• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENDALI SUDUT PADA MODEL HELIKOPTER BERBASIS P D DIGITAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KENDALI SUDUT PADA MODEL HELIKOPTER BERBASIS P D DIGITAL"

Copied!
463
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Elektro

Oleh:

Yustina Novita Puspitawati

NIM : 045114034

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree

In Electrical Engineering Study Program

By:

Yustina Novita Puspitawati

Student Number: 045114034

ELECTRICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM

DEPARTMENT OF ELECTRICAL ENGINEERING

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

(3)

KENDALI SUDUT PADA MODEL IIELIKOPTER BERBASIS PD

DIGITAL

f u . . , - "

B. Wuri

Pembimbing II

(4)
(5)
(6)

vi

 

Karya ini ku persembahan kepada :

Yesus Kristus atas nafas yang Kau berikan

selama ini.

Kedua Orang Tua ku (Yustinus Siswanto dan

Yovita Murtini) atas kepercayaan yang telah

diberikan slama ini.

Kakak (Veronika Ika Puspita Kusumawati), Adikku (Fredes

Winda Oktaviani Puspitaningrum) dan Ponakanku

(Ferdinant Vincent Yoga Kusuma Pandya).

Seseorang yang kukasihi dan mengasihiku.

Tetaplah Bertahan walaupun keadaan Tertekan,,,

Kemarin adalah Sejarah,,,,

Besok adalah Misteri,,,

Hari ini adalah Hadiah,,,

(7)
(8)

viii

derajat model helikopter tersebut berubah. Untuk mempertahankan sudut yang

diinginkan, pengguna biasanya mempertahankan

key

pada

remote control

tersebut.

Untuk memudahkan pengguna mengetahui berapa derajat model

helikopter itu berubah dan untuk mempertahankan posisi keadaan tersebut, maka

penulis merancang pemodelan helikopter yang dapat mempertahankan keadaan

sudut yang diinginkan dengan perubahan sudut 15

°

. Pengaturan gerak

horizontal

pada model helikopter ini menggunakan mikrokontroler berbasis algoritma PD

digital. Pengaturan gerakan sudut pada heli berdasarkan atas masukan yang

berasal dari PC, terdapat LCD untuk mengetahui berapa perubahan sudut yang

terjadi.

Dari hasil pengujian dan analisa alat ini dapat mengendalikan sudut gerak

horizontal

helikopter dengan tingkat kesalahan yang tidak terlalu besar, yaitu

kurang dari 5%.

(9)

ix

   

change. The user usually hold key on the remote control to preserve the degrees

that he wants.

To make easier the user know how many degrees the model changing and

to hold the position, writer make a helicopter modeling that can hold the wanted

degrees position with change 15

°

. The arrangement of horizontal movement on

the helicopter model is use microcontroller based on digital PD algorithm. T

he

arrangement of angel movements on the helicopter based on input from pc, LCD

to know how many angel change that happen.

(10)

x

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penyertaan dan

hikmatnya sehingga Penulis dapat menyelesaiakan penulisan karya tugas akhir ini.

Penulis berharap agar karya tulis ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu

pengetahuan pada bidang kendali elektronika di Universitas Sanata Dharma pada

khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Tugas akhir ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar sarjana teknik pada program studi Teknik Elektro Universitas

Sanata Dharma. Penulisan ini didasarkan pada hasil-hasil yang penulis peroleh

pada saat perancangan alat, pembuatan alat, sampai pada hasil pengujian alat.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang

telah memberikan banyak bimbingan, bantuan, dan arahan sehingga tulisan ini

dapat terselesaikan, diantaranya :

1.

Tuhan Yesus Kristus, untuk semua perlindungan dan hikmat

pengetahuanNya, terutama untuk nafas yang Engkau berikan

kepada penulis.

2.

Kedua Orang Tua Penulis (Yustinus Siswanto dan Yovita

Murtini), yang tak henti-hentinya memberi didikan sehingga

penulis bisa menyelesaikan di bangku kuliah ini.

3.

Kakak dan adik penulis (Ika dan Winda).

(11)

xi

membimbing penulis hingga dapat berhasil.

6.

