• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE DI DESA TEBEL GEDANGAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE DI DESA TEBEL GEDANGAN SIDOARJO."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK

USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE DI DESA TEBEL

GEDANGAN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)

Oleh:

Muhammad Mukti Mashuri NIM. B03211024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)

vii

ABSTRAK

Muhammad Mukti Mashuri (B03211024), Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo

Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior dalam menangani kasus seorang

anak usia SD yang kecanduan game online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo?, (2) Bagaimana hasil akhir pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan

Rasional Emotif Behavior dalam menangani kasus seorang anak usia SD yang kecanduan game online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang kemudian di analisa menggunakan deskriptif komparatif. Adapun pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisa, dengan membandingkan antara teori dan lapangan untuk mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior dalam menangani kasus seorang anak usia SD yang kecanduan game

online. Sedangkan untuk mengetahui hasil akhir dari pelaksanaan bimbingan

konseling tersebut dilakukan dengan membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan konseling.

Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa dalam proses Bimbingan Konseling Islam, dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment dan evaluasi/follow up, dan dalam pemberian treatment peneliti menggunakan terapi Rasional Emotif Behavior, dengan tehnik kognitif yaitu dispute kognitif yang bertujuan untuk mengubah keyakinan tidak rasional konseli kemudian memberikan pemahaman dan nasihat kepada konseli dan juga menggunakan teknik behavior yaitu pekerjaan rumah untuk mengalihkan kegiatan negatif konseli kepada kegiatan yang lebih positif bagi konseli. Adapun hasil akhir dari pelaksanaan konseling dalam penelitian ini adalah cukup berhasil dengan prosentase 73%, hal tersebut dapat dibuktikan dari adanya perubahan sikap dan tindakan konseli ke arah yang lebih baik.

(6)

DAFTAR ISI

COVER (SAMPUL) ...

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Konsep 1. Bimbingan Konseling Islam... 8

2. Terapi Rasional Emotif Behavior ... 9

3. Kecanduan Game Online ... 10

F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 11

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian... 13

3. Jenis dan Sumber Data ... 13

4. Tahap-tahap Penelitian ... 14

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

6. Teknik Analisis Data ... 20

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 21

G. Sistematika Pembahasan ... 23

BAB II: BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR, GAME ONLINE, KECANDUAN GAME ONLINE A. Kajian Teoritik 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 25

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 27

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 27

d. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 28

e. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 30

f. Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam ... 33

g. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 35

(7)

xi

b. Konsep Dasar Tentang Manusia ... 39

c. Tujuan Terapi Rasional Emotif Behavior ... 40

d. Fungsi dan Peran Konselor ... 40

e. Teknik - teknik Terapi Rasional Emotif Behavior ... 41

3. Game Online a. Pengertian Game Online ... 45

b. Sejarah Perkembangan Game Online ... 46

c. Jenis – jenis Game Online ... 48

4. Kecanduan Game Online a. Pengertian Kecanduan Game Online ... 50

b. Indikator Kecanduan Game Online ... 53

c. Faktor – faktor Penyebab Kecanduan Game Online ... 55

d. Dampak - dampak Kecanduan Game Online ... 60

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 63

BAB III: DESKRIPSI BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 66

2. Deskripsi Konselor ... 69

3. Deskripsi Konseli ... 70

4. Deskripsi Kepribadian Konseli ... 71

5. Deskripsi Masalah Konseli ... 72

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo ... 76

a. Identifikasi Masalah ... 77

b. Diagnosa ... 82

c. Prognosa ... 83

d. Treatment (Terapi) ... 84

e. Evaluasi (Follow Up) ... 93

(8)

BAB IV: ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR DALAM

MENANGANI KASUS SEORANG ANAK USIA SD YANG KECANDUAN GAME ONLINE

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di

Desa Tebel Gedangan Sidoarjo... 98

B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan Sidoarjo... 104

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia pada saat ini dihadapkan dengan perkembangan teknologi

komunikasi yang sangat modern dan berkembang sangat pesat. Sebagai

contoh kenyataan yang ada yakni berkembanganya Internet. Internet

merupakan singkatan kata dari interconnection-networking. Internet

adalah sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan situs

akademik, pemerintahan, komersial, organisasi, maupun perorangan.

Internet menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber

daya informasi secara cepat dari seluruh penjuru dunia.2

Ada beragam jenis layanan yang tersedia dalam internet seperti,

email, usenet, telnet, world wide web dan aneka layanan lainnya yang bisa

digunakan oleh orang dari seluruh penjuru dunia.3 Internet dapat memberikan pengaruh yang positif dan negatif tergantung dengan

bagaimana orang menggunakan internet tersebut.

Berkaitan dengan penggunaan internet, game online merupakan

salah satu aplikasi yang menggunakan jaringan internet sebagai aksesnya.

Pada awalnya game online yang lebih dulu dikenal adalah “ Game

Jaringan”, permainan yang sering dimainkan kala itu adalah Counter

2

Suharno Pawirosumarto dan Yusuf Elmande, Aplikasi Komputer, edisi 3 (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hal. 316

3

(10)

2

Strike. Game jaringan cukup membuat anak - anak bahkan orang dewasa

sangat nyaman dan senang duduk berjam – jam di warnet untuk

mendapatkan suatu kepuasan batin. Seiring berkembangnya teknologi

game, maka game jaringan pun mulai tersingkir dengan keberadaan game

online.

Game online sendiri adalah game yang berbasis elektronik dan

visual (Rini, 2011). Game online mempunyai perbedaan yang sangat besar

dengan game lainnya yaitu pemain game tidak hanya dapat bermain

dengan orang yang berada di sebelahnya namun juga dapat bermain

dengan beberapa pemain lain di seluruh wilayah, bahkan hingga pemain di

belahan bumi lain (Young, 2007).4 Pemainnya dapat berkomunikasi secara langsung melalui fitur chatting yang ada di dalam game online tersebut.

Seorang pemain dapat menjelajahi dunia luas yang ada di dalam game

online tersebut. Secara terus menerus keadaan karakter itu akan tetap ada

meskipun ketika pemain log off / tidak online.

Saat ini diseluruh penjuru Indonesia terlihat banyak anak - anak

berusia sekitar 7 – 12 tahun duduk di warnet menghadap depan komputer

di suatu ruangan ber – AC dengan kondisi duduk yang sangat nyaman.

Sesekali mereka berteriak senang, kaget ataupun dengan nada kecewa.

Anak – anak sangat menikmati apa yang disajikan oleh komputer tersebut,

dan yang disajikan oleh computer tersebut ialah permainan game online.

