• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etik asetat sari buah apel bludru (Diospyros blancoi A. DC.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etik asetat sari buah apel bludru (Diospyros blancoi A. DC.)."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT SARI BUAH APEL BLUDRU (Diospyros blancoi A. DC.)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Johanes Baptista Yunio Rahmawan NIM : 098114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

(2)

i

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT SARI BUAH APEL BLUDRU (Diospyros blancoi A. DC.)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Johanes Baptista Yunio Rahmawan NIM : 098114086

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

(4)
(5)

iv

(6)
(7)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sumeh, ngrepepeh, loma,

seneng-seneng dinggo nggoleki sing disenengi”

Kerto Wiharjo (alm.)

“Memperbaiki masa lalu bukanlah kemajuan,

mengambil langkah pasti kedepan,

itulah kemajuan”

(Kahlil Gibran)

Kupersembahkan Skripsi ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus, Sang Terang

yang telah membimbing hidupku hingga saat ini.

Ibu dan Ayah yang telah mengajarkan nilai-nilai kehidupan.

Keluarga besar Eyang Mpu Kromo Sentono, kerabat Singo Yudho

Terimakasih atas dukungannya baik moril maupun materil.

(8)

vii PRAKATA

Puji Syukur kepada Tuhan atas semua berkat dan penyertaan-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “UJI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL

1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGAN

FENOLIK TOTAL FRAKSI ETIL ASETAT SARI BUAH APEL BLUDRU

(Diospyros blancoi A. DC.)” ini dengan baik. Laporan akhir ini disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan utnuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1

Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

Penulis banyak mengalami kesulitan dan masalah dalam menyelesaikan

laporan ini. Tetapi dengan adanya bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan laporan akhir ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan

hati penulis ingin mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang telah

diberikan kepada:

1. Ipang Djunarko,M.Sc.,Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

2. Yohanes Dwiatmaka,M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan selama rancangan, pengusulan skripsi, saat dilakukan

penelitian dan selama penulisan skripsi dengan kesabaran dan penuh perhatian.

3. Prof.Dr.C.J. Soegihardjo,Apt., selaku Dosen Penguji yang menguji sekaligus

memberi arahan, kritik, dan saran yang membangun bagi penulis.

4. Jeffry Julianus, M.Si., selaku Dosen Penguji yang menguji sekaligus memberi

(9)

viii

5. Keluarga (Ibu, Ayah, kakak tercinta) dan keluarga besar Eyang Mpu Kromo

Sentono atas kasih sayang dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis,

baik itu secara moral maupun materil.

6. Segenap laboran Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia (Mas Wagiran) dan

Farmasi Fisika (Om Agung) atas segala bantuan selama penulis melakukan

penelitian di laboratorium Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan Farmasi

Fisika.

7. Yulio Nur Aji Surya dan Theresia Nindyati, tim DPPH yang kompak, saling

mengisi kekurangan dan memperjuangkan tujuan. Tanpa kalian skripsi ini tidak

akan selesai.

8. Teman-teman FST 2009, atas kerjasama, doa, semangat, kritik, saran, kegilaan,

canda tawa, segala kritik dan masukannya.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan yang tidak dapat

disebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kesalahan

dan kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua

pihak. Akhir kata semoga laporan ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, Juli 2013

Penulis

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………. ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... v

HALAMAN PERSEMBAHAN...……. vi

PRAKATA………. vii

DAFTAR ISI……….. ix

DAFTAR TABEL……….. xiii

DAFTAR GAMBAR……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xvi

INTISARI……….... xvii

ABSTRACT……….... xiii

BAB I PENGANTAR………. 1

A. Latar Belakang……… 1

B. Permasalahan………... 3

C. Keaslian penelitian………... 3

D. Manfaat penelitian………... 4

E. Tujuan umum dan khusus ... 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……….. 5

A. Tanaman Apel Beludru……… 5

(11)

x

2. Nama ain…..………... 5

3. Gambaran umum apel beludru……….. 5

4. Penyebaran tanaman………... 6

5. Kandungan kimia apel beludru ………. 6

B. Senyawa Fenolik………... 7

C. Metode Folin-Ciocalteu……….... 9

D. Radikal Bebas ….……..……… 10

E. Antioksidan . ... 11

F. Metode DPPH ……….. 12

G. Ekstraksi ………... 13

H. Spektrofotometri ……… .………. 14

I. Landasan Teori ………. 15

J. Hipotesis ………... 16

BAB III METODE PENELITIAN………... 17

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………. 17

B. Variabel……….. 17

1. Variabel bebas………... 17

2. Variabel tergantung……… 17

3. Variabel pengacau terkendali……… . 17

4. Variabel pengacau tak terkendali……….. . 17

C. Definisi Operasional... 17

D. Bahan dan Alat Penelitian ... 18

(12)

xi

2. Alat penelitian ... 18

E. Tatacara Penelitian ... 19

1. Determinasi tanaman ... 19

2. Pengumpulan bahan ... 19

3. Preparasi buah apel beludru ... . 19

4. Pembuatan larutan pembanding dan uji ... 20

5. Uji pendahuluan ... 21

6. Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total ... 22

7. Penetapan kandungan fenolik total ... 23

8. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan ... 23

9. Uji aktivitas antioksidan ... 24

10. Analisis hasil ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

A. Hasil Determinasi Tanaman ... 26

B. Hasil Pengumpulan Bahan ... 26

C. Hasil Preparasi Sampel ... 28

1. Hasil pembuatan sari buah ... 28

2. Hasil fraksinasi sari buah ... 29

D. Hasil Uji Pendahuluan ... 31

1. Uji pendahuluan senyawa fenolik. .………..……..….….………… 31

2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan ……… 32

E. Hasil Optimasi Metode Uji Fenolik Total..…..……..……..……... 33

(13)

xii

2. Penentuan panjang gelombang maksimum………... 34

F. Hasil Estimasi Kandungan Fenolik Total…....…....…... 35

G. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan…...…...…... 38

1. Penentuan panjang gelombang maksimum………...……... 38

2. Penentuan Operat Time………..…... 40

H. Estimasi Aktivitas Antioksidan dengan Radikal DPPH……… 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 51

A. Kesimpulan……… 51

B. Saran……….. 51

DAFTAR PUSTAKA……… 52

LAMPIRAN……… 57

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tebel I. Hasil Scanning panjang gelombang maksimum asam galat

yang direaksikan dengan folin ciocalteu... 35

Tabel II. Hasil pengukuran absorbansi seri baku asam galat yang

direaksikan dengan folin-ciocalteu ... 36

Tabel III. Hasil penentuan jumlah fenolik total fraksi etil asetat sari buah apel beludru ... 37 Tabel IV. Hasil scanning panjang gelombang maksimum pada berbagai

konsentrasi ... 39 Tabel V. Hasil aktivitas antioksidan kuersetin dengan metode DPPH. 45

Tabel VI. Hasil aktivitas antioksidan fraksi etil asetat sari buah apel

beludru dengan metode DPPH ... 46

Tabel VII. Hasil perhitungan IC50 kuersetin dan fraksi etil asetat

sari buah apel beludru ... 47

Tabel XIV. Penggolongan tingkat kekuatan antioksidan kuersetin dan

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur kuersetin (Apak dkk., 2007) ……... 7

Gambar 2. Struktur kimia dari beberapa tipe flavonoid

(Shandar et al., 2011) ………. 8

Gambar 3. Struktur asam galat

(Kalita, Kar dan Handique)……… 9

Gambar 4. Senyawa fenolik dalam suasana basa

(Sambada, 2011)….…...…...…...….…...…..….….….…. 10

Gambar 5. Reaksi senyawa fenolik dengan pereaksi Folin-Ciocalteu

(Sambada, 2011)….…...…...…...….…...…..….….….…. 10

Gambar 6. 1,1-Diphenyl-2-picryl hydrazyl

(Molyneux, 2004)….…...…...…...….…...…..….….….…. 13

Gambar 7. Uji pendahuluan keberadaan senyawa

fenolik………... 32

Gambar 8. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan...…... 33

Gambar 9. Grafik penentuan OT asam galat... 34

Gambar 10. Kurva kalibrasi asam galat dalam penetapan fenolik total... 37

Gambar 11. Grafik penentuan OT kuersetin...………... 40

Gambar 12. Grafik penentuan OT fraksi etil asetat... 41

Gambar 13. Reaksi antara radikal DPPH dengan senyawa

antioksidan(Nisizawa, 2005)... 43

Gambar 14. Konsentrasi kuersetin Vs % IC…... 46

(16)

xv

Gambar 16. Histogram rerata IC50 dari kuersetin dan fraksi etil asetat dengan

interval kepercayaan 95%... 49

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat pengesahan determinasi tanaman apel beludru

