• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jacob Novi Manuhutu Achfas Zacoeb Indradi Wijatmiko Program Pascasarjana Teknik Sipil (S-2) Universitas Brawijaya Malang ABSTRAKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jacob Novi Manuhutu Achfas Zacoeb Indradi Wijatmiko Program Pascasarjana Teknik Sipil (S-2) Universitas Brawijaya Malang ABSTRAKSI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KEBERHASILAN PENERAPAN PENGADAAN

BARANG/JASA DENGAN SISTEM

FULL E-PROCUREMENT

TERHADAP PENYEDIA JASA

STUDI KASUS: DI BALAI PELAKSANAAN JALAN NASIONAL IX

MALUKU DAN MALUKU UTARA

Jacob Novi Manuhutu Achfas Zacoeb Indradi Wijatmiko

Program Pascasarjana Teknik Sipil (S-2) Universitas Brawijaya Malang

ABSTRAKSI

e-Procurement adalah sistem pengadaan barang/jasa yang proses pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh permasalahan waktu, peraturan dan ketentuan hukum, kondisi infrastruktur, kemampuan sumberdaya manusia, dan sosialisasi dari tingkat keberhasilan pada penerapan pengadaan barang/jasa konstruksi secara Full e-Procurement, serta mengetahui cara mengatasi pengaruh pada penerapan pengadaan barang/jasa secara Full e-Procurement terhadap penyedia jasa konstruksi di lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional IX Maluku dan Maluku Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment pearson (r), relative indeks (RI) dan regresi linear berganda, dan analisis SWOT. Hasil analisis memperlihatkan bahwa besarnya kontribusi pengaruh waktu pelaksanaan, peraturan dan ketentuan hukum, infrastruktur, kemampuan SDM, serta sosialisasi berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerapan Full e-Procurement adalah sebesar 77,5%. Hasil penelitian juga memberikan kesimpulan bahwa SDM memberikan pengaruh lebih signifikan sebesar 0,012 > 0,05 dibandingkan variabel bebas lainnya atau dapat disimpulkan pula variabel SDM berpengaruh dominan terhadap keberhasilan penerapan Full e-Procurement.

Kata Kunci: Full e-Procurement, Waktu Pelaksanaan, Infrastruktur, SDM, Keberhasilan.

PENDAHULUAN

Pengadaan barang/jasa secara elektronik atau e-Procurement adalah

sistem pengadaan barang/jasa yang proses pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan

(2)

dibagi menjadi sistem semi e-Procurement yaitu proses penyedia barang/ jasa yang sebagian prosesnya dilakukan melalui media elektronik (internet)

secara interaktif dan sebagian lagi dilakukan secara manual; sedangkan Full

e-Procurement adalah proses pemilihan penyedia barang/jasa yang

dilakukan dengan cara memasukan dokumen (file) penawaran melalui

sistem procurement, namun penjelasan dokumen seleksi/lelang (aanwijzing)

masih dilakukan secara tatap muka antara pengguna jasa dan penyedia jasa.

Menurut Sumadilaga (2011) beberapa efisiensi waktu yang telah

dilakukan dalam penerapan e-procurement adalah penyelesaian proses

lelang. Data e-Procurement menunjukkan bahwa jumlah pelelangan yang

diselesaikan kurang dari 45 hari adalah sekitar 50% dari seluruh paket yang

diumumkan melalui sistem e-Procurement. Dari data ini dapat dikatakan

bahwa e-Procurement dapat membantu mempercepat proses pelelangan

dan penghematan waktu dari segi transportasi. Penggunaan e-Procurement

telah mempercepat proses pengadaan yang tadinya memerlukan waktu 36 hari dengan cara konvensional menjadi hanya 18 hari dengan penggunaan teknologi (LKPP, 2009).

UU ITE menegaskan bahwa informasi elektronik maupun dokumen elektronik serta hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah seperti tertulis dalam Pasal 5. Kemudian di Pasal 11 disebutkan bahwa tandatangan elektronik juga memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah. Kesemua hal tersebut di atas memberikan rasa aman dan kepastian hukum dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk menunjang penyelenggaraan pelayanan publik.

Selain pengamanan dari sisi perangkat keras (firewall , proxy server),

penggunaan password merupakan salah satu mekanisme pengamanan

yang umum diterapkan. Lapis yang terakhir adalah teknik enkripsi yang

diterapkan pada informasi dan dokumen penawaran dalam sistem

e-Procurement.

Ketersediaan infrastruktur yang dimaksud disini mencakup banyak hal, yaitu dari mulai perangkat keras, piranti lunak, sampai kepada jaringan komunikasi dan sarana fisik lainnya. Dari sisi perangkat keras, implementasi

teknologi ini membutuhkan server dan juga beberapa komputer personal,

baik untuk kegiatan administrasi, seperti pendaftaran pelaku usaha,

pencantuman paket pengadaan, maupun untuk keperluan bidding. Dari sisi

piranti lunak, seluruh aplikasi yang diperlukan telah disediakan oleh LKPP. Kemudian dari sisi jaringan komunikasi, jika diharapkan bahwa setiap unit dapat mengelola kegiatan pengadaannya dari lokasinya masing-masing, maka tentunya diperlukan jaringan komunikasi yang menghubungkan

masing-masing unit dengan lokasi dimana server berada (LKPP, 2009).

