• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA DI TLASIH TULANGAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA DI TLASIH TULANGAN SIDOARJO."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG

TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA DI TLASIH TULANGAN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Siti Milda Miftah Khusnul Ainiyah B03211032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)

BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA DI TLASIH TULANGAN SIDOARJO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Siti Milda Miftah Khusnul Ainiyah B03211032

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Siti Milda Miftah Khusnul Ainiyah. NIM B03211032: Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya Di Tlasih Tulangan Sidoarjo.

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimana Proses Bimbingan Konseling islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo. 2) Bagaimana Hasil Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo.

Untuk mengungkap permasalahan diatas peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus. Kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan deskriptif yaitu proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo, sedangkan analisis hasil dari proses konseling peneliti menggunakan analisis diskriptif komperatif yaitu membandingkan proses sebelum dan sesudah pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa cirri-ciri yang nampak pada seorang anak yang depresi karena tidak menerima ayah tirinya, klien yang mudah sekali marah, cepat tersinggung dan jarang keluar kamar. Dalam penelitian ini konselor menggunakan terapi rasional emotif, dimana konselor merubah cara berfikir klien yang irasional menjadi rasional, hasil dari pendekatan tersebut cukup berhasil karena klien sudah bisa sedikit demi sedikit menerima ayah tirinya.

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Konsep ... 6

1. Bimbingan Konseling Islam ... 6

2. Terapi Rasional Emotif ... 7

3. Depresi ... 8

F. Metode Penelitian... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 8

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 10

3. Jenis dan Sumber Data ... 11

4. Tahap-tahap Penelitian ... 12

5. Tahap Analisis Data ... 15

6. Teknik Analisis Data ... 19

7. Teknik Keabsahan Data ... 20

G. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II: BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI RASIONAL EMOTIF DAN DEPRESI A. Bimbingan Konseling Islam, Terapi Rasional Emotif 1. Bimbingan Konseling Islam a. Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 24

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 26

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam ... 26

d. Asas-asas Bimbingan Konseling Islam ... 27

(8)

f. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 40

2. Terapi Rasional Emotif a. Pengertian Terapi Rasional Emotif ... 41

b. Fungsi dan Peran Konselor ... 45

c. Tujuan Terapi Rasional Emotif ... 47

d. Teknik Rasional Emotif ... 48

3. Depresi a. Pengertian Depresi... 49

b. Gejala-gejala Depresi ... 50

c. Ciri-ciri Depresi ... 52

d. Faktor-faktor Penyebab Depresi ... 53

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 54

BAB III: BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF UNTUK MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA A. Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya 1. Desa Tlasih ... 57

2. Deskripsi Konselor ... 60

3. Deskripsi Klien ... 61

B. Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya 1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya ... 64

2. Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya ... 73

BAB IV: BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI DEPRESI SEORANG ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA A. Analisis Proses Konseling dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tiinya ... 76

B. Hasil Pelaksanaan Konseling dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya ... 81

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran-saran ... 84

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pada dasarnya setiap manusia mendambakan hubungan keluarga yang harmonis karena hal ini sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup. Keharmonisan keluarga merupakan syarat penting dalam kehidupan agar mereka mampu menghadapi berbagai goncangan dalam rumah tangga. Setiap keluarga mendambahkan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya bahkan mereka membimbing anak-anaknya agar mempersiapkan diri agar bahagia sesuai apa yang di dambahkan orang tuanya. Namun terkadang harapan dan pemikiran orang tua tidak sejalan dengan anaknya.

Kehadiran orang baru dalam sebuah keluarga selalu membutuhkan waktu untuk diterima oleh anggota keluarga seperti halnya yang terjadi pada anak yang tidak bisa menerima ayah tiri. Hal ini menyebabkan anak mengalami depresi menjadi tertekan karena suatu keadaan. Anak akan kehilangan percaya diri, kehilangan semangat hidup, optimisme, merasa kurang diperhatikan dan kurang kasih sayang. Selain itu mereka berpikir negatif tentang diri sendiri dan tentang orang lain.

(10)

2

Ada yang selalu kelihatannya gembira, senang, bahagia, dan tertawa walau yang akan dihadapinya nanti berbeda dengan apa yang diharapkannya. Adapula yang mengeluh dan bersedih hati, putus asa, menyerah, tidak cocok dengan orang lain dan hal tersebut membuat seseorang mengalami suatu gangguan kesehatan mental. Hal ini terjadi karena kurangnya masyarakat untuk menjaga keharmonisan di dalam masyarakat itu sendiri.

Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional, dan tingkah laku serta kognisi bercirikan ketidakberdayaan yang berlebihan.

Depresi dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Orang yang mengalami depresi akan memunculkan emosi-emosi yang negatif seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik.1

Gangguan depresi pada umumnya dicetuskan oleh peristiwa hidup tertentu. Namun, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar yang memungkinkan suatu peristiwa yang dihadapi secara berbeda, dapat memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Depresi memiliki beberapa penyebab, dan salah satu yang terkuat adalah stres.

Stres dan depresi yang dibiarkan berlarut akan membebani pikiran dan dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh. Apabila kita berada dalam emosi

1 Swesty Nilasari, “

(11)

3

yang negatif seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan dan kurang bersyukur dengan nikmat yang ada, maka sistem kekebalan tubuh akan menjadi lemah.2

Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan soaial yang khas, seperti murung, sedih, berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi, dan menurunnya daya tahan.

Seperti halnya fenomena yang terjadi pada keluarga di Desa Tlasih ini. Dulu sebelum ayahnya meninggal, anak ini sangatlah patuh kepada orang tuanya, sopan dan santun ketika berbicara dengan orang lain. Dia juga anak yang rajin, akan tetapi sekarang berubah drastis semenjak ibunya memutuskan untuk menikah lagi. Dia sekarang menjadi anak yang pemalas, mudah marah (sensitif), enggan berbicara, memandang dirinya rendah dan pesimis menghadapi masa depan ketika berbicara dengan orang lain tidak sopan dan bertingkah laku semaunya sendiri.

