• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kurikulum tyler ruang lingkup ruang lingkup laboratorium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kurikulum tyler ruang lingkup ruang lingkup laboratorium"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain dan salah satu faktor utama rendahnya kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia pendidikan nasional. Program pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa kini maupun di masa depan. Dunia pendidikan nasional perlu dirancang agar mampu melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan pada era globalisasi.

Pengembangan kurikulum penting untuk meningkatkan keberhasilan sistem pendidikan secara menyeluruh. Sekolah yang tidak kreatif dan inovatif dalam mengembangkan kurikulum akan semakin tertinggal dan ditinggal oleh peserta didik dan masyarakat dunia kerja. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum perlu dimanage, dirancang, dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia, sehingga bangsa Indonesia memiliki daya saing dengan negara lain dalam berbagai bidang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Saja Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum? 2. Apa Saja Model Pengembangan Kurikulum?

3. Bagaimana Kurikulum Model Ralph Tyler?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum? 2. Menjelaskan Model Pengembangan Kurikulum?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum

Nana Syaodih S membagi dua prinsip pengembangan kurikulum, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.

1. Prinsip Umum

Pertama, prinsip relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyrakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.1

Kedua prinsip fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memilih sifat lentur atau fleksibel. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.

Ketiga prinsip kontinuitas yaitu kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau berhenti-henti. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum SD dengan SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Keempat prinsip praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi.

Kelima prinsip efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus murah, sederhana, dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.

(3)

2. Prinsip Khusus

Pertama, prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan.Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum atau berjangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek (tujuan khusus). Perumusan tujuan pendidikan bersumber pada:

a. Ketentuan dan kebijakasanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan termasuk di dalamnya pendidikan;

b. Survai mengenai persepsi orang tua/masyarakat tentang kebutuhan mereka yang dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka; c. Survai tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu,

dihimpun melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa;

d. Survai tentang manpower;

e. Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama; f. Penelitian.

Kedua,prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan. Dalam memilih isi pendidikan maka perlu mempertimbangkan beberapa hal.

a. Perlu penjabaran tujuan pendidikan/pengajaran ke dalam bentuk perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar;

b. Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan; c. Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.

Ketiga, Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar (PBM).

Pemilihan PBM hendaknya memperhatikan beberapa hal.

a. Apakah metode/teknik belajar-mengajar yang digunakan cocok untuk mengajarkan bahan pelajaran?

(4)

c. Apakah metode/teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang bertingkat-tingkat?

d. Apakah metode/teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan untuk mencapai tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor?

e. Apakah metode/teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa, atau mengaktifkan guru atau kedua-duanya?

f. Apakah metode/teknik dapat mendorong berkembangnya kemampuan baru? g. Apakah metode/teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar di

sekolah dan di rumah, juga mendorong penggunaan sumber yang ada di rumah dan di masyarakat?

Untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan ”learning by doing” di samping ”learning by seeing and knowing”.

Keempat,prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran.

a. Alat/media pengajaran apa yang diperlukan.

b. Kalau ada alat yang harus dibuat, hendaknya memperhatikan: bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, pembiayaannya, waktu pembuatan? c. Bagaimana pengorganisasian alat dalam bahan pelajaran, apakah dalam bentuk

modul, paket belajar, dan lain-lain?

d. Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar? e. Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.

Kelima, prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

Dalam penyusunan alat penilaian (tes) hendaknya diikuti langkah-langkah sebagai berikut: Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Uraikan ke dalam bentuk tingkah-tingkah laku murid yang dapat diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuliskan butir-butir tes.

(5)

berbentuk uraian atau obyektif? Berapa banyak butir tes perlu disusun? Apakah tes tersebut diadministrasikan oleh guru atau oleh murid?

Dalam pengolahan suatu hasil penialain hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: Norma apa yang digunakan di dalam pengolahan hasil tes? Apakah digunakan formula quessing? Bagaimana pengubahan skor ke dalam skor masak? Skor standar apa yang digunakan? Untuk apakah hasil-hasil tes digunakan?

