i
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Elektro
Disusun oleh :
Falensius Nango
NIM : 025114003
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements
to Obtain the SARJANA TEKNIK Degree
in Electrical Engineering
by:
Falensius Nango
Student number : 025114003
ELECTRICAL ENGINEERING DEPARTMENT
ENGINEERING FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
v
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis
vi
Cogito ergo
sum
(“
Saya berpikir maka saya ada
”)
Persembahan:
Dengan segala puji dan syukur ke hadirat Allah
Bapa, Allah Putra, dan Allah Roh Kudus, penulis
persembahkan karya ini kepada:
•
Ayah dan ibuku tercinta, semoga kalian tenang di
sisi-Nya.
•
Mba Hetty dan keluarga serta adikku Agustina
Riyanti, terima kasih telah menjadi sumber semangat
hidupku.
•
Keluarga Bapak Widayatno yang telah banyak membantu
dalam hal studi, juga atas kasih sayang dari bapak
dan ibu, terima kasih.
•
Silvia Ariska Prilianti atas kasih sayang dan
dukungan dalam mengerjakan tugas akhir ini
vii
yang mempengaruhi. Untuk mengurangi faktor kesalahan maka altimeter dan
barometer dibuat secara digital.
Altimeter dan barometer digital berbasis mikrokontroler AT89S53
merupakan sebuah alat yang dirancang untuk mengukur tekanan udara dan
ketinggian tempat baik secara relatif ataupun absolut. Alat ukur ini dapat
direalisasikan menggunakan sensor tekanan udara tipe MPX4100, rangkaian
pembagi tegangan, ADC 16 bit tipe AD7715 dengan kontrol serial,
mikrokontroler AT89S53, dan LCD.
Tempat pengambilan data tekanan udara dan ketinggian tempat dipilih
secara acak. Dari hasil pengujian dan analisa, alat ini dapat menghasilkan
pengukuran tekanan udara dengan rata-rata tingkat kesalahan pengukuran
±0,015%, nilai rata tingkat ketelitian pengukuran sebesar 99,985%, dan
rata-rata deviasi ±0,1 hPa pada jangkauan 617,4 hPa – 689,8 hPa, dan pengukuran
ketinggian tempat dengan rata-rata tingkat kesalahan pengukuran ±0,367%, nilai
rata-rata tingkat ketelitian pengukuran sebesar 99,6%, dan rata-rata deviasi ±1,4 m
pada jangkauan 125 m – 1185 m.
viii
measurement. To reduce the error factors, the barometer and altimeter are made
digitally.
Digital altimeter and barometer based on microcontroller AT89S53 is a
measuring device that are designed to measure atmospheric pressure and relative
or absolute altitude. This measuring instrument can be realized by using the
atmospheric pressure sensor type MPX4100, voltage divider circuit, ADC 16 bits
type AD7715 with serial control, microcontroller AT89S53, and LCD.
The place for retrieving atmospheric pressure and altitude data are
selected randomly. From the result of testing and analyzing, this device can
produce measurement of atmospheric pressure with average level of measurement
error ± 0,015%, average values level of measurement accuracy are equal to
99,985%, and the average of deviation ± 0,1 hPa at interval 617,4 hPa - 689,8
hPa, and the altitude measurement with average level of measurement error ±
0,367%, average values level of measurement accuracy are equal to 99,6%, and
the average of deviation ±1,4 m at interval 125 m - 1185 m.
ix
berjudul “Altimeter dan barometer digital berbasis mikrokontroler AT89S53.”
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik Elektro di Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata
Dharma sekaligus sebagai upaya untuk memperdalam dan memperkaya wawasan
berpikir serta menambah wacana di bidang elektronika khususnya dan sains
teknologi pada umumnya.
Pembuatan tugas akhir ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., BST., M.A., M.Sc selaku Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma atas segala
dukungan berupa kritik dan saran demi pengerjaan skripsi ini.
2.
A. Bayu Primawan, S.T., M.Eng selaku Kepala Jurusan Teknik Elektro
dan pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, waktu,
dan perhatiannya selama penyusunan tugas akhir ini.
3.
B. Djoko Untoro Suwarno, S.Si., M.T selaku dosen pembimbing II dan
Ketua penguji yang juga telah memberikan bimbingan, masukan, waktu,
dan perhatiannya selama penyusunan tugas akhir ini.
4.
Wiwien Widyastuti, S.T., M.T selaku penguji yang telah memberikan
x
7.
Segenap karyawan sekretariat Fakultas Teknik.
8.
Kepala stasiun meteorologi Lanud Adisucipto Yogyakarta
9.
Kepala stasiun BMG Daerah istimewa Yogyakarta
10.
Keluarga Bapak Widayatno atas semua kasih sayang dan dukungan yang
telah diberikan.
11.
Ayah dan ibu tercinta: Alm Bapak Antonius May Lau dan Alm Ibu
Paulina Suparti Nugroho.
12.
Mbak Hetty dan keluarga, Agustina Riyanti atas kasih sayang, doa,
perhatian, dan dukungan yang tiada henti.
13.
Seseorang yang sangat berarti untukku dalam suka dan duka, Silvia Ariska
Prilianti. Terima kasih atas kebersamaan, dukungan, cinta, perhatian, dan
kesabaran yang tiada henti.
14.
Sahabat, saudara, dan teman-temanku di Aladin XXX view terima kasih
atas dukungan, perhatian, perjuangan, dan kebersamaannya selama ini
‘keep on vespa bro”.
15.
Sahabat-sahabatku di TEKSAPALA atas semangatnya “
keep forward
whatever it takes
”. Semoga kita dapat lebih berkembang bersama “
Deum
per Naturae Amamus
”
16.
Teman-teman TE angkatan 2002 terimakasih atas dukungan dan
xi
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
Penulis dengan penuh kesadaran memahami dalam penelitian ini masih
banyak terdapat kekurangannya. Oleh karenanya sumbang saran yang bersifat
membangun dari pembaca sangat diharapkan.Akhirnya penulis berharap semoga
tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia elektronika
umumnya.
