BAB I PENDAHULUAN
II.1 Sistem Pengukuran Umum
Proses atau kegiatan pengukuran merupakan pembandingan kuantitatif
antara standar yang telah ditentukan sebelumnya dengan yang diukur. Kata diukur
(measurand) digunakan untuk menunjuk parameter fisika tertentu yang sedang
diamati dan diukur, yaitu kuantitas masukan ke proses pengukuran. Seperti pada
gambar 2.1, kegiatan pengukuran memberikan hasil.
Proses perbandingan
pengukuran
Standar
Yang diukur
(masukan)
Hasil
(Pembacaan)
Gambar 2.1. Dasar proses pengukuran [3]
Standar pembanding haruslah mempunyai sifat yang sama dengan yang
diukur dan biasanya selalu diatur dan ditentukan oleh lembaga resmi atau
organisasi yang diakui, misalnya National Bureau of Standards (NBS),
Internasional Organisation for Standardization (ISO) atau American National
Standard Institute (ANSI).[3]
Besaran-besaran seperti suhu, regangan, parameter-parameter mengenai
aliran fluida, akustik dan gerakan, di samping besaran dasar, massa, panjang,
waktu dan sebagainya, adalah jenis-jenis yang termasuk dalam ruang lingkup
pengukuran. Pengukuran fisis sering mencakup pertimbangan penggunaan
alat-alat listrik karena sering lebih mempermudah untuk mengubah besaran mekanis
yang diukur menjadi besaran listrik yang sesuai.
Terdapat dua macam dasar metode pengukuran:
1. Pembandingan langsung dengan standar primer atau sekunder. Dengan
pembandingan langsung kita membandingkan secara langsung suatu
besaran dengan besaran standar yang berlaku, misalnya pengukuran
panjang suatu batang dengan penggaris atau meteran.
2. Pembandingan tak langsung dengan menggunakan sistem yang telah
dikalibrasi. Pembandingan tak langsung menggunakan beberapa
bentuk alat tranduser yang dikopel dengan alat-alat penghubung, yang
akan kita sebut, secara keseluruhan, sebagai sistem pengukuran.
Rangkaian alat-alat ini mengubah bentuk dasar masukan menjadi
bentuk analogi yang kemudian diproses dan disajikan di bagian
keluran sebagai fungsi masukan yang diketahui. Konversi seperti itu
sering dilakukan agar informasi yang diinginkan dapat dimengerti.
Bantuan suatu sistem diperlukan untuk mengindera, mengubah dan
akhirnya menampilkan keluaran analogi dalam bentuk perpindahan
skala, grafik atau bentuk digital.
Kebanyakan sistem pengukuran mempunyai kerangka kerja yang
pengaturan umumnya terdiri atas 3 tingkat:
Tingkat I Tingkat detektor-pengubah atau tingkat pengindera. Mengindera
masukan yang dikehendaki dan meninggalkan yang lain serta
memberikan keluaran analogi.
Tingkat II Tingkat menengah, yang akan kita sebut tingkat penyiapan sinyal.
Mengalih ragam sinyal yang diubah ke bentuk yang bias dipakai
oleh tingkat terakhir Biasanya dengan menaikkan amplitudo atau
daya, tergantung pada persyaratannya. Juga bisa secara selektif
menyaring komponen yang tidak dikehendaki dan mengubah sinyal
ke bentuk pulsa.
Tingkat III Tingkat terakhir atau tingkat pembacaan. Memberikan suatu
penunjukan atau pencatatan dalam bentuk yang dapat dievaluasi
oleh indera manusia secara langsung atau oleh komputer atau
pengendali.
Masing-masing tingkat tersebut terdiri dari komponen atau kelompok
komponen tersendiri yang bekerja sesuai dengan langkah-langkah yang sudah
ditentukan dan diminta untuk pengukuran. Ini elemen dasar yang ruang
lingkupnya ditentukan oleh fungsinya, bukan oleh konstruksinya. Sistem
pengukuran umum dapat dilihat pada gambar 2.2.
Sistem instrumentasi dapat dikelompokan dalam dua kelas utama, yaitu
sistem analog dan sistem digital. Sistem analog menyangkut informasi
pengukuran dalam bentuk analog, dan dapat didefinisikan sebagai suatu fungsi
kontinu seperti halnya kurva tegangan terhadap waktu, atau pergeseran karena
tekanan. Sistem digital menangani informasi dalam bentuk digital. Besaran digital
dapat terdiri dari sejumlah pulsa diskrit dan tidak kontinu yang hubungannya
terhadap waktu berisi informasi mengenai kebesaran atau sifat dasar dari besaran
tersebut.
Gambar 2.2. Diagram blok dari sistem pengukuran secara umum. [3]
Sistem akuisisi data analog secara khas terdiri dari sebagian atau semua
elemen berikut:
1. Transduser, untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal
listrik.
2. Pengkondisi sinyal, untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut.
3. Alat peraga visual, untuk memonitor sinyal masukan secara
kontinu. Alat ini bisa mencakup CRO satu saluran atau banyak
saluran, CRO penyimpan, alat-alat pencatat pada panel, peragaan
numerik dan sebagainya.
