BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY (REBT) UNTUK MENGATASI BURNOUT
SYNDROME SEORANG PENGURUS DI UNIT KEGIATAN MAHASISWA PADUAN SUARA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan kepada UIN Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
RAMADAHANA YUNASMARA PRATAMA NIM : B03212021
PROGAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PERITYATAAII PERTAITGGUNGJAWABAI{ PET\IULISAI\I SKRIPSI
Bismillahirohmanirohim
Yang bertanda tangan di bawah ini" saya: Nama
NIM
Jurusan
Alamat
Ramadahana Yunasmara Pratama
B$2t2A2t
Dakwah
Perum Griya Kencana" Dsa Mojosarirejo, Kec Driyorejo, Kab Gresik
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :
1. Skripsi
Ini
tidak pernah dikumpulkan kepada lembaga pendidikan tinggimanapun untuk mendapatkan gelar akademik apapun.
2-
Skripsiini
adalah benar benar hasil karya saya secara mandiri dan bukanmerupakan hasil plagiasi atas karya orang lain.
3. Apabila dikemudian hari terbuti
atau dapat dibuktikan skripsi ini sebagai hasilplagiasi, saya akan bersedia menanggung segala konsekuensi hokum yang
terjadi.
Snrabaya, 26 Jvtrt2016
.^''rma
\I\f
- urusan
Judul
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Ramadahana Yunasmara pratama
803212021
Dakwah
Bimbingan Konseling
Islam
dengan pendekatan RationalEmotive Behavior Therapy (REBT) untuk Mengatasi Burnout
syndrome Seorang pengurus
Di
unit
KegiatanMahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oreh dosenpembimbing untuk diujikan
Surabaya- l6 Juni 2016
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi oleh Ramadahana Yunasmara Pratama ini telah dipertahankan di depan
Tim Penguji SkriPsi SurabaYa, 3 Agustus 2016
Univ eri Sunan AmPel SurabaYa wah dan Komunikasl
5sot tgtqs2o32oot
Penguji I,
NIP. 19680309199103 1 001
.
PengujiIII,
Penguii IV, Mengesahkan,
vtotianlaa inot[ir. tvt. Pa. t NIP. 1 9790 sr72009r ra01
Penguji Iln
ft@-'t
M. Anis hhchtiar. M. Fil' I NrP. 1 969\ 2r920c90r 1002
il,,rf''1-$
KEMENTERIAN
AGA1VTAUNTVERSITAS
ISLAM
IYEGERI
SUNAII
AMPEL
SURABAYA
PERPUSTAKAAFI
Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 6A237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id
1,. r{ 't' .,1
! I
LEMBAR PERNYATAAN PE,RSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah in\ sayr
Nama
NIM
Fakultas/Jurusan E-mail addtess
-R-*a*-ne
V:*mss
Rb*
Bogerzozr
Demi pengembangan ilnau pengetahuan, menyetuiui untuk memberikan kepada Perpustakaan
UIN Sunan Ampet Swabaya,
Hak
Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :E
Sekripsi
E
Tesisyang beriudul :
F-l
Desertasi fl
Lain-lain(...
.... . )k-g-gton
Hshn:11;pr
frdg1
9-:m
!.rn
9."lrrq.beserta perangkat yang diperlukan (bil" ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Arrrpel Suabaya berhak menyimpan, mengalih-media/fonnat-kan, mengelolanya
dalam
bentuk
pangkalandata
(database), mendistdbusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Intemet atau media lain secara fuIltextuntwk kepentingan akademis tanpa perlu meminta iiin dari saya selama tetap mencantumkan nuyli sLyL sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yangbersangkutan.Saya betsedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Pelpustakaan UIN
Sunan Ampel Surabaya segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggamn Hak Cipta dalam karya ilrniah saya ini.
Demikian pemyataan ioi
y*g
saya buat dengan sebenarnya.ABSTRAKSI
Ramadahana Yunasmara Pratama (B03212021), Bimbingan Konseling Islam dengan Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) Untuk Mengatasi Burnout Syndrome Seorang Pengurus Di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive Behavioral Therapy (REBT) untuk mengatasi masalah Burnout Syndrome seorang pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya (2) Bagaimana hasil akhir Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam menangani burnout syndrome seorang pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya?
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti ini menggunakan metode kualitatif, dengan analisa studi deskriptif. Dalam menganalisa gejala burnout syndrome data yang digunakan berupa penyajian data dan analisa data. Sebagai pelengkap dari penelitian ini, diberikan bukti berupa laporan verbatim dalam setiap sesi konseling, lalu menyajikan testimoni dari teman klien yang merasakan dampak perubahan sikap klien setelah melaksanakan proses bimingan konseling islamdengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy serta dokumentasi berupa foto proses konseling, serta foto hasil yang diperoleh dari proses bimbingan dan konseling islam menggunakan pendekatan Rational Emotive behavior Therapy.
Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa proses bimbingan konseling islam menggunkan Rational Emotive Behavior Therapy untuk mengatasi burnout syndrome dinilai lancar karena dalam proses konseling, konseli termasuk orang yang terbuka akan permasalahannya, serta proses identifikasi masalah hingga evaluasi berjalan sistematis dan sesuai dengan kaidah dari terapi tersebut. meskipun secara sarana dan prasarana kurang memadai seperti halnya ruang konseling yang tidak sesuai standarisasi dalam proses konseling, karena pada penelitian ini sanagt situasional dan kondisional, namun hal itu tidak mengubah esensial dari proses bimbingan konseling islam . hasil yang diperoleh dari proses bimbingan konseling islam dengan menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy dinilai cukup berhasil. Presentase keberhasilan mencapai 66,67%, yang bisa dikategorikan cukup berhasil, adapun beberapa gejala yang kurang berhasil hanya sebagian kecil dan gejala itu juga dipengaruhi oleh factor yang diluar dari gejala burnout syndrome, yang dalam hal ini bukan ranah dari pembahasan serta terapi yang diberikan oleh konselor
DAFTAR ISI
SKRIPSI ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN PUBLIKASI... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI... vii
BAB I A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Definisi Konsep... 7
F. Metode Penelitian... 10
G. Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II A. Bimbingan dan Konseling Islam ... 23
B. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) ... 32
C. Burnout Syndrome... 41
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 46
BAB III A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 50
BAB IV
A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive
Bahavior Therapy dalam Mengatasi Burnout Syndrome Seorang Pengurus
di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya ... 89
B. Analisis Hasil Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive
Bahavior Therapy dalam Mengatasi Burnout Syndrome Seorang Pengurus
di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya ... 94
BAB V
A. Kesimpulan ... 98
B. Saran ... 99
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasa jenuh atau bosan tentunya merupakan sifat alamiah terhadap diri
manusia, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain,
rutinitas yang monoton terhadap bidang yang digeluti sampai ketidak cocokan
terhadap rekan kerja maupun atasan.
Dalam proses pendidikan di sekolah secara komprehensif, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.1
Dalam hal ini penulis akan membahas salah satu dari bentuk kesulitan
belajar yaitu kejenuhan belajar yang tidak selalu mudah untuk diatasi. Bahkan
lebih daripada itu, sering kali faktor penyebabnya tidak dapat diketahui dengan
jelas. Gejala-gejala yang sering dialami adalah timbulnya rasa malas, lesu, dan
tidak bergairah untuk belajar. Padahal sebelumnya individu yang bersangkutan
masih mempunyai kemauan untuk belajar.2
Kondisiseperti ini sangat wajar dialami oleh setiap manusia, terkadang sesuatu
yang dikerjakan seseorang bukan sepenuhnya atas keinginannya sendiri,
namun berdasarkan tekanan atau tuntutan dari berbagai macam pihak, namun
hal seperti ini akan berdampak cukup serius bagi kelangsungan kariernya.
