308 BUDAYA KONSUMERISME MASYARAKAT PERKOTAAN:
STUDI KONSUMSI KOPI DI KOTA BANDA ACEH Herry Andika1*, Muhammad Nasir2
1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh andikaherry22@gmail.com
2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh nasirmsi@unsyiah.ac.id
Abstract
This research aims to look at what factors are the background for the coffee consumer culture phenomenon in the city of Banda Aceh. The data used are primary data obtained through questionnaires and interviews with respondents. Data analysis technique used is descriptive qualitative. The variables used in this study are as follows: (1) Income respondent, (2) The price of coffee, (3) Education of respondents, (4) The number of family members and (5) Culture (tribe) of respondents.
.Key words : Consumerism Coffee, Income, Price, Culture, Descriptive Qualitative Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor apa saja yang melatar belakangi fenomena budaya konsumerisme kopi di Kota Banda Aceh. Data yang di gunakan adalah data primer yang diperoleh melaui kuisioner dan wawancara langsung dengan responden. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Pendapatan responden, (2) Harga kopi, (3) Pendidikan responden, (4) Jumlah anggota keluarga dan (5) Budaya (suku) responden.
309 PENDAHULUAN
Secara umum konsumsi diartikan sebagai suatu kegiatan manusia mengurangi atau menghabiskan nilai guna suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan, baik secara berangsur-angsur maupun sekaligus. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau untuk memperoleh kepuasan setinggi-tingginya, sehingga tercapai tingkat kemakmuran.
Dalam teori konsumsi Keynes, mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan seseorang maka konsumsinya juga akan meningkat, hal ini dikarenakan seseorang tersebut menuntut kualitas hidup yang lebih baik, dengan kata lain pola konsumsi yang dilakukan lebih mengarah kepada konsumsi kebutuhan yang bersifat tidak pokok, seperti masyarakat di daerah perkotaan, yang tujuan konsumsinya sudah berubah bukan hanya sekedar untuk mempertahankan hidup, tetapi lebih banyak diarahakan untuk kepentingan kesenangan dan prestise. Hal selaras juga dikemukakan oleh (Nicholson 2001) yang mengatakan bahwa hubungan antara faktor pendapatan dengan pola konsumsi secara teori adalah semakin rendah pendapatan seseorang ia akan lebih banyak mengeluarkan uangnya untuk membeli kebutuhan pokok.
Konsumsi yang berlebihan akan menyebabkan seseorang atau kelompok menjadi konsumerisme. Secara garis besar konsumerisme di artikan sebagai paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya sacara sadar dan berkelanjutan,sehingga masyarakat yang tergolong dalam kelompok konsumerisme cenderung menganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dsb. Sehingga disini konsumerisme dimaknai sebagai hidup yang tidak hemat dan keterpakuan pada peningkatan pembelian barang-barang.
Adapun di Kota Banda Aceh dari tahun 2012 hingga 2014 Badan Pusat statistik (BPS) Kota Banda Aceh menunjukan konsumsi makanannya terus meningkat dari tahun ke tahun, sehingga memunculkan minat masyarakat untuk membuka lapangan pekerjaan yang beruhubungan dengan konsumsi, sehingga membuat jumlah pertumbuhan Restoran, Warung Kopi dan Cafe ikut meningkat dari tahun ke tahun.
Hal ini selaras dengan penelitian Hasballah(2008),Pasca Tsunami permintaan akan bubuk kopi di Banda Acehmengalami peningkatan, tiap harinya produsen bisa menjual hingga50 kg bubuk kopi kepada pelanggan.Lalu didukung oleh penelitian Konadi (2011) juga mengungkapkan bahwa permintaan pasar akan bubuk kopi tertinggi di Provinsi Aceh berasal dari Banda Aceh, lalu diikuti Takengon, Langsa dan lain – lain.