Ketika ibunya memutuskan untuk menikah, si ibu meminta pendapat dari ketiga anaknya, dan salah satu dari anaknya yang tidak setuju kalau ibunya menikah lagi (mencari penganti ayahnya). Akan tetapi ibunya tidak menghiraukannya dan menikah dengan laki-laki lain, karena sang ibu

2

(12)

4

beranggapan jika ibunya menikah lagi ada laki-laki yang melindungi keluarga kecilnya dan membantunya untuk mencari nafkah untuk keluarganya.

Alasan salah satu anaknya tidak memperbolehkannya ibunya untuk menikah lagi yaitu khawatir (terbesit dalam benaknya) perhatian dan kasih sayang ibunya akan berkurang karena berbagi dengan orang baru di dalam keluarganya. Sehingga hal itu terus dipikirkan dan membuat beban pikiran anaknya. Dan setelah ditelusuri anak tersebut mulai menjauh setelah ibunya menikah karena klien tidak mau menerima kebersamaan ibunya bersama orang lain selain dirinya dan orang-orang yang disayanginya. Di tambah lagi dengan berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat depresi anak tersebut ,baik dari dalam diri anak itu sendiri, seperti kurangnya usaha untuk menerima dengan melawan ego sendiri dan mencoba untuk melihat sisi positif kehadiran orang baru tersebut. Salah satunya adalah kebahagiaan ibunya yang sudah lama memudar karena berbagai musibah yang dialaminya sebelum menikah. Semua itu berawal dari kebersamaan yang biasanya begitu erat mulai memudar ketika beberapa tahun lalu, ibunya mulai bekerja dan fokus merawat ayahnya yang terbaring sakit di ranjang selama beberapa tahun, kasih kasayang yang diterima klien mulai berkurang sejak itu, ditambah lagi dengan perhatian ibunya kepada adiknya klien yang masih kecil dan puncaknya ketika ibunya menikah.

(13)

5

menjadi istri ke dua dari ayahnya yang lebih muda dan memiliki dua anak menambah rasa amarah dihati klien yang begitu memuncak.

Sifat-sifat luhur yang dulu ditanamkan begitu erat ternyata hilang begitu saja ketika cobaan menerjang, semangat hidup yang mulai hilang karena tidak ada lagi sesuatu yang diinginkannya dalam hidup dan merasa sudah tidak ada lagi kehidupan baginya, bahkan kadang merasa kematian lebih baik untuknya dari pada klien harus melihat sesuatu yang tidak disukainya terjadi begitu saja. Dalam menanggapi permasalahan diatas, peneliti menggunakan terapi rasional emotif sebagai pendekatannya. Pendekatan ini dirasa cukup tepat untuk digunakan dalam menangani permasalahan diatas.

Dari penjabaran permasalahan tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Bimbingan dan Konseling Islam dalam Menangani Depresi

Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan

Sidoarjo”.

B.RumusanMasalah

1. Bagaimana Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo?

(14)

6

A.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diutarakan di atas, maka peneliti memiliki tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui Proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo.

2. Untuk mengetahui hasil dari Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo.

B.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan keilmuan secara ilmiah di bidang konseling islam.

b. Memperkuat teori-teori konseling, bahwa ilmu konseling merupakan peranan penting dalam membantu memecahkan suatu masalah atau persoalan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu menangani seorang anak yang mengalami depresi karena tidak menerima kehadiran ayah tirinya.

(15)

7

dalam penelitian yang akan datang dengan menggunakan terapi rasional emotif.

C.Definisi Konsep

Agar diperoleh kejelasan mengenai judul yang diangkat yakni “Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Dalam Menangani Depresi Seorang Anak yang Tidak Menerima Ayah Tirinya di Tlasih Tulangan Sidoarjo”, maka disini akan dijelaskan beberapa istilah yang terdapat didalam judul, antara lain:

1. Bimbingan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberi bantuan terarah, kontinu dan sistematika kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis.3

Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.4

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu secara terarah, kontinue, dan

3

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23.

4

(16)

8

sistematis agar ia dapat mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Terapi Rasional Emotif

Terapi Rasional Emotif adalah terapi yang berlandasan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir rasional dan jujur maupun untuk berfikir rasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berfikir dan mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan ke arah menghancurkan diri.5

Tujuan dari terapi ini adalah untuk memperbaiki dan mengubah sikap klien dengan cara mengubah berfikir dan keyakinan klien yang irasional menuju cara berfikir yang rasional, sehingga klien dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagiaan hidupnya.6

Setiap konselor berhak memilih teknik yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli. Pada skripsi ini peneliti menggunakan teknik Disputing irrational belief dan Rational emotive imagery.

5

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikologi (Bandung: Refika Aditama, 2007), hal. 28.

6

(17)

9

3. Depresi

Depresi adalah suatu kondisi yang di tunjukkan individu yang memiliki karakteristik selalu merasa sedih, bersikap dingin, kurang memiliki perhatian terhadap lingkungan dan pesimistik.7

Jadi depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam perasaan yang ditandai dengan prasaan sedih yang berlebihan, murung, tidak bersemangat, putus harapan.

Adapun cirri-ciri yang Nampak pada anak tersebut adalah anak itu mudah sekali tersinggung, tidak ada kepercayaan diri, lebih suka menjaga jarak, menghindari keterlibatan dengan orang lain, pemalu, pemurung, sukar untuk bisa tenang, dan sukar untuk merasa bahagia.

D.Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy J. Moleong dalam bukunya “ Metode Penelitian Kualitatif” adalah sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini melihat keseluruhan latar belakang subyek, penelitian secara holistic.8

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memberi gambaran sistematis, tekstual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

7

Yusria Ningsih, Kesehatan Mental (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2011), hal. 68.