Pengindera
tranduser
Penyiapan
sinyal
Perekam
Indikator
Pemroses
Pengendali
Besaran
Fisis
Kalibrasi
masukan
4. Instrumen pencatat grafik, untuk mendapatkan pencatatan data
masukan secara permanen. Instrumen ini mencakup unit-unit
pencatat tipe jarum dan tinta guna memberikan pencatatan kontinu
pada kart kertas, sistem pencatatan secara optik seperti misalnya
unit pencatat galvanometer cermin, dan unit pencatat ultraviolet.
5. Instrumentasi pita magnetik untuk mendapatkan data masukan,
mempertahankan bentuk listrik semula, dan mereproduksinya di
kemudian hari untuk menganalisis yang lebih terperinci.
Sistem akuisisi data digital bisa mencakup sebagian atau semua elemen
yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Operasi dasar fungsional di dalam sebuah
sistem digital mencakup penanganan sinyal-sinyal analog, melakukan
pengukuran, pengubahan dan penanganan data digital, dan pemrograman internal
dan kontrol. Fungsi masing-masing elemen sistem ini pada gambar 2.3 dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tranduser. Mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik yang
dapat diterima oleh sistem akuisisi. Beberapa parameter khas
mencakup temperatur, tekanan, percepetan, pergeseran bobot, dan
kecepatan. Besaran-besaran listrik seperti tahanan, tegangan,
frekuensi, dapat juga diukur langsung.
2. Pengkondisi sinyal. Umumnya mencakup rangkaian penunjang
bagi tranduser. Rangkaian ini dapat memberikan daya eksitasi,
rangkaian imbang, dan elemen kalibrasi.
3. Multiplekser. Menerima banyak masukan analog dan secara
berurutan menghubungkannya ke satu alat pencatat.
4. Pengubah sinyal. Mengubah sinyal analog menjadi satu bentuk
yang dapat diterima oleh pengubah analog ke digital. Contoh
pengubah sinyal adalah penguat untuk memperkuat tegangan level
rendah yang yang dibangkitkan oleh tranduser.
Tranduser
Pengkondisi
sinyal
Pengubah
sinyal
Unit pencatat
digital
ADC
multiplekser
Perlengkapan
tambahan dan
pemrograman
sistem
Gambar 2.3. Elemen-elemen sistem akuisisi data digital [3]
5. ADC (analog to digital converter). Mengubah sinyal analog
menjadi sinyal digital. Keluaran pengubah analog ke digital dapat
diperagakan secara visual dan juga tersedia sebagai
keluaran-keluaran tegangan dalam tangga diskrit untuk pengolahan
selanjutnya atau untuk pencatatan pada sebuah unit pencatat
digital.
6. Perlengkapan pembantu. Bagian ini berisi instrumen-instrumen
untuk pekerjaan-pekerjaan pemrograman sistem dan pengolahan
data digital. Fungsi khas perlengkapan ini mencakup linearisasi dan
pembandingan batas. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh instrumen
individual atau oleh komputer digital.
7. Unit pencatat digital. Mencatat informasi digital. Unit pencatat
digital dapat didahului oleh sebuah unit penggandeng yang
mengubah informasi digital menjadi bentuk yang sesuai untuk
dimasukkan ke unit pencatat digital yang dipilih secara khusus.
Adapun blok diagram untuk altimeter dan barometer digital adalah sebagai
berikut:
Sensor Tekanan udaraTekanan
Udara
Mikro kontroler LCD (Liquid Crystal Display) ADCGambar 2.4. Blok diagram Altimeter dan Barometer digital
Seperti pada gambar 2.4, sensor tekanan udara mengubah parameter fisis
tekanan udara menjadi sinyal listrik yang dapat diterima oleh sistem pengukuran
yang akan dibuat. Dalam sensor terdapat rangkaian pengkondisi sinyal. Sinyal ini
harus dikondisikan terlebih dahulu sebelum masuk ke blok berikutnya. Setelah
terjadi proses pengkondisian sinyal maka dapat dilanjutkan ke proses berikutnya
yaitu pengubahan sinyal. Mengubah sinyal analog menjadi satu bentuk yang dapat
diterima oleh pengubah analog ke digital. Pengubah sinyal di sini adalah suatu
proses penguatan untuk memperkuat tegangan level rendah yang dibangkitkan
oleh sensor tekanan udara.
Setelah proses pengubahan sinyal maka dapat dilanjutkan ke proses
berikutnya yaitu mengubah sinyal bentuk analog ke bentuk digital. Untuk
menjalankan proses pengubahan ini digunakan sebuah ADC yang keluarannya
akan memiliki level digital tertentu.
Proses berikutnya yang harus dilakukan adalah proses pengolahan data.
Proses pengolahan data akan dilakukan oleh sebuah mikrokontroler. Pengolahan
data sepereti konversi tekanan udara ke level ketinggian dikerjakan di sini.
Selektor untuk pemilihan alat ukur (barometer atau altimeter) juga diatur oleh
mikrokontroler.
Setelah proses pengolahan data maka data yang diolah tadi akan
ditampilkan pada sebuah LCD. LCD akan menampilkan data sesuai dengan yang
diinginkan. LCD ini dikendalikan pula oleh mikrokontroler.
Dalam dokumen
Altimeter dan Barometer Digital Berbasis Mikrokontroler AT89S53
(Halaman 28-35)