Dalam penelitian ini indikator konsumerisme kopi terbagi ke dalam 3 hal yaitu : Harga kopi (tidak lebih dari Rp. 10.000), Kuantitas cangkir (2 gelas per hari), Lamanya waktu yang dihabiskan saat mengkonsumi kopi di warung kopi (tidak lebih dari 1 jam 30 menit)
TINJAUAN PUSTAKA Konsumi
Dalam teori konsumsi Keynes(absolut income hypothesis), mengatakan bahwa makin tinggi pendapatan seseorang maka konsumsinya juga akan meningkat, hal ini dikarenakan seseorang tersebut menuntut kualitas hidup yang lebih baik, dengan kata lain pola konsumsi yang dilakukan lebih mengarah kepada konsumsi kebutuhan yang bersifat tidak pokok.
310 (Sukirno,2008) mendefenisikan konsumsi sebagai pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang dan jasa-jasa akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pekerjaan tersebut.
Konsumerisme
Menurut Sumartono (2002), definisi konsep perilaku konsumerisme sangat variatif, tetapi pada intinya muara dari pengertian perilaku konsumerisme adalah membeli barang tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan pokok.Secara operasional, indikator perilaku konsumerisme yaitu :
a. Membeli produk karena iming-iming hadiah. b. Membeli produk karena kemasannya menarik.
c. Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi. d. Membeli produk atas pertimbangan harga
e. Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status.
f.Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yangmengiklankan.
g. Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akanmenimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
Pendapatan
Sukirno (1997:128) mengatakan bahwa pendapatan adalah jumlah dari faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barangdan jasa dalam suatu lahan tertentu. Pada umumnya tingkat masyarakat merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Harga
Anwar (1993) mengemukakan bahwa: harga adalah nilai satuan barang yang dinyatakan dengan satuan uang jumlah uang yang dibayarkan untuk memperoleh sesuatu barang atau jasa. Pendidikan.
Prayitno dan Santosa (1987) berpendapat Pendidikan merupakan suatu kegiatan atau proses secara nasional yang selalu berubah-ubah dalam upaya melahirkan manusia yang memiliki keterampilan tinggi sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan perhatian besar dan pembiayaan yang besar dari pemerintah.
Jumlah Anggota Keluarga
Menurut Mantra (2003) yang termasuk jumlah anggota keluarga adalah seluruh jumlah anggota keluarga yang tinggal dan makan dari satu dapur dengan kelompok penduduk yang sudah termasuk dalam kelompok tenaga kerja. Kelompok yang dimaksud makan dari satu dapur adalah bila pengurus kebutuhan sehari-hari dikelola bersama-sama menjadi satu. Jadi, yang termasuk dalam jumlah anggota keluarga adalah mereka yang belum bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena belum bekerja sehingga membutuhkan bantuan orang lain.
311 Budaya
Berdasarkan pernyataan Edward B.Tylor (2011). kebudayaan merupakan keseluruhan yang komplek, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini masyarakat Kota Banda Aceh yang mengkonsumsi kopi, lebih tepatnya mereka yang sedang berada di warung kopi yang ada di Kota Banda Aceh.
Sumber dan Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer. Data tersebut peneliti peroleh dari objek yang dirangkum dalam kuisioner dan wawancara langsung. Kuisioner adalah pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden (masyarakat yang mengkonsumsi kopi). Wawancara ialah komunikasi sosial antara dua belah pihak, dalam hal ini peneliti langsung berinteraksi dengan objek yang diteliti (peminum kopi) di Kota Banda Aceh. Metode Analisis
Dalam penelitian ini, model analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan pengolah data sekunder menggunakan program Eviews 9.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan batasan terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tingkat Pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang responden peroleh sebagai sumber konsumsi yang diukur dengan menggunakan satuan rupiah. Tingkat harga adalah faktor umum yang digunakan untuk melihat pengaruh terhadap konsumsi oleh responden yang diukur dengan menggunakan satuan rupiah. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang di tempuh oleh responden yang diukur berdasarkan pendidikan terakhir yang ditamatkan
responden. Jumlah anggota keluarga adalah total anggota keluarga yang tinggal ditempat yang sama dengan responden. Budaya didefinisikan sebagi faktor yang mempengaruhi prilaku konsumsi responden yang dilihat berdasarkan suku atau etnis responden.
