• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

2.2 Dasar Teori

2.2.4. Sistem Pengapian

Sistim pengapian pada mesin bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran bahan bakar dengan udara didalam silinder sesuai dengan waktu yang telah ditentukan pada langkah akhir kompresi. Awal pembakaran pada mesin bensin diperlukan, karena pada mesin bensin pembakaran tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang dikompresikan terjadi di dalam silinder setelah busi memercikan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian gas (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong piston ke TMB (Titik Mati Bawah) menjadi langkah usaha. Proses pemercikan busi diperlukan sustu sistem yang bekerja secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja bersama-sama dalam waktu yang sangat cepat dan singkat.

Proses keluarnya api dari busi ketika langkah akhir kompresi disebut dengan saat pengapian, saat terjadinya percikan waktunya harus ditentukan dengan tepat dengan tujuan pembakaran menjadi sempurna hingga mencapai energi yang maksimum. Setelah campuran bahan bakar terbakar oleh bunga api, maka diperlukan waktu tertentu bagi api untuk merambat didalam ruang bakar. Hal ini mengakibatkan terlambatnya saat pengapian, terlambatnya saat pengapian dapat diatasi dengan memperhitungken peiode perambatan ketika menentukan saat pengapian. Saat pengapian dapat disesuaikan dengan kecepatan putar dan beban pada mesin yaitu dengan menggunakan vacum advancer dan governoor

advancer yang terdapat pada pengapian konvensional dengan tujuan memajukan dan memundurkan saat pengapian.

Pada sistem pengapian sepeda motor dengan menggunakan CDI, proses maju dan mundurnya pengapian diatur dengan unit pengatur saat pengapian secara otomatis atau disebut ATU (Automatic Timing Unit). ATU bekerja dengan prinsip elektronik bukan mekanik seperti pada sistem pengapian konvensional. Sistem pengapian terdiri dari sistim konvensional dan sistem elektrikal pada dasarnya mempunyai fungsi yang sama namun pengapian konvensional mulai ditinggalkan dikarenakan output tegangan yagng dihasilkan kurang stabil mengakibatkan bahan bakar tidak sempurna atau campuran bahan bakar dan gas tidak habis terbakar. Berikut penjelasan mengenai sistem pengapian konvensional dan elektrikal.

2.2.4.1. Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional ada dua macam yaitu sistem pengapian magnet dan sistem pengapian baterai. Sistem pengapian konvensional menggunakan kontak breaker sebagai pengatur saat pengapian pada mesin bensin dalam dunia bengkel disebut dengan platina.

1. Sistem Pengapian Magnet

Sistem pengapian magnet merupakan sebah sistem pengapian jenis konvensional dengan menggunakan kumparan dan magnet sebagai sumber tegangan dengan arus yang dihasilkan berupa arus AC (Alternative Current). Sistem pengapian magnet mempunyai dua kumparan yaitu primer dan sekunder, salah satu ujung kumparan primer dihubungkan dengan masa sedangkan ujung kumparan yang lain dihubungkan dengan kondensor. Pada kondensor terdapat tiga percabangan kabel yang dihubungkan dengan platina, sedangkan bagian platina berikutnya dihubungkan dengan masa. Ketika platina menutup, arus listrik pada kumparan primer mengalir menuju ke masa melewati platina, dan busi tidak dapat meloncatkan bunga api. Ketika platina membuka, arus listrik tidak dapat mengalir ke masa sehingga akan mengalir menuju kumparan primer koil dan menimbulkan api pada busi.

2. Sistem Pengapian Baterai

Sistem pengapian baterai merupakan sistem pengapian dengan menggunakan batereai (accu) sebagai sumber teganganya menghasilkan barus DC (Direct Current). Pada baterai terdapat dua kutub yaitu kutub pasitif dan kutub negatif, pada kutub negatif baterai dihubungkan dengan masa, sedangkan pada kutub positif baterai dihubungkan dengan sekring (fuse) menuju kunci kontak dan diteruskan ke kutub positif pada koil. Arus listrik mengalir dari kutub positif baterai menuju kumparan primer koil kemudian dialirkan menuju kondensor dan platina. Ketika platina menutup, arus listrik mengalir menuju ke masa melewati platina, dan busi tidak dapat meloncatkan bunga api. Ketika platina membuka, arus listrik tidak dapat mengalir ke masa sehingga akan mengalir menuju kumparan primer koil dan menimbulkan api pada busi.

2.2.4.2. Sistem Pengapian Elektronik

Sistem pengapian elektronik ada dua macam yaitu sistem pengapian magnet dan sistem pengapian baterai. Sistem pengapian elektronik menggunakan CDI (Capasitor Discharge Ignition) sebagai pengatur saat pengapian pada mesin bensin.

1. Sistem Pengapian Magnet

Sistem pengapian magnet merupakan sistem pengapian yang cukup sederhana karena sumber tegangan berada pada source koil yang sering disebut dengan spool yang terhubung langsung dengan generator utama (alternator dan flywheel magneto). Keuntungan pada sistem pengapian magnet adalah sumber tegangan tidak dipengaruhi beban sistem kelistrikan mesin, sedangkan kekurangan pada sistem pengapian magnet pada kecepatan mesin rendah pada saat menghidupkan mesin (starting), tegangan yang dihasilkan koil tidak terlalu tinggi. Arus listrik yang dihasilkan oleh alternator atau flywhell magneto adalah arus AC (Alternative Current). Prinsip kerja alternator dan flywhell magneto sebenarnya sama, perbedaanya terdapat pada penempatan dan konstruksi magnetnya. Pada flywhell magneto bagian magnet ditempatkan pada bagian luar spool (kumparan), putaran magnet digunakan sebagai pembangkit listrik dan

digunakan sebagai flywhell agar putaran poros dapat mempunyai titik berat. Sedangkan pada spool (kumparan) yang terletak pada bagian dalam magnet mempunyai fungsi dan tujuan yang sama namun menpunyai ukuran rotor magnet cenderung lebih kecil dibandingkan dengan flywhell magneto.

2. Sistem Pengapian Baterai

Sistem pengapian baterai merupakan sistem pengapian dengan menggunakan baterai (accumulator) sebagai sumber teganganya menghasilkan barus DC (Direct Current). Sistem ini biasanya terdapat pada mesin bensin dengan sistem kelistrikan dimana baterai digunakan sebagai sumber tegangan sehingga mesin sangat bergantung dengan baterai. Hampir semua baterai mempunyai arus listrik tegangan rendah sebesar 12 volt untuk sistem pengapian. Penggunaan baterai pada sistem pengapian mempunyai kelebihan dimana lebih mudah dalam penyalaan mesin (starting) karena adanya ketersediaan tegangan yang disimpan oleh baterai dengan ketentuan kondisi baterai dalam kondisi normal tanpa adanya penurunan tegangan. Arus listrik DC (Direct Current) dihasilkan dari baterai (accumulator). Baterai tidak dapat menciptakan arus namun hanya dapat menyimpan arus melalui proses kimia. Pada umumnya baterai yang digunakan pada sepeda motor adalah 6 volt dan 12 volt.

2.2.5.Komponen Sistem Pengapian

Dokumen terkait