Carayannis, et al (2005) menyebutkan hambatan penerapan

e-Procurement antara lain: prosedur yang sulit, intervensi negara berlebihan, disfungsional birokrasi, dan resistensi terhadap perubahan sistem

(3)

pengadaan. Resistensi terhadap perubahan sistem pengadaan masuk

dalam salah satu kategori hambatan pada sosialisasi dan publikasi

e-Procurement kepada penyedia jasa karena diperlukan waktu yang cukup

panjang untuk dapat merubah sistem pengadaan barang/jasa secara konvensional menuju sistem pengadaan barang jasa secara elektronik. Wong and Sloan (2004) memperkuat hal tersebut dengan menuliskan

hambatan yang dialami oleh penyedia jasa adalah kesulitan mengikuti

e-Procurement karena kekurangan sumberdaya ,baik infrastruktur maupun

sumberdaya manusia, seperti kurangnya pengetahuan dan kemampuan

teknologi informasi dari personil penyedia jasa. Implementasi e-Procurement

membutuhkan jumlah SDM yang memadai. Tidak hanya dari sisi jumlah yang harus diperhatikan, namun juga dari sisi kompetensi yang mereka

miliki. Implementasi e-procurement membutuhkan SDM yang memiliki

keahlian dalam bidang infrastruktur TI dan juga SDM yang memahami ketentuan pengadaan. Rendahnya literasi TI di beberapa daerah di Indonesia memberikan tantangan tersendiri dalam penyiapan SDM.

Jasin (2007) menyebutkan tingkat ketercapaian masing-masing output

dari pelaksanaan e-procurement di Pemerintah Kota Surabaya diantaranya

adalah jumlah dan jenis pekerjaan, transparansi proses pengadaan barang

dan jasa, database proses pengadaan barang dan jasa, optimalisasi waktu

proses pengadaan barang dan jasa, peningkatan kualitas administrasi pengadaan barang dan jasa, keamanan data penawaran barang dan jasa, serta minimalisasi/terhindarnya peluang tatap muka antara penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan.

Tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah mengetahui pengaruh permasalahan waktu, peraturan dan ketentuan hukum, kondisi infrastruktur, kemampuan sumberdaya manusia dan sosialisasi dari tingkat keberhasilan

pada penerapan pengadaan barang/jasa konstruksi secara Full

e-Procurement terhadap penyedia jasa di lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan

Nasional IX Maluku dan Maluku Utara serta mengatasi pengaruh pada

penerapan pengadaan barang/jasa secara elektronik Full e-Procurement

terhadap penyedia jasa.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif karena data yang digunakan merupakan data kualitatif yang

di-angka-kan (scoring). Populasi penelitian ini adalah Penyedia Jasa

Konstruksi yang mengikuti pelelangan di lingkungan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional IX Maluku dan Maluku Utara yang sebelumnya telah

melaksanakan sistem pelelangan Semi e-Procurement. Dipilihnya Balai

Pelaksanaan Jalan Nasional IX mengingat bahwa institusi dimaksud sudah

(4)

Penelitian dilakukan dengan metode selektif karena yang dijadikan obyek penelitian terdiri kualifikasi kecil dan non kecil. Responden yang

mengisi kuisioner adalah orang yang mengerti tentang Full e-Procurement,

diantaranya adalah Direktur atau Kepala Divisi Administrasi Teknik dan Kontrak.

Beberapa indikator yang digunakan dalam variabel yang akan dianalisis merupakan variabel keberhasilan menurut Jasin (2007), sebagaimana tertera dalam Tabel berikut ini.

Tabel 1.

Variabel dan Indikator Penelitian

Untuk mengukur variabel-variabel yang akan diteliti melalui tanggapan responden digunakan Skala Likert. Jawaban responden diukur dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 dengan rincian pilihan jawaban kuesioner: sangat rendah, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Seluruh

Tabel.1. Variabel dan Indikator Penelitian

Variabel Indikator Wak tu P elak sa n aa n Fu ll e-Pro cu re me n

t 1. Prosesnya menjadi lebih cepat karena tidak perlu mengadakan pertemuan dalam melakukan pendaftaran dan penyampaian dokumen.