4 Ahmad Fajar Giandi, “Perilaku Pecandu

(11)

3

Anak – anak SD saat ini lebih suka menghabiskan waktu luang yang

dimiliki dengan bermain game online di warnet dari pada melakukan

sesuatu yang bermanfaat bagi masa depannya. Ketika pulang sekolah anak

- anak tidak langsung pulang kerumah tetapi menuju ke warnet untuk

bermain game online maupun hanya sekedar melihast game online dengan

masih berpakaian seragam sekolah. Anak – anak juga lebih senang

menghabiskan uang saku dari orang tuanya demi bisa bermain game

online berjam – jam dan membeli vocer game online untuk memperkuat

karakternya yang tentu saja tujuan utama yakni untuk memuaskan

batinnya sehingga banyak dari anak – anak usia SD saat ini mengalami

kecanduan game online. Sebenarnya tidak ada masalah dengan bermain

game online asalkan tidak sampai mengalami kecanduan.

Kecanduan game online sendiri ialah perilaku kronis dan kompulsif

untuk memuaskan diri pada permainan yang dimainkan dengan koneksi

internet hingga menimbulkan permasalahan yang merugikan diri sendiri.5 Seorang pemain akan sangat sulit untuk lepas dari permainan game online

tersebut. Pemain game online mampu duduk berlama – lama demi bermain

game online tanpa menginginkan suatu gangguan yang dapat memecah

konsentrasinya dalam bermain game online tersebut. Mereka rela

menghabiskan waktu demi game online tersebut dan bersedia untuk tidak

mandi, makan, tidur, apalagi melaksanakan tugas yang merupakan

5 Pradipta Christy pratiwi, “Perilaku Adiksi

(12)

4

kewajibannya. Kewajiban yang ada di otak pemain game online hanyalah

main, main, dan main. Serta bagaimana cara untuk menang dan

meningkatkan level karakter pada game yang mereka mainkan.

Fenomena inilah yang terjadi pada seorang anak usia SD kelas 6 di

desa Tebel Gedangan Sidoarjo, yakni Rudy (nama samaran). Dia adalah

seorang anak kelas 6 SD yang mengalami kecanduan game online. Hampir

setiap hari waktunya ia habiskan dengan bermain game online maupun

hanya sekedar melihat game online di sebuah warnet yang tidak jauh dari

rumahnya. Dalam sehari dia berada di warnet 3 – 6 jam dan dia biasanya

menghabiskan uang sebesar Rp 10.000 untuk bermain game online pada

waktu pulang sekolah maupun pada malam hari.

Rudy mengalami kecanduan game online sejak pertengahan kelas 5

SD. Pada awalnya dia sering melihat teman – temannya ke warnet , dia

merasa penasaran dengan apa yang dilakukan teman – temannya di warnet

tersebut. Keesokan harinya dia ke warnet tersebut, di sana ternyata ia

melihat teman – temannya bermain game online. Awalnya dia hanya

melihat teman – temannya bermain game online, lama kelamaan muncul

rasa ingin mencoba bermain game online yang dimainkan oleh teman –

temannya. Keesokan harinya dia mencoba untuk memainkan game

tersebut, dia merasa kesulitan pada awalnya karena baru pertama kali

memainkan permainan tersebut. Lama kelamaan dia merasa senang dan

akhirnya ia kecanduan untuk bermain maupun hanya melihat game online

(13)

5

Saga (permainan berbasis kekerasan seperti menendang, membanting, dan

memukul lawan).

Rudy tidak bisa lepas dari bermain game online, karena ia merasa

cemas dan takut kalau level karakter pada game online yang ia mainkan

kalah oleh level karakter temannya yang juga bermain game online

tersebut. Dia juga sering menggunakan uang sakunya untuk membeli

voucher game online hanya untuk memperkuat kekuatan karakter yang

dia miliki dalam game Lost Saga. Rudy sangat antusias ketika teman -

temannya membahas tentang game online Lost Saga. Rudy juga sering

makan dan minum di warung nasi yang ada di sebelah warnet game online

tempat dia bermain. Pada malam hari dia juga sering ke warnet untuk

bermain ataupun hanya melihat game online yang ia senangi.

Melihat fenomena tersebut peneliti merasa perlu untuk melakukan

bimbingan konseling islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior

karena terapi Rasional Emotif Behavior adalah terapi yang memfokuskan

untuk mengubah cara berpikir irasional ke pikiran yang rasional sehingga

dapat mempengaruhi perubahan cara berperasaan dan cara bertingkah

laku.6 Terapi ini juga memfokuskan untuk menciptakan suatu kondisi yang baru dan bersifat positif melalui proses belajar mengubah tingkah laku

6

(14)

6

yang negatif dengan cara memperkuat tingkah laku positif yang di

harapkan.7

Konselor berfungsi sebagai guru, pengarah dan model dalam

memberikan pemahaman dan mengubah sikap, persepsi, cara berfikir,

keyakinan dan pandangan-pandangan yang irrasional dan ilogis menjadi

rasional dan logis.8 Dengan terapi Rasional Emotif Behavior peneliti berharap Rudy bisa memahami dan mengerti bahwa ia telah berpikir

irasional sehingga menyebabkan tingkah laku negative pada dirinya yang

akhirnya menyebabkan ia kecanduan game online yang hal tersebut bisa

merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya,

maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan

Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus Seorang

Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel Gedangan

Sidoarjo?

2. Bagaimana Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam

dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus

7

Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hal. 171

8

(15)

7

Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel

Gedangan Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

yaitu:

1. Untuk Mengetahui Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam

dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus

Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel,

Sidoarjo.

2. Untuk Mengetahui Hasil Akhir Pelaksanaan Bimbingan Konseling

Islam dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani

Kasus Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa

Tebel, Sidoarjo.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi para pembaca maupun peneliti sendiri, antara lain sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

a. Memberikan pengetahuan dan wawasan dalam bidang bimbingan

konseling islam dengan terapi Rasional Emotif Behavior dalam

menangani kasus seorang anak usia SD yang kecanduan game

online bagi mahasiswa yang berkecimpung dalam prodi bimbingan

(16)

8

b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan prodi

bimbingan konseling islam mengenai bimbingan konseling islam

dalam menangani kecanduan game online.

2. Secara Praktis

a. Peneliti diharapkan membantu memecahkan masalah yang

berkaitan dengan seorang anak yang kecanduan game online.

b. Menjadi bahan pertimbangan selanjutnya oleh peneliti lain dalam

melaksanakan tugas penelitian.

