• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritik"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

18

BAB III

METODE PENCIPTAAN

A. Implementasi Teoritik

Buaya dipilih sebagai tema dalam pembuatan karya seni grafis karena keunikan bentuk fisik dan beberapa sifat yang dimiliki olehnya. Bentuk buaya bisa dikatakan mirip dengan cicak dengan ukuran raksasa.

Secara umum bentuk buaya memiliki moncong yang panjang, berbadan panjang dengan dilapisi sisik tanduk, memiliki empat kaki dan berekor. Keunikan bentuk fisik buaya meliputi bagian kepala yang pipih dan memanjang. Diujung kepalanya terdapat dua lobang hidung yang sedikit agak menonjol. Kedua mata buaya juga terletak pada sisi atas kepalanya. Hal tersebut dikatakan unik karena buaya dapat merendam seluruh tubuhnya kedalam air, tanpa mengganggu pernapasan dan penglihatannya. Selain itu, kedua rahang buaya dilengkapi sejumlah gigi yang ukurannya bisa bermacam-macam. Gigi tersebut tetap akan terlihat meski mulut buaya dalam keadaan mengatup. Tidak layaknya manusia, lidah buaya tidak dapat menjulur keluar, sebab lidah buaya menempel sepanjang mulutnya. Rasa kagum muncul ketika mendapatkan beberapa hal diatas tidak dimiliki oleh hewan lainnya.

Beberapa sifat yang dimiiki buaya juga memberikan kesan tersendiri sehingga dapat menumbuhkan inspirasi untuk berkarya seni. Jika mendapatkan situasi yang berbahaya, induk buaya bisa memasukkan anaknya ke dalam mulut. Bukan untuk dimakan, tetapi supaya anaknya aman dari bahaya tersebut. Buaya merupakan hewan yang paling setia. Bahkan dia hanya akan kawin sekali dalam seumur hidupnya. Maka buaya dijadikan simbol dalam pernikahan adat betawi dengan adanya salah satu syarat bagi mempelai laki-laki untuk menyiapkan roti buaya di dalam pernikahan tersebut.

Berdasarkan keunikan bentuk dan beberapa sifat buaya yang beragam diatas, penulis menangkapnya dalam bentuk ide, kemudian mengembangkan

(2)

keunikan tersebut dan menjadikannya tema dalam penciptaan karya seni grafis sebagai karya Tugas Akhir.

1. Tematik

a. Pengertian Buaya

Dalam sebuah situs bernama wikipedia menyebutkan bahwa pengertian buaya adalah sebagai berikut :

.... buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya sepit (Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial; yakni kerabat-kerabat buaya yang berlainan suku. Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya buhaya (Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.); bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong (Mly.), atau buaya

julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni

buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning kecoklatan; dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil,

krokodilos; kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti

‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu... (https://id.wikipedia.org/wiki/Buaya.14/09/2015.).

b. Macam-macam Buaya

Ordo Crocodilia dibagi dalam 3 famili: aligator (Alligatoridae), mencakup aligator sejati dan kaiman, buaya biasa (Crocodilidae) dan gavial (Gavialidae) yang hanya diwakili oleh satu spesies. Keseluruhannya ada 8 genus yang terdiri dari 21 spesies yang telah dikenal (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:167).

1. Aligator

Aligator, suatu kelompok buaya yang disebut sebagai sisa peninggalan zaman purba yang hanya mencakup dua spesies dengan sejumlah variates yang keseluruhannya lebih dari 30, yang termasuk

(3)

dalam ordo Crocodilia. Aligator berbeda dari buaya biasa berkar rumus dan letak gigi dan juga bentuk moncongnya, meskipun hal ini kurang bisa diandalkan. Pada aligator, deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap di bagian dalam deretan rongga gigi rahang atas, sehingga hanya gigi atasnya yang tampak, ketika moncongnya tertutup. Sebaliknya kedua deretan gigi buaya biasa lazimnya terlihat pada saat mulutnya terkatup, dan semua giginya saling menangkup. Terutama gigi besar keempat dari depan sangat jelas mencuat, bahkan melampaui garis rahang atas, terletak tepat di belakang liang hidungnya (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:167).

