• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penetapan kadar fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun adas (foeniculum vulgare mill.) menggunakan metode dpph

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penetapan kadar fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun adas (foeniculum vulgare mill.) menggunakan metode dpph"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN

ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) MENGGUNAKAN METODE DPPH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Benny Ade Saputra

NIM : 098114114

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENETAPAN KADAR FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK ETANOL DAUN

ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) MENGGUNAKAN METODE DPPH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Benny Ade Saputra

NIM : 098114114

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Apapun hal positif yang kita lakukan, anggaplah itu sebagai bentuk balas jasamu terhadap orang-orang yang selama ini mengasihimu. Anggaplah Kau akan mempersembahkan usaha dan hasilnya kepada mereka. Dengan demikian, Kau akan memiliki

kesungguhan dalam melakukannya.

Kupersembahkan karya ini untuk: Ibu, Bapak, dan segenap keluarga besarku, tercurah segenap hormat dan baktiku.

(6)
(7)
(8)

vii

PRAKATA

Puji syukur Penulis haturkan kepada Tuhan yang telah memberikan

rahmat dan berkat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penetapan Kadar Fenolik Total dan Uji Aktivitas Antioksidan

Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Daun Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Menggunakan Metode DPPH”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

salah satu syarat yang diwajibkan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.

Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

bimbingan, bantuan, serta dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini,

dengan segala kerendahan hati, Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Pembimbing

yang telah berkenan memberikan bimbingan kepada Penulis hingga selesainya

skripsi ini.

3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Penguji yang

telah berkenan memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Bapak Jeffry Julianus, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah

(9)

viii

5. Segenap staf pengajar, laboran, dan karyawan Fakultas Farmasi,

atas bantuan, dukungan, serta kerja sama yang telah terjalin baik selama ini.

6. Rekan-rekan seperjuanganku, yang telah berjuang bersama dengan

Penulis menyelesaikan skripsi ini; serta sahabat-sahabatku, terima kasih atas

dukungan, bantuan, semangat, dan kebersamaan kita dalam suka maupun duka

selama ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Farmasi, khususnya angkatan

2009, terima kasih untuk kebersamaan dan dukungannya selama ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu yang

telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga Penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini. Segala saran dan kritik yang bersifat membangun akan

Penulis terima dengan senang hati.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan dan dapat memberikan sumbangan bagi

kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian.

(10)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI ... xvi

ABSTRACT... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 3

2. Keaslian penelitian ... 3

(11)

x

B.Tujuan ... 5

1. Tujuan umum ... 5

2. Tujuan khusus ... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A.Adas (Foeniculum vulgare Mill.) ... 6

B.Senyawa Fenolik ... 7

C.Ekstraksi ... 9

D.Antioksidan ... 11

E. Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil) ... 14

F. Metode Folin-Ciocalteu ... 15

G.Landasan Teori ... 16

H.Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18

B.Variabel ... 18

1. Variabel bebas ... 18

2. Variabel terikat ... 18

3. Variabel pengacau terkendali ... 18

4. Variabel pengacau tak terkendali ... 18

C.Definisi Operasional ... 19

1. Daun adas ... 19

2. Ekstrak daun adas ... 19

(12)

xi

4. Persen Inhibition Concentration (%IC) ... 19

5. Inhibition Concentration 50 (IC50) ... 19

D.Bahan dan Alat Penelitian ... 20

1. Bahan ... 20

2. Alat ... 20

E. Tata Cara Penelitian ... 20

1. Determinasi tanaman ... 20

2. Pengumpulan bahan ... 20

3. Preparasi sampel ... 21

4. Pembuatan larutan DPPH, pembanding, dan uji ... 21

5. Uji pendahuluan ... 22

6. Penentuan kandungan fenolik total ... 23

7. Optimasi metode uji antioksidan ... 24

8. Pengukuran absorbansi larutan kontrol, pembanding, dan uji ... 24 F. Analisis Hasil ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A.Hasil Determinasi Tanaman ... 26

B.Hasil Pengumpulan Bahan ... 26

C.Hasil Uji Pendahuluan ... 27

1. Uji pendahuluan senyawa fenolik ... 27

2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan ... 28

(13)

xii

1. Penentuan Operating Time (OT) ... 29

2. Penentuan panjang gelombang maksimum ... 30

E. Hasil Estimasi Kandungan Senyawa Fenolik Total ... 31

F. Hasil Optimasi Uji Aktivitas Antioksidan ... 34

1. Penentuan Operating Time (OT) ... 34

2. Penentuan panjang gelombang maksimum ... 36

G.Hasil Uji Aktivitas Antioksidan ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A.Kesimpulan ... 42

B.Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 46

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH

(Ariyanto cit., Widodo dan Soegihardjo, 2012) ... 15

Tabel II. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum untuk

penetapan kadar asam galat ... 31

Tabel III. Persamaan regresi linier dari baku asam galat ... 33

Tabel IV. Kandungan senyawa fenolik total fraksi etil asetat ekstrak

etanolik daun adas ... 33

Tabel V. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum DPPH .... 36

Tabel VI. Hasil uji aktivitas antioksidan rutin dengan metode DPPH

... 39

Tabel VII. Hasil uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak

etanolik daun adas dengan metode DPPH ... 39

Tabel VIII. Nilai IC50 rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun

adas ... 40

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan (Widyastuti,

2010) ... 15

Gambar 2. Uji pendahuluan senyawa fenolik ... 28

Gambar 3. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan ... 29

Gambar 4. Kurva Operating Time (OT) asam galat replikasi 2 ... 30

Gambar 5. Struktur asam galat (Hernawan dan Setyawan, 2003) ... 32

Gambar 6. Kurva Operating Time (OT) rutin replikasi 1 ... 35

Gambar 7. Kurva Operating Time (OT) fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas replikasi 1 ... 35

Gambar 8. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan ... 37

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi ... 46

Lampiran 2. Foto Daun Adas (Foeniculum vulgare Mill.) ... 47

Lampiran 3. Data Konsentrasi Uji Aktivitas Antioksidan ... 48

Lampiran 4. Penentuan OT Rutin ... 50

Lampiran 5. Penentuan OT Fraksi Etil Asetat ... 52

Lampiran 6. Panjang Gelombang ( ) Maksimum DPPH ... 54

Lampiran 7. Scanning Pengoreksi ... 56

Lampiran 8. Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Radikal DPPH ... 58

Lampiran 9. Perhitungan Nilai IC50 Fraksi Etil Asetat dan Rutin ... 59

Lampiran 10. Optimasi Penentuan Kandungan Fenolik Total ... 61

Lampiran 11. Panjang Gelombang ( ) Maksimum Asam Galat ... 63

Lampiran 12. Penentuan Kandungan Fenolik Total ... 65

(17)

xvi

INTISARI

Dewasa ini, paparan radikal bebas makin meningkat yang disebabkan oleh antara lain polusi udara. Paparan radikal bebas tersebut merupakan masalah serius yang dapat membawa banyak dampak negatif bagi kesehatan. Karena itu, dibutuhkan antioksidan sebagai penangkal radikal bebas. Senyawa fenolik merupakan salah satu golongan senyawa yang berhubungan dengan aktivitas antioksidan. Adas (Foeniculum vulgare Mill.) memiliki kandungan fenolik utama berupa kuersetin dan glikosida kamferol. Penelitian ini bertujuan menentukan kandungan fenolik total dan nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas.

Penentuan aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas dilakukan dengan metode DPPH (1,1-Diphenyl-2-pycrylhydrazyl). Reaksi antara DPPH dan senyawa antioksidan akan mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning. Nilai aktivitas antioksidan dinyatakan dengan IC50, yang

menunjukkan konsentrasi senyawa antioksidan yang dibutuhkan untuk menangkap radikal bebas sebesar 50%. Penentuan kandungan fenolik total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu, yang hasilnya dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas memiliki kandungan fenolik total sebesar 4,88 + 0,09 mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat dan nilai IC50 sebesar 218,63 + 5,85 μg/mL. Nilai

aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas termasuk kategori lemah.

(18)

xvii

ABSTRACT

In this era, there is an increasing in the amounts of free radical that caused by air polution. It has become a serious problem that can damage our health. Therefore, antioxidant is needed as free radical scavenging. Phenolic compound is a kind of compounds that have antioxidant activity. Fennel (Foeniculum vulgare Mill.) has quercetin and caempferol glycoside as the main total phenolic contents. This study will determine the total phenolic contents and antioxidant activity in ethyl acetate fraction of fennel leaves ethanolic extract.