1 Slameto,
Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hal.1.
Kondisi yang lebih buruk lagi, bila rasa jenuh itu mempengaruhi kegiatan
dimana tempatnya bekerja.
Secara harfiah jenuh adalah padat atau penuh sehingga tidak mampu
lagi memuat apapun. Future atau jenuh ialah terputus setelah terus menerus
atau sikap malas, lamban, dan santai setelah sebelumnya giat dan
bersungguh-sungguh. Selain itu jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan.
Perasaan jenuh dialami oleh semua manusia tanpa terkecuali, baik
orang dewasa maupun remaja, baik yang aktif di perkuliahan maupun aktif di
keorganisasian.dalam penelitian kali ini akan menjelaskan fenomana kejenuhan
dalam berorganisasi di salah satu UKM di UIN Sunan Ampel Surabaya, yaitu
UKM Paduan Suara.
Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya
adalah organisasi intra kampus yang bergerak di bidang seni musik atau lebih
berkonsentrasi di bidang paduan suara (choir), dalam paduan suara sendiri
terbagi dalam 4 kelompok suara yaitu, sopran untuk suara tinggi wanita, alto
untuk suara rendah wanita, tenor untuk suara tinggi pria dan bass untuk suara
rendah pria.
Eksistensinya paduan suara di dalam maupun di luar kampus cukup
banyak. Di dalam kampus sendiri paduan suara mengikuti banyak kegiatan
yang dilaksanakan oleh lembaga UIN Sunan Ampel Surabaya, seperti wisuda
yang rutin dilaksanakan setahun dua kali, pengukuhan guru besar yang sering
digelar di dalam kampus maupun upacara kenegaraan yang selalu dilaksanakan
UIN Sunan Ampel Surabaya juga menunjukan tajinya di luar kampus.
Penampilan demi penampilan di berbagai ORMAS maupun perguruan tinggi
swasta pernah dijalani oleh UKM Paduan Suara UINSA ini. Semua tidak lepas
dari menejemen keorganisasian yang baik.
Namun seiring berjalannnya waktu pengurus merasakan adannya
penurunan kualitas maupun kuantitas dalam keanggotaan paduan suara. Yang
paling sering terasa yaitu di dalam kelompok suara Bass. Koordinator suara
Bass yaitu saudara AN, akhir-akhir ini kurang konsentrasi dalam latihan seperti
halnya banyak nada-nada yang fals sehingga dapat mengganggu
keharmonisasian suara.
Kinerja dalam kepengurusan yang menurun drastis seperti jarang sekali
hadir dalam rapat pengurus yang diadakan sebulan sekali. Rapat pengurus
berguna untuk mengkondisikan anggota agar tetap berjalan dengan baik.
Rapat pengurus tidak pernah dihadiri oleh saudara AN sehingga
pengurus harian kurang mengetahui perkembangan anggota di suara Bass.
Presensi kehadiran dalam latihan yang sangat minim sehingga saudara AN
secara otomatis tertinggal dalam pembendaharaan lagu-lagu baru.
Gejala seperti ini terjadi setelah diadakannya event Festival Qasidah
Rebana dan Paduan Suara yang diadakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa
Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2015 yang lalu. Saat itu
saudara AN diberi mandat untuk menjadi ketua pelaksana festival, berdasarkan
hasil voting yag dilaksanakan seluruh anggota UKM Paduan Suara UIN Sunan
Setelah acara selesai perubahan mulai nampak pada diri saudara AN
seketika saudara AN tidak pernah hadir dalam latihan maupun dalam kegiatan
kegiatan paduan suara, bahkan pada saat laporan pertanggungjawaban acara
festival saudara AN tidak hadir sehingga image yang kurang baik melekat pada
diri saudara AN.
Burnout syndrome ini merupakan gejala yang bisa mengakibatkan
kemunduran produktifitas dalam berorganisasi, maupun bekerja, namun hal
seperti itu dapat diantisipasi dengan pemberian terapi secara kontiniu yang
bertujuan untuk menumbuhkan kembali semangat bekerja dan berproses di
dalam organisasi dengan menggunakan Rational Emotive Behavioral Theraphy
(REBT).3
Burnout Syndrome atau yang lebih akrab disebut dengan kejenuhan ini
memang sering dialami oleh manusia terutama di dunia pekerjaan, peneliti
pernah mengalami kasus kejenuhan ini, dimana rasa yang demikian sangat
mengganggu produktifitas didalam dunia kerjannya.
Burnout syndrome berbeda dengan Stress, stress merupakan fenomena
psikofisik yang manusiawi. Artinya, strees itu bersifat inheren pada diri setiap
orang dalam menjalani kehidupan sehari hari. Stress dialami oleh setiap orang
degan tidak mengenal jenis kelamin, usia, kedudukan, jabatan, atau status
sosial-ekonomi. Stress bisa dialami oleh bayi, anak-anak, remaja atau dewasa,
pejabat atau warga masyarakat biasa, pengusaha atau karyawan, serta pria
3
Hartono, Psikologi konseling ( Jakarta: kencana prenada media group,2012), hal.
maupun wanita4, sehingga beberapa rekan kerja sempat memberi kritik yang
cukup tegas mengenai permasalahan tersebut.
Kasus burnout syndrome ini sangat menarik untuk diteliti karena ini
merupakan masalah mendasar bagi dunia kerja, karena kejenuhan dapat
mengganggu produktifitas dalam pekerjaan serta dapat membentuk
permasalahan baru yang ada di lingkungan pekerjaan baik dari segi kerjasama
team maupun hubungan dengan atasan.
Struktur piramida organisasi yang dibarengi dengan semakin
berkurangnya posisi manajemen secara khusus berarti bahwa akan datang suatu
waktu dalam karier seseorang ketika dia tidak lagi dapat „‟naik‟‟ dalam
organisasi.
Kondisi yang semacam ini menyebabkan seseorang tidak berkembang
dalam kariernya, tidak bisa mengembangkan aktualisasi dirinnya sebagai
manusia, yang pada hakikatnya bahwa manusia perlu mencapai aktualisasi
dirinya dalam proses bermasyarakat. Peningkatan mutu dari individu itu sendiri
merupakan salah satu faktor agar manusia mencapai aktualisasi dirinnya.
Selain itu, kemajuan karier tidak selalu merupakan perjalanan keatas
terus menerus, melainkan perjalanan yang meliputi periode pergerakan maupun
periode stabilitas. Faktor-faktor ini berkontribusi terhadap apa yang dinamakan
carrer plateau (karier tanpa kemajuan).
Penyebab carrer plateau dan intervensi manajerialnya adalah burnout
yaitu hubungan antara pribadi dan pekerjaan ditinjau dari kinerjanya kurang
4 Farid Mashudi, Psikologi Konseling (Buku Panduan Lengkap dan Praktis Menerapkan
baik, langkah atau solusi yang dapat ditangani salah satunnya yaitu rotasi kerja.
Iklim organisasi dan konflik peran yang menjadikan sikap kerja kurang baik
dalam kasus ini dapat ditangani dengan cara management pencegahan stress.5
Dalam kasus yang dialami oleh saudara AN nampak adanya gejala
carrer plateu. Sikap yang kurang baik nampak pada saudara AN khususnya
saat berada di organisasi ini. Sikapnya yang cenderung menjauh bahkan
menghindar dari pengurus dan Pembina UKM Paduan Suara, sikap yang
kurang ramah pun nampak saat bertemu dengan anggota maupun pengurus
UKM Paduan suara.
B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses Bimbingan Konseling Islam dengan Rational Emotive
Behavioral Therapy (REBT) untuk mengatasi masalah Burnout Syndrome
seorang pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan
Ampel Surabaya?
