• Tidak ada hasil yang ditemukan

baweanus & Pycnonotus atriceps baweanus). Endemik dari kelas mamalia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "baweanus & Pycnonotus atriceps baweanus). Endemik dari kelas mamalia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pulau Bawean merupakan pulau sisa gunung berapi purba yang terletak di utara Pulau Jawa (120 km2 dari garis pantai) dengan puncak ketinggian 646 mdpl (Nijman, 2006: 132). Secara geografis Pulau Bawean terletak pada koordinat 5o40’-5o50’ LS dan 112o3’-112o36’ BT, sedangkan secara administrasi terletak di Kabupaten Gresik Jawa Timur (Danarto & Rahadiantoro 2015: 974). Pulau Bawean memiliki beberapa satwa endemik jenis dan sub jenis dari kelas mamalia (Axis kuhlii & Sus blouchi), arthropoda (Parathelphusa baweanensis & Atrophaneura coon sangkapurae), dan aves (Strix seloputo baweana, Lonchuca puntulata baweana, Spilornis cheela baweanus & Pycnonotus atriceps baweanus). Endemik dari kelas mamalia (Axis kuhlii) sudah banyak diteliti dan menjadi lambang Pulau Bawean. Namun, kelas arthropoda dan aves belum banyak diteliti termasuk Spilornis cheela baweanus (Elang-ular bawean).

Spilornis cheela baweanus merupakan anggota subspesies dari Spilornis cheela (Stresemann dan Amadon 1979, Amadon dan Bull 1989, Sibley dan Monroe 1990, del Hoyo et al. 1994 dalam Nijman, 2006: 131). Namun, Ferguson-Lees & Christie (2001: 467) dan Nijman (2006: 131) menyatakan burung ini sebagai spesies tersendiri karena memiliki perbedaan morfologi dengan Spilornis cheela pada umumnya. Penelitian terakhir Spilornis cheela baweanus yang dipublikasikan secara ilmiah dilakukan pada tahun 2002 oleh Nijman tentang populasi dan persebarannya yang menemukan 49 individu

(2)

2

dengan perkiraan total populasi berjumlah 65-70 individu (Nijman 2006: 130). Secara umum, avivauna diduga memiliki perubahan anggota populasi yang nyata minimal 10 tahun (IUCN, 2001) sehingga dalam rentang 2002-2015 (13 tahun) perlu diteliti kembali mengenahi jumlah populasi dan persebaran Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean karena sudah melewati satu generasi.

Hasil penelitian kepadatan populasi dan persebaran Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean memberikan fakta-fakta dan konsep-konsep penting tentang objek dan persoalan biologi ditingkat populasi (kepadatan, persebaran, pola persebaran, struktur umur, dan sebagainya). Fakta-fakta tersebut memiliki informasi yang dapat digunakan sebagai sarana untuk melatih kemampuan observasi objek biologi dan analisis hasil penelitian untuk menemukan konsep biologi yang terkait (keterampilan proses). Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) materi objek dan persoalan biologi.

Kurikulum 2013 menuntut siswa membentuk skema pengetahuan memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural (Permendikbud. No. 59, 2014: 868). Pemahaman, penerapan, dan analisa pengetahuan faktual dapat dilakukan siswa dengan pemanfaatan hasil penelitian biologi sebagai sumber belajar. Kurikulum 2013 melalui Kompetensi Dasar 3.1 menuntut siswa untuk memahami ruang lingkup biologi (permasalahan pada berbagai objek biologi dan tingkat organisasi kehidupan), metode ilmiah dan prinsip keselamatan kerja berdasarkan pengamatan dalam

(3)

3

kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian kepadatan dan persebaran populasi Spilornis cheela baweanus dapat dikemas dalam sumber belajar sesuai Kurikulum 2013 yang memanfaatkan potensi lokal pada materi struktur organisme tingkat populasi mata peajaran biologi SMA/MA.

Survei di MA Tarbiyatut Tholabah Lamongan ditemukan bahwa dalam pembelajaran materi tingkatan organisme kehidupan hanya dipelajari pengertian masing-masing tingkatan organisme sekaligus contohnya, sesuai buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan. Pembelajaran yang dilakukan siswa dan guru tidak sampai pada diskusi permasalahan yang khas di masing-masing objek biologi dan tingkatan organisasi kehidupan (mempelajari materi tingkatan organisasi secara taksonomi, bukan secara ekologi). Pembelajaran yang dilakukan juga belum memanfaatkan potensi lokal untuk mengungkap pengetahuan biologi.

Potensi lokal biologi yang belum dimanfaatkan dan pembelajaran materi tingkatan organisme kehidupan yang belum dilakukan secara mendalam dikarenakan belum adanya media yang dapat digunakan pada pembelajaran ditingkat SMA/MA. Data dan fakta tentang permasalahan biologi yang bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran materi tingkatan organisme kehidupan sebenarnya sudah banyak tersedia. Namun, data dan fakta tersebut masih berupa publikasi ilmiah yang kurang sesuai jika langsung digunakan sebagai media pembelajaran biologi tingkat SMA/MA.

