BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN HYPNOSLEEP UNTUK MENANGANI PERILAKU NEGATIF SEORANG ANAK DI DESA GADUNG
KECAMATAN DRIYOREJO KABUPATEN GRESIK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Arum Murliani NIM. B03212031
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
vii ABSTRAKSI
Arum Murliani (B03212031), 2016 Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.
Dalam skripsi ini, ada dua permasalahan yang dikaji, yaitu (1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?, (2) Bagaimana hasil dari Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis deskriptif yang menggambarkan fenomena yang terjadi di lapangan dan untuk mengetahui data mengenai proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak beserta hasil dari proses konseling tersebut. Analisa menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak dilakukan konselor dengan langkah-langkah identifikasi masalah, diagnosa, prognosis, treatment atau terapi dengan hypnosleep yaitu sugesti yang diberikan kepada klien melalui kata-kata, materi cerita dongeng maupun kisah-kisah tauladan saat klien tertidur atau mendekati tidur yakni dalam tingkat kesadaran theta terkait dengan perilaku negatif klien sehingga dapat terbentuk perilaku baru yang positif dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan langkah-langkah pre-induction, induction, deepening, sugestion dan termination dengan menerapkan adab tidur dan follow up/evaluasi. (2) Hasil Bimbingan dan Konseling Islam dengan hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak mengalami perubahan perilaku yang lebih baik sebelum diadakannya pelaksanaan bimbingan konseling. Klien tidak lagi memukul temannya, sudah tidak berbicara dengan nada tinggi dan mengucapkan kata kotor, tidak memaksa dan berkata jujur.
DAFTAR ISI
JUDUL PENELITIAN ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI. ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 14
2. Subyek dan Tempat Penelitian ... 15
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 30
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 35
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 37
d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam. ... 38
2. Hypnosleep ... 39
a. Pengertian Hypnosleep ... 40
b. Langkah-langkah Hypnosleep ... 45
xi
d. Hypnosleep dalam Perspektif Islam.. ... 53
3. Perilaku Negatif Anak ... 55
a. Pengertian Perilaku Negatif Anak. ... 55
b. Bentuk-bentuk Perilaku Negatif Anak. ... 56
c. Penyebab Perilaku Negatif Anak. ... 60
d. Dampak Perilaku Negatif Anak. ... 64
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 65
BAB III : PENYAJIAN DATA A.Perilaku Negatif di Desa Gadung Driyorejo Gresik... 71
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 71
2. Deskripsi Konselor ... 73
3. Deskripsi Ko-Konselor. ... 76
4. Deskripsi Konseli ... 77
5. Deskripsi Masalah... ... 81
B.Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep... 82
1. Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Anak ... 82
2. Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilak Negatif Anak. ... 105
BAB IV: ANALISA DATA A.Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Anak ... 109
B.Analisis Hasil Akhir Bimbingan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Anak. ... 115
C.Pembahasan. ... 119
BAB V: PENUTUP A.Kesimpulan... 122
B.Saran. ... 123 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Anak merupakan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dengan
sebaik mungkin. Anak dalam keluarga merupakan pembawa bahagia karena
anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti disini mengandung maksud
memberikan isi, nilai, kepuasaan, kebanggaan, dan rasa penyempurnaan diri
yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang memiliki keturunan,
yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan eksistensi hidupnya. Maka
dari itu sebagai orangtua patut memiliki rasa syukur karena telah dianugerahi
seorang anak, salah satunya dengan cara mendidiknya dengan baik.
Menjadikan seorang anak yang memiliki perilaku yang baik, karena anak yang
sholeh dan sholehah akan mengurangi dosa orang tua di akhirat kelak.1
Secara umum, orang tua menginginkan anaknya tumbuh menjadi
pribadi yang lebih baik dan membanggakan. Orang tua menginginkan anak
yang tidak membantah ketika diberi nasihat orang tuanya, hormat kepada
orang tuanya, bersikap sopan santun, peduli dengan lingkungan sekitar, suka
mengasihi terhadap sesama, dan membanggakan kedua orang tuanya. Akan
tetapi terdapat juga anak yang membutuhkan arahan seperti anak yang
memiliki hubungan tidak baik dengan sesamanya, suka berkelahi dengan
teman di sekolah atau lingkungan sekitar rumah, suka membantah saat diberi
1Zulaehah Hidayati, ‘’Anak Saya Tidak Nakal, Kok’’
2
nasihat orang tuanya, tidak mempunyai sikap yang sopan dan santun sehingga
para orang tua berlomba untuk mendidik anaknya untuk bisa seperti yang
diinginkannya, tetapi kerap banyak orang tua yang salah dalam mendidik
anaknya alhasil pribadi anak malah tidak menjadi lebih baik tetapi sebaliknya.
Sejak dini hendaknya anak diberi pengetahuan tentang perilaku yang
baik sehingga anak mudah untuk diarahkan. Pengetahuan perilaku pada anak
bisa diberikan melalui orang tua sebagai lembaga pendidikan pertama sebagai
modal pertama perkembangan perilaku anak kedepannya dan orang tua
hendaknya juga memiliki kedekatan kepada anaknya agar anak juga lebih
mudah untuk diarahkan, selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan
kedua yang formal berfungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan
pribadi anak dan mengembangkan potensi yang ada pada anak. Serta
masyarakat sebagai lembaga pendidikan ketiga sesudah keluarga dan sekolah
yang mempunyai sifat dan fungsi yang berbeda dengan ruang lingkup dengan
batasan yang tidak jelas dan keanekaragaman bentuk kehidupan sosial serta
berjenis-jenis budayanya yang tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai sosial
budaya yang dijunjung tinggi oleh semua lapisan masyarakat.
Jika anak tidak diperhatikan, maka anak akan merasa dirinya tidak
dianggap dan dia akan melakukan berbagai cara untuk mencari perhatian
supaya keberadaannya diakui. Cara anak mencari perhatian bermacam-macam
mulai dari membuat onar dengan temanya agar dirinya menjadi pusat
perhatian, menangis dan ngambek agar diperhatikan orang tuannya dan lain
3
kepribadian yang tidak baik pada diri anak tersebut sehingga dapat
menjadikan anak tersebut memiliki perilaku-perilaku negatif karena
kurangnya perhatian dari kedua orang tuanya maupun lingkungan sekitarnya.