2. Bagaimana hasil akhir Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam
menangani Burnout Syndrome seorang pengurus di Unit Kegiatan
Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya?
C.Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan proses Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam
menangani Burnout Syndrome pada seorang pengurus di Unit Kegiatan
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
5 Kaswan, Carrer Development (Pengembangan Karier untuk Mencapai Kesuksesan dan
2. Mengetahui hasil akhir dari Rational Emotive Behavior Therapy dalam
menangani burnout syndrome pada seorang pengrus Unit Kegiatan
Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
D.Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Diharapakan penelitian ini dijadikan sumber referensi yang berguna bagi
dunia pendidikan khususnya dan memperkaya sumber keilmuan yang
sudah berkembang selama ini.
b. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pelengkap dari penelitian
penelitian terdahulu agar masalah yang diangkat lebih kaya lagi dan
penyelesaiannya lebih bervariatif lagi.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan penelitian ini dapat di aplikasikan kedalam kehidupan sosial
yang semakin berkembang selama ini.
b. Diharapkan penelitian ini dapat menyelesaikan masalah burnout yang
sudah banyak sekali dialami oleh manusia yang bekerja atau berkarier.
c. Diharapkan penelitian ini mampu menjadi pembendaharaan alternatif
dalam menyelesaikan problema konseli yang banyak dialami oleh banyak
orang.
E.Definisi Konsep
1. Bimbingan Konseling Islam
Bimbingan Konseling Islam (BKI) adalah bimbingan yaitu
suatu keputusan, atau memberikan suatu sekaligus dengan memberikan
suatu nasihat, kedua mengarahkan, menuntun suatu tujuan, konseling yaitu
hubungan timbal balik antara dua individu (konselor dan konseli) dimana
yang satu berusaha membantu yang lain untuk mencapai pengertian tentang
dirinnya dalam hubungannnya dengan masalah masalah yang sedang
dihadapi pada waktu sekarang maupun yang akan datang.6
Jadi Bimbingan konseling Islam yaitu proses pemberian suatu
nasihat oleh konselor kepada konseli yang berdasarkan syariat Islam dengan
tujuan untuk membantu pencapaian tentang dirinnya dalam hubungan
permasalahan yang sedang dihadapi pada waktu sekarang maupun yang
akan datang.
2. Pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy
Pendekatan rational emotive behavior therapy (REBT) adalah
pendekatan behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan antara
perasaan, tingkah laku dan pikiran.7
Dari berbagai macam gejala yang dialami oleh saudara AN ini
maka disusunlah rencana konseling individu dengan menggunakan Rational
Emotive Behavior therapy (REBT) yaitu:
a. Teknik Kognitif
1) Tahap Pengajaran.
2) Tahap Persuasif
3) Tahap Konfrontasi
6 Shahudi Siradj,
Pengantar Bimbingan dan Konseling (Surabaya: PT Revka Putra
Medika 2012), hal. 18.
4) Tahap Pemberian Tugas.
b. Teknik Emotive
1) Teknik Sosiodrama
2) Teknik self modelling .
3) Teknik Assertive Training
c. Teknik Behavioristik
1) Teknik Reinforcement
2) Teknik Social Modelling.
3) Teknik Live Models
3. Burnout Syndrome
.kejenuhan kerja (burnout) adalah suatu kondisi fisik, emosi dan
mental yang sangat drop yang diakibatkan oleh sikap kerja yang menuntut
dalm jagka panjang 8
Adapun perilaku yang nampak pada saudara AN sehingga
dikategorikan mempunyai gejala burnout diantaranya:
a. Akhir akhir ini kurang konsentrasi dalam latihan seperti halnya banyak
nada-nada yang fals sehingga dapat mengganggu keharmonisasian suara.
b. kinerja dalam kepengurusan yang menurun drastis seperti jarang sekali
hadir dalam rapat pengurus yang diadakan sebulan sekali.
c. Menjadi pribadi yang mudah tersinggung bila ada teman yang menegur
dia saat berbuat kesalahan.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang dilakukan melalui kualitatif, yang dimana kualitatif
yaitu menggali secara lebih dalam tentang diri konseli yang akan diterapi
sekaligus memberikan terapi secara intent dan fokus.
Dalam masalah ini peneliti akan menggali data diri konseli yaitu
saudara AN yang dimana penggalian data ini meliputi biodata konseli
setelah peneliti mendapatkan data secara akurat maka peneliti akan
menganalisis masalah dan kemudia memberikan terapi dengan
menggunkana pendekatan terapi REBT, dengan tujuan gejala burnout
syndrome yang dialami konseli dapat berkurang.
Jenis penelitian yang diambil untuk masalah ini adalah studi
deskriptif, tujuan dari penelitian deskriptif ini mengungkapkan fakta,
keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian
berjalan dan menyuguhkan apa adannya.
Dalam kasus ini peneliti akan menjabarkan keadaan yang sebenarnya
pada diri konseli yaitu saudara AN dengan proses wawancara serta
penggabungan data yang telah diperoleh dari sumber sekunder.
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian
Sasaran penelitian dalam kasus ini adalah saudara AN sebagai
konseli, yang dimana peran saudara AN adalah sebagai pengurus di Unit
Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya yang
Serta saudara Ramadahana Yunasmara Pratama sebagai peneliti
yang berperan sebagai konselor dalam kasus ini, peran konselor dalam kasus
ini sebagai ketua umum di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN
Sunan Ampel Surabaya yang dimana ketua umum ini bertugas untuk
mengatur dan mengkoordinir anggota.
Lokasi penelitian yang diambil berada di UIN Sunan Ampel Ampel
Surabaya tepatnya di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara yang dimana
UKM ini merupakan UKM Universitas yang berada dalam naungan
kemahasiswaan, UKM Paduan Suara ini mempunyai kegiatan di bidang
kepaduan suaraan dan berkesenian.
3. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini menggunakan jenis data yang sifatnya kualitatif
karena metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dengan
teknik analisis deskriptif. Penulisan deskriptif ini adalah jenis penulisan
berdasarkan cara pembahasannya.
Penulisan ini berusaha untuk memaparkan, menguraikan deskripsi
obyektif tentang Kejenuhan (burnout syndrome) seorang pengurus dalam
berorganisasi di Unit kegiatan mahasiswa paduan suara UIN Sunan Ampel
Surabaya.
4. Tahap-Tahap Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah
dengan tahap terakhir penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil
a. Tahap pra lapangan, yang meliputi menyusun rancangan penelitian,
memilih lapangan penelitian, memilih dan memanfaatkan informan, dan
menyiapkan perlengkapan penelitian.di tahap ini peneliti menyiapkan
informasi informasi yang akan dijadikan bahan analisis pada kasus
burnout yang di alami oleh saudara AN .
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi memahami latar penelitian dan
persiapan diri dan memasuki lingkungan penelitian. Di tahap ini peneliti
mulai membaca situasi yang ada didalam lokasi penelitian mulai dari
berinteraksi dengan ketua selaku responden pendukung dan beberapa
anggota yang bertujuan sebagai penguat dari kasus yang di teliti.
c. Tahap analisis data, yang meliputi analisis selama dan setelah
pengumpulan data. Dalam tahap ini peneliti mulai menganalisis segala
bahan yang dapat dalam penggalian informasi yang telah dilakukan
ditahap sebelumnya.
d. Tahap penulisan hasil laporan, di tahap ini peneliti menuliskan segala
bentuk informasi yang sudah danalisis dengan baik yang hasilnya akan di
gambarkan secara menyeluruh dalam bentuk laporan kegiatan.
