang
dilakukan
d. Kondisi klien saat mengalami permasalahan
Klien W+O
3 Data Sekunder a.
Kondisi keluarga klien Keluarga klien (Ibu O+W+D
30
20
b. Kondisi disekitar lingkungan klien
c. Keseharian yang dilakukan klien
d. Dokumen tentang pendidikan klien
dan ayah klien), tetangga klien, pemilik
warnet
4
Data Sekunder
a. Luas wilayah penelitian b. Jumlah penduduk c. Batas wilayah
d. Lokasi rumah tempat penelitian
Perangkat Desa
O+W+D
Keterangan :
TPD : Teknik Pengumpulan Data
O : Observasi
W : Wawancara
D : Dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Definisi analisis data, banyak dikemukakan oleh para ahli
metodologi penelitian. Menurut Lexy J. Moleong analisis data adalah
proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola,
kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis data
adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,
penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai
social, akademik dan ilmiah.
Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data
21
oleh peneliti. Diskripsi yaitu metode yang diterapkan untuk
mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data yang telah terkumpul
dalam rangka memperoleh pemahaman komprehensif.31 Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif –
komparatif. Deskriptif Komparatif digunakan untuk menganalisa proses
konseling antara teori dan kenyataan dengan cara membandingkan teori
yang ada dengan pelaksanaan Terapi Rasional Emotif Behavior yang
dilakukan oleh konselor di lapangan , serta apakah terdapat perbedaan
pada konseli antara sebelum dan sesudah mendapatkan Terapi Rasional
Emotif Behavior.
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data
Dalam suatu penelitian diperlukan teknik untuk mengecek atau
mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini
ada 3 langkah yang dilakukan peneliti untuk mengecek kembali
keterangan-keterangan yang diberi informan yakni :
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam
pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan
keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.32 Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan dengan
31
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktek (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), hal. 245
32
22
permasalahan penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan
utama dalam upaya menggali informasi yang berkaitan dengan
focus penelitian, misalnya peneliti selalu bersama informan utama.
b. Fokus dan ketekunan
Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data
yang dipilih benar-benar bersentuhan. Ketekunan pengamatan
bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
Peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti.
Hal ini diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari
rumusan masalah yang dibahas.
c. Triangulasi
Sugiyono menjelaskan bahwa, “triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada.”33
Adapun teknik
triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah
triangulasi data atau triangulasi sumber. Triangulasi data atau
sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi dengan jalan : membandingkan data
hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan
apa yang dikatakan orang lain dengan apa yang dikatakan klien
33
23
secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan. Hal ini dimaksudkan agar dalam
pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data agar
data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti.34
G. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga
mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai
berikut:
Pada bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi
konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Pada bab kedua, berisi tentang tinjauan pustaka yang meliputi
kajian teoritik yang terdiri dari 4 bagian yaitu kajian tentang : bimbingan
konseling islam, terapi Rasional Emotif Behavior, game online, dan
kecanduan game online. Dalam bab ini juga berisi tentang penelitian
terdahulu yang relevan.
Pada bab ketiga, berisi tentang penyajian data yang meliputi
deskripsi umum objek penelitian yang berisi tentang deskripsi lokasi
penelitian, deskripsi konselor dan konseli, deskripsi kepribadian konseli,
deskripsi masalah konseli. Dalam bab ini juga berisi deskripsi hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
34
24
Pada bab keempat, berisi tentang analisis data dimana peneliti pada
bab ini menganalisis teori yang ada dengan proses pelaksanaan konseling
yang ada dilapangan dan data yang diperoleh secara maksimal. Pada bab
ini juga dilakukan analisis keberhasilan dari proses konseling dengan cara
membandingkan konseli sebelum dan sesudah proses konseling.
Pada bab kelima, berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan
dari penelitian, saran – saran, dan bagian akhir yang didalamnya berisi
tentang daftar pustaka dan beberapa lampiran yang terkait dengan
25
BAB II
BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR, GAME ONLINE, KECANDUAN GAME ONLINE
A. Kajian Teoritik
1. Bimbingan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Secara etimologis, Bimbingan Konseling terdiri atas dua
kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan
“konseling” (diadopsi dari kata counseling). Secara harfiah istilah
“guidance”dari akar kata “guide” berarti mengarahkan (to direct),
membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to
steer)35
Dari segi pengertian bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam hidupnya, agar individu atau sekelompok individu itu dapat
mencapai kesejahteraan hidupnya36.