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis
xii
Lembar Pengesahan oleh Pembimbing ... iii
Lembar Pengesahan oleh Penguji ... iv
Lembar Pernyataan keaslian karya ... v
Halaman persembahan dan motto hidup... vi
Intisari ... vii
Abstract ... viii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xii
Daftar Gambar... xvi
Daftar Tabel ... xviii
Daftar Lampiran... xix
Daftar Pustaka ... xx
BAB I
PENDAHULUAN
... 1
I.1 Judul... 1
I.2 Latar Belakang Masalah ... 1
I.3 Tujuan ... 5
I.4 Perumusan Masalah ... 5
I.5 Batasan Masalah ... 5
xiii
II.1 Sistem Pengukuran Umum... 9
II.2 Tekanan Udara dan Ketinggian... 16
II.3 Sensor Tekanan Udara... 18
II.4 ADC
(Analog to Digital Converter)
... 21
II.4.1 Parameter ADC ... 22
II.4.2 Register-register dalam AD7715 ... 24
II.4.2.1 Register Komunikasi(RS1, RS0 = 0, 0) ... 25
II.4.2.2 Setup Register (RS1, RS0 = 0, 1) ... 28
II.4.2.3 Test Register (RS1, RS0 = 1, 0) ... 31
II.4.2.4 Data Register (RS1, RS0 = 1, 1) ... 31
II.5 Mikrokontroler ... 32
II.5.1 Pendahuluan... 32
II.5.2 Port Pararel Mikrokontroler... 32
II.5.3
On-Chip Oscilator
... 36
II.5.4 Siklus-Siklus Mesin
(Machine Cycles)
... 36
II.6 LCD
(Liquid Crystal Display)
... 37
II.7 Sistem Komunikasi Serial Sinkron ... 38
II.8 Catu Daya ... 40
II.9 Analisa statistik ... 43
xiv
BAB III PERANCANGAN
... 46
III.1 Diagram Blok... 46
III.2 Sensor Tekanan Udara (MPX4100)... 46
III.3
Analog to Digital Converter
(AD7715) ... 49
III.4
Mikrokontroller AT89S53 ... 52
III.5 Antarmuka ADC dan Mikrokontroler ... 54
III.6 Antarmuka Mikrokontroler dengan LCD... 57
III.6.1 Register perintah... 57
III.6.2 Register data ... 58
III.7 Pemberian Tegangan ... 59
III.8 Diagram Alir dan Algoritma Keseluruhan Sistem Kerja ... 63
III.8.1 Program Utama... 66
III.9 Diagram Alir dan Algoritma Pengambilan dan Pengisian Data ADC... 67
III.9.1 Program Pengambilan dan Pengisian Data ADC ... 69
III.10 Diagram Alir
Subroutine
Konversi Data ... 70
xv
IV.3 Pembahasan ... 75
IV.3.1 Proses pengkalibrasian alat ukur ... 75
IV.3.2 Analisa data pengukuran ... 76
IV.3.3 Pengoperasian alat ukur ... 82
IV.3.4 Analisa sistem kerja... 85
IV.3.4.1 Sensor MPX4100 ... 85
IV.3.4.2
Analog to digital converter
AD7715 ... 87
IV.3.4.3 Mikrokontroler AT89S53 ... 90
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
... 92
V.1 Kesimpulan ... 92
xvi
Gambar 2.3 Elemen-elemen sistem akuisisi data digital ... 14
Gambar 2.4 Blok diagram altimeter dan barometer digital ... 15
Gambar 2.5.a Sensor tekanan udara dengan unsur
piezoelektrik
... 19
Gambar 2.5.b Efek
piezoelektrik
secara umum... 20
Gambar 2.6 Rongga terisolasi dari lingkungan... 21
Gambar 2.7 Register Komunikasi... 25
Gambar 2.8 Register
Setup
... 28
Gambar 2.9 kaki-kaki IC mikrokontroler ... 33
Gambar 2.10 Hubungan ke kristal ... 36
Gambar 2.11 Siklus mesin ... 37
Gambar 2.12 Dimensi layar LCD ... 38
Gambar 2.13
Frame character-oriented
... 40
Gambar 2.14
Frame bit-oriented
... 40
Gambar 2.15 Rangkaian pembagi tegangan ... 42
Gambar 3.1 Diagram blok perancangan ... 46
Gambar 3.2 Elemen sensor MPX4100... 37
Gambar 3.3 Perbandingan
Vout
dengan tekanan udara ... 37
Gambar 3.4 Rangkaian sensor tekanan udara MPX4100 ... 48
Gambar 3.5 Rangkaian ADC dan sensor MPX4100... 49
xvii
Gambar 3.10 Rangkaian catu daya ... 60
Gambar 3.11. Rangkaian pembagi tegangan ... 62
Gambar 3.12. Penyearah LPF tipe
π
...62
Gambar 3.13 Rangkaian Altimeter dan barometer digital ... 63
Gambar 3.14 Diagram alir sistem kerja altimeter dan barometer ... 65
Gambar 3.15 Diagram alir pengambilan dan pengisian untuk ADC ... 68
Gambar 3.16 Diagram alir proses konversi data menjadi karakter ASCII .... 71
Gambar 4.1 Grafik perbandingan barometer digital terhadap data BMG...79
Gambar 4.2 Grafik perbandingan altimeter digital terhadap data BMG...80
Gambar 4.3 Menu dan sub menu pada alat ukur...83
Gambar 4.4 Perbandingan Vout sensor terhadap tekanan udara...86
Gambar 4.5 Gelombang keluaran pin 1 (SCLK)...87
Gambar 4.6 Gelombang keluaran pin 14 (DIN)...88
Gambar 4.7 Gelombang keluaran pin 13 (DOUT)...88
Gambar 4.8 Bentuk Gelombang SDA...90
xviii
Tabel 2.3. Mode operasi...29
Tabel 2.4. Laju data keluaran...30
Tabel 2.5. Fungsi-fungsi khusus kaki
port
3...34
Tabel 3.1 Penggunaan
Port
–
port
pada mikrokontroler...52
Tabel 4.1 Data kalibrasi...73
Tabel 4.2 Data pengujian alat ukur...74
Tabel 4.3 Pengukuran pada lokasi dengan ketinggian 100 m...74
Tabel 4.4 Perbandingan data dengan masukan nilai kalibrasi yang tepat...76
Tabel 4.5. Tingkat kesalahan dan deviasi barometer digital...77
Tabel 4.6. Tingkat kesalahan dan deviasi altimeter digital...78
Tabel 4.7. Tingkat ketelitian altimeter digital...78
Tabel 4.8. Tingkat ketelitian barometer digital...79
xix
L.3.
Integrated Silicon Pressure Sensor for Manifold Absolute Pressure
Applications On-Chip Signal Conditioned, Temperatured Compesated and
Calibrated MPX4100
Datasheet.
L.4.
Dot Matrix Liquid Crystal Display Controller/Driver HD44780U datasheet
I.1
Judul
Altimeter dan Barometer Digital berbasis AT89S53
I.2
Latar Belakang Masalah
.
Umumnya, di dalam pengukuran dibutuhkan suatu instrumen sebagai
suatu cara fisis untuk menentukan suatu besaran (kuantitas) atau variabel.
Instrumen tersebut membantu peningkatan ketrampilan manusia dan dalam
banyak hal memungkinkan seseorang untuk menentukan nilai dari suatu besaran
yang tidak diketahui. Dengan demikian, sebuah instrumen dapat didefinisikan
sebagai sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran dari
suatu kuantitas atau variabel.
Altimeter adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu
ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Dengan adanya altimeter ini maka
suatu ketinggian tempat dapat diketahui dengan mudah. Biasanya hasil
pengukuran altimeter dalam satuan meter (menurut standar internasional). Sebuah
altimeter adalah sebuah instrumen aktif digunakan untuk mengukur ketinggian
suatu obyek diatas sebuah level ketinggian yang tetap. Altimeter yang tradisional
ditemukan di banyak pesawat pengangkut (yang biasa disebut altimeter Kollsman
berada di sebelah kanan kokpit pilot) dengan mengevaluasi hasil pengukuran
tekanan udara dari sebuah tempat yang tetap. Tekanan udara menurun dengan
meningkatnya ketinggian, sekitar 1 milibar (0.03 inci dari raksa) per 27 kaki (8.23
m) dari permukaan laut. Altimeter dikalibrasikan untuk menunjukkan tekanan
secara langsung seperti ketinggian, yang disesuaikan dengan model matematika
oleh ISA (
International Standar Atmosphere
).[13]
Barometer adalah suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur tekanan
udara di suatu tempat tertentu. Dalam aplikasinya suatu barometer digunakan
untuk memprediksi cuaca beberapa jam mendatang. Biasanya hasil pengukuran
altimeter dalam satuan pascal atau milibar (menurut standar internasional). Salah
satu model barometer kuno adalah
aneroid barometer
, berukuran kecil,
menggunakan kotak logam yang fleksibel dinamakan
aneroid cell
. Kotak ini akan
tersegel secara rapat setelah beberapa satuan udara dipindahkan, jadi perubahan
yang sangat kecil pada tekanan udara sekitar akan menyebabkan cell ini berubah
atau berkontraksi. Perubahan dan kontraksi ini akan membuat gerakan mekanik
yang serial dan komponen-komponen lainnya pada aneroid barometer yang
ditampilkan pada aneroid barometer. [14]
Dengan melihat secara mendalam pada
aneroid
barometer
yang biasa
tidak dapat berkata banyak tentang cuaca yang diperkirakan. Yang dapat diketahui
dari barometer
aneroid
adalah tentang kecepatan, magnitude dan variasi dari arah
angin di tekanan atmosfer. Informasi-informasi ini memberikan suatu perkiraan
yang cukup akurat tentang keadaan cuaca beberapa jam mendatang. Sayangnya
aneroid barometer
tidak terlalu akurat dalam memberikan suatu perkiraan
cuaca. Akan tetapi barometer raksa tidak mudah untuk dibawa dan sangat sulit
dalam penggunaannya.
Dengan melihat sejarah dan perkembangan dari barometer dan
altimeter dapat disimpulkan bahwa penggunaan dari alat ini sangat terbatas pada
beberapa instansi saja dalam hal ini instansi-instansi penerbangan dan kantor
berita cuaca. Pendataan ketinggian tempat dan tekanan udara biasanya hanya
dapat kita ketahui melalui suatu kantor berita cuaca ataupun instansi-instansi yang
memerlukan data ketinggian tempat dan tekanan udara. Para penggiat alam
biasanya memerlukan data ketinggian tempat dan tekanan udara karena kedua hal
ini nanti erat kaitannya dengan cuaca.