Bapak dan Ibu dosen pengajar di Prodi Teknik Elektro Universitas

Sanata Dharma untuk bimbingan dan pengajarannya selama

penulis menuntut ilmu dan segenap Staf Sekretariat Jurusan Sains

dan Teknologi yang membantu dalam bidang administrasi dan

akademis.

7.

Teman tim TA, Ni Made Juliartuti dan Sevryadi yang telah

membantu dalam keadaan suka maupun duka.

8.

Teman-teman Teknik Elektro angkatan 2004.

9.

Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu

demi satu, terima kasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masi banyak terdapat kekurangan.

Sehingga keritik dan saran dari berbagai pihak penulis terima untuk perkembagan

selanjutnya. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 2009

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN DAN MOTTO ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.

Judul ... 1

1.2.

Latar Belakang ... 1

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

1.4.

Batasan Masalah ... 2

1.5.

Metodologi Penelitian ... 3

(13)

xiii

2.1.1. Sejarah singkat helikopter ... 6

2.1.2. Prinsip aerodinamik ... 6

2.1.3. Gaya – gaya yang berkerja pada helicopter saat terbang ... 14

2.1.4. Kesetimbangan dalam membelok ... 15

2.1.5.

Tail

boom

(Bagian belakang helikopter) ... 16

2.2.

PID Digital (

Proportional-Integral-Derivative

) ... 17

2.2.1. Metode Kurva Reaksi ... 18

2.2.2. Metode Osilasi ... 21

2.2.3. Definisi Penggolongan Tanggapan Transient ... 23

2.3.

Mikrokontroler ATMega 8535 ... 24

2.3.1

ADC (

Analog to Digital Converter

) ... 28

2.4.

Hall Effect

Sensor

... 30

2.5.

Potensiometer

... 33

2.6.

Teori Mekanik ... 35

2.5.1. Konversi

Gear

dan Perbandingan Kecepatan………... 35

2.5.2. Relay ... 35

BAB III PERANCANGAN

... 37

3.1.

Perancangan Plant ... 39

3.2.

Perancangan Set point ... 40

(14)

xiv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Model

Helikopter

...

51

4.2. Prinsip dan Cara Kerja Alat Keseluruhan ... 52

4.3. Pembahasan

Perubahan

Perancangan

...

55

4.3.1. Potensiometer Sebagai Sensor ... 55

4.3.2. Perubahan Nilai

Set Point

... 58

4.3.3 Perubahan Parameter ... 59

4.3.3.1 Cara Memperoleh Nilai Kp dan Kd ... 60

4.4. Analisa Perangkat Lunak ... 61

4.5. Hasil Pengujian Gerakan Sudut ... 64

4.5.1. Pengujian Terhadap Panjang Kabel Serial 1,5 Meter ... 65

4.5.2. Pengujian Terhadap Panjang Kabel Serial 3 Meter ... 67

4.5.3. Pengujian Terhadap Panjang Kabel Serial 10 Meter ... 69

4.6. Grafik Hasil Pengujian

Set Point

... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(15)

xv

dengan airfoilnya ... 7

Gambar 2.2. Tekanan statik dan tekanan dinamik pada suatu objek ... 9

Gambar 2.3. Tabung

venturi

... 10

Gambar 2.4. Garis arus

(streamlines)

di dalam tabung venturi ... 11

Gambar 2.5. Garis arus

(streamlines)

disekitar

airfoil

... 11

Gambar 2.6. Permukaan atas sayap ... 12

Gambar 2.7 Total tekanan pada permukaan atas sayap dan pada permukaan

bawah sayap ... 13

Gambar 2.8. Tekanan statik dan dinamik ... 13

Gambar 2.9. Tekanan dan aliran udara pada bidang angkat ... 14

Gambar 2.10. Pola aliran di sekitar

airfoil

... 14

Gambar 2.11. Kesetimbangan dalam membelok ... 15

Gambar 2.12. Bagian belakang helikopter ... 17

Gambar 2.13.