The antioxidant activity is determined by using DPPH (1,1-Diphenyl-2-pycrylhydrazyl) method. The reaction between DPPH and antioxidant compounds will change the colour from purple to yellow. The antioxidant activity is presented by IC50, which is state the concentration of antioxidant that is needed to reduce

50% of free radical activity. The total phenolic contents are determined by using Folin-Ciocalteu method and the results are presented as mg eqivalent gallic acid.

The results of this study show that the total phenolic contents of ethyl acetate fraction of fennel leaves ethanolic extract is 4.88 + 0.09 mg eqivalent gallic acid per gram fraction and the IC50 is 218.63 + 5.85 μg/mL. It is belonging

to the weak antioxidant activity.

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Polusi udara merupakan salah satu masalah serius yang sedang dihadapi

Indonesia. Menurut World Bank, dalam kurun waktu 6 tahun mulai 1995 hingga

2001, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia hampir 100%.

Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang

buruk. World Bank juga menempatkan Jakarta sebagai kota dengan kadar polutan

tertinggi keempat sedunia setelah Beijing, New Delhi, dan Mexico City. Polusi

udara yang terjadi sangat berpotensi mengganggu kesehatan, bahkan dapat

menyebabkan kematian (Anonimb, 2010). Hal itu terjadi karena polusi udara

mengakibatkan tubuh terpapar radikal bebas dalam jumlah yang lebih tinggi.

Karena itu, perlu dipikirkan cara untuk menanggulangi dampak radikal bebas itu.

Antioksidan termasuk senyawa yang bersifat inhibitor, yaitu

menghambat atau mencegah interaksi radikal bebas dengan target molekulnya.

Pada kondisi normal, tubuh akan membentuk antioksidan untuk melawan radikal

bebas agar terjadi keseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan. Dampak

destruktif radikal bebas tidak akan terjadi jika jumlah radikal bebas di dalam

tubuh seimbang dengan antioksidan dan kebutuhan antioksidan sudah terpenuhi

dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dan menerapkan pola hidup

sehat. Namun pada keadaan tertentu di mana jumlah radikal bebas lebih tinggi,

(20)

udara. Antioksidan banyak terdapat pada buah-buahan dan sayuran segar

(Anonima, 2010). Maka dari itu, perlu dieksplorasi lagi mengenai tanaman yang

dapat dijadikan sumber antioksidan.

Adas (Foeniculum vulgare Mill.) merupakan satu di antara sembilan

tumbuhan obat yang dianggap bermukjizat di Anglo-Saxon. Adas memiliki

kandungan fenolik utama berupa kuersetin dan glikosida kamferol. Kandungan

fenolik ini menyebabkan adanya aktivitas antioksidan (Hinneburg, Dorman, and

Hiltunen, 2005). Di Indonesia, tanaman adas telah dibudidayakan. Adas

dimanfaatkan sebagai bumbu dan juga dapat mengharumkan ramuan obat.

Daunnya dapat dimakan sebagai sayuran (Anonim, 2005).

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa tanaman adas

sudah banyak dikenal masyarakat. Berbagai penelitian pun telah dilakukan untuk

menguji aktivitas antioksidan adas. Barros, Heleno, Carvalho, dan Ferreira (2009)

telah melakukan suatu penelitian untuk mengetahui potensi antioksidan pada

berbagai bagian tanaman adas, termasuk daun. Penelitian ini menggunakan

ekstrak berbagai bagian tanaman adas. Dibandingkan bagian yang lain, masih

sedikit penelitian yang dilakukan untuk menguji aktivitas antioksidan daun adas.

Oleh karena itu, merupakan langkah yang tepat jika dilakukan pengujian

mengenai aktivitas antioksidan pada daun tanaman adas. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa daun adas memiliki aktivitas antioksidan, yang dinyatakan

dengan EC50 sebesar 6880+0,70 μg/mL, sehingga termasuk kategori lemah.

Dalam ekstrak dimungkinkan terdapat senyawa-senyawa selain fenolik, seperti

(21)

RI, 1986). Hal tersebut mengakibatkan aktivitas antioksidan yang terukur hanya

sedikit. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan fraksinasi untuk

memisahkan berbagai senyawa yang ada di dalam ekstrak, sehingga didapat

senyawa yang dikehendaki, yakni senyawa fenolik. Senyawa fenolik kuersetin

dalam adas merupakan aglikon, sehingga bersifat nonpolar. Berdasarkan hal

tersebut, maka fraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraksi etil asetat

karena memiliki kepolaran yang lebih rendah dibandingkan fraksi air.

1. Permasalahan

a. Berapa kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun

adas?

b. Berapa nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun

adas yang dinyatakan sebagai IC50?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengamatan penulis, penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan

menggunakan radikal DPPH dan penetapan kandungan fenolik total pada tanaman

adas antara lain:

a. Penelitian mengenai potensi antioksidan pada berbagai bagian tanaman

adas, antara lain tunas, daun, dan batang. Tanaman adas pada penelitian ini

didapat dari Portugal. Penetapan kandungan fenolik total dilakukan dengan

metode Folin-Ciocalteu. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode

DPPH, Reducing power, Inhibition of β-carotene bleaching, dan Inhibition

of lipid peroxidation using thiobarbituric acid reactive substances

(22)

b. Penelitian mengenai aktivitas antioksidan, anti-5-lipoksigenase dan

antiasetilkholinesterase pada minyak esensial dan air dekoksi beberapa

tanaman aromatis. Salah satu tanaman yang digunakan adalah adas, yang

diperoleh dari toko sayuran “Segredo da Planta”, Portugal. Bagian

tanaman adas yang digunakan adalah semua bagian tanaman kecuali akar.

Aktivitas antioksidan ditentukan dengan metode DPPH (menggunakan

pembanding berupa Butylated hydroxytoluene/BHT) dan Superoxide

anion scavenging activity. Penetapan kandungan fenolik total dilakukan

dengan metode Folin-Ciocalteu (Albano et al., 2011).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

tempat diambilnya tanaman adas, yakni dari Kopeng, Kabupaten Semarang,

Indonesia; serta dari segi pembanding yang digunakan pada uji aktivitas

antioksidan, yakni rutin. Pembibitan tanaman pada daerah yang berbeda

mengakibatkan perbedaan komposisi maupun jumlah senyawa bioaktif dalam

tanaman (Wangcharoen and Morasuk, 2007).

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Mengetahui aktivitas antioksidan serta kandungan fenolik

total fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas.

b. Manfaat metodologis. Memberi informasi mengenai aplikasi penggunaan

metode DPPH sebagai uji antioksidan untuk bahan alam.

c. Manfaat praktis. Memberikan tambahan informasi kepada masyarakat

(23)

B. Tujuan 1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini, yaitu menguji aktivitas antioksidan serta

menentukan kandungan senyawa fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik

daun adas menggunakan metode DPPH.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun

adas.

b. Mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik

(24)

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Adas

Adas (Foeniculum vulgare Mill.) termasuk dalam famili Apiaceae.

Tanaman ini mempunyai berbagai nama lain yakni: das pedas (Aceh); adeh,

manih (Minangkabau); adas, adas pedas (Melayu); hades (Sunda); adas, adas

londa, adas landi (Jawa); adhas (Madura); adas (Bali); wala wunga (Sumba);

kumpasi (Sangir Talaud); paapang, paampas (Manado); denggu-denggu

(Gorontalo); papaato (Buol); porotomo (Baree); adase (Bugis); adasa, rempasu

(Makassar); popoas (Alfuru); hsiao hui (China); phong karee, mellet karee

(Thailand); jintan manis (Malaysia) (Anonim, 2005).

