BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI KECEMASAN PADA PEMUDA YANG
GAGAL TES TNI-AL DI DESA SAMBIBULU TAMAN SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh:
Rhavita Evie Iriliyani NIM: B03211026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PERT{YATAAN
PERTAI\IGGUNG JAWABAi\ PENULISAN SKRIPSI
B is m i I I ahi rr ahmanirr ah im
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
\ama \-IM
Jurusan
.{lamat
Rhavita Evie Iriliyani 803211026
Bimbingan Konseling [slam
Babadan Junwangi Krian Sidoarjo
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa:
Skripsi ini tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggi mana
pun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.
Skripsi ini adalah benar-benar hasil karya saya secara mandiri dan bukan
merupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasil plagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hokum
yang terjadi.
Surabaya, I Juli 2015
Rhavita Evie Iriliyani NrM.803211026
1)
2)
3)
Nama
Nim
Jurusan
Judul
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
: Rhavita Evie Iriliyani : 80321I02ti
: Bimbingan Konseling Islam
: Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif
ddam Menangani Kecemasan Pada Pemuda yang Gagal Tes
TNI-AL di Desa Sarnbibulu Taman Sidoarjo
Slcripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing untuk diujikan.
Surabay4
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing,
PENGESAIIAN TIM PENGUJI
Skripsi oleh Rhavita Evie Iriliyani telah dipertahankan didepan Tim Penguji Skripsi
Surabaya, 12 Agustus 2015 Mengesahkan,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
1982032001
NIP. 19630303199
NIP. 197311212
Penguji
I
Dr.'Hi.
Sr*fftutik
M. Si.NrP 1959020s1e86032004
Penguji IV
viii
ABSTRAK
Rhavita Evie Iriliyani (B03211026), Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Mengatasi Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo.
Rumusan Masalah pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana Proses Pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Mengatasi Kecemasan pada Pemuda yang Gagal tes TNI-AL di desa Sambibulu Taman Sidoarjo?, (2) Bagaimana hasil dari proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Mengatasi Kecemasan pada Pemuda yang Gagal tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo?
Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, penelitian ini munggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus yang kemudian di analisis dengan menggunakan metode analisa deskriptif komparatif. Sedangkan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara. Setelah data terkumpul data kemudian di analisa. Analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil akhir dari proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam mengatasi kecemasan pada pemuda yang gagal tes TNI-AL. dengan membandingkan antara teori dengan kenyataan lapangan, serta membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah mendapatkan proses konseling beserta terapinya.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo terdapat kesamaan antara teori dan praktek di lapangan yaitu melalui identifikasi masalah, diagnosa, prognosa, treatment/terapi dan follow up/evaluasi. Pada penelitian ini menggunakan terapi rasional emotif, yang mana peneliti menggunakan tiga tehnik, yaitu self control, diskusi, dan juga bibliografi. Dalam pendekatan ini klien diharapkan dapat berfikir secara rasional, sehingga klien dapat meningkatkan kualitas diri dan kebahagiaan hidupnya. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling dalam penelitian ini cukup berhasil dengan prosentase 62%, yang mana hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada sikap atau perilaku klien yang kurang baik menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Konsep ... 7
F. Metode Penelitian ... 11
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 10
2. Sasaran dan Lokasi Peneltian ... 12
3. Jenis dan Sumber Data ... 12
4. Tahap-tahap Penelitian ... 14
5. Teknik Pengumpulan Data ... 16
6. Teknik Analisis Data ... 19
7. Teknik pemeriksaan Keabsahan Data ... 20
G. Sistematika Pembahasan ... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian konseptual teoritik ... 24
1. Bimbingan konseling Islam a Pengertian Bimbingan Konseling Islam ... 24
b Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 26
c Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 28
d Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling Islam ... 29
e Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 30
g Langkah Langkah Bimbingan Konseling Islam ... 38
2. Terapi Rasional Emotif a Pengertian Terapi Rasional Emotif ... 39
b Peran dan Fungsi Konselor ... 40
c Teknik-teknik Terapi Rasional Emotif ... 41
d Tujuan Terapi Rasional Emotif ... 42
e Ciri-ciri Terapi Rasional Emotif ... 42
3. Kecemasan a Pengertian Kecemasan ... 43
b faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan ... 45
c Gejala Kecemasan ... 45
d penanganan Gangguan Kecemasan ... 46
4. Hubungan Kecemasan dan Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif a Kecemasan Merupakan Masalah Bimbingan Konseling Islam... 49
b Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif Mengatasi Kecemasan ... 49
5. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 50
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi umum Objek Penelitian 1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52
2 Deskripsi Konselor ... 54
3 Deskripsi Konseli ... 56
4 Deskripsi Masalah ... 59
B. Deskripsi hasil penelitian ... 62
1 Deskripsi Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo ... 62
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI-AL di Desa Sambibulu
Taman Sidoarjo ... 81 B. Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi
Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI-AL di Desa Sambibulu
Taman Sidoarjo ... 89
BAB V PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia kerja adalah sebuah dunia yang hanya bisa dimasuki
seseorang yang memiliki kemampuan, dalam hal ini pendidikan serta
ketrampilan sangat penting. Dunia kerja memang penuh dengan syarat,
banyak tuntutan yang harus dijalani ketika seseorang memutuskan untuk
terjun berkarir dalam dunia kerja.
Allah berfirman dalam QS Az-Zumar 39:
ف ٌل اع ْيّنإ ْ كتناك ى ع اْو ْعا ْوق اي ْلق
. ْو ْعت فْوس
Artinya : Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan
keadaanmu, sesungguhnya aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu
akan mengetahui (QS. Az-Zumar 39)1.
Bagi seseorang, bekerja merupakan sarana untuk menuju ke arah
terpenuhinya kepuasan pribadi dengan cara memperoleh kekuasaan dan
menggunakan kekuasaan itu pada orang lain. Kerja merupakan aktivitas
yang terwujudnya kehidupan sosial dan persahabatan juga inti dari
pekerjaan itu sendiri adalah kesadaran manusia.
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia,
kebutuhan itu dapat berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak
disadari oleh pelakunya, seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin
1
2
dicapainya. Orang berharap aktivitas kerja yang dilakukannya akan
membawa kepada suatu keadaan yang memuaskan diri pada keadaan
sebelumnya.2
Tidak dapat dipungkiri bahwa mencari suatu pekerjaan adalah salah
satu problema yang harus dihadapi oleh setiap manusia dalam hidupnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi segala kebutuhan
hidup. Dibutuhkan tenaga dan juga usaha yang besar untuk dapat
meraihnya, Adanya persaingan yang sangat ketat pada penerimaan kerja
menjadikan suatu beban pikiran tersendiri bagi para pemuda yang hendak
mendaftarkan dirinya.
