• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGUBAH POLA HIDUP HEDONIS SEORANG MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM MENGUBAH POLA HIDUP HEDONIS SEORANG MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

DENGAN TEKNIK

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY

DALAM MENGUBAH POLA HIDUP HEDONIS

SEORANG MAHASISWA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Millaty Nuzula Al Anshori

(B03212016)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Millaty Nuzula (B03212016). Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Rational Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

Fokus penelitian adalah 1) Bagaimana proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?. 2) Bagaimana hasil penerapan Rational Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?.

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti menggunaka metode kualitatif denga analisa deskriptif komperatif. Dalam menganalisa hasil akhir dari pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, menggunakan analisa deskriptif komperatif, yang mana penulis membandingkan data teori dan data yang terjadi di lapangan.

Proses yang dilakukan konselor yang pertama adalah identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, selanjutnya treatment dengan langkah yang pertama adalah konselor merubah pikiran-pikiran irrasionalnya kearah yang lebih rassional. Kedua, memperbaiki cara berpikir konseli dan menyadarkan bahwa pemikiran irrasional negative dapat dirubah menjadi lebih positif. Dan ketiga, memberi alternative pemecahan masalah, dengan memberi tugas-tugas dalam memperbaiki perilaku negative konseli. Setelah proses konseling selesai yaitu langkah terakhir menindak lanjuti masalah yang dialami konseli setelah dilakukannya proses konseling.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi adalah hedonisme yang telah membuat konseli berpikiran irrasional, yaitu konseli berpikir tidak masuk akal bahwa dengan bermewah-mewahan akan membuatnya bahagia. Sedangkan hasil akhir dari proses konseling terhadap konseli dalam penelitian ini cukup berhasil, yang mana dari hasil tersebut dapat dilihat dari adanya perubahan pada perilaku konseli yang sudah bisa menghindari bermewah-mewahan dan sedikit demi sedikit mencoba berpikir yang rasional.

(7)

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULISANSKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... . viii

DAFTAR ISI ... . x

DAFTAR TABEL ... . xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 10

E. Defisi Konsep... 11

F. Metode Penelitian... 15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 15

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian ... 17

3. Jenis dan Sumber Data ... 17

4. Tahap-tahap Penelitian... 18

a. Tahap Pra Lapangan ... 18

b. Tahap Persiapan Lapangan ... 21

c. Tahap Pekerjaan Lapangan ... 22

d. Teknik Pengumpulan Data... 23

e. Tehnik Analisa Data ... 26

f. Tehnik Keabsahan Data ... 29

G. Sistematika Pembahasan... 30

BAB II Bimbingan dan Konseling Islam,Rational Emotive Behavior Therapy, dan Hedonisme A. Kajian Teoritik ... 32

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 32

a. Pengertian Bimbingan Konseling ... 32

b. Tujuan Bimbingan Konseling Islam ... 34

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam... 35

d. Prinsip Bimbingan Konseling Islam ... 36

e. Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ... 38

f. Unsur-unsur Bimbingan Konseling Islam ... 39

(8)

a. Pengertian REBT ... 41

b. Tujuan REBT... 42

c. Teknik-teknik REBT... 45

d. Cirri-ciri REBT ... 49

e. Langkah-langkah REBT... 51

3. Hedonisme... 51

a. Pengertian Hedonisme ... 51

b. Faktor yang Mempengaruhi Hedonisme ... 53

c. Tanda-tanda Hedonisme ... 54

d. Dampak Hedonisme ... 55

4. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 56

BAB III PENYAJIAN DATA PENELITIAN A. Deskripsi Umum Objek Penelitian ... 58

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 58

a. Letak Geografis ... 58

b. Kondisi Sosial dan Keagamaan ... 60

c. Kondisi Ekonomi ... 61

2. Deskripsi Konselor ... 61

a. Identitas ... 62

b. Riwayat Pendidikan ... 62

3. Deskripsi Klien ... 63

a. Latar Belakang Keluarga ... 64

b. Latar Belakang Ekonomi ... 66

c. Latar Belakang Keagamaan ... 66

d. Latar Belakang Sosial ... 67

4. Deskripsi Masalah ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 69

1. Deskripsi Proses Pelaksanaan BKI dengan REBT dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis ... 69

a. Identifikasi Masalah ... 69

b. Diagnosis ... 73

c. Prognosis ... 73

d. Treatmen ... 75

e. Evaluasi danFollow Up... 85

2. Deskripsi Hasil Akhir Pelaksanaan BKI dengan REBT dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis ... 89

(9)

B. Analisis Hasil Akhir Pelaksanaan BKI dengan REBT

dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis ... 96 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 99 B. Saran ... 100 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian ... 22

Tabel 1.2 Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 25

Tabel 2.1 Batas Wilayah Kelurahan Medoan Ayu Surabaya ... 59

Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Medoan Ayu Surabaya ... 60

Tabel 2.3 Penyajian Data Hasil Proses Bimbingan Konseling Islam ... 92

Tabel 3.1 Perbandingan Proses Pelaksanaan di Lapangan dengan Teori BKI ... 93

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Arus globalisasi yang begitu pesat di Indonesia, menyebabkan adanya perubahan di segala aspek kehidupan seperti mode, informasi dan gaya hidup. Perkembangan zaman yang berdampak pada munculnya berbagai gaya hidup dalam masyarakat, yang menyebabkan remaja yang mudah terpengaruh dan memiliki keinginan untuk mencoba-coba hal baru.

Globalisasi dan moderenisasi ternyata tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga berdampak negatif yang dirasakan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Globasisasi telah menyebabkan banyak perubahan-perubahan didalam kehidupan manusia, misalnya perubahan-perubahan dalam kehidupan sosial masyarakat, antara lain menyangkut perubahan nilai, moral, dan etika kehidupan.

(12)

2

untuk bisa hidup mewah. Berfoya-foya dan “nongkrong” di caffe, mall dan plaza, ini merupakan bagian dari agenda hidup mereka. Barangkali inilah efek negatif dari semakin banyaknya mall, plaza dan hypermartket lainnya.

Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungannya termasuk remaja khususnya bagi mahasiswa. Remaja merupakan individu yang mudah berubah akibat adanya modernisasi. Hal ini dikarenakan remaja berada pada masa transisi dari kehidupan anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan dan perkembangan yang pesat baik dari segi fisik maupun psikis.1

Gaya hidup mahasiswa saat ini adalah gaya hidup konsumtif kelas menengah ke atas yang dicirikan dengan kemampuan mengonsumsi produk dan gaya hidup yang serba modern. Mahasiswa sering kali digambarkan sibuk berpacaran dengan gaya hidup yang menonjolkan tampilan fisik. Fenomena hura-hura oriented kerap ditemui di kampus. Semakin jarang terdengar percakapan akademis di lingkungan mahasiswa. Percakapan mereka lebih didominasi masalah fashion, sinetron dan film terbaru, serta aneka bentuk hedonisme lainnya.

