• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Metode Konstruksi Gedung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Metode Konstruksi Gedung"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

1.1. PERENCANAAN SITE PLAN

Perencanaan Site Plan adalah perencanaan tata letak atau lay out dari beberapa fasilitas yang diperlukan selama pelaksanaan proyek yang harus sedemikian rupa di atur agar sedapat mungkin meningkatkan produktivitas kerja. Fasilitas-fasilitas proyek yang dimaksud antara lain :

• Kantor proyek/direksi keet

• Gudang material dan peralatan

• Base camp staf proyek dan barak pekerja

• Tempat pabrikasi kerja besi dan kayu

• Pos jaga dan pagar kerja

• Jalan kerja

• Penempatan alat berat, tower crane dan lift bahan

• Lokasi pembuatan komponen precast jika memang diperlukan • Dll 1

(2)

Galian Open Pumping Pompa Galian Pre Drainage ( Well Point System ) Pompa

1.2. PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH 1.2.1. DEWATERING

Sebelum pekerjaan galian dimulai, sudah harus pasti lebih dahulu , sistem dewatering yang akan diterapkan.

Pada dasarnya ada 3 ( tiga ) macam sistem dewatering, yaitu :

1. Open Pumping ( debit rembesan kecil )

2. Pre Drainage (debit rembesan besar dan tersedia saluran drainase)

(3)

Galian Cut Off Dinding Cut Off

3. Cut Off ( tidak diinginkan ada penurunan muka air tanah , dan tidak tersedia saluran drainage )

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan dewatering ialah menggunakan metode pengurasan dengan pemompaan yang dilakukan dengan sumur titik (well point system).

Pekerjaan persiapan

1. Tentukan letak titik dan kedalaman rencana pengeboran.

2. Menyiapkan casing pipa pvc dengan urutan sebagai berikut :

• Lubangi pipa casing pada bagian ujung yg akan terendam air dengan diameter lubang sesuai shop drawing, dengan menggunakan alat bor.

(4)

• Bungkus lubang-lubang pipa tersebut dengan kawat ayam/plastik filter.

3. Buat bak penampung air sirkulasi pengeboran berupa galian tanah yang dilapisi semen.

4. Laksanakan pengeboran tanah dengan mesin bor, jumlah lubang dan diameter serta kedalaman galian hams sesuai dengan rencana.

5. Masukkan pipa pvc yang telah dilubangi kedalam lubang bor secara bertahap.

6. Isi rongga antara lubang pengeboran dan casing pvc dengan koral gundu.

Buat saluran pembuangan air dari hasil dewatering

7. Pasang dan operasikan pompa submersible secara otomatis kedalam casing pvc dengan mengatur :

• Rangkaian pompa submersible dengan pipa galvanis

• Letak manometer, stop kran, check valve (untuk mengetahui dan mengatur tekanan/debit air).

• Letak water level control/ elektrode (untuk mengatur tinggi rendahnya permukaan air di dalam sumur sebagai pengamanan pompa).

• Letak panel kontrol dan instalasi listrik.

8. Merek-merek pompa dewatering yang sering digunakan torishima, ebara, dll.

(5)

Lubang hasil pengeboran siap dipasang pipa/casing PVC

Pengeboran Tanah untuk dewatering

Pembuatan Lubang pada ujung pipa dan Pembungkus an pipa dengan kawat ayam

Pipa casing PVC dimasukan kedalam lubang sumur hasil pengeboran

(6)

1.2.2. GALIAN TANAH BASEMENT

Metode galian tanah basement , ditetapkan

berdasarkan atas kondisi air tanah dan jenis tanah . Bila galian cukup luas dan dalam , sehingga alat gali dan alat angkut harus turun , maka galian harus diperlebar untuk keperluan “ ramp “

Persiapan

Sebelum proses penggalian dilaksanakan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

• Kedalaman Galian

1. Cek stabilitas lereng, apakah dapat digali secara open cut dengan mem-bentuk slope (cek tinggi kritis & ke-miringan slope).

(7)

Elevasi dasar galian Ramp

Tahap I

2. Untuk lahan yang sempit apakah diperlukan dinding penahan tanah yang sementara temporary (sheet pile, sheet pile + anchor, dll) permanent (soldierpile, diafragma wall, dll).

• Pengaturan arah manuvcr alat berat dan dump truck yang baik yang dilakukan dengan memperhatikan site installation yang ada.

• Pemilihan, jumlah, dan komposisi alat gali yang digunakan berdasarkan waktu pelaksanaan dan lokasi proyek.

• Jalan kerja yang memenuhi syarat.

• Pemeliharaan lingkungan sekitar proyek (debu, lumpur bekas material galian, dll).

Metode pekerjaan galian • Galian tahap 1

• Penggalian dilakukan backhoe dan material langsung didumping ke dump truck (posisi dump truck yang optimal di mana sudut swing bucket backhoe (45"-90"), tinggi galian sesuai perhitungan tinggi kritis.

• Galian tahap 2

• Lereng hasil penggalian tahap 1 harus diproteksi dari gerusan air hujan dengan menggunakan terpal plastik (plastik sheet) dan galian tahap kedua dapat dilaksanakan dengan metode yang sama pada tahap 1.

• Penggalian dilanjutkan sampai elevasi rencana, untuk penggalian di bawah permukaan air tanah dilakukan pekerjaan dewatering.

• Hasil galian tanah dibuang ke lokasi disposal area, diusahakan agar jarak disposal adalah jarak terdekat dan yang perlu diperhatikan usahakan tanah galian tidak berjatuhan di jalan dengan cara menutup bak dump truck dengan terpal.

(8)

Ramp Perlindungan Slope

1.2.2.1. GALIAN TANAH SLOPE

Untuk melindungi slope terhadap gerusan air hujan, permukaan slope dapat dilindungi dgn terpal atau dgn shotcrete

1.2.2.2. GALIAN TANAH SUPPORT/ TEGAK

Untuk beban lateral yang tidak besar, ground support dapat menggunakan sistem free cantilever

(9)

Galian tahap I Strutting tahap I

STRUTTIN G

Galian tahap II

Strutting tahap II

Galian tahap akhir

Galian tahap I + Bracing tahap I

Galian tahap akhir + Bracing akhir

BRACING

Untuk beban lateral yang besar dan galian yang sangat lebar, ground support dapat diperkuat dengan sistem bracing/ strutting / anchoring

(10)

Galian thp.I

Galian thp.akhir

ANCHORING

1.2.3. PONDASI

Pada umumnya fondasi untuk bangunan gedung bertingkat, menggunakan fondasi dalam.

Beberapa alternatif adalah :

1. Pondasi Tiang Pancang (Driven Pile) 2. Pondasi Frankie Pile

(11)

Galian Basement

1.2.3.1. TIANG PANCANG (DRIVEN PILE) Ada dua alternatif, yaitu :

Dipancang dulu baru digali

basement (umum) Digali basement dulu, baru dipancang Bila tiang pancang berjarak rapat dan menimbulkan soil displacement yang cukup besar, maka untuk menghindari terjadinya “heaving“, urutan pemancangan harus dari tengah keluar .

Persiapan

• Penentuan alat pancang yang digunakan: peralacan pancang yang dipakai harus mempunyai efisiensi dan energi yang memadai.

(12)

• Pemilihan jenis hammer secara tepat harus memper-hitungkan panjang tiang, daya dukung tiang, dan kondisi tanah.

• Rencanakan set tiang final: untuk menentukan pada kedaiaman mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir {final set)

• Rencanakan urutan pemancangan dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. lokasi stok material ditempat-kan sedekat mungkin dengan lokasi pemancangannya.

• Tentukan letak titik pancang dengan theodolit dan tandai dengan patok.

Urutan pemancangan Proses pemancangan

1. Dipasang patok 2 posisi rencana tiang pancang. 2. Diberi nomor urut pemancangan sesuai rencana. 3. Bila perlu penyambungan, disiapkan dari awal

baik tiang penyambung maupun alat penyambung.

4. Pemancangan dihentikan bila final settlement telah memenuhi syarat.

(13)

Pipa tremie Sambil cor, casing diangkat Pile cap Casing Split Alat tumbuk Tutup Pembesian

5. Penghentian pemancangan harus sepengetahuan

Pengawas yang bersangkutan. 1.2.3.2. FRANKIE PILE

• Pipa baja dengan ujung bawah terbuka, diletakkan tepat pada titik (patok) tiang. Split lalu dimasukkan ke dalam pipa yang kosong itu dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan skip. Split dipadatkan dengan tumbukan

palu/drop hammer di dalam pipa sehingga

melekat menjadi suatu sumbat pada ujung pipa.