Media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan untuk mempermudah siswa dalam mengungkap suatu pengetahuan atau informasi

(4)

4

dalam pembelajaran (perantara transfer informasi dari sender ke receiver). Agar siswa memiliki minat dalam menggunakan media serta informasi yang disampaikan dapat diterima siswa, media pembelajaran harus menarik, sederhana, ringkas, padat dan memberi gambaran senyatanya dengan kondisi dilapangan. Salah satu media yang memenuhi kriteria di atas adalah media berbasis visual (foto & video) (Dina Indriana, 2011: 65). Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengemas hasil penelitian populasi dan persebaran Spilornis cheela baweanus menjadi media pembelajaran berbasis foto yang memuat tentang ciri-ciri morfologi, prilaku, habitat, dan dinamika populasinya dalam bentuk media photo sequence. Media tersebut sangat memungkinkan siswa untuk menggali informasi dari objek biologi yang berupa Spilornis cheela baweanus beserta dinamika populasinya sesuai kondisi di lapangan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa fakta dan masalah sebagai berikut:

1. Spilornis cheela baweanus merupakan sub-jenis Spilornis cheela endemik Pulau Bawean. IUCN menyatakan perlunya penelitian kepadatan populasi setiap 10 tahun. Fakta dilapangan jumlah populasi Spilornis cheela baweanus belum diketahui sejak tahun 2002. Berapa jumlah populasi Spilornis cheela baweanus?

2. Spilornis cheela baweanus tidak ditemukan di semua kawasan Pulau Bawean. Bagaimana habitat Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean? Berapa luas daerah jelajah Spilornis cheela baweanus? Bagaimana

(5)

5

sebaran dan pola persebaran populasi Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean?

3. Hasil penelitian populasi dan persebaran Spilornis cheela baweanus dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran biologi pada materi objek dan persoalan biologi ditingkat populasi. Fakta dilapangan belum tersedia media pembelajaran yang memuat materi objek dan persoalan biologi ditingkat populasi. Bagaimana potensi hasil penelitian populasi dan sebaran Spilornis cheela baweanus untuk disusun sebagai media pembelajaran materi objek dan permasalahan biologi pada tingkat populasi?

4. Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk memahami objek dan permasalahan biologi di berbagai tingkat organisasi kehidupan. Fakta di lapangan pembelajaran hanya mempelajari pengertian dari masing-masing tingkat organisasi kehidupan. Mengapa materi objek dan permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi kehidupan tidak disampaikan secara rinci?

5. Kurikulum 2013 menuntut untuk menggunakan potensi lokal sebagai sumber belajar siswa. Fakta dilapangan pembelajaran di SMA/MA belum banyak memanfaatkan potensi lokal sebagai sumber belajar. Potensi lokal apa sajakah yang dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi di MA Tarbiyatut Tholabah Lamongan? Bagaimanakah cara menyusun media berbasis potensi lokal di MA Tarbiyatut Tholabah Lamongan?

(6)

6

melihat dan mengamati objek bilogi secara langsung. Fakta dilapangan tidak semua objek dan persoalan biologi dapat dipelajari siswa secara langsung di dalam kelas. Objek biologi yang tidak dapat dipelajari secara langsung di kelas dapat dikemas dalam media pembelajaran yang dapat menggambarkan kondisi langsung dilapangan. Media yang mampu menampilkan objek sesuai kondisi aslinya dilapangan dapat berupa foto dan video (media visual). Hasil penelitian jumlah dan sebaran populasi Spilornis cheela baweanus dapat dikemas dengan media berbasis foto. Salah satu media berbasis foto yang dapat disusun adalah media pembelajaran photo sequence. Bagaimana cara menyajikan objek dan persoalan populasi ke dalam media Photo Squence dengan kasus kepadatan populasi dan persebaran burung Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean? Bagaimana kualitas media Photo Squence yang disusun sebagai media pembelajaran?

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi oleh bagian dari Kompetensi dasar (3.1 Kurikulu, 2013) memahami objek dan permasalahan biologi pada berbagai tingkat organisasi, lebih khususnya tingkat populasi dengan rincian sebagai berikut:

1. Populasi yang dimaksud merupakan populasi Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean yang diteliti pada tahun 2015 serta data pendukung penelitian serupa pada tahun 2002 (Nijman, 2006: 131-143).

2. Konsep yang dikaji berasal dari hasil penelitian populasi Spilornis cheela baweanus dan beberapa penambahan konsep-konsep yang berkaitan dengan

(7)

7 sifat-sifat populasi.

3. Photo Sequence yang disusun akan digunakan oleh siswa SMA/MA kelas X. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Berapa jumlah populasi Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean? 2. Bagaimana persebaran Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean?