(Diospyros blancoi A. DC.)... 57

Lampiran 2. Gambar tanaman apel beludru yang diambil di kompleks Universitas Sanata Dharma ... 58

Lampiran 3 Perhitungan rendemen ... 59

Lampiran 4. Data penimbangan untuk pengujian aktivitas Antioksidan ... 60

Lampiran 5. Data perhitungan konsentrasi DPPH, larutan pembanding, dan larutan uji ... 62

Lampiran 6. Scanning pengkoreksi ... 66

Lampiran 7. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan ... 69

Lampiran 8. Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal DPPH ... 75

Lampiran 9. Perhitungan nilai IC50 kuersetin dan fraksi etil asetat sari buah apel beludru ... 78

Lampiran 10. Penimbangan uji kandungan fenolik total ... 79

Lampiran 11. Scanning kontrol asam galat ... 80

Lampiran 12. Optimasi penentuan kandungan fenolik total ... 80

Lampiran 13. Penentuan kandungan fenolik total ... 85

(18)

xvii INTISARI

Antioksidan berperan dalam menghambat oksidasi dengan mengikat radikal bebas. Akibatnya kerusakan sel yang berujung pada penyakit degeneratif dapat dihambat. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan serta kandungan fenolik total fraksi etil asetat sari buah apel beludru (Diospyros blancoi A. DC.). Sebelumnya telah diketahui tanaman lain yang bergenus

Diospyros memiliki kandungan senyawa fenolik berupa kuersetin.

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif menggunakan radikal 1,1 difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) dan dinyatakan dengan nilai Inhibition Concentration 50 (IC50). Keberadaan senyawa beraktivitas

antioksidan akan mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning. Penentuan fenolik total dengan metode Folin-Ciocalteu dinyatakan dengan nilai massa ekuivalen asam galat. Senyawa fenolik akan dioksidasi oleh Folin-Ciocalteu dalam suasana basa sehingga terbentuk larutan dengan warna biru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi etil asetat sari buah apel beludru mempunyai aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar

(30.0 ± 0,09) µg/mL. Kandungan fenolik total sebesar (393.5 ± 0.35) mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat.

Kata kunci: Antioksidan, buah apel beludru (Diospyros blancoi A. DC), fraksi etil asetat, DPPH, kandungan fenolik total

(19)

xviii ABSTRACT

Antioxidant plays a role in inhibiting oxidation by binding to free radicals. As a result, the cell damage that leads to degenerative diseases can be inhibited. This research was conducted to determine the antioxidant activity and total phenolic content of ethyl acetate fraction of velvet aple (Diospyros blancoi A. DC.) juice. Previously known that other plants from genus Diospyros contain phenolic compounds such as quercetin.

Antioxidant activity test performed quantitatively and qualitatively using radical 1,1-diphenyl-2 pikrilhidrazil (DPPH) and expressed as the value Inhibition Concentration 50 (IC50). The existence of active antioxidant compounds will change DPPH color from purple to yellow. Determination of total phenolic using Folin-Ciocalteu method expressed as equivalent mass of gallic acid. Phenolic compounds will be oxidized by the Folin-Ciocalteu under alkaline conditions, forming a blue solution.

The results showed that the ethyl acetate fraction of velvet apple juice has very strong antioxidant activity with IC50 of (30.0 ± 0.09) mg / mL. Total phenolic content of (393.5 ± 0.35) mg gallic acid equivalents per gram of ethyl acetate fraction.

Keywords: antioxidant, velvet apple (Diospyros blancoi A. DC), ethyl acetate fraction, DPPH, total phenolic content

(20)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak

berpasangan pada orbital terluarnya sehingga bersifat reaktif (Clarkson and

Thompson, 2000). Untuk mencapai kestabilan radikal bebas mencari pasangan

elektron dari molekul disekitarnya (Frei, 1994; Trevor, 1995; Prakash, 2001).

Berbagai kemungkinan dapat terjadi akibat radikal bebas seperti gangguan fungsi

sel, kerusakan struktur sel, molekul termodifikasi yang tidak dikenali sistem imun,

dan bahkan mutasi. Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak

jenuh dan lipoprotein, serta unsur DNA (Winarsi, 2007).

Menurut Suhartono (2002) antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat

menyumbangkan elektron, sehingga suatu radikal bebas dapat diredam. Secara

alami tubuh memiliki antioksidan endogen seperti enzim SOD (scperoxyde

dismctase), glutation, dan katalase yang dapat menetralkan radikal bebas, namun

jumlahnya terbatas sehingga membutuhkan suplai antioksidan dari luar tubuh

(Frei, 1994; Trevor, 1995; Prakash, 2001).

Antioksidan dapat berasal dari bahan alam maupun sintetis. Efek samping

antioksidan sintetik yang belum diketahui menyebabkan antioksidan alami

menjadi alternatif yang dibutuhkan (Sunarni, 2005). Oleh sebab itu eksplorasi

sumber antioksidan alam yang berasal dari tumbuhan semakin berkembang.

Senyawa-senyawa polifenol mampu menghambat autooksidasi melalui

(21)

2

berpasangan pada radikal bebas (Pokorny, Yanishlieva, and Gordon, 2001).

Penelitian yang dilakukan oleh Lee, Jiang, Juan, Lin, and Hou (2006)

menunjukkan bahwa Diospyros blancoi A. DC. mengandung konstituen fenolik

lebih dari 30 mg ekivalen asam galat per gram ekstrak tanaman. Sehingga tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antioksidan dari apel bludru

khususnya pada bagian buah (frcctcs).

Apel bludru umumnya digunakan penduduk Asia Tenggara untuk masalah

jantung, hipertensi, diabetes, gigitan ular dan serangga, serta digunakan untuk

diare (Das, Hamid, Bulubul, Sultana, and Islam, 2010). Kuersetin yang

merupakan salah satu anggota flavonoid ditemukan pada tanaman yang masih satu

genus dengan apel bludru (Diospyros blancoi) yaitu American Persimmon

(Diospyros virginiana L ) (Duke, 2001), sehingga diperkirakan apel bludru juga

memiliki kandungan flavonoid.

Digunakan pelarut air karena senyawa fenolik merupakan metabolit

sekunder yang mempunyai cincin aromatik yang terikat dengan satu atau lebih

substituen gugus hidroksil (-OH) sehingga pada umumnya larut dalam pelarut

polar (Markham, 1988). Fraksi etil asetat digunakan dalam penelitian karena

merupakan pelarutyang paling baik untuk aglikon flavonoid dan dianjurkan untuk

proses pemurnian (Robinson, 1995).

Penentuan aktivitas antioksidan dalam penelitian ini menggunakan metode

DPPH. Radikal DPPH memiliki kemampuan untuk direduksi atau distabilisasi

oleh antioksidan diukur dengan menentukan penurunan absorbansi pada panjang

(22)

digunakan untuk mengkaji kapasitas penangkapan radikal (Duh et al., 1999). Nilai

aktivitas antioksidan diketahui melalui nilai IC merupakan konsentrasi yang

menyebabkan penurunan 50% dari konsentrasi DPPH awal (Sunarni, 2005). Pada

penelitian ini juga dilakukan penentuan kandungan fenolik total dengan metode

Folin-Ciocalteau sebagai standar penentuan kandungan fenolik total setara massa

ekivalen asam galat pada uji aktivitas antioksidan (Aqil et al., 2006).

B. Permasalahan

1. Berapakah kandungan fenolik total fraksi etil asetat sari buah apel bludru yang

dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat ?

2. Berapakah nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat sari buah apel bludru

dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan IC50 ?

C. Keaslian Penelitian

Uji aktivitas antioksidan tanaman apel bludru pernah dilakukan oleh Das,

et al. (2010) menggunakan daun, buah, dan kulit batang apel bludru yang

diperoleh dari Departemen Botani Universitas Dhaka. Kemudian dalam keadaan

kering diekstrak dengan metanol 97% selama 7 hari. Uji aktivitas antioksidan

dilakukan dengan metode DPPH serta ditetapkan kandungan fenolik totalnya

menggunakan spektrofotometri UV-VIS.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

bahwa dalam penelitian ini menggunakan fraksi etil asetat buah apel bludru dari

(23)

4

Paingan, Sleman, Yogakarta dan dalam keadaan segar diolah untuk mendapatkan

fraksi etil asetat dari sari buah apel bludru. Kemudian diuji aktivitas antioksidan

menggunakan radikal DPPH dan ditetapkan kandungan fenolik totalnya dengan

meggunakan metode Folin-Ciocalteu.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan

tentang aktivitas antioksidan fraksi etil asetat sari buah apel bludru dengan

menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan IC50.

2. Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

aktivitas antioksidan buah apel bludru sehingga bisa dimanfaatkan untuk

pemeliharaan kesehatan manusia untuk menangkal radikal bebas.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum: menetapkan kandungan fenolik total meggunakan metode

Folin-Ciocalteu dan menguji aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH fraksi

etil asetat sari buah apel beludru.

2. Tujuan khusus:

a. Mengetahui nilai kandungan fenolik total fraksi etil asetat sari buah apel

beludru yang dinyatakan dalam mg ekivalen asam galat.

b.Mengetahui nilai aktivitas antioksidan fraksi etil asetat sari buah apel bludru

dengan menggunakan radikal bebas DPPH yang dinyatakan dengan IC50.

(24)

5 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Apel Beludru

1. Klasifikasi tumbuhan

Tanaman apel beludru menurut USDA (United States of Department

Agriculture) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Subclass : Dilleniidae Order : Ebenales Family : Ebenaceae Genus : Diospyros L.

Species : Diospyrosblancoi A. DC.

2. Nama lain

Sinonim : Diopyros discolor

Indonesia : Buah mentega, bisbul Inggris : Velvet apple, mabolo

Melayu : Bcah mentega

Filipina : Mabolo, kamagong (Morton, 1987).

3. Gambaran umum apel beludru

Menurut IPNI (International Plant Names Index) A. DC. merupakan

(25)

6

Tanaman buah mentega ini berbentuk pohon atau perdu. Tinggi tanaman

rata-rata 8-33 m, diameter batang 80 cm dan berakar tunggang. Daunnya tunggal,

berseling, bentuk lonjong, ujung daun runcing, tangkai pendek dan warna daun

hijau gelap. Panjang daun 15-22,8 cm dan lebar daun 5-9 cm dengan pinggir daun

rata. Daunnya berukuran besar, oleh karena itu tanaman ini dapat digunakan

sebagai pohon pelindung dan penahan angin. Bunga terletak di ketiak daun,

berkelamin tunggal atau hermafrodit, bunga jantan umumnya majemuk sedangkan

bunga betina soliter. Buah berbentuk oval antara 5-19 cm (Morton, 1987).

4. Penyebaran Tanaman

Apel beludru berasal dari Kepulauan Filipina yang umumnya terletak

dikawasan hutan ketinggian rendah dan menengah. Tanaman ini bisa ditemui dari

pulau Luzon hingga pulau paling selatan Filipina, yaitu pulau Sulu. Apel beludru

umumnya dibudidayakan untuk diambil buahnya, selebihnya hanya sebagai pohon

naungan dipinggir jalan. Selanjutnya, pada tahun 1881 tanaman ini juga

ditemukan didaerah Jawa dan Melaya, Kebun Raya Singapura, bahkan tanaman

ini banyak digunakan sebagai tanaman hias di India. Pada perkembangan

selanjutnya tanaman ini menyebar di berbagai daerah Amerika seperti Miami,

Karibia, Jamaika, dan Kuba (Morton, 1987).

5. Kandungan kimia apel bludru

Hasil penelitian yang dilakukan Howlader, Rahman, Khalipa, Ahmed,

and Rahman (2012) menunjukkan bahwa Diospyros blancoi memiliki konstituen

kimia seperti flavonoid, alkaloid, tanin, gula, dan gum. seperti Dalam penelitian yang

(26)

memiliki kandungan fenolik

ekstrak tanaman. Dalam penelitian yang dilakukan Duke (2011) ditemukan

adanya kandungan kuersetin pada tanaman yang masih bergenus sama

Diospyros virginiana

Gambar

Berdasarkan teori

bahwa spesies tumbuhan yang termasuk dalam genus yang sama dari suatu famili

tumbuhan tertentu akan mengandung senyawa

senyawa kimia dengan kerangk

berbeda tergantung dari ekosistem dan tantangan alam yang dihadapi oleh spesies.

Senyawa fenolik merupakan sumber antioksidan alami yang aman

digunakan dan merupakan golongan

antioksidan. Aktivitas antioksidan dari fenolik didapatkan dengan cara mereduksi

radikal bebas sehingga radikal menjadi stabil ( Marxen, Vanselow, Lippemeier,

Hitze, Ruser, and Hansen, 2007)

memiliki kandungan fenolik lebih dari 30 mg ekivalen asam galat per gram

Dalam penelitian yang dilakukan Duke (2011) ditemukan

adanya kandungan kuersetin pada tanaman yang masih bergenus sama

Diospyros virginiana L.

Gambar 1. Struktur kuersetin (Apak dkk., 2007)

Berdasarkan teori kemotaksonomi, Venkataraman (1976)

bahwa spesies tumbuhan yang termasuk dalam genus yang sama dari suatu famili

tumbuhan tertentu akan mengandung senyawa-senyawa kimia yang sama atau

senyawa kimia dengan kerangka struktur yang sama, hanya saja intensitasnya bisa

berbeda tergantung dari ekosistem dan tantangan alam yang dihadapi oleh spesies.

B. Senyawa Fenolik

Senyawa fenolik merupakan sumber antioksidan alami yang aman

digunakan dan merupakan golongan mayoritas senyawa yang bertindak sebagai

antioksidan. Aktivitas antioksidan dari fenolik didapatkan dengan cara mereduksi

radikal bebas sehingga radikal menjadi stabil ( Marxen, Vanselow, Lippemeier,

Hansen, 2007).

lebih dari 30 mg ekivalen asam galat per gram

Dalam penelitian yang dilakukan Duke (2011) ditemukan

adanya kandungan kuersetin pada tanaman yang masih bergenus sama, yaitu

, Venkataraman (1976) mengemukakan

bahwa spesies tumbuhan yang termasuk dalam genus yang sama dari suatu famili

senyawa kimia yang sama atau

hanya saja intensitasnya bisa

berbeda tergantung dari ekosistem dan tantangan alam yang dihadapi oleh spesies.

Senyawa fenolik merupakan sumber antioksidan alami yang aman

mayoritas senyawa yang bertindak sebagai

antioksidan. Aktivitas antioksidan dari fenolik didapatkan dengan cara mereduksi

(27)

8

Flavonoid berbeda dalam penyusunan gugus hidroksil, metoksi dan bagian

gugus glikosida dan dalam konjugasi antara cincin A dan B. Variasi dalam cincin

C merupakan pembagian dalam subkelas. Dilihat dari struktur molekular mereka,

maka dapat dibagi dari delapan kelas (Sandhar, Kumar, Prasher, Tiwari, Shalhan,

and Sharma, 2011).

Flavone Flavonones Flavonol Isoflavone

Anthocyanidin Catechin Dihydroflavonol Chalcone

Gambar 2. Struktur kimia dari beberapa tipe flavonoid (Sandhar et al., 2011).

Reaksi yang terjadi pada fenol dapat melalui gugus hidroksilnya atau

dengan menggantikan atom hidrogen pada cincin aromatiknya. Sifat lainnya yang

menarik ia1ah fenol mampu mengkompleks protein sehingga beberapa enzim

dapat dihambat. Sifat ini menguntungkan proses ekstraksi, karena dapat

(28)

terhadap oksidasi dan ini bisa menyebabkan perubahan fenol se1arna ekstraksi

(Simpson, 1985).

Kandungan fenolik total dalam suatu sampel dapat

kolorometri dengan metode Folin

reduksi kimia reagen fenol yaitu campuran asam fosfomolibdat

adanya senyawa fenolik, sehingga dihasilkan produk berwarna biru yang memiliki

serapan kuat pada panjang gelombang 765 nm. Intensitas serapan pada panjang

gelombang tersebut proporsional dengan jumlah senyawa fenolik dalam sampel

(Waterhouse, 2002).

Metode Folin

dengan standar asam gala

Gambar 3. S

Metode kolorimetri yang biasa digunakan adalah

satu metode yang memiliki reaksi oksidasi yang cepat dengan fenol dengan

menggunakan alkali (biasanya sodium karbonat), dimana nilai yang didapat terhadap oksidasi dan ini bisa menyebabkan perubahan fenol se1arna ekstraksi

Kandungan fenolik total dalam suatu sampel dapat

kolorometri dengan metode Folin-Ciocalteu. Prinsip metode ini adalah adanya

reduksi kimia reagen fenol yaitu campuran asam fosfomolibdat-fosfotungstat oleh

adanya senyawa fenolik, sehingga dihasilkan produk berwarna biru yang memiliki

kuat pada panjang gelombang 765 nm. Intensitas serapan pada panjang

gelombang tersebut proporsional dengan jumlah senyawa fenolik dalam sampel

C. Metode Folin-Ciocalteu

in-Ciocalteu merupakan metode pengukuran kadar

dengan standar asam galat (Nely, 2007).