B. Model Pengembangan Kurikulum

Ella Yulaelawati membagi lima model pengembangan kurikulum yang berlaku sejak tahun 1950-an sampai tahun 2000-an berdasarkan kerangka pendekatan sistemik dan pendekatan kontekstual, yaitu: model Tyler, Taba, teknik saintifik, nonteknik-nonsaintifik, dan Pendidikan Berbasis Hasil Belajar (PBHB).

C. Model Kurikulum Ralph Tyler

Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum berjudul Basic PrinciplesOf Curriculum and Instruction. Sesuai dengan judul bukunya, model pengembangan kurikulum Tyler ini lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja. Proses pengembangan kurikulum model Tyler digambarkan pada gambar berikut (lampiran)

(6)

1. What educational purposes should the school seek to attain? (objectives). 2. What educational experiences are likely to attain these objectives?

(instructional strategic and content).

3. How can these educational experiences be organized effectively? (organizing learning experiences).

4. How can we determine whether these purposes are being attain? (assessment and evaluation).2

1. Menentukan Tujuan

Dalam penyususnan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Hendak diabawa kemana anak didik ? Kemampuan apa yang harus dimiliki anak didik setelah mengikuti program pendidikan ? Semuanya bermuara pada tujuan. Lalu sebenarnya dari mana dan bagaimana kita menentukan tujuan pendidikan ?

Tyler memang tidak menjelaskan secara detail tentang sumber tujuan.

“Similarly, some writers have argued that Tyler doesn’t adequately explain the source of objectives” (Skilbeck, 1976: Kliebard, 1970). Namun demikian, Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.

Merumuskan tujuan kurikulum sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi pengembang kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsep dan toeri seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama. Kurikulum yang bersifat “discipline oriented” berbeda dengan pengembang kurikulum model humanistik yang lebih bersifat “childish centered”, yaitu kurikulum yang lebih berpusat pada pengembangan pribadi siswa, maka yang menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan tentu saja siswa itu sendiri, baik yang berhubungan dengan pengembangan minat dan bakat serta kebutuhan untuk membekali hidupnya. Lain lagi dengan kurikulum rekonstruksi sosial. Kurikulum yang lebih bersifat “society centered” ini

(7)

memposisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat, maka kebutuhan dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan merupakan seumber tujuan utama kurikulum.

Walaupun secara teoritis tampak begitu tajam pertentangan antara kurikulum yang bersumber dari displin akademik, kurikulum yang bersumber dari kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat, akan tetapi dalam praktiknya tidak setajam apa yang ada dalam teori. Anak adalah organisme yang unik, yang memiliki berbagai perbedaan. Ia juga adalah makhluk sosial yang berasal dan akan kembali pada masyarakat, oleh karena itulah tujuan kurikulum apa pun bentuk dan modelnya pada dasarnya harus mempertimbangkan berbagai sumber untuk kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.

2. Menentukan Pengalaman Belajar

Langkah kedua dalam proses pengembangan kurikulum adalah menentukan pengalaman belajar (learning experiences) sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Tyler (1990: 41) mengemukakan : “ The term “ Learning Experience” is not the same as the content with which a course deals nor activities performed by the teacher. The term “Learning Experience” refers to the interaction between the learner and the external conditions in the environment to which he can react. Learning takes place through the active behavior of the student, it is what he does that he learns not what the teacher does.

(8)

dalam mendesain lingkungan yang dapat mengaktifkan siswa memperoleh pengalaman belajar.

Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap tujuan akan menetukan pengalaman pembelajaran. Kedua, setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan pengalaman siswa sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.

Tedapat beberapa bentuk pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajaruntuk membantu siswa dalam mengumpulkan sejumlah informasi, pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial, dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat. 3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar

Langkah yang ketiga dalam merancang suatu kurikulum adalah mengorganisasikan pengalaman belajar baik dalam bentuk unit mata pelajaran, maupun dalam bentuk program. Langkah pengorganisasian ini sangatlah penting, sebab dengan pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa.

(9)

antara pengalaman belajar yang satu dan yang lain akan saling mengisi dan memberikan penguatan. Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950: 55) dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu sebagai berikut.