Sedangkan pengertian konseling yang dalam bahasa
Inggris, Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang diartikan
sebagai berikut : nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give
counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian
35
Syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cetakan ke-3 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5.
36
26
counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian
anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.37
Di samping itu, islam dalam wacana studi islam berasal dari
bahasa arab dalam bentuk masdhar yang secara harfiyah berarti
selamat, sentosa, dan damai. Dari kata kerja salima diubah
menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan
demikian arti pokok islam secara kebahasaan adalah ketundukan,
keselamatan, dan kedamaian.38
Menurut Komarudin, konseling Islam adalah proses
pemberian bantuan yang berdasarkan Qur’an dan hadits, unuk
menjadi penerang bagi bagi seluruh umat manusia. Guna
mengantarkan manusia kepada kebahagiaan lahir batin dunia dan
akhirat.39
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,
Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan
terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke
37
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal. 70.
38
H. Asyari, Ahm dkk, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2004), hal. 2.
39
27
dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan
tuntunan Al-Qur’an dan hadits.
b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam
1) Membentuk pribadi sehat menurut Islam yang diukur
berdasarkan berfungsinya iman sebagai penentu kognitif,
afektif dan psikomotorik manusia.
2) Menjaga dari pribadi yang tidak sehat yaitu tidak berfungsinya
iman. Hal ini berarti manusia tidak memanfaatkan potensi yang
diberikan Allah SWT, melupakan Allah SWT, syirik, munafiq,
selalu mengikuti hawa nafsu dan selau berbuat kerusakan.
3) Pemberdayakan iman yaitu beragama tauhid dan penerima
kebenaran, terikat perjanjian dengan Allah SWT dan mengakui
bahwa Allah SWT itu tuhannya, dibekali dengan potensi akal,
pendengaran, penglihatan, hati dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, serta diberi kebebasan menurut jalan hidupnya
sesuai dengan fitrahnya.40
c. Fungsi dan Peran Bimbingan Konseling Islam
1) Pemahaman
Yaitu membantu klien agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya dan lingkungannya.
40
28
2) Preventif
Yaitu upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai
masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya supaya tidak terjadi pada diri klien.
3) Pengembangan
Yaitu konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan
yang kondusif. Konselor membimbing klien pada proses
pengembangan potensi dirinya.
4) Perbaikan (kuratif)
Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat penyembuhan.
Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan
kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut
aspek pribadi, sosial, keluarga maupun karir.
5) Penyesuaian
Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar
dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif
terhadap kehidupan sosialnya.41
d. Unsur – unsur Bimbingan Konseling Islam
1) Konselor
Konselor atau pembimbing merupakan seseorang yang
mempunyai wewenang untuk memberikan bimbingan kepada
orang lain yang sedang menghadapi kesulitan atau masalah yang
41
29
tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang lain. Persyaratan menjadi
konselor antara lain:
a) Kemampuan profesional
b) Sifat kepribadian yang baik
c) Kemampuan kemasyarakatan (Ukhuwah Islamiyah)
d) Ketakwaan kepada Allah.
2) Klien
Individu yang mengalami masalah yang diberi bantuan
oleh seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas
permintaan orang lain, namun keberhasilan dalam mengatasi
masalahnya itu sebenarnya sangat ditentukan oleh pribadi klien
itu sendiri.42 3) Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan
harapan. Hal yang semacam itu perlu untuk ditangani atau
dipecahkan oleh konselor bersama klien.
Menurut WS. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan
konseling di sekolah menengah”, masalah adalah sesuatu yang
menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha
untuk mencapai tujuan.43
42
Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), hal. 14.
43
30
Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia
sangatlah kompleks, diantaranya problem dalam bidang
pernikahan dan keluarga, problem dalam bidang pendidikan,
problem dalam bidang sosial (kemasyarakatan), problem dalam
bidang pekerjaan (jabatan), problem dalam bidang keagamaan.
e. Asas- asas Bimbingan Konseling Islam
1) Asas Kebahagian Dunia dan Akhirat
Yaitu membantu konseli mencapai kebahagiaan hidup
yang senantiasa didambakan setiap muslim.