8

(18)

10

atau daerah tertentu. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan ciri-ciri orang tertentu, kelompok-kelompok atau keadaan-keadaan. Keterangan untuk penelitian seperti ini dapat dikumpulkan dengan bantuan wawancara, kuesioner dan pengamatan langsung. Penelitian seperti ini akan memberikan informasi tentang sifat atau gejala pada keadaan tertentu. Dalam penelitian ini tidak terdapat perlakuan atau pengendalian data. Penelitian deskriptif hanya menggambarkan apa yang ada, bukan menguji hepotesa. Sehingga penelitian ini bersifat non hipotesis. Penelitian ini bergantung pada pengamatan peneliti.9

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan oleh adanya data-data yang didapatkan nantinya adalah data kualitatif berupa kata-kata atau tulisan tidak berbentuk angka dan untuk mengetahui serta memahami fenomena secara terinci, mendalam dan menyeluruh. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus atau penelitian kasus. Penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan mendalam mengenai unit sosial tertentu.10

Tujuan peneliti kasus adalah untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuatu

9

S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hal. 35

10

(19)

11

unit sosial: Individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.11 Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang hanya melibatkan satu orang anak sehingga harus dilakukan secara intensif, menyeluruh dan terperinci untuk menangani anak yang depresi.

Dalam hal ini peneliti langsung terjun ke lapangan di mana penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan terhadap orang-orang yang akan dijadikan sumber informasi, sehingga dapat diperoleh data-data secara keseluruhan dan tertulis.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subyek atau sasaran dari peneliti ini adalah seorang anak yang depresi karena tidak menerima ayah tirinya karena semenjak ibunya nikah lagi anak tersebut kurang dapat perhatian. Dalam melakukan penelitian, peneliti mengambil wilayah atau tempat peneliti yang merupakan tempat tinggal dari konseli, yaitu di Ds Tlasih Kec. Tulangan Kab. Sidoarjo.

Sedangkan konselornya adalah mahasiswi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yaitu Siti Milda Miftah Khusnul Ainiyah.

3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk

11

(20)

12

verbal atau deskriktif bukan dalam bentuk angka. Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:

1) Jenis Data Primer yaitu sumber data yang langsung diperoleh peneliti dilapangan yaitu informasi dari subjek atau anak yang mengalami depresi yang tidak bisa menerima ayah tirinya.

2) Jenis Data Skunder yaitu sumber data yang diperoleh dari orang lain guna mendukung dan melengkapi data yang telah diperoleh dari sumber data primer. Sumber ini diperoleh dari informan seperti teman konseli, keluarga dan masyarakat sekitar.

b. Sumber Data

Untuk mendapat keterangan dan informasi peneliti mendapatkannya dari sumber data, adapun yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh.12 Adapun sumber datanya adalah:

1) Sumber Data Primer yaitu data yang langsung diambil dari subyek penelitian. Dalam pencarian sumber data peneliti melakukan pengamatan dan wawancara dengan konseli atau orang yang mempunyai masalah depresi.

2) Sumber Data Skunder yaitu data yang diambil dari sumber selain subyek atau konseli atau berbagai macam sumber guna melengkapi dan mendukung data primer.

12

(21)

13

Adapun informasi yang telah dikumpulkan oleh pihak lain bisa digunakan menjadi sumber data skunder, pihak-pihak yang telah mengumpulkan data tersebut meliputi orang-orang dekat konseli antara lain keluarga, kerabat, dan teman dari konseli.

4. Tahap-tahap Penelitian

Tahap penelitian merupakan proses penelitian yang nantinya akan memberikan gambaran dalam melakukan perencanaan hingga laporan penelitian. Adapun dalam metode kualitatif langkah-langkah penelitian tidak dapat ditentukan secara pasti, karena dalam kualitatif tidak memiliki batasan-batasan yang jelas. Walaupun demikian langkah dalam penelitian kualitatif dibagi dalam: 1. Orientasi, melalui bajakan dan wawancara lapangan. 2. Eksplorasi yaitu mengumpulkan data berdasarkan focus penelitian yang sudah jelas. 3. Member check yaitu memeriksa laporan sementara penelitinya kepada responden atau pembimbing.

Agar lebih mudah dalam melakukan penelitian, langkah-langkah yang dilakukan adalah:13

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap ini merupakan ekplorasi, pada tahap ini peneliti melakuka observasi dan mempersiapkan hal-hal yang dilakukan di

13

(22)

14

lapangan sejak penelitian berlangsung sampai selesai. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah:

1) Menyusun rancangan penelitian

Rancangan penelitian terdiri dari latar belakang masalah, kajian pustaka, pemilihan lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, memilih alat penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisis data, rancangan perlengkapan (yang diperlukan dalam penelitian), rancangan pengecekan kebenaran data.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti memilih lapangan penelitian di Desa Tlasih Rt 04 Rw 01 Tulangan Sidoarjo.

3) Mengurus perizinan

Setelah memilih lapangan penelitian, peneliti mengurus perizinan sebagai bentuk birokrasi dalam penelitian. Selain itu harus mengetahui siapa saja yang berwenang untuk memberikan izin agar penelitian tidak mengalami gangguan dan berjalan dengan lancer.

4) Melihat kondisi lapangan

(23)

15

Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang subyek yang diteliti, adapun usaha yang dilakukan untuk mendapatkan informan yakni melalui keterangan orang-orang yang dianggap berpotensi.14

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian

Adapun perlengkapan-perlengkapan yang diperlukan untuk menggali informasi adalah sebagai berikut: alat tulis, pertanyaan wawancara dan izin penelitian.