Barometer dan altimeter yang dibuat secara analog ternyata memiliki
kelemahan karena kurang teliti dalam pembacaannya. Garis-garis penunjuk
ketinggian dan tekanan udara yang ditampilkan pada papan penampil memiliki
skala antar garis sebesar 10 m. Jadi kita hanya bisa mengkira-kira level ketinggian
dan tekanan udara jika jarum berada di antara selang garis tersebut. Kelemahan
yang lain adalah kita harus mengkalibrasikan alat ini di tempat yang level
ketinggian atau tekanan udaranya pasti karena jika tidak maka alat tidak dapat
digunakan secara optimal.
mempengaruhi, kesalahan acak (kesalahan
diakibatkan oleh penyebab yang tidak
diketahui), dan lain-lain.
Dengan adanya kelemahan-kelemahan di atas maka penting untuk dicoba
meminimalisasi faktor kesalahan dari hal-hal diatas. Dengan menggunakan
teknologi digital maka
error
faktor, baik dari si pemakai maupun lingkungan
dapat semakin ditekan. Alat yang akan dibuat ini nantinya akan lebih sensitif dan
dirancang agar faktor kesalahan dapat semakin kecil. Dengan menggunakan LCD
(
Liquid Cristal
Display
) sebagi tampilan, maka pembacaan dari besaran
ketinggian maupun tekanan udara dapat semakin meyakinkan. Untuk kalibrasi
secara digital juga tidak terlalu sulit karena pada komponen yang dipilih sudah
ada pilihan rangkaian yang menunjang alat yang akan dibuat untuk melakukan
kalibrasi sendiri.
Dalam kenyataannya barometer dan altimeter dibuat dalam satu paket alat.
Dalam pembuatannya biasanya altimeter dan barometer (baik dengan penunjuk
menggunakan jarum kumparan maupun dengan penampil elektronik)
menggunakan satu sensor yang dapat digunakan untuk mengukur dua variabel
yaitu tekanan udara dan ketinggian tempat.
Dengan adanya altimeter dan barometer digital ini maka para penggiat
alam bisa langsung mendapatkan informasi yang akurat di lokasi tanpa harus
mendatangi kantor berita cuaca atau instansi-instansi yang berkompeten. Hasil
dari pengukuran ini akan ditampilkan pada sebuah LCD matrik 16x2 baris.
I.3
Tujuan
Tujuan pembuatan alat ini untuk mengukur ketinggian tempat dan tekanan
udara dan ditampilkan pada LCD (
Liquid Crystal Display
)
I.4
Perumusan Masalah
Dengan melihat tujuan dan latar belakang yang ada, maka permasalahan
yang dapat dirumuskan pada pembuatan alat ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah altimeter dan barometer yang dibuat secara digital ini akan
memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi daripada altimeter dan
barometer yang dibuat secara analog?
2.
Apakah pemilihan komponen yang tepat dalam proses perancangan
akan mempengaruhi sensitivitas pengukuran dalam praktek?
3.
Bagaimana cara mengkonversikan besaran ketinggian dari besaran
tekanan udara?
I.5
Batasan Masalah
1.
Hasil pengukuran ditampilkan pada LCD matrik 2x16 .
2.
Nilai ketinggian -2000 m sampai dengan +10.000 m
3.
Hasil pengukuran adalah
Real time.
4.
Satuan tekanan udara dalam hPa dan ketinggian dalam meter.
5.
Perbandingan data hasil pengukuran menggunakan data BMG.
6.
Sensitivitas pengukuran adalah 54 mV/kPa (jaminan dari sensor
MPX4100 buatan Motorola).
I.6
Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan alat ini adalah :
1.
Sebagai alat bantu para penggiat alam dalam memperoleh data
ketinggian tempat dan tekanan udara agar dapat memprediksikan
keadaan cuaca di masa depan dengan lebih akurat..
2.
Dapat digunakan untuk mengukur ketinggian relatif dengan
referensi ketinggian tempat yang dipilih secara acak.
3.
Dapat digunakan untuk mengukur tekanan udara di berbagai
daerah secara akurat.
4.
Sebagai alat bantu dalam instalasi antena atau menara transmisi.
5.
Sebagai alat bantu dalam orientasi medan dan navigasi darat.
6.
Sebagai alat bantu dalam penelusuran gua (
Caving
) karena dapat
I.7
Metode Penelitian dan Pengambilan Data
Dalam perancangan alat ini, penelitian dilakukan dengan cara melakukan
serangkaian percobaan baik di laboratorium maupun ditempat lain. Pengambilan
data sebagai referensi digunakan barometer analog, altimeter analog
,
serta
multimeter.
Dalam perancangan suatu alat ukur ada beberapa proses yang harus
dilewati. Adapun proses ini adalah tahapan-tahapan yang harus dilewati. Agar
dalam perancangan dapat maksimal dan ide yang dituangkan sebelumnya dapat
terwujud maka tahapan-tahapan itu adalah:
1.
Telaah teori.
Dalam proses telaah teori yang dilakukan adalah
mengumpulkan data dan informasi baik itu dari internet maupun
perpustakaan yang berhubungan dengan alat yang akan dibuat.
Yang nantinya diharapkan dapat membantu dalam proses-proses
selanjutnya.
2.
Perancangan
software
dan
hardware
3.
Implementasi
software
dan
hardware
Setelah perancangan
software
dan
hardware
selesai maka dapat
dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu implementasi dari
software
dan
hardware
yang telah dipilih.
4.
Pengujian alat.
Pengujian alat dapat dilakukan di laboratorium maupun di
tempat lain. Karena alat ukur ini adalah real time value maka
pengambilan data di lapangan juga dilakukan. Untuk
membandingkan keakuratan alat ukur yang dirancang maka
digunakan alat ukur ketinggian dan tekanan udara yang analog agar
data yang dihasilkan dapat meyakinkan.
II.1
Sistem pengukuran umum
Proses atau kegiatan pengukuran merupakan pembandingan kuantitatif
antara standar yang telah ditentukan sebelumnya dengan yang diukur. Kata diukur
(
measurand
) digunakan untuk menunjuk parameter fisika tertentu yang sedang
diamati dan diukur, yaitu kuantitas masukan ke proses pengukuran. Seperti pada
gambar 2.1, kegiatan pengukuran memberikan hasil.
Proses perbandingan
pengukuran
Standar
Yang diukur
(masukan)
Hasil
(Pembacaan)
Gambar 2.1. Dasar proses pengukuran [3]
Standar pembanding haruslah mempunyai sifat yang sama dengan yang
diukur dan biasanya selalu diatur dan ditentukan oleh lembaga resmi atau
organisasi yang diakui, misalnya
National Bureau of Standards
(NBS),
Internasional Organisation for Standardization
(ISO) atau
American National
Standard Institute
(ANSI).[3]
Besaran-besaran seperti suhu, regangan, parameter-parameter mengenai
aliran fluida, akustik dan gerakan, di samping besaran dasar, massa, panjang,
waktu dan sebagainya, adalah jenis-jenis yang termasuk dalam ruang lingkup
pengukuran. Pengukuran fisis sering mencakup pertimbangan penggunaan
alat-alat listrik karena sering lebih mempermudah untuk mengubah besaran mekanis
yang diukur menjadi besaran listrik yang sesuai.
Terdapat dua macam dasar metode pengukuran:
1.
Pembandingan langsung dengan standar primer atau sekunder. Dengan
pembandingan langsung kita membandingkan secara langsung suatu
besaran dengan besaran standar yang berlaku, misalnya pengukuran
panjang suatu batang dengan penggaris atau meteran.
2.
Pembandingan tak langsung dengan menggunakan sistem yang telah
dikalibrasi. Pembandingan tak langsung menggunakan beberapa
bentuk alat tranduser yang dikopel dengan alat-alat penghubung, yang
akan kita sebut, secara keseluruhan, sebagai sistem pengukuran.
Rangkaian alat-alat ini mengubah bentuk dasar masukan menjadi
bentuk analogi yang kemudian diproses dan disajikan di bagian
keluran sebagai fungsi masukan yang diketahui. Konversi seperti itu
sering dilakukan agar informasi yang diinginkan dapat dimengerti.
Bantuan suatu sistem diperlukan untuk mengindera, mengubah dan
akhirnya menampilkan keluaran analogi dalam bentuk perpindahan
skala, grafik atau bentuk digital.
Tingkat I
Tingkat detektor-pengubah atau tingkat pengindera. Mengindera
masukan yang dikehendaki dan meninggalkan yang lain serta
memberikan keluaran analogi.
Tingkat II
Tingkat menengah, yang akan kita sebut tingkat penyiapan sinyal.