2) Asas Fitrah
Bimbingan dan Konseling Islam merupakan bantuan
kepada konseli untuk menganal, memahami, dan menghayati
fitrahnya sehingga segala gerak, tingkah laku dan tindakannya
sejalan dengan fitrah tersebut.
3) Asas Lillahita‟ala
Bimbingan dan Konseling Islam diselenggarakan
semata-mata karena Allah SWT.
4) Asas Bimbingan Seumur Hidup
Bimbingan dan Konseling Islam diperlukan selama
hayat masih dikandung badan.
5) Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani
Bimbingan dan Konseling Islam memperlakukan
31
memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau makhluk
rohani semata.
6) Asas Keseimbangan Rohaniyah
Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan
berfikir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa
nafsu. Bimbingan dan Konseling Islam menyadari keadaan
kodrati manusia dan berupaya menyeimbangkan unsur-unsur
rohani manusia.
7) Asas Kemaujudan Individu
Bimbingan dan Konseling Islam berlangsung pada
citra manusia menurut Islam, memandang seorang individu
merupakan suatu eksistensial sendiri.
8) Asas Sosialita Manusia
Sosialitas diakui dengan memperhatikan hak individu,
hak individu juga diakui sebagai bentuk tanggung jawab sosial.
9) Asas Kekhalifaan Manusia
Dalam Islam manusia diberi kedudukan yang tinggi
sekaligus tanggung jawab yang besar yaitu sebagai pengelola
alam semesta. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara
keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem kehidupan
kerap kali muncul dari ketidak seimbangan ekosistem tersebut
32
10)Asas Keselarasan dan Keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan,
keseimbangan, keserasian dalam segala segi, dengan kata lain
Islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya
sendiri, hak orang lain, hak alam semesta, dan juga hak Tuhan.
11)Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah
Bimbingan dan Konseling Islam membentuk konseli
untuk memelihara, mengembangkan, serta menyempurnakan
sifat-sifat yang baik.
12)Asas Kasih Sayang
Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan
landasan kasih sayang, sebab dengan kasih sayanglah
Bimbingan dan Konseling Islam akan berhasil.
13) Asas Saling Menghargai dan Menghormati
Dalam Bimbingan dan Konseling Islam kedudukan
pembimbing dengan yang dibimbing pada dasarnya sama atau
sederajat, perbedaannya terletak pada fungsinya saja yakni
pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu menerima
bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak pembimbing
dan yang dibimbing merupakan hubungan yang saling
menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing
33
14)Asas Musyawarah
Antara konselor dan konseli terjadi dialog yang baik,
satu sama lain tidak saling mendikte, dan tidak ada perasaan
tertekan.
15)Asas Keahlian
Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan oleh
orang-orang yang memang memiliki kemampuan dan keahlian di
bidangnya.44
f. Prinsip- prinsip Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam
Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai
landasan dalam layanan bimbingan dan konseling Islam. Prinsip ini
berasal dari konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi
dasar dalam pemberian layanan bantuan atau bimbingan. Prinsip-
prinsip tersebut antara lain:
1) Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada
semua individu yang tidak bermasalah maupun yang
bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja
maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan
dari pada kuratif.
44
34
2) Bimbingan bersifat individualisasi
Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lain)
dan melalui bimbingan, individu dibantu untuk
memaksimalkan keunikannya tersebut.
3) Bimbingan menekankan hal yang positif
Selama ini, bimbingan sering dipandang sebagai satu
cara yang menekan aspirasi, namun sebenarnya bimbingan
merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan
kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk
membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri.
4) Bimbingan merupakan usaha bersama
Bimbingan bukan hanya tugas konselor tapi juga tugas
guru dan kepala sekolah, jika dalam layanan bimbingan di
sekolah, namun pada umunya yang berperan tidak hanya
konselor tapi juga klien dan pihak lain yang terkait.
5) Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam
bimbingan.
Bimbingan diarahkan untuk membantu klien agar
dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan.
Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi
dan nasehat kepada klien, dan semua itu sangat penting dalam
mengambil keputusan. Kehidupan klien diarahkan oleh
35
mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan
tujuan melalui pengmabilan keputusan yang tepat.
Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat
bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus
dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah
mengembangkan kemampuan klien untuk memecahkan
masalah dan mengambil keputusan.