2. Dapat diakses oleh siapapun, dimanapun dan kapanpun 3. Waktu proses penawaran menjadi lebih cepat 4. Pengurangan waktu tahapan proses pelelangan

P era tu ra n d an k eten tu an h u k u m d alam m em en u h i k eb u tu h an p elak sa n aa n F u ll e-Pro cu re me n

t 1. Undang-undang yang menjadi acuan pelaksaan Full e-Procurement 2. Peraturan atau ketentuan hukum lain yang mengatur pelaksanaan Full

e-Procurement

3. Petunjuk pelaksanaan Full e-Procurement

4. Hukum dan peraturan transaksi elektonik 5. Legal aspek tanda tangan elektronik

Ko n d isi in fra str u k tu r d an p en g at u ra n siste m p en d u k u n g Fu ll e -Pro cu re me n t

1. Ketersediaan infrastruktur dan pengelolaan infrastruktur 2. Ketersediaan informasi di website pengguna jasa

3. Perlindungan terhadap gangguan sistem keamanan aplikasi (virus dan hacker) 4. Kapasitas bandwith untuk kelancaran proses pengisian data berupa upload dan

download dokumen

5. Perlindungan dokumen yang tidak boleh dibuka dan dibaca sebelum waktunya 6. Perlindungan sistem yang memungkinkan terjadinya integritas dan keaslian data

waktunya

7. Jaringan internet dalam pelaksanaan Full e-Procurement

8. Penggunaan perangkat komputer pada sistem penerapan Full e-Procurement

9. Ketersediaan perangkat sofware atau program dalam pelaksanaan Full

e-Procurement Ke m am p u an su m b er d ay a m an u sia

1. Pemahaman Penyedia Jasa terhadap Perpres 54 Tahun 2010 akhir dan Perpres 70 Tahun 2012 beserta perubahannya

2. Kemampuan Penyedia Jasa dalam menjalankan/mengikuti setiap tahapan dalam sistem pelelangan Full e-Procurement

3. Kemampuan Penyedia Jasa terhadap penguasaan IT

S o sia li sa si k ep ad a p ara p ih ak y an g terlib at

1. Sosialisasi Perpres 54 Tahun 2010 akhir dan Perpres 70 Tahun 2012 beserta perubahannya terhadap penyedia jasa

2. Sosialisasi sistem Full e-Procurement terhadap penyedia jasa konstruksi 3. Ketersediaan petunjuk/pedoman pelaksanaan Full e-Procurement

4. Pelatihan pelaksanaan Full e-Procurement bagi penyedia jasa konstruksi Keberhasilan penerapan Full e-Procurement

1. Jumlah dan Jenis Pekerjaan

2. Proses Pengadaan barang dan jasa yang transparan 3. Database proses pengadaan barang dan jasa yang baik 4. Optimalisasi waktu proses pengadaan barang dan jasa 5. Peningkatan kualitas administrasi pengadaan barang dan jasa 6. Keakuratan kredibilitas penyedia barang dan jasa 7. Keamanan data penawaran barang dan jasa

8. Minimalisasi/terhindarnya peluang tatap muka antara penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan

(5)

responden diminta untuk menjawab semua item pertanyaan. Setelah semua jawaban terkumpul, maka dilakukan pemberian skor untuk setiap item jawaban.

Dalam penelitian uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi product

moment pearson’s yang menyatakan bahwa suatu item dinyatakan valid jika

indeks korelasi product momen pearson (r) ≥ 0,3. Uji reliabilitas dilakukan

untuk mengetahui apakah alat ukur (kuisioner) yang digunakan tersebut stabil dan dapat diandalkan. Uji asumsi klasik digunakan untuk mengukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas melalui besaran koefisien korelasi (r) dengan uji nomalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas.

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Statistik inferensial digunakan untuk peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau

hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih (X1), (X2), (X3),... (Xn)

dengan satu variabel terikat. Pengujian hipotesis menggunakan uji t untuk pengujian secara parsial dan uji F untuk pengujian secara simultan.

HASIL ANALISIS

Gambaran Perusahaan

Dari hasil survei diketahui bahwa:

1. Perusahaan yang mengikuti pelelangan secara Full e-Procurement

merupakan perusahaan dengan kualifikasi grade 7 (41,18%) karena perusahaan yang paling banyak mendaftar adalah nilai paket HPS > Rp 25 M.

2. Perusahaan dengan klasifikasi usaha non kecil adalah perusahaan yang paling banyak mengikuti pelelangan (58,82%) karena kualifikasi non kecil merupakan klasifikasi usaha untuk mengikuti pekerjaan dengan batasan nilai > Rp 10 M sesuai dengan nilai paket yang dilelangkan.

3. Perusahaan dengan klasifikasi sub bidang jembatan berada pada posisi teratas (44,12%) karena sub bidang jembatan paling banyak diminati oleh penyedia jasa, yaitu dalam hal pelaksanaan pekerjaan tidak terlalu banyak membutuhkan peralatan kerja seperti pada

pekerjaan jalan raya yang harus memerlukan peralatan asphalt

mixing plant dan peralatan gelar untuk pekerjaan aspal.

Gambaran Responden

Gambaran responden dijelaskan berdasakan jabatan, masa kerja, dan usia. Dari hasil survei menunjukkan bahwa:

(6)

1. Sebagian besar responden yang mengisi kuisioner adalah menjabat sebagai Direktur Perusahaan (70,59%). Hal ini dikarenakan jabatan Direktur merupakan pengambil kebijakan atau penentu dalam suatu perusahaan.