• Pemancangan pipa besi dilakukan dengan cara menumbuk sumbat split pada ujung pipa. Kedalaman pemancangan ditentukan melalui data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan

kalendering pada setiap titik. Pemancangan

dihentikan apabila penurunan pipa tidak lebih dari 30 mm dalam 10 pukulan, dengan tinggi jatuh palu setinggi 1,20 meter per pukulan.

• Setelah mencapai kedalaman yang diharapkan, pipa ditahan dengan sling dan sumbat split yang terdapat di dalam pipa dipukul hingga lepas dan keluar dari pipa. Beton kering lalu diisikan sedikit demi sedikit ke dalam pipa untuk pembuatan pembesaran (bulb) atau enlarged base.

• Pembesian dimasukkan ke dalam pipa. Pembesian dibuat sepanjang tiang dengan tambahan ± 0,90 m stek untuk masuk ke dalam

poer untuk penyambungan, sehingga over-lapping besi utama adalah ± 90 cm.

• Pengecoran kedalam pipa dilakukan sedikit demi sedikit disertai dengan pamadatan, sambil pipa sedikit demi sedikit dicabut.

• Pengecoran beton terakhir ditambah setinggi lebih kurang 30 cm - 50 cm.

(14)

1.2.3.3. BORED PILE

1.2.3.3.1. PROSES PENGEBORAN

1. Pengeboran dimulai dengan menggunakan

auger dengan diameter sedikit besar. Untuk

kemudian memasang casing sementara (bila diperlukan) sepanjang maksimum 4.00 meter.

Casing sementara ini dibutuhkan untuk

menghindari runtuhnya tanah permukaan di sekeliling lubang bor.

2. Pengeboran dilanjutkan menggunakan auger atau bucket. Bila dinding lubang bor runtuh, maka dibutuhkan pengisian air dalam lubang bor selama proses pengeboran dilaksanakan. 1.2.3.3.2. PROSES PEMBERSIHAN LUBANG

Pembersihan dasar lubang dimulai dengan menggunakan cleaning bucket. Bahan yang dikeluarkan dan tebalnya harus dicatat. Proses diulang beberapa kali sampai dasar lubang dalam keadaan relatif bersih.

(15)

1. Setelah pembersihan dasar lubang kemudian dilaksanakan pemasangan pembesian besi beton disusul pemasangan pipa tremie. Panjang, jumlah dan mutu besi beton dibuat sesuai spesifikasi teknis.

2. Bila di dalam lubang terdapat volume air yang cukup banyak dan deras maka pengecoran dilaksanakan melalui pipa tremie yang ditutup pada ujung bawahnya, menggunakan plat baja yang dinamakan end plate atau dengan menggunakan plastic foam sebagai pemisah antara beton dan air.

3. Pipa tremie dipasang sepanjang lubang yang dibor dengan ujungnya bertumpu pada dasar lubang.

Beton Readymix dituangkan ke dalam tremie hingga pipa tersebut terisi penuh. Pipa lalu ditarik sehingga end plate terlapas dan beton mengalir pengecoran tiang dilakukan berulang kali hingga permukaan beton mencapai ketinggian yang diinginkan. Selama pengecoran berlangsung ujung bawah pipa

tremie harus terbenam di dalam beton. Bila

pipa tremie terlampau panjang maka pipa

tremie dengan panjang masing-masing

potongan antara 1 - 6 meter harus diangkat dan dipotong.

(16)

4. Casing lalu dicabut perlahan-lahan dan dilakukan pengukuran terakhir untuk memeriksa apakah ketinggian permukaan beton berada di atas rencana dasar poer setinggi ± 1 meter untuk menjamin mutu beton yang baik pada elevasi dasar poer.

Apabila perlu, casing sementara di cor beton sampai penuh sehingga ketinggian permukaan beton yang diinginkan tercapai. Bilamana tidak Pipa casing Penyedot sisa boring Pipa casing ditarik& cor Pembesian Bor Tanah Pile Cap

Bila perlu , diisi bentonite

(17)

GROUND BEAM

PILE CAP Permanen Form work

ada air di dalam lubang bor, pengecoran beton dilakukan dengan pipa tremie pendek (± 1 m) dan corong saja. Pipa tremie pendek ini berfungsi agar beton yang dituangkan jatuh ditengah-tengah lubang.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bored pile :

• Tetapkan titik-titik bore pile.

• Siapkan saluran drainage untuk pembuangan lumpur dari galian bor.

• Arah gerakan alat bor, mundur (bila perlu galian sambil diisi lumpur bentonite).

• Sample tanah elevasi akhir, diserahkan pada Pengawas, untuk persetujuan pemberhentian boring.

• Penurunan rangkaian pembesian,

memperhatikan elevasi rencana.

• Pengecoran menggunakan sistem pipa tremi. 1.2.4. PILE CAP DAN GROUNDING

(18)

Di Cor tahap I

(dgn form work) Di Cor tahap II(tanpa form work)

Balok Kayu Kawat anyaman Tulangan Raft

Tulnagan Raft Pengecoran Tiap Kotak, (sistem papan catur tahap II )

Pengecoran Tiap Kotak, (sistem papan catur tahap I )

1.2.5. RAFT FONDATION

Raft foundation, biasanya digunakan pada bangunan gedung bertingkat tinggi, dengan basement yang dalam. Raft foundation, berfungsi juga sbg pile cap fondasi tiang (bored pile), dan sbg pemberat bangunan. Raft foundation, berbentuk sebagai plat yang tebal sekali, missal >2 meter, sehingga perlu metode pengecoran khusus .

Pengecoran Raft Foundation menggunakan sistem papan catur, volume tahap pengecoran disesuaikan kemampuan alat dan tenaga

(19)

Galian & Cor panel Male

Panel Female Panel Female

Galian & Cor panel Female

Galian Bore pile , diisi semen bentonite

Galian Bore pile , disela-sela bore pile semen bentonite , kemudian di cor beton bertulang

Panel Female

1.2.6. DINDING DIAFRAGHMA

Secant pile wall

(20)

Kolom basement Slab basement 1.2.7. BASEMENT

Sistem pelaksanaan struktur basement , dapat dibagi menjadi :

• Sistem Konvensioal ( Bottom up ) • Sistem Top Down ( Up and Down )

• Sistem campuran ( Top Down & Bottom Up ) Sistem yang digunakan , dipengaruhi oleh situasi dan kondisi bangunan. Top Down adalah sistem baru, yang dimaksudkan agar proses pelaksanaan dapat lebih cepat.

(21)

Diaphragm Wall

Bored Pile

King Post

Galian level I

Galian level II

Galian level III

Raft Foundation Lean concrete Tulangan Slab Tulangan Kolom King Post Lean concrete King Post 1.2.7.2. TOP DOWN

TAHAP PENGERJAAN BASEMENT TOP DOWN SISTEM

(22)

Kolom yang telah dicor Lobang untuk pipa concrete pump

Pasang penulangan kolom , dan pasang bekisting kemudian kolom di cor

(23)

BALOK / SLAB , KONVENSIONAL

Di cor beton Slab& Balok

Kolom telah dicor Balok& papan Kayu

Tiang Kayu Tiang

Kayu

Papan Alas

1.3. PEKERJAAN STRUKTUR ATAS 1.3.1. KOLOM, BALOK, SLAB

1.3.1.1. FORM WORK/BEKISTING

(24)

BALOK / SLAB DENGAN PERANCAH SCAFOLDING

Ajusting Frame Main Frame Di cor beton Kolom telah dicor U Head Jack Jack Base Joint Pin Balok& papan Kayu

Pipa Bracing

BALOK / SLAB MENGUNAKAN STEEL DECK

Di cor beton Kolom telah dicor U Head Jack Jack Base Joint Pin Steel Deck Steel Support bila diperlukan

Profil Steel deck

BALOK / SLAB DENGAN HORRY BEAM

Di cor beton Kolom telah dicor U Head Jack Jack Base Joint Pin Horry Beam

(25)

Sepatu Kolom ( beton / besi siku )

CAST IN PLACE Concrete Bucket

Pengatur vertikal Pedoman

vertikal

Unting

KOLOM , dengan Sistem Pre-Grout

Kolom Bag. atas

Kolom Bag. bawah Diisi grout (dilebihkan)

Sebelum grouting mengeras , tidak boleh diganggu . 1.3.1.2.. CAST IN PLACE 1.3.1.3. PRECAST 25

(26)

KOLOM , dengan Sistem Embeded Part dan Las

Di Las

Kolom bagian bawah Kolom bagian atas

Baja penyambung

Baja penyambung

Kolom bagian atas

KOLOM , dengan Sistem Post-Grout

Kolom Bag. bawah Kolom Bag. atas

Bedding mortar

Pompa grout dari bawah Splice Sleeve

(27)

KOLOM & BALOK, dengan Sistem Embeded part dan las

Embeded Part

Plat penyambung di las

Tampak Atas Kolom

Balok Tampak Samping

Di Grout

BEAM , dengan sistem Grout & Cor

Komponen Precast Komponen Precast Komponen Precast Komponen Precast

Cast In Place Splice Sleeve

BEAM , dengan Sistem Grout

(28)

TANGGA Sistem Precast

Bagian Trap di precast

Bagian Bordes di cast in place

(29)

CAMPURAN ( Hollow Slab )

Hollow Slab precast

Kolom telah dicor Cast In Place

CAMPURAN ( Half Slab )

Half Slab precast Cast In Place

Temporary support Half Slab precast

1.3.1.4. CAMPURAN

Dalam sistem ini , biasanya yang di precast adalah Slab , antara lain :

Penggunaan Half Slab precast , kolom dan balok serta sebagian slab di cor ditempat .