Adas merupakan terna berumur panjang, dengan tinggi 50 cm – 2 m,

tumbuh merumpun. Satu rumpun umumnya terdiri dari 3 – 5 batang. Batangnya

berwarna hijau kebiru-biruan, beralur, beruas, berlubang, jika memar baunya

wangi. Letak daun berseling, majemuk menyirip ganda dua dengan sirip-sirip

sempit, bentuk jarum, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, berseludang warna

putih, seludang berselaput dengan bagian atasnya berbentuk topi. Perbungaan

tersusun sebagai bunga payung majemuk dengan 6 – 40 gagang bunga, panjang

ibu gagang bunga 5 – 10 cm, panjang gagang bunga 2 – 5 mm, warna mahkota

kuning, keluar dari ujung batang. Buahnya lonjong, berusuk, panjang 6 – 10 mm,

(25)

agak kuning sampai sepenuhnya cokelat. Akan tetapi, warna buahnya ini

berbeda-beda tergantung negara asalnya. Buah masak berbau khas aromatik, bila dicicipi

rasanya relatif seperti kamfer (Anonim, 2005).

Berbagai kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam adas, yaitu

minyak atsiri (Oleum foeniculi) sebanyak 1 – 6%; anetol 50 – 60%; fenkon dan

pinena sekitar 20%, limonena, dipentena, felandrena, metilkavikol, anisaldehid,

asam anisat; serta minyak lemak 12% (Utami dan Puspaningtyas, 2013).

Adas memiliki kandungan fenolik utama berupa kuersetin dan glikosida

kamferol. Kandungan fenolik inilah yang menyebabkan adanya aktivitas

antioksidan (Hinneburg et al., 2005).

B. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik adalah suatu kelompok besar substansi organik yang

terdiri atas senyawa-senyawa aromatik dengan substituen hidroksil. Senyawa

induknya adalah fenol, tetapi sebagian besar adalah polifenolik. Sebagian besar

ditemukan pada tumbuhan, hanya sedikit fenolik yang ditemukan pada hewan. Di

antara polifenol yang berasal dari tumbuhan (telah diketahui lebih dari 8000),

flavonoid seperti kuersetin memiliki jumlah paling banyak (Mann et al., 1994).

Senyawa fenolik merupakan salah satu golongan fitokimia yang

terpenting berkaitan dengan aktivitas antioksidan. Senyawa fenolik diproduksi

sebagai metabolit sekunder pada tanaman melalui jalur asam sikimat.

(26)

biosintesis senyawa fenolik dari fenilalanin asam amino aromatik (Cartea,

Francisco, Soengas, and Velasco, 2010).

Senyawa fenolik dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah dan

susunan atom karbonnya menjadi flavonoid (flavonol, flavon, flavan-3-ol,

antosianidin, flavanon, isoflavon, dan sebagainya) dan non-flavonoid (asam

fenolik, hidroksisinamat, stilben, dan sebagainya), yang umumnya ditemukan

terkonjugasi dengan gula dan asam organik (Cartea et al., 2010).

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang mengandung 15 atom karbon

dengan dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan jembatan tiga atom

karbon, C6-C3-C6. Flavonoid merupakan golongan senyawa fenolik yang

memiliki jumlah terbanyak. Flavonoid yang paling sering ditemukan adalah

flavonol. Sementara itu, asam hidroksisinamik adalah senyawa fenolik

non-flavonoid yang memiliki struktur C6-C3 (Cartea et al., 2010).

Peran senyawa fenolik yang terpenting adalah sebagai antioksidan. Di

samping itu, senyawa fenolik memiliki aktivitas antiinflamasi, inhibitor enzim,

antimikrobia, anti-alergi, serta antitumor sitotoksik dan vaskular. Senyawa fenolik

bekerja dengan memblok inisiasi penyakit tertentu pada manusia (Cartea et al.,

2010).

Aktivitas antioksidan flavonoid dan asam fenolik berkaitan dengan

jumlah dan posisi gugus hidroksil pada molekul. Semakin banyak jumlah gugus

hidroksil, semakin besar aktivitas antioksidannya. Senyawa dengan tiga gugus

hidroksil pada cincin fenil asam fenolik atau cincin B flavonoid mempunyai

(27)

antioksidan menjadi lebih rendah pada beberapa flavonoid seperti kuersetin

(Cartea et al., 2010).

C. Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang didapat dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Anonim, 1995).

Penyarian atau ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut

dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang disari

mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti karbohidrat,

protein, serat, dan sebagainya (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1986).

Faktor yang memengaruhi kecepatan penyarian, yaitu kecepatan difusi

zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan

yang mengandung zat itu (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,

1986).

Dalam memilih pelarut untuk ekstraksi, perlu mempertimbangkan

kemampuannya dalam mengekstrak komponen-komponen zat terlarut. Sebaiknya

digunakan pelarut murni. Semakin efisien langkah ekstraksi, makin besar jumlah

senyawa yang akan didapat pada ekstrak (Colegate & Molyneux, 1993).

(28)

(1) murah dan mudah didapat,

(2) stabil secara fisika dan kimia,

(3) bereaksi netral,

(4) tidak mudah menguap serta tidak mudah terbakar,

(5) selektif (hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki),

(6) tidak memengaruhi zat berkhasiat, dan

(7) diperbolehkan oleh peraturan (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1986).

Salah satu penyari yang dapat dipergunakan, yaitu etanol. Etanol mudah

masuk ke dalam membran sel untuk mengekstraksi bahan-bahan intraseluler dari

dalam sel seperti senyawa fenolik dan komponen organik lainnya (Tiwari, Kumar,

Kaur, Kaur, and Kaur, 2011).

Etanol mampu melarutkan alkaloida basa, minyak menguap, glikosida,

kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil. Lemak,

malam, tanin serta saponin hanya sedikit larut. Hal tersebut berarti bahwa zat

pengganggu yang larut hanya terbatas (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1986).

Menurut Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI (1986)

cara penyarian dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang lazimnya digunakan untuk

(29)

2. Maserasi

Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana; dilakukan dengan

cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Contoh cairan penyari

yang dapat digunakan, yaitu air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Maserasi

digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah

larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang

dalam cairan penyari, serta tidak mengandung benzoin, stirak dan sebagainya.

3. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang sudah dibasahi. Kelemahan metode

ini, yaitu kadar perkolat yang dihasilkan tidak maksimal.

4. Penyarian berkesinambungan

Penyarian berkesinambungan dengan menggunakan alat Soxhlet,

merupakan cara penyarian yang menggabungkan proses untuk menghasilkan

ekstrak cair dan proses penguapan.

D. Antioksidan

Menurut Peraturan PFA (Prevention of Food Adulteration) No. 58 tahun

1955, antioksidan didefinisikan sebagai suatu substansi yang ketika ditambahkan

ke makanan akan mencegah atau menghambat perusakan oksidatif makanan, tidak

termasuk gula, sereal, minyak, tepung, jamu, dan rempah-rempah. Menurut

Benzie & Strain, 1996, dan Albu et al., 2004, dalam sistem biologis, antioksidan

(30)

substrat (misal: lipid, protein, dan DNA), secara signifikan menunda atau

mencegah oksidasi substratnya dan beraksi sebagai “penangkap radikal bebas”

(Sing, 2007).

Secara umum, antioksidan dapat diklasifikasikan ke dalam antioksidan

alami dan sintetik.

1. Antioksidan alami

Antioksidan alami banyak ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi

(sayuran, buah-buahan, dan teh) (Weisburger, 1999) yang kemungkinan berperan

sebagai agen pereduksi, penangkap radikal bebas atau oksigen aktif (Duh, 1998),

atau kompleksan logam transisi pro-oksidan. Antioksidan alami juga dapat

memproteksi tubuh manusia dari radikal bebas dan menghambat perkembangan

penyakit kronis (Sing, 2007).

2. Antioksidan sintetik

Antioksidan sintetik meliputi galat propil, oktil dan duodesil (PG, OG,

dan DG), tert-butyl hydroquinone (TBHQ), butylated hydroxyanisole (BHA),

butylated hydroxytoluene (BHT), dan nordihydroguaiaretic acid (NDGA) (Sing,

2007).

Berdasarkan fungsinya antioksidan diklasifikasikan ke dalam antioksidan

primer dan antioksidan sekunder (sinergis).

1. Antioksidan primer

Antioksidan primer memiliki dua gugus –OH atau satu gugus –OR pada

posisi ortho atau para (Hudson, 1990; Peterson et al., 2002). Efektif pada

(31)

akan menjadi pro-oksidan karena keterlibatannya pada reaksi inisiasi (Cillard et

al., 1980; Bartosz et al., 1997). Antioksidan fenolik (primer), baik yang alami

maupun sintetik, menghambat urutan reaksi dengan berperan sebagai donor

hidrogen atau akseptor radikal bebas, sehingga membentuk produk yang lebih

stabil. Mereka terlibat secara langsung dalam proses propagasi radikal bebas dan

memblok urutan reaksi (Sing, 2007).