Penyataan ini sungguh ironis mengingat mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa dan di pundak mahasiswalah harapan semua orang bertumpu. Mahasiswa yang terpengaruh budaya konsumtif dan sulit melepaskan diri dari pengaruh teman-temannya yang sama-sama berperilaku konsumtif perlahan-lahan akan kehilangan daya pikir, logika, nalar, dan analisisnya.

1

Monks dkk, Psikologi Perkembangan, Pengantar dalam Berbagai Bagiannya,

(13)

3

Menurut Al-Quran, budaya hedonisme berpacu pada sikap mementingkan hawa nafsu dan pemikiran matrealistik manusia (cinta dunia). Sikap ini telah melahirkan golongan manusia mewah dan masyarakat cinta akan harta, tamak dan bermegah dengan kedudukan dan status dalam masyarakat. Mereka selalu cenderung pada kemewahan dan kesenangan. Seperti dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 116 yang berbunyi :

Artinya:

Maka mengapa tidak ada dari pada umat-umat yang sebelum kamu orang yang memepunyai keutamaan yang melarag dari pada (mengerjakan) kerusakan dimuka bumi, kecuali sebagian kecil antara orang yang telah kami selamatkan antara mereka, dan orang yang dzolim bnyak mementingkan yang mewah yang ada pada mereka. Dan mereka ialah orang yang berdosa (QS. Hud : 116).2

Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serba kecukupan tanpa harus bekerja keras. Titel “remaja yang gaul dan funky” baru melekat bila mampu memenuhi standar

tren saat ini. Yaitu minimal harus mempunyai gadget smartphone, lalu baju serta dandanan yang selalu mengikuti mode. Beruntung bagi mereka yang termasuk dalam golongan berduit, sehingga dapat memenuhi semua tuntutan

2

(14)

4

kriteria tersebut. Akantetapi bagi yang tidak mampu dan ingin cepat seperti itu, pasti jalan pintaslah yang akan ditempuh.

Dalam realitasnya begitu pula yang terjadi pada mahasiswa-mahasiswa di Surabaya khususnya di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya , tidak sedikit dari mereka yang memiliki gaya hidup hedonis. Terlihat di mall, cafe-cafe, banyak dijumpai mahasiswa yang berfoya-foya mencari kesenangan semata di tempat-tempat tersebut, dan melupakan tugasnya sebagai generasi penerus bangsa. Hasil dari pengamatan penulis, mayoritas mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya juga memiliki gaya hidup yang terkesan bernewah-mewah ini terlihat pada kebiasaan mereka yang lebih memilih “nongkrong” di mall, cafe, dan plaza dari pada harus memenuhi

tanggung jawabnya sebagai mahasiswa.

Dapat terlihat pula dari cara berpakaian, pola hidup, serta perilaku konsumtif pada mereka, juga tak jarang mereka seolah menggampangkan prosesperkuliahan, seperti jarangnya mengikuti jam kuliah yang telah dijadwalkan bahkan tidak sedikit mahasiswa yang hanya menitip absen kepada temannya. Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas, terlihat bahwa gaya hidup hedonisme telah meracuni generasi muda khususnya mahasiswa. Dengan melihat fenomena ini, peneliti tertarik untuk meneliti potret gaya hidup hedonisme di kalangan mahasiswa.

(15)

5

pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Faktor-faktor tersebut ialah : 1) Orang tua dan kaum kerabat, Orang tua dan kerabat adalah penyebab utama generasi mereka menjadi hedonisme. Orang tua lalai untuk mengajarkan anak dengan norma dan gaya hidup timur yang punya spiritual. Contohnya, sebagian orang tua jarang yang ambil pusing apakah anak sudah sholat atau belum, apakah mereka sudah bisa mebaca Al-Qur'an atau belum. 2) Faktor Bacaan, Faktor bacaan memang dapat mencuci otak para remaja untuk menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Mereka senang dengan bacaan mengenai trend atau gaya hidup terbaru dan entertainment sehingga timbul keinginan untuk mengikuti atau menirunya. 3) Pengaruh tontonan, Pengaruh tontonan, tayangan televisi (profil sinetron, liputan tokoh selebriti dan iklan) juga mengundang remaja untuk mengejar hedonisme. Isinya banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan, perceraian, pernikahan. hamil di luar nikah dan bermesraan di muka publik sudah tidak apa-apa lagi, cobalah dan lakukanlah! seolah-olah beginilah ajakan misi televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak menghibur.3

Adapun dampak dari sifat hedonis, yaitu :1) Hedonisme membuat orang lupa akan tanggungjawabnya karena apa yang dia lakukan semata-mata untuk mencari kesenangan diri. Jika hal-hal tersebut mampu menggeser budaya bangsa Indonesia maka sedikit demi sedikit Indonesia akan kehilangan jati diri yang sesungguhnya. 2) Manusia akan memprioritaskan kesenangan diri sendiri dibanding memikirkan orang lain, sehingga menyebabkan hilangnya rasa

3

(16)

6

persaudaraan, cinta kasih dan kesetiakawanan social. 3) Sikap egoisme akan semakin membudaya, inilah bukti hedonisme yang menjadi impian kebanyakan anak muda. 4) Semakin berkembangnya sistem kapitalis-sekuler karena sistem inilah yang menyebabkan hedonisme berkembang secara pesat. 5) Merusak suatu sistem nilai kehidupan yang ada dalam masyarakat sekarang, mulai sistem sosial, politik, ekonomi, hukum, pendidikan sampai sistem pemerintahan. 6) Meningkatnya angka kriminalitas. Tindak kriminal yang akhir-akhir ini marak terjadi kebanyakan dilatar belakangi oleh sifat hedonisme manusia semata.4

Dengan berkaitannya pada study kasus penelitian saya, sebut saja dia R (karna ia tidak mau disebutkan namanya ). Dia berusia 22 tahun dia asli anak Surabaya. Dan dia tercatat sebagai mahasiswa UINSA semester 8 sama seperti saya. Dia mempunyai gaya hidup yang luar biasa samapai orang tuanya kebingungan menuruti permintaannya yang aneh-aneh, seperti meminta gadget, motor ninja padahal dia terhitung dari keluarga yang (maaf) bisa dikatakan kalangan menengah kebawah bukan menengah keatas, namun gaya hidupnya sepeti orang yang menengah keatas, dari cara bicaranya juga berbeda, dia berusaha berbicara dengan bahasa-bahasa kekinian dan selalu berbicara tentang sesuatu yang berbau dengan matrealistis padahal kenyataannya sama sekali tidak sesuai dengan yang dia bicarakan, salah satu contohnya adalah pernah suatu hari R diajak teman-teman kampusnya untuk main ke malang, kemudian R menawari temannya untuk membawa mobilnya, kemudian

teman-4

(17)

7

temannya meng iyakan tawaran R, kemudian salah satu temannya juga membawa mobil soalnya mobilnya tidak cukup, jadi mereka membawa 2 mobil, kemudian mereka brangkat, setelah sampi tol tiba-tiba mobil yang dikendarai R mengalami kecelakaan setelah itu polisi datang dan singkat cerita R ditanya dengan teman-temannya itu sebenarnya mobil rental atau pribadi, dia menjawab itu mobil pribadi, namun pada kenyataannya didalam mobil teman-temannya menemukan kertas-kertas rental (penyewaan),