2. Kaiman

Kaiman, sejenis buaya daerah tropis yang masih berkerabat dengan aligator dan termasuk ordo Crocodilia. Di luar pengertian ilmiah, kaiman biasanya secara keliru disebut aligator. Kaiman sebagai sebuah kelompok memang berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan buaya-buaya lainnya, meskipun memiliki ciri-ciri umum yang serupa. Ekornya yang kekar dapat dikibaskan ke samping kiri-kanan, hingga mendorongnya melaju di air dengan kecepatan tinggi. Punggungnya memiliki kulit yang keras dan yang diperkuat lagi dengan lempengan-lempengan tulang. Pada kerongkongannya terdapat sebuah katup dari daging yang dapat tertutup untuk memungkinkannya bernapas dengan ujung hidung yang menyembul di permukaan air. Lubang hidungnya juga berkatup luar dan matanya memiliki pelindung ganda berupa kelopak mata dan selaput jernih yang dapat digerakkan. Gigi rahang bawahnya dapat masuk tepat ke dalam celah rahang atasnya ketika moncongnya tertutup (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:171-172).

3. Buaya Biasa

Buaya biasa (Ing : Crocodiles), hewan yang bersama-sama dengan aligator, kaiman, dan gavial atau buaya sepit termasuk ordo

(4)

Crocodilia. Buaya biasa mencakup 13 spesies. Perbedaan buaya biasa

dengan aligator dan kaiman terletak pada gigi keempat yang besar di rahang bawah. Gigi ini dapat masuk tepat ke dalam sebuah alur di bagian luar rahang atas, hingga masih dapat dilihat meskipun mulutnya tertutup. Lagi pula, gigi pada rahang atas dan bawah terletak kurang lebih serasi, hingga semua gigi rahang bawah saling menangkup dengan gigi rahang atas. Kedua tulang rusuk pada ruas pertama tulang belakang bagian leher terbuka lebar. Perisai atau sisik tulangnya biasanya terbatas pada bagian perut sampai ke bagian depan dadanya (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:173-174).

4. Gavial India

Gavial India (Gavialis gangeticus), jenis buaya yang berbeda dari semua buaya hidup lainnya oleh karena memiliki moncong yang luar biasa panjang, hingga menyerupai sebuah paruh. Panjangnya bisa mencapai enam kali lipat dibandingkan dengan lebarnya. Panjang gavial India dewasa bisa mencapai 6 m. Pada setiap sisi rahang atasnya terdapat 29 buah gigi dan pada setiap sisi bawahnya ada 26 buah gigi. Semua giginya berukuran hampir sama dan bahkan gigi rahang bawahnya yang keempat tidak secara nyata kelihatan lebih besar, seperti halnya pada aligator dan buaya biasa. Gigi keempat ini juga tidak secara tepat masuk ke dalam suatu celah atau lubang rahang atas. Ketika mulut gavial India ini tertutup, maka gigi itu pun saling menangkap satu sama lain dan mencuat ke luar pada suatu lekukan rahangnya (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:176).

Bagian belakang tengkoraknya menunjukkan beberapa perbedaan dengan buaya biasa. Kedua lubang pelipis gavial India ini berbentuk bundar dan berukuran sama dengan lubang mata. Oleh karena ciri ini dan ciri-ciri lainnya itulah maka sebagian dari para ilmuwan cenderung untuk berpendapat bahwa gavial India masih berkerabat dengan buaya laut yang sekarang sudah punah dari famili

(5)

Teleosauridae, yang hidup di Zaman Jura (Redaksi Ensiklopedia

Indonesia, 1989:177).