. Struktur asam galat (Kalita, Kar dan Handique, 2011)

Metode kolorimetri yang biasa digunakan adalah Folin

satu metode yang memiliki reaksi oksidasi yang cepat dengan fenol dengan

menggunakan alkali (biasanya sodium karbonat), dimana nilai yang didapat terhadap oksidasi dan ini bisa menyebabkan perubahan fenol se1arna ekstraksi

Kandungan fenolik total dalam suatu sampel dapat diukur secara

Ciocalteu. Prinsip metode ini adalah adanya

fosfotungstat oleh

adanya senyawa fenolik, sehingga dihasilkan produk berwarna biru yang memiliki

kuat pada panjang gelombang 765 nm. Intensitas serapan pada panjang

gelombang tersebut proporsional dengan jumlah senyawa fenolik dalam sampel

iocalteu merupakan metode pengukuran kadar polifenol

Handique, 2011).

olin Ciocalteu, salah

satu metode yang memiliki reaksi oksidasi yang cepat dengan fenol dengan

(29)

signifikan dengan konsentrasi ion fenolat (Cicco dan Latanzio, 2011).

kandungan fenolik total dilakukan dengan cara memberikan

Ciocalteu dan reaksi yang terjadi adalah oksidasi

pereaksi fenol

Folin-molibdotungstat menghasilkan

gelombang 745-750 nm (Ronald

Gambar 4. Senyawa fenolik dalam suasana basa (Sambada, 2011)

Gambar 5. Reaksi senyawa fenolik dengan pereaksi Folin

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak

berpasangan pada orbital terluarnya

memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan. signifikan dengan konsentrasi ion fenolat (Cicco dan Latanzio, 2011).

ik total dilakukan dengan cara memberikan

yang terjadi adalah oksidasi dari ion fenolat senyawa uji

-Ciocalteu, dimana oksidasi dari senyawa fenol oleh reagen

menghasilkan produk dengan warna biru sekitar panjang

750 nm (Ronald et al., 2005).

. Senyawa fenolik dalam suasana basa (Sambada, 2011)

. Reaksi senyawa fenolik dengan pereaksi Folin-Ciocalteu (Sambada, 2011).

D. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak

berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson and Thompson, 2000).

memperoleh pasangan elektron senyawa ini sangat reaktif dan merusak jaringan.

10

signifikan dengan konsentrasi ion fenolat (Cicco dan Latanzio, 2011). Estimasi

ik total dilakukan dengan cara memberikan reagen Folin

dari ion fenolat senyawa uji oleh

imana oksidasi dari senyawa fenol oleh reagen

warna biru sekitar panjang

. Senyawa fenolik dalam suasana basa (Sambada, 2011).

Ciocalteu

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai elektron tidak

(Clarkson and Thompson, 2000). Untuk

(30)

Radikal bebas yang terbentuk cenderung untuk mengadakan reaksi berantai yang

bila terjadi dalam tubuh dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan yang serius

(Percival, 1998). Untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas

akan bereaksi dengan molekul di sekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron.

Reaksi seperti ini berlangsung terus menerus dalam tubuh dan bila tidak

dihentikan maka akan menimbulkan penyakit seperti kanker, jantung, katarak,

penuaan dini, serta penyakit degeneratif lainnya (Andayani, Lisawati, dan

Maemunah, 2008).

E. Antioksidan

Antioksidan dapat didefinisikan sebagai senyawa yang apabila dalam

konsentrasi rendah berada bersama substrat yang teroksidasi, dapat menunda atau

menghambat oksidasi senyawa tersebut (Halliwell, 1994). Antioksidan merupakan

suatu senyawa yang berperan dalam menghambat oksidasi yang diperantarai

oksigen. Senyawa antioksidan memegang peranan penting dalam pertahanan

tubuh terhadap penyakit. Hal tersebut disebabkan senyawa antioksidan dapat

mencegah pengaruh buruk yang disebabkan oleh senyawa radikal bebas (Percival,

1998).

Sistem antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

enzimatik dan non-enzimatik. Antioksidan enzimatik terdiri dari scperoxide

dismctase (SOD), katalase dan glctathione peroxidase. Antioksidan nonenzimatik

(31)

12

Antioksidan enzimatik secara alamiah dihasilkan oleh tubuh sedangkan

antioksidan non-enzimatik diperoleh dari luar tubuh (Fouad, 2005).

Pada saat ini penggunaan bahan pengawet dan antioksidan sintetis tidak

direkomendasikan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) karena

diduga dapat menimbulkan penyakit kanker (carcinogen agent). Seperti

penggunaan tBHQ pada dosis tinggi menyebabkan kanker otak, hal ini dikarekan

terbentuknya radikal semikuinon anion dan ROS yang menyerang sel otak. Begitu

pula dengan BHT dan BHA, dalam konsentrasi tinggi dapat menginduksi tumor

pada perut dan liver hewan uji. Karena itu, perlu dicari alternatif lain, yaitu bahan

pengawet dan antioksidan alami yang bersumber dari bahan alam. Bahan

pengawet dan antioksidan alami ini hampir terdapat pada semua

tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan tersebar di seluruh tanah air Indonesia (Hernani,

2005).

F. Metode DPPH

Radikal bebas yang umumnya digunakan sebagai model dalam penelitian

antioksidan atau peredam radikal bebas adalah 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH)

(Windono et al., 2001).

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil (dengan atom N di tengah)

serta dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat mendonorkan atom hidrogen,

dapat berguna untuk pengujian aktivitas antioksidan komponen tertentu dalam

suatu ekstrak (Dinis et al., 1994).

(32)

Karena adanya elektron yang tidak berpasangan, DPPH memberikan

serapan kuat pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi berpasangan oleh

keberadaan penangkap radikal bebas, maka basorbansinya menurun secara

stoikiometri sesuai jumlah elektron yang diambil. Keberadaan senyawa

antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu menjadi kuning

(Dehpour et al., 2009).

Salah satu parameter yang telah diketahui sebagai interpretasi hasil dari

metode DPPH yang dilakukan adalah “inhibit concentration 50” atau nilai IC50.

Nilai ini didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang menyebabkan 50%

hilangnya aktivitas DPPH. Nilai aktivitas antioksidan diketahui melalui nilai IC50

yang dihasilkan, bahwa semakin tinggi aktivitas antioksidan suatu senyawa, maka

semakin tinggi nilai IC50 yang dihasilkan (Molyneux, 2004).

Gambar 6. 1,1-Diphenyl-2-picryl hydrazyl (Molyneux, 2004)

G. Ekstraksi

Penyarian atau ekstraksi merupakan suatu peristiwa perpindahan massa

zat aktif yang semula berada di dalam sel kemudian ditarik oleh cairan penyari.

Pada umumnya penyarian akan bertambah baik jika permukaan simplisia yang

(33)

14

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan ( Dirjen POM,

1995). Untuk mendapatkan senyawa yang khas (zat aktif) dalam suatu tumbuhan,

diperlukan metode ekstraksi yang cepat dan teliti. Pemilihan metode ekstraksi

tergantung pada sumber bahan alami dan senyawa yang akan diisolasi tersebut

(Harborne, 1987).

Dalam memilih penyari, seseorang harus mampu mempertimbangkan banyak faktor. Menurut Depkes (1986) cairan penyari yang baik harus memiliki kriteria berikut ini.

(1) Murah dan mudah diperoleh, (2) Stabil secara fisika dan kimia,

(3) Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, (4) Selektif

(5) Tidak mempengaruhi zat berkhasiat, dan (6) Diperbolehkan oleh peraturan yang berlaku

Metode penyarian yang digunakan tergantung dari wujud dan kandungan

zat dari bahan yang disari. Cara penyarian dapat dibedakan menjadi: infundasi,

maserasi, perkolasi, dan penyarian yang berkesinambungan (Depkes, 1986).

H. Spekrofotometri Visibel

Spektrofotometri visibel adalah salah satu teknik analisis fisika-kimia yang

mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik

pada panjang gelombang 380-780 nm (Mulja dan Suharman, 1995). Menurut

(34)

tampak (visible), oleh sebab itu digunakan spektrofotometri visibel untuk

pengukuran absorbansinya.