29

(30)

Double Tee Beam Precast

Cast In Place

Scafolding untuk cor balok

Tampang Double Tee Beam

CAMPURAN ( Double Tee Beam)

Penggunaan Hollow Slab precast, kolom dan balok serta toping slab di cor ditempat .

Penggunaan Double Tee Beam precast , kolom dan balok induk, serta toping slab di cor ditempat .

(31)

CLIMBING FORM

Plat form untuk kerja

Penggantung Plat form untuk finishing Bout penahan

Shear Wall yg sdh dicor .

Pipa

SLIP FORM

Penggantung Plat form untuk finishing Steel Jack Rod

Hydraulic Climbing Jacks

Yoke Unit Hand Rail

Working Platform

1.3.2.. SHEAR WALL, CORE WALL 1.3.2.1. FORM WORK/BEKISTING

(32)

AUTO JUMP FORM

Pengecoran Thp. I , manual

Cekungan

Stationary jack rod Hydraulic jack Adjustable shear key support system Grid Beam COR DINDING PEMASANGAN FORM

MENGANGKAT FORMWORK MENGANGKAT JACK ROD

(33)

Core wall Starter bar yg ditanam Starter bar tlh dibuka

1.3.2.2. HUBUNGAN CORE WALL DGN SLAB

Hubungan Core wall dengan slab, melalui starter bar yang ditanam pada dinding core wall

1.3.3. PEKERJAAN BETON (CONCRETE) 1.3.3.1. SLAB DAN BALOK

33

CARA KERJA HYDRAULIC JACK

• Unit Form work bertumpu pada Shear Key , kemudian Hydraulic Jack menaikkan atau menurunkan Jack Rod

• Unit Form work bergerak keatas diangkat oleh Hydraulic Jack yang merambat keatas pada Jack Rod , dimana Jack Rod bertumpu pada beton yang sudah di cor .

Jack Rod Hydraulic Jack

Grid Beam Penghubung Hydraulic Jack & Grid Beam

LAY OUT GRID BEAM & HYDRAULIC JACK ( Tanpa gambar Deck )

Hydraulic Jack Jack Rod Grid Beam Form work luar Form work dalam Core Wall Hydraulic Jack Jack Rod

(34)

1.Setelah beton agak mengering, pasang adukan pada sekeiiling beton lantai yang akan digenangi air dengan tinggi adukan ± 5 cm. 2.Biarkan adukan sampai kering/ keras.

3.Aliri/ genangi permukaan beton lantai dengan air kerja menggunakan pompa dan slang air. 4.Lakukan penyiraman atau penggenangan permukaan lantai beton secara teratur

5.Kontrol genangan air jangan sampai kering 6.Jika terjadi hujan maka tidak perlu diadakan pekerjaan penyiraman beton lantai

1.3.3.2. KOLOM

1. Setelah bekisting kolom dibuka curing dapat dilakukan

2. Kondisi kolom agak mengering

3. Curring dilakukan dengan melakukan penyemprotan curing compound

(35)

permukaan kolom dengan terpal/ kain karung basah

1.3.3.3. SLUMP TEST

1.Pengisian kerucut Abrams dilakukan 3 tahap dimana tiap tahap untuk mengisi sepertiga tinggi kerucut.

2.Pemampatan dengan merojok adukan beton sebanyak ± 25 kali menggunakan besi untuk tiap tahap pengisian kerucut.

3.Ratakan permukaan kerucut

4.Bersihkan bagian alas bawah kerucut 5.Tekan pegangan kemudian angkat kerucut 6.Ukur tinggi penurunan yang terjadi pada adukan beton

1.3.3.4. TEKNIK PENGECORAN DAN PEMADATAN

(36)

Pengecoran Kolom Cara Yang Benar

1.Saat penuangkan beton dari gerobak salurkan campuaran memlalui pipa flexible/tremi

2.Saat menuangkan beton menggunakan bucket dari tower crane gunakan pipa penyaluran yang flexible/tremi yang pangkalnya disambungkan dengan kerucut corong

3.Saat menuangkan beton menggunakan Concrete Pump masukan ujung pipa concrete pump sampai dasar bekisting sambil diangkat perlahan saat bagian tersebut telah terisi beton. Cara Yang Salah

4. penuangan beton dengan jarak jatuh yang jauh, lama dan tak terkontrol dapat menyebabkan segregasi dan campuran beton yang membentur bekisting dapat merusak bekisting dan campuran beton.

Segregasi menyebabkan mortar/adukan akan tertinggal di permukaan sedangkan agregat kasar akan menumpuk dibagian bawah

Prinsip untuk menghindari segregasi selama pengecoran disegala tempat :

1. Beton dicor secara vertikal dan sedekat mungkin dengan posisi pengecoran

2. Beton jangan dialiran ke posisi pengecoran, tetapi beton dipindahkan.

(37)

Pada saat melakukan penggetaran harus dilakukan dengan cara yang benar seperti gambar dibawah ini :

Penggetaran pada saat melakukan pengecoran harus dilakukan antara lain untuk

mengkonsolidasikan partikel agregat sampai rata dan mengeluarkan udara yang terjebak.

1.4. PEKERJAAN ARSITEKTUR

1.4.1. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING a. Peralatan Yang Digunakan

• Meteran • Jidar aluminium • Roskam kayu • Roskam besi • Kertas semen • Benang

b. Bahan Yang Digunakan :

• Triplek

• Kawat ayam (jika plesteran lebih dari 3cm)

• Air

• Semen

c. Pelaksanaan :

1. pasang batu bata/batako sesuai shop drawing.

(38)

2. basahi permukaan pasangan batu/ bata dengan air sampai basah secara merata (curing). 3. pasang tarikan benang vertikal dan horizontal sebagai panduan kepalaan dan cek tarikan benang.

4. setelah kepalaan terpasang periksa hold point ke 1

HOLD POINT 1 Instalasi M/E sesuai shop drawing

Koordinat titik M/E harus tepat

Ketebalan kepalaan

sesuai speksifikasi Ketebalan 1,5-3cm

Cek vertikalnya

shop drawing Vertikal & horizontal lurus dan rata (harus lot)

5. kemudian periksa hold point ke 2 HOLD POINT 2

Kerataan pemukaan

plesteran Dengan Jidar alumuniumL=2m; deviasi ± 1mm Posisi Outlet M /E Harus sesuai Shopdrawing

(39)

MULAI

1. CEK SELURUH PASANGAN DINDING 2. CEK PERALATAN

3. CEK BAHAN DINDING

1. PASANG BATU BATA/BATAKO SESUAI SHOP DRAWING.

2. BASAHI PERMUKAAN PASANGAN BATU/ BATA DENGAN AIR SAMPAI BASAH SECARA MERATA (CURING). 3. PASANG TARIKAN BENANG VERTIKAL DAN HORIZONTAL SEBAGAI PANDUAN KEPALAAN DAN CEK TARIKAN BENANG.