2. Sebagian besar responden merupakan responden dengan masa kerja 6-10 tahun dengan jumlah 11 responden (32,35%). Hal ini menggambarkan bahwa masa kerja responden yang mengisi kuisioner adalah masa kerja kerja yang cukup matang dan dapat dikatakan responden sudah bekerja sebelum diterapkan sistem

pelelangan secara Full e-Procurement.

3. Sebagian besar responden memiliki usia kerja < 41 tahun dengan jumlah sebanyak 18 responden (52,94%). Hal ini menggambarkan bahwa responden yang mengisi kuisioner adalah usia yang sangat

matang sebelum hadirnya penerapan Full e-Procurement.

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Full e-Procurement

Berdasarkan distribusi frekuensi pelaksanaan Full e-Procurement,

maka hasilnyamenunjukkan bahwa:

1. Responden cenderung menilai tinggi tentang waktu pelaksanaan Full e-Procurement.

2. Responden cenderung menilai tinggi tentang peraturan dan

ketentuan hukum dalam memenuhi kebutuhan pelaksanaan Full

e-Procurement.

3. Responden cenderung menilai tinggi tentang kondisi infrastruktur

dan pengaturan sistem pendukung Full e-Procurement.

4. Responden cenderung menilai tinggi tentang kemampuan sumberdaya manusia.

5. Responden cenderung menilai sedang tentang sosialisasi kepada para pihak yang terlibat.

6. Responden cenderung menilai tinggi tentang keberhasilan

penerapan Full e-Procurement.

Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur.validitas suatu item/instrumen

yang diketahui melalui perbandingan indeks korelasi product moment

Pearson dengan level signifikansi 5% dengan nilai kritisnya, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut ini.

(7)

Tabel 2. Hasil Uji Validitas

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil bahwa seluruh item penelitian memiliki nilai signifikansi kurang dari 0,05, sehingga disimpulkan bahwa semua pertanyaan pada semua variabel telah valid.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas yang digunakan adalah uji Alpha Cronbach. Instrumen dapat disimpulkan telah andal (reliabel) apabila memiliki koefisien indeks reliabilitas sebesar 0,6 atau lebih. Bila alpha lebih kecil dari 0,6, maka dinyatakan tidak reliabel dan sebaliknya dinyatakan reliabel.

Tabel 3.

Uji Reliabilitas Item Pertanyaan dengan Alpha Cronbach

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Variabel Item r hitung Signifikansi Keterangan Waktu Pelaksanaan (X1) X1.1 0.825 9.96516E-10 Valid X1.2 0.619 4.72507E-05 Valid X1.3 0.897 3.56697E-13 Valid X1.4 0.842 2.16823E-10 Valid Peraturan dan Hukum (X2) X2.1 0.710 1.30808E-06 Valid X2.2 0.771 4.6989E-08 Valid X2.3 0.615 5.4743E-05 Valid X2.4 0.644 1.98534E-05 Valid X2.5 0.501 0.001279071 Valid Infrastruktur (X3) X2.1 0.427 0.005868298 Valid X2.2 0.798 7.82148E-09 Valid X2.3 0.782 2.41536E-08 Valid X2.4 0.627 3.68364E-05 Valid X2.5 0.457 0.003295957 Valid X2.6 0.552 0.000359275 Valid X2.7 0.729 5.01879E-07 Valid X2.8 0.721 7.58362E-07 Valid X2.9 0.666 8.49098E-06 Valid Kemampuan SDM (X4) X2.1 0.828 7.31663E-10 Valid X2.2 0.858 4.64412E-11 Valid X2.3 0.880 3.56723E-12 Valid Sosialisasi (X5) X2.1 0.787 1.64536E-08 Valid X2.2 0.922 4.60264E-15 Valid X2.3 0.820 1.46186E-09 Valid X2.4 0.876 5.78062E-12 Valid Tingkat Keberhasilan (Y) Y1 0.792 1.21312E-08 Valid Y2 0.560 0.000289331 Valid Y3 0.799 7.15053E-09 Valid Y4 0.587 0.00012978 Valid Y5 0.715 1.023E-06 Valid Y6 0.592 0.00011467 Valid Y7 0.787 1.6464E-08 Valid Y8 0.848 1.21371E-10 Valid

Variabel Koefisien Alpha Cronbach Keterangan

Waktu Pelaksanaan 0,809 Reliabel Peraturan dan Hukum 0,655 Reliabel

Infrastruktur 0,824 Reliabel

Kemampuan SDM 0,815 Reliabel

Sosialisasi 0,875 Reliabel

(8)

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6, sehingga disimpulkan bahwa instrumen pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel atau dapat diandalkan.

Asumsi Klasik

Non Multikolinieritas

Untuk mendeteksi multikolinieritas (hubungan linier antar

variabel-variabel bebas) digunakan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai

VIF > 10, maka menunjukkan adanya multikolinieritas. Apabila sebaliknya VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinieritas.