2. Antioksidan sekunder

Yang termasuk antioksidan sekunder adalah pengkhelat logam (Khokhar

& Owusu Apenten, 2003; Andrade Jr. et al., 2005), tipe-tipe fenolik yang tidak

secara cepat dirusak oleh radikal bebas yang dihasilkan dari dekomposisi

peroksida, sehingga efektif dalam jangka waktu yang lama. Ada sedikit efek

langsung terhadap autooksidasi lipid, tetapi dapat banyak meningkatkan aksi

antioksidan primer (Sing, 2007).

Adanya aktivitas antioksidan senyawa fenolik terkait dengan struktur

kimianya yang mengakibatkan ia memiliki sifat-sifat redoks, sehingga berperan

penting dalam mengadsorbsi dan menetralisasi reactive oxygen species (ROS),

memisahkan oksigen singlet dan triplet, atau menguraikan peroksida. Reactive

oxygen species, yang diperoleh dari proses oksidasi, merupakan salah satu bagian

penting dalam mekanisme pertahanan melawan infeksi. Namun, adanya jumlah

radikal bebas oksigen yang terlalu besar dapat merusak jaringan. Ketika terjadi

ketidakseimbangan antara ROS dan mekanisme pertahanan antioksidan, ROS

menyebabkan terjadinya modifikasi oksidatif pada membran selular atau molekul

(32)

akumulasi peroksida lipid. Tekanan oksidatif dapat mengakibatkan kanker,

penuaan, atherosklerosis, inflamasi dan penyakit neurodegeneratif seperti

Parkinson’s (PA) dan Alzheimer’s (AD). Oleh karena itu, antioksidan, seperti

senyawa fenolik diperhitungkan sebagai agen protektif, mengurangi kerusakan

oksidatif yang diakibatkan ROS pada tubuh manusia, dan menghambat

perkembangan penyakit kronik (Cartea et al., 2010).

E. Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)

Senyawa radikal bebas yang mantap, yaitu 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil

(α,α-difenil-β-pikrilhidrazil; DPPH) merupakan molekul yang berupa radikal

bebas yang menjadi stabil karena delokalisasi sisa elektron ke seluruh molekul,

sehingga molekul itu tidak terdimerisasi. Delokalisasi ini juga mengakibatkan

terbentuknya warna violet tua (Molyneux, 2004).

Metode DPPH adalah metode yang banyak digunakan untuk menetapkan

aktivitas antioksidan. Hal tersebut dikarenakan metode ini sederhana, cepat,

sensitif dan reprodusibel (Savatovic, Cetkovic, Canadanovic-Brunet, and Djilas,

2012).

DPPH berperan sebagai hydrogen radical scavenger (penangkap radikal

hidrogen bebas) atau electron scavenger (penangkap elektron). Hasilnya, yaitu

molekul yang bersifat diamagnetik dan stabil. Bila senyawa antioksidan

direaksikan dengan zat ini maka senyawa antioksidan tersebut akan menetralkan

radikal bebas dari DPPH. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan

(33)

menghasilkan larutan berwarna kuning, kemudian dilakukan pengukuran panjang

gelombang pada 517 nm. Aktivitas antioksidan diperoleh dari nilai absorbansi

yang selanjutnya akan digunakan untuk menghitung persentase inhibisi 50%

(IC50) yang menyatakan konsentrasi senyawa antioksidan yang mengakibatkan

50% dari DPPH kehilangan karakter radikal bebasnya. Makin tinggi kadar

senyawa antioksidan dalam sampel maka akan makin rendah nilai IC50 (Anonim,

2013).

Gambar 1. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan (Widyastuti, 2010)

Salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menginterpretasi hasil

metode DPPH adalah “efficient concentration” atau nilai EC50 (disebut juga nilai

IC50). IC50 didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang mengakibatkan

berkurangnya aktivitas (warna) DPPH hingga 50% (Molyneux, 2004).

Tabel I. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH (Ariyanto cit., Widodo dan Soegihardjo, 2012)

Intensitas Sangat kuat Kuat Sedang Lemah

IC50 <50 μg/mL

50 – 100

μg/mL 101 μg/mL– 150 >150 μg/mL

F. Metode Folin-Ciocalteu

Reagen Folin-Ciocalteu mengukur kemampuan sampel mereduksi.

(34)

(Na2WO4 . 2H2O, 100 g), natrium molibdat (Na2MoO4 . 2H2O, 25 g), konsentrat

asam hidroklorik (100 mL), asam fosforik 85% (50 mL), dan air (700 mL).

Setelah dididihkan, ditambahkan lithium sulfat (Li2SO4 . 4H2O, 150 g) sehingga

terbentuk reagen Folin-Ciocalteu yang berupa larutan berwarna kuning. Reagen

FC mengandung heteropoli-fosfotungstat-molibdat. Rangkaian satu atau dua

reaksi reduksi elektron reversibel mengakibatkan terbentuknya warna biru,

kemungkinan (PMoW11O40)4-. Diyakini bahwa molibdenum lebih mudah

tereduksi, dan reaksi transfer elektron terjadi antara reduktan dan Mo(VI):

Mo(VI) + e  Mo(V)

Disosiasi suatu proton fenolik mengakibatkan terbentuknya anion fenolat, yang

dapat mereduksi reagen FC. Hal ini memperkuat pemikiran bahwa reaksi pada

metode FC terjadi melalui mekanisme transfer elektron. Senyawa yang berwarna

biru terbentuk dari reaksi antara fenolat dan reagen FC (Huang, Ou, and Prior,

2005).

Uji kandungan fenolik total dengan reagen Folin-Ciocalteu memiliki

beberapa kelebihan, yaitu mudah, sederhana, dan reprodusibel (Huang et al.,

2005).

G. Landasan Teori

Adas memiliki kandungan fenolik utama berupa kuersetin dan glikosida

kamferol. Senyawa fenolik merupakan salah satu golongan fitokimia yang

terpenting berkaitan dengan aktivitas antioksidan. Adanya aktivitas antioksidan

(35)

memiliki sifat-sifat redoks, sehingga berperan penting dalam mengadsorbsi dan

menetralisasi reactive oxygen species (ROS). Antioksidan, seperti senyawa fenolik

diperhitungkan sebagai agen protektif, mengurangi kerusakan oksidatif yang

diakibatkan ROS pada tubuh manusia, dan menghambat perkembangan penyakit

kronik. Hal tersebut mendorong penulis melakukan penelitian terhadap aktivitas

antioksidan daun adas, melalui pengujian kualitatif dan kuantitatif.

Salah satu metode yang banyak digunakan untuk menetapkan aktivitas

antioksidan adalah metode DPPH. Bila senyawa antioksidan direaksikan dengan

DPPH maka senyawa antioksidan tersebut akan menetralkan radikal bebas dari

DPPH. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH dinyatakan dengan

nilai IC50, yang menunjukkan konsentrasi substrat yang mengakibatkan

berkurangnya aktivitas (warna) DPPH hingga 50%.

Kandungan fenolik total ditetapkan dengan metode Folin-Ciocalteu.

Disosiasi suatu proton fenolik mengakibatkan terbentuknya anion fenolat, yang

dapat mereduksi reagen FC. Reaksi antara fenolat dan reagen FC mengakibatkan

terbentuknya senyawa yang berwarna biru.

H. Hipotesis

1. Fraksi etil asetat ekstrak etanol daun adas memiliki kandungan senyawa

fenolik.

2. Fraksi etil asetat ekstrak etanol daun adas memiliki aktivitas antioksidan

(36)

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni.

B. Variabel 1. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi fraksi etil asetat

daun adas.

2. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar fenolik total dan persen

(%) aktivitas antioksidan.

3. Variabel pengacau terkendali

Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah tempat tumbuh

tanaman.

4. Variabel pengacau tak terkendali

Variabel pengacau tak terkendali pada penelitian ini adalah usia tanaman

(37)

C. Definisi Operasional 1. Daun adas

Daun adas adalah daun (folium) dari tanaman adas yang dipetik dari

daerah Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, dibeli dari pemasok sayuran

di Yogyakarta, yaitu Depot Sayur Segar.