312 HASIL PEMBAHASAN
Pendapatan
Tabe 1. Pengaruh Pendapatan Terhadap Harga Rata- Rata Kopi Yang di Konsumsi Responden
Pendapatan ( Rupiah) Jumlah Responden (jiwa) Harga Rata-Rata Kopi (Rupiah)
600.000-1.000.000 5 5.200 1.100.000 – 2.000.000 30 8.000 2.100.000– 3.000.000 16 8.500 Ø 3.000.000 9 11.800
Sumber: Hasil Survey, 2016
Tabel 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin tinggi pula harga kopi yang di konsumi oleh responden.Hal ini menunjukan pendapatan berpengaruh positif terhadap tingkat harga kopi yang di konsumsi responden.
Tabel 2. Pendapatan Terhadap Jumlah Kunjungan Responden ke Warung Kopi Pendapatan ( Rupiah) jumlah kunjungan
1 Kali 2 Kali 3 Kali
600.000-1.000.000 1 3 1
1.100.000 – 2.000.000 10 14 6
2.100.000– 3.000.000 5 9 2
Ø 3.000.000 2 5 2
Sumber: Hasil Survey, 2016
Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa dari segi jumlah kunjungan ke warung kopi, dari 60 responden, mulai dari yang mempunyai pendapatan terendah Rp.600.000 sampai yang paling tinggi lebih dari Rp.3.000.000, mayoritasnya mengkonsumsi kopi sebanyak 2 kali dalam 1 hari. Ini menunjukan pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan responden ke warung kopi.
Tabel 3. Pengaruh Pendapatan Terhadap Rata Rata Lamanya Waktu Yang di Habiskan Saat Mengkonsumsi Kopi
Pendapatan ( Rupiah) Jumlah Responden (Jiwa) Lamanya waktu yang dihabiskan
600.000-1.000.000 5 2 Jam 24 menit
1.100.000 – 2.000.000 30 2 Jam 8 menit
2.100.000 – 3.000.000 16 1 Jam 35 Menit
Ø 3.000.000 9 1 Jam 43 menit
313 Dari Tabel 3 memperlihatkan bahwa semakin rendah pendapatan seseorang maka akan semakin lama pula waktu yang ia habiskan untuk duduk di warung kopi. Dari patokan 1 jam 30 menit yang menjadi waktu efisien dalam mengkonsumsi segelas kopi, maka keseluruhan responden terjebak ke dalam konsumerisme dari segi waktu karena lamanya waktu yang di habiskan dalam mengkonsumsi kopi.
Harga
Tabel 4. Harga Kopi (Dalam Satuan Rupiah) yang di Konsumsi Responden Harga Kopi (Rupiah) Jumlah Responden
3.000 – Rp.5.000 20
6.000 – Rp.10.0000 24
Ø 10.000 16
Sumber: Hasil Survey, 2016
Dari tabel 4 memperlihatkan bahwa mayoritas respenden mengkonsumsi kopi di bawah Rp. 10.000, hanya 16 responden yang mengkonsumsi kopi di atas Rp.10.000 (Konsumerisme)
Tabel 5. Pengaruh Harga (Dalam Satuan Rupiah) Terhadap Jumlah Kunjungan Responden ke Warung Kopi
Harga Kopi ( Rupiah) jumlah kunjungan
1 2 3
3.000 – 5.000 3 15 2
6.000 – 10.000 6 13 5
Ø 10.000 9 3 4
Sumber: Hasil Survey, 2016
Berdasar Tabel 5 tentang pengaruh harga terhadap jumlah kunjungan responden ke warung kopi menunjukan hubungan yang negatif. Dalam arti, semakin mahal harga kopi, maka akan semakin berkurang pula minat responden untuk berkunjung.