6) Bimbingan berlangsung dalam berbagai adegan kehidupan
Pemberian layanan bimbingan tidak hanya
berlangsung di sekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga,
perusahaan, industri, lembaga pemerintah/swasta dan
masyarkat pada umumnya.45
g. Langkah-Langkah Bimbingan Konseling Islam 1) Identifikasi Masalah
Langkah pertama ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan data dari berbagai macam sumber yang
berfungsi untuk mengetahui kasus beserta gejala-gejala yang
nampak. Dalam langkah ini konselor mencatat kasus yang
perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus yang mana
yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
45
36
2) Diagnosis
Langkah diagnosis adalah langkah untuk menetapkan
masalah yang dihadapi konseli beserta latar belakangnya.
Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah
mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan
menggunakan berbagai tekhnik pengumpulan data, setelah
data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi
serta latar belakangnya.46
3) Prognosis
Langkah prognosis merupakan langkah untuk
menetapkan jenis bantuan atau terapi yang akan digunakan
dalam membantu konseli menangani masalahnya berdasarkan
diagnosis.
4) Terapi atau Treatment
Dalam hal ini konselor dan konseli bersama-sama
melakukan proses terapi guna meringankan beban masalah
yang konseli hadapi, terutama tentang keputusan yang
diambilnya.
5) Evaluasi atau Follow Up
Setelah konseli dan konselor bersama-sama melakukan
proses terapi mencari dan menemukan solusi yang terbaik bagi
masalah konseli, maka kemudian masuk kepada tahap
46
37
berikutnya yaitu tahap evaluasi. Evaluasi adalah penilaian
terhadap alternatif atau putusan yang diambil oleh konseli baik
dari segi kelebihan maupun segi kekurangan. Tahap ini juga
merupakan tindak lanjut yang berguna untuk mengetahui
tingkat keberhasilan konseling yang telah berlangsung, pada
tahap ini konselor juga mengamati dan memantau klien agar
jangan sampai kembali ke masalahnya atau menambah
masalah yang lain.47
2. Terapi Rasional Emotif Behavior
a. Pengertian Terapi Rasional Emotif Behavior
Pendekatan Rasional Emotif Behavior adalah suatu
pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan
antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Pendekatan ini bertujuan
untuk mengajak individu mengubah pikiran – pikiran irasionalnya
ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE. Pada proses
konselingnya terapi Rasional Emotif Behavior menekankan bahwa
tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran irasional
sehingga focus penanganan pada terapi Rasional Emotif Behavior
adalah pemikiran individu.48
Terapi Rasional Emotif Behavior merupakan pendekatan
yang dikembangkan oleh Albert Ellis pada tengah tahun 1950 an
47
Bimo Walgito, Bimbingan Konseling di Sekolah (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM, 1968 ), hal. 105.
48
38
yang menekankan pentingnya peran pikiran pada tingkah laku.
Pada awalnya pendekatan ini disebut dengan Rasional Therapy
(RT). Kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rasional Emotif
Therapy (RET) pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam
Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute For Rational
Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengganti nama
Rational Emotive Therapy (RET) menjadi Rational Emotive
Behavior Therapy ( REBT).
Kata rational yang dimaksud Ellis adalah kognisi atau
proses berpikir yang efekif dalam membantu diri sendiri (self
helping). Ellis memperkenalkan kata Behavior (tingkah laku) pada
pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan
alasan bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan
perasaan.49 Ellis berpendapat bahwa anak – anak lebih gampang terkena pengaruh dari luar dan memiliki cara berpikir yang tidak
rasional dari pada orang dewasa. Pada dasarnya, dia meyakini
bahwa manusia itu naïf, mudah disugesti, dan mudah terusik.
Secara keseluruhan, orang mempunyai kemampuan di dalam
dirinya sendiri untuk mengontrol pikiran, perasaan, dan tindakan.50
49
Gantina Komalasari dan Eka Wahyuni, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal 202.
50
39
b. Konsep Dasar Tentang Manusia
Terapi Rasional Emotif Behavior memandang manusia
sebagai individu yang didominasi oleh sistem berpikir dan sistem
berperasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu.
Keberfungsian individu secara psikologis ditentukan oleh pikiran,
perasaan dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena
satu aspek mempengaruhi aspek lainnya. Secara khusus Terapi
Rasional Emotif Behavior berasumsi bahwa individu memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1) Individu memiliki potensi yang unik untuk berpikir rasional
dan irasional.