Seperti halnya konseli (NA) yang merupakan anak perempuan yang
berusia 7 tahun dan sekarang duduk dibangku SD kelas 1 disalah satu sekolah
dasar negeri di Desa Gadung Driyorejo Gresik. NA kerap diberi label sebagai
anak yang nakal, bandel oleh orang tua, kerabat, tetangga, dan
teman-temannya sendiri. Walaupun NA seorang anak perempuan, namun dalam
kesehariannya NA dapat dikatakan sebagai anak yang memiliki keberanian
lebih dibandingkan dengan teman sekelasnya di sekolah dan
teman-teman sepermainannya dirumah.
Selain itu, NA kerap terlihat berani dan berperilaku tidak sopan kepada
orang tuanya maupun orang lain. NA memiliki sifat yang selalu ingin
diperhatikan dan dipenuhi setiap keinginannya kepada orang tuanya. Tidak
jarang NA berontak, berteriak-teriak, dan merengek jika orang tuanya tidak
menuruti apapun keinginan dari anak tersebut. NA hanya memiliki rasa takut
kepada ayahnya saja ditandai dengan pada saat NA mulai berulah seperti
bertengkar dengan kawan dan lain sebagainya, kemudian ayahnya
memarahinya dan saat itulah NA dapat menghentikan ulahnya walaupun
dengan merengek ketakutan. Perilaku negatif NA tidak lain akibat dari pola
4
keinginan NA dan kurangnya orang tua dalam memberikan waktu dan kasih
sayang kepada NA karena kesibukannya dalam bekerja.2
Di sekolah NA sering sekali membuat ulah dan bertengkar dengan
teman-teman sebayanya. Selain memukul, merebut barang milik temannya
dengan paksa, mencubit, NA juga suka berteriak-teriak dan mengeluarkan
kata-kata kotor ketika NA sedang dalam keadaan marah. Dibalik sikapnya
yang keras dan berani NA juga memiliki kemampuan akademik yang cukup
baik, NA termasuk anak yang kreatif. Namun, NA tetap masih butuh arahan
agar perilaku positifnya dapat dipertahankan dengan menghilangkan perilaku
negatifnya.3
Hal ini jika dibiarkan begitu saja akan membuat orang tua merasa
kusulitan dalam mendidik anak (konseli) karena perilaku anak yang kurang
baik bahkan tak jarang orang tua mengalami gejala stress karena menghadapi
perilaku anak yang kurang baik dan mengganggu lingkungan sekitar. Untuk
dampak panjangnya jika hal ini tidak diperhatikan, maka perilaku negatif pada
anak akan tertanam pada diri anak dan dibawa sampai ia besar nanti.
Berbagai cara pun dilakukan orang tua untuk menangani perilaku
negatif anaknya. Tetapi, terkadang cara orang tua dalam menangani perilaku
negatif anaknya itu tidak malah membuat perilaku anaknya lebih baik
melainkan memperburuk perilaku negatifnya karena penanganan yang salah.
Melihat permasalahan tersebut, peneliti melakukan konseling
menggunakan hypnosleep yang bertujuan untuk merubah perilaku negatif
2
Hasil wawancara dengan Informan
3
5
konseli menjadi perilaku yang positif melalui kata-kata, cerita atau dongeng
untuk mensugesti anak. Hypnosleep merupakan sebuah cara dalam memberikan sugesti kepada anak dengan kata-kata, materi cerita atau dongeng
yang mampu membangun karakter anak sesuai dengan karakter yang ingin
ditanamkan pada diri anak.4 Dengan menggunakan metode hypnosleep, perilaku negatif anak dapat dirubah dengan cara yang mudah diterima oleh
anak serta dapat menambah kedekatan antara orang tua dan anak.
Selain itu, dalam penerapan hypnosleep tersebut juga memperhatikan modalitas berupa visualisasi, auditorial dan kinestetik. Visualisasi adalah tindakan memanfaatkan imajinasi atau pikiran untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Kegiatan ini berguna dan bekerja untuk mewujudkan impian,
karena; pertama, visualisasi dapat mempengaruhi keyakinan dan keyakinan membentuk realitas. Keyakinan terbentuk dalam sejumlah cara yang berbeda,
bisa melalui pendidikan, keluarga, media, semua yang dibaca, semua yang
dilihat, semua yang didengar, semua yang dirasakan dan lingkungan pada
umumnya. Kedua, visualisasi kreatif berguna untuk perubahan adalah bahwa visualisasi dapat menjadi alat yang ampuh untuk memerlakukan hukum tarik
menarik.5 Auditorial adalah cara atau gaya seseorang dalam menyerap atau memahami dan mengingat informasi yang disampaikan dengan mengandalkan
indra pendengaran.6 Perhatian di dalam auditorial ini meliputi seseorang saat
4
Bunda Lucy, 5 Menit menguasai Hypnoparenting, (Jakarta: Penebar Swadaya Grup, 2012), hal.100
5
Subiyono, dkk, Hypnometafisika, (Yogyakarta: CV. Budi Utami, 2012), hal.29
6
6
berbicara, intonasi, dan volume suara serta kecepatan berbicara dalam
penyampaian kata-kata. Bila memungkinkan, pada saat menyampaikan
perkataan menggunakan efek-efek suara seperti lagu, ketukan atau suara-suara
yang disukai lawan bicara. Sedangkan kinestetik merupakan proses menerima, memahami dan mengingat informasi dengan cara melibatkan gerakan anggota
tubuh.7
Dongeng yang disampaikan pada saat proses hypnosleep harus memperhatikan efek visualisasi, auditorial dan kinestetiknya. Materi dongeng
yang diberikan disesuaikan dengan masalah yang ada pada diri anak yaitu
perilaku negatif. Seperti kisah-kisah tauladan yang disampaikan dengan sangat
menarik baik menggunakan gambar-gambar, alat peraga, dan lain sebagainya.
Dengan melakukan hypnosleep ini, anak akan diarahkan agar anak tidak lagi berperilaku negatif.
Perilaku negatif pada anak sebenarnya merupakan bagian dari proses
perkembangannya. Hypnosleep digunakan untuk menyelarasan perilaku anak dalam masa perkembangan tersebut supaya terarah. Hypnosleep menggunakan alam bawah sadar untuk mengubah perilaku negatif anak. Alam bawah sadar
kerap menjadi pengontrol perilaku sehari-hari. Dari alam bawah sadar pula,
dilakukan penanaman perilaku positif pada anak. Hypnosleep ini juga sejalan dengan tujuan Bimbingan dan Konseling Islam yang memberikan bantuan
dengan cara yang hikmah (baik), seperti QS. An-Nahl ayat 125, yaitu:
7
Ghaza Karyana, Cara Menerima Informasi,
7
Artinya, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (QS. an-Nahl, ayat 125)8
Didalam ayat QS. an-Nahl ayat 125 dijelaskan bahwa menyerukan
kebaikan dengan cara yang baik sama halnya dengan hypnosleep yang akan diterapkan untuk menangani anak berperilaku negatif ini menggunakan cara
yang sangat lembut dan baik. Selain menggunakan cara yang lembut dan baik,
hypnosleep juga menggunakan cerita dongeng atau kisah-kisah tauladan yang mengandung pesan moral yang baik untuk menanamkan perilaku yang positif
terkait dengan permasalahan konseli yakni perilaku negatif. Oleh sebab itu
peneliti menyusun penelitian ini dengan judul "Bimbingan dan Konseling Islam dengan Hypnosleep untuk Menangani Perilaku Negatif Seorang Anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik"
8
Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemahan, (Jakarta: Al-Huda Kelompok
8
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, penulis dapat
mengambil rumusan masalah, yaitu;
1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling Islam dengan hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?