Dalam penelitian kali ini, peneliti akan menjelaskan sistematika
tahapan penelitian yang dikemas dalam bentuk table dengan tujuan untuk
[image:21.595.147.505.112.762.2]
Tabel 1.1 Tahapan penelitian
No Tahap
Kegiatan Sasaran Sistematika
Pencapaian
1 Menggali data pribadi konseli/ klien Subyek peneliti (AN) Peneliti menggali informasi pribadi saudara AN dengan bentuk wawancara secara langsung. adapun garis besar yang akan diteliti meliputi (biodata, asal usul atau latar belakang). Dari proses tersebut diharapkan peneliti mampu mendapatkan informasi data diri subyek peneliti yaitu saudara AN dengan harapan data tersebut bisa dijadikan modal atau landasan yang kuat dalam proses terapi
2 Menggali data lokasi
penelitian yaitu di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya Administrat or UKM Paduan suara UIN Sunan Ampel Surabaya (Pengurus Inti)
Dalam tahap ini peneliti melakukan wawancara kepada perwakilan pengurus yaitu ketua umum, dan perangkat yang bertanggung jawab seperti sekretaris maupun perwakila anggota dari suara BASS yang dinilai ikut merasakan dampak dari gejala burnout syndrome yang dialami oleh saudara AN selaku coordinator Harapan yang ingin dicapai bagi peneliti adalah mendapatkan informasi seara lengkap tentang lokasi penelitian yang akan dijadikan tempat penelitian, hal hal yang diharapkan dapat tercapai meliputi apa saja dampak yang dialami organisasi dengan adannya bentuk burnout syndrome yang diidap oleh saudara AN ini
AN tentang gejala burnout syndrome yang dia alami
tentang apa yang dia keluhkan sehingga dapat memperkuat hipotesis awal sang peneliti yaitu mengenai gejala burnout, asal muasal bagaimana bisa terjadi hal yang tidak biasa terjadi di dalam
organisasi paduan suara ini
konseli akan apa yang dirasakan dalam berorganisasi ini, permasalahan serta problematika yang mencuat sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa subyek peneliti mengalami burnout
4 Menganalisis, serta mengkombina sikan sumber sumber yang sudah didapatkan dari subyek peneliti maupun dari lokasi penelitian Pelaporan sistematis Peneliti menganalisis, dan menyusun metode untuk menerapi konseli. Agar gejala burnout yang dialami bisa diminimalisir bahkan bisa dihilangkan
Melalui proses ini diharapkan, ditemukan jalan/ metode untuk menerapi konseli
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif teknik pengumpulan data sangat
diperlukan guna mendapatkan data dalam sebuah penelitian. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan
data sesuai dengan apa yang diharapkan. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan (observasi), wawancara
mendalam (in dept interview) dan studi dokumentasi. Adapun lebih jelasnya
a. Observasi
Observasi atau Pengamatan merupakan suatu unsur penting dalam
penelitian kualitatif, observasi dalam konsep yang sederhana adalah
sebuah proses atau kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa
mengetahui kondisi realitas lapangan penelitian. Menurut Black dan
Champion9 observasi adalah mengamati dan mendengar perilaku
seseorang selama beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau
pengendalian serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau
memenuhi syarat untuk digunakan ke dalam tindakan analisis.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi partisipatif.
Observasi pertisipatif adalah peneliti terlibat langsung dengan kegiatan
subjek yang sedang diteliti atau dengan orang yang dijadikan sebagai
sumber penelitian dengan mengikuti apa yang dikerjakan oleh subjek
yang diteliti.10
Dalam kasus ini peneliti berperan sebagai pengurus inti, yang
secara tidak langsung mendapatkan efek dari gejala burnout dari konseli,
dan peneliti menjadi pengamat segala peristiwa yang terjadi dalam
organisasi ini, sehingga hasil observasi dapat dinilai obyektif karna
peneliti berperan langsung.
Responden pendukung berupa sumber data sekunder yang
menjadi penguat atas penelitian ini yaitu wawancara dari wakil ketua unit
9 James A. Black dan Dean J. Champion,
Metode dan Masalah Penelitian Sosial,
(Bandung: Refika Aditama, 2009), hal. 286
kegiatan mahasiswa paduan suara saudara Muhammad Hisyam
Ramadhan.
Penelitian ini akan mengamati tentang perubahan sikap yang
nampak pada saudara (AN) sebagai obyek peneliti yang dimana berstatus
sebagai pengurus di Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara UIN Sunan
Ampel Surabaya, perubahan sikap yang menuju kearah yang negatif ini
sering dirasakan oleh peneliti, karena peneliti terlibat langsung dalam
kepengurusan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian kualitatif
sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai informan secara
langsung. Penelitian kualitatif sangat memungkinkan untuk penyatuan
teknik observasi dengan wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Nasution bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja,
belum memadai itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan
wawancara.
Menurut Hadi wawancara merupakan metode pengumpulan data
dengan jalan tanya-jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandankan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini wawancara merupakan alat utama dalam
menggali data tentang obyek peneliti, hal yang digali dari proses
wawancara meliputi motivasi konseli mengikuti organisasi ini, harapan
bergabung dalam organisasi ini .hasil yang diharapkan dari proses
wawancara ini adalah mengenal kepribadian saudara AN secara obyektif,
mengetahui sumber permasalahan yang dialami Saudara AN .
c. Dokumentasi
Merupakan suatu metode atau teknik yang digunakan dalam
penelitian kualitatif untuk mengungkapkan atau mencari berbagai
informasi dari sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.11
Biasanya dokumentasi ini berupa pengambilan foto atau video aktifitas
dari subyek yang ditelitinya. Kemudian dari foto-foto itulah diolah
sehingga menjadi sebuah catatan lapangan, dan dari foto-foto itu bisa
diketahui bagaimana kenyataan di lapangan.
Dalam penelitian kali ini peneliti akan mendokumentasikan
segala hal yang bekaitan dengan obyek peneliti yang diantara nya foto
proses konselig serta arsip arsip pendukung yang terdapat dalam I
organisasi ini seperti struktur pengurus,AD/ART serta ketetapan
tambahan yang tak tercantum dalam AD/ART.
6. Teknik Analisis Data
Untuk mengolah data data yang diperoleh, agar bisa dibaca dan
mudah di pahami peneliti memberikan teknik analisa data. Analisa data,
menurut potton, adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
kedalam suatu pola, katagori, dan satuan uraian dasar .
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah analisis
data kualitatif dengan metode perbandingan tetap “grounded research”,
artinya teknik yang digunakan bersifat non satistik, teknik ini digunakan
untuk memperoleh hasil analisis secara kualitatif yang berupa jawaban dari
pertanyaan pertanyaan yang diajukan peneliti dalam tahap ini teknik analisis
data akan menggambarkan secara detail proses dan jadwal yang akan
dilakukan peneliti dalam proses penelitian ini.
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Temuan keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaruhi
dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas). Derajat
kepercayaan keabsahan data (kredebilitas) dapat diadakan pengecekkan
dengan tehnik pengamatan yang tekun, dan triangulasi. Ketekunan
pengamatan yang dimaksud adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari. Pemeriksaan keabsahan data dalam kualitatif sangat diperlukan untuk
menguji ataupun memeriksa akurasi data yang telah dikumpulkan dari
proses penelitian ini berlangsung.
Menurut Nasution pemeriksaan keabsahan data diperlukan untuk
membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan
memang sesuai dengan sebenarnya ada atau kejadiannya.