Dalam hasil seleksi penerimaan kerja sering juga terlihat orang
mengalami kegagalan setelah melaksanakan seleksi, kegagalan yang
terjadi membuat individu itu menjadi gelisah, rasa hilangnya harapan atas
sebuah pekerjaan yang sangat didambakan banyak orang. Di dalam
kehidupan sekarang setiap orang pernah mengalami perasaan cemas, yang
membedakan ialah bagaimana mereka menyikapi hadirnya perasaan cemas
tersebut.
Kecemasan juga dapat diartikan sebagai perasaan khawatir, cemas,
gelisah, dan takut yang muncul secara bersamaan, yang biasanya diikuti
dengan naiknya rangsangan dalam tubuh seperti: jantung berdebar-debar,
keringat dingin. Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu
2
3
perasaan terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya
tidak mengancam.3
Demikian juga yang terjadi pada pemuda yang ada di desa sekitar
Sambibulu, disana banyak pemuda yang pada tahap pencarian kerja,
namun tak banyak dari mereka merasa kecewa atas kenyataan yang tidak
sesuai dengan harapannya, mereka biasanya lari pada hal-hal yang kurang
baik seperti merokok, duduk-duduk di warung kopi yang tidak ada
manfaatnya, serta lebih acuh atas kondisi pribadinya. Tidak jarang pula
para pemuda tersebut mencoba kembali tes kerja yang ada, namun diantara
mereka tetap saja ada yang belum diterima sehingga timbul rasa kecewa,
rasa lelah dan juga cemas akan dirinya yang belum mendapatkan
pekerjaan.Timbulnya kecemasan tidak lain merupakan suatu indikasi
bahwa mekanisme pertahanan individu melemah, dan individu secara
relatif dekat kepada suatu daerah yang bersifat mengancam atau
setidaknya dirasanya mengancam.4
Fenomena yang terjadi, dirasakan oleh salah seorang pemuda desa
Sambibulu Taman Sidoarjo yang saat ini berusia 21 tahun, sebut saja
namanya Adul (nama samaran) seorang pemuda lulusan SMK di salah satu
sekolah dekat rumahnya. Dari informasi yang saya dapatkan, Adul sangat
berambisi menjadi seorang anggota TNI, sebab ayahnya adalah seorang
anggota TNI-AL, dia sangat ingin meneruskan profesi ayahnya tersebut.
Tidak hanya itu alasan mengapa adul sangat berambisi menjadi seorang
3
Alex Sobur, Psikologi Umum,(Bandung: Pustaka Setia. 2003)hal 343.
4
4
anggota TNI, dia menilai bahwa seorang anggota TNI itu terlihat gagah
dan juga berwibawa di dalam masyarakat. dan adul sekarang juga menjadi
seorang mahasiswa di salah satu universitas negeri di Surabaya, namun
bila ada tes TNI dia selalu mengikuti seleksi penerimaan tersebut, dan
sampai akhirnya banyak program matakuliah yang tidak lulus akibat dia
sering tidak masuk saat perkuliahan. Sampai saat ini, dia merasakan
bingung, dilain sisi kuliahnya sudah berantakan, dan di sisi lain dia tidak
kunjung diterima menjadi seorang anggota TNI.Penyebab gagal dari
tesnya adalah kurangnya nilai tes psiko, namun pada saat tes yang terakhir
dia gagal karena di nyatakan verikokel oleh pihak panitia tes tersebut.Dia
telah merasakan gelisah, sedih, dan kecewa akibat dia telah sering
mencoba tes TNI tapi tidak kunjung diterima. Seleksi demi seleksi terus di
ikuti, namun dia tetap gagal. Dan dia takut tidak bisa menjadi anggota
TNIseperti yang di impikannya mengingat usianya sudah semakin
bertambah. Kekhawatirannya sangat erat dengan kecemasan terhadap
ketidakpastian akan masa depannya.
Dari fenomena diatas menjelaskan bahwa adul sangat kecewa,
gelisah akan kegagalan yang dia terima, dia mencoba bersemangat untuk
mendaftarkan dirinya lagi, tapi kegagalan harus diterimanya lagi.
Pikirannya semakin kacau ketika mengingat kuliahnya juga berantakan,
banyak matakuliah yang tidak lulus sebab dia jarang masuk dalam
pertemuan matakuliah tersebut. adul berfikiran bahwa dia tidak akan bisa
5
dia menyalahkan dirinya sendiri, dan sampai menganggap dirinya sangat
bodoh.
Berdasarkan pandangan tersebut, pemuda pada kasus diatas telah
berpikir irrasional yang disebabkan oleh pemikirannya menanggapi
peristiwa yang telah ia alami. untuk dapat berpikir rasional dibutuhkan
Terapi Rasional Emotif. Willis (2009) mengatakan bahwa tujuan dari
terapi rasional emotif adalah untuk menghilangkan gangguan emosional
yang dapat merusak diri (seperti benci, rasa bersalah, cemas, dan marah)
serta mendidik klien agar dapat memahami kenyataan hidup secara
rasional.5
Dari kasus di atas, peneliti tertarik untuk meneliti, sebab mengingat
sangat banyak yang mendaftar untuk menjadi seorang anggota TNI, namun
pada kenyataannya sangat banyak pula diantara mereka yang gagal
didalam tes seleksi yang ada. dan yang terjadi pada mereka adalah rasa
kecewa, rasa cemas akan pekerjaan yang ditunggu dan di harapkan tidak
kunjung di raihnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan
terapi Rasional Emotif dalam menangani kecemasan pada seorang
pemuda yang gagal dalam tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman
Sidoarjo?
5
6
2. Bagaimana hasil dari proses Bimbingan Konseling Islam dengan
Terapi Rasional Emotif dalam menangani kecemasan pada seorang
pemuda yang gagal dalam tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman
Sidoarjo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan proses Bimbingan Konseling Islam dengan
Terapi Rasional Emotif dalam menangani kecemasan pada seorang
pemuda yang gagal dalam tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman
Sidoarjo
2. Mengetahui hasil dari proses Bimbingan Konseling Islam dengan
Terapi Rasional Emotif dalam menangani kecemasan pada seorang
pemuda yang gagal dalam tes TNI-AL di Desa Sambibulu Taman
Sidoarjo
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
secara teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lain sebagai
berikut :
1. Secara Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam
7
Rasional Emotif dalam menangani kecemasan pada seorang
pemuda yang gagal dalam tes TNI-AL.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca dan jurusan
bimbingan konseling islam mengenai Bimbingan Konseling Islam
dalam menangani kecemasan pada seorang pemuda yang gagal
dalam tes TNI-AL
2. Secara Praktis
a. Peneliti diharapkan membantu menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kecemasan pada pemuda yang gagal tes TNI-AL.
b. Menjadi bahan pertimbangan dalam melaksanakan tugas
penelitian.