2. Bagaimana hasil dari bimbingan dan konseling Islam dengan hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik?
C.Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu;
1. Mendiskripsikan proses bimbingan dan konseling Islam dengan hypnosleep dalam menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.
2. Untuk mengetahui hasil dari bimbingan dan konseling Islam dengan
hypnosleep dalam menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.
D. Manfaat Penelitian
Sebagaimana mestinya suatu penelitian tentu mempunyai kegunaan.
9
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya
pemanfaatan dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para
pembacanya. Diantara manfaat penelitian ini baik secara teoritis dan praktis
dapat peneliti uraikan sebagai berikut:
1. Segi Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam
bidang hypnosleep untuk menangani perilaku negatif anak.
b. Untuk memperkuat teori-teori bahwa metode ilmu bimbingan dan
konseling Islam melalui hypnosleep mempunyai peranan dalam menangani masalah atau persoalan seseorang.
2. Segi Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu anak melalui orang tua
untuk menangani perilaku negatif anak.
b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
salah satu teknik pendekatan yang efektif dalam menangani perilaku
negatif anak
E.Definisi Konsep
Untuk mengindari kesalahan pemahaman terhadap judul, serta
memudahkan pembaca memahaminya, maka penulis perlu menjelaskan
penegasan dalam judul tersebut. Adapun judul skripsi ini adalah bimbingan dan
10
anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Adapun rincian
definisinya adalah:
1. Bimbingan Konseling Islam
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan
Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.9
Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs.
Syamsul Munir Amin, M.A menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling
Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis,
kepada setiap individu agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah
beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara
menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur’an dan
Al Hadits Rasulullah Saw kedalam dirinya, sehingga dapat hidup selaras
dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits.10
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan
dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan
berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat
mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta
9
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam , (Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15
10
11
dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar
secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam
hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.
2. Hypnosleep
Hypnosleep berasal dari gabungan antara dua term, yakni hipnosis dan sleep. Hipnosis adalah fenomena yang mirip tidur, dimana alam bawah sadar lebih mengambil peranan, dan peran alam sadar berkurang.
Pada kondisi semacam ini, seseorang menjadi sangat sugestif (mudah
dipengaruhi) karena alam bawah sadar yang seharusnya menjadi filter
logik, sudah tidak lagi mengambil peranan.11 Sedangkan sleep berasal dari bahasa Inggris yang artinya tidur. Jadi, dapat diartikan sebagai sugesti
yang disampaikan pada saat seseorang berada dikondisi alam bawah sadar
yang seperti sedang tertidur atau mendekati tidur yang ditandai dengan
rapid eyemovement, otot wajah yang sudah relaks dan tarikan nafas anak sekitar 6-8 tarikan per menitnya.
Hypnosleep merupakan sebuah cara dalam memberikan sugesti kepada anak dengan kata-kata, materi cerita atau dongeng yang mampu
membangun karakter anak sesuai dengan karakter yang ingin ditanamkan
pada diri anak.12 Dengan menggunakan metode hypnosleep, perilaku negatif anak dapat dirubah dengan cara yang mudah diterima oleh anak
serta dapat menambah kedekatan antara orang tua dan anak. Hypnosleep
11
Muhammad Noer, Hypnoteaching for Success Learning, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hal.17
12
12
harus dilakukan pada saat anak sedang dalam keadaan tingkat kesadaran
theta (<4-8Hz). Theta adalah sebuah tingkat kesadaran yang mendekati tidur, tetapi masih bisa merespon (hanya sedikit). Sedangkan beta (<14Hz) adalah tingkat kesadaran yang lebih tinggi dibanding dengan theta sehingga akan terasa lebih sulit dalam memberikan sugesti.13 Hypnosleep merupakan cara yang mudah diterima anak untuk menangani perilaku
anak yang negatif yakni dengan menanamkan sugesti-sugesti positif pada
anak.
Didalam proses hypnosleep terdapat lima tahapan yaitu, pre-induction, induction, deepening, sugestion dan termination. Pre-induction adalah proses awal sebelum sesi hypnosleep dilakukan. Pada umumnya, pre-induction bertujuan menjalin keakraban. Dalam hal ini keakraban yang dimaksud adalah keakraban orang tua dan anak dalam
menyampaikan materi dongeng atau cerita. Selanjutnya adalah Induction, yaitu sugesti untuk membawa klien dari kondisi normal ke kondisi
hipnosis, atau dengan kata lain induction akan membuat kondisi kesadaran klien menjadi rileks atau bahkan tertidur dalam keadaan hipnosis.14 Tahap
selanjutnya adalah Deepening, yaitu kelanjutan dari tahap induction untuk memperdalam level kesadaran klien. Deepening dibutuhkan untuk menurunkan tingkat kesadaran klien kedalam kondisi hipnosis sesuai yang
dibutuhkan agar sugesti yang disampaikan dapat masuk ke pikiran bawah
13
Saeful Zaman, Audriani Libertina, Membuat Anak Rajin Belajar Itu Gampang, (Jakarta: Transmedia Pustaka:2012), hal.111
14
13
sadar klien.15 Setelah itu masuk ke proses Sugestion, yakni hal terpenting dalam proses hypnosleep. Saat melakukan sugesti harus menggunakan aturan, yaitu positive, repetition, present tense, pribadi, sentuhan emosional dan imajinasi.16 Sugesti akan ditanamkan kepada klien sesuai dengan tujuan awal yang ditentukan. Tahapan terakhir ialah termination atau membangunkan klien dalam keadaan tidur hipnotis. Pada proses
termination didalam hypnosleep dilakukan pengulangan kata-kata yang disugestikan lalu dibangunkan dengan perlahan atau lembut saat bangun
tidur dipagi hari.