7) Persoalan etika penelitian

Pada dasarnya dalam melakukan penelitian sudah pasti berhubungan dengan kemasyarakatan dan pada dasarnya setiap masyarakat mempunyai kebudayaan dan adat istiadat tersendiri yang harus dihormati.

b. Tahap Persiapan Lapangan

1) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

Sebelum melakukan penelitian dibutuhkan pemahaman diri atau kemampuan yang dapat dilakukan oleh diri sendiri. Hal tersebut diperlukan agar penelitian agar dapat berjalan dengan lancar.

14

(24)

16

2) Memasuki lapangan

Seorang peneliti harus memiliki kemampuan dalam menjalin hubungan dengan subyek agar ketika dilakukan interview tidak terdapat kecanggungan, sehingga tidak ada dinding pembatas antara peneliti dan subyeknya.

3) Berperan serta sambil menggumpulkan data

Perlu diperhatikan dalam tahapan ini tenaga, biaya, waktu, serta pembuatan catatan kaki merupakan hal yang terpenting dalam hal ini.15

5. Tahap Analisis Data

Dalam tahapan ini peneliti mengolah data yang telah didapatkan dari lapangan sehingga dapat dijabarkan dan dipahami oleh pembaca laporan. Hal yang dilakukan adalah menganalisis, menggambarkan, menguraikan, dan mengkategorikan sehingga dalam menentukan kesimpulan permasalahan dapat dengan mudah ditemukan.

6. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid dalam peneliti ini, maka peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, adapun pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:

15

(25)

17

a. Observasi

Yaitu pengamatan dan penelitian yang sistematis terhadap gejala yang diteliti, observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila:

1) Sesuai dengan tujuan penelitian

2) Direncanakan dan dicatat secara sistematis dan

3) Dapat di control keandalannya (reliabilitasnya) serta kesahihan

(validitasnya).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi dengan cara participant observation yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati sebagai sumber data penelitian, selain itu peneliti juga melakukan apa yang dikerjakan sumber data, sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap.16

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menelaah proses soaial dan prilaku dalam budaya dalam masyarakat yaitu dengan cara menguraikan dan menghasilkan gagasan-gagasan teoritis yang menjelaskan apa yang dilihat dan didengar oleh peneliti.17

b. Wawancara

Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpulan data)

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, R & D (Bandung: ALFABETA IKAPI, 2008). Hal 227

17

(26)

18

kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).18

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis wawancara, baik melalui sumber primer maupun sekunder. Sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dari sumber primer, peneliti melakukan wawancara secara langsung pada konseli dan konselor dalam rangka untuk mengetahui tentang identitas konseli, pendidikan konseli.

Sedangkan dari sumber sekunder, peneliti melakukan wawancara dengan pihak lain yaitu pada dekat konseli, keluarga dengan tujuan untuk mengetahui latar belakang kehidupan konseli, bagaimana hubungan konseli pada keluarga, sejak kapan mengalami permasalahannya.

Dalam wawancara ini peneliti akan menggali data tentang latar belakang konseli, mulai dari latar belakang pendidikan, agama, keluarga, dan sosio kulturalnya, sehingga dengan mengetahui latar belakang konseli maka peneliti dapat mengetahui penyebab dari masalah konseli dan menyelesaikan suatu masalah dengan suatu solusi yang terbaik.

18

(27)

19

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.19 Seperti halnya dokumen tulisan yang berbentuk kesehariannya klien, bentuk dokumen gambar yang bisa diambil dari foto-foto klien atau gambar hidup klien yang akan diteliti dan yang terakhir dokumen berupa karya misalnya karya seni yang berupa gambar.

Dalam penelitian ini, dokumentasi bisa dibentuk tulisan, gambar atau karya-karya dari monumental dari seseorang yang akan diteliti. Dokumentasi yang berbentuk tulisan misalnya: catatan harian, sejarah kehidupan, biografi dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya: foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berupa karya misalnya: karya seni yang berupa gambar, patung dan lain-lain.

[image:27.595.129.514.265.636.2]

Untuk mengetahui lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini: Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1.

a. Biodata Klien b. Identitas Klien c. Usia Klien

d. Problem dan gejala

Klien + Informan W + O

19

[image:27.595.123.509.579.695.2]
(28)

20

yang dialami e. Kebiasaan Klien f. Kondisi lingkungan

Klien

g. Gambaran tingkah laku sehari-hari

2 Deskripsi tentang konselor Konselor D 3 Proses konseling Konselor + Klien W 4 Hasil dari proses konseling Konselor + Klien O + W

Keterangan :

TPD : Tehnik Pengumpulan Data D : Dokumentasi

O : Observasi

W : Wawancara

7. Teknik analisis data

Yaitu proses mengorganisasikan dan mengkategorisasikan data ke dalam satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.20 Di dalam pelaksanaan penelitian setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis deskriptif komparatif, yaitu setelah data terkumpul dan diolah maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut.

Untuk mengetahui proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi rasional emotif dalam menangani depresi seorang anak yang tidak bisa menerima ayah tirinya di Ds Tlasih Kec. Tulangan Kab. Sidoarjo, maka dianalisis dengan cara membandingkan antara teori dengan data lapangan, sedangkan untuk hasil bimbingan dan konseling

20

(29)

21

islam dengan terapi rasional emotif dalam menangani depresi seorang anak yang tidak bisa menerima ayah tirinya di Ds Tlasih Kec. Tulangan Kab. Sidoarjo, maka dianalisis dengan cara membandingkan antara sebelum konseling dan sesudah konseling.

8. Keabsahan Data

a. Perpanjang keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, akan tetapi memperlukan perpanjang keikutsertaan pada latar peneliti. Perpanjang keikutsertaan peneliti peneliti akan memungkinkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan.

b. Ketekunan pengamatan

(30)

22

c. Trianggulasi

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembangding terhadap data itu.21

E.Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan pembahasan ke dalam beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini berisi Pendahuluan yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Defenisi Konsep, Metode Penelitian yang meliputi Pendekatan dan Jenis Penelitian, Sasaran Lokasi Penlitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap Tahap Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data, serta dalam bab satu ini berisi tentang Sistematika Pembahasan.