Block diagram

sistem dengan

feedback

... 17

Gambar 2.14. Respon tangga satuan (

step

) sistem... 18

Gambar 2.15. Kurva respon berbentuk S ... 19

Gambar 2.16 Sistem loop tertutp dengan alat kontrol roporsional ... 21

Gambar 2.17 Osilasi berkesinambungan dari periode P

cr

... 22

(16)

xvi

Gambar 2.22. Hall Effect

Sensor

... 31

Gambar 2.23.

Pin out

Hall Effect

Sensor UGN3503U

... 33

Gambar 2.24.

Blok Diagram Rangkaian Internal UGN3503U

... 33

Gambar 2.25. Rangkaian pembagi tegangan ... 34

Gambar 2.26 Potensiometer ... 34

Gambar 2.27. Hubungan seri resistansi pada potensiometer ... 34

Gambar 3.1. Diagram Blok Perancangan Alat Secara Umum ... 37

Gambar 3.2.

Flow Chart

secara umum ... 39

Gambar 3.3.

Plant

yang digunakan ... 40

Gambar 3.4. Diagram alir pengecekan pilihan sudut ... 41

Gambar 3.5. Fungsional blok diagram efek hall ... 41

Gambar 3.6. Sensor sudut dengan efek hall ... 42

Gambar 3.7.

Flow chart

pembacaan keluaran sensor yang masuk pada

mikro ... 43

Gambar 3.8. Rangkaian driver motor... 44

Gambar 3.9. Rangkaian osilator ... 45

Gambar 3.10. Rangkaian sistem kendali ... 46

Gambar 3.11. Diagram alir proses mikro ... 46

Gambar 3.12. Diagram alir PID Digital ... 47

(17)

xvii

sudut yang terjadi, (c) Tampilan PC terhadap perubahan ... 53

Gambar 4.4. Perubahan Sudut (a) Set point putar kanan (CW),

(b) Set point putar kiri (CCW) ... 54

Gambar 4.5. Rangkaian Sensor

... 56

Gambar 4.6 perubahan tegangan dan posisi yang terjadi pada potensiometer 58

Gambar 4.7. Grafik pengujian pada

set point

45

°

ke kanan ... 70

Gambar 4.8. Grafik hasil pengujain pada

set point

90

°

ke kanan ... 71

Gambar 4.9. Grafik hasil pengujian pada

set point

135

°

ke kanan ... 72

Gambar 4.10. Grafik hasil pengujian pada

set point

45

°

ke kiri ... 73

Gambar 4.11. Grafik hasil pengujian pada pada

set point

90

°

ke kiri ... 73

(18)

xviii

Tabel 2.2. Aturan penyetelan Ziegler-Nicols Didasarkan pada penguatan

K

cr

dan periode P

cr

Kritis (metode kedua) ... 22

Tabel 3.1. Karakteristik Ta = +25°C, Vcc = 5 V ... 42

Tabel 3.2. Mode operasi osilator kristal ... 45

Tabel 4.1. Tegangan yang dihasilkan sensor ... 56

Tabel 4.2 Hubungan sudut - tegangan... 57

Tabel 4.3

Data yang dihasilkan pada gerakan ke kanan dengan menggunakan

parameter PID ... 59

Tabel 4.4. Data yang dihasilkan pada gerakan ke kiri dengan menggunakan

parameter PID ... 60

Tabel 4.5. Data nilai Kp dan Kd dengan asumsi nilai Kp awal 0,4 ... 60

Tabel 4.6. Data yang dihasilkan pada gerakan ke kanan pada panjang kabel

serial 1,5 meter ... 65

Tabel 4.7. Data yang dihasilkan pada gerakan ke kiri pada panjang kabel

serial 1,5 meter ... 66

Tabel 4.8. Data yang dihasilkan pada gerakan ke kanan pada panjang kabel

serial 3 meter ... 67

Tabel 4.9. Data yang dihasilkan pada gerakan ke kiri pada panjang kabel

serial 3 meter ... 68

(19)

xix

(20)

1

1.1

Judul

Kendali Sudut Pada Model Helikopter Berbasis PD Digital

1.2

Latar Belakang

Dewasa ini, perkembangan teknologi sudah sangat pesat. Begitu pula pada

suatu mainan. Saat ini banyak mainan untuk anak – anak yang memiliki peralatan

yang praktis, canggih serta memiliki nilai kegunaan yang tinggi. Salah satu

kecanggihan mainan tersebut yaitu adanya suatu sistem pengendali jarak jauh

pada mainan helikopter.