E. Definisi Konsep
Penulis berusaha menjelaskan beberapa istilah yang di anggap
penting untuk di jelaskan, yaitu:
1. Bimbingan Konseling Islam
Menurut Ainur Rahim Faqih Bimbingan dan Konseling Islam
adalah Proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari
kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam
kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan
petunjuk dari Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat.6
6
8
Sedangkan menurut Samsul Munir dalam bukunya yang berjudul
bimbingan dan Konseling Islam mendefinisikan, Bimbingan dan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinyu dan
sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi
atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan
hadits Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras
dan sesuai dengan tuntutan Al-Qur’an dan Hadits.7
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan, bahwa Bimbingan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan oleh seorang konselor
kepada klien yang bertujuan untuk mengoptimalkan cara berfikir klien
agar lebih rasional terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan,
serta mendapat pencerahan agar tercapainya kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
Bimbingan Konseling Islam pada kasus ini berfungsi sebagai
memberikan dorongan untuk berani menerima apapun yang terjadi, agar
tidak menimbulkan kecemasan yang berkepanjangan, serta mencegah
jangan sampai masalah yang terjadi menjadi semakin berat dan
menimbulkan gangguan-gangguan yang lainnya.
2. Terapi Rasional Emotif
Secara umum, pandangan Rasional Emotif memfokuskan diri pada
cara berpikir manusia. Tujuan utama yang ingin dicapai adalah
7
9
memperbaiki dan mengubah sikap individu dengan cara mengubah cara
berpikir dan keyakinan klien yang irasional menuju cara berpikir yang
rasional.8
Menurut Namora Lumongga, “Rasional emotif pada hakikatnya
memandang manusia dilahirkan dengan potensi baik dan buruk.”9
Manusia memiliki kemampuan berpikir rasional dan jujur maupun
untuk berpikir irasional dan jahat. Selain itu manusia juga dapat memiliki
kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan
mengatakan, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan
mengaktualkan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan
ke arah menghancurkan diri, menghindari diri, menyalahi kesalahan,
takhayul, toleransi, dan mencela diri.10
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dipahami bahwa Terapi
Rasional Emotif adalah aliran yang lebih menekankan kepada
pikiran-pikiran yang rasional dan meminimalisir pikiran-pikiran-pikiran-pikiran yang irrasional.
Terapi rasioanal emotif pada kasus ini berfungsi sebagai
menghilangkan gangguan emosional yang dapat merusak diri pada klien.
Serta menunjukkan pada klien bahwa keyakinan irrasionalnya adalah
penyebab gangguan emosional dan tingkah lakunya.
8
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling.., hal. 180-181
9
Namora Lumongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling..,Hal. 176
10
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT. Refika
10
3. Kecemasan
Kecemasan merupakan aspek subyektif dari emosi seseorang
karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang
sifatnya subyektif dan timbul karena menghadapi tegangan, ancaman
kegagalan, perasaan tidak aman, dan biasanya individu tidak menyadari
dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami kecemasan.11
Kecemasan adalah ketakutan yang tidak nyata, suatu perasaan
terancam sebagai tanggapan terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak
mengancam12
Berdasarkan beberapa penelitian di atas penulis menyimpulkan
bahwa kecemasan diartikan sebagai suatu perasaan yang sifatnya
umum,seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri
yang tidak jelas maupun wujudnya.
Jadi yang dimaksudkan dengan Bimbingan Konseling Islam
dengan Terapi Rasional Emotif ialah memberikan dorongan agar dapat
menerima keadaan apapun yang sedang terjadi pada dirinya dengan
meminimalkan pikiran irasional yang berfungsi sebagai menghilangkan
gangguan-gangguan emosinya.
11
Kartini Kartono, Gangguan-gangguan Jiwa (Bandung: Sinar Baru.1981)hal 139
12
11
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Didalam pelaksanaan untuk meneliti, peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif. Dalam bukunya Lexy yang berjudul Metode
Penelitian Kualitatif (edisi revisi) bahwa Menurut Bogdan dan Taylor,
penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapat diamati.13
Adapun jenis penilitian ini adalah studi kasus. Menurut Sudarwan,
Penelitian kasus merupakan studi mendalam mengenai unit sosial
tertentu, yang hasil penelitian itu memberi gambaran luas dan
mendalam mengenai unit sosial tertentu.14
Jenis penelitian ini dipilih karena penulis ingin menelaa data
sebanyak mungkin secara rinci dan mendalam selama waktu tertentu
mengenai subyek yang diteliti sehingga dapat membantunya keluar
dari permasalahannya dan memperoleh penyesuaian diri yang lebih
baik.
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus karena
dalam penelitian ini obyek yang diamati adalah suatu kasus yang
hanya melibatkan satu orang sehingga harus dilakukan secara intensif,
13
Lexy J. Moleog, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hal. 4
14
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : CV Pustaka Setia, 2002),
12
menyeluruh dan terperinci untuk mengatasi pemuda yang merasakan
kecemasan.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah seorang pemuda yang
bernama Adul (nama samaran) yang sering mengalami gagal
tes (TNI) yang selanjutnya disebut klien, sedangkan
konselornya adalah mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya
yaitu Rhavita Evie Iriliyani.
Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Sambibulu Taman
Sidoarjo
3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya
dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.
Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :
1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di
lapangan. Yang mana dalam hal ini diperoleh dari deskripsi
tentang latar belakang dan masalah klien, kondisi klien saat
mengalami permasalahan, bagaimana pelaksanaan proses
konseling, serta hasil akhir pelaksanaan proses konseling.
Identitas diri klien (tempat tanggal lahir klien, usia klien,
13
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder.15 Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian,
kondisi ekonomi klien, kondisi keluarga klien, lingkungan klien,
dokumen mengenai pendidikan klien, dan perilaku keseharian
klien.
b. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data
diperoleh.16
1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung
diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari klien yang
diberikan konseling dan konselor yang memberikan
konseling.
2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh
dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data
yang penulis peroleh dari data primer. Sumber ini bisa
diperoleh dari keluarga klien, kerabat klien, tetangga klien,
dan teman klien. Dalam penelitian ini data diambil dari ibu
klien yang bernama Ibu Nur (nama samaran), kerabat dekat
klien yang bernama Rifa (nama samaran)
15
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif, (Surabaya: Universitas Airlangga,2001), h, 128.
16
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT.
14
4. Tahap-tahap Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari
penelitian.
a. Tahap Pra Lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan
oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu
pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian
lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan
berikut ini.17
1) Menyusun rancangan penelitian
Dalam hal ini peneliti membuat susunan rencana
penelitian apa yang akan peneliti hendak teliti ketika sudah
terjun kelapangan.
2) Memilih lapangan penelitian
Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang
akan diteliti.
3) Mengurus perizinan
Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat
perizinan sebagai bentuk administrasi dalam penelitian
sehingga dapat mempermudah kelancaran peneliti dalam
melakukan penelitian.