Tiga hari setelah kejadian itu terjadi ayah R dengan R menemui teman-teman R kemudian beliau bilang dengan berlinang air mata bahwa sebenarnya R dan kluarga itu yang sederhana, mobil yang dipakai juga mobil rental beliau bingung bagaimana cara memperbaiki mobil itu, mencari uang begitu banyaknya dengan gajinya sebagai satpam, beliau juga mengakui bahwa beliau juga “keteteran” untuk membelikan R gadget sampai-sampai beliau hutang temannya, pada saat itu R hanya terdiam. Setelah kejadian itu teman-temannya menyangka dengan kejadian itu R bisa berubah ternyata sampai saat ini dia tidak berubah, sikap R seperti itu sudah lama melekat di dalam dirinya, terkadang teman-temannya dijanjikan untuk ditraktir makan-makan di restoran padahal kenyataannya tidak sama sekali, disini sudah jelas bahwa dia mengikuti gaya hidup hedonis.

(18)

8

mengembangkan diri seoptimal mungkin melalui tingkah laku yang baik. Dengan menggunakan teknik-teknik yang ada dalam pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy diharapkan R mampu mengubah cara pandang dan tingkah laku yang keliru.

Pendekatan REBT singkatan dari Rational Emotive Behavior Therapy yang bertujuan untuk menghilangkan kecemasan, ketakutan, kekhawatiran, ketidakyakinan, dan semacamnya dan untuk mencapai perilaku rasional.5Pendekatan REBT dikembangkan oleh Albert Ellis, yaitu pendekatan behavior kognitif yang menekan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar sosial, di samping itu individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali supaya belajar berpikir rasional. Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis yang biasanya diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional akan tercermin dari kata-kata yang digunakan. Kata-kata-kata yang tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata-kata yang tepat menunjukan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat, serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.6

5

Andi Mapiare AT,Pengantar Psikoterapi Konseling dan Psikoterapi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 156.

6

(19)

9

Albert Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam REBT yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistic. Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih menjadi sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.7

Jadi pada penelitian ini, penulis menggunakan penelitian Studi kasus, karena penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantunya mengatasi masalah yang dialaminya.

Maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang gaya hidup yang marak digandrungi oleh remaja jaman sekarangyaitu “ Bimbingan Konseling Islam dengan Teknik Rasional Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latara belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana terapi REBT dalam mengubah pola hidup hedonis seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?

2. Bagaimana hasil penerapan terapi REBT dalam mengubah pola hidup hedonis seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya?

7

(20)

10

C. Tujuan Penelitian

Berpijak dari rumusan masalah yang penulis ajukan dan sudah merupakan suatu keharusan bahwa setiap aktivitas mempunyai tujuan yang dicapai, maka tujuan dalam penelitian adalah :

1. Untuk menjelaskan Terapi Rasional Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa.

2. Untuk menjelaskanhasil dari Terapi Rasional Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penulis meneliti kasus ini, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian teoritis dari penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai pedoman di dalam melakukan penelitian secara lebih lanjut, terutama dalam mengkaji Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Seorang Mahasiswa. 2. Praktis

(21)

11

b. Diharapkan dapat dijadikan literatur dan acuan bagi Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam sebagai bahan referensi dan akademis pada umumnya yang akan melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenaiBimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis Mahasiswa.

E. Definisi Konsep

Dalam penelitian ini, perulah peneliti membatasi dari sejumlah konsep yang diajukan dalampenelitian dengan judul “Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Rational Emotive Behavior Therapy dalam Mengubah Pola Hidup Hedonis SeorangMahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya”.

Untuk dapat lebih mmahami judul diatas, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang terdapat didalamnya. Istilah-istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.8

Bimbingn dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, terus menerus dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara

8

(22)

12

optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur`an dan Hadist.9

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu maupun kelompok secara continue dan sistematis. Dalam hal ini Bimbingan Konseling Islam digunakan peneliti untuk memberikan arahan dan bimbingan agar klien menyadari dirinya sebagai hamba Allah senantiasa bisa lebih tergar dan sabar atas segala ketentuan-ketentuan Allah sehingga klien tidak merasa takut atau cemas dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya.

2. Rational Emotif Behavior Therapy

Pendekatan Rational Emotif Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Pendekatan ini dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahap. Pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berfikir rasional yang salah satunya didapat melalui belajar social. Di samping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali untuk berfikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu untuk mengubah pikiran-pikiran irasionalnya ke pikiran rasional melalui teori A-B-C10Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktek REBT. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah

9

Samsul Munir,Bimbingan dan Konseling Islam,(Jakarta: Amzah, 2010), Hal. 23.

10

(23)

13

laku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seeorang; reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak. A (peristiwa yang mengaktifkan) bukan penyebab timbulnya C (konsekwensi emosional). Alih-alih, B, yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni penybab emosional.11

Dalama penelitian ini konselor menggunakan Rational Emotif Behavior Therapy karena didalamnya terdapat tiga focus terapi sekaligus, yakni pemikiran, emosi, dan perilaku yang mana terapi ini dirasa sangat cocok diterapkan kepada klien yang akan diteliti yang pada dasarnya mempunyai sifat Hedonis.

3. Gaya Hidup Hedonis a. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Seorang yang cenderung berpenghasilan besar akan dengan mudah mengalokasikan uangnya untuk kesenangan dan kemewahan tanpa memikirkan nominal12

Salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri”. Memang benar apa yang dikatakan Sarwono, konsep diri

sangat berpengaruh pada gaya hidup seseorang, seperti apa kita menggambarkan diri kita maka gaya hidup yang harus kita jalani adalah sesuai dengan gambaran kita tersebut, misalnya orang yang

11

Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, ( Bandung:PT Refika Aditama, 2009), hal. 242.

12

(24)

14

memiliki konsep diri sebagai tokoh agama maka gaya hidup yang dijalani biasanya sederhana dan penuh dengan rasa syukur, atau orang yang memiliki konsep diri sebagai atlit olahraga maka biasanya gaya hidup sehat yang dijadikan prinsipnya.13

Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang adalah sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, persepsi, kelompok referensi, kelas sosial, keluarga, dan kebudayaan. Dari pendapat tersebut dapat dikelompokkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Dan faktor eksternal yaitu kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.14

b. Hedonisme

Hedonisme berasal dari bahasa yunani “hedone”, artinya kesenangan. Jadi, hedonisme dapat diartikan etika atau pandangan

13

Dauzan Deriyansyah Praja dan Anita Damayanti, “ Gaya HidupHedonisme di Kalangan Mahasiswa“, Sosiologi, 3 ( April, 2009 ), hal. 187.