Mengalih ragam sinyal yang diubah ke bentuk yang bias dipakai
oleh tingkat terakhir Biasanya dengan menaikkan amplitudo atau
daya, tergantung pada persyaratannya. Juga bisa secara selektif
menyaring komponen yang tidak dikehendaki dan mengubah sinyal
ke bentuk pulsa.
Tingkat III Tingkat terakhir atau tingkat pembacaan. Memberikan suatu
penunjukan atau pencatatan dalam bentuk yang dapat dievaluasi
oleh indera manusia secara langsung atau oleh komputer atau
pengendali.
Masing-masing tingkat tersebut terdiri dari komponen atau kelompok
komponen tersendiri yang bekerja sesuai dengan langkah-langkah yang sudah
ditentukan dan diminta untuk pengukuran. Ini elemen dasar yang ruang
lingkupnya ditentukan oleh fungsinya, bukan oleh konstruksinya. Sistem
pengukuran umum dapat dilihat pada gambar 2.2.
dapat terdiri dari sejumlah pulsa diskrit dan tidak kontinu yang hubungannya
terhadap waktu berisi informasi mengenai kebesaran atau sifat dasar dari besaran
tersebut.
Gambar 2.2. Diagram blok dari sistem pengukuran secara umum. [3]
Sistem akuisisi data analog secara khas terdiri dari sebagian atau semua
elemen berikut:
1.
Transduser, untuk pengubahan parameter fisis menjadi sinyal
listrik.
2.
Pengkondisi sinyal, untuk memperkuat, memodifikasi, atau
memilih bagian tertentu dari sinyal tersebut.
3.
Alat peraga visual, untuk memonitor sinyal masukan secara
kontinu. Alat ini bisa mencakup CRO satu saluran atau banyak
saluran, CRO penyimpan, alat-alat pencatat pada panel, peragaan
numerik dan sebagainya.
Pengindera
tranduser
Penyiapan
sinyal
Perekam
Indikator
Pemroses
Pengendali
Besaran
Fisis
4.
Instrumen pencatat grafik, untuk mendapatkan pencatatan data
masukan secara permanen. Instrumen ini mencakup unit-unit
pencatat tipe jarum dan tinta guna memberikan pencatatan kontinu
pada kart kertas, sistem pencatatan secara optik seperti misalnya
unit pencatat galvanometer cermin, dan unit pencatat ultraviolet.
5.
Instrumentasi pita magnetik untuk mendapatkan data masukan,
mempertahankan bentuk listrik semula, dan mereproduksinya di
kemudian hari untuk menganalisis yang lebih terperinci.
Sistem akuisisi data digital bisa mencakup sebagian atau semua elemen
yang ditunjukkan pada gambar 2.3. Operasi dasar fungsional di dalam sebuah
sistem digital mencakup penanganan sinyal-sinyal analog, melakukan
pengukuran, pengubahan dan penanganan data digital, dan pemrograman internal
dan kontrol. Fungsi masing-masing elemen sistem ini pada gambar 2.3 dijelaskan
sebagai berikut:
1.
Tranduser. Mengubah parameter fisis menjadi sinyal listrik yang
dapat diterima oleh sistem akuisisi. Beberapa parameter khas
mencakup temperatur, tekanan, percepetan, pergeseran bobot, dan
kecepatan. Besaran-besaran listrik seperti tahanan, tegangan,
frekuensi, dapat juga diukur langsung.
3.
Multiplekser. Menerima banyak masukan analog dan secara
berurutan menghubungkannya ke satu alat pencatat.
4.
Pengubah sinyal. Mengubah sinyal analog menjadi satu bentuk
yang dapat diterima oleh pengubah analog ke digital. Contoh
pengubah sinyal adalah penguat untuk memperkuat tegangan
level
rendah yang yang dibangkitkan oleh tranduser.
Tranduser
Pengkondisi
sinyal
Pengubah
sinyal
Unit pencatat
digital
ADC
multiplekser
Perlengkapan
tambahan dan
pemrograman
sistem
Gambar 2.3. Elemen-elemen sistem akuisisi data digital [3]
keluaran-keluaran tegangan dalam tangga diskrit untuk pengolahan
selanjutnya atau untuk pencatatan pada sebuah unit pencatat
digital.
6.
Perlengkapan pembantu. Bagian ini berisi instrumen-instrumen
untuk pekerjaan-pekerjaan pemrograman sistem dan pengolahan
data digital. Fungsi khas perlengkapan ini mencakup linearisasi dan
pembandingan batas. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh instrumen
individual atau oleh komputer digital.
7.
Unit pencatat digital. Mencatat informasi digital. Unit pencatat
digital dapat didahului oleh sebuah unit penggandeng yang
mengubah informasi digital menjadi bentuk yang sesuai untuk
dimasukkan ke unit pencatat digital yang dipilih secara khusus.
Adapun blok diagram untuk altimeter dan barometer digital adalah sebagai
berikut:
Sensor Tekanan
udara
Tekanan
Udara
Mikro kontroler
LCD
(Liquid Crystal Display)
ADC
Gambar 2.4. Blok diagram Altimeter dan Barometer digital
yang akan dibuat. Dalam sensor terdapat rangkaian pengkondisi sinyal. Sinyal ini
harus dikondisikan terlebih dahulu sebelum masuk ke blok berikutnya. Setelah
terjadi proses pengkondisian sinyal maka dapat dilanjutkan ke proses berikutnya
yaitu pengubahan sinyal. Mengubah sinyal analog menjadi satu bentuk yang dapat
diterima oleh pengubah analog ke digital. Pengubah sinyal di sini adalah suatu
proses penguatan untuk memperkuat tegangan
level
rendah yang dibangkitkan
oleh sensor tekanan udara.
Setelah proses pengubahan sinyal maka dapat dilanjutkan ke proses
berikutnya yaitu mengubah sinyal bentuk analog ke bentuk digital. Untuk
menjalankan proses pengubahan ini digunakan sebuah ADC yang keluarannya
akan memiliki
level
digital tertentu.
Proses berikutnya yang harus dilakukan adalah proses pengolahan data.
Proses pengolahan data akan dilakukan oleh sebuah mikrokontroler. Pengolahan
data sepereti konversi tekanan udara ke
level
ketinggian dikerjakan di sini.
Selektor untuk pemilihan alat ukur (barometer atau altimeter) juga diatur oleh
mikrokontroler.
Setelah proses pengolahan data maka data yang diolah tadi akan
ditampilkan pada sebuah LCD. LCD akan menampilkan data sesuai dengan yang
diinginkan. LCD ini dikendalikan pula oleh mikrokontroler.
II.2
Tekanan udara dan ketinggian
dalam hal ini, faktor-faktor lain seperti kelembaban dan suhu juga memberikan
pengaruh. Sayangnya, rancangan sekarang ini tidak dapat memberikan
kompensasi untuk kedua hal ini, kedua hal ini akan membuat masalah menjadi
lebih kompleks. Untuk menggunakan sebuah barometer sebagai altimeter,
membutuhkan sebuah besaran yang berbeda. Hubungan antara tekanan atmosfer
p
, pada sebuah ketinggian tempat tertentu
h
, dan tekanan atmosfer diatas
permukaan laut
ps
, diberikan pada persamaan 2-1:
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
Sp
p
h
=
62563 . 5 1
10
555
.
22
1
−×
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
−
Sp
p
(2-1)
Dengan
h = ketinggian tempat tertentu (m)
p
= tekanan atmosfer (Pa)
p
s = tekanan atmosfer dari permukaan laut (Pa)
Sebuah perbedaan harus dibuat antara ketinggian relatif dengan ketinggian
absolut. Suatu ketinggian relatif, h
r,direferensikan dengan pemilihan ketinggian
sembarang,
h
o. Seperti diperlihatakan pada persamaan 2-2:
r
h
=
h
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
Sp
p
-
h
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
S Op
p
(2-2)
Dengan
h
r= ketinggian relatif (m)
h
= ketinggian tempat tertentu (m)
p
= tekanan atmosfer (Pa)
p
s = tekanan atmosfer dari permukaan laut (Pa)
ho
= titik referensi ketinggian sembarang (m)
Pengukuran ketinggian relatif hanya bisa dilakukan secara akurat pada saat
tekanan atmosfer di titik referensi ketinggian ada dalam keadaan konstan.