Prinsip kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Bersifat vertikal artinya bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajar selanjutnya. Contohnya, apabila anak diberikan pengalaman belajar tentang pengembangan kemampuan membaca bahan-bahan pelajaran studi sosial, maka harus diyakini bahwa pengalaman belajar tersebut akan dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan berikutnya, contohnya ketermapilan memecahkan masalah-masalah sosial. Prinsip kontinuitas yang bersifat horizontal artinya abahwa suatu pengalaman yang diberikan pada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang lain. Contohnya pengalaman belajar dalam bidang aritmetika harus dapat membantu untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang ekonomi ataupun dalam bidang IPA.

Prinsip urutan isi sebenarnya erat hubungannya dengan kontinuitas, perbedaaannya terletak pada tingkat kesulitan dan keluasan bahasan. Artinya setiap pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Pengalaman belajar yang diberikan dikelas lima harus berbeda dengan pengalaman pada tingkat selanjutnya.

4. Evaluasi

(10)

program tidak mungkin hanya dapat mengandalkan hasil tes siswa setelsh akhir proses pembelajaran. Penilaian mestinya membandingkan antara penilaian awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah siswa melakukan program tersebut. Dari perbandingan itulah akan tampak ada atau tidak adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.

Ada dua fungsi evaluasi, pertama evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Denga kata lain, bagaimana tingkat pencapaian tujuan atau tingkat penguasaan isi kurikulum oleh setiap siswa. Fungsi ini dinamakan fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. Dengan kata lain, apakah program yang disusun telah dianggap sempurna atau perlu perbaikan. Fungsi ini dinamakan fungsi formatif.

Model Objectives Tyler memandang evaluasi kurikulum sebagai pengukuran performa siswa terhadap tujuan perilaku yang sudah dirumuskan, masih ada beberapa model lainnya yang mengacu pada evaluasi terhadap ketercapaian goal, yaitu :

a. Hammond, lebih mengkonsentrasikan pada pengaruh faktor institusional dan instruksional di dalam mencapai tujuan;

b. Provus , mengkonsentrasikan pada apakah terdapat perbedaan antara pengamatan kurikulum dan standar atau tujuan yang sudah disepakati.

D.Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum 1. Fase pengembangan program tingkat lembaga

Pengembangan tingkat lembaga ini mencakup perumusan tujuan institusional, penetapan isidan struktur program dan penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum.

a. Perumusan tujuan lembaga (institusional)

(11)

Ciri-ciri tujuan institusional suatu sekolah dapat ditinjau dari segi kategori,aspek yang diukur dan ditingkat kekhususannya, adalah sebagai berikut

1) Tujuan institusional umum menggambarkan aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat umum. Sedangkan tujuan institusional khusus merupakan penjabaran dari tujuan institusional umum, yang berisi rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap pula, yang walaupun rumusan masih bersifat umum

2) Aspek yang dicakup dalam rumusan tujuan institusional adalah aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap

3) Tingkat kekhususa

Tujuan institusional merupakan penjabaran tujuan nasional yang kemudiandijabarkan lagi kepada tuyjuan kurikuler dan tujuan instruksional.

b. Penetapan isi dan struktur program

Adalah penetapan bidang-bidang studi yang akan diajarkan dalam kurikulum tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan penetapan struktur program mencakup :

1) Jenis program pendidikan (umum, akademis, keguruan, kejuruan, spesialisasi, dsb).

2) Sistem dan jumlah kelas serta unit waktu yang digunakan. 3) Jumlah bidang studi yang diajarkan perminggu/perhari.

4) Jumlah jam pelajaran untuk setiap bidang studi perminggu atau perhari. c. Penyusunan strategi pelaksanaan kurikulum

Langkah menyusun strategi pelaksanaan kurikulum secara keseluruhan, yang meliputi :

1) Melaksanakan pengajaran.