Interaksi antara senyawa yang mempunyai gugus kromofor dengan radiasi

elektromagnetik pada daerah UV-Vis (200-800 nm) akan menghasilkan transisi

elektromagnetik dan spektra absorbansi elektromagnetik. Jumlah radiasi

elektromagnetik yang diserap akan sebanding dengan jumlah molekul

penyerapnya, sehingga spektra absorbansi dapat digunakan untuk analisis

kuantitatif (Fessenden dan Fessenden, 1995).

Bila suatu molekul senyawa organik menyerap sinar UV atau tampak

maka di dalam molekul tersebut terjadi perpindahan (transisi elektron) dari

berbagai jenis tingkat energi orbital dari molekul tersebut (Sastromihardjojo,

2001). Absorbsi cahaya oleh suatu molekul merupakan suatu bentuk interaksi

antara gelombang cahaya (foton) dan atom atau molekul. Proses absorbsi cahaya

UV-Vis berkaitan dengan promosi elektron dari satu orbital molekul dengan

tingkat energi elektronik tertentu ke orbital lain dengan tingkat energi elektronik

yang lebih tinggi.

I. Landasan Teori

Radikal bebas tidak stabil sehingga secara reaktif menyerang molekul

alami tubuh maka menimbulkan penyakit degeneratif seperti kanker, jantung, dan

penuaan dini. Antioksidan sintetis seperti BHT dan BHA, dapat menginduksi

tumor dan kanker oleh karena itu tidak direkomendasikan oleh Badan Pengawas

(35)

16

Buah apel bludru mengandung senyawa fenolik yang mempunyai aktivitas

antioksidan dengan mereduksi radikal bebas untuk menghambat terjadinya reaksi

samping yang merugikan.

Metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl-hydrazyl) memanfaatkan suatu

radikal bebas stabil dengan adanya delokalisasi elektron bebas pada molekul

tersebut. Delokalisasi ini menyebabkan munculnya absorpsi pada panjang

gelombang 517 nm. Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna

larutan DPPH dari ungu menjadi kuning.

Metode Folin-Ciocalteu menggunakan reagen fenol asam

fosfomolibdat-fosfotungstat yang akan mengoksidasi gugus fenolik hidroksil. Selama reaksi

belangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-Ciocalteu,

membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru. Warna biru

yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan konsentrasi ion fenolat yang

terbentuk.

J. Hipotesis

1. Fraksi etil asetat sari buah apel beludru memiliki kandungan fenolik dinyatakan

dalam mg ekivalen asam galat.

2. Fraksi etil asetat sari buah apel beludru mempunyai nilai aktivitas antioksidan

dinyatakan dengan IC50.

(36)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental rancangan acak

sederhana karena subjek uji diberi perlakuan.

B. Variabel

1. Variabel bebas berupa konsentrasi fraksi etil asetat sari buah apel bludru.

2. Variabel tergantung berupa % IC.

3. Variabel pengacau terkendali berupa tempat tumbuh tanaman, waktu

pemanenan, umur buah yang dipanen, dan jumlah (g) buah segar yang

digunakan.

4. Variabel pengacau tak terkendali berupa, cuaca atau musim, curah hujan, dan

kelembaban ruangan.

C. Definisi Operasional

1. Buah apel bludru adalah daging buah yang sudah masak dari tanaman apel

bludru disekitar Universitas Sanata Dharma, Paingan, Sleman, Yogakarta.

2. Sari buah apel beludru adalah hasil dari proses filtrasi berulang buah apel

beludru yang telah diblender dengan aquades.

3. Fraksi etil asetat adalah hasil fraksinasi sari buah apel bludru dengan

menggunakan etil asetat, dimana sebelumnya sari buah tersebut telah

(37)

18

4.Persen inhibition concentration (%IC) adalah persen yang menyatakan

kemampuan fraksi etil asetat sari buah apel bludru untuk menangkap radikal

DPPH.

5. Inhibition concentration 50 (IC50) adalah nilai konsentrasi fraksi etil asetat sari

buah apel bludru yang menghasilkan penangkapan 50% radikal DPPH.

D. Bahan dan Alat Penelitian

1. Bahan penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: buah apel bludru

yang berasal dari kawasan Kampus III Universitas Sanata Dharma Paingan,

Sleman, Yogakarta. Bahan kimia kualitas farmasetis berupa akuades (Farmasi

Sanata Dharma). Bahan kimia kualitas pro analitik (E.Merck) berupa methanol.

Bahan kualitas pro analitik Sigma Chem. Co., USA meliputi kuersetin, DPPH ,

reagen Folin-Ciocalteu, asam galat. Bahan kualitas teknis Brataco Chemica, yaitu:

washbensin dan etil asetat.

2. Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa vortex (jcnke &

kcnkel), spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu), blender, corong, Bcchner, oven,

mikropipet 10-1000 µL; 1-10 mL (Acura 825, Socorex), neraca analitik (Scaltec

SBC 22, BP 160P), vacccm rotary evaporator (Jcnke & Kcnkel), waterbath

(labo-tech, Heraceus), tabung reaksi bertutup, dan alat-alat gelas yang lazim

digunakan di laboratorium analisis (Pyrex-Germany dan Iwaki).

(38)

E. Tatacara Penelitian

1. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman apel bludru dilakukan di Laboratorium

Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma menurut

Morton (1987) dan United States of Department Agriculture NRCS.

2. Pengumpulan bahan

Buah apel beludru diperoleh dari kawasan Kampus III Universitas Sanata

Dharma Paingan, Sleman, Yogakarta. Pada dasarnya apel beludru adalah tanaman

yang berbuah periodik sepanjang taun setiap 3-4 bulan. Pemanenan dilakukan

akhir bulan januari 2013 pada buah yang sudah masak dengan warna merah

kusam pada pagi hari. Untuk penelitian digunakan buah yang tidak berbiji.

3. Preparasi buah apel bludru

Buah segar apel beludru masak yang telah dikupas dan dibersihkan

dengan air mengalir kemudian dipotong sekecil dan setipis mungkin. Diambil 350

gram daging buah segar yang telah dipotong kemudian ditambahkan akuades

hingga terendam kemudian haluskan dengan blender. Sari buah merupakan filtrat

yang diperoleh melalui penyaringan berulang dengan bantuan pompa vakum.

Kemudian residu yang tersisa diperas menggunakan kain kasa. Lalu sari buah

yang didapat di ekstraksi cair-cair menggunakan washbensin dengan

perbandingan sari buah : washbensin (1:1 v/v), kemudian didiamkan sampai

terpisah sempurna. Fase air akan berada pada paling bawah, sedangkan fase

(39)

20

Dari hasil partisi diperoleh dua fase, yaitu fraksi washbensin dan sari buah.

Selanjutnya, sari buah diekstraksi cair-cair kembali menggunakan etil asetat

dengan perbandingan sari buah : etil asetat (1:1 v/v) sehingga didapatkan sari

buah dan fraksi etil asetat. Setelah dipisahkan, fraksi etil asetat diuapkan dengan

vaccm rotary evaporator hingga pelarut etil asetat tidak mengalir. Lalu hasil

fraksi tersebut digunakan analisis lebih lanjut.

4. Pembuatan larutan pembanding dan uji

a. Pembuatan larutan asam galat

Sebanyak 10 mg asam galat dilarutkan dan di ad aquades : metanol p.a

(1:1) hingga 10 mL. Diambil sebanyak 0,5; 0,75; 1,0; 1,25; dan 1,5 mL larutan

tersebut, kemudian ditambahkan akuades : metanol p.a (1:1) sampai 10,0 mL,

sehingga diperoleh konsentrasi larutan baku asam galat sebesar 50; 75; 100;

125; dan 150 µg/mL.

b. Pembuatan larutan stok kuersetin

Sebanyak 10 mg kuersetin dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10,0

mL.

c. Pembuatan larutan intermediet kuersetin

Diambil sebanyak 1 mL larutan stok kuersetin, kemudian ditambahkan

metanol p.a sampai 10,0 mL hingga didapatkan konsentrasi 100 μg/mL.

d. Pembuatan larutan pembanding

Diambil sebanyak 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5 mL larutan intermediet

(40)

diperoleh konsentrasi larutan standar kuersetin sebesar 5; 7,5; 10; 12,5; dan 15

μg/mL.

e. Pembuatan larutan DPPH

DPPH sebanyak 15,7 mg dilarutkan menggunakan metanol p.a kedalam

labu ukur 100 mL sehingga diperoleh larutan DPPH dengan konsentrasi 0,4

mM. Larutan tersebut ditutup dengan alumunium foil dan harus selalu dibuat

baru.

f. Pembuatan larutan uji

i. Larutan uji untuk penentuan kandungan fenolik total

Sebanyak 10 mg fraksi etil asetat ditimbang, lalu ditambahkan 10

metanol p.a, kemudian diambil 3 mL dan ditambahkan metanol p.a sampai

diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 300,0 µg/mL.

ii. Larutan uji untuk aktivitas antioksidan

Larutan stok dibuat dengan 10,0 mg fraksi etil asetat yang dilarutkan

dengan metanol p.a dan ad sampai 10,0 mL. Larutan intermediet dibuat dengan

1 mL stok yang di ad sampai 10 mL. Kemudian Diambil sebanyak 1,5; 2,0;

2,5; 3,0; 3,5 mL, lalu ditambahkan metanol p.a sampai 10,0 mL, sehingga

diperoleh konsentrasi larutan uji sebesar 15; 20; 25; 30; 35 μg/mL.