Bab II Kajian Teoritik. Dalam bab ini berisi kerangka Teoritik yang meliputi: Tinjauan Pustaka tentang Bimbingan dan Konseling Islam, Definisi Bimbingan dan Konseling Islam, Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam, Unsur dan Azas Bimbingan dan Konseling Islam, dalam bab ini juga berisi tentang Terapirasional emotif, terdiri dari Pengertian dan Definisi Terapi rasional emotif, Tujuan dan Teknik Terapi rasional emotif, maladatif terdiri

21

(31)

23

dari: Pengertian dan Definisi Depresi, Gejala-gejala Depresi, Ciri-ciri Depresi, Faktor-Faktor Depresi. Dalam bab ini juga berisi penelitian terdahulu yang releven.

Bab III Penyajian Data. Dalam bab ini berisi tentang penyajian data yang terdiri diskripsi umum objek penelitian yang meliputi: diskripsi lokasi Penelitian, diskripsi konselor, deskripsi konseli, diskripsi masalah dan selanjutnya yaitu tentang deskripsi hasil hasil penelitian yang berisi: deskripsi proses dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi rasional emotif dalam menangani depresi anak, diskripsi hasil proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi rasional emotif dalam menangani depresi.

Bab IV Analisis Data. Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang tersiri dari: analisis proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi rasional emotif dalam menangani seorang anak yang depresi, analisis akhir proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan terapi rasional emotif dalam menangani seorang anak yang depresi.

(32)

BAB II

BIMBINGAN KONSELING ISLAM, TERAPI RASIONAL EMOTIF, DAN DEPRESI

A. Bimbingan dan Konseling Islam, Terapi Rasional Emotif, dan Depresi 1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling merupakan alih bahasa dari istilah `Inggris guidance and conseling. Dalam istilah conseling di Indonesia menjadi penyuluhan (nasihat). Akan tetapi, karena istilah penyuluhan banyak digunakan dibidang lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan penyuluhan keluarga berencana yang sama sekali beda isinya dengan yang dimaksud dengan konseling. Maka agar tidak menimbulkan salah faham, istilah counseling tersebut langsung diserap saja menjadi konseling. 22

Bimbingan menurut Dewa Ketut Sukardi adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak

22 Tri Ayu Wulandari, “Bimbingan Dan Konseling Islam Dengan Terapi Realitas Untuk

(33)

25

secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat dan kehidupan pada umumnya.23

Sementara itu, Bimbingan menurut Bimo Walgito merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.24

Sedangkan konseling menurut Prayetno dan Erman Amti dalam buku Anas Salahudin adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.25

Sedangkan Konseling menurut Rogers dalam buku Namora Lumongga Lubis adalah sebagai hubungan membantu di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan/ konflik yang dihadapi dengan lebih baik.

23

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah, (Jakarta: PT. RINEKA CIPTA, 2008), Hal. 36

24

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah,(Yogyakarta: ANDI OFFSET, 1986), Hal. 10

25

(34)

26

Di samping itu, Islam adalah agama sanawi yang diturunkan oleh Allah swt. Kepada hamba-hambanya-Nya melalui para rasul. Sebagai agama, Islam memuat seperangkat nilai yang menjadi acuhan pemeluknya dalam berperilaku. Aktualisasi nilai yang benar dalam bentuk perilaku akan berimplikasi pada kehidupan yang positif, pahala dan surga, sedangkan praktik nilai yang salah akan berimplikasi pada kehidupan yang negatif, dosa dan neraka.26

Menurut Samsul Munir Amin Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberi bantuan terarah, kontinu dan sistematika kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadis Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadis.27

Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.28

Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses

26

Abdul Mujib, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Hal. 1

27

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), Hal 23

28

(35)

27

pemberian bantuan terhadap individu secara terarah, kontinue, dan sistematis agar ia dapat mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar atau secara umum, tujuan bimbingan dan konseling Islam dapat dirumuskan sebagai “membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat”. Dengan demikian tujuan

bimbingan dan konseling Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Tujuan umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

2) Tujuan khusus

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.

b) Membantu individu dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapinya.

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi dengan lebih baik, agar tetap baik sehingga tidak akan menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.29

29

Thohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,

(36)

28

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Fungsi bimbingan dan konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat, ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islam dikelompokkan menjadi empat:

1) Fungsi pencegahan (Preventif)

Yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.

2) Fungsi kuratif (Korektif)

Yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.

3) Fungsi Pemeliharaan (Preservatif)

Yakni memelihara segala sesuatu yang baik yang ada pada diri indidvidu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini.

4) Fungsi pengembangan (Developmental)

Yakni pelayanan bimbingan dan konseling diberikan untuk membantu dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih terarah.30

30

(37)

29

d. Asas-asas Bimbingan dan Konseling Islam

Di dalam bimbingan dan konseling Islam terdapat beberapa asas-asas yang harus diperhatikan diantaranya adalah:

1) Asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Bimbingan dan konseling Islam tujuan akhirnya adalah membantu klien, konseli, yakni orang yang dibimbing, mencapai kebahagiaan hidup yang senantiasa di dambakan oleh setiap muslim. Seperti yang difirmankan dalam surat Al-Baqarah ayat 201



































.





“Dan diantara mereka ada orang yang berdoa: Ya Tuhan kami,

berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan

peliharalah kami dari siksa api neraka.” (QS. Al-Baqarah, 2:201)

Kebahagiaan hidup di duniawi bagi seorang muslim hanya merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara, kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama. Sebab kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi yang amat banyak.