17
15
4) Menjajaki dan memilih lapangan
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana
dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu
dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi
atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.18 Dalam
hal ini peneliti akan menjajaki dengan lapangan dengan
mencari informasi dari masyarakat tempat peneliti
melakukan penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Dalam hal ini peneliti memilih dan memanfaatkan
informan guna mendapatkan informasi tentang situasi dan
kondisi lapangan.
6) Menyiapkan perlengkapan
Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk
keperluan penelitian seperti alat-alat tulis, tape recorder,
kamera, dan lain-lain.
7) Persoalan Etika Penelitian
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak
menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan
nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.19 Dalam hal ini
peneliti harus dapat menyesuaikan norma-norma dan
nilai-nilai yang ada di latar penelitian.
18
J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif,hal. 130.
19
16
b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk
memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan
adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang
dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil
mengumpulkan data yang ada di lapangan.
c. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap ini peneliti menganalisa data yang telah
didapat dari lapangan. Analisis dan laporan ini meliputi
berbagai tugas yang saling berhubungan dan terpenting pula
dalam suatu proses penelitian.20
5. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti
gunakan sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap
peristiwa yang diamati secara langsung oleh peneliti.
Observasi yaitu pengamatan dan penelitian yang sistematis
terhadap gejala yang diteliti.21teknik observasi di gunakan
untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial
yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat
dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. Bagi
20
M. Suparmoko, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: BPFE, 1995), hal. 5.
21
17
pelaksana atau petugas atau disebut sebagai observer
bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap serta
membaca permasalahan dalam momen-momen tertentu
dengan dapat memisahkan antara yang diperlukan dengan
yang tidak diperlukan.22 Dalam penelitian ini, observasi
dilakukan untuk mengamati klien meliputi: kondisi klien
baik kondisi sebelum, saat proses konseling maupun
sesudah mendapatkan konseling, kegiatan klien, dan proses
konseling yang dilakukan. Selain itu untuk mengetahui
deskripsi lokasi penelitian.
b. Wawancara
Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara mendalam pada diri klien
yang meliputi:
1. Identitas diri klien,
2. Kondisi keluarga klien,
3. Lingkungan dan ekonomi klien, serta
4. Deskripsi klien dan permasalahan yang dialami klien.
Selain mendapatkan informasi mengenai klien, wawancara
juga dilakukan untuk mendapatkan data tentang deskripsi
lokasi penelitian. Wawancara dilakukan untuk menggali data
22
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta,
18
lebih mendalam dari data yang diperoleh dari observasi.23
Wawancara merupakan satu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan
sumber data dengan dialog tanya jawab secara lisan baik
langsung maupun tidak langsung.24
c. Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data memalui dokumentasi diartikan
sebagai upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa
catatan tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan dengan
masalah yang diteliti. Dokumentasi merupakan fakta dan data
yang tersimpan dalam berbagai macam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatatan harian,
biografi, simbol, dan data lain yang tersimpan.25
Tabel 1.1
Jenis Data, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data TPD
1 a. Identitas Klien
b. Tempat tanggal lahir klien
c. Usia klien Klien W + O
23
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 2014), hal: 136
24
Djumhur dan M. Suryo, Bimbingan dan Penyuluhan Di Sekolah (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal. 50.
25
19
d. Pendidikan klien
e. Masalah yang dihadapi klien
f. Proses konseling yang
dilakukan
g. Kondisi keluarga, lingkungan
dan ekonomi klien
2 a. Identitas Konselor
b. Pendidikan konselor
c. Usia konselor
d. Pengalaman dan proses
konseling yang dilakukan
Konselor W + O
3 a. Kebiasaan klien
b. Kondisi keluarga, lingkungan
dan ekonomi klien
Informan
(keluarga,
kerabat dekat,
teman klien)
W + O
4 a. Luas wilayah penelitian
b. Jumlah penduduk
c. Batas wilayah
Gambaran
lokasi
penelitian
W + O
Keterangan :
TPD : Teknik Pengumpulan Data
O : Observasi
W : Wawancara
D : Dokumentasi
6. Tehnik analisis data
Bogdan dan Biklen dalam bukunya lexy J. Moleong mengatakan
bahwa Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi
satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukannya pola, dan
20
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.26 Di dalam menganalisis
proses pelaksanaan Bimbingan Konseling Islam dengan terapi rasioanal
emotif dalam menangani kecemasan pada seorang pemuda yang gagal
dalam tes TNI-AL di desa Sambibulu Taman Sidoarjo peneliti
menggunakan analisis deskriptif-komparatif, yakni membandingkan
proses bimbingan konseling Islam dengan terapi rasional emotif secara
teoritik dan bimbingan konseling Islam dengan terapi rasional emotif di
lapangan.
Untuk mengetahui hasil dari proses Bimbingan Konseling Islam
dengan terapi rasional emotif dalam menangani kecemasan pada seorang
pemuda yang gagal dalam tes TNI-AL di desa Sambibulu taman
Sidoarjo, adalah membandingkan kondisi klien sebelum dan sesudah
mendapatkan bimbingan serta terapi rasional emotif.
7. Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data ini, terdiri dari beberapa kriteria dan
masing-masing kriteria terdiri dari beberapa tehnik, untuk lebih
jelasnya akan penulis paparkan dibawah ini;
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui. Dengan perpanjang
26
21
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan obyek yang
diteliti akan tidak ada jarak lagi.27
b. Meningkatkan Ketentuan
Meningkatkan ketentuan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara
tersebut maka kepastian data akan dapat direkam secara pasti
dan sistematis.
c. Trianggulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan fakta yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. lalu trianggulasi dalam pengujian keabsahan data diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara, dan berbagai waktu.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan, peneliti membagi
pembahasan ke dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari
sub-sub bab. Pembahasan dalam penelitian ini meliputi:
Bab I: Pendahuluan yaitu: gambaran umum yang membuat
pola dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi latar
belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Definisi Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
27
22
Bab II: Tinjauan Pustaka: dalam bab ini peneliti menyajikan
tentang kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk
menelaah objek kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas
tentang Bimbingan Konseling Islam yang meliputi pengertian
Bimbingan Konseling Islam, Tujuan Bimbingan Konseling Islam,
Fungsi Bimbingan Konseling Islam, Prinsip Bimbingan Konseling
Islam, Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam, Asas-Asas
Bimbingan Konseling Islam, Langkah-langkah Bimbingan Konseling
Islam, Pengertian Terapi Rasional Emotif, Peran dan Fungsi Konselor,
Teknik-teknik Terapi Rasional Emotif, Tujuan Terapi Rasional
Emotif, Ciri-ciri Terapi Rasional Emotif, Pengertian
Kecemasan.Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan,
Gejala-gejala cemas, Penanganan kecemasan.