Tabel 4.

Asumsi Non Multikolinieritas

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Pada Tabel 4 masing-masing variabel bebas menunjukkan nilai VIF yang tidak lebih dari nilai 10, maka disimpulkan bahwa asumsi non-multikolinieritas telah terpenuhi.

Non Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel model

regresi memiliki ragam (variance) residual sama atau tidak.

Gambar 1.

Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Variabel Bebas VIF Keterangan

Waktu Pelaksanaan 1,182 Non Multikolinier Peraturan dan Hukum 1,110 Non Multikolinier Infrastruktur 3,896 Non Multikolinier Kemampuan SDM 3,425 Non Multikolinier Sosialisasi 2,233 Non Multikolinier

(9)

Dari hasil scatterplot pada Gambar 1, terlihat titik-titik tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak terdapat pola yang jelas; sehingga disimpulkan asumsi Non Heteroskedastisitas terpenuhi.

Normalitas

Pada analisis regresi linier berganda data yang digunakan harus memenuhi asumsi normalitas, yaitu data yang digunakan berdistribusi normal. Untuk menguji asumsi ini, digunakan metode Kolmogorov-Smirnov.

Tabel 5. Uji Asumsi Normalitas

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Berdasarkan pengujian Kolmogorov-Smirnov, diperoleh signifikansi bernilai 0,911, dimana nilai tersebut lebih besar daripada α = 0,05. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar daripada α = 0,05, maka diputuskan terima H0 dan disimpulkan bahwa data berdistribusi normal, yaitu asumsi normalitas telah terpenuhi; sehingga dapat dinyatakan bahwa model regresi selanjutnya dapat dilakukan.

Analisis Regresi Linear Berganda

Dalam pengolahan data menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Statistik Uji Nilai Keterangan Kolmogorov-Smirnov Z 0,561 Menyebar Normal Signifikansi 0,911 Variabel Dependen Variabel

Independen B thitung Signifikan Keterangan

Tingkat Keberhasilan

Konstanta 0,565

Waktu

Pelaksanaan 0,053 0,681 0,501 Tidak Signifikan

Peraturan dan

Hukum 0,049 0,520 0,607 Tidak Signifikan

Infrastruktur 0,179 1,167 0,253 Tidak Signifikan

Kemampuan SDM 0,330 2,674 0,012 Signifikan

Sosialisasi 0,208 2,644 0,013 Signifikan

 R

Koefisien Determinasi (Adj. R2) F-hitung Signifikansi = 0,050 = 0,880 = 0,775 = 19,301 = 0,000

(10)

Diperoleh model regresi hubungan waktu pelaksanaan, peraturan dan hukum, infrastruktur, kemampuan SDM, dan osialisasi terhadap tingkat keberhasilan, sebagai berikut :

Y = 0,565 + 0,053X1 + 0,049X2+ 0,179X3+ 0,330X4 + 0,208X5

Koefisien Determinasi (R2)

R2 juga dapat digunakan untuk mengukur besar proporsi keragaman

total yang dapat dijelaskan oleh garis regresi.

Kontribusi dari variabel-variabel bebas yang disertakan dalam persamaan regresi dalam menjelaskan keragaman variabel Y, adalah sebesar 77,5%.

Uji F

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel yang digunakan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y atau untuk mengukur ketepatan model regresi.

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian adalah sebagai berikut:

H0 : βi = 0 (tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1,

X2, X3,X4, dan X5 terhadap Y)

Ha : βi ≠ 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X1, X2,

X3,X4, dan X5 terhadap Y)

Diperoleh nilai Fhitung sebesar 19,301 dan didapatkan nilai signifikansi

sebesar 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05; sehingga diambil

keputusan H0 ditolak pada taraf α = 5%. Dengan demikian, terdapat

pengaruh yang signifikan antara variabel X1 s/d X5 terhadap Y.

Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas pembentuk model regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y, dimana hal itu ditunjukkan jika signifikansi < 0,05.

Tabel 7. Uji t

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Variabel Independen thitung Signifikan Keterangan

Waktu Pelaksanaan 0,681 0,501 Tidak Signifikan

Peraturan dan Hukum 0,520 0,607 Tidak Signifikan

Infrastruktur 1,167 0,253 Tidak Signifikan

Kemampuan SDM 2,674 0,012 Signifikan

(11)

Uji Dominan

Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap Y adalah variabel yang memiliki koefisien regresi terstandarisasi yang paling besar.

Tabel 8.

Ringkasan Hasil Analisis Regresi

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Pada Tabel 8 di atas variabel X4 (kemampuan SDM) merupakan variabel yang memiliki koefisien regresi terstandarisasi paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa Y (tingkat keberhasilan) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel X4 (kemampuan SDM) dibandingkan variabel-variabel lain, sehingga disimpulkan variabel kemampuan SDM merupakan variabel paling dominan.

PEMBAHASAN

Variabel Waktu Pelaksanaan Full e-Procurement

Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator kemampuan akses memberikan rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dari indikator lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung untuk mengukur

variabel waktu pelaksanaan Full e-Procurement berdasarkan indikator

kemampuan akses.