3. Perilaku Negatif
Perilaku adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang
yang bersifat dapat diamati, digambarkan dan dicatat oleh orang lain
ataupun orang yang melakukannya. Perilaku merupakan penghayatan yang
utuh dan reaksi seseorang akibat adanya rangsangan baik internal maupun
eksternal yang diproses melalui kognitif, afektif dan psikomotorik.17
Beberapa pengertian mengenai perilaku yang dikemukakan oleh para ahli
menurut Herri ZP dan Nomora LL meliputi:
a. Perilaku adalah reaksi insting bawaan dari berbagai stimulus yang
direseptor dalam otak dan akibat pengalaman belajar.
b. Perilaku adalah interelasi stimulus eksternal dengan stimulus internal
yang memberikan respon eksternal. Stimulus internal adalah
15
Bunda Lucy, 5 Menit menguasai Hypnoparenting, (Jakarta: Penebar Swadaya Grup,
2012), hal.48
16
Coach Rey, Modul Ahli Neuro Linguistic Programming Practioner, tt, hal.20
17
14
stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan fisik dan psikologis.
Adapun stimulus eksternal segala macam reaksi seseorang akibat
faktor luar diri atau dari lingkungan.
Sedangkan kata negatif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) bermakna kurang baik, menyimpang dari ukuran umum. Jadi,
Perilaku negatif adalah perbuatan atau tindakan dan perkataan seseorang
yang kurang baik pada diri seseorang. Perilaku negatif anak merupakan
suatu proses perkembangan dimana anak dapat meluapkan emosinya.
Perilaku negatif yang terjadi pada anak berawal dari sifat pemarah, keras
kepal, egois dan malas yang menimbulkan anak melalaikan kewajiban,
berbohong, dan membantah perintah. Meskipun perilaku ini tidak atau
belum dapat dijadikan tolak ukur namun dapat mengganggu sosial mereka.
Anak memang tidak sama dengan orang dewasa, jalan pemikiran anak
masih sering dikuasai oleh emosinya yang mengarah pada
keinginan-keinginan bermain.18
F. METODE PENELITIAN
Adapun metode penelitian yang digunakan sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian,
18
Rini Utami Aziz, Jangan Biarkan anak kita berperilaku Menyimpang, (Solo: Tiga
15
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya.
Secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah.19 Jadi pendekatan
yang penulis gunakan pada penelitian ini digunakan untuk memahami
fenomena yang dihadapi oleh konseli secara menyeluruh yang
dideskripsikan melalui kata-kata, bahasa, konsep, teori dan definisi
secara umum.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan studi kasus (case study), yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan
dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas.20
Jadi, pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian studi kasus.
Karena peneliti ingin melakukan penelitian secara rinci dan menelaah
dalam kurun waktu tertentu untuk membantu konseli mengubah
perilaku positif serta mampu menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
2. Subyek dan Tempat Penelitian
a. Konseli
Konseli yang bernama NA (samaran) adalah seorang anak
perempuan usia 7 tahun yang duduk dibangku Sekolah Dasar kelas
1 di SDN Gadung Driyorejo Gresik yang sedang membutuhkan
arahan agar perilaku negatifnya yang suka mengganggu temannya,
bertengkar, membantah jika disuruh orang tua, suka membrontak,
ngambek dan menangis ketika keinginannya tidak dipenuhi,
19
Haris Heriansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), hal.09
20
16
berkata kotor dan kurang memiliki sopan santun dapat dirubah
menjadi perilaku yang positif.
b. Konselor
Konselor adalah Arum Murliani seorang mahasiswa
Bimbingan Konseling Islam di UIN Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
c. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Gadung RT 03 / RW
01 Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik
3. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian kualitatif adalah:
a. Jenis data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang
bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam
bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.
Adapun jenis data pada penelitian ini adalah:
1. Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di
lapangan, dan data utama bagi keberhasilan penelitian. Dalam
data primer ini dapat diperoleh keterangan kegiatan keseharian,
tingkah laku, latar belakang dan masalah konseli, proses serta
17
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua
atau berbagai sumber guna melengkapi data primer.21
Diperoleh dari gambaran lokasi penelitian, keadaan lingkungan
konseli, riwayat pendidikan konseli, dan perilaku keseharian
konseli. Sumber ini bisa diperoleh dari keluarga konseli,
kerabat konseli, tetangga konseli, teman konseli dan guru
konseli.
b. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah subyek dari mana data
diperoleh.
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung
diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari konseli (NA)
yang diberikan konseling dan konselor yang memberikan
konseling.
Sumber data yang langsung diperoleh peneliti di lapangan
yaitu informasi dari konseli (NA).
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh
dari orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang
penulis peroleh dari data primer. Dalam penelitian ini data
21
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif
18
diambil dari orang tua konseli, teman konseli, kerabat konseli,
dan guru konseli.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah
dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil
penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut adalah :
a. Tahap Pra – Lapangan
1. Menyusun Rancangan Penelitian.
Peneliti memahami mengenai Bimbingan dan
Konseling Islam dengan hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan
Driyorejo Kabupaten Gresik. Konseli adalah puteri dari Ibu
Wiwik dan Bapak Kurniawan yang lokasi rumahnya tidak
jauh dari rumah konselor yakni di Desa Gadung Kecamatan
Driyorejo Kabupaten Gresik tapi beda dusun. Setelah
mengetahui hal tersebut maka peneliti membuat latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
definisi konsep dan membuat rancangan data-data yang
diperlukan.
2. Memilih Lapangan Penelitian
Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian di
19
Driyorejo Kabupaten Gresik yang mana tidak jauh jaraknya
dengan rumah peneliti.
3. Mengurus Perizinan
Peneliti meminta izin kepada orang tua NA bahwa
peneliti akan melakukan proses konseling terhadap NA.
Dengan adanya izin dan persetujuan dari pihak orang tua NA
mempermudah peneliti dalam melakukan proses konseling,
karena dalam proses terapi tersebut peran orang tua sangat
dibutuhkan. Kemudian peneliti juga membuat surat izin
secara tertulis dan ditujukan kepada kepala desa Gadung
Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik sebagai bentuk
bahwa tidak ada unsur keterpaksaan dalam menjalankan
proses konseling.
4. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan
Peneliti melakukan observasi dan mengenali keadaan
yang sesuai dengan kondisi di lapangan serta menyiapkan
perlengkapan yang diperlukan di lapangan, kemudian peneliti
mulai mengumpulkan data-data yang ada di lapangan.
5. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi serta latar
20
konseli itu sendiri, orang tua konseli, kerabat konseli, guru
atau wali kelas konseli.
