• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KECEMASAN

1. Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf outonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 2000). Kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal, samar-samar, atau konfliktual (Ibrahim, 2007). Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan; ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorangn mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan, 1997).

Sedangkan Suliswati, (2005) mengatakan bahwa kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan,

(2)

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian dari kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami gelisah, kekhawatiran atau cemas sistem saraf outonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya.

1. Teori kecemasan

Menurut Stuart, (2006) ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain:

a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

(3)

kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. c. Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi. yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan . Ahli teori prilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.

d. Teori keluarga menunjukkan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.

e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

2. Faktor yang mempengaruhi kecemasan.

Menurut Suliswati, 2005 ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:

a. Faktor predisposisi yang meliputi:

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

(4)

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino

(5)

butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi meliputi:

1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi:

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal. a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

(6)

Perasaan kecemasan ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar-samar, seringkaali disertai oleh gejala otonomik seperti, nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan. Seseorang yang cemas mungkin saja merasa gelisah, seperti yang dinyatakan oleh ketidakmampuan untuk duduk atau berdiri lama. Kumpulan gejala tertentu yang ditemukan selama kecemasan cenderung bervariasi dari orang ke orang (Kaplan, 1997)

Menurut Stuart (2006), respon/gejala kecemasan ditandai pada empat aspek, yaitu:

a. Respon fisiologi terhadap kecemasan:

1) Kardiovaskuler: palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun.

2) Pernapasan: napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah.

3) Neuromuskular: Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang jangkal.

4) Gastrointestinal: kehilangan napsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare. 5) Traktus Urinarius: tidak dapat menahan kencing sering berkemih.

(7)

6) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.

b. Respon prilaku: Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindari, hiperventilasi.

c. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian.

d. Afektif: Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan, terror, gugup, gelisah.

4. Tingkat kecemasan

Menurut peplau ada empat tingkat kecemasan yang dialami individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.

a. Rasa cemas ringan: dihubungkan dengan ketegangan yang dialami sehari-hari. Individu masih waspada serta lapang persepsinya meluas, menajamkan indra. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

(8)

b. Rasa cemas sedang: individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapang persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

c. Rasa cemas berat: lapang persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detil yang kecil (spesifik) dan tidak dapat berpikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah/arahan untuk terfokus pada area lain.

d. Panik: individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Karena hilangnya control, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif. Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian (Suliswati, 2005).

5. Cara mengukur kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat dan berat sekali, menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), pada penelitian ini berbentuk kuesioner. HRSA merupakan skala kecemasan yang sederhana, praktis, mudah, standar, dan diterima secara internasional. Pada prinsipnya penilaian dengan HRS-A terdiri dari 14

(9)

kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala-gejala diberi penilaian antara 0-4, yang artinya adalah nilai 0: tidak ada gejala, 1: gejala ringan, 2: gejala sedang, 3: gejala berat, 4: gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari 14 kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14 tidak ada kecemasan, skor 14-20 kecemasan ringan, skor 21-27 kecemasan sedang, skor 28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan berat sekali (Hidayat, 2008).

B. Program Studi S1 keperawataram

1. Program S1 keperawatan regular adalah pendidikan tinggi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian, yang memiliki beban studi sekurang-kurangnya 144 sks dan sebanyak-banyaknya 160 sks, dan di jadwalkan dalam 8 semester dengan lama studi mahasiswa 14 semester.

2. Program studi S1 keperawatan lintas jalur adalah program sarjan S1 yang diselenggarakan dengan cara menerima lulusan program DIII dan atau program sarjana muda dengan lama studi maksimal 10 semester. (Buku Panduan Unimus, 2006-2007)

(10)

Tujuan Program studi S1 Keperawatan adalah peserta didik mampu mengembangkan diri di bidang keperawatan professional, melaksanakan profesi keperawatan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan, mampu mendidik dan melatih calon perawat dan tenaga keperawatan, bertanggung jawab dan mempunyai sikap kepemimpinan dalam mengelola keperawatan tingkat dasar, mengelola kegiatan penelitian deskriptif di bidang keperawatan dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah oleh program reguler selama menempuh pendidikan sarjana keperawatan (S.Kep.) 154 SKS yang tersebar dalam 8 semester. Sedangkan pembelajaran yang digunakan program lintas jalur adalah 51 SKS yang tersebar dalam 3 semester.