5. Uji pendahuluan

a. Uji keberadaan senyawa fenolik

Sejumlah 0,5 mL larutan uji 300,0 µg/mL dan larutan pembanding

asam galat 150,0 µg/mL ditambah 2,5 mL pereaksi fenol Folin-Ciocalteu yang

(41)

22

selama 10 menit. Tambahkan 2 mL larutan natrium karbonat 1 M setelah itu

divortex 30 detik. Kemudian amati warna larutan tersebut.

b. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Sebanyak 1 mL larutan DPPH dimasukan ke dalam masing-masing

tiga tabung reaksi. Ditambahkan masing-masing dengan 1 mL methanol p.a,

larutan pembanding kuersetin 37,5 μg/mL , dan larutan uji 200 μg/mL.

Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan dengan 3 mL metanol p.a. Larutan

tersebut kemudian divortex selamam 30 detik. Setelah 30 menit, amati warna

pada larutan tersebut.

6. Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total

Optimasi metode penetapan kandungan fenolik total ditentukan dengan

menggunakan metode spektrofotometri sesuai dengan penelitian Nusarini ( 2007).

a. Penentuan OT

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 100; dan 150 μg/mL

ditambahkan dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan

akuades (1:10 v/v). Larutan selanjutnya ditambahkan dengan 4,0 mL natrium

karbonat 1 M. Setelah itu, dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer visibel

pada panjang gelombang 750 nm selama 30 menit. Dilakukan demikian juga

untuk fraksi etil asetat dengan konsentrasi 300 μg/mL.

b. Penentuan panjang gelombang maksimum

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 100; dan 150 μg/mL

ditambahkan dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan

(42)

1 M. Diamkan selama OT, dilakukan scanning panjang gelombang maksimum

dengan spektrofotometer visibel pada 600-800 nm.

7. Penetapan kandungan fenolik total

a. Pembuatan kurva baku asam galat

Sebanyak 0,5 mL larutan asam galat 50; 75; 100; 125; dan 150 μg/mL

ditambah dengan 5 mL reagen Folin-Ciocalteu yang telah diencerkan dengan air

(1:10 v/v). Larutan selanjutnya ditambah dengan 4,0 mL natrium karbonat 1M.

Setelah OT, absorbansinya dibaca pada λ maksimum terhadap blanko yang terdiri

atas akuades : metanol p.a (1:1), reagen Folin-Ciocalteu dan larutan natrium

karbonat 1M. Pengerjaan dilakukan 3 kali.

b. Estimasi kandungan fenolik total larutan uji

Diambil 0,5 mL larutan uji 300 μg/mL, lalu dimasukan ke dalam labu

takar 10,0 mL dan dilanjutkan sebagaimana perlakuan pada pembuatan kurva

baku asam galat . Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai gram ekivalen asam

galat (mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat). Lakukan 3 kali replikasi.

8. Optimasi metode uji aktivitas antioksidan

a. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Larutan DPPH sebanyak 0,5; 1,0; 1,5 mL dimasukkan kedalam 3 labu

ukur 10 mL. Kemudian ditambah dengan metanol p.a hingga tanda batas

sehingga konsentrasi DPPH menjadi 0,020; 0,040; dan 0,060 mM. Larutan

tersebut kemudian divortex selama 30 detik. Diamkan selama OT teoritis. Lalu

dilakukan scanning panjang gelombang serapan maksimum dengan

(43)

24

b. Penentuan operating time (OT)

Sebanyak 2 mL larutan DPPH dimasukan kedalam masing-masing

tiga labu ukur 10 mL, ditambahkan masing-masing dengan 2 mL larutan

pembanding kuersetin 5,0; 10,0 dan 15,0 μg/mL. Selanjutnya larutan tersebut

ditambahkan dengan metanol p.a hingga tanda batas. Larutan tersebut

kemudian divortex selama 30 detik. Setelah itu dibaca absorbansinya dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum yang didapat

selama 1 jam. Dilakukan demikian juga untuk larutan uji 15,0; 25,0; 35,0

μg/mL.

9. Uji aktivitas antioksidan

Uji aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode

spoktrofotometri sesuai dengan penelitian Nusarini (2007).

a. Pengukuran absorbansi larutan DPPH (kontrol)

Pada labu ukur 10 mL, dimasukan sebanyak 2 mL larutan DPPH.

Ditambahkan larutan tersebut dengan metanol p.a hingga tanda batas.

Kemudian larutan tersebut dibaca absorbansinya pada saat OT dan panjang

gelombang maksimum. Pengerjaan dilakukan sebanyak 3 kali. Larutan ini

digunakan sebagai kontrol untuk menguji larutan pembanding dan larutan uji.

b. Pengukuran absorbansi larutan pembanding dan larutan uji

Sebanyak 2 mL larutan DPPH dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

kemudian ditambah dengan 2 mL larutan pembanding dan uji pada berbagai

seri konsentrasi telah dibuat. Selanjutnya larutan tersebut ditambah dengan

(44)

detik dan diamkan selama OT. Larutan dibaca absorbansinya dengan

spektrofotometer visibel pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi.

Pengujian dilakukan dengan 3 kali replikasi.

c. Estimasi aktivitas antioksidan

Hasil dari prosedur 9 a dan b, dihitung nilai % IC dan IC50 untuk kuersetin

dan fraksi etil asetat buah apel bludru.

F. Analisis Hasil

Aktivitas penangkapan radikal DPPH (%) IC dihitung dengan rumus :

( ) – ( )

x 100%

Data aktivitas tersebut dianalisis dan dihitung nilai IC50 mengunakan

persamaan regresi linear dengan sumbu x adalah konsentrasi larutan uji maupun

pembanding, sedangkan sumbu y adalah %IC. Lalu dianalisis secara statistik

untuk menentukan ada atau tidak adanya perbedaan bermakna antara IC50 larutan

pembanding dan larutan uji.

Uji kandungan fenolik total menghasilkan nilai mg ekivalen asam galat

dalam per g fraksi etil asetat. Nilai tersebut didapatkan dari analisis regresi linier

(45)

26 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Determinasi Tanaman

Tujuan determinasi tanaman yaitu untuk memastikan kebenaran identitas

tanaman yang hendak digunakan dalam analisis fitokimia. Maka dari itu

determinasi tanaman merupakan langkah awal yang harus dilakukan dari suatu

penelitian dengan menggunakan sampel berupa tanaman. Determinasi tanaman

apel beludru telah dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma menurut Morton (1987) dan United States of

Department Agriculture NRCS.

Pembuktian dikuatkan dengan surat determinasi (lampiran 1) tanaman

yang dikeluarkan oleh Laboratorium Kebun Tanaman Obat Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menyatakan kebenaran identitas

tanaman yang digunakan dalam penelitian.

B. Hasil Pengumpulan Bahan

Buah apel beludru diperoleh dari kawasan Kampus III Universitas Sanata

Dharma Paingan, Sleman, Yogakarta. Pada dasarnya apel bludru adalah tanaman

yang berbuah periodik sepanjang tahun setiap 3-4 bulan. Pemanenan dilakukan

akhir bulan januari 2013 dengan kriteria buah yang sudah masak dengan warna

merah kusam, dilakukan pada pagi hari, tidak berbiji dan segera dilakukan

preparasi lebih lanjut pada buah yang masih segar.