6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Peneliti menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan,
pedoman wawancara, alat tulis, map, buku, perekam suara,
kamera, perlengkapan fisik, izin penelitian, dan semua yang
berhubungan dengan penelitian dengan tujuan untuk
mendapatkan deskripsi data lapangan.
7. Persoalan Etika Penelitian
Etika penelitian pada dasarnya yang menyangkut
hubungan baik antara peneliti dengan subjek penelitian, baik
secara perorangan maupun kelompok. Maka peneliti harus
mampu memahami kebudayaan, adat istiadat ataupun bahasa
yang digunakan, kemudian ”untuk sementara” peneliti
menerima seluruh nilai dan norma yang ada didalam
masyarakat.22
Dalam penelitian ini, peneliti akan selalu bersikap
sopan santun pada saat melakukan kegiatan penelitian,
menjaga silaturrahmi dengan baik, serta melakukan
komunikasi yang baik terhadap para informan, terutama di
lingkungan rumah konseli.
22
21
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
1. Memahami Latar Penelitian
Sebelum peneliti memasuki lingkungan konseli,
peneliti perlu memahami latar penelitian dan mempersiapkan
diri baik fisik maupun mental.
2. Memasuki Lapangan
Peneliti akan lebih menjalin hubungan baik dengan
konseli. Seperti halnya tetap menjalin silaturahmi dengan
konseli. Karena, hubungan akrab antara subyek dan peneliti
yang dibina dengan baik maka akan dapat bekerjasama
dengan saling bertukar informasi.
3. Berperan Serta dalam Mengumpulkan Data
Dalam tahap ini peneliti harus berperan aktif di
lapangan tersebut, kemudian pengarahan batas studi serta
memulai memperhitungkan batas waktu, tenaga ataupun
biaya. Selain itu, untuk mendapatkan data konselor akan
memberikan pelatihan hypnosleep kepada orang tua konseli yang nanti akan menjadi ko-konselor dalam proses
hypnosleep. Disamping itu juga mencatat data yang telah didapat di lapangan yang kemudian analisis di lapangan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum mengadakan
22
mengumpulkan data, harus diperlihatkan cara dan hakekat pemakaian
metode pengumpulan datanya. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah strategis dalam penelitian, tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
peneliti tidak mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.23 Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan
melalui 3 (tiga) cara yaitu, melalui observasi, wawancara dan
dokumetansi yang dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Observasi.
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gelaja psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan. Dalam hal ini peneliti mulai
melakukan pengamatan mulai dari pengamatan ke lingkungan
rumah dan pengamatan di lingkungan sekolah konseli.
b. Wawancara.
Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan. Dalam pelaksanaannya wawancara dapat
dilakukan dengan berhadapan langsung dengan responden atau
dengan alat bantu seperti telepon, internet dan lain-lain. Peneliti
melakukan pengamatan dan mengajukan pertanyaan yang ditujukan
kepada orangtua konseli. Dalam hal ini memaparkan secara jelas
23
23
hasil penelitian mengenai Bimbingan dan Konseling Islam dengan
hypnosleep untuk menangani perilaku negatif seorang anak di Desa Gadung Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik.
c. Dokumentasi.
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak
langsung ditujukan kepada subyek penelitian. Studi dokumentasi
ada yang berupa tulisan, gambar dan karya yang berupa tulisan
biasanya berupa catatan harian, dan otobiografi atau biografi yang
berupa gambar biasanya mengenai foto-foto pribadi.24 Data seperti
ini berhubungan dengan aktivitas keseharian konseli data biografi
konseli dan lain sebagainya.
Tabel 1.1
Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis data Sumber data TPD
3. Proses Konseling Konselor, Orang tua dan Konseli
24
Keterangan :
TPD : Teknik Pengumpulan Data
O : Observasi
W : Wawancara
D : Dokumentasi
6. Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang diperoleh dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumentasi maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai permasalahan konseli. dalam penelitian kualitatif, analisis
data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data. Analisis data
dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:
a.) Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keleluasaan dan kedalaman wawasan yang tinggi.
Dalam hal ini data yang sudah diperoleh dan dikelompokkan
sesuai tema dan memilah mana data yang diperlukan dan tidak
diperlukan.
b.) Penyajian Data
25
kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel,
grafik, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka data
terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami. Dalam penelitian kualitatif penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah bersifat naratif, maksudnya untuk memahami apa
yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa
yang dipahami.25 Dalam penelitian ini, setelah data direduksi
maka selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk narasi
sehingga mudah untuk dilakukan analisis terkait dengan
permasalahan yang di lapangan.
c.) Verifikasi
Langkah terakhir yaitu verifikasi atau penarikan kesimpulan.
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang
atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
25
26
7. Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan tingkat ketepatan antara data yang
terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Data yang valid adalah data yang tidak terdapat perbedaan
antara data yang dilaporkan peneliti dengan kenyataan yang terjadi
pada obyek di lapangan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa kebenaran
realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi
bersifat jamak dan tergantung pada konstruksi manusia.26
Dalam hal ini peneliti sebagai instrumennya yang menganalisa
data-data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan pada
data-data tersebut, maka dari itu untuk mendapatkan hasil yang
optimal dalam penelitian ini, peneliti harus mengetahui cara-cara
memperoleh tingkat keabsahan data antara lain:
a. Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tidak dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan pada latar penelitian. Peneliti tinggal di
lapangan penelitian sampai kejenuhan penelitian teracapai.27
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan diharapkan sebagai upaya untuk
memahami pokok perilaku, situasi, kondisi serta proses tertentu
26
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2014), hal 119.
27
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan Konseling,
27
sebagai pokok penelitian. Dengan kata lain, jika perpanjangan
penelitian menyediakan data yang lengkap, maka ketekunan
pengamatan menyediakan pendalaman data. Oleh karena itu
ketekunan pengamatan merupakan bagian penting dalam
pemeriksaan keabsahan data.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data. Dengan adanya teknik
ini bisa diketahui adanya alasan terjadinya perbedaan penulis,
memanfaatkan pengamatan lain untuk pengecekan kembali data
yang diperoleh. Triangulasi dapat dilakukan dengan cara
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara, membandingkan data yang diperoleh dari informan
pada waktu didepan umum dengan pribadi, membandingkan
perkataan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakan kondisi sepanjang waktu, kemudian penulis juga
melakukan perbandingan wawancara dengan isi dokumen yang
28
G. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami secara utuh dan
berkesinambungan, maka perlu adanya penyusunan sistematika
pembahasan yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN yaitu: gambaran umum yang membuat
pola dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini
meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Membahas kajian pustaka sebagai
landasan teori dalam penelitian dan penulisan skripsi. Pada
bab ini berisi pembahasan yang berkaitan dengan
pengertian Bimbingan dan Konseling Islam, tujuan
Bimbingan dan Konseling Islam, fungsi Bimbingan dan
Konseling Islam, prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling
Islam, pengertian hypnosleep, langkah-langkah hypnosleep, tujuan hypnosleep, hypnosleep dalam perspektif islam, kemudian juga dibahas tentang pengertian perilaku negatif
anak, bentuk-bentuk perilaku negatif, penyebab perilaku
negatif anak dan dampak perilaku negatif anak.