E. Definisi Konsep

Sesuai dengan judul penelitian yaitu Bimbingan Konseling Islam

dengan Terapi Rasional Emotif Behavior dalam Menangani Kasus

Seorang Anak Usia SD yang Kecanduan Game Online di Desa Tebel

Gedangan Sidoarjo, ada berbagai istilah yang mungkin belum di mengerti,

oleh karena itu penulis berusaha menjelaskan beberapa istilah yang di

anggap perlu untuk di jelaskan, yaitu :

1. Bimbingan Konseling Islam

Menurut Ainur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling Islam

adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari

kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam

(17)

9

dan petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup

di dunia dan akhirat.9

Kemudian Samsul Munir dalam bukunya yang berjudul

bimbingan dan Konseling Islam mendefinisikan, Bimbingan dan

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu

dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan

potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan

cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam

Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya.10

Dari pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa Bimbingan

Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu dan

sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan

potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan

cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam

Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga dapat

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat

2. Terapi Rasional Emotif Behavior

Terapi Rasional Emotif Behavior menurut W.S Winkle adalah

corak terapi yang menekankan kebersamaan dan interaksi antara

berpikir dengan akal sehat (Rational Thinking), berperasaan (Emoting)

dan berperilaku (Acting) serta sekaligus menekankan bahwa cara

9

Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hal. 4

10

(18)

10

berfikir dapat menghasilkan suatu perubahan yang berarti dalam cara

berperasaan dan berperilaku.11

Menurut singgih D.Gunarsah mengungkapkan bahwa terapi

Rasional Emotif Behavior adalah suatu teknik pendekatan yang

berusaha memperbaiki pola berfikirnya yang irasional ke arah yang

lebih rasional agar dapat bertingkah laku yang positif.12

Dari penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa Terapi

Rasional Emotif Behavior adalah pendekatan yang mengemukakan

bahwa cara berpikir (kognitif) bisa menghasilkan perubahan dalam

cara berperasaan (emotif) dan cara bertingkah laku (behavior) dengan

cara berusaha memperbaiki pola berfikir klien yang irasional ke arah

yang lebih rasional. Terapi ini juga menitikberatkan pada tindakan

klien untuk menghasilkan perubahan yang positif dengan maksud

membantu mengatasi problem yang dimiliki klien.13

3. Kecanduan Game Online

Kecanduan di definisikan suatu aktivitas atau substansi yang

dilakukan berulang-ulang dan dapat menimbulkan dampak negatif

(Arthur T .Hovart, 1989). Kenikmatan dan kepuasanlah yang pada

11

W.S Winkle, Bimbingan dan Konseling di Institut Sekolah (Jakarta: Grafindo, 1991), hal. 364

12

Singgih D.Gunarsih, Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: BPK Gunung Mulya, 2000), hal. 23

13

(19)

11

awalnya dicari, namun perlu keterlibatan selama beberapa waktu

dengan aktivitas itu agar seseorang merasa normal.14

Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul “The

Heart of Addiction” (Yee, 2002), ada dua jenis kecanduan, yaitu adiksi

fisikal seperti kecanduan terhadap alkohol atau kokaine, dan adiksi

non-fisikal seperti kecanduan terhadap game online.

Kecanduan game online adalah perilaku kronis dan kompulsif

untuk memuaskan diri pada permainan yang dimainkan dengan

koneksi internet hingga menimbulkan permasalahan yang merugikan

diri sendiri. Salah satu kerugiannya yakni pemainnya dapat menjadi

lalai dalam mengontrol kehidupan nyatanya. Game online hanya

menjadi mediasi yang tak selalu menyelesaikan kepenatan dan masalah

di dunia nyata. Karena setelah selesai dalam bermain, kita kembali ke

dunia nyata dan menghadapi masalah yang sama, masalah yang

sejenak dilupakan selama permainan tadi.15

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh

14Fitri Ma’rifatul Laili, “Penerapan Konseling Keluarga Untuk Mengurangi Kecanduan

Game Online pada siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Surabaya”, Jurnal BK. Volume 05 Nomor 01

tahun 2015”, (ejournal.unesa.ac.id, diakses 25 Maret 2015) 15

(20)

12

subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan, dll.,

secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa.16 Menurut Botgar dan Tailor, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.17

Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena

data-data yang didapatkan nantinya adalah data-data kualitatif yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku bukan

berupa angka dari orang – orang yang dapat diamati, untuk mengetahui

serta memahami fenomena secara terinci, mendalam dan menyeluruh.

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus

atau penelitian kasus. Menurut Sudarwan, Penelitian kasus merupakan

studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu

memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.18

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena

dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya

melibatkan satu orang anak usia SD sehingga harus dilakukan

penelitian secara intensif, menyeluruh dan terperinci untuk menangani

seorang anak usia SD yang kecanduan game online.

16

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 6

17

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi) (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 4

18

(21)

13

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Adapun sasaran dalam penelitian ini yaitu seorang anak

bernama Rudy (nama samaran) seorang anak kelas 6 SD yang

mengalami kecanduan game online yang kemudian disebut dengan

konseli, sedangkan konselornya adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel

Surabaya yakni Muhammad Mukti Mashuri.

Lokasi penelitian ini terletak di Desa Tebel, Kecamatan

Gedangan, Kabupaten Sidoarjo yang tepatnya di dusun Tebel Tengah di

Jl. Sentana IV Rt 03 Rw 04.

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data

yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya

dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.

Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :

1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di

lapangan. Hal ini diperoleh dari deskripsi tentang latar

belakang dan masalah klien, kondisi klien saat mengalami

permasalahan, bagaimana pelaksanaan proses konseling serta

hasil akhir pelaksanaan proses konseling. Identitas diri klien

(22)

14

2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua

atau sumber sekunder.19 Diperoleh dari gambaran lokasi

penelitian, keadaan lingkungan klien, dokumen tentang

pendidikan klien, kondisi keluarga klien dan perilaku

keseharian klien.

b. Sumber Data

Di sini yang dimaksud sumber data adalah subyek dari

mana data diperoleh.20

1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung

diperoleh peneliti dilapangan yaitu informasi dari klien yang

diberikan saat proses konseling.

2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari

orang lain seperti keluarga klien, teman – teman, tetangga

yang berguna untuk melengkapi data yang peneliti peroleh

dari data primer.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari

penelitian yakni:

a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh

peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan

19

Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif

(Surabaya: Universitas Airlangga,2001), hal. 128 20

(23)

15

yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan

pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.21

1) Meyusun rancangan penelitian

Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana

penelitian apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah

terjun kelapangan.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang

akan diteliti.

3) Mengurus perizinan

Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan

sebagai bentuk administrasi dalam penelitian sehingga dapat

mempermudah kelancaran penelitian.

4) Menjajaki dan penilaian lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana

dengan baik apabila peneliti sudah mengetahui melalui orang

lain situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.22

Dalam hal ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari

informasi dari masyarakat tempat peneliti melakukan

penelitian.

21

J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 127.

22

(24)

16

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan

informan guna mendapatkan informasi tentang situasi dan

kondisi lapangan.

6) Menyiapkan perlengkapan

Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk

keperluan penelitian seperti alat-alat tulis, kamera, dan

lain-lain.