(38)

30

2) Asas Fitrah

Bimbingan dan konseling Islami merupakan bantuan kepada klien atau konseli untuk mengenal, memahami dan menghayati fitrahnya, sehingga segala gerak tingkah laku dan tindakannya sejalan dengan fitrahnya.

Manusia menurut Islam, dilahirkan dengan keadaan membawa fitrah, yaitu sebagai kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim atau beragama Islam. Bimbingan dan konseling membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut makalah pernah “tersesat”, serta menghayatinya. Sehingga dengan demikian akan

mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya. Seperti dalam firman Allah surat Ar-Rum ayat 30:





























































.

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

(39)

31

lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum,

30:30)

3) Asas Lillahita’ala

Bimbingan dan konseling Islami diselenggarakan semata-mata karena Allah. Konsekuensi dari asa ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan tanpa pamrih, sementara yang dibimbing menerima atau meminta bimbingan dan konseling dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa yang dilakukan untuk pengabdian kepada Allah semata, sesuai dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya. Di dalam firman Allah surat Al-An’am ayat 162























Katakanlah: “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-An’am,

6:162)

4) Asas Bimbingan Seumur Hidup

(40)

32

Kesepanjang hayatan bimbingan dan konseling ini, selain dilihat dari kenyataan hidup manusia, dapat pula dilihat dari sudut pendidikan. Seperti telah diketahui, bimbingan dan konseling merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan sendiri berasaskan pendidikan seumur hidup, karena belajar menurut Islam wajib dilakukan oleh semua orang Islam tanpa membedakan usia.

5) Asas Kesatuan Jasmaniah-Rohaniah

Seperti telah diketahui dalam uraian mengenai citra manusia menurut Islam, manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan satu kesatuan jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah semata. Bimbingan dan konseling Islami membantu individu untuk hidup dalam keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.

6) Asas Keseimbangan Rohaniah

Rohaniah manusia memiliki unsur daya kemampuan pikir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa nafsu. Kemampuan ini merupakan sisi lain kemampuan fundamental potensial untuk: (1) mengatahui (mendengar), (2) memperhatikan atau menganalisis (melihat dengan bantuan atau dukungan pikiran), (3) menghayati (“hati” atau “fitrah”, dengan dukungan kalbu dan akal).di

(41)

33



















































































.

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)

kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih

sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf,

7:179)

Orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan apa yang perlu dipikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima begitu saja tetapi juga tidak menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami apa yang memahami apa yang perlu dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut.

7) Asas Kemaujudan Individu

(42)

34

mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya dan mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental potensial rohaniahnya.

Mengenai perbedaan individual antara lain dapat dipahami dari ayat berikut:









“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”

(QS. Al-Qamar, 54:49)

8) Asas Sosialitas Manusia

Manusia merupakan makhluk social. Hal ini diakui dan diperhatikan dalam bimbingan dan konseling Islami. Pergaulan, cinta, kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang diperhatikan di dalam bimbingan dan konseling Islami, karena merupakan ciri hirarki manusia.

Dalam bimbingan dan konseling Islami, sosialitas manusia diakui dengan memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui bdalam batas tanggung jawab sosial. Jadi bukan pula liberalism, dan masih ada pula hak “alam” byang harus dipenuhi manusia (prinsip

(43)

35

9) Asas Kekhalifahan Manusia

Manusia menurut Islam, diberi kedudukan tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar yaitu sebagai pengelola alam semesta

khalifatullah fil ard”. Dengan kata lain, manusia dipandang sebagai

makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai khalifah, manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem, sebab problem-problem kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang diperbuat oleh manusia itu sendiri. Bimbingan dan fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia.

Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam keseimbangan dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah yang harus mengabdi pada-Nya. Dengan deikian, jika memiliki kedudukan tidak akan memperuntukkan hawa nafsu semata. Di firmankan dalam surat Saad ayat 26































































.





“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah

(44)

36

antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari

perhitungan”. (QS. Saad, 38:26)

10) Asas Keselarasan dan Keadilan

Islam menghendaki keharmonisan, keselarasan, keseimbangan, keserasian dalam segala segi. Dengan kata lain, Islam menghendaki manusia berlaku “adil” bterhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain,

hak alam semesta, dan juga hak Tuhan. Mengenai ini asas kemaujudan (eksistensi) individu.

11) Asas Pembinaan Akhlakul-Karimah

Manusia menurut pandangan Islam, memiliki sifat-sifat yang baik, sekaligus mempunyai sifat-sifat lemah, seperti telah dijelaskan dalam uraian mengenai citra manusia. Sifat-sifat yang baik merupakan sifat yang dikembangkan oleh bimbingan dan konseling Islam. Bimbingan dan konseling Islam membantu klien atau dibimbing, memelihara, mengembangkan, menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut.

12) Asas Kasih Sayang

(45)

37

dengan berlandaskan kasih dan sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah bimbingan dan konseling akan berhasil.

13) Asas Saling Menghargai dan Menghormati

Dalam bimbingan dan konseling Islam kedudukan pembimbing atau konselor dengan yang dibimbing atau klien pada dasarnya sama atau sederajat, perbedaannya terletak pada fungsinya saja, yakni pihak yang satu memberikan bantuan dan yang satu menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak pembimbing dengan yang dibimbing merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah.

Pembimbing dipandang diberi kehormatan yang dibimbing karena dirinya dianggap mampu memberikan bantuan mengatasi kesulitannya, sementara yang dibimbing diberi kehormatan atau dihargai oleh pembimbing dengan cara yang bersangkutan bersedia membantu atau membimbing. Prinsip saling menghargai ini seperti yang diajarkan Tuhan dalam kasus yang relatif sederhana. Di dalam firman Allah surat An-Nisa’ ayat 86



























.