Bagian lain tubuh gavial India ini tidak terlalu berbeda dengan buaya-buaya lainnya. Sisik-sisik pada tengkuknya tidak terpisah tetapi justru berhubungan dengan sisik punggungnya, suatu ciri yang juga terdapat pada buaya sepit Sunda, meskipun buaya ini sebenarnya termasuk buaya biasa (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:177). Imajinasi yang dituangkan pada karya seni grafis ini meliputi imajinasi dimana objek buaya dapat bermain gitar, dapat menjahit, dapat bermain tenis, dan masih banyak pemikiran, konsep dan fantasi yang membentuk perubahan wujud sesuai dengan ide penulis.

c. Karakteristik Bentuk Buaya

Crocodilia, ordo reptilia atau bangsa buaya yang memiliki

kesesuaian untuk hidup dalam air tawar, laut, dan darat. Pertama kali reptilia ini muncul pada Zaman Trias, dan merupakan wakil satu-satunya kelompok Archosauria yang masih lestari. Pada semua anggota ordo ini, lubang hidung dan mata terletak pada sisi atas kepala, sehingga memungkinkannya merendam hampir seluruh badannya dalam air, tanpa mengganggu pernapasan dan penglihatannya. Rahangnya yang panjang dilengkapi dengan gigi berbentuk kerucut. Pada bagian luar, tubuhnya dilindungi oleh sisik tanduk yang bagian bawahnya dilapisi setidak-tidaknya pada bagian punggung, oleh lempengan sisik tulang. Tungkai belakang lebih panjang daripada tungkai depannya. Jari-jemari kedua tungkai tersebut memiliki selaput jaringan, dan ekornya mengalami banyak penyesuaian sebagai alat pendorong dalam air (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165).

Kepalanya yang pipih berujung pada suatu moncong yang lazimnya panjang. Kedua rahangnya dilengkapi sejumlah gigi yang ukurannya bisa bermacam-macam. Tengkoraknya memiliki lubang pelipis (foramen

(6)

mata berbentuk buah cemara (foramen pineal). Selama hidupnya, gigi baru terus tumbuh dan menyingkirkan gigi yang lama dari rongganya. Lidahnya terlekat erat pada alas rongga mulut dan tidak bisa terjulur ke luar moncong. Lubang hidungnya sebelah dalam bermuara pada bagian belakang langit-langit (palatum), masuk ke dalam tenggorok. Pada bagian depan organ ini terdapat katup kulit yang bisa menutup lubang hidung tersebut dari rongga mulutnya. Dengan demikian hewan ini masih bisa bernapas, kendati mulutnya terbuka di dalam air, oleh sebab lubang hidung bagian luar terletak pada ujung moncong yang menyembul di permukaan air, pada saat hewan tersebut terendam dalam air. Matanya terletak pada bagian atas sisi kepalanya, dan telinganya, kebalikan dari semua reptilia lainnya, terlindung oleh suatu katup kulit sehingga tidak kemasukan air (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165).

Punggungnya berlapiskan perisai-perisai tanduk yang kurang lebih persegi, yang tersusun dalam deretan melintang dan melajur yang agak teratur, dengan suatu perisai yang umumnya berukuran lebih besar di deretan tengah. Di bawah perisai tersebut terdapat lempengan kulit yang kuat, lebih kecil daripada sisik tanduk (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165).

Tubuhnya berujung pada ekor berotot pipih yang menjalur panjang. Pada tepi permukaan ekor bagian atas, terdapat dua deretan tonjolan sisik yang menyatu menjadi deretan tunggah kira-kira pada pertengahan ekor (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165).

Bagian perut buaya tertutup sisik tanduk persegi yang lebih kecil, yang tersusun dalam deretan melintang dan melajur, yang kurang lebih teratur (Redaksi Ensiklopedia Indonesia, 1989:165).

2. Konsepsi a. Simplifikasi

Bentuk-bentuk objek pada karya penulis mengacu pada bentuk surealis. Penulis berusaha untuk membebaskan fikirannya dari bentuk realis kemudian menuangkan setiap bagian dari objek untuk menghasilkan bentuk

(7)

yang dirasakan penulis, dengan bentuk yang sederhana tanpa mengacu bentuk aslinya. Seperti pada bentuk kulit buaya yang tanpa sisik.

b. Imajinasi

Imajinasi yang dituangkan pada karya seni grafis ini meliputi imajinasi dimana objek buaya dapat bermain gitar, dapat menjahit, dapat bermain tenis, dan masih banyak pemikiran, konsep dan fantasi yang membentuk perubahan wujud sesuai dengan ide penulis.