2) Mengadakan penilaian

3) Mengadakan bimbingan dan penyuluhan,

(12)

2. Fase pengembangan program setiap bidang studi

Langkah-langkah untuk melaksanakan pengembangan program setiap bidang studi :

a. Merumuskan tujuan kurikulum

Rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diharapkan dimiliki murid dalam setiap bidang studi, setelah murid menyelesaikan program pendidikan di sekolahsecara keseluruhan.

b. Merumuskan tujuan instruksionalAdalah rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang merupakan perincian daritujuan kurikuler, sebagai dasar untuk menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasandalam setiap bidang studi.

c. Menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan

Atas dasar tujuan instruksional di atas, maka langkah selanjutnya menetapkan pokok bahasan/sub pokok bahasan untuk setiap bidang studi. Contoh pokok bahasan/sub pokok bahasan IPA sbb :

No Tujuan Instruksional Pokok bahasan/sub pokok bahasan 1. Murid dapat

menggolongkan

benda- benda hidup dan tak hidup

1. Benda-benda hidup dan tak hidup

a. Ciri-ciri benda hidup

b. Ciri-ciri benda tak hidup

2. Benda-benda padat, cair dan ciri-cirinya

a. Benda padat dan ciri-cirinya

b. Benda cair dan ciri-cirinya

c. Benda gas dan ciri-cirinya

Dst. d. Menyusun garis-garis besar pengajaran, terdiri :

1) Atas dasar tujuan kurikuler, tujuan instruksional dan pokok bahasan/sub pokok bahasan, maka disusunlah garis-garis besar pengajaran (GBPP) yang berisikan tujuan pengajaran, bahan pengajaran (pokok/sub pokok bahasan) yang telah disusun perkelas dan persemester yang disertai keterangan jumlah jam dan sumber bahanyang dapat digunakan.

(13)

cara/metoda yang digunakan,alat yang digunakan, cara menilai dan sebagainya

3. Fase pengembangan program pengajaran di kelas

Tugas guru dalam rangka mengembangkan program pengajaran adalah :

a. Menetapkan satuan bahasan dari bahan pengajaran yang tercantum dalam GBPP

b. Mengembangkan program pengajaran untuk masing-masing satuan bahasan yangnanti akan dilaksanakan di kelas

http://www.scribd.com/doc/28655207/MAKALAH-PENGEMBANGAN-KURIKULUM

Perbedaan model-model ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini : Model Pengembangan Kurikulum

Menurut Tyler, pengembangan kurikulum mencakup:

Menurut Taba, pengembangan kurikulum mencakup:

b. menentukan pengetahuan, kompetensi, dan kinerja; serta

c. menentukan cara mendesain, menyampaikan, dan keindahan, penalaran, dan transaksi;

(14)

peralatan;

d. mempunyai derajat

objektifitas, universalitas, dan logika yang tinggi;

e. dapat menjelaskan kenyataan secara simbolis;

f. percaya pada efisiensi dan efektifitas dari sistem; serta g. dunia dilihat sebagai mesin

yang dapat digambar, dibuat, dan diamati.

dalam belajar mengajar; c. kurikulum berkembang

daripada direncanakan; serta d. dunia merupakan suatu

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangunkurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulumatau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum kedalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangankurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orangtua peserta didik, serta unsur – unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan

B. Saran

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nasution, S. 2003. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Citra Aditya Bakti Sanjaya, Wina. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Syaodih S. Nana. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan observasi dan evaluasi tindakan pada siklus I dilakukan pada saat kegiatan belajar berlangsung dan sesuai dengan lembar observasi yang sudah disiapkan. Kegiatan

Jaringan yang digunakan untuk preservasi ini adalah insang dan pleopoda (kaki renang) udang vannamei yang terinfeksi IMNV masing-masing diawetkan dalam tiga jenis larutan

Klasifikasi Biaya (Penggolongan Biaya) dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberi informasi biaya yang lengkap

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Tabel 4.36 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Total Jarak dan Ongkos Material Handling Layout Usulan Group Technology Alternatif 3. Keterangan Layout GT

1 0,15 klorpromazin↔diazepam povećan rizik depresije CNS-a 1 0,15 klorpromazin↔ramipril pojačan hipotenzivni učinak 1 0,15 klorpromazin↔trospij

untuk mengatur ukuran dan menggeser pada lokasi yang benar. Untuk memperbesar ukuran garis skala atau tanda arah Utara, ubah nilai atribut “size”, untuk unsur lainnya Anda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) kemampuan kognitif yang dilihat dari hasil belajar peserta didik yang kelas XI MAN Model Palangka Raya dalam mengerjakan soal-soal