14

(25)

15

yang mengagnggap kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama hidup. Hal ini sesuai dengan filsafah etika hedonisme yang mengatakan, bahwa kesenangan atau kenikmatan realitas hidup yang tak perlu dihindarkan dan setiap orang suka merasakan kesenangan atau kenikmatan. Bagi para penganut etika hedonisme, kesenangan atau kenikmatan merupakan nilai tertinggi dalam hidup mereka. Sadar atau tidak, banayak remaja yang menempatkan kenikmatan material sebagai nilai tertinggi didalam hidup mereka.15

F. Metode Penelitian

Metode penelitia merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.16Adapun langkah-langkah dalam metode penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif dugunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.17 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan, dll., secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

15

Drs. E.B. Surbakti, M.A. “Kenalilah Anak Remaja Anda” (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), hal. 238.

16

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 2.

17

(26)

16

alamiah.18 Jadi dengan pendekatan kualitatif ini peneliti melakukan penelitian dengan apa adanya dalam memperoleh data tentang gaya hidup hedonis seorang mahasiswa tanpa memanipulasi situasi dan kondisi di lapangan, ini dilakukan untuk memahami fenomena tentang permasalahan yang dialami oleh klien tersebut, mulai dari perilaku hedonis, dampak hedonis, sampai dengan apa saja yang melatarbelakangi gaya hidup hedonis tersebut.

Data-data yang didapatkan adalah data kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari klien, maupun informan serta perilaku klien yang dapat diamati, sehingga dapat diketahui serta dipahami secara rinci, mendalam dan menyeluruh tentang permasalahan yang dialami oleh klien.19

Jenis penilitian yang digunakan adalah studi kasus.Penelitian berbasis kasus ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan kasus untuk menjelaskan suatu fenomena dan mengaitkannya dengan teori tertentu.20

Penulis ingin melakukan penelitian dengan cara mempelajari individu secara rinci dan mendalam selama kurun waktu tertentu untuk membantunya mengatasi masalah yang dialaminya.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

18

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 6.

19

Lexy J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 4.

20

(27)

17

Sasaran dalam penelitian adalah seorang mahasiswa yang bernama Randi (nama samaran) yang mengalami gaya hidup hedonis. Karakteristik dari sasaran penelitian, yaitu laki-laki sebagai seorang mahasiswa dan berusia 22 Tahu. Dia anak dari keluarga yang sederhana. Setiap harinya selalu bersenang-senang seperi membeli barang-barang mahal, nongkrong di caffe, membohongi orang tuanya dll. Bermula dari ajakan temannya untuk selalu mengajaknya membeli barang-barang mahal, nongkrong di caffe dan menghambur-hamburkan uang sapai Randi timbul pemikiran Randi bahwa “ Dengan mengahmbur-hamburkan uang bisa merasa bahagia “ maka Randipun melakukannya sampai sekarang.

Lokasi penelitian ini bertempat di Kelurahan Medokan Ayu Kecamatan Rungkut Surabaya. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti sudah mempunyai kedekatan dengan klien. Alasan dipilihnya lokasi ini karena adanya permasalahan yang dianggap perlu ditangani dan memerlukan bantuan. Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengamat penuh, dimana peneliti mengamati stabilitas emosi dari klien selama penelitian berlangsung.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.

(28)

18

yaitu data yang diambil dari sumber pertama di lapangan. Dalam data primer dapat diperoleh keterangan kegiatan keseharian, perilaku, latar belakang masalah klien, pandangan klien tentang keadaan yang telah dialami, dampak-dampak yang terjadi dari masalah yang dialami klien, pelaksanaan proses konseling, serta hasil akhir pelaksanaan konseling. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung dari lapangan, yaitu nformasi dari klien yakni seorang remaja yang berpola hidup hedonis (Randi)

2) Data Sekunder

yaitu data yang diperoleh dari bahan kepustakaan. Data ini digunakan untuk melengkapi data primer.21Data diperoleh yakni mengenai gambaran lokasi penelitian, kondisi keluarga klien, lingkungan klien, kondisi ekonomi klien, dan perilaku keseharian klien. Sumber data sekunder adalah sember data yang diperoleh dari orang lain guna melengkapi data yang diperoleh dari sumber data primer. Sumber ini penulis peroleh dari data informan seperti keluarga, kerabat, tetangga, dan teman klien.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui 3 tahapan,yakni sebagai berikut: a. Tahap Pra Lapangan

Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu

21

(29)

19

dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.22

1) Menyusun rancangan penelitian

Peneliti membuat susunan rancangan penelitian saat melakukan penelitian, adapun susunan tersebut adalah:

Pertama, yang peneliti lakukan adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya dari klien maupun informan (orang tua dan teman-teman klien), hal ini dilakukan dalam upaya mengidentifikasi kasus agar mengetahui dan mengenali permasalahan yang dialami oleh klien. dari identifikasi masalah inilah dapat diketahui gejala-gejala yang nampak serta faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi klien mengalami permasalahan.

Kedua, setelah sudah diketahui gejala dan faktor yang melatar belakangi masalah, selanjutnya peneliti atau konselor menetapkan permasalahan yang dialami oleh klien.

Ketiga, setelah diketahui masalah yang sebenarnya, selanjutnya menetapkan jenis bantuan yang akan diberikan, sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh klien. setelah sudah ditetapkan bantuan selanjutnya yakni pemberian bantuan kepada klien dengan menggunakan REBT yang dilakukan dengan tehnik-tehnik REBT.

22

(30)

20

Keempat, setelah pemeberian bantuan dilakukan dengan beberapa sesi, maka selanjutnya yakni melihat hasil dari pemeberian bantuan dengan terapi REBT tersebut melalui wawancara dari klien sendiri serta informan (orang tua dan teman-teman klien), untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pemberian terapi tersebut.

2) Memilih lapangan penelitian

Peneliti mulai memilih lapangan yang akan diteliti. Dengan mempertimbangkan teori yang sesuai dengan yang ada di lapangan. Sehingga dapat peneliti pilih lapangan yang sesuai yakni di Kelurahan Medokan Ayu Kecamatan Rungkut Surabaya.

3) Mengurus perizinan

Peneliti mengurus surat perizinan dalam pelaksanaan penelitian dari pihak jurusan, setelah peneliti menerima surat izin dari jurusan, selanjutnya peneliti meminta No.surat keluar di bagian Akademik. Akhirnya, surat izin penelitian diberikan kepada pihak Kelurahan Medokan Ayu Surabaya yang nantinya dijadikan peneliti melakukan penelitian.

4) Menjajaki dan memilih lapangan

Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.23Dalam hal ini peneliti akan menjajaki

23

(31)

21

lapangan dengan mencari informasi di tempat peneliti melakukan penelitian.