Struktur kurikulum program reguler adalah

a. Mata kuliah semester pertama adalah agama, pancasila, kewiraan, filsafat ilmu, kimia, biologi, psikologi umum, ilmu politik, antropologi kesehatan, demografi dan pendidikan, fisika, sosiologi dan masalah kesehatan, bahasa inggris 1.

b. Mata kuliah semester kedua adalah anatomi, fisiologi, biokimia, komunikasi umum, epidemiologi, manejemen kesehatan, pengantar keperawatan professional, konsep dasar keperawatan, bahasa inggris 2, alislam kemuhammadiyahan 1.

c. Mata kuliah semester ketiga adalah mikrobiologi, parasitologi, kesehatan lingkungan, komunikasi dalam keperawatan, gizi dan terapi diet, etika

(11)

hukum, patologi klinik, farmakologi, kebutuhan dasar manusia 1, bahasa inggris 3, alislam kemuhammadiyahan 2, patofisiologi.

d. Mata kuliah semester keempat adalah kebutuhan dasar manusia 2, metodologi keperawatan, biostatistik, ilmu bedah, ilmu penyakit dalam, ilmu kesehatan anak, ilmu psikiatri, obstetri ginekologi, bahasa inggris 4, alislam kemuhammadiyahan 3.

e. Mata kuliah semester kelima adalah keperawatan medikal bedah 1, keperawatan anak 1, keperawatan maternitas 1, keperawatan keluarga, keperawatan jiwa, manajemen data.

f. Mata kuliah keenam adalah keperawatan maternitas 2, keperawatan gerontik, keperawatan anak 2, keperawatan medikal bedah 2, keperawatan gawat darurat 1.

g. Mata kuliah semester ketujuh adalah keperawatan gawat darurat 2, menejemen keperawatan, pendidikan dalam keperawatan, metodologi riset, keperawatan komunitas.

h. Mata kuliah semester kedelapan adalah keperawatan gawat darurat 3, keperawatan gawat darurat 4 dan BTCLS, Skripsi.

Struktur kurikulum pembelajaran progam lintas jalur terdiri dari:

a. Mata kuliah semester pertama adalah ilmu kesehatan masyarakat, ilmu keperawatan dasar, patofisiologi, biokimia farmakologi, alislam dan kemuhammdiyahan, fisiologi, dan biofisika, biostatistik.

(12)

b. Mata kuliah semester kedua adalah manejemen keperawatan, pendidikan dalam keperawatan, konsep dasar keperawatan, keperawatan anak 1, bahasa inggris, komunikasi dalam keperawatan, keperawatan jiwa, keperawatan medical bedah 1, keperawatan maternitas 1, riset keperawatan.

c. Mata kuliah semester ketiga adalah keperawatan komunitas, keperawatan maternitas, keperawatan keluarga dan gerontik, keperawatan medical bedah 2, keperawatan anak 2, skripsi. (Buku panduan unimus, 2006-2007)

C. Skripsi

Skripsi adalah tulisan ilmiah yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa menyelesaikan studi program sarjananya . skripsi ini sebagai bukti kemampuan akademi seorang mahasiswa dalam penelitian. Skripsi disusun dan dipertahankan untuk mencapai gelar sarjana strata satu. (Hariwijaya, 2008). Sedangkan menurut soemanto (2005) skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan hasil penelitian ilmiah oleh mahasiswa jenjang program sarjana muda atau sarjana. Skripsi dapat merupakan tugas akhir bagi mahasiswa untuk mencapai gelar kesarjanaannya.

Tujuan utama penulisan skripsi adalah memberikan bekal pengalaman belajar ilmiah sehingga mahasiswa mampu: berpikir dan bekerja secara

(13)

ilmiah, merencanakan peneliitian, melaksanakan penelitian ilmiah, menuliskan karya ilmiah hasil penelitian (Soemanto, 2005).