Variabel Peraturan dan Ketentuan Hukum dalam Memenuhi Kebutuhan

Hasil analisis indikator legal aspek tanda tangan elektronik memberikan rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dari indikator lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung untuk mengukur variabel peraturan dan ketentuan hukum dalam memenuhi kebutuhan berdasarkan indikator aspek tandatangan elektronik.

Variabel Kondisi Infrastruktur dan Pengaturan Sistem Pendukung

Hasil analisis menunjukkan indikator perlindungan sistem memberikan rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dari indikator lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung untuk mengukur variabel

Variabel Peringkat Koefisien Standardized (β) Pengaruh X1 4 0,066 Tidak Signifikan X2 5 0,049 Tidak Signifikan X3 3 0,206 Tidak Signifikan X4 1 0,444 Signifikan X5 2 0,354 Signifikan

(12)

kondisi infrastruktur dan pengaturan sistem pendukung Full e-Procurement berdasarkan indikator perlindungan sistem.

Variabel Kemampuan Sumberdaya Manusia

Hasil analisis menunjukkan bahwa Indikator pemahaman tentang Perpres memberikan rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dari indikator lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung untuk mengukur variabel kemampuan SDM berdasarkan indikator pemahaman tentang Perpres beserta perubahannya.

Variabel Sosialisasi Kepada Para Pihak yang Terlibat

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada seluruh indikator sosialisasi Perpres, sosialisasi sistem, ketersediaan petunjuk/pedoman, dan pelatihan

pelaksanaan Full e-Procurement, masing-masing diperoleh sebagian besar

pelanggan merespon dengan menilai di atas kriteria sedang. Indikator ketersediaan petunjuk/pedoman memberikan rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dari indikator lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung untuk mengukur variabel sosialisasi kepada para pihak yang terlibat berdasarkan indikator ketersediaan petunjuk/pedoman.

Variabel Keberhasilan Penerapan Full e-Procurement

Hasil analisis menunjukkan bahwa pada seluruh jumlah dan jenis

pekerjaan, transparansi proses pengadaan barang dan jasa, database

proses pengadaan barang dan jasa yang baik, optimalisasi waktu pengadaan barang dan jasa, peningkatan kualitas administrasi pengadaan barang dan jasa, keakuratan kredibilitas penyedia barang dan jasa, keamanan data penawaran barang dan jasa, serta minimalisasi/terhindarnya peluang tatap muka antara penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan, masing-masing diperoleh sebagian besar responden merespon dengan menilai di atas kriteria sedang.

Indikator minimalisasi/terhindarnya peluang tatap muka antara penyedia barang dan jasa dengan panitia pengadaan memberikan rata-rata yang paling tinggi dibandingkan dari indikator lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa responden cenderung untuk mengukur variabel

keberhasilan penerapan Full e-Procurement dalam memenuhi kebutuhan

berdasarkan indikator perlindungan sistem.

Hubungan Waktu Pelaksanaan, Peraturan dan Ketentuan Hukum, Infrastruktur, Kemampuan SDM, dan Sosialisasi Terhadap

Keberhasilan Penerapan Full e-Procurement

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa waktu pelaksanaan, peraturan dan ketentuan hukum, infrastruktur, kemampuan SDM, serta sosialisasi

(13)

berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerapan Full

e-Procurement. Besarnya kontribusi pengaruh waktu pelaksanaan, peraturan

dan ketentuan hukum, infrastruktur, kemampuan SDM, serta sosialisasi

berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerapan Full

e-Procurement adalah sebesar 77,5%. Berdasarkan pengujian, diperoleh

bahwa masing-masing variabel kemampuan SDM dan sosialisasi

berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerapan Full

e-Procurement. Namun, variabel waktu pelaksanaan, peraturan dan ketentuan

hukum, dan infrastruktur tidak berpengaruh signifikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel SDM berpengaruh dominan terhadap

keberhasilan penerapan Full e-Procurement.

Perencanaan Strategi untuk Permasalahan yang Dominan

Analisis SWOT adalah salah satu teknik analisis untuk mengkaji kemampuan sumberdaya manusia terhadap tingkat keberhasilan dalam

penerapan Full e-Procurement.