Bab III: Penyajian Data: yang menjelaskan tentang setting
penelitian yang meliputi, deskripsi umum objek penelitian, deskripsi
konselor, deskripsi klien, dan membahas deskripsi hasil penelitian.
Bab IV: Menjelaskan tentang: analisis proses pelaksanaan
Bimbingan Konseling Islam dengan terapi rasional emotif dalam
menangani kecemasan pada pemuda yang gagal tes TNI-AL di Desa
Sambibulu Taman Sidoarjo. dan hasil pelaksananBimbingan
Konseling Islam dengan terapi rasional emotif dalam menangani
kecemasan pada pemuda yang gagal tes TNI-AL di Desa Sambibulu
23
Bab V: Merupakan bab penutup yang berisi tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN
A. Kajian Teoritik
1. Bimbingan Konseling Islam
a) Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan
dari bahasa Inggris yaitu guidance berasal dari kata kerja “to
guide” yang artinya menunjukkan, membimbing atau menuntut
orang lain ke jalan yang benar.28
Istilah guidance juga di terjemahkan dengan arti bantuan
atau tuntunan. Ada juga yang menerjemahkan kata guidance
dengan arti pertolongan,29Bimbingan bisa berarti bantuan yang
diberikan oleh pembimbing kepada individu agar individu yang
dibimbing mencapai kemandirian dengan mempergunakan
berbagai bahan, melalui interaksi dan pemberian nasehat serta
gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.30
Bimbingan juga bisa merupakan bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam
28
H. M. Arifin. Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama (Jakarta: Bulan Bintang. 1979) hal 18
29
Tohirin.Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Jakarta:PT. Raja Grafindo
Persada,2007)hal 15-16 30
25
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar dapat
mencapai kesejahteraan hidup.31
Sedangkan kata Konseling counseling berasal dari kata
counsel yang diambil dari bahasa latin yaitu counsilium yang
artinya bersama atau berbicara bersama. Pengertian berbicara
bersama-sama dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan
seorang atau beberapa klien32
Konseling juga berarti relasi atau hubungan timbal balik
antara dua orang individu (konselor dengan klien) dimana konselor
berusaha membantu klien untuk mencapai pengertian tentang
dirinya sendiri dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang
dihadapinya pada saat ini dan yang akan datang.33
Jadi, Bimbingan dan Konseling merupakan proses
pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien yang
mana terdapat hubungan timbal balik antara keduanya, agar klien
dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya secara
optimal. Sehingga klien dapat menemukan serta memahami
masalahnya dan mampu memecahkan masalah yang di hadapinya.
Sedangkan yang dimaksud dengan Bimbingan Konseling
Islam adalah proses pemberian bantuan terarah kontinu dan
sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan
31
Bimo Walgito. Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Quantum Teaching, 2005) hal 8-9 32
Latipun.Psikologi Konseling (Malang: UMM Press, 2003) hal 4
33
26
potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal
dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di
dalam Al-quran dan hadis Rasulullah ke dalam dirinya, sehingga ia
dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-quran dan
hadis.34
Bimbingan Konseling Islam juga bisa berarti sebagai proses
pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali
eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam
kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan
ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah SWT. Sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.35
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling
Islam merupakan proses pemberian bantuan dari konselor kepada
klien agar klien mampu mengembangkan potensi yang dimiliknya
secara optimal serta dapat menyadari eksistensinya sebagai
makhluk Allah SWT dan dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan
tuntunan Al-quran dan hadis.
b) Tujuan Bimbingan Konseling Islam
Dalam Islam, sosok individu yang ingin dicapai seperti
disebutkan dalam tujuan bimbingan dan konseling identik dengan
individu yang “kaffah” atau “insan kamil”.Individu yang kaffah
34
Samsul Munir Amin. Bimbingan dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23
35
27
atau insan kamil merupakan sosok individu atau pribadi yang sehat
baik rohani (mental atau psikis) dan jasmaninya (fisik).
Sehingga tujuan bimbingan konseling dalam Islam adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan,
kebersihan jiwa dan mental.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikann dan
kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik
pada diri sendiri dan juga lingkungan.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi,
kesetiakawanan, tolong menolong dan juga rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat
kepadaNya, ketulusan mematuhi segala perintahNya, serta
ketabahan menerima ujianNya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi
itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khlaifah
dengan baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi
berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan
dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek
kehidupan36
36
28
c) Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Menurut Ainur Rahim Faqih fungsi bimbingan dan
Konseling Islam sebagai berikut:
1. Fungsi preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar
dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum
mengalami masalah kejiwaan, upaya ini meliputi:
pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan
mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
2. Fungsi kuratif dan koretif yaitu membantu individu
memecahkan masalah yang dihadapi atau dialami.
3. Fungsi preserfativ yaitu membantu individu menjaga agar
situasi dan kondisi yang semula tidak baik dan kebaikan itu
bertahan lama.
4. Fungsi Development atau pengembangan, yaitu membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang telah baik atau menjaga lebih baik sehingga tidak
memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.37
d) Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam
Yang dimaksud prinsip disini adalah hal-hal yan menjadi
pegangan di dalam proses Bimbingan Konseling Islam.
Prinsip-prinsip itu ialah:
37
29
1. Bahwa nasehat menasehati dalam amar ma’ruf nahi munkar
adalah satu pilar agama yang merupakan pekerjaan mulia.
2. Pekerjaan konseling islam harus dilakukan sebagai pekerjaan
ibadah yang dikerjakan semata-mata hanya untuk mengharap
ridho Allah.
3. Tujuan konseling islam adalah mendorong konseli agar selalu
berjalan di jalan Allah dan menjauhi segala larangnnya.
4. Meminta dan memberi bantuan dalm hal kebaikan hukumnya
wajib bagi setiap orang yang membutuhkannya.
5. Proses bimbingan konseling islam harus serjalan dengan syariat
islam.
6. Pada dasarnya manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan
memutuskan perbuatan baik yang dipilihnya.38
e) Unsur-unsur Bimbingan dan Konseling Islam
1. Konselor
Konselor merupakan orang bersedia dengan sepenuh
hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya
berdasarkan pada keterampilan dan pengetahuan yang
dimilikinya.39
Adapun syarat yang harus dimiliki oleh konselor adalah
sebagai berikut:
38
Aswadi. Iyadah dan Ta’ziyah, Prespektif BimbinganKonseling Iislam, (Surabaya:
dakwah digital press, 2009), hal. 32
39
30
a. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
b. Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab,
sabar, kreatif, dan ramah.
c. Mempunyai kemmapuan, keterampilan dan keahlian
(profesional) serta berwawasan luas dalam bidang
konseling.40
2. Konseli
Individu yang diberi bantuan oleh seorang konselor atas
permintaan sendiri atau atas permintaan orang lain dinamakan
klien.41
Menurut kartini kartono, konseli hendaknya memiliki
sikap dan sifat sebagai berikut:
a. Terbuka
Keterbukaan konseli akan sangat membantu
jalannya proses konseling. Artinya konseli bersedia
mengungkap segala sesuatu yang diperlukan demi
kesuksesannya proses konseling.