D. keterkaitan skripsi dan kecemasan

Kesulitan-kesulitan saat penyusunan skripsi oleh mahasiswa sering dirasakan sebagai suatu beban yang berat, akibatnya kesulitan-kesulitan yang dirasakan tersebut berkembang menjadi sikap yang negatif yang akhirnya dapat menimbulkan suatu kecemasan dan hilangnya motivasi, yang akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa menunda penyusunan skripsinya bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya (Hariwijaya, 2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Mujiyah dkk dalam Suryadi (2001) diperoleh bahwa kendala-kendala yang biasa dihadapai mahasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi adalah Pengetahuan yang meliputi: bingung dalam mengembangkan teori (3,3%), kurangnya pengetahuan penulis tentang metodologi (10%), kesulitan menyusun pembahasan (10%), kesulitan menguraikan hasil penelitian (13,3%), kesulitan menentukan judul (13,3%). Persepsi misalnya: takut bertemu dengan dosen pembimbing ( 6,7%). Sikap misalnya: malas (40 %). Motivasi rendah ( 26,7%). Periode waktu bimbingan meliputi: dosen terlalu sibuk (13,3%), dosen pembimbing sulit ditemui (36,7%), minimnya waktu bimbingan (23,3%), kurang jelas memberikan bimbingan (26,7%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi antara pembimbing I dan pembimbing II (23,3%). Perpustakaan sebagai sumber referensi meliputi:

(14)

kurangnya buku-buku referensi yang fokus pada permasalahan penelitian (53,3%), referensi yang ada merupakan buku-buku edisi lama (6,7%). (http://etd.eprints.ums.ac.id). E. Kerangka teori Predisposisi: ƒ Pengetahuan ƒ Sikap ƒ Persepsi ƒ Motivasi ƒ Konflik emosinal Pendorong: ƒ Keluarga ƒ Teman ƒ dosen Pendukung: ƒ Periode waktu bimbingan ƒ Sarana prasarana untuk akses informasi • Internet ƒ Tempat bimbingan ƒ Perpustakaan sebagai sumber

Prilaku & gaya hidup:

ƒ Rajin atau malas ƒ Mudah diberi masukan atau tidak Lingkungan: ƒ Ekonomi ƒ Fisik ƒ Sosial Kecemasan

(15)

Gambar 2.1 : Kerangka teori

Sumber: Mujiyah (2001), Stuart (2006), Suliswati (2005) F. Kerangka konsep

Variabel independen

Variabel dependent

Gambar 2.2 : Kerangka konsep

G. Variabel penelitian.

1. Variabel independen Pada penelitian ini adalah tugas skripsi

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan Mahasiswa S1 keperawatan Reguler & lintas Jalur.

H. Hipotesa

Tingkat kecemasan Mahasiswa Reguler Tugas Skripsi

(16)

Hipotesa dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara mahasiswa program S1 keperawatan reguler dan lintas jalur dalam menyelesaikan skripsi.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik studi komparatif . Penelitian ini menggunakan desain komparatif dimana peneliti membandingkan dua kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya (Arikunto, 2006). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. cross sectional yaitu rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara bersamaan pada satu saat (sekali waktu) (Hidayat, 2007).

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Referensi

Dokumen terkait

Lakukanlah pengambilan alloanamnesis dan pemeriksaan fisik untuk pasien ini kemudian tentukan diagnosis dan diagnosis banding serta pemeriksaan

Secara ikonometri, terutama pada ukuran mayor (utama) masih terdapat beberapa penyimpangan, namun perlu diperhatikan bahwa keempat arca ini adalah arca yang terbuat

Untuk menghindari unsur subjektif dalam melakukan penyeleksian penerima beasiswa, maka tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan suatu aplikasi sistem pendukung keputusan yang

Dari proses belajar yang dilakukan pada awal pertemuan sampai dengan pertemuan keempat dapat disimpulkan bahwa penerapan STAD kolaborasi edmodo dapat

Selanjutnya, bagi penduduk sekitar yang berjiwa pedagang (para pedagang) karena tempat yang seolah-olah milik sendiri, mereka dapat bolak-balik ke rumahnya

Sebagian besar informasi diperoleh dari laporan-laporan kasus terpisah, uji-uji klinik, dan/atau studi-studi farmakokinetik pada subyek sehat dan usia muda yang tidak sedang

Berikut hasil wawancara pada tahap pengecekan kembali penyelesaian. Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek mampu melaksanakan tahap pengecekan kembali pada penyelesaian

mirasidium dalam waktu 3 minggu  masuk ke tubuh Siput & tumbuh mjd sporokista  redia  serkaria  serkaria keluar dr siput  berenang mencari H.P.II  berkembang