Pada penelitian kali ini, untuk pengendalian helikopter digunakan kontrol

PD digital. Program untuk mengendalikan helikopter yang penulis buat

merupakan gerakan sudut pada helikopter.

(21)

Diharapkan alat yang dibuat ini dapat dijadikan salah satu alternatif pilihan

dalam banyak proses yang membutuhkan pengendalian jarak jauh tanpa kabel

dengan kemampuan pemantauan status beban.

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1.

Mengaplikasikan pemrograman mikrokontroler 8535 dengan bahasa C untuk

mengendalikan gerakan sudut pada model helikopter.

2.

Dapat menghasilkan Model pengontrol gerak horisontal pada helikopter

dengan pengendali PD digital.

1.4 Manfaat

Manfaat yang dapat dicapai dari penelitian ini yaitu :

1.

Dapat mengetahui cara helikopter terbang secara umum dan perubahan sudut

secara khusus.

2.

Dapat memanfaatkan adanya medan magnet bumi untuk mengetahui arah

mata angin dan sudut yang dihasilkan oleh perubahan helikopter.

3.

Dapat mengetahui dan menggunakan program dari mikrokontroler 8535

4.

Tersedianya program untuk mengendalikan helikopter dengan

mikrokontroler berbasis PD digital.

1.5

Batasan Masalah

(22)

tidak berkembang menjadi lebih luas, maka perlu adanya batasan terhadap

permasalahannya. Batasan permasalahannya adalah sebagai berikut :

1.

Gerakan yang dibuat adalah gerakan sudut ketika helikopter sudah berada

pada ketinggian yang diinginkan di udara.

2.

Gerakan sudut yang digunakan adalah kanan (45˚, 90˚, 135˚) dan kiri (45˚,

90˚, 135˚).

3.

Digunakan sebuah potensiometer untuk mengetahui berapa derajat helikopter

bergerak.

4.

Proses pengendalian ini dapat dilakukan dengan jarak yang pendek, hal ini

dikarenakan efek dari sensor pemancar dan penerima.

5.

Proses pengendalian dan pemantauan menggunakan pemrograman

mikrokontroler 8535 dengan basis PD Digital.

1.6 Metodologi

Penelitian

Agar dapat melakukan perancangan alat dengan baik, maka penulis

membutuhkan masukan serta referensi yang didapatkan dengan metode :

1.

Studi kepustakaan yang mencakup literatur-literatur, gambar-gambar dan

manual.

2.

Mencari informasi dari berbagai media termasuk dari dunia maya (internet)

tentang sensor sudut.

3.

Melakukan dialog secara langsung dengan pembimbing tugas akhir.

4.

Melakukan penelitian, pengambilan data dan pengujian di laboraturium.

5.

Melakukan kunjungan ke perpustakaan dan toko – toko buku untuk bahasan

(23)

6.

Melakukan kunjungan langsung ke perpustakaan SMK Penerbangan

Angkasa Ardhya Garini Adisucipto Yogyakarta.

7.

Mencari informasi baik tentang helikopter maupun tentang teori –teori ke

teman – teman seperjuangan.

8.

Membuat perangkat keras berdasarkan perhitungan rangkaian yang telah

dibuat maupun rangkaian yang didapat dari

data sheet

. Sedangkan untuk

perangkat lunak didapat dari data – data yang diperoleh dengan

menggunakan program AVR.

9.

Melakukan pengetesan dari program yang telah dibuat.

10.

Pengambilan data baik pada motor maupun pada sensor.

11.

Pembuatan laporan, berdasarkan data – data yang sudah diperoleh dari proses

pengetesan program dengan

hardware

dan berdasarkan data yang sudah

diperoleh.

1.7 Sistematika

Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I

: PENDAHULUAN

Bab ini berisi judul, latar belakang masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian,

batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

: DASAR TEORI

(24)

BAB III : PERANCANGAN

Bab ini berisi perancangan dari kendali yang dibuat untuk memecahkan

permasalahan yang ada.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil dari perancangan

hardware

dan

software

, pengambilan data,

penampilan data, pembahasan dan analisis hasil penelitian yang telah

dilaksanakan.