Ketinggian absolut,
, direferensikan dari permukaan laut dan
diperhitungkan dengan persamaan 2-3:
a
h
a
h
=
h
⎥
⎦
⎤
⎢
⎣
⎡
S
p
p
(2-3)
Dengan
h
a= ketinggian absolut (m)
h
= ketinggian tempat tertentu (m)
p
= tekanan atmosfer (Pa)
p
s= tekanan atmosfer dari permukaan laut (Pa)
Sejak pengukuran ketinggian absolut tergantung dari tekanan atmosfer
pada
level
permukaan laut tertentu, maka p
sharus secara berkala diperiksa dan
disesuaikan dengan tekanan pada
level
tertentu ketika alat ukur ingin
dipergunakan.
II.3
Sensor Tekanan Udara
Setiap sensor tekanan udara memiliki persamaan fungsi alih tertentu.
Fungsi persamaan ini adalah mengubah level tekanan udara menjadi besaran
tegangan tertentu yang dapat diterima oleh komponen elektronika. Untuk sensor
yang digunakan menggunakan persamaan 2-4 [11] di bawah ini.
(2-4)
E
p
Vs
Vout
=
(
0
,
01059
−
0
,
1518
)
±
Dengan
Vs = Tegangan sumber (Volt)
p = Tekanan udara (KPa)
E = ± error
Unsur piezoelektrik adalah suatu bahan-bahan kristal yang tidak simetri
(seperti kuartz, garam Rochelle, dan barium titanit) yang akan menghasilkan suatu
gaya gerak listrik (ggl) bila diregangkan dan sebaliknya dapat berubah dimensinya
bila dikenai tegangan listrik. [1]
Gambar 2.5.b. Efek piezoelektrik secara umum. [1]
Sifat piezoelektrik adalah sebagai berikut:
Sifat piezoelektrik langsung:
1.
Bila pelat piezoelektrik diberi tekanan, maka akan timbul muatan
listrik pada kedua permukaannya.
2.
Pelat juga merupakan kapasitor dengan konstanta dielektrik
tertentu, timbul beda tegangan.
Sifat piezoelektrik balik:
1.
Bila pelat piezoelektrik diberi tegangan listrik, maka kedua
permukaannya mendapat tekanan.
2.
Pelat juga merupakan bahan elastik dengan konstanta elastik
tertentu, tebalnya akan berubah.
3.
Jika diberi tegangan bolak-balik maka pelat bergetar.
Di dalam diferensial tekanan, sensor diaplikasikan pada kedua sisi sekat
rongga, lalu sesudah itu alat menyediakan suatu
level
tegangan yang berbanding
lurus dengan perbedaan tekanan di kedua sisinya. [1]
Standar tekanan sensor yang dibangun sepanjang bentuk serupa dengan
mode diferensial. Jenis ini menggunakan tekanan yang berkenaan dengan
lingkungan sebagai acuannya, sehingga
level
tegangan keluaran sebanding dengan
perubahan tekanan relatif di lingkungan.
Gambar 2.6. Rongga terisolasikan dari lingkungan [11]
Di dalam nilai absolut sensor, digunakan dalam desain saat ini, ruang
dibelakang rongga terisolasikan dari pengaruh lingkungan dan dialihkan ke suatu
referensi tekanan seperti ditunjukan pada gambar 2.6. Tegangan keluaran
sebanding dengan nilai absolut tekanan udara, yang membuat sensor ini pantas
digunakan dalam altimeter dan barometer.
II.4
ADC (
Analog to Digital Konverter
)
Pengubah ini akan mengubah besaran-besaran analog menjadi bilangan-bilangan
digital sehingga bisa diproses dengan komputer. Peranan pengubah ini menjadi
semakin penting karena sekarang sudah bisa didapatkan komputer-komputer yang
"
real time
". Perubahan-perubahan satuan fisis bisa dengan cepat ditanggapi oleh
komputer.
Contoh aplikasi ADC ini bisa kita lihat misalnya pada voltmeter digital, sampling
suara dengan komputer, sehingga suara dapat disimpan secara digital dalam
disket, dan kamera digital.
Konsep pengubah analog ke digital ini adalah
sampling
(mengambil
contoh dalam waktu tertentu) kemudian mewakilinya dengan bilangan digital
dengan batas yang sudah diberikan.
II.4.1 Parameter
ADC
Kuantitas penting dalam ADC adalah rentang tegangan terkecil
yang tidak dapat mengubah hasil konversi. Rentang tegangan ini sering
disebut dengan Minimal Representable Voltage (MRV) atau LSB,
(2-5)
MRV = LSB = FS / 2
ndengan LSB menunjukkan nilai analog dari suatu
Least Significant Bit
berada pada nilai FS akan tetapi pada 7/8 FS. Misalkan sebuah ADC 3 bit
ideal, akan mempunyai LSB sebesar 1/8 FS. Jangkauan
input
akan
dikuantisasikan pada delapan tingkat dari 0 sampai 7/8 kali FS.
Terdapat berbagai cara mengubah sinyal analog ke digital, dalam
pekerjaan ini dipakai metode pendekatan berturutan atau
succesive
approximation
. Karena ADC dengan jenis ini sudah banyak di pasaran
dalam bentuk chip sehingga mempermudah pemakaian. Metode ini
didasari pada pendekatan sinyal
input
dengan kode biner dan kemudian
berturut-turut memperbaiki pendekatan ini untuk setiap bit pada kode
sampai didapatkan pendekatan yang paling baik. Untuk meyimpan kode
biner pada setiap tahapan dalam proses digunakan
Succesive
Approximation Register
(SAR).
Untuk ADC 16 bit dan menggunakan komunikasi serial sinkron maka
dibutuhkan register-register untuk memudahkan komunikasi data antara
mikrokontroler dan ADC. Untuk ADC 16 bit seri AD7715, register-register yang
ada dalam chip dapat diakses oleh mikrokontroler.
II.4.2 Register-register dalam AD7715
komunikasi. Register yang kedua adalah register setup yang menentukan
mode kalibrasi, pemilihan filter dan operasi
bipolar/Unipolar
. Register
yang ketiga adalah register data dimana data keluaran dari komponen
diakses. Register yang terakhir adalah register test yang mana diakses
ketika alat dijalankan.
II.4.2.1 Register Komunikasi (RS1, RS0 = 0, 0)
Register komunikasi adalah 8-bit register dari data yang dapat di
baca atau ditulis. Semua komunikasi ke bagian komponen harus dimulai
dengan operasi tulis pada register komunikasi. Data dituliskan ke register
komunikasi menentukan keadaan operasi berikutnya apakah operasi baca
atau tulis dan ke register mana operasi ini mengambil tempat. Sekali
operasi baca atau tulis yang berikutnya selesai dikirimkan ke register
terpilih, antarmuka mengembalikan ke manna perkiraan operasi tulis ke
register komunikasi. Ini adalah
default
state dari antarmuka, dan pada
power-up
atau setelah RESET, AD7715 ada dalam
default
state
ini
menunggu untuk operasi tulis ke register komunikasi. Dalam situasi di
mana urutan antarmuka hilang, jika sebuah operasi tulis pada alat dengan
durasi yang cukup (berisi paling tidak 32 serial kerja
clock
) mengambil
tempat dengan DIN tingi, AD 7715 kembali ke
default
state. Tabel 2.1
deretan bit yang bisa ditulis pada register komunikasi.
1.
0/DRDY
Untuk operasi tulis, sebuah 0 harus dituliskan ke bit ini jadi
operasi tulis pada register komunikasi secara aktual
mengambil tempat. Jika 1 dituliskan pada bit ini, bagian ini
tidak akan meng
clock
ke bit berikutnya dalam register. Ini
akan tetap berada pada lokasi bit ini sampai 0 dituliskan ke
bitnya. Sekali 0 dituliskan ke bit ini, 7 bit berikutnya akan
diisikan ke register komunikasi. Untuk operasi baca, bit ini
menghasilkan status dari
flag
DRDY dari bagian ini. Status
dari bit adalah sama dengan kaki keluaran DRDY.
2.
ZERO
Untuk operasi tulis, 0 harus dituliskan ke bit ini agar operasi
dijalankan dengan benar. Kekeliruan dalam melakukan ini
akan menghasilkan operasi alat yang tidak spesifik. Untuk
operasi baca, 0 akan dibacakan kembali dari lokasi bit ini.
Tabel 2.1. Register seleksi. [9]
RS1 RS0 REGISTER JUMLAH BIT
0 0 KOMUNIKASI 8 BIT
0 1 SETUP 8 BIT
1 0 TES 8 BIT
1 1 DATA 16 BIT
3.
RS1– RS0
tulis berikutnya seperti ditunjukan oleh tabel 2.1 dengan
ukuran registernya juga. Ketika baca atau tulis ke register
terpilih selesai, bagian ini kembali ke tempat semula
menunggu untuk operasi tulis ke register komunikasi. Ini
tidak mengingat keadaan di mana itu akan diteruskan untuk
mengakses register terpilih.