Teknik yang digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data
penelitian ini adalah triangulasi data. Triangulasi adalah teknik
beberapa teknik penggaliaan data yang digunakan, seperti observasi,
wawancara, dan dokumentasi.12 Triangulasi data ini biasanya ada dua cara
yang dilakukan oleh peneliti yaitu:
a. Membandingkan semua hasil data yang diperoleh dari lapangan mulai
dari data observasi, wawancara dan dokumentasi, hal ini dilakukan
untuk mencari keabsahan dari data-data yang telah diperoleh.
b. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi, yang
tujuannya untuk mengkomparasikan antara kedua data tersebut oleh
karena itu dalam penelitian ini diadakan pengecekan terhadap validasi
data yang telah diperoleh dengan mengkonfirmasi antara data/informasi
yang diperoleh dari sumber lain yaitu teman dari subjek, saudara atau
keluarga subjek, tetangga, guru atau dosen wali subjek. Peneliti
membandingkan data hasil wawancara dari subjek penelitian dengan
data hasil observasi dan mencocokkannya kemudaian mengalisis.
Dalam teknik pemeriksaan keabsahan data ini peniliti mengunakan
triangulasi data seperti:
a. Menurut sudut pandang subyek penelitian yang tidak lain adalah konseli
sebagai penderita burnout syndrome.
b. Menurut sudut pandang ketua umum Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan
Suara UIN Sunan Ampel Surabaya sebagai pihak yang mengatur serta
mengkondiskan jalannya keorganisasian yang secara otomatis
mendapatkan efek dari permasalahan yang diderita oleh subyek peneliti.
c. Menurut sudut pandang perwakilan anggota BASS sebagai pihak yang
dinilai merasakan dampak langsung karna masalah yang dialami oleh
subyek peneliti.
G.Sistematika Pembahasan
Dalam setiap pembahasan suatu masalah, sistematika pembahasan
merupakan suatu aspek yang sangat penting, karena sistematika pembahasan
ini dimaksudkan untuk mempermudah pembaca dalam mengetahui alur
pembahasan yang terkandung di dalam skripsi.
BAB 1 terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dalam manfaat
pnelitian terdapat 2 bagian yaitu ditinjau secara teoritis dan praktis, definisi
konsep di dalam definisi konsep terdapat pengertian bimbingan konseling
Islam, pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy. Metode penelitian
didalam metode penelitian ini terdiri daro pendekatan dan jenis penelitian,
sasaran dan lokasi penelitian. Jenis dan sumber data, tahap tahap penelitian
didalam tahapan penelitian ini terdiri dari dari tahap pra lapangan, tahap
pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan. Teknik
pengumpulan data didalam teknik pengumpulan data terdiri dari observasi,
wawancara, dokumentasi. Teknik analisis data, teknik pemeriksaan dan
keabsahan data. dan sistematika pembahasan.
BAB 2 dalam bab ini menjelaskan tentang kerangka teoritik yamg
terdiri dari Bimbingan Konseling Islam didalam pembahasan ini meliputi
konseling Islam, fungsi bimbingan konseling Islam , Rational Emotive
Behavioral Therapy dalam pembahasan ini berisikan pengertian Rational Emotive Behavior Therapy, teknik teknik Rational Emotive Behavior Therapy, Burnout Syndrome dalam pembahasan ini berisikan pengertian burnout syndrome dan penelitian yang relevan.
BAB 3 dalam bab ini berisi tentang penyajian data yang terdiri dari
deskripsi umum obyek penelitian yang meliputi, deskripsi lokasi penelitian,
deskripsi konselor, deskripsi klien, deskripsi masalah, dan selanjutnya yaitu
deskripsi pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan Rational
Emotive Behavioral Therapy dalam mengatasi burnout syndrome seorang
pengurus Di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya, deskripsi hasil
penelitian pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan Rational
Emotive Behavior Therapy dalam mengatasi burnout syndrome seorang
pengurus di UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya
BAB 4. Dalam bab ini berisi tentang analisis data yang terdiri dari
analisis factor factor yang mempengaruhi burnout syndrome, analisis proses
pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan Rational Emotive
Behavior Therapy dalam mengatasi burnout syndrome seorang pengurus di
UKM Paduan Suara UIN Sunan Ampel Surabaya. Analisis hasil proses
Bimbingan dan konseling Islam dengan Rational Emotive Behavior Therapy
dalam mengatasi burnout syndrome seorang pengurus di UKM Paduan Suara
BAB 5 dalam bab ini berisikan penutup, di dalam penutup terdapat 2 isi
BAB II
BIMBINGAN KONSELING ISLAM, RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR
THERAPY, DAN BURNOUT SINDROME
A. Bimbingan dan Konseling Islam
1. Pengertian Bimbingan Konseling Islam
Konseling dalam Islam adalah suatu aktivitas memberikan
bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang meminta
bimbingan, (klien) dalam hal bagaimana seharusnya seorang klien dapat
mengembagkan potensi akal fikirannya, kejiwaannya, keimanan dan
keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupan
dengan baik dan benar secara mandiri yang ber paradigma kepada
Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulllah SAW.
Bimbingan konseling Islam juga dapat diartikan sebagai suatu
aktivitas memberikan bimbingan,pelajaran dan pedoman kepada individu
yang meminta bimbingan (klien) yang mengalami penyimpangan
perkembangan fitrah beragama, dengan mengembangkan potensi akal
pikiran kepribadiannya, keimanan dan keyakinan yang dimilikinya,
sehingga klien dapat menanggulangi problematika hidup secara mandiri
yang berpedoman pada Al-Quran dan sunnah rasul SAW, demi tercapainya
kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.1
Dari beberapa devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan
konseling Islam merupakan proses pemberian bantuan kepada individu baik
1 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling Islam’’. Peran
yang mengalami permasalahan ataupun tidak dengan cara mengembangkan
potensi fitrah yang dimilikinya, agar senantiasa selaras dengan ketentuan
dan petunjuk Allah. sehingga dengan cara yang mandiri individu mampu
memecahkan permasalahan yang dihadapinya serta mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
2. Ayat dan Hadist tentang bimbingan konseling Islam
Para Nabi diutus untuk membimbing dan mengarahkan manusia
kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai figure konselor yang sangat
mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang
berkaitan dengan jiwamanusia, agar manusia keluar dari tipu daya setan.
Dengan kata lain manusia diharapkan saling memberi bimbingan
sesuai dengan kemampuan dan kapasitas manusia itu sendiri, sekaligus
memberi konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi
perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Ayat ini menunjukan agar manusia
selalu mendidik diri sendiri maupun orang lain, dengan kata lain
membimbing ke arah mana seseorang ituakan menjadi baik atau buruk.
ِرصَعلٱَو
١
ٍرسُخ يِفَل َنَٰسنِإٱ َنِإ
٢
ِقَحٱِب ْاوَصاَوَ تَو ِتَٰحِلَٰصلٱ ْاوُلِمَعَو ْاوُنَماَء َنيِذَلٱ ََِإ
ِرَصلٱِب ْاوَصاَوَ تَو
٣
Artinya: Demi masa. Sungguh mereka dalam kerugian, kecuali mereka
yang beriman dan melakukan amal kebaikan saling menasehati supaya mengikuti kesabaran dan saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran.(QS. Al-Ashr [103] 1-3)
Nabi Muhammad Saw juga menjelaskan Tentang Bimbingan Konseling Islam
َلَو ِهِلوُسَرِلَو ِهِباَتِكِلَو ِهَلِل َلاَق ْنَمِل اَنْلُ ق ُةَحيِصَنلا ُنيِدلا َلاَق ملسو هيلع ها ىلص ََِِنلا َنَأ
َنِمِلْسُمْلا ِةَمِِ
Artinya: “Hak seorang muslim pada muslim lainnya ada enam: jika
berjumpa hendaklah memberi salam; jika mengundang dalam sebuah acara, maka datangilah undangannya; bila dimintai nasehat, maka nasehatilah ia; jika memuji Allah dalam bersin, maka doakanlah; jika sakit
jenguklah ia; dan jika meninggal dunia, maka iringilah kekuburnya.” (HR Muslim).