Tabel 6. Pengaruh HargaTerhadap Rata - RataLamanya Waktu yang di Habiskan Saat Mengkonsumsi Kopi
Harga Kopi Lama Rata – Rata Konsumsi Kopi
3.000 – Rp.5.000 2 jam 03 menit
6.000 – Rp.10.0000 2 jam 11 menit
Ø 10.000 1 jam 28 menit
Sumber: Hasil Survey, 2016
Tabel 6 menunjukan bahwa responden yang mengkonsumsi kopi di bawah Rp.10.000 terjebak ke dalam konsumerisme dari segi waktu. Sedangkan responden yang terjebak ke dalam konsumerisme dari segi harga mengkonsumsi kopi dalam waktu yang normal.
314 Pendidikan
Tabel 7. Pengaruh Pendidikan Terhadap Harga Rata – Rata Kopi yangdi Konsumsi Responden
Pendidikan (Responden) Jumlah Harga (Rupiah)
SMA 10 8.000
D III 8 7.600
S1 38 8.600
S2 4 10.750
Sumber: Hasil Survey, 2016
Tabel 7 menunjukan bahwa sebanyak 93,3 persen mengkonsumsi kopi dengan harga Rp.7600 sampai Rp.8.600, dan hanya responden yang lulusan S2 saja yang mengkonsumsi kopi di atas Rp.10.000 (konsumerisme).
Tabel 8.Pengaruh Pendidikan Terhadap Jumlah Kunjungan Responden ke Warung Kopi
Pendidikan jumlah kunjungan
1 2 3
SMA 2 6 2
D III 3 1 4
S1 12 21 5
S2 1 3 -
Sumber: Hasil Survey, 2016
Berdasarkan Tabel 8, terlihat bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan akhir SMA, S1 dan S2 di dominasi oleh responden yang berkunjung ke warung kopi sebanyak 2 kali dalam 1 hari. Sedangkan untuk lulusan D III, terdapat 4 responden yang berkunjung ke warung kopi sebanyak 3 kali dalam satu hari.
Tabel 9. Pengaruh Pendidikan Terhadap Rata – Rata Lamanya Waktu yang di Habiskan Saat Mengkonsumsi Kopi
Pendidikan Jumlah Lama Konsumsi Kopi ( Jam)
SMA 10 2 jam 15 menit
D III 8 1 jam 37 menit
S1 38 1 jam 56 menit
S2 4 2 jam 00 menit Sumber: Hasil Survey, 2016
Tabel 9 memperlihatkan bahwa rata-rata setiap responden terjebak ke dalam konsumerisme dari segi waktu, dan jenjang pendidikan akhir SMA menjadi yang terlama mengkonsumsi kopi selama 2 jam 15 menit, atau lebih lama 45 menit dari batas waktu normal.
315 Jumlah Anggota Keluarga
Tabel 10. Pengaruh Jumlah Anggota keluarga terhadapHarga Rata – Rata Kopi yang di Konsumsi Responden
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (Responden) Harga Kopi (Rupiah)
2 9 Rp.7.600
3 9 Rp.9.200
4 19 RP.9.100
5 15 RP.8.600
>5 8 Rp.6.600
Sumber: Hasil Survey, 2016
Tabel 10 menunjukan mulai dari anggota keluarga yang mempunyai jumlah tanggungan lebih dari 2, semakin banyak jumlah anggota keluarganya maka akan semakin menurun harga kopi yang di konsumsi. Hal ini menunjukan bahwa jumlah anggota keluarga mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga kopi yang di konsumsi responden.
Tabel 11. Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Jumlah Kunjungan Responden ke Warung Kopi
Jumlah Anggota Keluarga jumlah kunjungan
1 2 3 2 - 4 5 3 3 6 - 4 7 9 3 5 7 5 3 Ø 5 1 7 -
Sumber: Hasil Survey, 2016
Dari Tabel 11menunjukan semakin banyak jumlah anggota keluarga, maka akan semakin sedikit pula mereka berkunjung ke warung kopi. Hal ini terlihat pada responden yang mempunyai anggota keluarga 2 orang, mayoritasnya mereka berkunjung ke warung kopi sebanyak 3 kali dalam 1 hari. Sedangkan responden yang mempunyai jumlah anggota keluarga lebih dari 5, tidak satupun berkunjung ke warung kopi sebanyak 3 kali dalam 1 hari.