4.
R/W
Pemilihan
Read/write
. Bit ini memilih keadaan dari operasi
berikutnya apakah operasi baca atau tulis ke register yang
dipilih. 0 mengindikasikan kerja tulis sebagai operasi
berikutnya ke register yang terpilih, sementara 1
mengindikasikan operasi baca dari register yang terpilih.
5.
STBY (
Standby
)
Menuliskan 1 ke bit ini meletakan bagian ini pada mode
standby
atau
power-down
. Pada mode ini, bagian hanya
mengkonsumsi 10 mA dari suplai arus. Bagian menahan
kalibrasi dan perintah informasi kontrol ketika itu
standby
.
Menuliskan 0 ke bit ini meletakan bagian ini pada mode
operasi normal. Nilai
default
untuk bit ini setelah
power-on
6.
Pengesetan Penguatan
Pengesetan penguatan ini akan mempengaruhi laju
pengiriman data antara ADC dengan perangkat sesudahnya,
dalam hal ini mikrokontroler.
Tabel 2.2. Pengesetan penguatan yang dipilih. [9]
G1 G0 Pengesetan
penguatan
0 0 1
0 1 2
1 0 32
1 1 128
II.4.2.2 Setup Register (RS1, RS0 = 0, 1)
Register setup adalah register 8-bit yang mana data dapat ditulis
atau yang mana data dapat dibaca. Register ini mengatur setup dari alat
untuk beroperasi seperti mode kalibrasi, laju data, operasi
bipolar
atau
unipolar
, dan lain-lain. Gambar 2.8 menampilkan penandaan bit untuk
register setup.
Gambar 2.8. register
setup
. [9]
1.
CLK (
Clock
)
clock
utama dan juga untuk memilih rating keluaran data
untuk alat. Jika bit ini tidak diset dengan benar untuk
frekuensi
clock
utama dari alat, kemudian alat tidak
beroperasi sesuai spesifikasi. Nilai
default
untuk bit ini
setelah
power-on
atau RESET adalah 1.
Tabel 2.3. Mode Operasi [9]
MD 1 MD 0
Mode Operasi
0 0 Mode normal; ini adalah mode normal dari operasi alat di mana menampilkan konversi normal. Ini adalah kondisi default dari bit ini setelah power-on atau RESET.
0 1 Self calibration; ini mengaktifkan kalibrasi sendiri pada bagian. Ini adalah salah satu urutan langkah kalibrasi dan ketika selesai bagian ini akan kembali ke mode normal dengan MD1 dan MD0 kembali ke 0,0. Keluaran DRDY akan tinggi ketika kalibrasi diinisialkan dan kembali rendah ketika proses kalibrasi sendiri selesai dan sebuah data valid tersedia pada register data. Kalibrasi zero-scale ditampilkan pada penguatan terpilih yang secara internal pada masukan-masukan yang terhubung singkat dan kalibrasi full-scale
ditampilkan pada penguatan terpilih yang secara internal pada pembangkitan VREF/ Penguatan terpilih.
1 0 Sistem kalibrasi zero-scale. Kalibrasi ditampilkan pada pilihan penguatan pada tegangan masukan menghasilkan masukan analog sepanjang urutan kalibrasi. Tegangan masukan harus stabil selama durasi dari kalibrasi. Keluaran DRDY atau bit akan tinggi ketika kalibrasi diinisialisasikan dan kembali rendah ketika kalibrasi zero-scale selesai dan sebuah data valid tersedia pada register data. Pada akhir dari kalibrasi, bagian ini kembali ke mode normal dengan MD1 dan MD0 kembali ke 0,0.
1 1 Sistem kalibrasi full-scale. Kalibrasi ditunjukan pada pilihan penguatan pada tegangan masukan menghasilkan masukan analog sepanjang urutan kalibrasi. Tegangan masukan harus stabil selama durasi dari kalibrasi. Sekali lagi, keluaran DRDY atau bit akan tingi ketika kalibrasi diinisialisasikan dan kembali rendah ketika kalibrasi full-scale selesai dan sebuah data valid tersedia pada register data. Pada akhir dari kalibrasi, bagian ini akan kembali ke mode normal dengan MD1 dan MD0 kembali ke 0,0.
2.
FS1, FS0
Bit-bit filter seleksi. Bersama dengan bit CLK, FS1 dan FS0
menentukan laju keluaran, filter derajat pertama dan
frekuensi -3 dB seperti pada tabel 2.4. Filter digital pada
pemilihan penguatan, juga menentukan keluaran noise dari
alat. Mengganti frekuensi derajat filter, sama baiknya
seperti penguatan terpilih, memberikan dampak langsung
pada resolusi. Rating data keluaran untuk alat sebanding
dengan pilihan frekuensi untuk derajat pertama dari filter.
Tabel 2.4. Laju data keluaran. [9]
CLK FS1 FS0 OUTPUT
RATE
FREKUENSI
CUT0FF
0 0 0 20 Hz 5.24 Hz
0 0 1 25 Hz 6.55 Hz
0 1 0 100 Hz 26.2 Hz
0 1 1 200 Hz 52.4 Hz
1 0 0 50 Hz 13.1 Hz
1 0 1 60 Hz 15.7 Hz
1 1 0 250 Hz 65.5 Hz
1 1 1 500 Hz 131 Hz
3.
B/U
Operasi
bipolar/Unipolar
. 0 pada bit ini untuk memilih
operasi
bipolar
. Ini adalah status
default
(
power-on
atau
RESET) dari bit ini. 1 pada bit ini untuk memilih operasi
unipolar
.
4.
BUF
MHz) dan keluaran noise dari bagian adalah terendah.
Ketika bit ini tinggi, buffer pada
chip
adalah serial dengan
masukan analog digunakan untuk mengatasi impedansi
sumber yang tinggi.
5.
FSYNC
Sinkronisasi filter. Ketika bit ini tingi, node dari filter
digital, logika filter kontrol dan logika kontrol kalibrasi
ditahan pada keadaan reset dan modulator analog juga
ditahan pada keadaan reset.
II.4.2.3 Test Register (RS1, RS0 = 1, 0)
Bagian ini berisi sebuah register tes yang digunakan untuk
mengetes alat. Pengguna dianjurkan untuk tidak mengubah status dari
bit-bit pada register ini dari semua status
default
(
Power-on
atau RESET).
II.4.2.4 Data register Register (RS1, RS0 = 1, 0)
II.5
Mikrokontroler
II.5.1
Pendahuluan
Mikrokontroler adalah salah satu dari bagian dasar dari suatu
sistem komputer. Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari
suatu komputer pribadi dan komputer
mainframe
, mikrokontroler
dibangun dari elemen-elemen dasar yang sama. Secara sederhana,
komputer akan menghasilkan
output
spesifik berdasarkan
input-
an yang
diterima dan program yang dikerjakan.
Seperti umumnya komputer, mikrokontroler adalah alat yang
mengerjakan instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya,
bagian terpenting dan utama dari suatu sistem terkomputerisasi adalah
program itu sendiri yang dibuat oleh seorang programmer. Program ini
menginstruksikan komputer untuk melakukan jalinan yang panjang dari
aksi-aksi sederhana untuk melakukan tugas yang lebih kompleks yang
diinginkan oleh programmer.
II.5.2
Port
Paralel
Mikrokontroler
9 18 19 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 21 22 23 24 25 26 27 28 10 11 12 13 14 15 16 17 39 38 37 36 35 34 33 32 RST XTAL2 XTAL1 PSEN ALE/PROG EA/VPP P1.0 P1.1 P1.2 P1.3 P1.4 P1.5 P1.6 P1.7 P2.0/A8 P2.1/A9 P2.2/A10 P2.3/A11 P2.4/A12 P2.5/A13 P2.6/A14 P2.7/A15 P3.0/RXD P3.1/TXD P3.2/INTO P3.3/INT1 P3.4/TO P3.5/T1 P3.6/WR P3.7/RD P0.0/AD0 P0.1/AD1 P0.2/AD2 P0.3/AD3 P0.4/AD4 P0.5/AD5 P0.6/AD6 P0.7/AD7
Gambar 2.9. Kaki-kaki IC mikrokontroler [4]
1.