HOLD POINT 1

1. KOORDINAT INSTALASI TITIK M/E HARUS TEPAT SESUAI SHOP DRAWING 2. KETEBALAN KEPALAAN SESUAI SPEKSIFIKASI 1,5-3CM

3. VERTIKAL & HORIZONTAL LURUS DAN RATA (HARUS LOT)

SELESA I OK LAKUKAN PEKERJAAN PLESTERAN DENGAN PANDUAN KEPALAN OK N KOREKSI Y N Y HOLD POINT 2 1. KERATAAN PEMUKAANPLESTERAN L=2M; DEVIASI ± 1MM

2. POSISI OUTLET M/E HARUS SESUAI SHOP DRAWING OK N Y DITERIMA 39

(40)

1.4.2. PEKERJAAN PLAFOND GIPSUM a. Peralatan Yang Digunakan

• rol meter

• benang

• screw driver

• ceiling net/ lakban

• waterpass • amplas • hand sander • grit paper 150/120 • kuas • rol cat

b. Bahan Yang Digunakan

• panel gypsum

• paku kait / penggantung

• rod (penggantung rangka plafond)

• hanger

• clip adjuster (ex. boral type 223)

• steel hollow

• wallen cle profil l 20 x 20 mm/ moulding profil w

(41)

• to/5 cross rail atau rangka utama (ex. boral

type 201)

• furing chanel atau rangka pembagi (ex. boral type 204)

• locking clip (ex. boral type 210)

• skrup ceiling • paper tape • compound • cat • plamur c. Pelaksanaan

1. Tentukan/ marking elevasi plafond dan buat garis sipatan pada dinding & as sumbu ruangan serta titik-titik paku kait pada langit-langit dengan jarak sesuai shop drawing.

2. Pasang paku kait. tembakanpaku-paku kait pada marking titik -titik yang telah ada 600x1200mm. 3. Pasang penggantung rangkaplafond (rod) yang

terdiri dari hanger dan clip adjuster (ex. boral type

(42)

223), dengan posisi tegak - lurus.

4. Pasang rangka tepi (steel hollow) dan wall angle profil l 20 x 20 mm atau moulding profil w sebagai list tepi tepat pada sipatan marking elevasi plafond.

5. Tentukan jarak penempatan kait penggantung.

6. Pasang tarikan benang sebagai pedoman penentu kelurusan dan ketinggian rangka plafond. 7. Pasang rangka utama/ top cross rail (ex.boral

(43)

8. Pasang rangka pembagi/ furing chanel (ex.boral type 204) dengan jarak 600 mm menggunakan locking clip (ex.boral type 210), cek elevasi dan jarak rangkaplafond cek sparing, ducting dan perlengkapan mekanikal elektrikal lainnya.

9. Pasang dan kencangkan clip rod.

10. Pasang panel gypsum pada rangka dengan sekrup ceiling menggunakan screw driver dengan jarak 60 cm dan setiap sambungan harus tepat pada rangka.

(44)

11. Cek kerapihan dan kerataan bidang plafond dengan menggunakan waterpass.

12. Perataan sambungan plafond dengan menggunakan ceiling net lakban.

13. Kemudian ditutup dengan paper tape dan compound ceillng.

14. Setelah itu diamplas.

15. Finish permukaan plafond gypsum tersebut dengan cat.

a. Ratakan permukaan plafon gypsum menggunakan plamur sampai terlihat rata dan lurus.

b. Haluskan dengan amplas sampai rata dan benar - benar halus.

c. Cat seluruh permukaan plafond secara merata dengan kuas untuk bagian tepi dan sudut, serta rol cat untuk bidang luas. MULAI

MARKING ELEVASI & TITIK PENGGANTUNG

PASANG PENGGANTUNG & RANGKA TEPI

PASANG TARIKAN BENANG MEMANJANG NELINTANG & DIAGONAL SEBAGAI ACUAN

ELEVASI & KELURUSAN PLAFOND CEK ELEVASI & JARAK

TITIK GANTUNGAN

PERBAIKI

N

Y

PASANG RANGKA PLAFOND

A

PASANG PANEL GIPSUM

MARKING POSISI ACCESSORIES M/E

LUBANGI POSISI ACCESSORIES M/E

PERBAIKI

N Y

FINISHING PERMUKAAN PLAFOND CEK ELEVASI &

JARAK

Y RATAKAN SAMBUNGAN GYPSUM

(45)

Flow Chart Pelaksanaan Pekerjaan Plafond Gypsum

(46)

1.4.3. PEKERJAAN PLAFOND PLYWOOD

a. Peralatan Yang Digunakan

• roll meter (meteran)

• steger kerja

• mesin poles kayu

• benang nylon

• waterpass

• siku besi

• gergaji

• amplas biasa (kasar & halus)

• paku

• palu besi

• kain lap

b. bahan yang digunakan :

• plywood tebal 6 mm ukuran disesuaikan dengan kebutuhan

jenis kayu : kayu kamper

• plywood tebal 6 mm

jenis kayu: kayu kamper (dia\ dan lurus

• ukuran : 5 / 7 cm dan 5/10 cm c. pelaksanaan

2. Buat marking elevasi, as dan jarak penggantung rangka plafond sesuai dengan shopdrawing (untuk menentukan ketinggian plafond ).

3. Pasang benang nylon dua sisi dan sejajar sebagai pedoman kelurusan & ketinggian rangka, sesuai elevasi yang telah dibuat pemasangan benang nylon.

(47)

5. Pasang rangka plafond (yang telah dihaluskan,

dimeni & dipotong) sesuai marking yang telah dibuat.

6. Periksa kelurusan dan kerataan rangka menggunakan waterpass & siku besi.

7. Potong panel plafond plywood dengan gergaji sesuai shop drawing.

8. Haluskan bekas potongan plywood dengan amplas. Pasang panel plafond plywood tersebutdengan mengatur :

• kelurusan & kerapatan nad plafond

• kerataan plafond

Pemasangan plafond dimulai dari tepi (mengikuti gambar kerja) dan diperkuat dengan paku yang diketok dengan palu besi

9. Cek kerataan permukaan plafond yang sudah jadi dengan waterpass.

10. Rapikan & haluskan permukaan plafond plywood yang telah terpasang dengan amplas sampai rata / licin.

11. Bersihkan permukaan yang telah diamplas dengan kain lap

(48)

1.4.4. PEKERJAAN GENTENG METAL

a. Umum

1. Dalam hal penggunaan kaso dan reng pemasangan genteng metal "rainbow" tidak berbeda dari pemasangan genteng lainnya. 2. Perbedaan prinsip adalah pemasangan genteng

di mulai dari atas ke arah bawah.

3. Perakitan antara genteng yang satu dengan lainnya menggunakan paku anti karat.

4. Mengikuti bentuk atap dengan mudah karena terbuat dari galvanil campuran aluminium yang fleksibel.

5. Walaupun terbuat dari metal tetapi sangat ringan yaitu 1/6 berat genteng beton ± 7kg/m2, sehingga dapat dipasang dengan sudut 12° sampai dengan 90°.

b. Perhitungan jarak reng :

1. Jika atap diakhiri listplank kayu, maka perhitungan reng dimulai dari bawah dengan overlap yang diinginkan (disarankan 7cm) sehingga jarak reng pertama dari listplank adalah 36,5 - 7 = 29,5 cm.

2. Jika akhir atap diakhiri dengan talang datar, maka perhitungan reng dimulai dari atas.

c. Pelaksanaan

1. Pemasangan genteng dimulai dari atas agar jarak genteng tetap pada posisinya.

2. Pemakuan genteng pertama pada lekukan atas. Untuk yang kedua dan selanjutnya pada pertemuan atau sambungan 4 buah genteng. 3. Lakukan pemasangan wall flashing.

4. Kemudian lakukan pemasangan nok atas persegi.

(49)

1.4.5. PEKERJAAN PEMASANGAN KUSEN PINTU / JENDELA

ALUMINIUM

a. Alat yang digunakan

• Baji karet

• Bor

• Obeng

b. Bahan yang digunakan

• Kusen

aluminium

• Daun pintu/

jendela (setelah dipasang kaca)

• Fischer

• Skrup

• Mortar/ semen/

sealant

• Vaseline/

isolasi kertas/ plastik c. Pelaksanaan :

1. Pasang kusen pintu/ jendela aluminium pada lokasi yang ditentukan (sesuai type yang ada), sesuaikan lubang kusen dengan ukuran kusen (selisih lubang 1cm).

2. Masukkan kusen yang siap dipasang ke lubang tembok dengan bantuan baji karet/ kayu.

3. Atur kedudukan kusen dengan baji karet/ kayu. 4. Stel kelurusan kedudukan kusen terhadap tembok/

dinding

(50)

5. Lubangi tembok/dinding melalui lubang kusen dengan bor, untuk tempat skrup

6. Masukan fischer kedalam lubang bor

7. Fischer dikencangkan dengan obeng

8. Pasang daun pintu/ jendela (setelah dipasang kaga) ke dalam kusen. aksesoris

9. Stel perlengkapan serta (roda/rel, engsel, kunci dll).

10. Finish tembok/ dinding dengan mortar/ semen/ sealant (pengisian pada celah antara kusen dan tembok/ dinding ).

11. Untuk menghindari cacat pada profil-profil alumunium yang telah terpasang, maka beri pelindung sejenis vaseline/ isolasi kertas/ plastik pada tempat yang rawan goresan.