BAB III PENYAJIAN DATA: Bab ini berisi pembahasan tentang
deskripsi umum obyek penelitian yang berisi deskripsi
29
deskripsi konselor, deskripsi ko-konselor, deskripsi konseli
dan deskripsi masalah. Selanjutnya pembahasan tentang
deskripsi hasil penelitian yang berisi: proses bimbingan dan
konseling Islam dengan hypnosleep dalam menangani perilaku negatif anak, serta deskripsi hasil proses
bimbingan dan konseling Islam hypnosleep dalam menangani perilaku negatif anak.
BAB IV ANALISA DATA: dalam bab ini berisi laporan hasil
penelitian yang berupa analisis proses pelaksanaan terapi
yang meliputi identifikasi masalah, diagnosis, prognosis,
treatment, dan follow up.
BAB V PENUTUP: yang berisi tentang kesimpulan dari kajian ini
30 BAB II
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM, HYPNOSLEEP DAN PERILAKU NEGATIF ANAK
A. KAJIAN TEORITIK
1. Bimbingan dan Konseling Islam
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam
Secara etimologis, Bimbingan dan Konseling terdiri atas dua kata yaitu “bimbingan” (terjemahan dari kata guidance) dan “konseling” (diadopsi dari kata counseling). Secara harfiah istilah
“guidance” dari akar kata “guide” berati mengarahkan (to direct),
membantu (to pilot), mengelola (to manage), dan menyetir (to steer).28
Dari segi pengertian bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam hidupnya, agar individu atau sekumpulan individu-individu
itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.29
Untuk menjelaskan pengertian bimbingan, maka berikut ini
adalah penjelasan dari berbagai pakar diantaranya adalah sebagai
berikut:
28
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 5
29
31
Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah tuntunan, bantuan
atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan
individu dalam menghindari atau menyatakan kesulitan-kesulitan
dalam kehidupannya agar supaya individu tersebut dapat mencapai
kebahagiaan.30
Menurut Sunaryo Kartadinata, dalam bukunya Syamsu Yusuf
LN dan Juntika Nurihsan mengartikan bahwa bimbingan sebagai
proses membantu individu untuk mencapai perkembangan
optimal.31
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh para
pakar bimbingan dan konseling tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan seorang
pembimbing kepada seorang individu maupun kelompok agar
individu maupun kelompok yang dibimbing tersebut dapat
mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan,
melalui interaksi, dan pemberian nasehat serta gagasan dalam
suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku
sehingga akan mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.
Sedangkan pengertian konseling adalah dalam bahasa
Inggris, Counseling dikaitkan dengan kata Counsel yang diartikan sebagai berikut: nasehat (to abtain counsel), anjuran (to give
30
Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah III, (Yogyakarta: Adi Offset, 1995), hal. 4
31
32
counsel), pembicaraan (totake counsel). Dengan demikian counseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.
Konseling merupakan pelayanan terpenting dalam program
bimbingan. Layanan ini memfasilitasi untuk memperoleh bantuan
pribadi secara langsung untuk mengatasi masalah yang timbul pada
diri seseorang.32
Mohammad Surya menyatakan bahwa konseling adalah
suatu proses berorientasi belajar, dilakukan dalam suatu lingkungan
sosial, antara seseorang dengan seseorang, dimana seorang
konselor yang memiliki kemampuan profesional dalam bidang
keterampilan dan pengetahuan psikologis, berusaha membantu
klien dengan metode yang cocok dengan kebutuhan klien tersebut,
dalam hubungaannya dengan keseluruhan program ketenagaan,
supaya dapat mempelajari lebih baik tentang dirinya sendiri, belajar
bagaimana memanfaatkan pemahamkan tentang dirinya untuk
realistik, sehingga klien dapat menjadi anggota masyarakat yang
berbahagia dan lebih produktif.33
Dari berbagai pemaparan pengertian konseling dari para
tokoh konseling tersebut, dalam pemaparannya tidak jauh beda,
yang intinya bahwa konseling itu merupakan suatu proses bantuan
32
Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan Dan Konseling, Cet.ke 3, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 21
33
33
yang dilakukan antar pribadi dimana satu orang dibantu oleh satu
orang lainnya untuk meningkatkan suatu pemahaman dan
kecakapan dalam menemukan suatu masalah yang dihadapi dan
menghasilkan sebuah solusi.
Setelah diketahui arti dari bimbingan dan konseling, maka
kemudian dalam hal ini perlu diketahui juga maksud dari penulis
dalam mendefinisikan Bimbingan Konseling Islam itu sendiri,
adalah sebagai berikut:
Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan
Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai
makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.34
Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling
agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam
adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok
orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam
menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan
pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran
34
34
batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang
dihadapinya.35
Maka dari itu makna secara keseluruhan maksud dari
Bimbingan dan Konseling Islam itu adalah suatu aktivitas
pemberian nasehat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan
saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor
dan konseli atau klien.36 Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd
dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan
bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian
bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu
agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang
dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan
nilai-nilai yang terkandung didalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah
Saw kedalam dirinya, sehingga dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.37
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas
pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang
membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya
agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan
35
Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5
36
Hamdan Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar Baru Pustaka, 2006 ), hal. 180-181
37
35
kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika
hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat
petunjuk dari Allah SWT.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
Secara garis besar tujuan Bimbingan dan Konseling Islam
dapat dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan diakhirat. Sedangkan tujuan dari bimbingan dan
konseling dalam Islam yang lebih terperinci adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghasilkan suatu perbuatan, perbaikan, kesehatan,
dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, jinak
dan damai, bersikap lapang dada dan mendapatkan pencerahan
taufik dan hidayah Tuhannya.
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan
kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik
pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja
maupun lingkungan sosial dan alam sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu
sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi,
kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu
36
berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala
perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi
itu individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah
dengan baik dan benar, ia dapat dengan baik menanggulangi
berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan
dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek
kehidupan.