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Dalam hal ini, peneliti memilih orang tua, tetangga dan teman-teman untuk dijadikan informan, ini dilakukan untuk membantu agar secepatnya memperoleh banyak informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

6) Menyiapkan perlengkapan

Peneliti menyiapkan alat-alat untuk keperluan penelitian seperti bulphoint, kertas, pensil, map, klip, kamera, dan lain-lain. 7) Persoalan Etika Penelitian

Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.24 Dalam hal ini peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan klien maupun keluarga klien, agar etika dalam penelitian terlaksana dengan baik.

b. Tahap Persiapan Lapangan

Tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara rinci. Kemudian ikut

24

(32)

22

berperan serta sambil mengumpulkan data yang ada di lapangan. Adapun jadwal yang mencakup waktu dan kegiatan dalam melakukan penelitian yakni sebagai berikut:

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Waktu Kegiatan

1 24 Mei 2016 Mengurus perizinan

2 30 Mei 2016 Penyerahan surat izin penelitian

3 30, 31 Mei 2016 Mengamati fenomena yang ada di lapangan

4 30, 31 Mei 2016 Mencari data lapangan

Proses Konseling

5 03, 05, 06, 07 Juni 2016

Menggali data mengenai klien, dari klien orang tua, tetangga dan teman-teman klien

(Identifikasi Masalah)

6 07 Juni 2016 Mendiagnosa masalah serta merencanakan bantuan yang akan diberikan pada klien

7 Juni 2016 Melakukan konseling dengan memberikan REBT kepada klien

8 17-19 Juni 2016 Evaluasi dan Follow Up konseling

9 20-30Juni 2016 Observasi untuk mengevaluasi tindakan klien setelah konseling

10 Juli 2016 Laporan

c. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap pekerjaan lapangan dilakukan peneliti untuk memahami latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan diri baik fisik maupun mental.25 Pertama yang dilakukan peneliti di lapangan adalah memberikan surat izin penelitian pihak yang berwenang di Kelurahan

25

(33)

23

Medokan Ayu, Selanjutnya yakni memasuki lapangan untuk mengamati fenomena yang ada di lapangan agar memperoleh banyak informasi tentang kondisi lingkungan sebelum menjalin keakraban dengan klien atau informan lainnya.

Hari berikutnya peneliti melakukan penggalian data mengenai lokasi penelitian dari lingkungan dan tema-teman dan dokumentasi.Setelah itu, dilakukan penggalian data mengenai permasalahan klien dari informan maupun klien sendiri dalam waktu beberapa hari dan terus menerus dilakukan oleh peneliti sampai ditemukan gejala dan faktor yang melatar belakangi agar permasalahan dapat diketahui. Selanjutnya menetapkan permasalahan klien bahwa klien (mahasiswa) mengalami gaya hidup hedonis dan merencanakan bantuan yang akan diberikan untuk mengatasinya.

Konseling dilakukan setelah permasalahan sudah diketahui dengan melaksanakan bantuan yang sudah direncanakan sebelumnya, dalam hal ini dilakukan bimbingan dan konseling dengan REBT dalam mengubah gaya hidup hedonis yang dialami oleh sorang mahasiswatersebut. setelah dilakukannya proses konseling selanjutnya dialakukan kembali penggalian data dari informan maupun klien untuk mengetahui hasil dari proses konseling, ini dilakukan secara terus menerus melalui wawancara dan Observasi sampai ditemukan data yang valid.

(34)

24

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, ini dikarenakan tujuan utama teknik dari penelitian adalah mendapat data. Adapun tehnik pengumpulan data yang peneliti gunakan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena social dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut. observer bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap serta membaca permasalahan dalam moment-moment tertentu dengan dapat memisahkan antara yang diperlukan dengan yang tidak diperlukan.26

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan umtuk mengamati konseli meliputi : kondisi konseli baik kondisi sebelum, saat proses konseling maupun sesudah mendapat konseling, kegiatan konseli, dan proses konseling yang dilakukan. Selain itu untuk mengetahui deskripsi lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan satu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data

26

(35)

25

dengan dialog tanya jawab secara lisan baik langsung maupun tidak langsung.27 Melibatkan seseorang yang ingin memperole informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi mendalam pada diri konseli yang meliputi identitas diri, kondisi keluarga, lingkungan dan ekonomi, serta permasalahan yang dialami.28

c. Dokumentasi

Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang di peroleh melalui dokumen-dokumen.29Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti : buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, catatan harian, dan lain-lain.

Data yang di peroleh melalui metode ini adalah data berupa gambaran umum tentang lokasi penelitian, yang meliputi dokumentasi tempat tinggal konseli, identitas konseli, masalah konseli, serta data lain yang menjadi data pendukung seperti foto dan arsip-arsip lain.

27

Djumhur dan M. Suryo,Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah( Bandung : CV. Ilmu, 1975 ), hal. 50.

28

Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal. 180.

29

(36)

26

Lebih jelasnya, untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini:

Tabel 1.2

Jenis Data,Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

No. Jenis Data Sumber Data TPD

1 Data primer

a. Kondisi klien sebelum proses konseling b. Keadaan klien ketika proses konseling c. Kondisi klien setelah selesai proses konseling

Klien

O

Data Sekunder

a. Kondisi keluarga klien

b. Kondisi di lingkungan disekitar rumah klien

Orang tua dan

- Tempat tanggal lahir klien - Usia klien

- Pendidikan klien b. Latar belakang masalah klien c. Permasalahan yang dialami klien d. Proses konseling yang dilakukan

e. Kondisi klien saat mengalami permasalahan

Klien

W

Data sekunder

a. Kondisi keluarga klien

b. Kondisi disekitar lingkungan klien c. Keseharian yang dilakukan klien d. Kondisi Ekonomi

TPD : Teknik Pengumpulan Data

O : Observasi

W : Wawancara

D : Dokumentasi

(37)

27

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat studi kasus, maka penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan metode kualitatif adalah cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai suatu yang utuh. Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.30

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisis data ini dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus. Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

1) Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari pola dan temanya. Reduksi data dilakukan secara kontinyu, dalam mereduksi data setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Reduksi data memerlukan kecerdasan dan keluasan wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui diskusi tersebut, maka wawasan peneliti akan berkembang sehingga dapat mereduksi

30

(38)

28

data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.31 Dalam penelitian ini, data yang hasilkan terlebih dahulu dikelompokkan sesuai dengan temanya yang kemudian dipilih mana data digunakan dalam laporan penelitian dan mana data yang tidak digunakan.

2) Penyajian Data

Data display berarti mendisplay data yaitu menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dsb. Menyajikan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah bersifat naratif. Ini dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami.32 Dalam penelitian ini, setelah data direduksi maka selanjutnya data tersebut diolah dalam bentuk narasi sehingga mudah untuk dilakukan analisis terkait dengan permasalahan yang di lapangan.

Adanya tehnik tersebut maka penulis memakai teknik komparasi, teknik komparasi adalah tehnik yang membandingkan sebelum dilakukannya terapi dan sesudah dilakukannya terapi, maka penulis akan mengetahui berhasil atau tidak terapi tersebut.

3) Verifikasi

31

Ismail Nawawi, Metoda Penelitian Kualitatif: Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/ Ekonomi Islam, Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya,(Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal. 258.