2) Pikiran irasional bisa berasal dari proses belajar yang irasional
yang didapat dari orang tua , lingkungan dan budayanya.
3) Manusia adalah makhluk verbal yang berpikir melalui symbol
dan bahasa. Dengan demikian, gangguan emosi yang dialami
individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan pemikiran
irasional.
4) Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal
dan sosialnya.
5) Pikiran dan perasaan yang negative dan merusak diri dapat
diserang dengan mengorganisasikan kembali persepsi dan
40
Selanjutnya, manusia dipandang memiliki tiga tujuan
fundamental, yaitu : untuk bertahan hidup, untuk bebas dari
kesakitan dan untuk mencapai kepuasan.
c. Tujuan Terapi Rasional Emotif Behavior
Tujuan utama Terapi Rasional Emotif Behavior adalah
membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan
lebih rasional dan lebih produktif. Selain itu, Terapi Rasional
Emotif Behavior juga membantu individu untuk mengubah
kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri. Terapi
Rasional Emotif Behavior juga mengajarkan individu untuk
mengoreksi kesalahan berpikir untuk mereduksi emosi yang tidak
diharapkan.
d. Fungsi dan Peran Konselor
Fungsi dan peran konselor dalam Terapi Rasional Emotif
Behavior adalah :
1) Aktif dan Direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk
memberikan penjelasan terutama pada awal konseling.
2) Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung.
3) Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli
untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri.
4) Secara terus menerus “ menyerang “ pemikiran irasional
41
5) Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan
kekuatan berpikir bukan emosi.
e. Teknik – teknik Terapi Rasional Emotif Behavior
Teknik Terapi Rasional Emotif Behavior dapat
dikategorikan menjadi tiga kelompok yakni : teknik kognitif,
teknik emotif, teknik behavior.
1) Teknik kognitif
a) Dispute Kognitif
Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional klien
dengan cara mendebat atau menantang keyakinan irasioanal
klien melalui bertanya (questioning).
Pertanyaan – pertanyaan untuk melakukan dispute
logis : Apakah itu logis? Apa benar begitu? Mengapa tidak?
Mengapa harus begitu? Apa yang kamu maksud dengan
kalimat itu? Mengapa itu adalah perkataan yang tidak
benar? Apakah itu bukti yang kuat? Jelaskan kepada saya
kenapa? Mengapa itu harus begitu? Di mana aturan itu
tertulis? Mengapa kamu harus begitu? Sekarang kita lihat
kembali, kamu melakukan hal yang buruk. Sekarang
mengapa kamu harus tidak melakukan itu ?
Pertanyaan – pertanyaan untuk reality testing : Apa
buktinya? Apa yang akan terjadi kalau ……? Mari kita
42
cerita yang kamu ceritakan tadi? Bagaimana mungkin
kejadian itu bisa menjadi sangat menakutkan/menyakitkan.
Pertanyaan – pertanyaan untuk pragmatic
disputation yakni : selama kamu meyakini hal tersebut,
bagaimana perasaan kamu ? Apakah ini berharga untuk
dipertahankan ? Apa yang akan terjadi bila kamu berpikir
demikian ?51 b) Analisis rasional
Teknik untuk mengajarkan klien bagaimana
membuka dan mendebat keyakinan irasional.
c) Skala katastropi
Membuat proporsi tentang peristiwa – peristiwa
yang menyakitkan. Misalnya : dari 100% buatlah
presentase peristiwa yang menyakitkan, urutkan dari yang
paling tinggi presentasenya sampai yang paling rendah.
d) Rational role reversal
Meminta klien untuk memainkan peran yang
memiliki keyakinan rasional sementara konselor
memainkan peran menjadi klien yang irasional. Klien
melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan
rasional yang diverbalisasikan.
51
43
2) Teknik emotif
a) Dispute imajinasi
Setelah melakukan dispute secara verbal, konselor
meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali
pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah
emosinya telah berubah.
b) Proyeksi waktu
Meminta klien untuk menvisualisasikan kejadian
yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi,
setelah itu membayangkan seminggu kemudian. Bagaimana
klien merasakan perbedaan tiap waktu yang dibayangkan.