6. Untuk mengembalikan pola pikir dan kebiasaan konseli yang
sesuai dengan Islam (bersumber pada Al-Quran dan paradigma
kenabian.38
Sedangkan dalam bukunya Bimbingan dan Konseling dalam
Islam, Ainur Rahim Faqih membagi tujuan Bimbingan dan
Konseling Islam dalam tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umumnya adalah membantu individu mewujudkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akherat.
2. Tujuan khususnya adalah:
a. Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
b. Membantu individu untuk mengatasi masalah yang
dihadapinya.
38
37
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan
situasi dan kondisi yang baik atau yang tetap baik menjadi
tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan
menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.39
c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam
Dilihat dari beragamnya klien maka fungsi Bimbingan dan
Konseling Islam secara tradisional dibagi menjadi:
1. Fungsi Preventif (pencegahan) yaitu membantu individu agar
dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum
mengalami masalah kejiwaan, upaya ini meliputi:
pengembangan strategi dan program yang dapat digunakan
mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
2. Fungsi Remedial atau Rehabilitatif yaitu konseling banyak
memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sangat
dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Fokus peranan
remedial adalah: penyesuaian diri, menyembuhkan masalah
psikologis yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan
mental serta mengatasi gangguan emosional.
3. Fungsi Edukatif (pengembangan atau developmental) yaitu berfokus pada membantu meningkatkan keterampilan dalam
kehidupan, mengidentifikasi dan memecahkan masalah hidup
39
38
serta meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam
kehidupan.40
Sedangkan secara umum, fungsi Bimbingan dan
Konseling meliputi beberapa aspek, diantaranya sebagai
berikut:
1. Fungsi pencegahan, yaitu merupakan usaha pencegahan
terhadap timbulnya masalah.
2. Fungsi penyaluran, bimbingan konseling membantu
mendapatkan kesempatan penyaluran pribadi
masing-masing.
3. Fungsi penyesuaian, bahwa bimbingan konseling membantu
tercapainya penyesuaian dengan lingkungannya.
4. Fungsi perbaikan, yaitu Bimbingan dan Konseling berusaha
untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
5. Fungsi pengembangan, pelayanan yang diberikan dapat
membantu dalam mengembangkan keseluruhan potensi dan
keterampilan yang ada dalam diri individu secara lebih
terarah.
d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam
Dalam bukunya Tohari Musnamar menyebutkan prinsip
bimbingan dan konseling islam antara lain:
40
39
1. Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan
memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya
(mengingatkan kembali akan fitrahnya).
2. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana
adanya, baik dan buruknya, kekuatan dan kelemahannya,
sebagai sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah, namun
manusia hendaknya menyadari bahwa diperlukan ikhtiar
sehingga dirinya mampu bertawakal kepada Allah SWT.
3. Membantu individu memahami keadaan (situasi dan kondisi)
yang dihadapinya.
4. Membantu individu menemukan alternatif pemecahan masalah.
5. Membantu individu dalam mengembangkan kemampuan
mengantisipasi masa depan, sehingga mampu memperkirakan
kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan sekarang
dan memperkirakan akibat yang akan terjadi, sehingga
membantu mengingat individu untuk lebih berhati-hati dalam
melakukan perbuatan dan bertindak.41
2. Hypnosleep
a. Pengertian Hypnosleep
Hypnosleep berasal dari dua gabungan kata, yaitu hypnosis dan sleep yang artinya, sebagai berikut:
41
40
1. Pengertian Hipnosis
Hipnosis berasal dari kata hypnos yang berarti tidur. Namun hipnosis itu sendiri bukanlah tidur. Secara sederhana,
hipnosis adalah fenomena yang mirip tidur, dimana alam bawah
sadar lebih mengambil peranan, dan peran alam sadar
berkurang. Pada kondisi semacam ini, seseorang menjadi sangat
sugestif (mudah dipengaruhi). Menurut Milton H Erikson, hipnosis adalah permainan imajinasi otak manusia melalui
teknik komunikasi persuasif dan sugestif. Imajinasi suyet (orang
yang terhipnosis) dikembangkan mengembara, bebas
berkeliaran. 42
Hipnosis adalah salah satu cara yang sangat efektif untuk
menjangkau pikiran bawah sadar dengan cepat dan mudah.
Proses komunikasi yang dilakukan sehari-hari dengan anak
merupakan suatu proses hipnosis. Melalui proses komunikasi
tersebut seseorang dapat menanamkan sugesti atau ide baru
dalam diri seseorang.43
Sedangkan pemanfaatan hipnosis dalam pembinaan anak
dibidang fisik, mental, dan spiritual dengan memperhatikan
42
Muhammad Noer, Hypnoteaching for Success Learning, (Yogyakarta: Pedagogia, 2010), hal.17
43
41
pengaruh hipnosis untuk selalu menanamkan sugesti positif pada
jiwa bawah sadar anak disebut dengan istilah hypnoparenting.44 Dalam kondisi hipnosis alam bawah sadar lebih
mengambil peranan. Didalam diri manusia terdapat dua bentuk
pemikiran, yakni pemikiran sadar (conscious mind) dan pemikiran bawah sadar (subconscious mind). Pemikiran sadar bekerja dengan sangat nyata. Artinya, orang yang bekerja
dengan pemikiran sadar akan bekerja dengan sadar diri,
mengerti betul dengan apa yang dikerjakan atau apa yang
sedang dipikirkan, seperti kegiatan manusia pada umumnya.
Ketika sedang makan, minum, duduk, berjalan, berlari,
membaca buku, menulis, belajar atau apapun itu yang dilakukan
benar-benar menyadari apa yang dikerjakan.
Saat dilahirkan, manusia hanya mempunyai satu pikiran
yaitu pikiran bawah sadar. Pikiran sadar baru terbentuk saat usia
3 tahun. Pikiran sadar akan semakin berkembang dan bekerja
optimal sekitar usia 13 tahun. Pengaruh pikiran sadar terhadap
hidup seseorang adalah 12%, sedangkan pikiran bawah sadar
88%. Dengan kata lain pengaruh kekuatan pikiran sadar dan
44
42
bawah sadar dalam menentukan perilaku, pola pikir, sikap
kebiasaan, dan hidup seseorang adalah 1:9.45
Adapun pikiran bawah sadar jarang sekali dikenali,
kecuali orang-orang yang mengerti dan memahami. Pikiran
bawah sadar bekerja dengan sangat sadar, walaupun tidak
disadari oleh pemiliknya. Pikiran bawah sadar bereaksi dengan
sangat halus, namun jelas dan pasti. Pikiran bawah sadar bekerja
sangat efektif tergantung dari program pemiliknya. Pikiran
bawah sadar tidak akan memedulikan program yang diberikan,
positif atau negatif, baik atau buruk, mendukung atau
mengurung, membawa kemajuan atau kemunduran. Semua
program akan diterima dengan senang hati dan dikerjakan
dengan sangat efektif.