32

(39)

29

Langkah terakhir dari model ini adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan berkembang setelah peneliti ada di lapangan. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi jelas.33

f. Tehnik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan tingkat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Data yang valid adalah data yang tidak terdapat perbedaan antara data yang dilaporkan peneliti dengan kenyataan yang terjadi pada objek di lapangan. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi bersifat jamak dan tergantung pada konstruksi manusia.34

Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan valid terhadap data yang telah terkumpul, maka penulis menggunakan tekniktriangulation, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Sebagai perbandingan triangulasi ini digunakan dengan

33

Ismail Nawawi, Metode Penelitia Kualitatif:Teori dan Aplikasi Interdisipliner untuk Ilmu Sosial, Ekonomi/Ekonomi Islam , Agama, Manajemen, dan Ilmu Sosial lainnya,(Jakarta: CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2012), hal. 259.

34

(40)

30

cara membandingkan dan mengecek derajat baik kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode penelitian, hal ini bisa membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan, atau juga membandingkan hasil wawancara dari 2-3 informan yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif, kriteria utama yang menunjukkan keabsahan sebuah hasil penilitian adalah, valid, reliabel dan obyektif.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan skripsi ini, maka penulis akan menyajikan pembahasan keadaan beberapa bab yang sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :

BAB I. Pendahulan. Dalam bab ini membahas tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep, Metode Penelitian, antara lain : Pendekatan dan Jenis Penelitian, subjek Penelitian, Tahap-tahap Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tehnik Pengumpulan Data, Tehnik Analisis Data, Tehnik Keabsahan Data, dan terakhir yang termasuk dalam pendahuluan adalah Sitematika Pembahasan.

(41)

31

Konseling Islam, Asas Bimbingan Konseling Islam, Prinsip Bimbingan Konseling Islam, Unsusr-unsur Bimbingan Konseling Islam, Langkah-langkah Bimbingan Konseling Islam ), REBT (Penegrtian Rasional Emotif Behavior Therapy, Tujuan Rasional Emotif Behavior Therapy, Tehnik-tehnik Rasional Emotif Behavior Therapy, Langkah-langkah Rasional Emotif Behavior Therapy, Ciri-ciri Rasional Emotif Behavior Therapy, Peran Konselor),Pola Hidup Hedonis (Pengertian Pola Hidup Hedonis, Bentuk– Bentuk Pola Hidup Hedonis, Faktor-Faktor Pola hidup Hedonis, Ciri-ciri Pola Hidup Hedonis), Pola Hidup Hedonis merupakan masalah Bimbingan dan Konseling Islam, Bimbingan dan Konseling Islam dalam menyelesaikan masalah Pola Hidup Hedonis.

BAB III. Penyajian Data. Bab tiga membahas tentang gambaran umum pada subjek penelitian, yakni salah satu mahasiswa yang ber pola hidup hedonis, seperti dalam hal kondisi dirinya, keluarga dan lingkungannya, maupun teman sebayanya.

BAB IV. Analisa Data. Bab empat membahas tentang Bimbigan Konseling Islam Dengan Rational Emotif Behavior Therapy (REBT) Dalam Merubah Pola Hidup Hedonis Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.

(42)

32

BAB II

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM,RATIONAL EMOTIVE

BEHAVIOR THERAPY,DAN HEDONISME

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Roger, Mengartikan konseling sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan tau konflik yang dihadapi dengan lebih baik. Roger mengartikan ”bantuan” dalam konseling adalah dengan

menyediakan kondisi, sarana dan ketrampilan yang membuat klien dapat membantu dirinya sendiri dalam memenuhi rasa aman, cinta, harga diri, membuat keputusan, dan aktualisasi diri. Memberikan bantuan juga mencakup kesedian konselor untuk mendengarkan perjalanan hidup klien baik masa lalunya, harapan-harapan keinginan yang tidak dapat terpenuhi, kegagalan yang dialami, trauma, dan konflik yang sedang dihadapi klien.1

Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terarah, terus menerus dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai

1

(43)

33

yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadist Rasulullah SAW ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntutan al-Qur’an dan hadist.2

Aunur Rahim Faqih berpendapat bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai mahluk Allah yang seharusnya dalam kehidupan keagamaan senantiasa selaras dengan ketentuan-ketentuan dan petunjuk dari Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.3

Bimbingan dan Konseling adalah proses pemberian bantuan, terutama dari aspek psikologi yang dilakukan oleh seorang ahli pada siswa-siswi peserta didik dalam memahami dirinya, dan menghubungkan dengan lingkungannya, serta memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep diri yang dituntut lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku atau agama.4

Menurut Ahmad Mubarok MA dalam bukunya konseling agama teori dan kasus, pengertian bimbingan dan konseling islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang yang sedang mengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan

2

Samsul Munir,Bimbingan dan Konseling Islam,(Jakarta: Amzah, 2010), hal. 23.

3

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII PRESS, 2004), hal. 4.

4

(44)

34

membangkitkan kekuatan getaran batin di dalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.5

Menurut H. Zainal Arifin Bimbingan dan Konseling islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atu kelompok agar dapat keluar dari berbagai kesulitan untuk mewujudkan kehidupan yang senantiasa di ridhoi Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat.6

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan kepada individu maupun kelompok secara continue dan sistematis. Dan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan juga bahwa Bimbingan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan dari seseorang yang telah professional (konselor) kepada orang yang sedang mempunyai masalah (klien) dengan pendekatan berbasis Islam agar klien mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya dengan ketentuan dan nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadist dan kemudian mampu hidup selaras dengan syariat islam.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Segala sesuatu yang dilakukan oleh individu selalu memiliki tujuan atau maksud tertentu. Sehingga apa yang dilakukan itu jelas arahnya. Demikian pula dengan kegiatan bimbingan konseling islam

5

Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1(Jakarta: Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.

6

(45)

35

ini, dalam prosesnya juga memiliki tujuan tertentu, antara lain sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. 2) Tujuan Khusus

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah

b) Membantu individu mengatasi maalah yang sedang dihadapi c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga agar tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.7

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam

Secara garis besar fungsi pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi sifat dan hubungan indifidu dengan lingkungannya, dilihat dari segi sifatnya, pelayanan bimbingna dan konseling berfungsi sebagai pencegahan (preventife), pengembangan (developmental), dan perbaikan (kuratif), jika dilihat dari segi lingkungannya pelayanan bimbingan dan konseling berfungsi sebagai penyaluran dan penyesuaian.8

Dilihat dari segi sifat dan lingkungan, pelayanan bimbingna dan konseling berfungsi sebagai berikut :

7 Thohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam,

(Yogyakarta: UII Press,1992), hal. 34.

8

(46)

36

1) Fungsi Pemahaman (Undestanding Function)

Menghasilkan pemahaman bagi konseli dari segi psikologis baik fisik maupun intelegensi, lingkungan, serta berbagai informasi yang dibutuhkan seperti karier, keluarga, maupun agama.

2) Fungsi Pencegahan (Preventif)

Membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah kejiwaan. Upaya ini meliputi penegmbangan strategi dan program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang tidak perlu terjadi.

3) Fungsi Remedial atau Rehabilitative

Konseling banyak memberikan penekanan pada fungsi remedial karena sanagat dipengaruhi psikologi klinik dan psikiatri. Focus peranan remedial adalah: peneyesuaian diri, penyembuhan masalah psikologis yang dihadapi dan mengembalikan kesehatan mental serta mengatasi gangguan mental.