b. Sikap Percaya
Agar konseling berlangsung secara efektif, maka
konseli harus percaya bahwa konselor benar-benar bersedia
40
Syamsu Yusuf, juntika nurhisan, landasan bimbingan dan konseling, (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 80
41
31
menolongnya, percaya bahwa konselor tidak akan
membocorkan rahasianya kepada siapa-pun.
c. Bersikap Jujur
Seorang konseli yang bermasalah, agar masalahnya
dapat teratasi, harus bersikap jujur. Artinya konseli harus
jujur mengemukakan data-data yang benar, jujur mengakui
bahwa masalah itu yang sebenarnya ia alami.
d. Bertanggung Jawab
Tanggung jawab konseli untuk mengatasi
masalahnya sendiri sangat penting bagi kesuksesan proses
konseling.42
3. Masalah
Aswadi menyatakan bahwa masalah adalah identik
dengan suatu kesulitan yang dihadapi oleh individu, yaitu
sesuatu yang menghambat, merintangi jalan yang menuju
tujuan atau sesuatu.43 Adapun masalah-masalah yang ada
dalam bimbingan konseling yaitu:
a) Masalah perkawinan
b) Problem karena ketegangan jiwa atau syaraf
c) Problem tingkah laku sosial
d) Problem karena masalah alkoholisme
42
Imam Sayuti Farid, pokok-pokok bahasan tentang bimbingan penyuluhan Agama sebagai teknik dakwah, (Surabaya: bagian penerbitan Fakultas dakwah IAIN Sunan Ampel, 1997), hal. 14
43
32
e) Dirasakan problem tapi tidak dinyatakan dengan jelas
secara khusus memerlukan bantuan.
f) Asas-asas Bimbingan Konseling Islam
1. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat
Bimbingan dan konseling islam tujuan akhirnya
adalah membantu klien untuk mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
Kebahagiaan hidup duniawi, bagi seorang muslim,
hanya merupakan kebahagiaan yang sifatnya sementara,
kebahagiaan akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab
kebahagiaan akhirat merupakan kebahagiaan abadi, yang
amat banyak.44
Kebahagiaan akhirat akan tercapai, bagi semua
manusia jika didalam kehidupannya orang tersebut selalu
mengingat “Allah”. Oleh karena itulah, Islam mengajarkan
hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian
antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.45
2. Asas Fitrah
Manusia menurut Islam dilahirkan dalam atau
dengan membawa fitrah yaitu berbagai kemampuan
potensial berfariasi dan kecenderungan sebagai muslim
atau beragama Islam, Bimbingan Konseling membantu
44
Aswadi, Iyadah dan Takziyah Prespektif Bimbingan dan Konseling Islam, h, 28.
45
33
klien, konseling untuk mengenal dan memahami fitrahnya
itu, atau mengenal kembali fitrahnya tersebut yang pernah
“tersesat” menghayatinya sehingga dengan demikian akan
mampu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.46
3. Asas Lillahi ta’ala
Bimbingan dan Konseling Islam diselenggarakan
semata-mata karena Allah. Konsekuensi dari asas ini
berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh
keikhlasan tanpa pamrih, sementara yang dibimbing
meminta bimbingan konseling dengan ikhlas, karena
semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan adalah
karena untuk pengabdian karena Allah semata, sesuai
dengan fungsi dan tugasnya sebagai makhluk Allah yang
mengabdi kepadaNya.47
4. Asas bimbingan seumur hidup
Manusia hidup tidak ada yang sempurna dan selalu
bahagia, dalam asas ini sendiri berasaskan pendidikan
seumur hidup, karena belajar menurut Islam wajib
dilakukan oleh semua orang Islam, tanpa memandang
usia.
5. Asas kesatuan jasmaniah-rohaniah
46
Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, h, 23.
47
34
Manusia itu dalam hidupnya di dunia merupakan
satu kesatuan jasmani-rohani. Bimbingan dan konseling
Islami memperlakukan kliennya sebagai makhluk
jasmaniah-rohaniah, tidak memandangnya sebagai
makhluk biologis semata atau makhluk rohaniah semata.
6. Asas keseimbangan rohaniah
Rohani manusia mempunyai daya kemampuan
pikir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau
hawa nafsu. Bimbingan dan Konseling Islami
menyadaribahwa keadaan kodrat manusia tersebut, dan
dengan berpijak pada firman-firman Tuhan serta hadits
nabi dapat membantu klien atau yang di bimbing
memperoleh keseimbangan diri dari segi mental rohani
tersebut.48
Orang yang dibimbing diajak untuk mengetahui
segala sesuatu yang perlu diketahuinya, kemudian
dipikirkannya seningga memperoleh keyakinan, tidak
menerima begitu saja, tetapi juga tidak menolak begitu
saja. Kemudian berdasarkan pemikiran dan analisis yang
jernih diperoleh keyakinan tersebut.
7. Asas kemajuan dan Individu
48
35
Bimbingan dan Konseling Islam berlangsung pada
citra manusia, Islam memandang individu merupakan
suatu wujud (eksistensial) tersendiri individu mempunyai
hak, mempunyai perbedaan antara satu dengan lainnya,
serta mempunyai kemerdekaan pribadi sebagai
konsekuensi dari haknya dan kemampuan fundamental
dan potensial rohaniahnya.49
8. Asas sosialitas manusia
Manusia merupakan makhluk sosial, hal ini diakui
dan diperhatikan dalam bimbingan dan konseling islam.
Pergaulan, cinta, kasih, rasa aman, rasa memiliki dan
dimiliki dan lain-lain. Semua itu merupakan aspek-aspek
yang diperhatikan dalam bimbingan dan konseling
9. Asas kekholifaan manusia
Manusia menurut Islam, diberi kedudukan yang tinggi
sekaligus tanggung jawab yang besar sebagai pengelola
alam semesta ini sebaik mungkin.
10.Asas keselarasan dan keadilan
Islam menghendaki keharmonisan, kesetaraan,
keseimbangan keserasian dalam berbagai segi. Dengan
kata lain Islam menghendaki manusia berlaku
49
36
“adil”terhadap hak dirinya sendiri, hak orang lain, “hak”
alam semesta (hewan, tumbuhan), dan juga hak Tuhan.50
11.Asas pembinaan akhlakul karimah
Menurut pandangan Islam, manusia memiliki sifat-sifat
yang baik, sekaligus memilki sifat-sifat yang lemah.
Sifat-sifat yang baik merupakan sifat-sifat yang
dikembangkan oleh bimbingan dan konseling Islami.
