80
BAB IV ANALISIS DATA
Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani Pola Pikir dan Perilaku Lesbian pada Remaja di Jeruk Lakarsantri Surabaya
Setelah menyajikan data di lapangan maka selanjutnya peneliti melakukan analisis
data, tujuan dari analisis data ini adalah untuk memperoleh suatu hasil penemuan dari
lapangan berdasarkan fokus permasalahan yang diteliti. Adapun analisis data yang
diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut:
A. Analisis faktor-faktor penyebab pola pikir dan perilaku lesbian pada remaja di Jeruk Lakarsantri Surabaya
Dalam menanalisis faktor penyebab pola pikir dan perilaku lesbian pada remaja,
peneliti menggunakan analisis deskriptif yaitu menguraikan fenomena atau kenyataan
sosial yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi konseli. Adapun
faktor-faktor penyebab pola pikir dan perilaku lesbian pada remaja adalah sebagai berikut:
1. Perasaan trauma konseli pada laki-laki.
Konseli merasa trauma pada laki-laki dikarenakan perceraian orang tuanya.
Sejak kecil konseli selalu melihat kekerasan yang dilakukan ayah kandungnya
pada ibu konseli. Selain itu hal yang dapat membuat konseli semakin trauma
dengan laki-laki adalah karena perilaku dari mantan pacar konseli yang terkadang
melakukan kekerasaan padanya dan selalu mengajak konseli untuk berbuat
81
2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari keluarga
Setelah orang tua konseli bercerai, ibu konseli memutuskan menikah lagi.
Karena keseharian orang tua konseli yang sibuk bekerja sehingga konseli kurang
mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Komunikasi keluarga tidak terjalin baik
sehingga konseli tidak mendapatkan kenyaman berada di rumah.
3. Pergaulan konseli yang menyimpang
Konseli tidak mendapatkan kenyamanan di rumah sehingga konseli sering
menghabiskan waktunya diluar rumah. Teman dari konseli kebanykan adalah
seorang lesbian. Sehingga konseli terpengaruh dengan pergaulannya dn menjadi
seorang lesbian.
4. Konseli tetap bertahan pada pemikiran yang keliru
Maksudnya adalah konseli tetap bertahan pada pemikirannya yang
beranggapan bahwa kenyaman, perhatian dan kasih sayang dapat konseli dapatkan
dari seorang wanita. Selain itu karena konseli selalu beranggapan bahwa laki-laki
hanya dapat menyakiti, sehingga konseli lebih memilih untuk berhungan dengan
wanita dari pada laki-laki.
B. Analisis proses konseling dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) di dalam Menangani Pola Pikir dan Perilaku Lesbian pada Remaja
Berdasarkan penyajian dalam proses pelaksanaan konseling dalam menangani
pola pikir dan perilaku lesbian pada remajadi desa Jeruk Lakarsantri Surabaya yang
dilakukan konselor dalam kasus tersebut mnggunakan langkah-langkah yaitu:
82
Analisa data tersebut menggunakan analisa data deskriptif komparatif sehingga
peneliti membandingkan data teori dengan data yang ada di lapangan.
Tabel 4.1
Perbandingan teori bimbingan konseling dengan proses di lapangan
No Data Teori Data Empiris
1. Identifikasi masalah:
Langkah ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber yang berfungsi untuk mengenal kasus serta gejala-gejala yang nampak pada konseli.
Konselor mengumpulkan data dari berbagai sumber data, mulai dari konseli sendiri, ibu konseli, teman dekat konseli dan tetangga konseli. Dari hasil yang diperoleh dari wawancara dan observasi menunjukkan bahwa konseli memiliki pola pikir irrasional yaitu menyukai sesama jenis dan berperilaku lesbian yang diaplikasikan konseli dengan berperilaku serta menganggap dirinya seperti laki-laki.
2. Diagnosis:
Langkah ini merupakan langkah dimana konslor menetapkan masalah yang dialami oleh konseli beserta latar belakangnnya.