(51)

1.4.6. PEKERJAAN KUSEN KAYU a. Alat yang digunakan

• Meteran

minimal 2m

• Lot

• Waterpass

• Palu

b. Bahan yang digunakan

• Kusen

Kusen telah dibuat di workshop sesuai ukuran dalam gambar kerja.

• Kayu

3/5cm & 4/6 cm (untuk skur/penyangga sementara)

• Paku

• Papan

c. Pelaksanaan :

• Sebelum

kusen pintu/ jendela kayu dipasang cek

1. Sudah betulkah ukuran tinggi & lebar

kusen

2. Apakah terdapat cacat atau tidak

3. Sponeng :

a.Sudahkah sesuaikah ukuran sponeng de-ngan rencana daun pintu/ jendela

(52)

b.Untuk kusen gendong apakah sudah betulkah letak sponeng bukaan daun pintu dengan daun jendela/ kaca mati

c. Bagaimana sudut sponeng apakah sudah 90º

d.Sudah adakah sponeng tali air/ tali kapur tiangnya

4. Periksa angkur

Apakah material yang digunakan sudah benar Apakah posisi angkur pada tiang kusen sudah benar

(53)

5. Apakah ketinggian kusen pintu sudah

diperhitungkan terhadap ketinggian neut/ locis

• Jika sudah ok

semua, ukur posisi kusen di lokasi yang akan dipasang sesuai gambar kerja.

• Pasang kusen

pintu/ jendela kayu pada lokasi sesuai ukuran yang telah ditentukan, dengan bantuan skur/ penyangga sementara (skur/ penyangga jangan dimatikan terlebih dahulu)

• Pasang kusen

sesuai shop drawing dengan dasar elevasi & absis/ ordinat pinjaman

(54)

• Pasang 2 buah

lot untuk mencecek posisi/ kevertikalan masing- masing ambang samping, apakah betul-betul tegak lurus.

• Bila posisi &

elevasi sudah betul, skur/ penyangga sementara dimatikan untuk menghindari kusen berubah posisi & elevasi.

• Pasang batu

bata penjepit pada tepi kusen.

• Pasang

bekisting pada masing-masing posisi angkur, kemudian cor pada masing-masing angkur kusen.

• Pasang 2 buah

lot untuk mengetahui posisi kusen apakah betul-betul tegak lurus.

• Pasang batu

baia sekitar kusen yang tersisa.

(55)

lantai dan neut/ locis.

1.4.7. PEKERJAAN PENGECATAN a. Peralatan yang digunakan

• Kertas semen/koran • Lakban • Amplas 55

(56)

• Rol

• Kuas

• Skrap

• Kain lap

b. Bahan yang digunakan :

• Plamur

• Cat dinding

c. Pelaksanaan :

1. Bersihkan permukaan dinding dari debu, kotoran dan bekas percikan plesteran dengan kain lap.

2. Llindungi bahan-bahan/ pekerjaan lain yang berbatasan dengan dinding yang akan dicat dengan kertas semen/ koran dan lakban.

3. Gunakan skrap untuk memperbaiki bagian-bagian dinding yang retak & kurang rata dengan pilamur, kemudian tunggu sampai kering.

4. Haluskan plamur yang telah kering dengan amplas hingga rata.

5. Cek, apakah permukaan dinding sudah rata ? 6. Jika permukaan sudah rata, maka lakukan

pengecatan dasar dengan alat rol pada bidang yang luas & dengan kuas untuk bidang yang sempit (sulit).

7. Jika cat dasar tersebut sudah kering, lakukan pengecatan finish yang pertama.

8. Jika cat finish yang pertamasudah kering, lakukan pengecatan finish yang kedua/ terakhir (jumlah pelapisan cat sesuai dengan spesifikasi). 9. Cek apakah pengecatan finish yang kedua/

terakhir itu sudah rata

10. Apabila sudah rata, bersihkan cat-cat yang mengotori bahan-bahan/ pekerjaan lain yang seharusnya tidak terrkena cat dengan kain lap. d. Hasil akhir :

hasil akhir pengecatan dinding yang baik adalah sebagai berikut:

(57)

• Permukaan

rata

• Tidak

mengenai bidang lain

• Tidak

mengelupas

1.4.8. PEKERJAAN PEMASANGAN DINDING KERAMIK a. Planning

(58)

1. Shop drawing

• Menentukan

sisa potongan keramik harus > 1/3 badan keramik

• Menentukan

nad keramik dinding &lantai agar bertemu & nad keramik seragam

• Menentukan

supaya perempatan keramik bertemu

• Menentukan

posisi dinding bata.

• Menentukan

tata letak sanitair & fixture harus diperempatan/ tengah badan keramik.

• Menentukan

titik awal pemasangan keramik. 2. Perhitungan resources (sumber daya)

a. Bahan yang digunakan

• Keramik

• Semen pc

• Air

• Additive

b. Alat yang digunakan

• Jidar

aluminium

• Bak air

(ember)

• Tempat

dudukan /tatakan keramik

• Benang atau

senar

• Palu karet

• Plastic cross

atau tile spacer

• Waterpass

• Busa/spon

(59)

menentukan tenaga kerja yang

dibutuhkan sesuai jadwal dan volume pekerjaan

b. Pelaksanaan

1. Setelah pasangan batu bata, instalasi air & listrik selesai, dimulai marking untuk batas pemasangan keramik.

2. Pasangan bata diplester tanpa acian, dengan ketebalan ±2 cm, diamkan selama 1x24 jam sehingga plesteran menjadi kuat.

3. Sortir keramik agar menhasilkan keseragaman

• Ukuran/ dimensi

• Presisi

• Warna

4. Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air (ember) selama 1jam.

5. Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan/ tatakan keramik, setelah proses perendaman

(60)

6. Basahi pasangan dinding yang akan dipasang keramik dengan air.

7. Pasang benang/senar untuk kepalaan, dan benang/ senar tersebut harus dicek secara periodik baik kekencangan maupun elevasinya. 8. Cek lebar nad dan hindari las-lasan.

9. Pasang perekat laticrete+semen (acian/ air + semen) pada permukaan dinding

10. Beri acian pada seluruh permukaan sisi belakang keramik.

11.

12. Pasang kepalan keramik arah horizontal dan vertical dengan menempelkan keramik pada posisinya.

13. Setelah itu ketuk keramik yang ditempel tersebut dengan palu karet agar merata.

14. Atur jarak nad dengan lebar sesuai gambar kerja, supaya ukuran nad bisa seragam & rapi diharuskan menggunakan plastic cross sebagai pengatur jarak nad (tanda " + ") atau dengan tile spacer.

15. Cek kerataan pasangan keramik dengan water pass.

(61)

17. Lakukan pengecekan terhadap nad dari laticrete menggunakan material

18. grouting nad dengan alat busa/spon.

19. Setelah kering bersihkan sekitar pasangan keramik dan permukaan keramik dengan kain / lap basah.

1.4.9. PEKERJAAN DINDING MARMER/ GRANIT SISTEM BASAH

a. Peralatan

 Sendok spesi  Ramset (alat tembak paku beton)  Ember  Batu gerinda

 Cangkul  Amplas halus  Sekop  Paku beton  Benang  Siku-siku  Waterpass  Rol meter  Unting-unting  Kain lap  Paku  Palu  Tang  Cape

 Mesin poles marmer/granit (untuk mengkilapkan permukaan) b. Bahan • Marmer/granit • Semen pc • Pasir • Air 61

(62)

• Bahan cor nad (afagrout, ibagruot, afafik dan lain-lainwarna sesuai rencana).

• Kawat angkur kuningan diameter 0,2

cm.

• Bubuk pengkilap/batu kuning (untuk

mengkilapkan permukaan). c. Pelaksanaan

1. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.

2. Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan lain-lain.

3. Gelar marmer/ granit seluas dinding sesuai dengan pola yang ada pada gambar shopdrawing

4. Seleksi ukuran, warna, arah serat, dan cacat-cacat permanen marmer/granit.

5. Marking atau tandai marmer/ granit sesuai posis1 dan arah serat. penandaan ini menggu-nakan isolasi, setelah marmer/ granit terpasang isolasi baru dilepas 6. Marking dan tandai letak angkur dengan paku pada dinding yang akan dipasang marmer/granit.

(63)

7. Lubangi marmer/granit untuk dudukan kawat angkur

8. Pasang benang arah horisontal dan vertikal pada dinding sesuai elevasi pada shopdrawing. kedudukan benang antara horisontal dan vertikal harus siku dan datar, cek kedataran benang dengan waterpass. 9. Pasang kawat angkur arah melintang/horisontal pada dinding sesuai marking dengan bantuan paku. 10. Pasang alat bantu kawat penahan sementara.