(46)

Pemanenan dilakukan pada pagi hari agar kandungan metabolit sekunder

yang berfungsi sebagai antioksidan tidak berkurang, hal ini dikarenakan senyawa

antioksidan digunakan tanaman untuk melawan radiasi sinar UV didalam

tanaman (Andayani, Lisawati dan Maimunah, 2008) serta menjaga metabolit

sekunder yang terdapat dalam tanaman tidak diolah menjadi metabolit sekunder

lainnya melalui fotosintesis (World Health Organization, 2003). Alasan lain

dilakukannya pemanenan buah pada pagi hari yaitu untuk menghindari kesalahan

pengambilan buah yang masak berdasarkan warna. Berdasarkan pengamatan

peneliti buah apel beludru diselimitu bulu-bulu halus berwarna putih keemasan

yang menjadi kemerahan jika terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama.

Berdasarkan dekripsi tanaman sesuai Morton (1987) buah apel beludru

memiliki empat hingga delapan biji buah, walaupun sering kali didapati buah

sama sekali tanpa biji. Untuk menghindari ketidakseragaman tersebut dan sesuai

kondisi pengumpulan bahan dimana didapatkan buah yang tidak berbiji, maka

dikatakan penelitian ini menggunakan buah apel beludru yang tidak berbiji.

Hasil sari buah yang didapatkan dalam penelitian ini berasal dari buah

segar yang langsung diproses sesuai cara kerja yang telah ditetapkan. Hal ini

bertujuan untuk menghindari aktivitas polifenol oksidase dari fungi yang dapat

(47)

28

C. Hasil Preparasi Sampel

1. Hasil pembuatan sari buah

Tujuan dilakukan pembuatan sari buah yang bukan merupakan metode

ekstraksi secara kimiawi didasarkan pada aplikasi buah apel beludru dalam

masyarakat sebagai bahan konsumsi dan bukan ditujukan sebagai sumber senyawa

antioksidan. Sehingga penelitian ini berguna untuk melihat aktivitas antioksidan

buah apel beludru saat dikonsumsi sebagai sari buah.

Sari buah dibuat melalui proses penghalusan menggunakan blender dan

penyaringan yang dibantu pompa vakum. Rangkaian proses ini termasuk metode

ekstraksi secara fisis-mekanis karena bertujuan menarik cairan dari padatan

(Suyitno, 1989). Awalnya 350 g buah apel bludru segar yang telah dikupas dan

dicuci air mengalir dipotong sekecil dan setipis mungkin untuk memudahkan

proses penghalusan. Penghalusan dengan blender dilakukan sampai semua bahan

berubah menjadi seperti bubur skim dan tidak terdapat bagian yang masih kasar.

Ekstraksi fisis-mekanis bergantung pada kehalusan bahan (besar-kecilnya

hancuran) dimana semakin kecil ukuran maka luas permukaan untuk setiap satuan

berat semakin besar dan cairan yang terekstraksi akan optimal. Faktor lain yang

mempengaruhi hasil ekstraksi mekanis adalah kandungan cairan dimana semakin

tinggi kandungan cairan maka akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak

(Suyitno, 1989). Sehingga sebelum proses penghalusan tersebut, ditambahkan

akuades sebanyak 600 mL hingga semua potongan buah segar terendam dan

nantinya berguna untuk meningkatkan volume sari buah yang dihasilkan.

(48)

2 - 2,5 jam sampai ampas terlihat padat dan mengeras. Kemudian residu yang

tersisa diperas menggunakan kain kasa untuk mendapatkan sisa cairan yang

mungkin masih terkandung. Setelah didapat sari buah keruh, selanjutnya

dilakukan refiltrasi agar didapat sari buah jernih yang memudahkan proses partisi

pada proses selanjutnya. Total sari buah yang didapat dengan penambahan

akuades 600 mL adalah 470 mL.

Untuk mengekstraksi senyawa fenolik dalam bahan tumbuhan dapat

dilakukan dengan pelarut polar seperti etanol, metanol, n-butanol, aseton,

dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air (Markham, 1988). Sari buah yang

didapat diharapkan mengandung senyawa fenolik yang hendak diuji karena

digunakan akuades yang juga berperan sebagai pelarut polar.

2. Hasil fraksinasi sari buah

Sari buah apel beludru yang didapat kemudian diekstraksi menggunakan

washbensin untuk menarik senyawa non polar. Indeks polaritas washbensin

adalah 3,8 yang bersifat sangat non polar, sehingga dapat digunakan untuk

mengekstraksi senyawa non polar seperti klorofil, vitamin, minyak dan lemak

(Snyder 1997).

Penggunaan washbensin untuk menarik senyawa nonpolar dari air sesuai

metode ekstraksi cair-cair dimana prinsip pemisahan senyawanya berdasarkan

kepolaran dengan dua pelarut yang kepolaranya berbeda. Sari buah yang didapat

diekstraksi menggunakan washbensin dengan perbandingan (1:1), sehingga

(49)

30

dari 100 mL sari buah dan 100 mL washbensin. Setelah itu akan terbentuk 2 fase

dalam corong pisah yang terdiri dari fase washbensin pada bagian atas dan fase air

pada bagian bawah. Berat jenis washbensin (0,730) lebih kecil dibanding air

(0,996) (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995), hal ini

yang menyebabkan washbensin berada pada bagian atas.

Langkah tersebut dilakukan sebanyak tiga kali. Dilakukan. Ekstraksi

cair-cair dilakukan berulang disesuaikan dengan hukum nerst yang prinsipnya

ektraksi cair-cair berulang akan lebih efektif dibanding ektraksi tunggal (Bassett,

et al., 1991).

Fase air yang didapat dari proses ekstraksi dengan washbensin kemudian

diekstraksi kembali menggunakan etil asetat (1:1) dan dilakukan sebanyak 3 kali.

Etil asetat yang berbobot jenis kecil dibandingkan dengan air (0,898 : 0,996)

(Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995) akan berada pada

bagian atas. Ekstraksi menggunakan etil asetat yang bersifat lebih non polar

dibanding air ditujukan untuk menarik senyawa aglikon yang hendak diuji.

Memang tidak diketahui secara pasti senyawa fenol apa yang terkandung dalam

tanaman apel beludru (Diospyros blancoi), sehingga pendakatan yang dilakukan

untuk memprediksi kandungan senyawa fenoliknya adalah dengan melihat

kandungan metabolit tanaman yang masih satu genus. Menurut Duke (2011)

Diospyros virginiana L mengandung senyawa fenolik kuersetin.

Kuersetin adalah salah satu golongan flavones yang merupakan senyawa

aglikon yang bersifat lebih non polar (Andersen and Markham, 2006). Maka dari

(50)

flavonoids dengan golongan isoflavones, flavanones, methylated flavones, and

flavonols (Andersen and Markham, 2006).

Fraksi etilasetat yang didapat kemudian diuapkan pelarutnya dengan

vacccm rotary evaporator supaya tidak merusak kestabilan senyawa fenolik. Hal

ini dikarenakan vaccum rotary evaporator dapat menguapakan suatu pelarut

dibawah titik didihnya melalui prinsip titik didih yang akan turun ketika tekanan

diturunkan (Dave, 2010). Bobot fraksi etil asetat yang didapat sebesar 140 mg dan

rendemen fraksi etil asetat yang didapat adalah 0,046%.

D. Hasil Uji Pendahuluan

1. Uji pendahuluan keberadaan senyawa fenolik

Uji kualitatif senyawa fenolik pada fraksi etil asetat ini memakai prinsip

reaksi oksidasi-reduksi pada suasana basa. Dalam suasana basa yang berasal

natrium karbonat, senyawa fenolik akan berubah menjadi ion fenolat. Ion fenolat

bersifat lebih reaktif terhadap adanya pereaksi fenol Folin- Ciocalteu. Asam

fosfomolibdat-fosfotungstat dalam pereaksi fenol Folin- Ciocalteu akan tereduksi

oleh ion fenolat tersebut sehingga akan terbentuk larutan dengan warna biru

(Singleton dan Rossi, 1965). Pengujian menunjukkan hasil positif dengan larutan

uji berwarna biru seperti kontrol positif (gambar 7). Hal ini menunjukkan bahwa

(51)

32

Gambar 7. Hasil uji pendahuluan keberadaan senyawa fenolik (A = kontrol negatif [Folin Ciocalteu dan Na2CO3], B = kontrol positif [Asam Galat + Folin Ciocalteu

dan Na2CO3 ], C= larutan uji [fraksi etil asetat sari buah apel beludru + Folin

Ciocalteu dan Na2CO3], D =Asam Galat, E =Fraksi etil asetat sari buah apel bludru)

2. Uji pendahuluan aktivitas antioksidan

Uji pendahulan ini bertujuan untuk megetahui secara kualitatif apakah

fraksi etil asetat sari buah apel beludru memiliki aktivitas antioksidan atau tidak.