Tabel 12. Pengaruh Jumlah Anggota Keluarga TerhadapRata – Rata Lamanya Waktu yang di Habiskan Saat MengkonsumsiKopi
Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (Responden) Lama Rata – Rata Konsumsi Kopi
2 9 2 jam 16 menit
3 9 1 jam 36 menit
4 19 1 jam 55 menit
5 15 1 jam 56 menit
>5 8 2 jam 03 menit
316 Dari Tabel 12 terlihat bahwa semua responden terjebak ke dalam konsumerisme dari segi waktu, semakin banyak anggota keluarganya maka akan semakin lama waktu yang dihabiskan di warung kopi.
Budaya
Tabel 13. Pengaruh Budaya terhadapHarga Rata – Rata Kopi yang di Konsumsi Responden
Suku Jumlah (jiwa) Harga Kopi (Rupiah)
Aceh 46 8.300
Jawa 6 .8.400
Minang 2 9.500
Gayo 3 10.300
Batak 3 10.000
Sumber: Hasil Survey, 2016
Dari Tabel 13maka dapat kita simpulkan bahwa responden yang memiliki suku aceh mengkonsumsi kopi dengan harga rata – rata yang paling murah yaitu senilai Rp.8.300, dan suku yang gayo menjadi responden yang paling besar mengeluarkan biaya untuk mengkonsumsi kopi yaitu senilai Rp.10.300.
Tabel 14. Pengaruh Budaya Terhadap Jumlah Kunjungan Responden ke Warung Kopi
Suku jumlah kunjungan
1 2 3 Aceh 9 26 11 Jawa 4 2 - Minang 2 - - Gayo 1 2 - Batak 1 2 -
Sumber: Hasil Survey, 2016
Tabel 14 memperlihatkan bahwa hanya responden yang memiliki suku Aceh yang terjebak ke dalam konsumerisme, dari 46 responden terdapat 11 responden yang mengkonsumsi kopi lebih dari 2 kali atau sebesar 23,9 persen.
Tabel 15. Pengaruh Budaya TerhadapRata – Rata Lamanya Waktu yang di Habiskan Saat Mengkonsumsi Kopi
Suku Jumlah (jiwa) Lama Rata – Rata Konsumsi Kopi
Aceh 46 1 jam 57 menit
Jawa 6 1 jam 40 menit
Minang 2 1 jam 0 menit
Gayo 3 1 jam 40 menit
Batak 3 1 jam 40 menit
317 Dari Tabel 15 maka akan terlihat bahwa hanya responden yang memiliki suku minang yang tidak terjebak ke dalam konsumerisme dari segi waktu. Suku Aceh menjadi yang paling lama menghabiskan waktu di warung kopi selama 1 jam 57 menit, atau lebih lama 27 menit dari batas waktu normal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel Pendapatan
a. Jika dilihat dari segi harga kopi yang dikonsumsi, maka variabel pendapatan terbukti berpengaruh secara positif atau semakin tinggi pendapatan maka akan semakin tinggi pula harga kopi yang dikonsumsi.
b. Namun jika dilihat dari segi jumlah kunjungan, maka pendapatan tidak terlalu mempengaruhi jumlah kunjungan responden ke warung kopi atau tidak berpengaruh secara signifikan.
c. Lalu dari segi lamanya waktu yang dihabiskan, maka akan didapat hasil bahwa semakin tinggi pendapatan maka akan semakin sedikit pula waktu yang dihabiskan responden untuk mengkonsumsi kopi atau berpengaruh secara negatif.