Melihat dari identifikasi masalah diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa konseli memiliki pola pikir dan perilaku lesbian dikarenakan konseli merasa trauma dengan laki-laki selain itu kurangnya kasih sayang dan perhatian dari keluarga membuat konseli mencari pelampiasan yang salah yaitu menjalin hubungan
83
Pada langkah ini konselor menetapkan terapi yang sesuai untuk digunakan dalam menghadapi masalah konseli agar proses konseling berjalan lancar sehingga masalah konseli mampu diselesaikan dengan maksimal.
memberikan bantuan atau terapi pada klien dengan menggunakan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT). Karena kasus tersebut berkembang dari pemikiran yang tidak irrasional pada diri konseli sehingga menimbulkan perilaku yang salah yaitu sebagai seorang lesbian. 4. Treatment / Terapi:
Proses pemberian bantuan terhadap konseli berdasarkan prognosa. Adapaun terapi yang digunakan adalah:
1. Menggunakan
pendekatan yang dapat memberi perubahan dan cara
berfikir konseli.
2. Konselor lebih edukatif-direktif
kepada konseli yaitu
dengan banyak memberikan cerita dan penjelasan.
3. Berulang-ulang
dalam menekankan bahwa ide irrasional
itulah yang menyebabkan
hambatan emosional
Dalam pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), konselor mnggunakan ketiga teori tersebut:
1. Menggunakan pendekatan yang dapat memberi perubahan dan cara berfikir konseli. Dalam tahapan ini konselor mengungkapkan beberapa pendapatnya tentang sikap irrasional konseli, tujuan dari tahapan ini adalah merubah pemikiran irrasional konseli menjadi rasional. 2. Konselor lebih
edukatif-direktif kepada konseli yaitu dengan banyak memberikan cerita dan penjelasan. Pada tahapan ini konselor menceritakan tentang cerita edukatif yang berhubungan dengan konseli. Hal ini
84
pada konseli. bertujuan untuk
membangkitkan semangat konseli untuk berubah menjadi lebih baik.
3. Berulang-ulang dalam menekankan bahwa ide irrasional itu lah yang menyebabkan hambatan emosional pada konseli. Pada tahapan ini konselor
membantu konseli merumuskan rencana-rencana
yang akan dilakukan konseli dengan pemikiran rasional. Selain itu pada tahapan ini konseli menekankan bahwa pemikiran konseli yang irrasional itu menyebabkan hambatan untuk masa depannya.
5. Evaluasi:
Mengetahui sejauh mana langkah terapi yang dilakukan dalam mencapai hasil.
Melihat perubahan pada konseli setelah dilakukannya proses konseling dengan pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT), konseli sudah menyadari kekeliruan cara berfikirnya dan mau merubah pola pikir serta perilakunya yang irrasional. Selain itu konseli juga
85
pemikiran yang rasional.
Berdasarkan tabel diatas bahwa analisis proses konseling yang dilakukan konselor
dengan menggunakan langkah-langkah konseling yang meliputi tahapan identifikasi
masalah, diagnosa, prognosa, terapi/treatment dan evaluasi.
Pada tahap identifikasi masalah dalam perbandingannya relevan dengan teori
yang ada pada tahapan ini konselor menemukan gejala penyebab pemikiran irrasional
konseli yaitu konseli menjadi merubah perilaku menjadi seorang laki-laki, jauh dengan
keluarga, menjadi tertutup.
Selanjutnya pada tahap diagnosa, prognosa serta follow up dalam
perbandingannya relevan dengan teori yang ada. Pada tahap terapi konselor
menggunakan semua teknik terapi yang ada dalam teori. Berdasarkan perbandingan teori
dan lapangan pada saat bimbingan konseling, diperoleh kesesuaian dan persamaan yang
mengarah pada proses konseling.
C. Analisis hasil pelaksanaan konseling dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dalam mengatasi perilaku lesbian pada remaja.
Untuk melihat hasil akhir dari proses konseling dengan pendekatan Rational
Emotive Behavior Therapy (REBT) yang diberikan oleh konselor dalam mengatasi perilaku yang irrasional pada konseli. peneliti menggunakan analisis deskriptif
komparatif yakni membandingkan sebelum dan sesudah pelaksanaan proses konseling
86 Konselor : Hehe, tadi katanya mamamu kamu sering pulang ya ke rumah? Dan sering sekarang memakai baju cewek ya kemaren pas pergi sama mama ??Katanya juga kamu mau kuliah lagi.
Konseli : Haha, iya neh sering ke rumah aku ya kadang seh nggak nginep. Wah, iya ndut hehehehehaduuhh jadi malu sendiri, waahh mama buka-bukaan aja, iya pengen nerusin kuliah lagi. Makanya cari rajin kerja buat cari modal, haha
Konselor : Kalau kayak gitu, kenapa nggak tinggal aja sama mama kan hemat daripada kos uangnya bisa ditabung.