PORT 0
Port 0 merupakan port keluaran / masukan ( I / O ), yang juga dapat
dikonfigurasikan sebagai bus alamat / data bagian rendah (
low byte
)
selama proses pengaksesan memori data dan program eksternal. Selain itu
Port 0 juga menerima kode-kode yang dikirimkan kepadanya selama
proses pemrograman dan mengeluarkan kode-kode selama proses
verifikasi program yang telah tersimpan dalam
flash
.
2.
PORT 1
3.
PORT 2
Port 2 merupakan port keluaran / masukan ( I / O ) dwi-arah yang
dilengkapi dengan
pull up
internal, juga dapat memberikan
byte
alamat
bagian tinggi
(high byte)
selama pengambilan instruksi dari memori
program eksternal.
4.
PORT 3
Port 3 merupakan port keluaran / masukan ( I / O ) dwi-arah yang
dilengkapi dengan
pull up
internal, serta dapat menerima sinyal-sinyal
kontrol selama pemrograman dan verifikasi
flash.
Adapun fungsi khusus
port 3 seperti pada tabel 1. di bawah.
5.
PSEN
Program Store Enable
merupakan sinyal baca untuk memori program
eksternal.
Tabel 2.5. Fungsi-fungsi khusus kaki
port
3 [4]
Kaki Port
Fungsi Alternatif
P3.0 RXD (port masukan serial)
P3.1 TXD (port keluaran serial)
P3.2
INT
0
(interupsi eksternal 0)
P3.3
INT
1
(interupsi eksternal 1)P3.4 T0 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 0)
P3.5 T1 (masukan eksternal pewaktu/pencacah 1)
P3.6
WR
(sinyal tanda baca memori data eksternal)
P3.7
6.
ALE / PROG
Keluaran ALE (
Address Latch Enable
) menghasilkan pulsa-pulsa
yang akan digunakan untuk mengancing
byte
rendah (
low byte
) alamat
selama mengakses memori eksternal. Kaki ini juga berfungsi sebagai
masukan pulsa program (
the program pulse input
) selama pemrograman
flash
.
7.
EA / Vpp
External Access Enable,
apabila diberi masukan ‘1’ maka akan
menjalankan program memori internal saja. Tetapi jika diberi masukan ‘0’
maka hanya akan menjalankan program memori eksternal.
8.
RST
Merupakan
masukan
reset,
apabila diberi masukan ‘1’ selama dua
siklus mesin pada saat osilator bekerja maka akan mereset mikrokontroler
tersebut
9.
XTAL 1 dan XTAL 2
Mikrokontroler
telah
memiliki
on-chip osilator
yang dapat bekerja
dengan menggunakan kristal eksternal yang dihubungkan ke kaki XTAL 1
dan XTAL 2.
10.
Vcc
11.
GND
Merupakan port yang akan dihubungkan ke
ground
atau pertanahan.
II.5.3
On-Chip Oscilator
Mikrokontroler memiliki osilator
on-chip
, yang dapat digunakan
sebagai sumber detak (
clock
). Untuk menggunakannya maka dihubungkan
sebuah resonator kristal atau keramik diantara kaki-kaki XTAL1 dan
XTAL2 pada mikrokontroler dan menghubungkan kapasitor ke
ground
seperti terlihat pada gambar 2.10.
XT AL2
XT AL1
GND
Gambar 2.10. Hubungan ke kristal [10]
II.5.4
Siklus-siklus Mesin ( Machine Cycles )
Pembangkit
clock
internal menentukan rentetan kondisi-kondisi
MHz, yang masing-masing kondisi dibagi menjadi
phase 1
(p1) dan
phase
2
(p2).
Gambar 2.11. Siklus Mesin [4]
Satu siklus mesin mikrokontroler AT 89S53 dikerjakan dalam 12 periode
osilator, apabila kita memakai osilator kristal (X) dengan frekuensi tertentu akan
diperoleh periode (T) seperti pada persamaan 2-6.
X
T
=
12
Dalam mikrokontroler AT89S53, 1
cycle
membutuhkan 12 periode osilasi.
Untuk mendapatkan satu kali cacahan diperlukan waktu 1 detik, sehingga waktu
tunda dalam program yang harus dibuat seperti pada persamaan 2-7 dan 2-8:
(2-6)
(2-7)
Waktu yang diinginkan = n Cacah x Periode 1 cycle
(2-8)
n Cacah = Waktu yang diinginkan
Periode 1 cycle
II.6
LCD (Liquid Crystal Display)
simbol - simbol lainnya.
Interface
LCD dengan mikrokontroler dapat dilakukan
dengan sistem 4 bit ataupun 8 bit. [12]
Dimensi LCD dengan
driver
yang digunakan memiliki ukuran 2 x 16. Hal
ini menandakan bahwa LCD tersebut memiliki layar tampilan yang terdiri atas 2
baris dan 16 kolom seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.12.
Dengan demikian total jumlah karakter yang dapat ditampilkan sekaligus
dalam satu layar adalah sebanyak 32 karakter, masing-masing karakter tersebut
terbentuk dari susunan titik-titik
( dot )
yang memiliki ukuran 8 x 5
.
Tiap segment
Dimensi layar LCD terdiri dari 8x5
dot
Gambar 2.12. Dimensi Layar LCD. [12]
II.7 Sistem Komunikasi Serial Sinkron
secara asinkron,
clock
tidak dikirim bersama data serial, rangkaian penerima data
harus membangkitkan sendiri
clock
pendorong data serial.
Pada transmisi data sinkron, data dikirimkan dalam bentuk blok-blok bit
yang dikirimkan terus-menerus tanpa menggunakan
start bit
dan
stop bit
. Ciri
utama dari komunikasi data sinkron adalah adanya sinkronisasi termasuk
sinkronisasi timing (pewaktuan) antara pengirim dan penerima. Salah satunya
caranya adalah dengan menyediakan jalur
clock
sendiri antara pengirim dan
penerima.
Untuk menentukan awal dan akhir sebuah blok data diperlukan
sinkronisasi lain, yaitu dengan menggunakan blok
control information
. Data plus
……
Karakter sinkronisasi
karakter kontrol karakter data Karakter kontrol
Gambar 2.13.
frame character-oriented
. [7]
Gambar 2.14.
frame bit-oriented
. [7]
flag control alamat data dan bit control kontrol flag error
II.8 Catu Daya
Dalam praktek sehari-hari peralatan elektronika banyak menggunakan arus
searah, sehingga diupayakan penyedia daya arus searah yang memenuhi
persyaratan. Karena dalam jaringan listrik di sekitar kita pada umumnya arus
bolak-balik (AC), maka tercipta suatu rangkaian yang dapat menyearahkan arus
bolak-balik tersebut, yang dinamakan catu daya.
Bagian-bagian dari catu daya adalah sebagai berikut:
1.
Trafo untuk menaikkan (
step up
) atau menurunkan (
step down
)
tegangan AC.
2.
Dioda untuk menyearahkan arus (
rectifier
).
3.
Tapis pelewat rendah (
Low Pass Filter
) untuk meratakan arus yang
sudah disearahkan.
makan kita gunakan tapis (
filter
) setelah tegangan keluar dari penyearah.
Filter
yang cukup baik apabila kita gunakan satu kapasitor atau lebih. Kapasitor ini
merupakan komponen elektronika yang pasif dan mempunyai sifat yang pasif.
Tapis kapasitor digunakan pda penyedia daya yang ringan (R
Lyang tidak
terlalu besar), sedangkan untuk beban yang besar digunakan tapis induktor
(
choke
). Tapis kapasitor dihubung paralel dengan beban, sedang tapis induktor
dipasang seri terhadap beban. Kedua tapis ini juga dapat digunakan bersama.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan suatu
catu daya.
1.
Tegangan
ripple
dapat dicari dengan persamaan
a.. Penyearah setengah gelombang
V
r(rms) = 0,385 x Vm
b. Penyearah gelombang penuh
V
r(rms) = 0,308 x Vm
(2-9)
(2-10)
2.
Tegangan keluaran penyearah dapat dicari dengan persamaan
a. Penyearah setengah gelombang
V
DC= 0,318 x Vm
b. Penyearah gelombang penuh
V
DC= 0,636 x Vm
(2-11)
(2-12)
3.
Ripple factor
dapat dicari dengan persamaan
r =
100
%
Vdc
Vr(rms)
x
(2-13)
Vr
(rms)dapat dicari dengan parameter perancangan yang lain sesuai
V
r(rms)=
C
R
Vdc
C
Idc
fC
Idc
L
4
,
2
4
,
2
3
4
=
=
(2-14)
Untuk menghasilkan tegangan keluaran yang stabil dari catu daya dapat
kita gunakan sebuah IC regulator. Besarnya tegangan keluaran yang diinginkan
dapat kita sesuaikan dengan melihat tipe IC regulator yang digunakan.