Klien dapat melihat bahwa hidup berjalan terus dan
membutuhkan penyesuaian.
c) Teknik melebih – lebihkan
Meminta klien untuk membayangkan kejadian yang
menyakitkan atau kejadian yang menakutkan, kemudian
melebih – lebihkannya sampai pada taraf yang paling
tinggi. Hal ini bertujuan agar konseli dapat mengontrol
44
3) Teknik Behavior
a) Dispute Tingkah laku
memberi kesempatan kepada klien untuk
mengalami kejadian yang menyebabkannya berpikir
irasional dan melawan keyakinannya tersebut.
b) Bermain Peran
Dalam teknik ini digunakan komponen emosioanal
dan perilaku dalam bermain peran. Konselor menggunakan
teknik ini agar konseli dapat berinteraksi dengan orang lain.
Tujuannya adalah agar emosi konseli yang di pendam dapat
keluar. Setelah itu, konselor menggunakan perasaan yang
dimiliki konseli untuk membantu konseli melakukan
tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang
rasional.52
c) Pekerjaan rumah
pekerjaan rumah digunakan sebagai self – help
work. Terdapat beberapa aktifitas yang dapat dilakukan
dalam pekerjaan rumah yaitu : membaca, menulis, berpikir,
relaksasi, serta aktivitas.
52
45
3. Game Online
a) Pengertian Game Online
Game Online adalah game yang berbasis elektronik dan
visual (Rini, 2011). Game online mempunyai perbedaan yang
sangat besar dengan game lainnya yaitu pemain game tidak hanya
dapat bermain dengan orang yang berada di sebelahnya namun
juga dapat bermain dengan beberapa pemain lain di lokasi lain,
bahkan hingga pemain di belahan bumi lain (Young, 2007). 53
Menurut saverin (2005: 447), game online adalah salah satu
perkembangan dari game komputer biasa yang merupakan salah
satu produk penjualan berbasis internet yaitu fasilitas penyedia jasa
hiburan berupa permainan yang dapat diakses secara online dan
tiap pemainnya dapat berkomunikasi secara langsung (real time)
dan terhubung antara satu dengan lainnya. Game online pun
memungkinkan untuk melakukan peran – peran fantasi dan
mengeksplorasikannya dengan orang lain.54
Game Online adalah sebuah game yang merupakan salah
satu contoh aplikasi internet yang dimana seorang individu di situ
bertindak melalui kepribadian virtual yang dibuatnya, yang disebut
avatar / karakter. Seorang pemain mengontrol karakternya, yang
53Winsen Sanditaria, “Adiksi Bermain Game Online
Pada Anak Usia Sekolah di Warung Internet Penyedia Game Online Jatinangor Sumedang”, Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. (http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/745/791, diakses 28 Maret 2015)
54Ahmad Fajar Giandi, “Perilaku Pecandu
46
dapat memenuhi berbagai tugas, memajukan kemampuan karakter,
dan berinteraksi dengan pemain lain melalui fitur chatting yang ada
di dalam game online. Seorang pemain dapat menjelajahi dunia
luas yang ada di dalam game online tersebut. Secara terus menerus
keadaan karakter itu akan tetap ada meskipun ketika pemain log off
/ tidak online.55
b) Sejarah Perkembangan Game Online
Awal game online hadir di Indonesia dimulai pada tahun
2001, dimana game berjudul Nexia mulai menarik perhatian
banyak gamers PC, konsol dan juga masyarakat lainnya untuk
mencoba bermain "game online". Meskipun Nexia hanya hadir
dengan grafis 2D yang sederhana, namun kehadiran game tersebut
sudah sangat berkesan di hati para gamers di Indonesia.
Beralih dari tahap awal, di tahun 2002-2005 bisa dibilang
perkembangan game online mulai maju ke arah yang lebih baik.
Terdapat beberapa game online baru yang hadir di Indonesia, mulai
dari Laghaim, Ragnarok Online, GunBound, dll. Namun, Ragnarok
Online lah yang menjadi awal meledaknya trend bermain game
online di Indonesia pada saat itu. Bisa dibilang juga, awal game
online lahir di Indonesia merupakan awal trend dimana bermain
game online harus dilakukan dengan berbayar "pay to play",
sehingga para gamers harus melakukan pembelian sejumlah
55
47
voucher terlebih dahulu untuk bisa login dan juga membayar
billing warnet setelahnya.
Meskipun tidak begitu mengalami banyak perubahan di
tahun 2005 an, namun