BAB V

: KESIMPULAN DAN SARAN

(25)

6

KENDALI SUDUT PADA MODEL HELIKOPTER BERBASIS

PID DIGITAL

” digunakan untuk mengendalikan helikopter pada jarak yang

sudah ditentukan. Dalam pengendalian helikopter ini, tentunya harus terlebih

dahulu mengetahui prinsip kerja dasar dan piranti atau komponen yang akan

digunakan.

2.1 Helikopter

[1]

2.1.1 Sejarah Singkat Helikopter

Helikopter adalah sebuah pesawat yang mengangkat dan terdorong oleh

satu atau lebih rotor (

propeller

) horizontal besar. Helikopter diklasifikasikan

sebagai

pesawat sayap-berputar

untuk membedakannya dari pesawat sayap-tetap

biasa lainnya. Kata helikopter berasal dari bahasa Yunani

helix

(spiral) dan

pteron

(sayap). Helikopter yang dijalankan oleh mesin diciptakan oleh penemu Slovakia

Jan Bahyl.

2.1.2 Prinsip – prinsip Aerodinamik

.

Pesawat terbang memerlukan suatu gaya angkat (

lift

) yang mampu

mengimbangi berat (

weight)

pesawat agar dapat mengudara. Gaya angkat tersebut

dihasilkan melalui suatu bidang angkat (

lifting surface

) yang dirancang

(26)

a.

Bidang Angkat.

Pesawat terbang bersayap tetap bidang angkatnya lebih di kenal

dengan sayap. Pada helikopter tidak dilihat adanya sayap seperti yang

terdapat pada pesawat bersayap tetap, tetapi bagian yang berputar lebih

dikenal dengan rotor yang berfungsi sebagai bidang angkatnya. Rotor

helikopter terdiri atas daun-daun rotor (

blades

).

Sayap maupun daun-daun rotor mempunyai penampang lintang

yang khas disebut

airfoil

. Bentuk seperti ini dimaksudkan agar bila

bidang angkat dilintasi udara dengan kecepatan tertentu akan mudah

menghasilkan reaksi aerodinamik berupa gaya angkat. Lihat gambar 2.1 :

Gambar 2.1 bidang angkat pesawat sayap tetap dan helikopter dengan airfoilnya.

b.

Gerak dan Kecepatan

Airfoil

Sayap maupun daun-daun rotor dengan penampang lintangnya

tidak begitu saja menghasilkan gaya angkat. Diperlukan suatu gerak

sekaligus kecepatan (v) bagi

airfoil

. Dengan demikian akan ada aliran

(27)

menjadi media bagi

airfoil

atau bidang angkat untuk mengembangkan

gaya-gaya aerodinamik.

Pada pesawat-pesawat bersayap tetap, diperlukan gerak maju

untuk menghasilkan kecepatan udara bagi bidang angkatnya. Gerak maju

tersebut umumnya dihasilkan melalui aksi

propeller

atau sistem propulsi

yang menghasilkan

thrust

(daya dorong).

Pada helikopter, rotornya tidak memerlukan gerak maju untuk

mendapatkan kecepatan, tetapi diperlukan suatu gerak putar bagi

rotornya sehingga didapat suatu kecepatan putar (U).

c.

Gerak Benda dan Udara

Di dalam aerodinamika terdapat gerak relatif, karena

kenyataannya dalam mempelajari sifat-sifat aerodinamik suatu benda

(objek) yang bergerak di udara, gerakannya bukan terhadap tanah

(

ground

), karena merupakan gerak absolut, tetapi gerak benda tersebut

adalah terhadap udara yang disebut dengan gerak relatif. Dengan

demikian, akan ada pula kecepatan relatif (

Relative velocities

).

Kecepatan relatif adalah kecepatan benda (objek) terhadap udara

atau kecepatan udara terhadap benda. Keduanya mempunyai besaran

yang sama tetapi berlawanan arah.

d.

Prinsip – prinsip Aliran Udara.

Prinsip – prinsip aliran udara meliputi 4 unsur, yaitu:

1.

Tekanan Statik

(28)

2.