3. Bagaimana potensi hasil penelitian populasi dan persebaran Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean sebagai media pembelajaran materi struktur organisasi populasi berupa photo sequence untuk siswa SMA/MA kelas X?

4. Bagaimana kualitas media photo sequence ditinjau dari aspek isi, tampilan, serta kegunaanya sebagai pembelajaran menurut penilaian ahli dan siswa? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui jumlah populasi Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean. 2. Mengetahui sebaran dan persebaran Spilornis cheela baweanus di Pulau

Bawean.

3. Mengetahui potensi hasil penelitian populasi dan persebaran Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean sebagai media pembelajaran materi struktur organisasi populasi berupa photo sequence untuk siswa SMA/MA kelas X

(8)

8

tampilan, serta kegunaanya sebagai media pembelajaran menurut penilaian ahli dan siswa.

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Memberi referensi alternatif media pembelajaran yang menarik dan inovatif.

2. Bagi Siswa

a. Memberi sumber belajar bagi siswa yang menarik minat dan perhatian siswa dalam pembelajaran.

b. Memfasilitasi siswa untuk berinteraksi dengan objek biologi seperti kondisi sebenarnya di lapangan melalui media pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam penelitian keilmuan dan penyusunan media pembelajaran biologi untuk siswa SMA/MA.

G. Definisi Operasional

1. Spilornis cheela baweanus (Elang-ular bawean) merupakan burung pemangsa (Elang/Raptor) ras endemik Pulau Bawean (Hoogerwerf, A., 1966). Penamaan “elang-ular” didasarkan pada buku Daftar Burung Indonesia no. 2 (Sukmantoro, dkk., 2007: 4-5) yang memberikan nama berdasarkan ciri, sifat, warna, habitat, atau kebiasaannya (sifat lain). Elang-ular merupakan jenis burung elang yang sering memakan (memangsa) ular (Fegurson-Lees & Christie, 2001). Penulisan nama burung dengan “elang-ular bawean” mengikuti aturan penulisan dalam

(9)

9

buku Daftar Burung Daerah Istimewa Yogyakarta (Taufiqurrahman, dkk., 2015: 19).

2. Kepadatan populasi merupakan jumlah populasi dalam satuan ruang dan waktu. Umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu atau biomassa persatuan area/volume (Odum, 1994: 202).

3. Persebaran didasarkan pada ada atau tidaknya individu dalam suatu wilayah (Odum, 1994: 202).

4. Media pembelajaran Photo Sequence berupa album foto dengan desain khusus, disusun secara berurutan, dan saling terkait yang dilengkapi dengan petunjuk pemakaian, perintah, konsep, pertanyaaan dan atau keterangan singkat gambar tentang Spilornis cheela baweanus dan dinamika populasinya.

5. Materi yang dimaksud adalah materi objek dan permasalahan biologi (KD. 3.1 Kurikulum 2013) ditingkat populasi (sifat-sifat populasi), tinjauan kasus populasi Spilornis cheela baweanus di Pulau Bawean. Objek biologi yang dimaksud adalah populasi Spilornis cheela baweanus. Permasalahan biologi tingkat populasi yang dimuat dalam Photo Sequence adalah dinamika populasi (kepadatan, persebaran, pola persebaran, struktur umur, bentuk pertumbuhan, genetika, natalitas, & mortalitas), tinjauan khusus populasi Spilornis cheela baweanus beserta informasi terkait di Pulau Bawean.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mempelajari pengaruh penambahan CO 2 terhadap laju pertumbuhan dan kandungan lipid mikroalga Botryococcus braunii Kützing strain NIES-836 yang dibudidaya dalam

Dalam pengolahan data surat masuk dan surat keluar pada Fakultas Teknik Universitas Bhayangkara Jakarta Raya masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya pada proses

Tiram tak bisa hidup Kerang mati di pantai.. IPAL STBM ini merupakan teknologi sederhana dan murah dalam menyerap polutan dalam limbah cair PKS berbahan asli produk Indonesia.

Apakah lantai semen yang mengitari sumur mempunyai radius kurang dari 1 (satu) meter.. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air diatas lantai semen

• Apakah risiko unt industri alternatif berubah-ubah atau relatif tetap dari waktu ke waktu?.?.

0ontoh syair kiasan adalah Syair  Burung +ungguk yang isinya men&eritakan tentang per&intaan yang gagal akibat perbedaan  pangkat, atau seperti perumpamaan

Terbukti pada hasil penelitian ini t hitung > t tabel, 5,214 > 1,658 artinya Ha diterima dan Ho ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

Prioritas Reformasi birokrasi dan tata kelola akan dicapai dengan melaksanakan 3 program: Penataan Otonomi Daerah, Peningkatan Integrasi Dan Integritas Penerapan Serta Penegakan