7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak

menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan

nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.23 Dalam hal ini peneliti

harus dapat menyesuaikan norma-norma dan nilai-nilai yang

ada di latar penelitian.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk

memasuki lapangan seperti, jadwal yang mencakup waktu,

kegiatan yang dijabarkan secara rinci.

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Dalam tahap pekerjaan lapangan ini, yang akan dilakukan

peneliti adalah memahami latar penelitian terlebih dahulu serta

mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Selanjutnya yakni

23

(25)

17

memasuki lapangan untuk menjalin keakraban dengan subyek atau

informan lainnya agar memperoleh banyak informasi. Selanjutnya

yakni berperan sambil mengumpulkan data melalui wawancara,

observasi, serta dokumentasi, foto, dan lain-lain.24

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data secara valid, maka teknik

pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan terhadap peristiwa yang

diamati secara langsung oleh peneliti. Observasi yaitu pengamatan

dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang diteliti.25

Observasi ini dilakukan untuk mengamati di lapangan mengenai

fenomena sosial yang terjadi dengan gejala-gejala psikis untuk

kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik observasi di

gunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial

yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan

penilaian atas perubahan tersebut.26

Observasi bertujuan untuk mengoptimalkan dari segi motif,

kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan

sebagainya. Observasi memungkinkan peneliti merasakan apa yang

24

J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 136-147

25

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung, Alfabeta, 2012), hal.145

26

(26)

18

dirasakan dan dihayati oleh subyek sehingga memungkinkan pula

peneliti menjadi sumber data.27

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk mengamati

klien meliputi: kondisi klien baik kondisi sebelum maupun sesudah

mendapatkan proses konseling. Kondisi keluarga klien, lingkungan

sekitar klien. Selain itu juga untuk mengetahui tempat penelitian,

luas wilayah, jumlah penduduk, batas wilayah dan lokasi rumah

tempat penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk percakapan dua orang atau lebih

untuk mendapatkan informasi dengan cara memberikan beberapa

pertanyaan yang sesuai dengan tujuan penelitian.28 Wawancara

dilakukan untuk menggali data lebih mendalam dari data yang

diperoleh dari observasi.29

Dalam penelitian ini peneliti sekaligus konselor sebagai

pewawancara dan konseli, orang tua konseli, teman – teman

konseli dan pemilik warnet sebagai terwawancara. Adapun yang

akan peneliti gali yakni segala informasi mengenai konseli yakni:

Identitas diri klien, deskripsi permasalahan yang dialami klien,

serta hal-hal yang lainnya yang belum dapat peneliti utarakan

27

Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 175

28

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:2005), hal. 180

29

(27)

19

karena biasanya teknik interview ini tidak terstruktur karena

wawancaranya bersifat mendalam.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan fakta dan data yang tersimpan

dalam berbagai macam bahan yang berbentuk dokumentasi.

Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,

laporan, peraturan, catatatan harian, biografi, simbol, dan data lain

yang tersimpan.30 Dari data dokumentasi peneliti dapat melihat kembali sumber data yang ada seperti catatan pribadi, hasil

wawancara dan lain sebagainya.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik

pengumpulan data dapat dilihat melalui table dibawah ini :

Tabel 1.1 Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

NO. JENIS DATA SUMBER DATA TPD

1

Data primer

a. Latar belakang dan masalah klien

b. Kondisi klien sebelum di lakukan proses konseling c. Keadaan klien ketika mengikuti

proses konseling

d. Kondisi klien setelah selesai proses konseling

Klien

W + O

2

Data Primer

a. Tempat tanggal lahir klien b. Permasalahan yang dialami

klien

c. Proses konseling yang

dilakukan

d. Kondisi klien saat mengalami permasalahan

Klien W+O

3 Data Sekunder a.

Kondisi keluarga klien Keluarga klien (Ibu O+W+D

30

(28)

20

b. Kondisi disekitar lingkungan klien

c. Keseharian yang dilakukan klien

d. Dokumen tentang pendidikan klien

dan ayah klien), tetangga klien, pemilik

warnet

4

Data Sekunder

a. Luas wilayah penelitian b. Jumlah penduduk c. Batas wilayah

d. Lokasi rumah tempat penelitian

Perangkat Desa

O+W+D

Keterangan :

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi

6. Teknik Analisis Data

Definisi analisis data, banyak dikemukakan oleh para ahli

metodologi penelitian. Menurut Lexy J. Moleong analisis data adalah

proses mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola,

kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa analisis data

adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai

social, akademik dan ilmiah.

Dalam proses analisis data peneliti melakukan klasifikasi data

(29)

21

oleh peneliti. Diskripsi yaitu metode yang diterapkan untuk

mengklasifikasi dan mengkategorikan data-data yang telah terkumpul

dalam rangka memperoleh pemahaman komprehensif.31 Dalam melakukan analisis data, peneliti menggunakan analisis deskriptif –

komparatif. Deskriptif Komparatif digunakan untuk menganalisa proses

konseling antara teori dan kenyataan dengan cara membandingkan teori

yang ada dengan pelaksanaan Terapi Rasional Emotif Behavior yang

dilakukan oleh konselor di lapangan , serta apakah terdapat perbedaan

pada konseli antara sebelum dan sesudah mendapatkan Terapi Rasional

Emotif Behavior.

7. Teknik pemeriksaan Keabsahan data

Dalam suatu penelitian diperlukan teknik untuk mengecek atau

mengevaluasi tentang keabsahan data yang diperoleh. Pada tahap ini

ada 3 langkah yang dilakukan peneliti untuk mengecek kembali

keterangan-keterangan yang diberi informan yakni :

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam

pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan

dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan

keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.32 Dalam konteks ini, dalam upaya menggali data atau informasi yang berkaitan dengan

31

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktek (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2006), hal. 245

32

(30)

22

permasalahan penelitian, peneliti selalu ikut serta dengan informan

utama dalam upaya menggali informasi yang berkaitan dengan

focus penelitian, misalnya peneliti selalu bersama informan utama.

b. Fokus dan ketekunan

Ketekunan diperlukan untuk memastikan agar sumber data

yang dipilih benar-benar bersentuhan. Ketekunan pengamatan

bermaksud mencari dan menemukan ciri-ciri serta situasi yang

sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan

kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Peneliti juga tetap menjaga fokus pada sasaran objek yang diteliti.