Tabel 16. Matriks SWOT

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Strengths (Kekuatan)

1. Pemahaman penyedia jasa terhadap Perpres 54 Tahun 2010 dan Perpres 70 Tahun 2012 2. Kemampuan penyedia jasa dalam

menjalankan tahapan dan sistem pelelangan Full e-Procurement 3. Penguasaan terhadap Informasi

Teknologi (IT)

Weaknesses (Kelemahan)

1. Belum semua penyedia jasa mengikuti pelatihan

2. Jaringan internet pelaksanaan Full e-Procurement

3. Kurangnya sosialisasi Perpres

4. Kurangnya sosialisasi sistem Full e-Procurement

Opportunities (peluang)

1. Adanya pedoman pelaksanaan Full e-Procurement

2. Adanya hukum dan peraturan transaksi elektronik

3. Adanya sosialisasi Perpres

4. Adanya sosialisasi sistem Full e-Procurement

5. Peningkatan kualitas administrasi pengadaan barang/jasa 6. Proses lelang menjadi cepat

Strategi SO (peluang - kekuatan) 1. Memanfaatkan adanya Perpres 54

Tahun 2010 akhir & Perpres 70 Tahun 2012, dengan mengikuti

pedoman dalam pelaksanaan Full e-Procurement

2. Mengoptimalkan kemampuan penyedia jasa dalam mengikuti tahapan dengan mengupload dan mengakses dokumen penawaran 3. Meningkatkan kualitas SDM

dengan Kemampuan penguasaan IT agar terjadi peningkatan kualitas administrasi dan proses lelang menjadi cepat

Strategi WO (peluang - kelemahan)

1. Meningkatkan kemampuan

penyedia jasa melalui bimbingan teknis tentang Perpres 54 Tahun 2010 akhir dan Perpres 70 Tahun 2012 beserta perubahannya 2. Mengikuti rencana jadwal yang ada

agar setiap tahapan pengadaan diupload dan dapat diakses sesuai aplikasi Full e-Procurement 3. Menyusun dokumen/paket yang

diikuti dalam portal pengadaan sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan teknologi informasi penyedia jasa

Threaths (ancaman)

1. Jumlah dan jenis pekerjaan tidak optimal, tidak sesuai target pengadaan

2. Adanya standarisasi kualitas pelayanan sesuai standar internasional, yaitu ISO 9001. 2008, Quality Manajemen System

dan Information Security

Management System. Hal ini

menuntut SDM untuk terus mengikuti standar agar tetap lulus dalam standarisasi ISO 3. Adanya perkembangan IT di

negara asing yang lebih baik , seperti tersedianya broadband. Hal ini menuntut SDM untuk terus mengikuti perkembangan IT agar dapat ikut dalam e-procurement

Stategi ST (ancaman - kekuatan) 1. Mendayagunakan Perpres 54

Tahun 2010 akhir & Perpres 70 Thn 2012 untuk meningkatkan paket pekerjaan dan target pengadaan barang/jasa 2. Memanfaatkan kemampuan yang

ada untuk mengikuti setiap tahapan Full e-Procurement agar tidak tereleminasi oleh sistem (sofware)

3. Mengikuti petunjuk aplikasi Full

e-Procurement agar proses

pengunduhan dokumen

pengadaan berjalan maksimal

Strategi WT (ancaman - kelemahan) 1. Meningkatkan kualitas penyedia

jasa untuk lebih memahami Perpres 54 Thn 2010 akhir & Perpres 70 Thn 2012 sehingga hasil paket pekerjaan optimal dan sesuai target pengadaan

2. Meningkatkan intensitas

pemakaian aplikasi Full

e-Procurement secara formal/non

formal untuk menumbuhkan rasa

ingin tahu terhadap Full

e-Procurement agar tidak

tereleminasi

3. Peningkatan pengetahuan dan kemampuan teknologi informasi personil penyedia jasa supaya

proses pengunduhan/upload

(14)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil analisis penelitian menunjukkan tingkat keberhasilan

penerapan Full e-Procurement adalah sebesar 77,5% (tinggi). Hal

ini ditandai dari segi waktu pelaksanaan, peraturan dan ketentuan hukum, infrastruktur, kemampuan SDM, serta sosialisasi dengan adanya kemampuan akses, aspek tandatangan elektronik, perlindungan sistem, pemahaman tentang Perpres beserta perubahannya dan ketersediaan petunjuk/pedoman aplikasi

pelaksanaan Full e-Procurement.

2. Waktu pelaksanaan, peraturan dan ketentuan hukum, infrastruktur, kemampuan SDM, serta sosialisasi berpengaruh signifikan

terhadap keberhasilan penerapan Full e-Procurement. Namun,

secara individu, variabel kemampuan SDM dan sosialisasi

berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan penerapan Full

e-Procurement. Variabel SDM memiliki pengaruh dominan terhadap

keberhasilan penerapan Full e-Procurement dibandingkan dengan

variabel bebas selainnya.

3. Strategi untuk mengatasi permasalahan yang dominan untuk

meningkatkan keberhasilan pada kemampuan sumberdaya

manusia, rumusan strategis pengembangan SDM dapat dibagi menjadi dua bagian utama yaitu :

 Dengan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki untuk

mendukung percepatan meraih peluang dan meminimalkan ancaman yang ada, yaitu memanfaatkan adanya Perpres 54 Tahun 2010 akhir dan Perpres 70 Tahun 2012 dengan meningkatkan kerjasama institusi/instansi dan mengoptimalkan kemampuan penyedia jasa dalam mengikuti tahapan dengan

meng-upload dan mengakses dokumen penawaran dan agar

proses tender dapat diakses pengguna internet (penyedia jasa).