(64)

11. Pasang kawat angkur sesual kedudukan.

12. Pasang marmer/granit pada posisinya dengan bantuan angkur mati dan angkur sementara. arah pemasangan dimulai dari bawah dan kedudukan marmer/ granit harus sesuai dengan saat penggelaran

(65)

13. Isi spesi secara hati-hati agar kedudukannya tidak

berubah, dan sebelum spesi kering/ mengeras lepas kawat Bantu sementara

14. Cek kerataan permukaan marmer/ granit dengan waterpass.

15. Isi sela nad dengan bahan pengisi yang telah dise-tujui.

16. Bersihkan permukaan marmer/ granit yang terpasang dengan kain lap basah.

1.4.10. PEKERJAAN LANTAI KERAMIK a. Planning

1. Shop drawing

• Menentukan

sisa potongan keramik harus > 1/3 badan keramik

• Menentukan

nad keramik dinding &lantai agar bertemu & nad keramik seragam

• Menentukan

supaya perempatan keramik bertemu

(66)

• Menentukan

posisi dinding bata.

• Menentukan

tata letak sanitair & fixture harus diperempatan/ tengah badan keramik.

• Menentukan

titik awal pemasangan keramik.

• Menentukan

expantion joint minimal setiap luasan 12 m2-16 m2.

2. Perhitungan resources (sumber daya) a. Bahan yang digunakan

• Keramik

• Semen pc

• Air

• Additive

b. Alat yang digunakan

• Jidar

aluminium

• Bak air

(ember)

• Tempat

dudukan /tatakan keramik

• Benang atau

senar

• Palu karet

• Sendok Spesi

• Plastic cross

atau tile spacer

• Waterpass

• Busa/spon

• Kain/lap basah

c. Tenaga kerja :

menentukan tenaga kerja yang dibutuhkan sesuai jadwal dan volume pekerjaan

(67)

1. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan

digunakan.

2. Pahami gambar kerja, pola pema-sangan, dan lain – iain.

3. Sortir keramik agar menghasilkan kese-ragaman

• Ukuran/

dimensi

• Presisi

• Warna

4. Rendam keramik yang akan dipasang kedalam bak air (ember) selama 1jam.

5. Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan/ tatakan keramik, setelah proses perendaman

6. Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai.penentuan peil ini untuk seluruh kesatuan.

7. Pasang benang arah horisontal dan vertikal pada lantai sesuai elevasi pada shopdrawing. kedudukan benang datar dan siku apabii.a dinding yang ada adalah dinding keramik, maka kedudukan nad lantai harus disesuaikan dengan yang ada pada dinding.

8. Pasang keramik sebagal pasangan kepalaan, sepanjang garis dasar yang telah terpasang.

(68)

9. Cek kesikuan keramik dengan besi siku dan kerataan elevasi keramik dengan waterpass

10. Isi bagian/daerah permukaan lantai yang lainnya dengan adukan/

11. Spesi. ll.setelah itu pasang keramik berikutnya sesuai poslsinya sampai selesai, usahakan supaya tidak ada las - lasan.

12. Jika keramik sudah terpasang semua, ketuk permukaan keramik dengan palu karet untuk mendatarkan/meratakan permukaan keramik supaya tidak rusak/cacat.

13. Setelah itu cek kerataan elevasi keramik dengan waterpass.

14. Bersihkan permukaan pasangan keramik yang telah terpasang dengan kain/lap basah sampai bersih.

15. Untuk menghindari naiknya lantai (menggelembungnva lantai) maka buatlah

(69)

16. Kemudian siapkan isian/bahan cor nad pada bakair (ember) dan aduklah hingga rata

17. Setelah adukan rata, isi sela - sela nad dengan bahan cor nad dengan menggunakan sendok spesi ( sekop ). Pengisian nad dilakukan apabila kedudukan keramik telah kuat atau spesi telah kering.

18. Kemudian ratakan nad tersebut dengan cape.

19. Diamkan dan tunggu sampai nad ter-sebut

(70)

benar-benar kering.

20. Setelah kering, bersihkan permukaan pasangan keramik yang sudah dipa-sang nad dari sisa-sisa bahan cor nad dengan menggunakan kain/lap basah sampai bersih. 1.4.11. LANTAI GRANITE/ MARMER

a. Peralatan Yang Digunakan

• Sendok Spesi • Ember • Canckul • Sekop • Benang • Siku - Siku • Waterrpass • Rol Meter • Kain Lap • Palu Karet • Palu Besi • Amplas Haeus • Mesin poles

marmer/granit (untuk mengkilapkan permukaan).

• Gergaji/Gerind

a Beton

b. Bahan Yang Digunakan:

• Ubin Marmer/Granit • Semen Pc • Pasir • Air • Bahan Cor

Nad (Afagrout, Ibagruot, Afafik Dan Lain - Lain Warna Sesuai Rencana)

(71)

• Bubuk

Pengkilap/Batu Kuning (Untuk Mengkilapkan Permukaan)

c. Pelaksanaan:

1. Siapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.

2. Pahami gambar kerja, pola pemasangan dan iain-lain

3. Apabila marmer/ granit dipasang pada :

• Lantai biasa (diatas pasir urug), kepadatan dan keda-taran pasir urug harus sesuai rencana.

• Lantai beton (diatas pasir urug), permukaan lantai dibersihkan dan disiram dengan air.

4. Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai.

penentuan peil ini untukseluruh kesatuan.

Kedudukan benang harus datar dan siku. Apabila din-ding yang ada adalah dinding marmer/ granit, maka kedudukan nad lantai harus disesuaikan dengan yang ada pada dinding.

5. Pasang marmer/granit sebagai pasangan kepaila, sepanjang garis dasar yang telah terpasang

(72)

6. Untuk marmer/granit yang tidak sama dimensinya, dipotong/ digerjnda dengan alat potong gergaji/gerinda marmer/granit.

7. Cek kedatarannya dengan waterpass untuk setiap pemasangan marmer/ granit

8. Gunakan palu karet untuk

mendatarkan/meratakan agar permukaan marmer/granit tidak rusak/cacat

9. Lanjutkan pemasangan marmer/granit dengan pertolongan benang dan lakukan pengecekan dengan waterpass setiap memasang sebuah marmer/granit.

10. Isi sela-sela nad dengan bahan cor nad. pengisian nad dilakukan apabila kedudukan marmer/granit telah kuat atau spesi telah kering. 11. Bersihkan permukaan marmer/granit dari sisa-sisa bahan cor nad dengan menggunakan kain lap sampai bersih.

12. Poles permukaan marmer/granit dengan bubuk pengkilap dengan menggunakan mesin poles marmer/granit.

(73)

13. Untuk mengkilapkan permukaan marmer/ granit bekas potongan (daerah pinggulan), gosok daerah bekas gergaji dengan batu gerinda sampai halus. Setelah digosok dengan batu gerinda haluskan dengan amplas yang halus.

14. untuk mengkilapkan gosok permukaan

dengan batu kuning.

Apabila marmer/granit dipasang pada lantai luar, maka perlu diberi lapisan polymer coating.

1.4.12. PEKERJAAN SCREED LANTAI a. Peralatan yang digunakan

• Selang air. • Waterpass. • Sapu. • Compressor. • Paku. • Benang nylon / sknar. • Meteran. • Jidar aluminium. • Roskam kayu • Molen untuk

mengaduk mortar kapasitas 150 liter

• Lift untuk

menaikan mortar (bangunan bertingkat) kapasitas 1 ton

• Gerobak

uintuk mengangkut mortar (dua roda)

• Sendok

tembok

• Drum air

• Ember

b. Bahan yang digunakan

• Pasir pasang/ extra beton. • Semen (pc). 73

(74)

• Air.

c. Pelaksanaan :

1. Buat marking untuk elevasi screed dengan selang air / waterpass.

2. Bersihkan permukaan lantai dari debu dan puing dengan sapu/ compressor.

3. Siram permukaan lantai dengan air sampai lembab.

4. Pasang benang pada jalur kepalaan (elevasi sesuai dengan marking)

5. Tentukan tebal screed lantai sesuai dengan jenis finishing lantai.

6. Buat caplaan pada jalur kepalaan dengan jarak 1,5 s/d 2 m, elevasi sesuai benang. pada bagian atas caplaan diberi triplek 5x5 cm

7. lsi adukan dengan campuran 1:4 diantara caplaan, elevasi sesuai benang, demiklan seterusnya untuk jalur kepalaan yang lain

(75)

9. Isi adukan dengan campuran 1:4 diantara 2

kepalaan. dan ratakan dengan jidar aluminium lalu haluskan dengan roskam kayu.