Bimbingan dan Konseling Islami membantu klien atau
yang di bimbing memelihara, mengembangkan,
menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut.sejalan
dengan tugas dan fungsi Rasulullah diutusoleh Allah
SWT.
12.Asas kasih sayang
Setiap manusia memerlukan kasih sayang dan rasa sayang
dari orang lain. Rasa sayang itu dapat mengalahkan dan
menundukkan banyak hal. Bimbingan dan Konseling
Islam dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab
hanya dengan kasih sayanglah Bimbingan dan Konseling
akan berhasil.
13.Asas saling menghargai dan menghormati
Dalam bimbingan dan konseling islami kedudukan
pembimbing atau konselor denganorang yang dibimbing
50
37
atau klien pada dasarnya sama atau sederajat,
perbedaannya adalah terletak pada fungsinya saja. Yakni
pihak yang satu memberikan bantuan dan yang lain
menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara pihak
pembimbing dengan yang dibimbing merupakan
hubungan yang saling menghormati sesuai dengan
kedudukan masing-masingsebagai makhluk Allah.
Pembimbing dipandang diberi kehormatan yang
dibimbing, karena dirinya dianggap mampu memberikan
bantuan atau dihargai boleh pembimbing dengan cara
yang bersangkutan bersedia membantu atau
membimbingnya.
14.Asas musyawarah
Bimbingan dan Konseling Islam dilakukan dengan
asas musyawarah, artinya antara konselor dengan yang
dibimbing atau klien terjadi dialog yang baik. Satu sama
lain tidak saling menditekan, tidak ada perasaan dan
keinginan tertekan.
15.Asas keahlian
Bimbingan dan Konseling Islami dilakukan oleh
orang-orang yang memang memiliki kemampuan
keahlian dibidang tersebut, baik keahlian dalam
38
maupun dalam bidang yang terjadi permasalahan (obyek
garapan/materi bimbingan konsleing)51
g) Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam
Adapun langkah-langkah dalam bimbingan dan konseling
Islam, diantaranya adalah:52
1) Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta
gejala-gejala yang nampak. Dalam langkah ini pembimbing
mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan
memilih kasus mana yang akan mendapatkan bantuan terlebih
dahulu.
2) Diagnosa
Diagnosa adalah langkah untuk menetapkan masalah
yang dihadapi kasus beserta latarbelakangnya. Dalam langkah
ini kegiatan yang dilakukan ialah mengumpulkan data dengan
mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai tehnik
pengumpulan data, kemudian ditetapkan masalah yang
dihadapi serta latar belakangnya.
3) Prognosa
Langkah prognosa ini adalah untuk menetapkan jenis
bantuan atau terapi apa yang akan dilaksanakan untuk
51
Aswadi.Iyadah dan Ta’ziyah perspektif bimbingan konseling islam. (Surabaya: Dakwah Digital
Press 2009)hal 30-31
52
Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung CV. Ilmu,
39
membimbing kasus ditetapkan berdasarkan kesempulan dalam
langkah diagnosa.
4) Terapi
Langkah terapi yaitu langkah pelaksanaan bantuan atau
bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan yang
ditetapkan dalam prognosa.
5) Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau
mengetahui sampai sejauh manakah langkah terapi yang telah
dilakukan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up
atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam
jangka waktu yang lebih jauh.
2. Terapi Rasional Emotif
a) Pengertian Rasional Emotif Terapi
Menurut pandangan Ellis (dikutip dari latipun, 2001),
rasional emotif merupakan teori yang komprehensif karena
menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan individu
secara keseluruhan yang mencakup aspek emosi, kognisi, dan
perilaku.53
Gunarsa, mengungkapkan bahwa Rasional Emotif adalah
berusaha memperbaiki melalui pola berfikir, dan menghilangkan
pola berfikir yang irasional. Terapi dilihatnya sebagai usaha untuk
53
40
mendidik kembali. Jadi terapi bertindak sebagai mendidik dengan
antara lain memberikan tugas yang harus dilakukan pasien serta
mengajrkan strategi tertentu untuk memperkuat proses
berfikirnya.54
Sedangkan menurut Dewa ketut sukardi, mengatakan
Terapi Rasional Emotif adalah “untuk mengatasi pikiran yang tidak
logis tentang diri sendiri dan lingkungannya, konselor berusaha
agar klien makin menyadaripikiran dan kata-katanya sendiri
mengadakan pendekatan yang tegas melatih klien untuk bisa
berfikir dan berbuat yang lebih realitis dan rasional.55
Dari pengertian Terapi Rasional Emotif diatas, maka
penulis menyimpulkan bahwa Terapi Rasional Emotif merupakan
Terapi yang berusaha menghilangkan cara berfikir klien yang
irasional ke rasional.
b) Peran dan Fungsi Konselor
Dalam terapi rasional-emotif, konselor harus
meminimalkan hubungan yang intens terhadap klien tetapi tetap
dapat menunjukkan penerimaan yang positif. Tugas utama seorang
terapis adalah mengajari klien cara memahami dan mengubah diri
sehingga konselor harus bertindak aktif. Mengubah keyakinan yang
telah mengakar dalam diri klien bukanlah sesuatu yang mudah.
Untuk itu, seorang konselor harus mendengarkan pernyataan klien
54
Singgih D Gunarsa. Konseling dan Psikoterapi (jakarta: Gunung mulia, 2000) hal.236
55
41
dengan sundduh-sungguh dan menunjukkan empatinya. Konselor
perlu memahami keadaan klien sehingga memungkinkan untuk
mengubah cara berpikir klien yang tidak rasional. Terapi rasional
emotif adalah sebuah proses edukatif karena salah satu tugas
konselor adalah mengajarkan dan membenarkan perilaku klien
melalui pengubahan cara berpikir (kognisi)nya. Konselor bertindak
sebagai pendidik yang antara lain memberi tugas pada klien serta
mengajarkan strategi untuk memperkuat proses berpikirnya.56
c) Teknik-teknik Terapi Rasional Emotif
Willis (2009) menyebutkan beberapa teknik rasional emotif
antara lain:
1. Sosiodrama, yaitu sandiwara singkat yang menjelaskan
masalah-masalah di kehidupan sosial
2. Pencontohan
3. Teknik reinforcement
4. Relaxation
5. Self control, yaitu klien diajarkan cara-cara mengendalikan diri dan
menahan emosi
6. Diskusi
7. Simulasi, yaitu melalui bermain peran antara konselor dengan klien
8. Bibliografi, yaitu dengan memberikan bahan bacaan tentang
orang-orang yang mengalami masalah yang hampir sama dengan klien
56
42
dan akhirnya dapat mengatasi masalahnya. Atau dengan bacaan
yang dapat meningkatkan cara berfikir klien agar lebih rasional.
d) Tujuan Terapi Rasional Emotif
RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan klien yang
irrasional menjadi rasional, sehingga ia dapat mengembangkan diri
dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan
gangguan emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut,
rasa bersalah, cemas, was-was, marah, sebagai akibat berpikir yang
irrasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi
kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan keprcayaan
diri, nilai-nilai, dan kemampuan diri.57
e) Ciri-ciri Terapi Rasional Emotif
Ciri-ciri terapi rasional emotif dapat diuraikan sebagai berikut
1. Dalam menelusuri masalah klien yang di bantunya, konselor
berperan lebih aktif dibandingkan klien. Maksudnya adalah
bahwasanya peran konselor disini harus bersikap efektif dan
memiliki kapasitas untuk memecahkan masalah yang dihadapi
klien dan bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah yang
di hadapi klien artinya konselor harus melibatkan diri dan
berusaha menolong kliennya supaya dapat berkembang sesuai
57
43
dengan keinginan dan disesuaikan dengan potensi yang
dimilikinya.