Untuk keperluan unit yang membutuhkan suatu pengendalian besaran
tegangan maka dapat digunakan rangkaian pembagi tegangan pada gambar 2.15
dengan persamaan pembagi tegangan seperti pada persamaan 2-15 dibawah ini.
Gambar 2.15. Rangkaian pembagi tegangan
Persamaan pembagi tegangan:
Vin
R
R
R
Vout
×
+
=
2 1
1
(2-15)
II.9 Analisis
Statistik
Analisis statistik terhadap data pengukuran merupakan hal yang biasa
sebab ketidakpastian hasil pengujian akhir secara analisis harus ditentukan. Agar
cara-cara statistik dan keterangan yang diberikan bermanfaat, biasanya diperlukan
sejumlah pengukuran yang banyak.
II.9.1 Nilai Rata-rata (
Arithmetic Mean
)
Nilai yang paling mungkin dari suatu variabel yang diukur adalah
nilai rata-rata dari semua pembacaan yang dilakukan. Pendekatan paling
baik akan diperoleh bila jumlah pembacaan untuk suatu besaran sangat
banyak. Secara teoritis, pembacaan semakin banyak maka hasil paling
baik, walaupun dalam prakteknya hanya dapat dilakukan pengukuran yang
terbatas.
Nilai rata-rata diberikan oleh persamaan :
n
n
x
n
n
x
x
x
x
x
∑
=
+
+
+
+
=
1
2
3
...
(2-15)
Dengan
x
= nilai rata-rata
= pembacaan yang dilakukan
n
x
x
x
x
1,
2,
3,
II.9.2 Penyimpangan terhadap nilai rata-rata
Penyimpangan (
deviasi
) adalah selisih antara suatu pembacaan
terhadap nilai rata-rata dalam sekelompok pembacaan. Jika penyimpangan
pembacaan pertama x
1adalah d
1, penyimpangan kedua x
2adalah d
2dan
seterusnya, maka penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai rata-rata
adalah
d
1= x
1– x d
2= x
2– x d
n= x
n- x
(2-16)
Perlu dicatat bahwa penyimpangan terhadap nilai rata-rata boleh
positif atau negatif dan jumlah aljabar semua penyimpangan tersebut harus
nol.
II.9.3 Perhitungan Tingkat kesalahan
Perhitungan tingkat kesalahan mempunyai tujuan untuk
mengetahui besarnya nilai
error
dalam persen untuk nilai pengukuran
yang dilakukan dengan alat yang dibuat. Perhitungan
error
sesuai dengan
persamaan di bawah ini:
% 100 × ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − =
x y x
E
(2-17)
Dengan
x
adalah data acuan yang telah ada sebelumnya dan
y
II.9.4 Perhitungan tingkat keakurasian alat ukur
Perhitungan tingkat keakurasian alat ukur mempunyai tujuan untuk
mengetahui besarnya tingkat akurasi dalam persen untuk nilai pengukuran
yang dilakukan dengan alat yang dibuat. Perhitungan tingkat akurasi
sesuai dengan persamaan di bawah ini:
% 100
1 ⎟⎟×
⎠ ⎞ ⎜
⎜ ⎝
⎛ −
− =
x x y
A
(2-18)
Dengan
x
adalah data acuan yang telah ada sebelumnya dan
y
adalah data hasil pengukuran. Besarnya tingkat keakurasian suatu alat ukur
yang baik adalah 100% berarti alat ukur yang dibuat sangat presisi.
III.1
Diagram Blok
Gambar 3.1 menunjukkan diagram blok perancangan altimeter dan
barometer digital berbasis mikrokontroler AT89S53.
SENSOR
MPX41
00
ADC
AD7715
LCD
HITACHI
μC
AT89S53
Tekanan
Udara
Gambar 3.1. Diagram blok perancangan.
III.2
Sensor tekanan udara (MPX4100)
Sensor menyediakan level tegangan keluaran sebesar 0.3 - 4.9 volt, di
mana tegangan keluaran ini berbanding lurus dengan suatu cakupan tekanan udara
20 – 105 kPa (200 – 105 milibar). Ini hanya memilki galat
error
sebesar 1.8%
pada cakupan temperature 0 – 85 ° C. sensor ini dapat beroperasi pada suhu
terendah -40 ° C dan suhu tertinggi 125 ° C. Sensor ini juga dapat bertahan pada
tekanan 400 kPa secara kontinyu dan tekanan 1000 kPa sekali lonjakan. [11]
Pada elemen sensor seperti pada gambar 3.2, juga terdapat rangkaian
untuk mengkompensasi perubahan suhu, dua penguat, dan rangkaian penggeser
yang mengubah nilai diferensial suatu pengukuran potensial ke suatu nilai
referensi tertentu terhadap ground. Sama seperti diatas, sensor menghasilkan
sinyal keluaran yang linear diatas cakupan tekanan udara antara 20 – 105 kPa
dengan sensitivitas 54 mV/kPa yang ditunjukan oleh gambar 3.3.
Gambar 3.2 elemen sensor MPX4100 [11]
Gambar 3.3 Perbandingan Vout dengan tekanan udara [11]
Dengan menggunakan persamaan 2-4 dapat kita tentukan:
•
Vout minimum sensor = 1,3427 V
(P = 39,6921 KPa dan sebanding dengan ketinggian 8000m)
(P = 95,9528 KPa dan sebanding dengan ketinggian -2000m)
•
Perubahan ketinggian 1m sebanding dengan perubahan tekanan
udara sebesar 8,2976 Pa dengan
∆
Vout = 0,4 mV.
Berdasarkan standar internasional pada ketinggian 0m dari permukaan laut
sebanding dengan tekanan udara sebesar 70 Kpa [8]. Dengan adanya data ini
maka besaran ketinggian dan tekanan udara di tempat lain dapat dicari dengan
persamaan 2.1.
Gambar 3.4 Rangkaian sensor tekanan udara MPX4100
Dengan melihat gambar 3.4 C
17sebagai kapasitor bypass sedangkan
C
2dan
C
1difungsikan sebagai kapasitor
bypass
. Nilai C
17ditentukan sebesar 100nF,
C
2ditentukan sebesar 470 nF, sedangkan C
1ditentukan sebesar 470 nF [11], agar
Berdasarkan
datasheet
[11], kaki-kaki sensor yang dipakai hanya, pin 2
masukan Vs, pin 3 ke ground, dan pin 4 ke Vout. Kaki-kaki lainnya terhubung
dalam komponen seperti pada gambar 3.4
III.3
Analog to Digital Converter
(AD7715)
Sinyal analog diubah menjadi 16 bit data digital menggunakan
sigma-delta
converter
tipe AD7715-5. Ketika komponen ini digunakan sebagai altimeter
menghasilkan resolusi ketinggian sebesar satu meter dengan maksimal
error
1.8
% [9], dengan ketentuan bahwa tekanan yang ada di lingkungan adalah relatif
konstan (tidak berubah secara ekstrem).
Gambar 3.5 Rangkaian ADC dan sensor MPX4100
AD7715 memiliki masukan dengan penyangga yang seimbang dan
penguat yang dapat diprogram
programmable amplifier
(PGA). Walaupun
demikian, ketika masukan AIN seperti halnya REF –IN berada pada potensial
sinyal masukan sebesar 0 – 2,5 V (ketika penguatan dari PGA adalah “1”).
Susunan ini memerlukan dua pembagi tegangan antara sensor dengan konverter
untuk membelah tegangan masukan dengan menggunakan persaman 2-14
(R1-R2) dan tegangan referensi (R3-R4). Tegangan-tegangan ini nantinya akan
dikopling oleh kapasitor C1 dan C2.
Untuk IC AD7715 memerlukan dua tegangan catuan yaitu Catuan analog
(A
VDD) dan Catuan digital (D
VDD). [9]. Berdasarkan gambar 3.5 maka besarnya
tegangan masukan yang masuk ke AIN+ dan REF+ yang dirancang adalah:
VAIN+ = 0.5 x Vout sensor
VREF+ = 0.5 x Vanalog
Besarnya perbandingan R1 dan R2 yang diinginkan adalah 0.5, jika ditentukan
besarnya R1 = 25,5 K
Ω
maka besarnya R2 = 25,5 K
Ω
V
k
k
k
VAIN
1
,
3427
5
,
25
5