2. Ekstrak daun adas

Ekstrak daun adas adalah ekstrak kental yang didapat dari hasil maserasi

dengan etanol daun adas.

3. Fraksi etil asetat

Fraksi etil asetat adalah fraksi kental yang didapat dari ekstrak kental

etanolik yang sudah melalui proses fraksinasi. Fraksi kental dari fraksi etil asetat

dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator hingga tidak ada lagi pelarut

yang menetes, lalu diuapkan pada oven sampai didapatkan bobot tetap.

4. Persen inhibition concentration (%IC)

Persen inhibition concentration (%IC) adalah persen yang menyatakan

kemampuan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas untuk menangkap radikal

DPPH.

5. Inhibition concentration 50 (IC50)

Inhibition concentration 50 (IC50) adalah nilai konsentrasi fraksi etil

asetat ekstrak etanolik daun adas yang menghasilkan penangkapan 50% radikal

(38)

D. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: simplisia daun

adas yang berasal dari Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah; etanol 70%

kualitas farmasetis; wasbensin; etil asetat (PT Brataco); rutin; DPPH; reagen

Folin-Ciocalteu (Sigma.Chem); metanol p.a. (E. Merck); natrium karbonat;

aquadest dari laboratorium Farmakognosi-Fitokimia.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu spektrofotometer UV-Vis

(Shimadzu), kuvet, neraca analitik (Scaltec SBC 22, BP 160P), vacuum rotary

evaporator (Junke & Kunkle), alat-alat gelas dari Pyrex, blender, oven, waterbath

(labo- tech, Heraeus), dan corong Buchner.

E. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman adas dilakukan di Laboratorium Farmakognosi

Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma menurut

http://www.plants.usda.gov/core/profile?symbol=FOVU.

2. Pengumpulan bahan

Tanaman adas diperoleh dari daerah Kopeng, Kabupaten Semarang, Jawa

Tengah. Pengumpulan bahan dilakukan pada pagi hari bulan Maret 2013 terhadap

(39)

3. Preparasi sampel

Sebanyak 1,4 kg daun adas segar dikumpulkan. Daun dipilih yang tidak

berwarna kekuningan dan tidak terlalu muda, tanpa mengikutsertakan tangkai

daun. Selanjutnya, daun dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 40 °C

selama tiga hari, lalu digiling dengan blender hingga terbentuk serbuk halus.

Selanjutnya, serbuk dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70% selama dua hari.

Setelah itu, ampas dipisahkan dari pelarut dengan menggunakan corong Buchner.

Ampas sisa yang dihasilkan kemudian diremaserasi selama dua hari. Selanjutnya

kembali dipisahkan antara pelarut dan ampas dengan menggunakan corong

Buchner. Pelarut hasil pemisahan dicampurkan dengan pelarut yang diperoleh dari

maserasi terdahulu, lalu dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator

hingga didapat ekstrak kental etanolik. Ekstrak kental etanolik tersebut ditambah

300 mL aquades hangat dan dipartisi menggunakan wasbensin. Fase air akan

berada pada bagian bawah, sedangkan fase wasbensin berada pada bagian atas.

Fase air diambil untuk dipartisi lagi menggunakan etil asetat sehingga didapatkan

fraksi air dan etil asetat.Sesudah dipisahkan fraksi etil asetat diuapkan dengan

vacuum rotary evaporator sampai diperoleh fraksi kental etil asetat. Lalu fraksi

ini digunakan untuk dianalisis lebih lanjut.

4. Pembuatan larutan DPPH, pembanding, dan uji

a. Pembuatan larutan DPPH. Sejumlah 15,8 mg DPPH ditimbang dan

dilarutkan ke dalam metanol p.a sehingga diperoleh larutan DPPH dengan

konsentrasi 0,4 mM. Larutan itu ditutup dengan aluminium foil dan harus selalu

(40)

b. Pembuatan larutan stok rutin. Sebanyak 2,5 mg rutin dilarutkan

dalam metanol p.a hingga 10,0 mL.

c. Pembuatan larutan pembanding. Diambil 0,6; 0,7; 0,8; 0,9; 1,0 mL

larutan stok rutin, kemudian ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL sehingga

diperoleh konsentrasi larutan standar rutin sebesar 15; 17,5; 20; 22,5; 25 μg/mL.

d. Pembuatan larutan uji. Sebanyak 20 mg ekstrak ditimbang,

kemudian ditambahkan metanol p.a. sampai 20,0 mL. Dari larutan itu kemudian

diambil 2,0; 2,25; 2,5; 2,75; 3,0 mL untuk kemudian dilarutkan dalam 10 mL

metanol.

5. Uji pendahuluan

a. Uji fenolik. Sejumlah 0,5 mL larutan uji ditambahkan 5 mL

pereaksi fenol Folin-Ciocalteu yang sudah diencerkan dengan akuades (1:10; v/v)

ke dalam tabung reaksi. Larutan tersebut ditambahkan dengan 4,0 mL natrium

karbonat 1M. Selanjutnya, diamati warna pada larutan tersebut. Terbentuknya

warna biru menunjukkan adanya polifenol.

b. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan. Disiapkan metanol

p.a,larutan DPPH 0,4 mM, larutan pembanding rutin 20 μg/mL, dan larutan induk

sampel 1000 μg/mL. Larutan DPPH dimasukkan ke dalam masing-masing 3

tabung reaksi. Selanjutnya, ditambahkan metanol p.a (tabung I), larutan uji

(tabung II), dan larutan pembanding rutin (tabung III), dengan perbandingan

(41)

6. Penentuan kandungan fenolik total

a. Pembuatan kurva baku asam galat. Sejumlah 0,5 mL larutan asam

galat 50, 75, 100, 125 dan 150 μg/mL ditambahkan dengan 5,0 mL larutan reagen

Folin-Ciocalteu yang sudah diencerkan dengan menggunakan aquadest (1:10).

Larutan selanjutnya ditambah dengan 4,0 mL larutan Na2CO3 1M. Sesudah 30

menit, absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 760 nm.

b. Optimasi penetapan kandungan fenolik total.

1) Penentuan Operating Time (OT)

Diambil 0,5 mL larutan induk asam galat 50, 100 dan 150 μg/mL,

lalu ditambahkan dengan 5,0 mL reagen Folin-Ciocalteu yang sudah diencerkan

dengan aquadest (1:10). Selanjutnya, ditambahkan dengan 4,0 mL larutan Na2CO3

1M. Absorbansi diukur tiap 5 menit selama 40 menit pada panjang gelombang

760 nm.

2) Penentuan panjang gelombang maksimum

Sejumlah 0,5 mL larutan asam galat 50, 100 dan 150 μg/mL

ditambahkan dengan 5,0 mL larutan reagen Folin-Ciocalteu yang sudah

diencerkan dengan aquadest (1:10), lalu ditambahkan dengan 4,0 mL larutan

Na2CO3 1M. Dilakukan scanning pada panjang gelombang 600 – 800 nm.

c. Estimasi penetapan kadar senyawa fenolik total sampel. Diambil

0,5 mL larutan uji 500 μg/mL, lalu ditambahkan dengan 5,0 mL larutan reagen

Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan aquadest (1:10), dan dilanjutkan

dengan penambahan 4,0 mL larutan Na2CO3 1M. Sesudah 30 menit, dibaca

(42)

total dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat (mg ekivalen asam galat per g

fraksi etil asetat).

7. Optimasi metode uji antioksidan

a. Penentuan operating time. Sebanyak 1 mL larutan DPPH

dimasukkan kedalam masing-masing tiga labu ukur 5 mL kemudian ditambahkan

masing-masing dengan 1 mL larutan pembanding rutin 15; 20 dan 25 μg/mL.

Selanjutnya, larutan tersebut ditambahkan dengan metanol p.a hingga tanda batas.

Setelah itu dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang

gelombang 517 nm selama 1 jam. Dilakukan demikian juga untuk larutan uji 200;

250; 300 μg/mL.

b. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum. Dilakukan

scanning pada larutan DPPH dengan konsentrasi sebesar 0,02 mM, 0,04 mM dan

0,08 mM pada panjang gelombang 400-600 nm. Panjang gelombang maksimum

didapat dari hasil ketiga rata-rata pengukuran DPPH dengan tiga konsentrasi yang

berbeda.