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan,

(46)

38

padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa).

Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu”. (QS.

An-Nisa’, 4:86)

14)Asas Musyawarah

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan dengan asas musyawarah artinya antara pembimbing (konselor) dengan yang dibimbing atau klien terjadi dialog yang baik, satu sama lain tidak saling mendiktekan, tidak ada perasaan tertekan dan keinginan tertekan.

15) Asas Keahlian

Bimbingan dan konseling Islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan keahlian di bidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan bimbingan dan konseling.31

e. Unsur-Unsur Bimbingan dan Konseling Islam

Unsur-unsur yang ada dalam bimbingan dan konseling Islam antara lain:

1) Konselor

Konselor adalah orang yang bermakna bagi klien, konselor menerima klien apa adanya dan bersedia dengan sepenuh hati membantu klien mengatasi masalahnya saat krisis sekalipun, dapat

31

(47)

39

mengupayakan menyelamatkan klien dari keadaan yang tidak menguntungkan baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek dalam kehidupan yang terus berubah.

Menurut Thohari Musnawar, persyaratan menjadi konselor antara lain:

a) Kemampuan profesional b) Sikap kepribadian yang baik c) Kemampuan kemasyarakatan d) Ketakwaan kepada Allah SWT32 2) Klien

Klien adalah individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain. Di samping itu klien adalah orang yang perlu memperoleh perhatian sehubungan dengan masalah yang dihadapinya dan membutuhkan bantuan dari pihak lain untuk memecahkannya, namun demikian keberhasilan dalam mengatasi masalahnya itu sebenarnya sanagt ditentukan oleh pribadi klien sendiri. Klien memiliki sikap dan sifat sebagai berikut:

a) Terbuka

32

(48)

40

Keterbukaan klien akan sangat membantu jalannya proses konseling. Artinya klien bersedia mengungkapkan segala sesuatu yang diperlukan demi suksesnya proses konseling.

b) Sikap percaya

Klien harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan membocorkan rahasianya kepada siapapun.

c) Bersikap jujur

Seorang klien yang bermasalah, agar masalahnya dapat teratasi, seharusnya bersikap jujur. Artinya klien harus bersikap jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami.

d) Bertanggung jawab

(49)

41

dihadapi sehingga tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan lahir dan batin.33

3) Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Hal yang semacam itu perlu untuk ditangani atau dipecahkan oleh konselor bersama dengan klien.

Adapun macam-macam masalah yang dihadapi manusia sangatlah kompleks, diantaranya sebagai berikut:

a) Problem dalam bidang perikanan dan keluarga b) Problem dalam bidang pendidikan

c) Problem dalam bidang sosial (kemasyarakatan) d) Problem dalam bidang pekerjaan

e) Problem dalam bidang keagamaan34

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah adalah penyimpangan dari keadaan normal atau tidak adanya kesesuaian antara keinginan yang diidamkan dengan keadaan yang ada sehingga dapat menghambat, merintangi dan mempersulit dalam usaha mencapai tujuan.

f. Langkah-langkah Bimbingan dan Konseling Islam

33

W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Menengah, (Jakarta: Gramedia, 1989), hal. 10.

34

Thohari Musnawar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,

(50)

42

Dalam pemberian Bimbingan dan Konseling, langkah-langkah yang akan dilakukan oleh konselor sebagai berikut:

1) Identifikasi Masalah

Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal masalah beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih dahulu.

2) Diagnosa

Langkah diagnosa ini untuk menetapkan masalah yang dihadapinya kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, kemudian ditetapkan masalah yang dihadapi serta latar belakangnya.

3) Prognosa

Langkah ini untuk menetapkan jenis bantuan terapi apa yang akan digunakan untuk membimbing kasus yang ditetapkan berd asarkan kesimpulan dalam langkah prognosa.

4) Treatment(Terapi)

(51)

43

5) Follow Up (Evaluasi)

Pada langkah ini yakni untuk menilai atau menegetahui sampai manakah langkah terapi yang telah dilakukan setelah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.35 2. Terapi Rasional Emotif

Terapi rasional emotif diperkenalkan pertama kalinya oleh seorang yang bernama Alber Ellis pada tahun 1955. Rasional emotif menolak keras pandangan psikoanalisis yang mengatakan bahwa pengalaman masa lalu adalah penyebab gangguan emosional individu. Menurut Ellis penyebab gangguan emosional adalah karena pikiran irasional individu dalam menyikapi peristiwa atau pengalaman yang dilaluinya.

Menurut pandangan Ellis, rasional emotif merupakan teori yang komprehensif karena menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan individu secara keseluruhan yang mencakup aspek emosi, kognisi, dan perilaku. Rasional emotif juga lebih menitikberatkan pada proses berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis dan bertindak. Pada pandangan ini sangat didaktif dan direktif serta lebih banyak berhubungan dengan dimensi pikiran daripada perasaan.36

a. Dinamika Kepribadian manusia

35

Djumhur & Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1980), hal. 104-106.

36

(52)

44

Rasional emotif pada hakikatnya memandang manusia dilahirkan dengan potensi baik dan buruk. Manusia memiliki kemampuan berfikir rasional dan irasional. Selain itu manusia juga dapat memiliki kecenderungan mempertahankan perilaku yang destruktif dan melakukan berbagai cara agar tidak terlibat dengan orang lain.

Mengubah diri dalam berpikir irasional bukan perkara yang mudah karena orang memiliki kecenderungan untuk mempertahankan keyakinan-keyakinan yang sebenarnya tidak masuk akal, ditambah dengan perasaan cemas tentang ketidakmampuannya mengubah tingkah lakunya dan akan kehilangan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari perilakunya.37

Selanjutnya Corey menegaskan bahwa manusia memiliki potensi yang luar biasa untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya serta dapat mengubah diri dan lingkungannya. Perilaku manusia di dorong oleh kebutuhan, hasrat, tuntutan, keinginan yang ada dalam dirinya. Bila hal tersebut tidak tercapai manusia cenderung akan mempermasalahkan dirinya dan orang lain.