4) Fungsi Edukatif (Pengembangan atau Developmental)

Berfokus pada membantu meningkatkan ketrampilan dalam kehidupan, mengidentifikasi dan mencegah masalah hidup serta meningkatkan kemampuan menghadapi transisi dalam kehidupan.9 d. Prinsip Bimbingan dan Konseling Islam

Terdapat beberpa prinsip dasar yang dipandang sebagai landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip ini berasal dari konsep filosofi tentang

9

(47)

37

kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan. Prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1) Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu

Prinsip ini berarti bahwa bimbingan diberikan kepada semua individu yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja amaupun dewasa. Dalam hal ini pedekatan yang digunakan dalam bimbingan lebih bersfat preventif dan pengembangan dari pada kuratif.

2) Bimbingan bersifat individualisasi

Setiap individu bersifat unik (beda satu sama lain) dan melalui bimbingan, individu dibantu ntuk memaksimalkan keunikannya tersebut.

3) Bimbingan menekankan hal yang positif

Selama ini, bimbingan sering dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi, namun sebenarnya bimbingan merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri.

4) Bimbingan merupakan usaha bersama

(48)

38

5) Pengambilan keputusan merupakan hal esensial dalam bimbingan. Bimbingan diarahkan untuk membantu klien agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasehat kepada klien, dan semua itu sangat penting dalam mengambil keputusan. Kehidupan klien diarahkan oleh tujuannya dan bimbingan memfasilitasi klien untuk mempertimbangkan, menyesuaikan diri dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.

Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah menegmbangkan kemampuan klien untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan.

6) Bimbingan berlangsung dalam berbagai adegan kehidupan.

Pemberian layanan bimbingan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan, industry, lembaga pemerintahan/swasta dan masyarakat pada umumnya.10 e. Langkah–langkah Bimbingan Konseling Islam

Dalam memberikan bimbingan dan konseling, langkah-langkah yang akan dilakukan oleh konselor adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi kasus yaitu langkah pengumplan data dari berbagai sumber yang bertujuan untuk mengetahui kasus dan gejala-gejala

10

(49)

39

yang nampak yang diperoleh melalui interview, observasi, dan analisis data. Pada langkah ini konselor mencatat semua kasus yang perlu mendapat bimbingan dan kemudian memilih kasus mana yang harus ditangani terlebih dahulu.

2) Diagnosis yaitu langkah untuk menetapkan masalah beserta latar belakangnya. Hal yang dilakukan adalah mengumpulkan data dan mengadakan studi kasus dengan berbagai teknik pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka ditetapkan masalah yang sedang dihadapi.

3) Prognosis yaitu langkahh untuk menetapkan bantuan dan terapi apa yang akan digunakan dalam membantu menangani masalah klien. 4) Terapi (treatmen) yaitu langkah pelaksanaan bimbingan atau bantuan

pada klien. Langkah ini konselor dan klien melakukan proses terapi guna meringankan beban masalah klien, terutama dalam pengambilan keputusan.

5) Evaluasi dan Follow-Up yaitu langkah untuk menilai atau mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan terapi yang telah diberikan. Dalam langkah ini hendaknya dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih lama.11

f. Unsur–unsur Bimbingan dan Konseling Islam 1) Konselor

11

(50)

40

Konselor adalah orang yang sedia dengan sepenuh hati membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya berdasarkan pada ketrampilan dan pengetahuan yang dimilikinya.12

Adapun syarat yang harus dimiliki konselor adalah: a) Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

b) Sifat kepribadian yang baik, jujur, bertanggung jawab, sabar, ramah dan kreatif.

c) Mempunyai kemampuan, ketrampilan dan keahlian (professional) serta berwawasan luas dalam bidang konseling.13

2) Klien

Klien adalah seseorang yang mengalami kesulitan atau masalah, baik kesulitan jasmani atau rohani di dalam kehidupannya dan tidk dapat mengatasinya sendiri, sehingga memerlukan bantuan orang lain agar bisa mengatasi kesulitan yang dihadapi. Untuk itu persyaratan bagi seorang klien antara lain:

a) Klien harus bermotivasi kuat untuk mencari penyelesaian atas masalah yang dihadapi.

b) Keinsyafan akan tanggung jawab yang dipikul oleh klien sendiri daalm mencari penyelesaian masalah dan melaksanakan apa yang diputuskan pada akhir konseling

c) Keberanian dan kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya.14

12

Latipun,Psikologi Konseling, (Malang: UMM PRESS, 2008), hal. 55.

13

(51)

41

3) Masalah

Bimbingan konseling berkaitan dengan masalah yang dialami individu yang akan dihadapi dan telah dialami oleh individu, seperti: a) Pernikahan dan keluarga

b) Pendidikan

c) Social (kemasyarakatan) d) Pekerjaan atau jabatan e) Keagamaan15

2. Rational Emotive Behaviour Therapy

a. PengertianRational Emotive Behavior Therapy(REBT)

Rational Emotive Behavior Therapyadalah pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan pikiran. Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan. pandangan dasar pendekatan ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki tendensi untuk berfikir irrasional yang salah satunya didapat melalui belajar social.16 Pendekatan ini merupakan pengembangan dari behavioral. Pada proses konselingnya, REBT berfokus pada tingkah laku. Akan tetapi REBT menekankan bahwa tingkah laku yang bermasalah diakibatkan oleh pemikiran irrasional, sehingga focus penanganan pada pendekatan REBT adalah pemikiran individu. REBT

14

W.S, Winkle, Bimbingan dan Penyuluhan di Institute Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1991), hal. 309.

15

Thohari Musnamar,Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,hal. 41-42.

16

(52)

42

adalah pendekatan yang bersifat direktif, yaitu pendekatan yang membelajarkan kembali konseli untuk memahami input kognitif yang menyebabkan gangguan emosional, mencoba mengubah pemikiran konseli agar membiarkan pemikiran irrasionalnya atau belajar megantisipasi manfaat atau konsekuensi dari tingkah laku.17

Menurut Albert Ellis, manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berfikir rasional dan irrasional. Ketika berfikir dan bertingkah laku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berfikir dan bertinglahlaku irrasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang di dasari maupun tidak di dasari. Hambatan psikologis atau emosional tersebut merupakan akibat dari cara berfikir yang tidak logis dan irrasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berfikir penuh dengan prasangka, sangat personal, dan irrasional.18

b. TujuanRational Emotive Behaviour Therapy

Tujuan konseling menurut Ellis pada dasarnya membentuk pribadi yang rasional, dengan jalan mengganti cara berfikir yang irasional. Cara berfikir manusia yang irrasional itulah yang menyebabkan individu mengalami gangguan emosional dan karena itu

17

Gantina Komalasari,Teori dan Teknik Konseling, (Jakarta: PT Indeks, 2011), hal. 201-202.