2. Variabel Harga
a. Dari segi harga kopi yang dikonsumsi responden dalam penelitian ini maka akan terlihat bahwa sebanyak 44 responden mengkonsumsi kopi di bawah Rp. 10.000 dan hanya 16 responden yang mengkonsumsi kopi di atas Rp.10.000 (Konsumerisme)
b. Selanjutnya dari segi jumlah kunjungan maka akan didapat hasil bahwa harga kopi tidak mempengaruhi jumlah kunjungan responden ke warung kopi.
c. Lalu dari Segi lamanya waktu yang dihabiskan maka akan diketahui bahwa responden yang mengkonsumsi kopi di bawah Rp.10.000 akan mengkonsumsi kopi dengan waktu yang berlebihan (Konsumerisme).
3. Variabel Pendidikan
a.Jika dilihat dari indikator harga maka secara keseluruhan semakin tinggi pendidikan responden maka akan semakin tinggi pula harga kopi yang dikonsumsi atau berpengaruh secara positif.
b. Dari segi jumlah kunjungan maka variabel pendidikan tidak terlalu berpengaruh terhadap jumlah kunjungan responden ke warung kopi.
c.Selanjutnya dari segi lamanya waktu yang dihabiskan maka hasilnya akan terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki responden maka akan semakin sedikit pula waktu yang dihabiskan di warung kopi atau berpengaruh secara negatif.
318 4. Variabel Jumlah Anggota keluarga
a. Berdasarkan indikator harga maka secara keseluruhan semakin banyak jumlah anggota keluarga responden maka akan semakin rendah harga kopi yang ia konsumsi atau berpengaruh secara negatif,
b. Jika diihat berdasarkan jumlah kunjungan variabel jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kunjungan responden ke warung kopi
c. . Selanjutnya dari segi lamanya waktu yang dihabiskan maka hasilnya akan terlihat bahwa banyak jumlah anggota keluarga yang dimiliki responden maka akan semakin lama pula waktu yang dihabiskan di warung kopi atau berpengaruh secara positif.
5. Variabel Budaya
a. Jika dilihat dari segi harga maka akan didapat hasil bahwa responden yang bersuku aceh yang menjadi mayoritas dalam penelitian ini mengkonsumsi kopi dengan harga yang paling murah dibandingkan dengan responden yang bersuku non – aceh.
b. Lalu jika dilihat dari segi jumlah kunjungan maka hasilnya hanya responden yang bersuku aceh yang berkunjung ke warung kopi sebanyak 3 kali dalam 1 hari.
c. Selanjutnya dari segi lamanya waktu yang dihabiskan maka masyarakat yang bersuku aceh menjadi responden yang paling lama menghabiskan waktunya di warung kopi.
Saran
1. Kepada Pemerintah Kota Banda Aceh untuk dapat mencoba melakukan perubahan terhadap warung kopi di Kota Banda Aceh menjadi creative center sebagai salah satu wadah bagi para pemuda dan pengangguran untuk dapat menyalurkan ide mereka untuk memajukan Kota Banda Aceh.
2. Kepada pemerintah Kota Banda Aceh melalui dinas kesehatan untuk dapat memberikan pengetahuan lebih luas kepada masyarakat Kota Banda Aceh tentang pentingnya efisiensi dalam mengkonsumsi kopi.
3. Pemerintah Kota Banda Aceh bekerja sama denga pengusaha warung kopi di Kota Banda Aceh untuk menyediakan sarana edukasi di warung kopi terhadap pengunjung. 4. Diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk dapat mengkaji lebih dalam tentang
319 DAFTAR PUSTAKA
(Badan Pusat Statistik, 2012)
Bintari, A. (1993). Psikologi Perusahaan. Bandung: Trigenda Karya. Mantra, I. B. (2003). Demografi Umum. Jakarta: Pustaka Raja.
Nicholson, W. (2001). Teori Ekonomi Mikro Prinsip Dasar dan Pengembangannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Suhardiyanto totok., P. H. (1987). Konseling Kelompok di Sekolah Salatiga: FKIP UKSW. (1997 & 2008) Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (1997 & 2008). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sumartono. (2002). Terperangkap Dalam Iklan : Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi.
Bandung: Alfabeta.
Tylor, E. B. (1974). Primitive Culture: Researches Into The Development of Mythology, Philosophy, Religion, Art, and Custom. New York.