Tekanan te

menimbulk

adalah sam

tidak ada re

Tekanan D

Uda

tambahan.

bergerak di

menyebabk

yang mem

besarnya

permukaan

Tekanan di

udara (v).

Tekanan di

Gam

ersebut diseb

kan tekanan

ma, jadi gaya

esultan gaya

Dinamik

ara yang

Hal ini d

itahan pada

kan suatu ta

maksanya terh

di atas te

n bidang kar

inamik terga

inamik :

mbar 2.2 Tekan

but tekanan s

n statik. Tek

anya untuk s

a.

bergerak a

dikarenakan

suatu bidang

ambahan tek

henti, sehin

ekanan atm

rena kecepat

antung pada

nan statik dan t

statik. Misal

kanan ini ak

setiap benda

akan memb

kecepatann

g permukaan

kanan terhad

gga tekanan

osfer. Tam

an udara dis

kerapatan u

tekanan dinam

lnya udara y

ksinya ke s

a adalah setim

berikan sua

nya. Jika u

n, maka ener

dap permuka

n pada bidan

mbahan teka

sebut tekana

udara (

ρ

) dan

ik pada suatu o

yang tenang

segala arah

mbang dan

atu energi

udara yang

rgi ini akan

(29)

3.

4.

Garis – gar

Dal

konsep aru

arus yang m

Aliran di d

Beb

suatu zat c

tabung.

Den

mengalir m

yang melin

tabung. Ma

A, dan kec

Prin

konstan. Pr

bentuk tabu

Massa alir

ris Arus Uda

lam banyak

us udara (

st

menggambar

dalam Tabun

berapa hal

air atau fluid

ngan prinsip

melalui tabun

ntas di setia

assa alir di

epatan alir a

nsip aliran

rinsip massa

ungnya.

= konstan, m

Gamba

ara.

k aspek a

treamlines

).

rkan lintasan

ng

yang pentin

da, dapat dia

p suatu aliran

ng pipa ada

ap bagian a

dalam tabun

adalah :

kontinyu in

a alir yang ko

maka

ar 2.3 Tabung v

erodinamik

Streamlines

n satu partik

ng yang be

amati dengan

n yang kontin

alah konstan

adalah sama

ng dengan lu

ni menyatak

onstan ini da

venturi

biasanya

s

adalah ga

el dari aliran

erkaitan den

n suatu alira

nyu, massa a

. Artinya m

a di setiap t

uas penampa

kan bahwa

apat diterapk

digunakan

aris – garis

n udara.

ngan aliran

an di dalam

aliran yang

massa fluida

titik dalam

ang tabung

(2-2)

A

v

adalah

kan apapun

(30)

Jika dibuat garis – garis arus di dalam tabung venturi, akan

didapatkan bentuk seperti gambar 2-4:

Gambar 2.4 Garis arus (streamlines) di dalam tabung venture

Dari gambar di atas dapat di lihat bahwa di mana kecepatan

alirnya meningkat, maka garis arusnya adalah rapat. Prinsip inipun

dapat diterapkan jika aliran udara bukan di dalam tabung, tetapi

mengalir bebas di sekitar sayap. Dapat dilihat pada gambar 2.5.

Perhatikan pada bagian garis – garis yang arusnya merapat yang

terjadi pada bagian atas dari penampang sayap

(airfoil)

tersebut, hal

ini menunjukkan adanya peningkatan aliran pada daerah tersebut.

Gambar 2.5 Garis arus (streamlines) disekitar airfoil

Setiap aliran subsonik digambarkan dengan garis-garis arus,

daerah di mana garis arusnya makin merapat berarti pada daerah

tersebut terjadi kenaikan kecepatan, dan daerah di mana garis – garis

(31)

e.