Bimbingan konseling Islam sifatnya hanya merupakan bantuan saja,
sedangkan tangguungjawab dan penyelesaian masalah terletak pada diri
individu (klien) yang bersangkutan. Secara garis besar, tujuan BKI dapat
dirumuskan untuk membantu individu mewujudkan dirinnya sebagai
manusia seutuhnya, agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
Manusia seutuhnya adalah mereka yang mampu menciptakan
kondisi, memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinnya sendiridan
bagi lingkungannya berkat pengembangan optimal segenap potensi yang
dimilikinya (dimensi keindividual), seiring dengan pengembangan suasana
kebersamaan dengan lingkungan sosialnya (dimensi kesosialan), sesuai
dengan aturan dan ketentuan yang berlaku (dimensi kesusilaan), dan agar
sesuatunya itu dikaitkan dengan pertanggungjawaban atas segenap aspek
kehidupannya didunia terhadap kehidupan diakhirat kelak kemudian hari
(dimensi keberagaman).
Citra manusia seutuhnya adalah manusia yang benar benar manusia,
manusia dengan aku dan kehadirannya yang matang, tangguh dan dinamis,
menyejukan; dengan kesusilaannya yang tinggi; serta dengan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mendalam.2
3. Fungsi Bimbingan Konseling Islam
Dengan memperhatikan tujuan dari bimbingan konseling Islam,
maka dapat dirumuskan beberapa fungsi bimbingan konseling Islam.
Priyatno dan Firman Amti menyebutkan bahwa fungsi bimbingan konseling
Islam meliputi empat hal, yaitu fungsi pencegahan, pengentasan,
pemahaman, pemeliharaan dan pengembangan.
Menurut Hatcher dalam Abimanyu, fungsi bimbingan konseling
Islam meliputi preventif, edukatif, dan rehabilitative. Fungsi preventif pada
bimbingan konseling Islam berfokus pada penyesuaian diri, penyembuhan
masalah psikologis yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan
mengatasi gangguan emosional.
Fungsi edukatif merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada
individu sebelum mereka mencapai masalah. Upaya ini meliputi
pengembangan strategi-strategi dan progam-progam yang dapat digunakan
untuk mengantsipasi dan mengelakkan resiko hidup yang tidak perlu terjadi.
Fungsi rehabilitas terfokus pada upaya pemberian bantuan kepada
individu dengan cara meningkatkan keterampilan dalam kehidupannya,
mengidentifikasi, memecahkan masalah hidup dan membantu meningkatkan
kemampuannya menghadapi transisi dalam hidup untuk keperluan hidup
jangka pendek.
2 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, jurnal bimbingan konseling Islam’’. Peran
Sementara itu Faqih menyebutkan bahwa fungsi bimbingan
konseling Islam terdiri dari empat hal, yaitu:
a. Fungsi preventif
Dapat diartikan sebagai membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinnya sendiri.3
b. Fungsi kuratif
Diartikan sebagai membantu individu dalam memecahkan masalah yang
sedang dihadapnya maupun dialaminya.4
c. Fungsi preservatif
Diartikan sebagai upaya membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan
lama.
d. Fungsi developmental
Diartikan sebagai upaya untuk membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya permasalahan baginya.5
4. Ciri ciri Konseling Islam
Ciri khas konseling Islam yang sangat mendasar adalah,
berparadigma kepada wahyu dan ketauladanan para nabi, rasul dan ahli
3 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling Islam’’. Peran
Bimbingan KonselingIIslam dalam Menurunkan Tekanan EmosiRremaja, 2 (Juli-Desember, 2011), hal. 10-12.
4 Hasyim Hasanah, ‘’Konseling Religi, Jurnal Bimbingan Konseling Islam’’. Peran
Bimbingan Konseling Islam dalam Menurunkan Tekanan Emosi Remaja, 2 (Juli-Desember, 2011), hal. 10-12.
warisnya. Seperti yang kita ketahui nabi dan rasul adalah panutan bagi
seluruh umat Islam, segala aktivitasnya menjadi panutan bagi umat Islam di
dunia.
Bimbingan Islami merupakan proses pemberian bantuan, artinya
bimbingan tidak menentukan atau mengharuskan, melainkan sekedar
membantu individu. Individu dibantu, dibimbing, agar mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk allah maksydnya sebagi berikut:
a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan kodrat yang
ditentukan Allah: sesuai dengan sunnatullah, sesuai dengan hakikatnya
sebagai makhluk Allah.
b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai denga pedoman yang
ditentukan Allah melalui rasulnya (ajaran Islam).6
c. Hidup selaras dengan petunjuk Allah berarti menyadari eksistensi diri
sebagai makhluk Allah yang diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-
Nya; mengabdi dalam arti seluas luasnya .
Dengan menyadari eksistensi sebagai makhluk Allah yang
sedemikian itu, berarti yang bersangkutan dalam hidupnya akan berperilaku
yang tidak keluar dari ketentuan dan petunjuk Allah , dengan hidup serupa
itu maka akan tercapailah kehidupan ynag bahagia di dunia mapun di
akhirat.7
7 Faqih, bimbingan dan konseling dalam Islam, (Yogyakarta, UII Press Yogyakarta,
Landasan religious dalam bimbingan dan konseling Islami
mengimplikasikan bahwa konselor sebagai „‟helper‟‟, pemberi bantuan,
dituntut untuk memiliki pemahaman akan nilai nilai agama dan komitmn
yang kuat dalam mengamalkan nilai nilai tersebut dalam kehidupan sehari
hari, khususnya dalam memberian layanan bimbingan dan konseling kepada
klien atau peserta didik.
5. Kriteria Konselor Islami
Konselor Islam seyogyanya menyadari bahwa memberikan layanan
bimbingan dan konseling kepada klien merupakan salah satu kegiatan yang
bernilai ibadah karena dalam proses bantuannya terkandung nilai
menegakkan „‟amar ma‟ruf nahyi munkar‟‟ (memerintahkan kebaikan dan
mencegah kemungkaran.
Agar layanan bantuan yang diberikan itu mengandung nilai ibadah,
maka aktivitas bimbingan dan konseling tersebut harus didasarkan kepada
keikhlasan dan kesabaran.8
Kaitannya dengan persyaratan bagi seorang konselor agama Islam,
menurut penulis, harus diperhatikan kriteria kriteria berikut ini.
a. Konselor islami hendaklah orang yang menguasai materi khususnya
dalam masalah keilmuan agama Islam, sehingga pengetahuannya
mencukupi dalam hal hal yang berkaitan dengan masalah keagamaan
b. Konselor islami hendaklah orang-orang yang mengamalkan nilai-nilai
agama Islam dengan baik dan konsekuen, tercermin melalui keimanan,
ketaqwaan dan pengamalan keagamaan dalam kehidupannya sehari-hari.
c. Konselor islami sedapat mungkin mentransfer kaidah-kaidah agama
Islam secara garis besar yang relevan dengan masalah yang dihadapi
klien.
d. Konselor islami hendaknya menguasai metode dan strategi yang tepat
dalam menyampaikan bimbingan dan konseling kepada klien, sehingga
klien dengan tulus akan menerima nasihat konselor
e. Konselor islami memiliki pribadi yang terpuji sebagai teladan dalam
perilaku baik ditempatnya bekerja maupun diluar tempat bekerja. Pendek
kata, perilakunya adalah perilaku yang terpuji sebagai „‟uswatun
hasanah‟‟, yang mampu menegakkan amar ma‟ruf nahyi munkar.
f. Konselor islami hendaknya menguasai bidang psikologi secara integral,
sehingga dalam tugasnya melaksanakan bimbingan dan konseling akan
dengan mudah menyampaikan nasihat dengan pendekatan psikologi.9
Hukum konselor memberikan konseling kepada konseli klien dan
konseli klien yang meminta kepada konselor adalah wajib dan suatu
keharusan bahkan merupakan ibadah. Menolong sesama muslim adalah
suatu bentuk kewajiban bahkan dari segi konseling, konselor yang
mempunyai kredibilitas di bdang ilmu konseling mempunyai kewajiban
untuk membantu konseli yang sedang mengalami masalah.