8. Pengukuran absorbansi larutan kontrol, pembanding, dan uji

a. Pengukuran absorbansi larutan kontrol. Sebanyak 1 mL larutan

DPPH ditambah dengan 4 mL metanol. Campuran larutan tersebut dibaca

absorbansinya pada panjang gelombang maksimum.

b. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan uji. Sebanyak 1

mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam labu ukur 5 mL, kemudian ditambah

dengan 1 mL larutan pembanding dan uji pada berbagai seri konsentrasi yang

(43)

tanda batas. Larutan tersebut kemudian didiamkan selama OT. Larutan dibaca

absorbansinya dengan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang

maksimum. Pengerjaan dilakukan 3 kali.

F. Analisis Hasil

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (%) dihitung menggunakan rumus :

% IC = (absorbansi larutan kontrol – absorbansi larutan uji)/absorbansi larutan kontrol x 100%

Data aktivitas tersebut dianalisis dan dihitung nilai IC50 menggunakan

persamaan regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun

pembanding sedangkan sumbu y adalah %IC.

Penetapan kandungan senyawa fenolik total yang dinyatakan sebagai mg

ekivalen asam galat per gram fraksi etil asetat didapat dengan memasukkan

absorbansi dari larutan uji ke dalam persamaan regresi linear dari kurva baku

(44)

26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman merupakan langkah awal dalam penelitian yang

menggunakan tanaman sebagai sampel. Determinasi bertujuan untuk memastikan

kebenaran identitas tanaman yang akan digunakan sehingga terjadinya kesalahan

dalam pengambilan sampel untuk analisis fitokimia dapat dihindari. Hasil

determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah Foeniculum vulgare Mill. atau adas.

B. Hasil Pengumpulan Bahan

Tanaman adas yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari pemasok

sayuran segar di Yogyakarta yakni Depot Sayur Segar yang beralamat di Jalan

Monjali. Tanaman dipanen dari daerah Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Semarang, Jawa Tengah. Tanaman adas dipanen pada pagi hari dengan tujuan

agar didapat bahan yang masih segar serta masih banyak tersimpan kandungan

aktifnya karena belum mengalami metabolisme. Pada penelitian ini dipilih

tanaman adas yang belum berbunga. Hal ini karena subjek uji dalam penelitian ini

adalah daun. Jika digunakan tanaman yang sudah berbunga, kemungkinan besar

(45)

menjadi buah sebagai cadangan makanan tumbuhan, sehingga kandungan

metabolit sekunder pada bagian daun tidak maksimal.

Daun adas yang digunakan dipilih yang masih segar, tidak terdapat warna

kekuningan, dan tidak terlalu muda. Daun adas harus segera diolah untuk

mencegah terjadinya fenomena phenolic browning, yaitu berubahnya warna

tanaman menjadi coklat atau bahkan hitam. Penyebab terjadinya fenomena ini

adalah terjadinya oksidasi senyawa fenolik pada tanaman (Galati, McKay, and

Tan, 2005).

C. Hasil Uji Pendahuluan 1. Uji pendahuluan senyawa fenolik

Uji pendahuluan senyawa fenolik bertujuan mengetahui ada atau

tidaknya kandungan senyawa fenolik dalam fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun

adas. Pada penelitian ini, digunakan metode Folin-Ciocalteu. Pada uji ini, larutan

uji ditambahkan dengan pereaksi fenol Folin-Ciocalteu dan natrium karbonat1M,

lalu didiamkan selama 30 detik dan diamati perubahan warna yang terjadi.

Pembanding yang digunakan adalah asam galat.

Adanya senyawa fenolik dalam fraksi etil asetat akan mengubah warna

larutan menjadi biru. Hal ini terjadi karena disosiasi proton fenolik yang

mengakibatkan terbentuknya anion fenolat. Reaksi antara fenolat dan reagen

Folin-Ciocalteu inilah yang mengakibatkan terbentuknya warna biru. Hasil uji

pendahuluan senyawa fenolik pada Gambar 2 menunjukkan bahwa dalam fraksi

(46)

ditunjukkan dengan berubahnya warna larutan menjadi biru. Demikian pula pada

senyawa pembanding asam galat.

Gambar 2. Uji pendahuluan senyawa fenolik

Keterangan: 1 = Pereaksi Folin-Ciocalteu + Na2CO3

2 = Pereaksi Folin-Ciocalteu + Na2CO3 + asam galat

3 = Pereaksi Folin-Ciocalteu + Na2CO3 + fraksi etil

asetat

2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Uji pendahuluan aktivitas antioksidan bertujuan untuk mengetahui

apakah fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas mempunyai aktivitas

antioksidan. Pada uji pendahuluan ini, baik larutan uji maupun larutan

pembanding rutin, ditambahkan dengan larutan DPPH dalam metanol. Hasilnya

dibandingkan dengan kontrol yang berupa larutan DPPH dalam metanol. Adanya

aktivitas antioksidan ditunjukkan dengan berubahnya warna larutan dari ungu

menjadi kekuningan. Hasil pengujian pada Gambar 3 menunjukkan bahwa baik

larutan uji maupun larutan pembanding rutin memiliki aktivitas antioksidan, yang

ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi kekuningan, sedangkan warna

larutan kontrol tetap ungu.

(47)

Gambar 3. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Keterangan: 1 = DPPH + metanol

2 = DPPH + metanol + rutin

3 = DPPH + metanol + fraksi etil asetat

D. Hasil Optimasi Penetapan Kandungan Fenolik Total 1. Penentuan Operating Time (OT)

Penentuan Operating Time bertujuan untuk mengetahui waktu yang

diperlukan untuk mencapai reaksi yang optimal antara asam galat dan reagen

Folin-Ciocalteu. Untuk menentukan OT, dilakukan pengukuran absorbansi tiap

lima menit sekali selama 40 menit. Pengukuran dilakukan pada panjang

gelombang maksimum, yakni 760 nm.

3 2

(48)

Gambar 4. Kurva Operating Time (OT) asam galat replikasi 2

Operating time ditandai dengan absorbansi yang sudah mulai stabil, yang

menunjukkan bahwa asam galat telah bereaksi sempurna dengan reagen

Folin-Ciocalteu pada suasana basa. Dalam penelitian ini, OT yang diperoleh untuk

penentuan kandungan asam galat dengan Folin-Ciocalteu adalah 30 menit.

2. Penentuan panjang gelombang maksimum

Pengukuran panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui

panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum yang dapat digunakan

dalam pengukuran. Dilakukan scanning pada tiga seri konsentrasi asam galat

(rendah, sedang, dan tinggi), yaitu 50, 100, dan 150 μg/mL pada panjang

gelombang 600 – 800 nm. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan

sesudah OT supaya diperoleh serapan yang stabil.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9

5 10 15 20 25 30 35 40

A b so rb a n si Waktu (menit)

5 μg/mL

μg/mL

(49)

Tabel II. Hasil pengukuran panjang gelombang maksimum untuk penetapan kadar asam galat

Konsentrasi asam

galat (μg/mL) Panjang gelombang maksimum

Rata-rata panjang gelombang maksimum

Panjang gelombang maksimum

teoretis

50 761

748,6 760

100 742

150 743

Dari hasil scanning pada tiga seri konsentrasi asam galat tersebut, didapat

rata-rata panjang gelombang maksimum sebesar 748,6 nm.

E. Hasil Estimasi Kandungan Senyawa Fenolik Total

Senyawa fenolik merupakan salah satu golongan fitokimia yang

terpenting berkaitan dengan aktivitas antioksidan (Cartea et al., 2010). Makin

tinggi kandungan senyawa fenolik total, makin tinggi pula aktivitas antioksidan

(Anesini, Ferarro, and Filip, 2008). Oleh karena itu dalam penelitian ini juga

dilakukan penetapan kandungan senyawa fenolik total pada fraksi etil asetat

ekstrak etanolik daun adas.