Prin

dim

sehi

ditin

sesu

sepa

kece

teka

sepa

deng

ρ

ad

adal

Ketentuan

supersonik

nsip Bernoul

Bentuk

maksudkan u

ingga mengh

ngkatkan, m

uai dengan p

Prinsip

anjang arus

epatan udar

anan statik

anjang aliran

gan persama

Nilai y

dalah tekana

lah tekanan

ini tidak b

k.

lli

sayap ya

untuk mend

hasilkan teka

maka tekanan

prinsip Berno

p Bernoulli m

s alir tekan

a disuatu te

udara”. Kec

n udara pada

aan sebagai b

yang konstan

an statik (da

dinamis (dal

Gambar 2.

berlaku untu

ang cembu

dapatkan kec

anan udara r

n udara stat

oulli.

menyatakan

nan totalnya

empat selalu

cepatan dan

a permukaan

berikut:

n tersebut ad

alam hal in

lam hal ini =

.6 Permukaan a

uk aliran ud

ung pada

cepatan uda

rendah. Bila

tis akan men

bahwa, “pa

a akan teta

u akan diser

n tekanan u

n sayap atau

dalah tekana

i = energi p

= energi kine

atas sayap

dara dengan

permukaan

ara lokal y

a kecepatan u

njadi lebih

ada suatu al

ap, maka p

rtai dengan

udara pada s

blade

yang

an total (

tota

potensial) d

etik)

kecepatan

n atasnya

yang tinggi

udara lokal

kecil yaitu

iran udara,

eningkatan

penurunan

setiap titik

dinyatakan

(2-4)

al presure

),

an

(32)

Di sepanjang aliran jumlah energi potensial dan energi kinetik

adalah konstan. Ini berarti, semakin tinggi energi kinetik atau semakin

cepat sejumlah massa udara dipindahkan (mengalir) dari depan

kebelakang, maka akan semakin rendah energi potensialnya. Hal tersebut

berlaku pada permukaan atas maupun bawah dari sayap.

Gambar 2.7 Total tekanan pada permukaan atas sayap dan pada permukaan bawah sayap

Gambar 2.8 Tekanan statik dan dinamik

Rendahnya energi potensial di bawah tekanan atmosfer ini

merupakan suatu tekanan negatif, sehingga dapat memperbesar konstribusi

terjadinya gaya angkat.

Semakin cepat mengalirnya sejumlah massa udara dipermukaan

atas

airfoil

sayap, maka akan semakin besar gaya angkat yang terjadi.

Tekanan negatif statik yang besar dihasilkan pada permukaan. Bidang

(33)

bidang angkat

(lift).

Sedangkan sisanya dihasilkan oleh tekanan dinamik

pada permukaan tekanan sayap.

Berikut ini adalah gambaran aliran udara dan tekanan udara yang

terjadi pada bidang angkat ketika pesawat sedang terbang.

Gambar 2.9 Tekanan dan aliran udara pada bidang angkat

f.

Pola Aliran Udara di Sekitar

Airfoil

Pola aliran di sekitar

airfoil

dapat dilihat pada gambar – gambar

berikut ini:

Gambar 2.10 Pola aliran di sekitar airfoil

2.1.3 Gaya – gaya yang bekerja pada helikopter saat terbang

Helikopter tidak membutuhkan landasan pacu seperti pesawat terbang

karena helikopter dapat terangkat lurus ke atas dan mendarat kembali ke titik yang

sama. Cara terbang helikopter sama dengan pesawat terbang, tetapi helikopter

(34)

b

2

s

s

d

b

g

b

Ada

bekerja pada

1

2

3

2.1.4 Keseti

Di d

sentrifugal F

side slipping

disc

dimirin

belokan (gam

Kom

gaya sentrifu

belokannya

tiga gaya ya

a saat heliko

1.

Berat hel

2.

Resultant

gerakan

(

aerodyn

3.

Lift

F

N

rotation p

imbangan d

dalam kond

Fc. Jika tida

g

(menggese

gkan dengan

mbar 2.11)

mponen gaya

fugal Fc. Sem

(R).

ang bekerja p

pter terbang

likopter ,

m

t gaya hamb

pesawat.

amic center

)

yang menan

plane

dalam Memb

disi membe

ak diimbang

er ke sampin

n cara memi

a

(hasil

makin tinggi

pada saat he

g, yaitu:

menangkap d

bat (

drag

) F

F

x

mena

) helikopter.