9 Samsul Munir Amin, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hal.
Akibat konselor menyimpang dari wahyu dapat berakibat fatal bagi
dirinya senidri mapun konseli/ klien dan Allah menghukumi mereka sebagai
orang yang mendustakan agama (kafir), melanggar agama dengan sengaja
an terang terangan (zhalim), menggangapnya enteng dan mnegabaikan
agama (fasiq).
Pedoman konselor Islam adalah Al-Qur’an dan Al –Hadits. Apabila
konselor berlawan dengan pedoman tersebut maka yang terjadi adalah
kebingungan dari pihak konseli/klien dan dosa bagi konselor.
Sistem konseling Islam dimulai dengan pengarahan kepada
kesadaran nurani dengan membaca ayat-ayat Allah, setelah itu baru
melakukan proses terapi dengan membersihkan dan mensucikan
sebab-sebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang di alami oleh konseli.
Ayat ayat suci Al-quran bisa menjadi obat yang mujarab untuk pengobatan
psikis manusia, khususnya bagi seorang muslim, karena wahyu yang
diturunkan langsung oleh Allah SWT itu berisikan anjuran dan petunjuk
kepada umat muslim.
Kemudian setelah tampak dalam cahaya kesucian dalam dada (qalb)
akal, fikiran, dan kejiwaan, baru proses pembimbingan dilakukan dengan
mengajarkan pesan-pesan Al-Qur’an dalam mengantarkan individu kepada
perbaikan-perbaikan diri secara esensial dan diiringi dengan al-hikmah,
kehidupan. Konselor sejati dan utama adalah mereka yang dalam proses
konseling selalu dibawah bimbingan atau pimpinan Allah dan Al-Qur’an.10
B.Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
1. Pengertian Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) adalah pendekatan
yang dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1950-an yang menekankan
pada pentingnya peran pikiran pada tingkah laku, pada awalnya pendekatan
ini dinamakan Rational Therapy (RT) kemudian ellise mengubahnya menjai
rational emotive Behavior Therapy (REBT).11
Rational Emotive Behavior Therapy merupakan pendekatan kognitif
behavioral pendekatan ini meruppakan kembangan dari pendekatan
behavioral pada proses konselingnya REBT berfokus pada tingkah laku
individu, akan tetapi lebih menekankan bahwa tingkah laku yang
bermasalah disebabkan oleh pemikiran yang irasional sehingga focus
penanganan pada teori ini adalah pemikiran individu.
Terapi tingkah laku adalah penerapan aneka raga, teknik dan
prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar, ia menerapkan
penerapan yang sistematis prinsip prinsip belajar pada perubahan tingkah
laku kea rah cara cara yang lebih adaptif. Pendekatan ini telah memberikan
sumbangan sumbangan yang berarti, baik kepada bidang bidang klinis
maupun pendidikan.
10 HM. Hamdani Bakran Adz Dzaky, Psikoterapi dan konseling sosial (Yogyakrta: Fajar
Pustaka Baru,2001),hal. 137-138.
11 Gantina Komalasari, Teori dan Teknik Konseling (Jakarta: PT indeks, 2011),
Terapi tingkah laku berbeda dengan sebagian besar pendekatan
terapi lainnya, ditandai oleh (a) pemusatan perhatian terhadap tingkah laku
yang tampak dan spesifik, (b) kecermatan dan penguraian tujuan tujuan
treatment, (c) perumusan prosedur treatment, yang spesifik yang sesuai
dengan masalah, dan (d) penafsiran obyektif dari hasil hasil terapi.12
Asumsi dasar dari REBT ini dikembangkan oleh Ellis yang
dikategorikan menjadi beberapa postulat antara lain :
a. Pikiran perilaku dan tingkah laku secara bekesinambungan saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
b. Ganggunan emosional disebabkan oleh factor biologi dan lingkungan.
c. Manusia dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu
secara sengaja mempengaruhi pemikiran orang lain.
d. Manusia meyakini diri sendiri secara kognitif, omosional, dan tingkah
laku. Individu sering berfikir menyakiti diri sendiri dan orang lain.
e. Ketika hal yang tidak menyenangkan terjadi individu cenderung
menciptakan keyakinan yang irasional tentang kejadian tersebut.
f. Keyakinan irasional yang menyebabkan gangguan pada individu.
g. Sebagaian besar manusia memiliki kecenderungan yang besar.untuk
membuat dan mempertahankan gangguan emosionalnya.
2. Tujuan Rational Emotive Behavioral Therapy
Tujuan utama REBT berfokus pada membantu orang untuk
menyadari bahwa, mereka dapat hidup lebih rasional dan produktif. REBT
12 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Revika
membantu klien agar berhnti membuat tuntutan dan merasa kesal melalui
‘’kekacauan’’. Klien dalam REBT dapat mengekspresikan beberapa
perasaan negatif, tetapi tujuan utamanya adalah membantu klien agar tidak
memberikan tanggapan emosional melebihi yang selayaknya terhadap suatu
peristiwa.
Tujuan lain dari REBT adalah membantu orang mengubah kebiasaan
berfikir atau bertingkah laku yang menghancurkan diri sendiri. Salah satu
cara untuk melakukannya adalah dengan mengajarkan model A-B-C-D-E
dari REBT kepada klien:
a. Berarti mengaktifkan pengalaman.
b. Mewakili pendapat orang mengenai pengalaman tersebut.
c. Adalah reaksi emosional terhadap B.
d. Adalah menjauhkan pemikiran irasional, biasanya dengan bantuan
konselor REBT, dan menggantikannya dengan
e. Pemikiran yang efektif dan filosofi pribadi baru yang akan membantu
klien mencapai kepuasan hidup yang lebih besar.
Melalui proses ini, REBT membantu orang belajar bagaimana
mengenali suatu anatomi emosional yaitu, mempelajari bagaimana perasaan
terkait dengan pikiran. Pikiran mengenai suatu pengalaman dapat
dikarakteristikan dalam empat cara: positif, negative, netral, kombinasi.
REBT juga mendorong klien untuk lebih toleran terhadapa diri
sendiri dan orang lain, serta mengajak mereka untuk mencapai tujuan
secara rasional untuk mengubah tingkah laku menghancurkan diri dan
dengan membantunya mempelajari cara bertindak yang baru 13
3. Pendekatan dalam Rational Emotive Behavior Therapy
Dalam pendekatan REBT, seorang terapis berusaha secara langsung
untuk mengubah diri konseli yaitu sebagai berikut:
a. Aktif-direktif terhadap kebanyakan konseli melakukan pembicaraan dan
menjelaskan sesuatu, terutama pada saat awal hubungan. Aktif direktif
disini yaitu konselor berperan aktif untuk megarahkan konseli dalam
menyelesaikan masalahnnya
b. Mengkonfrontasi konseli secara langsung dengan demikian tidak akan
ada waktu terbuang.
c. Menggunakan pendekatan yang penuh semangat terhadap konseli agar
berfikir kemudian mendidik ulang dirinnya sendiri. Ekspresi yang
terpancar dari konselor juga menentukan keberhasilan proses konseling,
perlu adannya rasa empati yang tinggi dari konselor, agar konseli lebih
yakin atas segala nasehat yang di berikan oleh konselor.
d. Gigih dan berulang kali menghantam ide-ide irasional yang mendasari
ganggunan emosional konseli.
e. Memunculkan kekuatan konseli untuk berfikir daripada menggunakan
perasaannya.