 Mendayagunakan hasil pencapaian peluang yang ada, untuk

menetralisir ancaman yang mungkin timbul, yaitu mendaya-gunakan Perpres 54 Tahun 2010 akhir dan Perpres 70 Tahun 2012 untuk meningkatkan paket pekerjaan dan target pengadaan barang/jasa terpenuhi, agar mengikuti setiap

tahapan Full e-Procurement tidak tereleminasi oleh sistem

(sofware) dengan mengikuti petunjuk aplikasi Full e-Procurement

sehingga proses pengunduhan dokumen pengadaan berjalan maksimal.

(15)

Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian tersebut, maka dapat disampaikan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi penyedia jasa, yaitu pimpinan perusahaan untuk lebih memperhatikan waktu pelaksanaan, peraturan dan ketentuan hukum, dan infrastruktur; dimana berdasarkan hasil yang diperoleh, maka waktu pelaksanaan, peraturan dan ketentuan hukum, dan infrastruktur tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap keberhasilan penerapan Full e-Procurement.

Berdasarkan hasil rumusan strategi analisis yang ada, penyedia jasa diharapkan dapat mengikuti atau memperhatikannya, sehingga dapat meningkatkan keberhasilan dalam penerapan pelaksanaan

sistem Full e-Procurement.

2. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan perbaikan dalam kuisioner, dalam hal ini peneliti perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrument yang dikenal dengan istilah “kisi-kisi kuisioner”. Hasil penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam indikator-indikator secara teoritis, sehingga perlu dianalisis lebih

lanjut berdasarkan ruang lingkup Full e-Procurement. Selain itu,

perlu dipertimbangkan pula penerapan analisis selain analisis regresi linier berganda.

DAFTAR PUSTAKA

Carayannis, E.G & Popescu, D. 2005. Profiling a Methodology for Economic Growth and Convergence: Learning from the EU e-Procurement Experience for

Central and eEastern European Countries. Journal Technovation vol. 25, no.

1, January, p. 1-14.

Ghozali, I. 2002. Aplikasi Analisis Multi Variat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jasin, M. 2007. Mencegah Korupsi Melalui e-Procurement . Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi.

Malik, A. 2009. Pengantar Bisnis Jasa Pelaksana Konstruksi. Yogyakarta. Nurisra. 2011. Identifikasi Kendala Penerapan e-Procurement pada Pengadaan

Jasa Konstruksi di Banda Aceh. Entry from: www.scribd.com diakses 28 Mei 2012.

Perpres RI No.54 Tahun 2010. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum..

Perpres RI No.70 Tahun 2012. Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor

54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta.

Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta. Sani, A. 2012. Evaluasi Penerapan e-Procurement pada Pemerintahan Provinsi

Sulawesi Selatan. https://docs.google.com diakses 28 Mei 2012

Soemarno. 2011. Analisis SWOT dalam Kajian Lingkungan dan Pembangunan. Malang: PMPSLP – PPSUB.

(16)

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuantitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.

Sucahyo, Y.G. 2009. Implementasi e-Procurement Sebagai Inovasi Pelayanan Publik. Jakarta: LKPP.

Sumadilaga, H.D. 2012. Kendala, Keberhasilan dan Tantangan dalam Sembilan Tahun Pelaksanaan e-Procurement di Kementerian PU dalam Mencapai Good Governance. https://tif.bakrie.ac.id diakses 22 Mei 2012.

Wong, C.H.& Sloan, B. 2004. Use of ICT for e-procurement in the UK construction industry: a survey of smes readiness. In: Khosrowshahi, F. Proceedings 20th Annual ARCOM Conference. 1-3 September 2004. UK: Edinburgh.

Gambar

Tabel 2.  Hasil Uji Validitas
Tabel 5.  Uji Asumsi Normalitas
Tabel  16.   Matriks SWOT

Referensi

Dokumen terkait

Setibanya di bumi/dunia, Raja Tunggal Sangumang, Darung Bawan, dan Patahu mencari tahu, di mana mereka bisa menemukan para pemuda dari bangsa manusia yang terkenal sakti

Perencanaan Talud Saluran Sub Sekunder/Sekunder 2013 (9 UPTD) Supervisi lining saluran sekunder / sub sekunder UPTD SIMPANG AGUNG, UPTD Terbanggi Besar, UPTD Bandar Mataram,

[r]

Hal tersebut dapat dilihat dari jenis prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks, contohnya kata sangking ‘sabit’ apabila ditambahka n alomorf {pa-} akan menjadi

As a result, they can (and should) help drive product and design decisions regarding key questions like which devices should take part in the experience, how the experience should

 Memahami definisi sistem dan pemodelan sistem  Menjelaskan tentang komponen sistem informasi  Memahami definisi Business Information Systems.. Data dan Informasi

Informasi yang didapatkan dari pelaku ahli yang telah melakukan transaksi bisnis ribuan kali akan dapat memberikan informasi dengan akurat waktu yang dibutuhkan untuk

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)