10. Aci permukaan bidang screed setelah umur screed 2-3 hari (khusus finishing lantai keramik, permukaan screed tidak perlu di aci tetapi di kasarkan).

1.4.13. EXPANTION JOINT a. Deatil Expansion Joint

(76)

2. POT MEMANJANG

(77)

Expansion Joint Expansiaon Joint Arah Horisontal Arah Horisontal & vertical

c. Macam-macam Expansion Joint

1. Joint Alignment To Structural Movement Joint

3. Prefabricated Joint With Reinforcement Edges And Capping Over Structural Movement Joint

4. Flexible Joint In Bed Or Without Separating Layer

(78)

5. Flexible Joint Reinforcement Edges

6. Flexible Joint In Bed, With Or Without Separating Layer Type 1

7. Flexible Joint In Bed, With Or Without Separating Layer Type 2

(79)

7. Floor Joint-Vertical Cove 8. Floor Joint-Skirting

1.4.14. PEKERJAAN WATERPROFING TIPE BITHUTENE a. Alat yang digunakan :

• Sikat.

• Sapu.

• Cape.

b. Bahan yang digunakan :

• Waterproofing membrane. • Bahan primer coating. • Screed. • Acian halus. • Kawat ayam. c. Pelaksanaan :

1. Bersihkan lokasi yang akan dipasang dari koto-ran dan debu serta sisa adukan mengguna-kan sikat, sapu dan cape.

2. Labur permukaan / bidang yang akan dipasang

(80)

START

Pembersihan Lokasi dari debu &

Kotoran lain Cek Kebersi han Labur Permukaan Dengan Primer Coating A A Yes No Pasang WaterProfing Test Perendama n 1X24 jam Tutup Screed Lantai FINISH No Yes deng an primer coating secara merata, juga bidang dinding naik ± 20 cm dari finishing lantai.

Flow Chart Pekerjaan Waterproofing 3. Cek laburan primer coating.

4. Pasang waterproofing secara merata mulai dari dinding terjauh dengan overlap ±10 cm. 5. Cek pemasangan waterproofing mem-brane 6. Test penggenangan selama 1 x 24 jam (1 hari). 7. Screed penutup waterproofing :

a. Untuk toilet, langsung ditutup screed dengan tebal 2-5 cm.

(81)

dipa-sang kawat ayam mengikuti alur pemasangan, ketebalan screed 2-3cm dan difinish acian halus.

1.4.15. WATER PROFING MEMBRANE a. Alat yang digunakan :

• Sapu.

• Pisau.

• Meteran.

• Kuas.

• Kuas rol, kegel.

• Sipatan/tali pemberi tanda. b. Bahan yang digunakan :

• Primer dicampur dengan bensin (sampai dapat dikuaskan)

• Masting (bitumastic).

• Lapisan waterproofing (bituthene), dengan spesifikasi sebagai berikut :

Lebar (l) = 1 m

Panjang (p) = 20 m, 25 m atau 30 m Tebal (t) = 1,50 mm

c. Pelaksanaan : 1. Pembersihan

Syarat bersih dari kotoran bebas debu lokasi dalam keadaan kering dan halus

metode kerja :

• Rapikan semua permukaan lantai dan dinding yang akan dipasang waterproofing.

• Permukaan harus rata, bebas dari lubang dan tonjolan, kemudian bersihkan dari debu, minyak dan kotoran lainnya.

• Hindarkan sudut siku dengan membuat segitiga pengisi 2 -3 cm. 2. Pelaburan primer 81

(82)

metode kerja:

• Oleskan primer dengan kuas atau rol tipis-tipis pada bidang yang akan dipasang waterproofing.

• Pemakaian 1 liter primer dapat menghasilkan ± 7m2 bidang kerja.

• Primer dibiarkan hingga mengering (±1jam bila keadaan cuaca cerah).

3. Pemasangan waterproofing metode kerja :

a. Pasang terlebih dahulu lapis waterproofing pada bagian sudut ruang untuk memudahkan pemasangan bagian datar.

b. Pemasangan dimulai dari titik terendah (drain)

c. Lapis waterproofing ditempel dengan cara melepas lapisan kertas silicon. d. Tempelkan pada bidang yang sudah

diprimer.

e. Pada penyambungan waterproofing berikutnya, diharuskan memberi overlap 10 cm (tepat garis putih yang terdapat di kanan dan kiri waterproofing membrane).

f. Untuk mendapatkan hasil yang merata kertas silicon dibuka sedikit demi sedikit dan ditempelkan sambil ditekan serta digosok dengan kain pel atau handroller, terutama pada bagian sudut dan lekukan-lekukan serta sambungan. g. Pemasangan bitu mastic (mastic) pada

tempat yang kritis

h. Untuk pengamanan sambungan di tempat yang kritis (titik pertemuan, drain dan lain-lain), maka perlu dilapis dengan bahan semacam lem (mastic) secukupnya.

(83)

metode kerja :

• Sambungan yang digunakan biasanya terputus-putus agar dapat mengikuti bentuk permukaan yang akan dilapis Waterproofing dan dapat menyatu dengan primer yang dikuaskan.

• Oleskan mastic

pada sambungan hingga rata dengan lebar± 3-4 cm. biarkan hingga mastic dalam keadaan kering (+ 2 jam).

(84)

i. Setelah

selesai sebagian atau seluruh pekerjaan pemasangan waterproofing, diadakan tes rendam (flood test) selama 24 jam/ 1 hari dengan air setinggi 5cm.

j. Karena

waterproofing membrane tidak tahan terhadap sinar ultra violet (panas matahari), maka setelah pemasangan jangan dibiarkan terbuka selama lebih dari 24 jam.

k. Setelah

dipastikan pemasangan tidak bocor, maka ditutup kembali dengan plesteran pelindung dengan campuran 1pc : 3ps tebal 1,5-2,5 cm.

l. Jika

dikehendaki untuk bak air, kolam atau atap dapat di pasang dengan keramik.

Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Pemasangan Waterproofing

Pada Kamar Mandi :

• Pasangan keramik pada dinding agar dipasang terlebih dahulu, dimana disisakan setinggi + 25 cm dari lantai kemudian dibagian tersebut diplester tipis.

• Lantai beton kamar mandi dibuat 3cm lebih rendah dari lantai luar.

Pada basement :

• Permukaan air harus dijaga / dikontrol dengan cara dewatering apabila muka air tanah lebih tinggi dari lantai basement pekerjaan dewatering harus mulai dari saat galian, lantai kerja sampai selesaipada dinding.

• Pekerjaan pelindungnya memakai pasangan bata atau plesteran.

(85)

1.4.16. PEKERJAAN COR NAD a. Alat yang digunakan :

• Busa/ spon basah atau kain/ lap basah.

• Busa/ spon keras atau karet Hitam tebal 1.5 cm.

• Sikat kawat.

• Kawat yang ditekuk membentuk setengah lingkaran berdiameter 2xlebar nad atau dengan memakai kepala paku yang sesuai ukurannya.

• Skrap.

• Sapu.

• Ember dan gayung. b. Pelaksanaan :

1. Tentukan lahan keramik yang sudah berumur 3 s/d 4 hari & tentukan lahan yang akan dikerjakan, sesuaikan dengan kapasitas tukang per hari.

2. Korek lubang alur nad keramik dengan

sikat kawat sampai

sedalam ketebalan keramik atau 5 s/d 10 mm 3. Sapu/ bersihkan alur lubang nad & permukaan keramik dari kotoran dan spesi. 4. Siram alur lubang nad keramik dengan air dan biarkan dalam beberapa menit.

5. Tuang adonan semen acian pada alur lubang nad keseluruh permukaan lantai keramik yang luasannya telah ditentukan dengan tahapan per 3x3 meter.

6. Arahkan atau alirkan adonan tersebut tepat kemasing-masing alur nad

7. Tekan adonan acian yang sudah setengah kering pada posisi di atas masing-masing alur nad,supaya meresap ke celah nad dan padat.

(86)

8. Bersihkan sisa-sisa adonan semen pada permukaan keramik tersebut dengan busa/ spon basah atau kain/ lap basah.

9. Ratakan alur nad dengan permukaan keramik, dengan cara menekan memakai alat busa/ spon keras atau karet hitam tebal 1.5 cm. 10. Cekungkan alur nad tersebut dengan alat kawat yang sudah ditekuk membentuk setengah lingkaran berdiameter 2xlebar nad atau dengan memakai kepala paku yang sesuai ukurannya. 11. Rapihkan pinggir keramik dengan memakai skrap, jangan sampai tertutup dengan isian nad.