Hal ini diperlukan agar data yang digali tidak melenceng dari

rumusan masalah yang dibahas.

c. Triangulasi

Sugiyono menjelaskan bahwa, “triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data yang telah ada.”33

Adapun teknik

triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah

triangulasi data atau triangulasi sumber. Triangulasi data atau

sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi dengan jalan : membandingkan data

hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan

apa yang dikatakan orang lain dengan apa yang dikatakan klien

33

(31)

23

secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu

dokumen yang berkaitan. Hal ini dimaksudkan agar dalam

pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data agar

data yang diperoleh akan lebih konsisten dan pasti.34

G. Sistematika Pembahasan

Agar penulisan skripsi ini tersusun secara rapi dan jelas sehingga

mudah dipahami, maka penulis susun sistematika pembahasan sebagai

berikut:

Pada bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Pada bab kedua, berisi tentang tinjauan pustaka yang meliputi

kajian teoritik yang terdiri dari 4 bagian yaitu kajian tentang : bimbingan

konseling islam, terapi Rasional Emotif Behavior, game online, dan

kecanduan game online. Dalam bab ini juga berisi tentang penelitian

terdahulu yang relevan.

Pada bab ketiga, berisi tentang penyajian data yang meliputi

deskripsi umum objek penelitian yang berisi tentang deskripsi lokasi

penelitian, deskripsi konselor dan konseli, deskripsi kepribadian konseli,

deskripsi masalah konseli. Dalam bab ini juga berisi deskripsi hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

34

(32)

24

Pada bab keempat, berisi tentang analisis data dimana peneliti pada

bab ini menganalisis teori yang ada dengan proses pelaksanaan konseling

yang ada dilapangan dan data yang diperoleh secara maksimal. Pada bab

ini juga dilakukan analisis keberhasilan dari proses konseling dengan cara

membandingkan konseli sebelum dan sesudah proses konseling.

Pada bab kelima, berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan

dari penelitian, saran – saran, dan bagian akhir yang didalamnya berisi

tentang daftar pustaka dan beberapa lampiran yang terkait dengan

(33)

25

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI RASIONAL EMOTIF BEHAVIOR, GAME ONLINE, KECANDUAN GAME ONLINE

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam

Secara etimologis, Bimbingan Konseling terdiri atas dua

kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan

“konseling” (diadopsi dari kata counseling). Secara harfiah istilah

“guidance”dari akar kata “guide” berarti mengarahkan (to direct),

membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to

steer)35

Dari segi pengertian bimbingan adalah bantuan atau

pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok

individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan

dalam hidupnya, agar individu atau sekelompok individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya36.

Sedangkan pengertian konseling yang dalam bahasa

Inggris, Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang diartikan

sebagai berikut : nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give

counsel), pembicaraan (to take counsel). Dengan demikian

35

Syamsu Yusuf, LN, Landasan Bimbingan dan Konseling, cetakan ke-3 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5.

36

(34)

26

counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian

anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.37

Di samping itu, islam dalam wacana studi islam berasal dari

bahasa arab dalam bentuk masdhar yang secara harfiyah berarti

selamat, sentosa, dan damai. Dari kata kerja salima diubah

menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri. Dengan

demikian arti pokok islam secara kebahasaan adalah ketundukan,

keselamatan, dan kedamaian.38

Menurut Komarudin, konseling Islam adalah proses

pemberian bantuan yang berdasarkan Qur’an dan hadits, unuk

menjadi penerang bagi bagi seluruh umat manusia. Guna

mengantarkan manusia kepada kebahagiaan lahir batin dunia dan

akhirat.39

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,

Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan

terarah, kontinu dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat

mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya

secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang

terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW ke

37

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling Di Institusi Pendidikan (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997), hal. 70.

38

H. Asyari, Ahm dkk, Pengantar Studi Islam (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2004), hal. 2.

39

(35)

27

dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan

tuntunan Al-Qur’an dan hadits.

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam

1) Membentuk pribadi sehat menurut Islam yang diukur

berdasarkan berfungsinya iman sebagai penentu kognitif,

afektif dan psikomotorik manusia.

2) Menjaga dari pribadi yang tidak sehat yaitu tidak berfungsinya

iman. Hal ini berarti manusia tidak memanfaatkan potensi yang

diberikan Allah SWT, melupakan Allah SWT, syirik, munafiq,

selalu mengikuti hawa nafsu dan selau berbuat kerusakan.

3) Pemberdayakan iman yaitu beragama tauhid dan penerima

kebenaran, terikat perjanjian dengan Allah SWT dan mengakui

bahwa Allah SWT itu tuhannya, dibekali dengan potensi akal,

pendengaran, penglihatan, hati dan bertanggung jawab atas

perbuatannya, serta diberi kebebasan menurut jalan hidupnya

sesuai dengan fitrahnya.40

c. Fungsi dan Peran Bimbingan Konseling Islam

1) Pemahaman

Yaitu membantu klien agar memiliki pemahaman

terhadap dirinya dan lingkungannya.

40

(36)

28

2) Preventif

Yaitu upaya konselor untuk mengantisipasi berbagai

masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk

mencegahnya supaya tidak terjadi pada diri klien.

3) Pengembangan

Yaitu konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan

yang kondusif. Konselor membimbing klien pada proses

pengembangan potensi dirinya.

4) Perbaikan (kuratif)

Yaitu fungsi bimbingan yang bersifat penyembuhan.

Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan

kepada klien yang telah mengalami masalah, baik menyangkut

aspek pribadi, sosial, keluarga maupun karir.

5) Penyesuaian

Yaitu fungsi bimbingan dalam membantu klien agar

dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif

terhadap kehidupan sosialnya.41

d. Unsur – unsur Bimbingan Konseling Islam

1) Konselor

Konselor atau pembimbing merupakan seseorang yang

mempunyai wewenang untuk memberikan bimbingan kepada

orang lain yang sedang menghadapi kesulitan atau masalah yang

41

(37)

29

tidak bisa diatasi tanpa bantuan orang lain. Persyaratan menjadi

konselor antara lain:

a) Kemampuan profesional

b) Sifat kepribadian yang baik

c) Kemampuan kemasyarakatan (Ukhuwah Islamiyah)

d) Ketakwaan kepada Allah.

2) Klien

Individu yang mengalami masalah yang diberi bantuan

oleh seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas

permintaan orang lain, namun keberhasilan dalam mengatasi

masalahnya itu sebenarnya sangat ditentukan oleh pribadi klien

itu sendiri.42 3) Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan

harapan. Hal yang semacam itu perlu untuk ditangani atau

dipecahkan oleh konselor bersama klien.

Menurut WS. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan

konseling di sekolah menengah”, masalah adalah sesuatu yang

menghambat, merintangi, mempersulit dalam mencapai usaha

untuk mencapai tujuan.43

42

Imam Sayuti Farid, Pokok-pokok Bimbingan Penyuluhan Agama Sebagai Teknik Dakwah (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), hal. 14.