c. Garis

Di setiap karya penulis menggunakan garis nyata dan garis semu. Garis nyata berwarna hitam digunakan sebagai kontur pada bidang-bidang berwarna guna mendapatkan kesatuan karya. Sedangkan garis semu terjadi karena adanya pertemuan antara warna satu dengan warna lainnya. Garis juga digunakan untuk dapat menghasilkan tekstur ekpresi.

d. Bidang

Bentuk bidang yang digunakan terdiri dari bidang geometrik dan bidang organik. Bidang geometrik digunakan saat membuat bentuk bidang berupa lingkaran dan segi empat pada beberapa karya. Sedangkan bidang yang sering dimunculkan pada karya adalah bidang organik. Bidang ini digunakan untuk menghasilkan bentuk bebas dan tidak beraturan.

e. Tekstur

Tekstur pada karya merupakan kesatuan yang tidak boleh terpisahkan. Dalam karya ini tekstur yang digunakan adalah tekstur semu. Tekstur ini dihasilkan dari efek cetak saring, sehingga kekasaran raut bersifat kasar semu. Hasil cetakan ini akan menghasilkan tekstur kasar semu pada karya, atau lebih tepatnya tekstur ekpresi.

(8)

B. IMPLEMENTASI RUPA

1. Media

Menciptakan karya seni merupakan wujud ekpresi dari suatu ide atau gagasan. Medium dibutuhkan dalam menciptakan karya seni yang memiliki kaidah, rasa, dan nilai estetik yang akan disampaikan kepada penghayat. Melalui teknik seni grafis cetak tinggi, penulis menggunakan medium tinta

rubber di atas kertas. Penulis lebih memilih tinta rubber karena memiliki

kepekatan yang maksimal dibanding dengan jenis tinta lainnya. Selain itu tinta rubber juga mudah didapat dengan harga yang terjangkau. Hal ini akan memudahkan dalam proses mencetak dan mendapatkan ketajaman warna yang diinginkan.

Penulis menciptakan karya cetak saring menggunakan metode blok multi screen/kain kasa. Untuk mempercepat proses cetak, penulis menggunakan enam screen/kain kasa untuk enam warna pada setiap karyanya. Pewarnaan yang dilakukan adalah mencetak dari warna hitam untuk outline yang kemudian dilanjutkan pada lima warna lainnya.

Selain menggunakan medium di atas, juga dibutuhkan kertas duplex

glossy sebagai medium cetakan. Kertas ini dirasa yang paling tepat untuk

pencetakan karena memiliki tekstur permukaan yang halus dan rata. Dalam hal tersebut juga dibutuhkan bahan seperti SCSP untuk afdruk klise, Kaporit

+ Kostic untuk menghapus klise, binder dan pigmen serta alat-alat seperti rakel, mangkuk, dan sendok.

2. Proses Pembuatan Karya

Adapun proses lengkap pembuatan karya sebagai berikut :

a. Penulis membuat sketsa pada kertas sebagai acuan. Sketsa ini hanya berupa outline dari gambaran karya yang nantinya akan diubah menjadi bentuk digital menggunakan aplikasi CorelDraw sebelum dilakukan pewarnaan.

(9)

b. Langkah kedua adalah pewarnaan sketsa. Pewarnaan sketsa dilakukan dengan aplikasi CorelDraw guna mempermudah dalam merumuskan konsep warna pada karya.

c. Dari sketsa warna yang sudah jadi, dipisah bidang berdasarkan warna yang sudah ada. Bidang warna hitam dikelompokkan dengan yang hitam, begitu juga dengan warna lainnya. Dalam setiap karya ini terdapat enam bagian warna yang ada.

d. Proses selanjutnya yaitu pembuatan klise. Dari masing-masing bidang warna yang dikelompokkan diatas kemudian di print ke kertas HVS seukuran dengan screen/kain kasa yang sudah disiapkan. Hasil print pada kertas HVS ini merupakan lembaran klise yang nantinya diafdruk pada screen/kain kasa.