Konseli : Aku ngekos kan biar deket sama kerjaan ndut, lagian rencana ku ini aku pingin kuliah sama kerja. Lumayan lah buat uang saku kan, haha. Konselor : Alhamdullilah, ya gitu itu baru namnya perubahan buat lebih maju.
Terus habis gitu ndang nikah deh, hahaha
Konseli : Hahaha, duh kayaknya kamu dulu deh ndut. Aku masih lama, masih di tata ulang lagi.
Konselor : Haha, masih fokus skripsi. Ya sapa tau kamu duluan yang nikah, haha. Eh gimana kamu sama cewek itu? Aku denger-denger udah putus ya? Konseli : Haha, mulut gosip ya cepet emang. Udah lama seh aku putusnya, kan
katanya kamu kalau berubah jangan nanggung-nangung.
Konselor : Nah, gitu kan pinter. Kemana aja rek dulu. Terus tanggapan dia gimana? Dia masih deketin kamu?
Konseli : Ya nggak terima seh, udah aku kasih penjelasan di tetep nggak mau terima. Jadi ya sekarang dia masih deket-deket wajar lah ndut kita nggak bentar jalin hubungannya.
Konselor : Iya seh, tapi kamu ya gitu harus kuatin iman jangan sampek kamu jatuh lagi di lubang yang sama, hahaha.
Konseli : Iya, pasti aku kuatin deh. Haha Tabel 4.2
Gejala yang nampak pada konseli sebelum dan sesudah konseling
No
Gejala yang
nampak
Sebelum
Konseling
Sesudah
Konseling
A
B
C
A
B
C
87
2 Marah dan membentak ketika dinasehati.
√ √
3 Rasa trauma terhadap laki-laki.
√ √ 4 Lebih tertarik pada
perempuan dari pada laki-laki. √ √ 5 Mengubah semua penampilannya seperti laki-laki. √ √ 6 Perokok aktif √ √ 7 Suka mengkonsumsi obat-obatan terlarang √ √
SKOR
3
4
4
3
Keterangan : A : Tidak pernah B : Kadang-kadang C : Masih dilakukanDari tabel diatas menjelaskan bahwa setelah mendapatkan konseling terjadi perubahan sikap dan perilaku dari konseli, hal ini dapat dibuktikan dari kondisi konseli yang mulanya memiliki pemikiran yang irrasional akhirnya merubah pola pikirnya menjadi rasional dan dapat menerima kodratnya sebagai seorang wanita. Selain itu konseli juga memeiliki pemikiran untuk melanjutkan pendidikannya.
Sedangkan untuk melihat tingkat keberhasilan dan kegagalan Bimbingan Konseling tersebut, peneliti berpedoman pada prosentase kualitatif perubahan perilaku dengan standart uji sebagai berikut:
a. >75 % - 100 % (dikategorikan berhasil) b. 60 % - 75 % (cukup berhasil)
88
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa setelah mendapatkan Bimbingan dan Konseling tersebut terjadi perubahan sikap dan cara pandang konseli. Dimana yang sudah tidak pernah dilakukan ada 5 point, yang kadang-kadang dilakukan ada 1 point, yang dapat ditulis sebagai berikut:
a. Gejala yang tidak pernah = 4 → 4/6 x 100 = 66, 7 % b. Gejala kadang-kadang = 3 → 3/6 x 100 = 50 % c. Gejala yang masih dilakukan = 0 → 0/6 x 100 = 0 %
Berdasarkan hasil presentase diatas dapat di kethui bahwa bimbingan konseling dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) dala mengatasi perilaku lesbian pada remaja di desa Jeruk Lakarsantri Surabaya diliat dari analisis data tentang hasil prosentasi tersebut adalah 66 % dengan standart uji 60 % - 75 % yang di kategorikan (cukup berhasil).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian bimbingan konseling yang dilakukan konselor dikatakan berhasl karena ada awalnya ada 7 gejala yang dialami konseli sebelum proses bimbingan konseling, akan tetapi setelah proses bimbingan konseling 4 gejala tidak lagi dilakukan oleh konseli, sedangkan 3 gejala lainnya masih terkadang dilakukan oleh konseli.