43

(38)

30

Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia

sangatlah kompleks, diantaranya problem dalam bidang

pernikahan dan keluarga, problem dalam bidang pendidikan,

problem dalam bidang sosial (kemasyarakatan), problem dalam

bidang pekerjaan (jabatan), problem dalam bidang keagamaan.

e. Asas- asas Bimbingan Konseling Islam

1) Asas Kebahagian Dunia dan Akhirat

Yaitu membantu konseli mencapai kebahagiaan hidup

yang senantiasa didambakan setiap muslim.

2) Asas Fitrah

Bimbingan dan Konseling Islam merupakan bantuan

kepada konseli untuk menganal, memahami, dan menghayati

fitrahnya sehingga segala gerak, tingkah laku dan tindakannya

sejalan dengan fitrah tersebut.

3) Asas Lillahita‟ala

Bimbingan dan Konseling Islam diselenggarakan

semata-mata karena Allah SWT.

4) Asas Bimbingan Seumur Hidup

Bimbingan dan Konseling Islam diperlukan selama

hayat masih dikandung badan.

5) Asas Kesatuan Jasmani dan Rohani

Bimbingan dan Konseling Islam memperlakukan

(39)

31

memandangnya sebagai makhluk biologis semata atau makhluk

rohani semata.

6) Asas Keseimbangan Rohaniyah

Rohani manusia memiliki unsur daya kemampuan

berfikir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa

nafsu. Bimbingan dan Konseling Islam menyadari keadaan

kodrati manusia dan berupaya menyeimbangkan unsur-unsur

rohani manusia.

7) Asas Kemaujudan Individu

Bimbingan dan Konseling Islam berlangsung pada

citra manusia menurut Islam, memandang seorang individu

merupakan suatu eksistensial sendiri.

8) Asas Sosialita Manusia

Sosialitas diakui dengan memperhatikan hak individu,

hak individu juga diakui sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

9) Asas Kekhalifaan Manusia

Dalam Islam manusia diberi kedudukan yang tinggi

sekaligus tanggung jawab yang besar yaitu sebagai pengelola

alam semesta. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara

keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem kehidupan

kerap kali muncul dari ketidak seimbangan ekosistem tersebut

(40)

32

10)Asas Keselarasan dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan,

keseimbangan, keserasian dalam segala segi, dengan kata lain

Islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak dirinya

sendiri, hak orang lain, hak alam semesta, dan juga hak Tuhan.

11)Asas Pembinaan Akhlaqul Karimah

Bimbingan dan Konseling Islam membentuk konseli

untuk memelihara, mengembangkan, serta menyempurnakan

sifat-sifat yang baik.

12)Asas Kasih Sayang

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan

landasan kasih sayang, sebab dengan kasih sayanglah

Bimbingan dan Konseling Islam akan berhasil.

13) Asas Saling Menghargai dan Menghormati

Dalam Bimbingan dan Konseling Islam kedudukan

pembimbing dengan yang dibimbing pada dasarnya sama atau

sederajat, perbedaannya terletak pada fungsinya saja yakni

pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu menerima

bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak pembimbing

dan yang dibimbing merupakan hubungan yang saling

menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing

(41)

33

14)Asas Musyawarah

Antara konselor dan konseli terjadi dialog yang baik,

satu sama lain tidak saling mendikte, dan tidak ada perasaan

tertekan.

15)Asas Keahlian

Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan oleh

orang-orang yang memang memiliki kemampuan dan keahlian di

bidangnya.44

f. Prinsip- prinsip Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai

landasan dalam layanan bimbingan dan konseling Islam. Prinsip ini

berasal dari konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi

dasar dalam pemberian layanan bantuan atau bimbingan. Prinsip-

prinsip tersebut antara lain:

1) Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada

semua individu yang tidak bermasalah maupun yang

bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja

maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan

dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan

dari pada kuratif.

44

(42)

34

2) Bimbingan bersifat individualisasi

Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lain)

dan melalui bimbingan, individu dibantu untuk

memaksimalkan keunikannya tersebut.

3) Bimbingan menekankan hal yang positif

Selama ini, bimbingan sering dipandang sebagai satu

cara yang menekan aspirasi, namun sebenarnya bimbingan

merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan

kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk

membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri.

4) Bimbingan merupakan usaha bersama

Bimbingan bukan hanya tugas konselor tapi juga tugas

guru dan kepala sekolah, jika dalam layanan bimbingan di

sekolah, namun pada umunya yang berperan tidak hanya

konselor tapi juga klien dan pihak lain yang terkait.

5) Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam

bimbingan.

Bimbingan diarahkan untuk membantu klien agar

dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan.

Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi

dan nasehat kepada klien, dan semua itu sangat penting dalam

mengambil keputusan. Kehidupan klien diarahkan oleh

(43)

35

mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan

tujuan melalui pengmabilan keputusan yang tepat.

Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat

bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus

dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah

mengembangkan kemampuan klien untuk memecahkan

masalah dan mengambil keputusan.

6) Bimbingan berlangsung dalam berbagai adegan kehidupan

Pemberian layanan bimbingan tidak hanya

berlangsung di sekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga,

perusahaan, industri, lembaga pemerintah/swasta dan

masyarkat pada umumnya.45

g. Langkah-Langkah Bimbingan Konseling Islam 1) Identifikasi Masalah

Langkah pertama ini dimaksudkan untuk

mengumpulkan data dari berbagai macam sumber yang

berfungsi untuk mengetahui kasus beserta gejala-gejala yang

nampak. Dalam langkah ini konselor mencatat kasus yang

perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus yang mana

yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.

45

(44)

36

2) Diagnosis

Langkah diagnosis adalah langkah untuk menetapkan

masalah yang dihadapi konseli beserta latar belakangnya.

Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan ialah

mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan

menggunakan berbagai tekhnik pengumpulan data, setelah

data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi

serta latar belakangnya.46

3) Prognosis

Langkah prognosis merupakan langkah untuk

menetapkan jenis bantuan atau terapi yang akan digunakan

dalam membantu konseli menangani masalahnya berdasarkan

diagnosis.

4) Terapi atau Treatment

Dalam hal ini konselor dan konseli bersama-sama

melakukan proses terapi guna meringankan beban masalah

yang konseli hadapi, terutama tentang keputusan yang

diambilnya.