e. Setelah lembaran klise sudah didapat, maka proses selanjutnya adalah mengafdruk klise pada screen/kain kasa. Untuk mengafdruk klise pada screen/kain kasa dengan cara mengoleskan SCSP pada seluruh bagian screen dan dikeringkan di ruangan gelap atau tidak tembus cahaya dan teduh. Jika screen sudah kering, klise film dipasang dengan posisi terbalik pada permukaan screen. Kemudian dillakukan penyinaran selama sekitar 50 hingga 60 detik. Usai penyinaran,

screen dibawa ke tempat teduh, lalu disemprot dengan air pada bagian

desain klise yang dikehendaki. Screen kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari kurang lebih selama 15 menit.

f. Langkah selanjutnya yaitu persiapan mencetak karya pada kertas

Duplex Glossy. Sebelum mencetak, maka tinta rubber disiapkan

dengan adonan warna yang sudah dikehendaki. Tinta rubber dicampur dengan pigmen dan binder guna mendapatkan warna yang sesuai keinginan.

(10)

g. Kemudian pada proses pencetakan. Kertas Duplex Glossy sebagai medium diletakkan pada meja dengan permukaan rata. Lalu screen dipasang di atas kertas tersebut. Cat dituangkan ke dalam screen kemudian disaput menggunakan rakel. Dalam proses mencetak penulis mendahulukan warna hitam atau bagian outline dari karya. Gunanya untuk mempermudah dalam mencetak warna-warna lainnya, karena sudah ada kontur dari bidang warna tersebut. Setelah warna outline dicetak, maka dilanjutkan pencetakan warna-warna lainnya hingga semua warna sudah tercetak pada medium.

h. Proses terakhir adalah penjemuran kertas hasil cetakan tersebut. Karya yang sudah kering sudah siap untuk diberi pigura.

3. Penyajian Karya

Pengertian penyajian sebuah karya rupa, berbeda dengan penyajian makalah dalam kegiatan seminar atau diskusi. Dalam konteks ini penulis mengerjakan pemberian bingkai yang sesuai, baik kesesuaian dengan ukuran maupun bentuk visual karya. Pertama, karena karya yang dibuat merupakan karya grafis, penulis memberikan pembuatan label dibawah karya. Label ini dimulai dari nomor cetakan, media yang digunakan, judul karya, nama pencipta, serta tahun pembuatannya.

Selanjutnya karya dibingkai menggunakan pigura kaca. Penulis menggunakan pigura berwarna hitam dan dari bahan kayu. Warna hitam dipilih karena dapat digunakan sebagai penetralan sehingga karya terlihat lebih semarak, terkesan rapi dan indah. Kaca yang digunakan berupa kaca

doff (non reflection) sehingga tidak mengkilap atau memantulkan sinar

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi pada pemeliharaan benih kerapu di keramba jaring apung dengan ukuran awal 3 cm mempunyai resiko yang cukup tinggi karena banyak mengalami kematian dan

Dalam kisahnya, Pambayun dijadikan “senjata” oleh Panembahan Senopati (Raja Mataram) untuk memperluas kekuasaannya sampai pada daerah Perdikan Mangir dengan cara mengalahkan Ki

menggunakan teknik kultur jaringan, pemberian zat pengatur tumbuh dalam media tanam dan pemilihan eksplan sebagai bahan inokulum awal yang ditanam dalam media perlu

Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari  kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai

Korosif pada logam, Kategori 1, H290 Toksisitas akut, Kategori 4, H302 Toksisitas akut, Kategori 4, H312 Iritasi kulit, Kategori 2, H315 Iritasi mata, Kategori 2, H319

Pengaruh pupuk NPK dan Limbah Tahu terhadap Jumlah daun dan Tinggi Bawang Merah Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk

Untuk air yang biasanya diproses dengan menggunakan filter hollow fiber mengandung dua zat kimia anorganik yaitu kromium dan kadmium yang lebih tinggi dari kedua proses

Informasi dan data yang diperoleh dari pasien kusta dengan ulkus plantaris dapat digunakan oleh Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Belawan untuk mengevaluasi pengobatan yang