13 Samuel T. Glading, Konseling; profesi yang menyeluruh ( Jakarta: Permata Puri Media,
f. Sangat didaktif dan filosofis dalam pendekatannya, yaitu memberikan
pengajaran tentang segala hal yang berkaitan dengan konseli namun
belum ia ketahui.
g. Menggunakan humor dan latian malu sebagai cara untuk mengkonfrntasi
pemikiran irasional konseli. 14
4. Teknik teknik Rational Emotive Behavior Therapy
Rational Emotive Behavioral Therapy menggunakan berbagia teknik
yang bersifat kognitif, afektif, behavioral yang di sesuaikan dengan kondisi
klien, teknik teknik Rational Emotive Behavioral Therapy sebagai berikut:
a. Teknik-Teknik Rational
Adapun teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir
klien. Dewa ketut menerangkan ada empat dalam teknik kognitif.
1) Tahap Pengajaran
Dalam REBT, konselor mengambil peranan lebih aktif dari
pelajar. Tahap ini memberikan keleluasaan terhadap konselor untuk
berbicara serta menunjukan bagaimana ketidaklogikaan berfikir itu
secara langsung menimbulkan ganguan emos kepada klien tersebut
2) Tahap Persuasif
Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya karena
pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar, dan konselor juga
meyakinkan, berbagai argumentasi untuk menunjukan apa yang
dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.
14 Hartono, Psikologi konseling ( Jakarta: kencana prenada media group,2012), hal.
3) Tahap konfrontasi
Konselor mengubah ketidaklogikaan membawa klie ke arah
berfikir yang lebih logika.
4) Tahap pemberian tugas
Konselor memberikan tugas kepada klien untuk mencoba
melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya,
menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka
merasa di pencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk
memperbaiki carannya berfikir.
b. Teknik–teknik Emotif
Teknik teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk
mengubah emosi klien. Antara teknik yang sering digunakan adalah :
1) Teknik Sosiodrama
Memberi peluang mengekspresikan berbagai perasaan yang
menekanklienitu melalui suasana yang di dramatisasikan sehingga
klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan,
tulisan maupun gerakan dramatis
2) Teknik Self Modelling
Digunakan dengan meminta klien berjanji dengan konselor
untuk menghilangkan perasaan yang menimpannya. Dia diminta taat
3) Teknik Assertive Training
Digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien
dengan pola perilaku tertentu yang diinginkannya.
c. Teknik-teknik Behavioristik
Terapi rational emotive banyak menggunakan teknik
behavioristik terutama dalam hal upaya modifikasi perilaku negatif klien.
Dengan mengubah akar-akar keyakinannya yang tidak rasional dan tidak
logis. Beberapa teknik yang tergolong behavioristik adalah:
1) Teknik Reinforcement
Teknik reinforcement (penguatan), yaitu : untuk mendorong klien kea
rah yang tingkah laku yang lebih rasional dan logis jalan memberikan
pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment). Teknik ini
dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai-nilai dan keyakinan
yang irasional pada klien dan menggantinya dengan system nilai yang
lebih positif .
2) Teknik Social Modeling (pemodelan sosial)
Teknik social modelling (pemodelan sosial), yaitu: teknik untuk
membentuk perilaku perilaku baru pada klien teknik ini dilakukan
agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan
dengan cara mutasi (meniru), mengobservasi dan menyesuaikan
dirinnya dan menginternalisasi norma norma dalam suatu model sosial
3) Teknik Live Models
Teknik life models (teknik kehidupan nyata), yaitu teknik yang
digunakan untuk menggambar perilaku perilaku tertentu. Khususnya
situasi situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan
percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah.15
Peneliti menggunakan teknik kognitif dalam melaksanakan rational
emotive behavioral therapy (REBT) sebab sesuai denga klien yang
mengalami burnout sindrome.
Alasan mengapa peneliti menggunakan REBT ini untuk kasus
burnout syndrome ini karena tujuan konseling mengunakan REBT adalah
membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup lebih rasional dan
lebih produktif.
Mengajarkan individu untuk mengkoreksi kesalahan berfikir dan
tingkah laku yang merusak diri secara umum REBT mengajarkan bahwa
konseli harus lebih toleransi kepada diri sendiri,orang lain dan
lingkungannya. Sehingga konseli dapat berproses kembali di organisasi ini
dengan rasa yang nyaman dan aman tentunnya.
Pada dasarnya setiap individu menghadapi permasalahan dalam
hidupnya dalam jenis dan instensitas yang berbeda. Di dalam permasalahan
individu tersebut, beberapa masalah dapat dipecahkan sendiri tanpa
intervensi konselor, sedangkan ada beberapa masalah yang memerlukan
tindakan dari konselor, pada umumnya permasalahan yang membutuhkan
15 Muhammad Surya, Teori Teori Konseling (Bandung; Pustaka Bani Quraisy, 2003), hal.
proses konseling adalah (a) masalah kecewa (b) masalah frustasi (c) masalah
kecemasan, (d) masalah stress, (e) masalah depresi, (f) masalah konflik, (g)
masalah ketergantungan.
a. Masalah Kecewa
Kecewa merupakan bentuk gangguan emosi yang ditimbulkan
oleh ketidakserasian antara apa yang diinginkan konseli dengan
kenyataan yang terjadi
b. Masalah Stress
Stress adalah suatu bentuk gangguan emosi yang disebabkan
adannya tekanan yang tidak dapat diatasi oleh individu.16
c. Masalah Depresi
Depresi dikenal sebagai keluhan keluhan umum yang dialami
oleh masyarakat biasa maupun penderita yang berobat. Masalah depresi
dapat dgolongkan kedalam gangguan emosi dan kepribadian yang perlu
mendapat perhatian serius dari kalangan kedokteran bidang kesehatan
jiwa, psikologi, maupu ahli konseling.
d. Masalah Konflik
Konflik ialah suatu bentuk pertentangan yang dialami oleh
individu.konflik yang dialami konseli bisa ditimbulkan dari dua factor.
Faktor didalam diri konseli maupun di luar diri konseli.
16 Hartono, Psikologi Konseling (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal.
e. Masalah Ketergantungan
Ketergantungan adalah suatu keadaan dimana seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya menggantungkan pihak lain.
Masalah ketrgantungan konseli tergolong masih ringan daripada masalah
masalah yang telah di uraikan di atas.17
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berfikir rasional, tetapi
juga dengan kecenderungan kecenderungan kearah berfikir curang. Mereka
cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan keyakinan yang irasional
dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan keyakinan yang irasional itu,
tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku tindakan, dan menekankan berfikir,
menilai, menganalisa, melakukan dan memutuskan ulang. Modelnya adalah
didaktif direktif tetapi dilihat sebagai proses reduksi 18
C. Burnout Syndrome
1. Pengertian Burnout Syndrome
Menurut Chemis, burnout merupakan perubahan sikap dan perilaku
dalam bentuk reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan. Seperti
menjaga jarak atau bersikap sinis dengan klien, membolos, sering terlambat,
dan keinginan pindah kerja yang kuat. Sedangkan Pines dan Aronson
memandang burnout adalah tahap tahap kelelahan emosional. Fisik dan
17 Hartono, Psikologi Konseling (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), hal.
78-88
18 Faizah Noer Laila, Bimbingan Konseling Sosial (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
mental disebabkan keterlibatan yang l