Uji ini berdasarkan reaksi antara radikal DPPH dengan senyawa antioksidan.

Keberadaan senyawa antioksidan dapat mengubah warna larutan DPPH dari ungu

menjadi kuning (Dehpour, Ebrahimzadeh, Fazel, dan Mohammad, 2009).

DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu ruangan dan

berwarna violet dalam metanol. Radikal yang bereaksi dengan antioksidan

tersebut dapat merusak rantai yang bertanggung jawab sebagai warna ungu dan

menjadi warna kuning (Badarinath et al., 2010)

Pengujian menunjukkan hasil positif dengan larutan uji berwarna kuning

seperti kontrol positif (gambar 8). Hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat

sari buah apel beludru memiliki aktivitas antioksidan. E D

A B C

(52)

Gambar 8. Hasil uji pendahuluan aktivitas antioksidan (A = kontrol negatif [blanko DPPH], B =kontrol positif [kuersetin + DPPH], C = larutan uji [fraksi etil asetat sari

buah + DPPH], D =kuersetin, E=Fraksi etil asetat sari buah apel beludru)

E. Hasil Optimasi Metode Uji Fenolik Total

1. Penentuan operating time (OT)

Penentuan operating time dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

rentang waktu dimana reaksi antara baku pembanding (asam galat) dan larutan uji

(fraksi etil asetat sari buah) terhadap reagen (Folin Ciocalteu) yang diberikan telah

optimum. Penentuan operating time didasarkan dari waktu dimana absorbansi dari

baku pembanding dan larutan uji terhadap reagen mulai stabil atau selisih

absorbansi mulai kecil antara selang waktu yang diujikan. Estimasi waktu yang

dilihat adalah dalam waktu tiga puluh menit (asam galat) dan 60 menit (fraksi etil

asetat) dengan selang waktu lima menit. Panjang gelombang maksimum yang

dipakai adalah panjang gelombang yang telah didapatkan dalam penetapan lamda

maks teoritis, yaitu 750 nm.

E D

B C

(53)

34

Gambar 9. Grafik penentuan OT asam galat (Replikasi 3)

Dari hasil yang ditunjukan dengan grafik (gambar 5) OT yang didapatkan

untuk pengukuran asam galat adalah 20 menit. Serta hasil OT yang didapatkan

untuk pengukuran fraksi etil asetat adalah 40 – 50 menit (Lampiran, 12b).

2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum ( λ maks)

Panjang gelombang maksimum dimaksudkan untuk mendapatkan

serapan maksimum dari hasil reaksi antara asam galat dengan pereaksi

Folin-Ciocalteu. Pengukuran pada panjang gelombang maksimum akan menimbulkan

perbedaan respon yang besar untuk setiap beda konsentrasi. Dalam penentuan

panjang gelombang maksimum dilakukan pada 3 konsentrasi, yaitu pada

konsentrasi tinggi, tengah dan rendah, yaitu 50; 100; dan 150 µg/mL. Hal ini

bertujuan untuk merepresentasikan panjang gelombang maksimum dari setiap

konsentrasi.

Panjang gelombang yang didapatkan dari ketiga konsentrasi tersebut

adalah 751,0 nm.

Penentuan Operating time Asam Galat

50,50 µg/mL 101 µg/mL 151,50 µg/mL

(54)

Tabel I. Hasil scanning panjang gelombang maksimum asam galat yang direaksikan dengan Folin Ciocalteu

Konsentrasi larutan

Asam galat hasilλ maksimum scanning(nm) yang digunakan λ maksimum

λ maksimum teoritis

150 µg/mL 751,0

751,0 750

100 µg/mL 751,0

50 µg/mL 751,0

Untuk memastikan tidak adanya gangguan pembacaan absorban maka

dilakukan scanning pada larutan pembanding asam galat (Lampiran 11) dan

larutan uji fraksi etil asetat (Lampiran 6e) pada panjang gelombang maksimum

751 nm dan hasilnya menunjukkan tidak adanya serapan. Artinya tidak terdapat

kontaminan atau senyawa lain terukur pada panjang gelombang tersebut sehingga

dapat mengganggu pengukuran karena adanya interferensi atau overlapping.

F. Estimasi Kandungan Fenolik Total

Senyawa yang berperan utama dalam aktivitas antioksidan adalah

senyawa fenolik. Senyawa fenolik banyak terdistribusi dalam tanaman, maka

perlu dilakukan perhitungan kandungan fenolik total yang mungkin tedapat pada

fraksi etil asetat sari buah apel beludru tersebut. Prinsip metode kolorimetri Folin

Ciocalteu adalah reaksi oksidasi yang cepat dari fenol dengan menggunakan alkali

(biasanya sodium karbonat), dimana nilai yang didapat signifikan dengan

konsentrasi ion fenolat (Cicco dan Latanzio, 2011).

Kompleks biru yang terbentuk terjadi dengan reaksi oksidasi reduksi dari

(55)

36

dari senyawa fenol oleh reagen molibdotungstat dengan produk warna biru sekitar

panjang gelombang 745-750 nm (Ronald,et al., 2005).

Hasil molar warna biru yang terbentuk sebanding dengan jumlah ion

fenolik yang teroksidasi oleh kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat, juga semakin

pekatnya warna biru yang terbentuk juga menandakan semakin banyak kompleks

fosfotungstat-fosfomolibdat yang tereduksi (Singleton and Rossi, 1985).

Pembuatan kurva kalibrasi asam galat dilakukan sebanyak tiga kali dan

untuk menentukan kandungan fenolik total digunakan persamaan dengan nilai r

terbaik.

Tabel II. Hasil pengukuran absorbansi seri baku asam galat yang direaksikan dengan folin-ciocalteu

Asam galat

Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Konsentrasi

(µg/mL) Absorbansi terukur Konsentrasi (µg/mL) Absorbansi terukur Konsentrasi (µg/mL) Absorbansi terukur

(56)

Gambar 10. Kurva kalibrasi asam galat dalam penetapan fenolik total

Tabel III. Hasil penentuan jumlah fenolik total fraksi etil asetat sari buah apel beludru

Dari ketiga persamaan yang telah didapatkan (Tabel II)dipilih persamaan

yang memiliki nilai r terbaik. Persamaan regresi linear yang paling baik diperoleh

dari replikasi III dengan y = 5,3782.10-3 x – 0,0564 dan R sebesar 0,9997. Nilai r

yang semakin baik menunjukkan koefisien korelasi yang baik dimana akan

membentuk garis lurus. Hal tersebut menunjukkan kesebandingan antara

penambahan konsentrasi asam galat dan penambahan absorbansi. Berdasarkan

perhitungan intrapolasi persamaan regresi linear y = 5,3782.10-3 x – 0,0564, maka

didapatkan kandungan fenolik total fraksi etil asetat sari buah apel beludru sebesar

(393,5 ± 0,35) mg ekivalen asam galat per g fraksi etil asetat.

Gambar

Tabel II.       Hasil pengukuran absorbansi seri baku asam galat yang
Gambar 16.     Histogram rerata IC50 dari kuersetin dan fraksi etil asetat dengan
Gambar tanaman apel beludru yang diambil di kompleks
Gambar 1. Struktur kuersetin (Apak dkk., 2007)Gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di mana sebagai contoh, kolom bagian pertama untuk level pemrosesan, tipe kesenangan, dan tipe keuntungan menggambarkan respon emosional dengan produk pada saat pertama

Berdasarkan perhitungan lotsizing dengan menggunakan 4 teknik yang berbeda serta serta perhitungan total biaya pembelian, langkah selanjutnya adalah menghitung biaya

Dari studi lapangan yang dilakukan, didapatkan jumlah cacat yang terbanyak yaitu jenis sandal S-101 dan memiliki jumlah order yang cukup bayak setiap

Pada bab ini merupakan bagian terpenting dalam laporan akhir, karena penulis akan menganalisis mengenai pembahasan dari permasalahan yang terjadi, yaitu mengenai

Lotu adalah salah satu kota di Nias Utara, lokasi ini menjadi awal pembangunan karena memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi sebuah daerah yang

Universitas Surabaya merupakan institusi pendidikan di Surabaya yang dalam perkembangannya mengambil ャ。ョァセ。ィ@ kerja-sama dalam bidang jasa pemesinan

[9] yang merupakan penghasil arus yang andingkan dengan koil standar, sehingga akan diperoleh suhu bunga api busi yang tinggi yang dapat membantu proses pembakaran dalam

Adapun solusi yang dapat diberikan sebagai pendamping adalah memberikan motivasi kepada Ibu Siti dan keluarga untuk tetap semangat menjalani hidup dan juga