12. Setelah itu sapu / bersihkan seluruh permukaan keramik yang telah diisi nad.

(87)

1.4.17. RAILLING TANGGA PELAKSANAAN:

1. Marking As & elevasi untuk posisi railing tangga sesuai gambar kerja.

2. Tentukan letak tiang railing sesuai gambar kerja. 3. Pasang Tiang Railing pada awal trap

Tangga & pada bordes lantai atasnya. 4. Tarik benang antara kedua tiang railing.

5. Pasang tiang railing sesuai jarak yang telah ditentukan. 6. Matikan dudukan tiang railing.

7. Pasang railing horizontal dengan menumpu pada tiang. 8. Sambung railing horizontal untuk trap berikutnya. 9. Ratakan & haluskan sambungan serta bersihkan railing

tangga yang telah terpasang.

Cek ketegakan tiang, kemudian matikan dengan Dynabolt dan agar diperhatikan sistem Joint bagian bawah (Plat Tangga dengan Cover Plat).

(88)

1.5. PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL 1.5.1. PEKERJAAN INSTALASI TELEPON

a. Peralatan

• Tang, Obeng dll

• Waterpass

• Kunci pas

b. Bahan yang digunakan ● PAI3X

● Pesawat Telepon ● Konduit ● Outlet Telepon ● Kabel instalasi ● Terminal box ● Material Bantu c. Pelaksanaan

• Pemasangan instalasi Konduit

• Pemasangan Kabel Instalasi Telepon

• Pemasangan Instalasi Rak Kabel

• Pemasangan Terminal Box

• Pemasangan Outlet Telepon

(89)

MULAI

APPROVAL MATERIAL DAN SHOP DRAWING

PENGADAAN UNIT, MATERIAL DAN LISENSI

SELEKSI MATERIAL DAN CEK KESIAPAN DI LAPANGAN

1. MARKING UNTUK BOBOKAN 2. PASANG PIPA INSTALASI/ KONDUIT

1.PEMASANGAN/ PENARIKAN KABEL TELEPON TIAP LANTAI 2.PEMASANGAN TERMINAL BOX, MDF DAN GROUNDING SYSTEM

TESTING DAN COMMISSIONING PERSET-UJUAN OK OK OK A A DITERIMA SELESAI KOREKSI KOREKSI TUNGGU KOREKSI OK PEMASANGAN TERMINAL OUTLET KOREKSI

1. PENYAMBUNGAN SEMUA TERMINAL KABEL

2. PENYAMBUNGAN GROUNDING

OK KOREKSI

1. PEMASANGAN KEY TELEPON LENGKAP ACCESSORIES 2. PEMASANGAN SENTRAL OPERATOR

OK KOREKSI

1. PENYAMBUNGAN KEY TELEPON DENGAN MDF

2. PENYAMBUNGAN KEY TELEPON DENGAN TERMINAL BOX TELEPON 3. SETTING PROGRAM OK KOREKSI OK N Y N Y N Y N Y N Y N Y N Y N Y N Y CEK/ PERBAIKAN 89

(90)

1.5.2.. PEKERJAAN FIRE ALARM a. Bahan yang digunakan

● Peralatan utama, fire alarm Detector ● Speaker ● Kabel instalasi ● Konduit

● Terminal box ● Material bantu b. Peralatan • Tang, Obeng dll • Waterpass • Kunci pas c. Pelaksanaan Pemasangan Detector:

• Marking plafon dengan kapur / spidol

• Tank kabel instalasi ke luar plafon

• Pasang Detector & sambung kabel instalasinya

• Kencangkan Detector dengan sekrup

• Lindungi detector dari kotoran cat & debu Pemasangan fire alarm

• Pemasangan instalasi Konduit

• Pemasangan Kabel Instalasi Telepon

• Pemasangan Instalasi Rak Kabel

• Pemasangan Terminal Box

• Pemasangan Outlet Telepon

(91)

MULAI

APPROVAL MATERIAL DAN SHOP DRAWING

PENGADAAN UNIT, MATERIAL DAN LISENSI

SELEKSI MATERIAL DAN CEK KESIAPAN DI

LAPANGAN

PEMASANGAN PIPA SPARING DAN PIPA INSTALASI/ KONDUIT

PEMASANGAN KABEL LISTRIK, TERMINAL BOX, KABEL UNTUK DETEKTOR DAN PERALATAN UTAMA

PEMASANGAN DAN PENYAMBUNGAN SEMUA FIRE

DETEKTOR

PEMASANGAN MCFA DAN ANNUNCIATER LENGKAP

ACCESSORIES

PENYAMBUNGAN MCFA DAN ANNUNCIATER DENGAN BOX TERMINAL SETIAP LANTAI

TESTING DAN COMMISSIONING PERSETU JUAN OK OK OK A A OK OK OK OK DITERIMA SELESAI KOREKSI KOREKSI TUNGGU KOREKSI KOREKSI KOREKSI KOREKSI CEK/ PERBAIKAN N Y N Y N Y N Y N Y N Y N Y N Y 91

(92)

1.5.3. PEMASANGAN SOUND SYSTEM a. Material

• Peralatan utama sound system

• Speaker • Kabel instalasi • Konduit • Terminal box • Material Bantu b. Peralatan • Tang, Obeng, Dll • Waterpass • Kunci Pas c. Urutan Pelaksanaan

• Pemasangan instalasi konduit

• Pemasangan instalasi kabel sound system

• Pemasangan instalasi rak kabel

• Pemasangan terminal box

• Pemasangan Ceiling Speaker

• Pemasangan Horn Speaker

• Pemasangan wall Speaker

• Pemasangan Volume kontrol

(93)

Urutan Pelaksanaan Pemasangan Ceiling Speaker

• Markingplafon dengan kapur/ spidol

• Lubangi plafond sesuai marking untuk akustik koordinasikan dengan rangka plafond

• Pasang ceiling speaker & sambung kabel instala-sinya

• Kencangkan speaker dengan disekrupkan pada ceiling

• Lindungi speaker dengan masking tape untuk men-cegah kotoran & debu

• Urutan Pelaksanaan Pemasangan Horn Speaker

• Marking & tandai lokasi horn speaker

• Buat pondasi speaker lengkap angkurnya

• Pasang tiang speaker

• Pasang horn speaker & sambung instalasinya

• Lindungi speaker dari kotoran cat & debu

(94)

MULAI

APPROVAL MATERIAL DAN SHOP DRAWING

PENGADAAN UNIT, MATERIAL DAN LISENSI

SELEKSI MATERIAL DAN CEK KESIAPAN DI LAPANGAN

PEMASANGAN PIPA SPARING DAN PIPA INSTALASI/ KONDUIT

PENYAMBUNGAN SEMUA SPEAKER, VOLUME CONTROL DAN TERMINAL BOX

PENYAMBUNGAN PERALATAN UTAMA DENGAN TERMINAL BOX UTAMA/MDFSS, LENGKAP ACCESSORIES

TESTING DAN COMMISSIONING OK A OK OK OK OK DITERIMA SELESAI TUNGGU KOREKSI KOREKSI KOREKSI KOREKSI CEK/ PERBAIKAN PENARIKAN KABEL, PEMASANGAN TERMINAL, BOX, MDFSS LENGKAP ACCESSORIES OK KOREKSI PEMASANGAN PERALATAN UTAMA SS. & CAR CALL LENGKAP ACCESSORIES N Y N Y N Y N Y N Y N Y N Y PEMASANGAN CEILING SPEAKER, HORN SPEAKER, VOLUME CONTROL OK N KOREKSI Y PERSET-UJUAN

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dengan memberikan pelatihan self-regulated learning siswa mampu mengatur dirinya dalam belajar, sehingga dapat mereduksi

Bab ini berisi materi mengenai bagian-bagian lingkaran; cara menemukan nilai pi; menentukan serta menghitung keliling dan luas lingkaran; mengenal hubungan antara sudut pusat dan

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajarnya rendah dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000),

Total populasi bakteri penambat N simbiotik tertinggi terdapat di hutan primer 4,9·10 3 CFU/g tanah dan terendah di sawit kebun sawit umur 3 tahun 3,2·10 3 CFU/g tanah, sedangkan

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Dale (1946) bahwa proses pem-belajaran akan lebih menjadi “permanen” atau lebih berm akna serta mudah diingat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi tingkat kebangkrutan yang dilakukan pada perusahaan PT.Bakrie Sumatera Plantations Tbk untuk tahun penelitian dari

Daun tembelekan dapat digunakan sediaan krim wajah alami karena dari pengujian sediaan meliputi uji homogenitas, uji pH pada penelitian ini telah menunjukkan

Kesimpulan dari penelitian ini (1) Responden yang menikah adalah sebanyak 78,9% dan 21,1% sisanya tidak menikah, (2) responden dengan frekuensi kekambuhan yang rendah adalah