5) Evaluasi atau Follow Up

Setelah konseli dan konselor bersama-sama melakukan

proses terapi mencari dan menemukan solusi yang terbaik bagi

masalah konseli, maka kemudian masuk kepada tahap

46

(45)

37

berikutnya yaitu tahap evaluasi. Evaluasi adalah penilaian

terhadap alternatif atau putusan yang diambil oleh konseli baik

dari segi kelebihan maupun segi kekurangan. Tahap ini juga

merupakan tindak lanjut yang berguna untuk mengetahui

tingkat keberhasilan konseling yang telah berlangsung, pada

tahap ini konselor juga mengamati dan memantau klien agar

jangan sampai kembali ke masalahnya atau menambah

masalah yang lain.47

2. Terapi Rasional Emotif Behavior

a. Pengertian Terapi Rasional Emotif Behavior

Pendekatan Rasional Emotif Behavior adalah suatu

pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan

antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Pendekatan ini bertujuan

untuk mengajak individu mengubah pikiran – pikiran irasionalnya

ke pikiran yang rasional melalui teori ABCDE. Pada proses

konselingnya terapi Rasional Emotif Behavior menekankan bahwa

tingkah laku yang bermasalah disebabkan oleh pemikiran irasional

sehingga focus penanganan pada terapi Rasional Emotif Behavior

adalah pemikiran individu.48

Terapi Rasional Emotif Behavior merupakan pendekatan

yang dikembangkan oleh Albert Ellis pada tengah tahun 1950 an

47

Bimo Walgito, Bimbingan Konseling di Sekolah (Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas UGM, 1968 ), hal. 105.

48

(46)

38

yang menekankan pentingnya peran pikiran pada tingkah laku.

Pada awalnya pendekatan ini disebut dengan Rasional Therapy

(RT). Kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rasional Emotif

Therapy (RET) pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam

Newsletter yang dikeluarkan oleh the Institute For Rational

Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia mengganti nama

Rational Emotive Therapy (RET) menjadi Rational Emotive

Behavior Therapy ( REBT).

Kata rational yang dimaksud Ellis adalah kognisi atau

proses berpikir yang efekif dalam membantu diri sendiri (self

helping). Ellis memperkenalkan kata Behavior (tingkah laku) pada

pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dengan

alasan bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan

perasaan.49 Ellis berpendapat bahwa anak – anak lebih gampang terkena pengaruh dari luar dan memiliki cara berpikir yang tidak

rasional dari pada orang dewasa. Pada dasarnya, dia meyakini

bahwa manusia itu naïf, mudah disugesti, dan mudah terusik.

Secara keseluruhan, orang mempunyai kemampuan di dalam

dirinya sendiri untuk mengontrol pikiran, perasaan, dan tindakan.50

49

Gantina Komalasari dan Eka Wahyuni, Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal 202.

50

(47)

39

b. Konsep Dasar Tentang Manusia

Terapi Rasional Emotif Behavior memandang manusia

sebagai individu yang didominasi oleh sistem berpikir dan sistem

berperasaan yang berkaitan dalam sistem psikis individu.

Keberfungsian individu secara psikologis ditentukan oleh pikiran,

perasaan dan tingkah laku. Tiga aspek ini saling berkaitan karena

satu aspek mempengaruhi aspek lainnya. Secara khusus Terapi

Rasional Emotif Behavior berasumsi bahwa individu memiliki

karakteristik sebagai berikut :

1) Individu memiliki potensi yang unik untuk berpikir rasional

dan irasional.

2) Pikiran irasional bisa berasal dari proses belajar yang irasional

yang didapat dari orang tua , lingkungan dan budayanya.

3) Manusia adalah makhluk verbal yang berpikir melalui symbol

dan bahasa. Dengan demikian, gangguan emosi yang dialami

individu disebabkan oleh verbalisasi ide dan pemikiran

irasional.

4) Individu memiliki potensi untuk mengubah arah hidup personal

dan sosialnya.

5) Pikiran dan perasaan yang negative dan merusak diri dapat

diserang dengan mengorganisasikan kembali persepsi dan

(48)

40

Selanjutnya, manusia dipandang memiliki tiga tujuan

fundamental, yaitu : untuk bertahan hidup, untuk bebas dari

kesakitan dan untuk mencapai kepuasan.

c. Tujuan Terapi Rasional Emotif Behavior

Tujuan utama Terapi Rasional Emotif Behavior adalah

membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan

lebih rasional dan lebih produktif. Selain itu, Terapi Rasional

Emotif Behavior juga membantu individu untuk mengubah

kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri. Terapi

Rasional Emotif Behavior juga mengajarkan individu untuk

mengoreksi kesalahan berpikir untuk mereduksi emosi yang tidak

diharapkan.

d. Fungsi dan Peran Konselor

Fungsi dan peran konselor dalam Terapi Rasional Emotif

Behavior adalah :

1) Aktif dan Direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk

memberikan penjelasan terutama pada awal konseling.

2) Mengkonfrontasi pikiran irasional konseli secara langsung.

3) Menggunakan berbagai teknik untuk menstimulus konseli

untuk berpikir dan mendidik kembali diri konseli sendiri.

4) Secara terus menerus “ menyerang “ pemikiran irasional

(49)

41

5) Mengajak konseli untuk mengatasi masalahnya dengan

kekuatan berpikir bukan emosi.

e. Teknik – teknik Terapi Rasional Emotif Behavior

Teknik Terapi Rasional Emotif Behavior dapat

dikategorikan menjadi tiga kelompok yakni : teknik kognitif,

teknik emotif, teknik behavior.

1) Teknik kognitif

a) Dispute Kognitif

Adalah usaha untuk mengubah keyakinan irasional klien

dengan cara mendebat atau menantang keyakinan irasioanal

klien melalui bertanya (questioning).

Pertanyaan – pertanyaan untuk melakukan dispute

logis : Apakah itu logis? Apa benar begitu? Mengapa tidak?

Mengapa harus begitu? Apa yang kamu maksud dengan

kalimat itu? Mengapa itu adalah perkataan yang tidak

benar? Apakah itu bukti yang kuat? Jelaskan kepada saya

kenapa? Mengapa itu harus begitu? Di mana aturan itu

tertulis? Mengapa kamu harus begitu? Sekarang kita lihat

kembali, kamu melakukan hal yang buruk. Sekarang

mengapa kamu harus tidak melakukan itu ?

Pertanyaan – pertanyaan untuk reality testing : Apa

buktinya? Apa yang akan terjadi kalau ……? Mari kita

(50)

42

cerita yang kamu ceritakan tadi? Bagaimana mungkin

kejadian itu bisa menjadi sangat menakutkan/menyakitkan.

Pertanyaan – pertanyaan untuk pragmatic

disputation yakni : selama kamu meyakini hal tersebut,

bagaimana perasaan kamu ? Apakah ini berharga untuk

dipertahankan ? Apa yang akan terjadi bila kamu berpikir

demikian ?51 b) Analisis rasional

Teknik untuk mengajarkan klien bagaimana

membuka dan mendebat keyakinan irasional.

c) Skala katastropi

Membuat proporsi tentang peristiwa – peristiwa

yang menyakitkan. Misalnya : dari 100% buatlah

presentase peristiwa yang menyakitkan, urutkan dari yang

paling tinggi presentasenya sampai yang paling rendah.

d) Rational role reversal

Meminta klien untuk memainkan peran yang

memiliki keyakinan rasional sementara konselor

memainkan peran menjadi klien yang irasional. Klien

melawan keyakinan irasional konselor dengan keyakinan

rasional yang diverbalisasikan.