Dengan bantuan hipnosis, seorang hipnotis atau
hipnoterapis dapat dengan mudah masuk ke pikiran bawah sadar
suyet (orang yang dihipnotis) dan melakukan otak-atik
„’program’’. Akibatnya bisa bermacam-macam dan mungkin
saja bermanfaat atau tidak bermanfaat. Program yang
bermanfaat jika sugesti yang diberikan berupa sugesti yang
positif. Adapun program yang tidak bermanfaat adalah sugesti
yang diberikan berupa sugesti negatif. Sugesti yang diberikan
ketika seseorang dalam keadaan hipnosis akan mempengaruhi
45
43
perilaku seseorang dan sebagai hasil akhir sudah tentu hidup
orang juga akan berubah.46 Orang-orang yang mudah terkena
sugestif disebut dengan sugestibel. Anak-anak pada umumnya sangat sugestibel.47 Adapun lima cara untuk masuk pikiran bawah sadar, yaitu melalui proses afirmasi, repetisi atau
pengulangan, intensitas emosi, kondisi hipnosis, dan
disampaikan figur yang berpengaruh.
2. Sleep
Sleep berasal dari bahasa Inggris yang artinya tidur. Sleep atau tidur juga dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah
sadar dimana seseorang masih dapat dibangunkan dengan
pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsangan lainnya.48
Berdasarkan electroencephalograph (EEG) atau perekam gelombang otak, kodisi tidur terbagi menjadi beberapa tingkatan
yang berbeda-beda, yang dimulai sekitar satu jam dari keadaan
mengantuk, lalu tidur dan akhirnya tidur nyenyak.49
3. Hypnosleep
Hypnosleep adalah sebuah cara dalam memberikan sugesti kepada anak dengan kata-kata, materi cerita atau dongeng yang
mengandung kisah-kisah tauladan sehingga mampu membangun
46
Bunda Lucky, Bunda Lucky, 5 Menit Menguasai Hipnoparenting, (Jakarta: Penebar
), hal.84
47
Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: Mandar Maju, 1996), hal.116
48
Pengertian Tidur Menurut Para Ahli, (http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-tidur-menurut-para-ahli.html?m=1, diakses 24 April 2016 pukul 10:46 wib)
49
44
karakter anak sesuai karakter yang ingin ditanamkan pada diri
anak yang disampaikan saat anak berada dalam kondisi alam
bawah sadar yang seperti sedang tidur atau mendekati tidur.
Dengan begitu perilaku negatif pada anak dapat dirubah dengan
cara yang mudah dan dapat menambah kedekatan anak dengan
orangtua melalui hypnosleep. Hypnosleep dilakukan ketika anak mau tidur malam dilanjut pada saat anak bangun pagi dan
dilakukan secara rutin atau bertahap. Dalam hypnosleep, orang tua berperan sebagai hipnotis, sementara anak selaku suyet atau
orang yang dihipnosis.
Gelombang otak manusia dibagi menjadi empat kategori
yaitu, beta (<12-25Hz), alpha (<8-12Hz), theta (<4-8Hz) dan
delta (<0.5-4Hz). Gelombang otak dapat diukur dengan alat
electroencephalograph (EEG). Gambar 2.1
Gelombang Otak Manusia
Otak manusia memancarkan frekuensi tertentu untuk
45
delta yang mempunyai kisaran frekuensi (<0.5-4Hz) gelombang
ini dialami seseorang saat tidur nyenyak. Hypnosleep dilakukan pada saat anak dalam tingkat kesadaran theta (<4-8Hz). Kondisi
theta merupakan kondisi meditatif yang sangat mendalam, ide-ide kreatif sering muncul pada kondisi ini. Informasi yang
diterima anak saat otak dalam kondisi ini akan langsung
menjangkau bawah sadar dan tersimpan dalam memori jangka
panjang. Karena itu kondisi ini disebut kondisi yang sangat
sugestif dan pada kondisi theta biasa ditandai dengan rapid eyemovement(REM) atau pergerakan mata.50
Selain itu dalam proses hypnosleep cerita atau dongeng yang disampaikan harus sesuai dengan permasalahan yang
dialami klien dan disampaikan dengan menarik dengan
memperhatikan efek visualisasi, auditorial dan kinestekniknya.
b. Langkah-langkah Hypnosleep
Langkah-langkah pada hypnosleep ini masih menggunakan langkah yang tidak jauh berbeda dengan hipnoterapi pada umumnya,
yaitu tahapan yang ada di struktur dasar hipnoterapi, yaitu pre-induction, induction, deepening, sugestion dan termination. Akan tetapi, tidur bagi seorang muslim adalah ibadah, maka sebelum tidur
hendaklah didahului dengan adab-adab tidur yang dicontohkan
50
46
Rasulullah Saw agar tidur menjadi tenang, nyaman dan tidak
diganggu setan dan dapat bangun di pagi hari.51 Adapun adab tidur
Rasulullah Saw sebagai berikut:
a) Berwudhu sebelum tidur
Tidur dalam keadaan berwudhu termasuk sebuah
keutamaan. Rasulullah Saw terbiasa melakukan wudhu sebelum
tidur. Bahkan ketika tengah malam beliau terbangun karena
ingin membuang hajat, kemudian setelah selesai membuang
hajat, beliau berwudhu kembali sebelum melanjutkan tidur. Oleh
karena itu berwudhu sebelum tidur sangat dianjurkan seperti
yang tertera dalam hadits dibawah ini:52
ةاَصلل كءْوضو ْأَضوتف كعجْضم تْيتأ اذإ
.
Artinya: Rasulullah SAW menerangkan, "Apabila kamu mendatangi tempat tidurmu, maka berwudhulah sebagaimana wudhu akan sholat". (HR. Bukhari)
Di jelaskan juga bersuci ketika tidur itu ada dua macam:
bersuci secara zhahir yaitu bersuci sebagaimana yang orang
ketahui dan bersuci secara batin yaitu bertaubat.53 Jadi,
membiasakan wudhu sebelum tidur akan menjadi pembersih diri
seseorang dari dosa-dosa yang dilakukannya pada hari itu.
51 Abu Ihsan, Penuntun Lengkap Bergambar : Do’
a Yuk! – Beserta Tata Caranya, (Mizan Publishing, 2005), hal.48
52Muhammad Syafi’ie el
-Bantanie, Dahsyatnya Terapi Wudhu, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), hal. 158
53