Ellis juga mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi pada individu akan direaksi sesuai dengan cara berpikir atau sistem kepercayaannya. Jadi konsekuensinya reaksi yang dimunculkan seperti senang, sedih,

37

(53)

45

frustasi dan sebagainya bukanlah akibat peristiwa yang dialami individu melainkan disebabkan karena cara berpikirnya.

Ada tiga istilah yang terkait dengan tingkah laku manusia berdasarkan pandangan rasional emotif yaitu: Antecedent Event (A),

Belief (B), dan Emotional Consequence (C). Istilah ini lebih dikenal

sebagai konsep A-B-C. Berikut adalah penjelasannya:

1) Antecedent Event (A) adalah peristiwa, fakta, perilaku, atau sikap

orang lain yang terjadi di dalam maupun luar diri individu.

2) Belief (B) adalah keyakinan dan nilai individu terhadap suatu

peristiwa. Keyakinan atas dua bagian yaitu: pertama, keyakinan rasional (rB) yang merupakan keyakinan yang tepat, masuk akal, dn produktif. Kedua, keyakinan irasional (iB) yang merupakan yang salah, tidak masuk akal, emosional dan tidak produktif.

3) Emotional Consequence (C) adalah konsekuensi emosional baik

berupa senang atau hambatan emosi yang diterima individu sebagai akibat reaksi dalam hubungannya dengan antecedent event. Konsekuensi emosional ini bukanlah akibat langsung dari A, tetapi juga B baik dipengaruhi oleh iB maupun rB individu.

Adapun yang ingin disampaikan oleh Ellis dari pandangan konsep tersebut adalah bahwa setiap individu akan memiliki reaksi yang bberbeda walaupun menghadapi keadaan atau situasi yang sama. Hal ini

(54)

46

rasional (rB) maupun keyakinan irasional (iB). Individu dapat memunculkan iB pada suatu saat atau memunculkan rB di waktu yang lain.

Reaksi yang berbeda tentu saja akan melahirkan konsekuensi emosional yang berbeda pula. Dua orang individu yang memiliki keyakinan yang berbeda akan menyikapi peristiwa tertentu secara berbeda pula. Individu yang memiliki keyakinan rasional cenderung bereaksi secara normal dan wajar, sementara individu yang memiliki keyakinan irasional cenderung akan bereaksi secara spontan dan tidak wajar.

(55)

47

b. Fungsi dan Peran Konselor

Aktivitas-aktivitas terapiutik utama rasional emotif terapi dilaksanakan dengan satu maksud utama, yaitu: membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya. Sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasikan suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasikan keyakinan-keyakinan dagmatis yang irasional yang berasal dari orangtuanya maupun dari kebudayaannya.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, terapis memiliki tugas-tugas yang spesifik. Langkah pertama adalah menunjukkan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya, menunjukkan bagaimana klien mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikapnya, dan menunjukkan secara kognitif bahwa klien telah memasukkan banyak “keharusan”, “sebaiknya”, dan “semestinya”.

(56)

48

Untuk melangkah ke seberang pengakuan klien atas pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan irasionalnya, terapis mengambil langkah yang ketiga, yakni berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikirannya dan meninggalkan gagasan-gagasan irasionalnya. Terapi rasional emotif berasumsi bahwa keyakinan-keyakinan yang tidak logis itu berakar dalam sehingga biasanya klien tidak bersedia mengubahnya sendiri. Terapis harus membantu klien untuk memahami hubungan antara gagasan-gagasan yang mengalahkan diri dan filsafat-filsafatnya yang tidak realistis yang menjurus pada lingkaran setan proses penyalahan diri. Jadi, langkah yang terakhir dalam proses terapiutik adalah menantang klien untuk mengembangkan filsafat-filsafat hidup yang rasional sehingga dia bisa menghindari kemungkinan menjadi korban keyakinan-keyakinan yang irasional. Manangani masalah-masalah atau gejala-gejala yang spesifik saja tidak menjamin bahwa masalah-masalah lain tidak akan muncul. Yang kemudian diharapkan adalah terapis menyerang inti pikiran irasional dan mengajari klien bagaimana menggatikan keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap yang irasion

Gambar

gambar hidup klien yang akan diteliti dan yang terakhir dokumen
Tabel. 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Oleh itu, kajian ini telah mengambil inisiatif untuk membantu para pelajar dengan membangunkan sebuah modul dengan mengintegrasikan kecerdasan spiritual dan

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang pengembangan Asesmen HOTS pada Pembelajaran Berbasis Masalah Subtema Listrik

Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan tidak membahayakan. Selain itu bahasa

Manfaat Tugas Akhir ini yaitu dengan mengetahui kebutuhan lahan parkir sesuai demand pengguna fasilitas Park and Ride Mayjend sungkono , diharapkan hasil Tugas

(3) Pemerintah daerah melalui instansi terkait/SKPD yang ditunjuk melakukan kesesuaian pelaksanaan pembangunan dengan rencana tapak yang telah disahkan, meliputi : 

Setelah murid dan kelompok menemukan rumus luas permukaan tabung, murid di minta membantu “Sang Pemesan” menghitung biaya yang diperlukan untuk membeli 1000 kemasan “Master

Dalam data yang diperoleh berdasarkan senarai kata benda ini, pengkaji hanya menemui satu sahaja fonem konsonan /d/ dalam subdialek Pasir Mas dan kedudukan fonem ini

1. Konsumen dalam penelitian adalah orang berbelanja buah naga dan mengenal buah naga di lokasi penelitian yang menjadi responden. Daerah penelitian dilaksanakan di