51

(51)

43

2) Teknik emotif

a) Dispute imajinasi

Setelah melakukan dispute secara verbal, konselor

meminta konseli untuk membayangkan dirinya kembali

pada situasi yang menjadi masalah dan melihat apakah

emosinya telah berubah.

b) Proyeksi waktu

Meminta klien untuk menvisualisasikan kejadian

yang tidak menyenangkan ketika kejadian itu terjadi,

setelah itu membayangkan seminggu kemudian. Bagaimana

klien merasakan perbedaan tiap waktu yang dibayangkan.

Klien dapat melihat bahwa hidup berjalan terus dan

membutuhkan penyesuaian.

c) Teknik melebih – lebihkan

Meminta klien untuk membayangkan kejadian yang

menyakitkan atau kejadian yang menakutkan, kemudian

melebih – lebihkannya sampai pada taraf yang paling

tinggi. Hal ini bertujuan agar konseli dapat mengontrol

(52)

44

3) Teknik Behavior

a) Dispute Tingkah laku

memberi kesempatan kepada klien untuk

mengalami kejadian yang menyebabkannya berpikir

irasional dan melawan keyakinannya tersebut.

b) Bermain Peran

Dalam teknik ini digunakan komponen emosioanal

dan perilaku dalam bermain peran. Konselor menggunakan

teknik ini agar konseli dapat berinteraksi dengan orang lain.

Tujuannya adalah agar emosi konseli yang di pendam dapat

keluar. Setelah itu, konselor menggunakan perasaan yang

dimiliki konseli untuk membantu konseli melakukan

tingkah laku baru yang sesuai dengan keyakinan yang

rasional.52

c) Pekerjaan rumah

pekerjaan rumah digunakan sebagai self – help

work. Terdapat beberapa aktifitas yang dapat dilakukan

dalam pekerjaan rumah yaitu : membaca, menulis, berpikir,

relaksasi, serta aktivitas.

52

(53)

45

3. Game Online

a) Pengertian Game Online

Game Online adalah game yang berbasis elektronik dan

visual (Rini, 2011). Game online mempunyai perbedaan yang

sangat besar dengan game lainnya yaitu pemain game tidak hanya

dapat bermain dengan orang yang berada di sebelahnya namun

juga dapat bermain dengan beberapa pemain lain di lokasi lain,

bahkan hingga pemain di belahan bumi lain (Young, 2007). 53

Menurut saverin (2005: 447), game online adalah salah satu

perkembangan dari game komputer biasa yang merupakan salah

satu produk penjualan berbasis internet yaitu fasilitas penyedia jasa

hiburan berupa permainan yang dapat diakses secara online dan

tiap pemainnya dapat berkomunikasi secara langsung (real time)

dan terhubung antara satu dengan lainnya. Game online pun

memungkinkan untuk melakukan peran – peran fantasi dan

mengeksplorasikannya dengan orang lain.54

Game Online adalah sebuah game yang merupakan salah

satu contoh aplikasi internet yang dimana seorang individu di situ

bertindak melalui kepribadian virtual yang dibuatnya, yang disebut

avatar / karakter. Seorang pemain mengontrol karakternya, yang

53Winsen Sanditaria, “Adiksi Bermain Game Online

Pada Anak Usia Sekolah di Warung Internet Penyedia Game Online Jatinangor Sumedang”, Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran. (http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/745/791, diakses 28 Maret 2015)

54Ahmad Fajar Giandi, “Perilaku Pecandu

(54)

46

dapat memenuhi berbagai tugas, memajukan kemampuan karakter,

dan berinteraksi dengan pemain lain melalui fitur chatting yang ada

di dalam game online. Seorang pemain dapat menjelajahi dunia

luas yang ada di dalam game online tersebut. Secara terus menerus

keadaan karakter itu akan tetap ada meskipun ketika pemain log off

/ tidak online.55

b) Sejarah Perkembangan Game Online

Awal game online hadir di Indonesia dimulai pada tahun

2001, dimana game berjudul Nexia mulai menarik perhatian

banyak gamers PC, konsol dan juga masyarakat lainnya untuk

mencoba bermain "game online". Meskipun Nexia hanya hadir

dengan grafis 2D yang sederhana, namun kehadiran game tersebut

sudah sangat berkesan di hati para gamers di Indonesia.

Beralih dari tahap awal, di tahun 2002-2005 bisa dibilang

perkembangan game online mulai maju ke arah yang lebih baik.

Terdapat beberapa game online baru yang hadir di Indonesia, mulai

dari Laghaim, Ragnarok Online, GunBound, dll. Namun, Ragnarok

Online lah yang menjadi awal meledaknya trend bermain game

online di Indonesia pada saat itu. Bisa dibilang juga, awal game

online lahir di Indonesia merupakan awal trend dimana bermain

game online harus dilakukan dengan berbayar "pay to play",

sehingga para gamers harus melakukan pembelian sejumlah

55

(55)

47

voucher terlebih dahulu untuk bisa login dan juga membayar

billing warnet setelahnya.

Meskipun tidak begitu mengalami banyak perubahan di

tahun 2005 an, namun

Gambar

Tabel 3.1 Batas Wilayah Desa Tebel
Tabel 3.4 Komposisi penduduk desa Tebel berdasarkan pendidikan
Tabel 4.1 Perbandingan Antara Teori BKI dengan Pelaksanaan BKI di Lapangan
Tabel 4.2 Perbandingan Teori Langkah – langkah BKI dengan Pelaksanaan di Lapangan Langkah – langkah BKI

Referensi

Dokumen terkait

Dalam data yang diperoleh berdasarkan senarai kata benda ini, pengkaji hanya menemui satu sahaja fonem konsonan /d/ dalam subdialek Pasir Mas dan kedudukan fonem ini

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat religiusitas siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang (2) Untuk mengetahui kesejahteraan psikologis (psychological

Berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus I dan siklus II dengan menggunakan metode talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka diusulkan untuk dibangun aplikasi untuk percetakan Zahra Books berbasis web, yang dapat mempermudah pihak pemesan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sistem pakar yang dapat mendeteksi typhoid fever, dengue fever, dan campak sesuai dengan gejala-gejala yang

Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan. Selain itu bahasa

Penilaian kelayakan usulan proyek dilakukan dengan delapan cara teknik analisis yaitu NPV dihasilkan NPV positif sesuai yang diinginkan, RCR diperoleh 1,39 lebih besar dari 1,

Pemilik pabrik tahu AL, Sumedang dan Super sebaiknya mengambil keputusan untuk memproses produk sampingan yaitu ampas tahu untuk diproses lebih lanjut sebagai keripik