Penetapan kandungan senyawa fenolik total dilakukan dengan metode

Folin-Ciocalteu karena metode ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu mudah,

sederhana, dan reprodusibel. Standar yang digunakan adalah asam galat karena

asam galat merupakan senyawa fenolik yang sudah dikenal memiliki aktivitas

antioksidan (Kurniawan, 2011). Hasil penetapan kandungan senyawa fenolik total

(50)

Gambar 5. Struktur asam galat (Hernawan dan Setyawan, 2003)

Prinsip reaksi dalam metode Folin-Ciocalteu adalah reaksi

reduksi-oksidasi. Senyawa fenolik akan mengalami oksidasi sehingga menjadi bentuk

keton, sedangkan kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat dari pereaksi

Folin-Ciocalteu akan mengalami reduksi, sehingga menghasilkan kompleks

molybdenum blue yang berwarna biru. Pada suasana basa, senyawa fenolik akan

menjadi ion fenolat yang lebih mudah teroksidasi sehingga reaksi akan

berlangsung lebih cepat (Widodo dan Soegihardjo, 2012). Ion fenolat inilah yang

akan diukur sebagai senyawa fenol yang dapat diukur pada panjang gelombang

maksimum yang sudah didapatkan dari hasil optimasi, yaitu 748,6 nm. Untuk

(51)

Tabel III. Persamaan regresi linier dari baku asam galat

Replikasi Konsentrasi (μg/mL) Absorbansi Persamaan regresi linier

1

50 0,313

A = 0,1096 B = 4,14 . 10-3

r = 0,9990 y = 4,14 . 10-3x + 0,1096 75 0,420

100 0,535 125 0,619 150 0,731

2

49 0,329

A = 0,1038 B = 4,644 . 10-3

r = 0,9996

y = 4,644 . 10-3x + 0,1038 74 0,445

99 0,572 124 0,680 149 0,792

3

50 0,305

A = 0,0942 B = 4,268 . 10-3

r = 0,9996

y = 4,268 . 10-3x + 0,0942 75 0,412

100 0,528 125 0,631 150 0,729

Hasil penetapan kandungan senyawa fenolik total pada fraksi etil asetat

ekstrak etanolik daun adas dinyatakan sebagai massa ekivalen asam galat.

Hasilnya ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel IV. Kandungan senyawa fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas

Replikasi Absorbansi Kandungan fenolik

(μg/mL) Kandungan fenolik total (mg GAE/g)

1 0,331 48,923 4,89

2 0,330 48,708 4,77

3 0,335 49,785 4,98

Rata-rata kandungan fenolik total = 4,88 mg GAE/g

(52)

F. Hasil Optimasi Uji Aktivitas Antioksidan 1. Penentuan Operating Time (OT)

Penentuan Operating Time bertujuan untuk mengetahui waktu yang

dibutuhkan untuk mencapai reaksi yang optimal antara DPPH dengan rutin

maupun dengan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas. Penentuan OT rutin

dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan DPPH yang sudah dicampur

dengan rutin pada tiga konsentrasi rutin yang berbeda (15, 20, dan 25 μg/mL).

Demikian juga, penentuan OT fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas

dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan DPPH yang telah dicampur

dengan larutan uji pada tiga konsentrasi senyawa uji yang berbeda, yaitu 200, 250,

dan 300 μg/mL. Absorbansi diukur setiap 5 menit selama 1 jam. Pembacaan

absorbansi dilakukan pada panjang gelombang maksimum dari DPPH, yaitu

sebesar 517 nm. Penurunan absorbansi tiap satuan waktu menunjukkan jumlah

DPPH yang tertangkap oleh senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan.

(53)

Gambar 6. Kurva Operating Time (OT) rutin replikasi 1

Gambar 7. Kurva Operating Time (OT) fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas replikasi 1

Dari gambar 6 dan 7 dapat disimpulkan bahwa operating time larutan

pembanding rutin adalah 30 menit, sedangkan OT larutan uji adalah 45 menit. Hal

ini ditandai dengan absorbansi yang mulai cukup stabil pada menit itu.

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Ab so rb a n si Waktu (menit)

5 μg/mL

μg/mL

5 μg/mL

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

A b so rb a n si Waktu (menit) μg/mL

5 μg/mL

(54)

2. Penentuan panjang gelombang maksimum

Penentuan panjang gelombang maksimum bertujuan mengetahui panjang

gelombang larutan DPPH yang dapat memberikan hasil pengukuran yang

maksimal. Panjang gelombang maksimum ini digunakan pada saat melakukan

pengukuran terhadap kurva baku rutin dan sampel pada penentuan aktivitas

antioksidan.

Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan terhadap larutan

DPPH pada tiga konsentrasi yang berbeda. Pengukuran dilakukan dengan

melakukan scanning pada panjang gelombang 400-600 nm.

Tabel V. Hasil penentuan panjang gelombang maksimum DPPH

Konsentrasi larutan DPPH

Hasil scanning

pengukuran panjang gelombang maksimum

larutan DPPH

Rata-rata panjang gelombang maksimum

0,02 mM 515,5 nm

515,5 nm 0,04 mM 515,5 nm

0,08 mM 515,5 nm

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata panjang gelombang

maksimum yang didapatkan adalah 515,5 nm. Adapun panjang gelombang

maksimum DPPH secara teoretis adalah 517 nm. Berarti terdapat selisih sebesar

1,5 nm antara panjang gelombang maksimum DPPH secara teoretis dengan hasil

scanning pengukuran panjang gelombang maksimum larutan DPPH. Selisih nilai

ini masih memenuhi selisih yang diizinkan dalam Farmakope Indonesia (FI) Edisi

IV, yakni kurang dari 2 nm. Oleh sebab itu, panjang gelombang maksimum yang

(55)

G. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

Pada penelitian ini, dilakukan pengujian aktivitas antioksidan dengan

metode DPPH. Metode ini menggunakan radikal bebas berupa DPPH

(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). DPPH berperan sebagai penangkap radikal hidrogen bebas

(hydrogen radical scavenger) atau penangkap elektron yang berasal dari suatu

senyawa yang dapat mendonorkan elektronnya. Tiap molekul yang dapat

mendonorkan elektron atau hidrogen akan bereaksi dan menyebabkan penurunan

intensitas warna atau absorbansi larutan DPPH. Warna DPPH akan berubah dari

ungu menjadi kuning.

Ungu Kuning

Gambar 8. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan

Aktivitas antioksidan diperoleh dari nilai absorbansi yang selanjutnya

akan digunakan untuk menghitung IC50. IC50 ini menyatakan konsentrasi senyawa

antioksidan yang mengakibatkan 50% dari DPPH kehilangan karakter radikal

bebasnya. Nilai IC50 didapatkan dari persamaan regresi linier yang menyatakan

hubungan antara konsentrasi senyawa uji dengan persen penangkapan radikal

yang dimilikinya. Makin tinggi kekuatan senyawa antioksidan dalam sampel

(56)

Absorbansi yang diukur dalam metode DPPH, yaitu absorbansi larutan

DPPH yang tidak bereaksi dengan bahan uji atau DPPH yang tersisa dalam

larutan. Oleh karena itu, dengan bertambahnya konsentrasi senyawa penangkap

radikal bebas dalam larutan, maka absorbansi larutan akan berkurang, yang berarti

bahwa aktivitas penangkapan radikal bebasnya makin meningkat.

Uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas ini

menggunakan rutin sebagai pembanding. Rutin merupakan salah satu senyawa

fenolik yang tergolong dalam flavonoid. Menurut Lopez, Martinez, Del-Valle,

Ferrit, and Luque (2003) gugus O-dihidroksi pada cincin B diasosiasikan dengan

gugus fungsi dalam rutin yang menyebabkan terdapatnya aktivitas antioksidan.