18

(53)

43

cara berfikirnya atau iB harus diubah menjadi yang lebih tepat yaitu cara berfikir yang rasional (rB)

Ellis mengemukakan secara tegas bahwa pengertian tersebut mencangkup meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri (self-defeating) dan mencapai kehidupan yang lebih realistic, falsafah hidup yang toleran, termasuk di dalamnya dapat mencapai keadaan yang dapat mengarahkan diri, menghargai diri, fleksibel, berfikir secara ilmiah, dan menerima diri.

Tujuan psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukkan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih menjadi sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka.19 Secara umum, REBT mendukung konseli untuk menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Ellis Bernard mendiskripsikan beberapa sub tujuan yang sesuai dengan nilai dasar pendekatan REBT. Sub tujuan ini dapat menjadikan individu mencapai nilai untuk hidup (to survive) dan untuk menikmati hidup (to enjoy). Tujuan tersebut adalah:

1) Memiliki minat diri (self interest) 2) Memiliki minat social (social interest) 3) Memiliki pengarahan diri (self direction) 4) Toleransi

5) Fleksibel

19

(54)

44

6) Memiliki penerimaan

7) Dapat menerima ketidakpastian 8) Dapat menerima diri sendiri 9) Dapat mengambil resiko

10) Memiliki harapan yang realistis

11) Memiliki toleransi terhadap frustasi yang tinggi 12) Memiliki tanggung jawab pribadi.20

Untuk mencapai tujuan-tujuan konseling itu maka perlu pemahaman klien tentang system keyakinan atau cara berpikirnya sendiri. Ada tiga tingkatan insight yang perlu dicapai dalam REBT yaitu:

1) Pemahaman (insight) dicapai ketika klien memahami tentang perilaku penolakan diri yang dihubungkan pada penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) yang lalu dan saat ini.

2) Pemahaman terjadi ketika konselor atau terapis membantu klien untuk memahami bahwa apa yang mengganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irrasional terus dipelajari dan yang diperoleh sebelumnya.

3) pemahaman dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar

20

(55)

45

dari hambatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan “melawan”

keyakinan yang irrasional (iB) untuk mebangun self interest, self direction, tolerance, acceptance of uncertainty, fleksibel, commitment, scientific Thingking, Risk Taking, dan Self Acceptance Klien.21

c. Tehnik-tehnikRational Emotive Behaviour Therapy

Teknik konseling dengan pendekatan REBT dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu teknik kognitif, teknik emotif, teknik behavioral atau tingkah laku. Tehnik-tehnik REBT sebagai berikut:

1) Teknik-teknik Kognitif

Adalah teknik yang digunakan untuk merubah cara berfikir klien. Antaranya ialah :

a) Dispute Cognitive(cognitive disputation)

Adalah usaha untuk merubah keyakinan irrasional konseli melalui philosophical persuation, didactic presentasion, Socratic dialogue, vicarious experiences, dan berbagai ekspresi verbal lainnya. Teknik untuk melakukan cognitive Disputation adalah dengan bertanya

(1) Pertanyaan untuk melakukan dispute logis:

Apakah itu logis? Apakah benra saya begitu? mengapa tidak? Mengaa harus begitu? mengapa itu adalah kata yang

21

(56)

46

tidak benar? Apakah itu bukti yang kuat? Mengapa kamu harus begitu? sekarang kita lihat kembali. Kamu melakukan hal yang buruk. Sekarang mengapa kamu harus tidak melakukan itu?

(2) Pertanyaan untuk reality testing

Apa buktinya? Apa yang akan terjadi kalau…? Mari

kita bicara kenyataannya. Apa yang dapat diartikan dari cerita kamu tadi? Bagaimana kejadian itu bisa menjadi sangat menyakitkan.

(3) Pertanyaan untukpragmatic disputation

Selama kamu meyakini hal tersebut akan bagaiana perasaan kamu? Apakah ini berharga untuk dipertahankan? Apa yang akan terjadi bila kamu berpikir demikian?22

b) Analisis Rasional(rational analysis)

Teknik untuk mengajarkan konseli bagaimana membuka dan mendebat keyakinan irrasional.23

c) Dispute Standart ganda(double-standard dispute)

Mengajarkan konseli melihat dirinya memiliki standar ganda tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.24

d) Skala Katastropi(catastrophe scale)

22

Walen, R.S., DiGiusseppe dan Dryden, W.,A Practitioner`s Guide to Rational-Emotive Therapy.( New York:Oxford University Press, 1992), hal. 156.

23

Froggatt, W., A Brief Introdaction To Rational Emotive Behavior Therapy (New Zealand,2005), hal. 06.

24

(57)

47

Membuat proporsi tentang peristiwa-peristiwa yang menyakitkan. Misalnya dari 100% buatla prosentase peristiwa yang menyakitkan, urutkan dari yang paling tinggi prosentasenya sampai yang paling rendah.

e) Devil’s advocate ataurational role reversal

Yaitu meminta konseli untuk memainkan peran yang memiliki keyakinan rasional sementara konselor memainkan perasn menjadi konseli yang irrasional. Konseli melawan keyakinan irrasional konselor dengan keyakinan rasional yang diverbalisasikan.

f) Membuat frame ulang(reframing)

Mengevaluasi kembali hal-hal yang mengecewakan dan tidak menyenangkan dengan mengubah frame berpikir kembali. 2) Teknik Emotif

Tehnik-tehnik Emotif adalah tehnik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Antaranya ialah :

a) TehnikSosiodrama

Member peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang menekan klien itu melalui suasana yang didramatisasikan sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan atau melalui geraka dramatis.25

b) TeknikSelf Modelling

25

Gambar

Tabel  1.1 Jadwal Penelitian ...............................................................................
Tabel 1.1Jadwal Penelitian
Tabel 1.2
Tabel 2.1 Batas Wilayah Kelurahan Medokan Ayu Surabaya
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dengan keterlambatan pelaporan keuangan perusahaan, tanggal tahun buku berakhir berpengaruh

Tabel 1.1 Persamaan, Perbedaan dan Originalitas Penelitian Nama Peneliti, Orisinalitas No Persamaan Perbedaan Judul Penelitian 1 Apriliya Safitri, - Pengembangan - Objek Penelitian

Selain itu, modal manusia juga dapat mengukuhkan institusi dengan meningkatkan kebajikan sosial buruh (Rahmah Ismail 2012) serta meningkatkan kestabilan politik

(2-tailed) 0.489 > 0.05, maka dapat diartikan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat hubungan atau korelasi yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kadar gula darah

1088/PID.B/2013/PN.MKS telah tepat, karena tindak pidana yang dilakukan Terdakwa telah memenuhi unsurunsur dari syarat pemidanaan atau telah memenuhi ketentuan

FRPSOLDQFH ZLWK VWDQGDUGV ([DPSOHV DUH D ZRUQLQJ RU VXVSHQVLRQV ZLWK RU ZLWKRXW SD\µ Dari definisi yang telah dikemukakan Newstrom di atas dapat disimpulkan bahwa,

Alkil eter, beberapa surfaktan digunakan untuk preparasi pada komponen kimia / obat niosom seperti: Surfaktan I, monoalkil glycerol C16 dengan rata-rata memiliki tiga unit