2. Dalam proses hubungan konseling harus tetap di ciptakan dan
dipelihara hubungan baik dengan klien. Dengan sikap yang
ramah dan hangat dari konselor akan mempunyai pengaruh
yang penting dimi suksesnya proses konseling sehingga dengan
terciptanya proses yang akrab dan rasa nyaman ketika
berhadapan dengan klien.
3. Tercipta dan terpeliharanya hubungan baik ini dipergunakan
oleh konselor untuk membantu klien mengubah cara
berfikirnya yang tidak rasional, menjadi rasional.
4. Dalam proses hubungan konseling, konselor tidak banyak
menelusuri masa lampau klien.
5. Diagnosis (rumusan masalah) yang dilakukan dalam konseling
rasional emotif bertuujuan untuk membuka ketidak logisan cara
berfikir klien. Dengan melihat permsalahan yang di hadapi
klien dan faktor penyebabnya, yakni menyangkut cara pikir
klien yang tidak rasionaldalam menghadapi masalah, yang pada
intinya menunjukkan bahwa cara berfikir yang tidak logis itu
sebenarnya menjadi penyebab gangguan emosionalnya.58
3. Kecemasan
a) Pengertian Kecemasan
58
44
Kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak
menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan berupa
perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang.
Kecemasan adalah suatu keadaan tertentu (state anxiety), yaitu
menghadapi situasi yang tidak pasti dan tidak menentu terhadap
kemampuannya dalam menghadapi objek tersebut. hal tersebut
berupa emosi yang kurang menyenangkan yang dialami oleh
individu dan bukan kecemasan sebagai sifat yang melekat pada
kepribadian.59
Kecemasan juga dapat diartikan sebagai suatu perasaan
yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau
kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun
wujudnya.60
Dari sumber lain menyebutkan bahwa satu diantara simtom
neurotik yang paling umum ialah keadaan takut yang terus
menerus. Berbeda dengan ketakutan biasa yang merupakan respons
terhadap rangsang menakutkan yang terjadi sekarang, ketakutan
neurotik itu merupakan respons terhadap kesukaran-kesukaran
yang belum terjadi. Untuk membedakan dengan ketakutan biasa,
ketakutan neurotik ini disebut kecemasan.61
59
M.Nur Ghufron dan Rini Risnawita S. Teori-Teori Psikologi.(jogjakarta: Ar-ruzz Media. 2010) hal 141
60
Sutardjo A. Wiramihardja, Pengantar Psikologi Abnormal, (Bandung: Refika
Aditama,2005) hal. 67 61
45
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, kecemasan
merupakan perasaan-perasaan tidak nyaman yang sangat menekan
dan mengakibatkan kegelisahan, kekhawatiran dan ketakutan pada
seseorang.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
Adler dan Rodman (1991) menyatakan terdapat dua faktor yang
menyebabkan adanya kecemasan, yaitu:
1. Pengalaman negatif pada masa lalu
Pengalaman ini merupakan hal yang tidak
menyenangkan pada masa lalu mengenai peristiwa yang
dapat terulanglagi pada masa mendatang, apabila
individu tersebut menghadapi situasi atau kejadian yang
sama dan juga tidak menyenangkan
2. Pikiran yang tidak rasional
Para psikolog memperdebatkan bahwa kecemasan
terjadi bukan karena suatu kejadian, melainkan
kepercayaan atau keyakinan tentang kejadian itulah
yang menjadi penyebab kecemasan. 62
c) Gejala-gejala cemas
Cemas mempunyai penampilan atau gejala yang
bermacam-macam, antara lain:
62
46
1. Gejala jasmaniah (fisiologis) yaitu: ujung-ujung
anggota dingin (kaki dan tangan), keringat berpercikan,
gangguan pencernaan, cepatnya pukulan jantung, tidur
terganggu, kepala pusing, hilang nafsu makan dan
pernapasan terganggu.
2. Gejala kejiwaan antara lain, sangat takut, serasa akan
terjadi bahaya atau penyakit, tidak mampu memusatkan
perhatian, selalu merasa akan terjadi kesuraman,
kelemahan dan kemurungan, hilang kepercayaan dan
ketenangan, dan ingin lari menghadapi suasana
kehidupan.63
d) Penanganan Gangguan Kecemasan
Masung-masing perspektif teoritis mayor telah
menciptakan berbagai pendekatan untuk menangani
gangguan-gangguan kecemasan. Pendekatan-pebdekatan psikologis mungkin
berbeda satu sama lain dalam teknik-teknik dan tujuannnya, tetapi
sepertinya ada satu hal yang sama: dengan cara-cara mereka
sendiri, mereka mendorong klien untuk menghadapi dan tidak
menghindari sumber-sumber kecemasan mereka. Sebagai kontrs,
perspektif biologis, terutama berfokus pada penggunaan
obat-obatan untuk merendam kecemasan.
1. Pendekatan-pendekatan psikodinamika
63
47
Dari perespektif psikodinamika, kecemasan
merefleksikan energi yang dilekatkan pada konflik-konflik tak
sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.
Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien
merupakan simbolisasi dari konflik dalam (inner conflict) diri
mereka; dengan adanya simbolisasi ini, ego dapat dibebaskan
dari penghabisan energi untuk melakukan represi. Dengan
demikian ego dapat lebih memberi perhatian kepada
tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan.
Terapi psikodinamika yang lebih modern juga
menyadarkan klien mengenai sumber-sumber konflik yang
berasal dari dalam. Tetapi, dibandingkan dengan pendekatan
tradisional, mereka lebih menjajaki sumber kecemasan yang
berasal dari keadaan hubungan sekarang ini daripada
hubungan-hunungan di masa lampau, dan mereka mendorong
klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.
2. Pendekatan-pendekatan Humanistik
Para teoritikus humanistik percaya bahwa banyak dari
kecemasan kita yang berasal dari represi sosial diri kita yang
sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidak selarasan antara
inner selfseseorang yang sesunggguhnya dan kedok sosialnya
mendekat ke taraf kesadaran. Orang merasakan bahwa sesuatu