(57)

Tabel VI. Hasil uji aktivitas antioksidan rutin dengan metode DPPH Replikasi Konsentrasi rutin (μg/mL) Absorbansi Aktivitas antioksidan

(% IC)

Persamaan regresi linier

1

14,4 0,552 33,414

A = 0,1333 B = 2,31116 r = 0,999985 y = 2,31116x + 0,1333 16,9 0,504 39,204

19,4 0,456 44,994 21,9 0,409 50,663 24,4 0,360 56,574

2

15 0,548 33,976

A = 4,8656 B = 1,96156

r = 0,99840 y = 1,96156x + 4,8656 17,5 0,505 39,157

20 0,460 44,578 22,5 0,420 49,398 25 0,384 53,735

3

15 0,536 35,422

A = 10,9884 B = 1,63372 r = 0,9996 y = 1,63372x + 10,9884 17,5 0,501 39,639

20 0,466 43,855 22,5 0,436 47,470 25 0,399 51,928

Tabel VII. Hasil uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas dengan metode DPPH

Replikasi Konsentrasi fraksi (μg/mL) Absorbansi Aktivitas antioksidan

(% IC)

Persamaan regresi linier

1

201 0,507 44,71%

A = 4,918 B = 0,20092

r = 0,98479 y = 0,20092x + 4,918 226,125 0,448 51,15%

251,25 0,399 56,49% 276,375 0,383 58,23% 301,5 0,308 66,41%

2

199 0,507 44,89%

A = 9,656 B = 0,18263

r = 0,97990 y = 0,18263x + 9,656 223,875 0,436 52,61%

248,75 0,414 55,00% 273,625 0,386 58,04% 298,5 0,323 64,89%

3

200 0,478 43,57%

A = -12,948 B = 0,29888 r = 0,97390 y = 0,29888x – 12,948 225 0,354 58,21%

(58)

Tabel VIII. Nilai IC50 rutin dan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas

Bahan uji IC50 (μg/mL) Rata-rata (μg/mL) (μg/mL)SD CV (%) Rep. 1 Rep. 2 Rep. 3

Rutin 21,58 23,01 23,88 22,82 0,95 4,16 Fraksi

etil asetat

224,38 220,91 210,61 218,63 5,85 2,68

Nilai IC50 pada Tabel VIII merupakan hasil analisis regresi linier.

Persamaan regresi linier tersebut (Tabel VI dan VII) menyatakan hubungan antara

konsentrasi senyawa uji (x) dengan aktivitas antioksidan yang dihasilkan (y).

Dalam perhitungan nilai IC50, y = 50. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai

rata-rata IC50 rutin adalah sebesar 22,82 μg/mL sedangkan nilai rata-rata IC50

fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas adalah 218,63 μg/mL. Hal ini berarti

untuk menangkap radikal bebas sebesar 50%, konsentrasi rutin yang diperlukan

adalah sebesar 22,82 μg/mL, sedangkan konsentrasi fraksi etil asetat ekstrak

etanolik daun adas yang dibutuhkan adalah 218,63 μg/mL. Makin kecil nilai IC50,

berarti makin tinggi kekuatan senyawa antioksidan dalam sampel uji. Oleh karena

itu, dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa rutin mempunyai aktivitas

antioksidan yang lebih baik dibandingkan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun

adas. Pada Tabel IX, dapat dilihat bahwa aktivitas antioksidan rutin tergolong

sangat kuat karena mempunyai nilai IC50 di bawah 50 μg/mL, sedangkan aktivitas

antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas tergolong lemah karena

(59)

Tabel IX. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH

Sampel IC50

(μg/mL)

Tingkat aktivitas antioksidan (IC50) dengan metode

DPPH Sangat kuat

(<50

μg/mL)

Kuat (50 –

100 μg/mL)

Sedang (101 – 150

μg/mL)

Lemah (>150

μg/mL)

Rutin 22,82 V Fraksi etil

(60)

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas yang

dinyatakan dengan IC50 sebesar 218,63 + 5,85 μg/mL.

2. Kandungan senyawa fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun adas

sebesar 4,88 + 0,09 mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat.

B. Saran

Perlu dilakukan uji aktivitas antioksidan dan penetapan kandungan

(61)

43

DAFTAR PUSTAKA

Albano, S.M., Lima, A.S., Miguel, M.G., Pedro, L.G., Barroso, J.G., and Figueiredo, A.C., 2011, Antioxidant, Anti-5-lipoxygenase and Antiacetylcholinesterase Activities of Essential Oils and Decoction Waters of Some Aromatic Plants, Rec. Nat. Prod., 6:1 (2012), 35-48.

Anesini, C., Ferarro, G.E., and Filip, R., 2008, Total Polyphenol Content and Antioxidant Capacity of Commercially Available Tea (Camellia sinensis) in Argentina, J. Agric. Food Chem, 56, 9225-9229.

Anonim, 2005, Adas (Foeniculum vulgare Mill.), http://www.iptek.net.id/ind/ pd_tanobat/view.php?mnu=2&id=106, diakses tanggal 2 Desember 2013.

Anonima, 2010, Antioksidan & Radikal Bebas, http:// www.galenium.com/ ID/ news/articel/index.php?module=detailberita&id=54, diakses tanggal 4Mei 2012.

Anonimb, 2010, Dampak Polusi Udara Terhadap Kesehatan,

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/05/dampak-polusi-udara-terhadap-kesehatan/, diakses tanggal 3 Mei 2012.

Anonim, 2013, Uji Senyawa Antioksidan Dengan Metode Difenilpikril Hidrazil, http://www.merckmillipore.com/indonesia/life-science-research/uji-

senyawa-antioksidan-dengan-metode-dpph-difenilpikril-hidrazil/c_H5yb.s1OVf8AAAEumQxQn72P?WFSimpleSearch_NameOr ID=dpph&BackButtonText=search+results, diakses tanggal 3 Desember 2013.

Barros, L., Heleno, S.A., Carvalho, A.M., and Ferreira, I.C.F.R., 2009, Systematic Evaluation of The Antioxidant Potential of Different Parts of Foeniculum vulgare Mill. from Portugal, Laporan Penelitian, Centro de Investigacao de Montanha, ESA, Instituto Politecnico de Braganca, Braganca, Portugal.

Cartea, M.E., Francisco, M., Soengas, P., and Velasco, P., 2010, Review: Phenolic Compounds in Brassica Vegetables, Molecules, 16, 251-280.

Colegate, S.M., Molyneux, R.J., (Eds.), 1993, Bioactive Natural Products: Detection, Isolation, and Structural Determination, CRC Press, Florida, pp. 27.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1986, Sediaan Galenik, Jilid 2, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, pp. 1-25.

(62)

dos Santos, S.X., Mazo, L.H., and Cavalheiro, E.T.G., 2008, The Use of a Graphite-Silicone Rubber Composite Electrode in The Determination of Rutin in Pharmaceutical Formulation, J. Braz. Chem. Soc., 19 (8), 1603.

Galati, A., McKay, A., and Tan, S.C., 2005, Minimising Post-Harvest Losses of Carrots, Farmanote, 75, 95.

Hernawan, U.E., dan Setyawan, A.D., 2003, Review: Ellagitanin; Biosintesis, Isolasi, dan Aktivitas Biologi, Biofarmasi, 1 (1), 25-38.

Hinneburg, I., Dorman, H.J.D., and Hiltunen, R., 2005, Antioxidant Activities of Extracts from Selected Culinary Herbs and Spices, Food Chemistry, 97 (2006), 122-129.

Huang, D., Ou, B., and Prior, R.L., 2005, The Chemistry Behind Antioxidant Capacity Assays, J. Agric. Food Chem, 53, 1841-1856.

Kurniawan, A., 2011, Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan Penetapan Kandungan Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik Herba Seledri (Apium graveolens L.),

Skripsi, 63, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lopez, M., Martinez, F., Del-Valle, C., Ferrit, M., and Luque, R., 2003, Study of Phenolic Compounds as Natural Antioxidants by a Fluorescence Method,

Talanta, 60, 609-616.

Mann, J., Davidson, R.S., Hobbs, J.B., Banthorpe, D.V. and Harborne, J.B., 1994,

Natural Products: Their Chemistry and Biologica

Gambar

Tabel I.  Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH
Gambar 1.  Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan (Widyastuti,
Gambar 1. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan (Widyastuti, 2010)
Gambar 3. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan Keterangan: 1 = DPPH + metanol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dapat dirumuskan berdasarkan latar belakang tersebut adalah berapakah nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol buah anggur

PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOL DAUN DUDU (Piper sarmentosum

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOL KULIT BUAH JERUK LEMON

Penulis skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidarzil (DPPH) dan Penetapan Kandungan Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Sari

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kandungan fenolik total dan aktivitas antioksidan yang terdapat dalam fraksi etil asetat ekstrak

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Daya Antioksidan Fraksi Air, Kloroform, dan Etil Asetat Sari buah Kersen ( Muntingia calabura L.) Menggunakan Metode DPPH

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT EKSTRAK METANOL KULIT BUAH JERUK LEMON

Uji Antioksidan Uji aktivitas antioksidan dilakukan terhadap ekstrak kental metanol, n-heksana, etil asetat dan beberapa fraksi pilihan hasil dari pemisahan ekstrak etil asetat dengan