ngkap di p

belok

elok, gaya

gi akan men

ng). Untuk m

iringkan

roto

l dari memi

i kecepatan

elikopter terb

di titik berat

F

x

yang ber

angkap di

pusat rotor,

baru akan

ngakibatkan

mengimbang

or disc

secar

iringkan

roto

maju v akan

bang. Ketiga

;

rlawanan ar

pusat ae

tegak luru

muncul, y

helikopter m

gi Fc, sekali

ra lateral kea

or disc

) me

n semakin b

a gaya yang

rah dengan

erodinamik

s terhadap

yaitu gaya

mengalami

i lagi

rotor

arah dalam

engimbangi

(35)

d

t

2

h

b

D

D

P

J

Deng

dengan pang

terbalik deng

2.1.5

Tail B

Tail

helikopter b

barang-baran

Dari keseimb

Dari kesetim

Perbandingan

Jadi

gan demikia

gkat dua ke

gan besar ra

oom

(Bagia

boom merup

besar ruanga

ng.

Gambar 2

bangan gaya

mbangan gaya

n

dan

an, sudut ke

ecepatan hel

dius belokan

an Belakang

pakan bagian

an di dalam

.11 Kesetimba

a-gaya vertik

a-gaya horiz

diperoleh :

emiringan l

licopter pad

n.

g Helikopter

n utama dar

tail boom

d

angan dalam m

kal :

zontal :

ateral disc

da saat mem

r)

ri bagian bel

dimanfaatkan

membelok

( ) berban

mbelok dan b

akang heliko

n untuk peny

(36)

Salah satu komponen yang dipasang pada

tail boom

adalah batang kemudi

rotor belakang (

Tail Rotor Kontrol Rod

). Batang kemudi rotor belakang (

tail

rotor

) dibuat dari pipa alumunium paduan yang berfungsi untuk menghubungkan

pedal kemudi yang selalu diinjak oleh penerbang dengan rotor belakang. Apabila

penerbang menginjak pedal kemudi, tenaga ini oleh batang kemudi diteruskan ke

rotor belakang dan ini berarti mengubah sudut

pitch rotor

belakang yang

fungsinya untuk mengubah arah penerbangan yaitu belok ke kanan atau ke kiri.

Gambar 2.12 Bagian belakang helikopter

2.2

PID Digital (

Proportional-Integral-Derivative

)

[2]

Masukan blok proses dalam sebuah sistem adalah keluaran dari blok

kontrol sedangkan untuk faktor koreksi dilakukan umpan balik (

feedback

) nilai

output

. Secara sederhana,

block diagram

untuk sebuah sistem dengan umpan balik

digambarkan pada gambar 2.13.

Gambar 2.13 Block diagram sistem dengan feedback

Mode Kontrol

proses

feedback

Set point

e (t)

u (t)

Output

(37)

k

n

a

p

s

o

k

s

2

d

t

d

k

s

s

I

kontrol adal

nilai yang di

adalah sebag

O

plant.

Peran

satunya ada

oleh pada ta

kurva reaks

sistem untai

2.2.1 Metod

D

dari sistem t

tidak menca

dominan, m

kurva berbe

sistem diber

sistem ini ak

Input

blok k

ah

manipula

iinginkan. Ji

gai berikut:

Output

dari

ncangan kon

alah metode

ahun 1942. M

i dan meto

terbuka (

op

de Kurva Re

Dalam meto

terhadap mas

akup integra

maka kurva

entuk-S, sep

ri masukan

kan berbentu

Gam

kontrol meru

ated variable

ika dalam ha

kontroler ak

ntroler PID d

Ziegler-Nic

Metode Zieg

de osilasi. M

en-loop

).

eaksi

[3]

de pertama,

sukan tangg

ator maupun

respon sebu

perti diperlih

sinyal u(t)

uk S.

mbar 2.14 Res

upakan

kontr

e u(t)

yang t

al ini dipakai

kan dihubun

dapat dibagi

chols. Metod

gler-Nichols

Metode kur

,secara eksp

a-satuan, sep

n nilai – nila

uah tangga

hatkan pada

berupa fun

spon tangga sat

Sistem

rol error

ata

telah mengo

i kontroler P

ngkan pada p

i menjadi b

de ini diperk

s memiliki d

rva reaksi d

perimental r

perti pada ga

ai kutub pas

satuan mun

gambar 2.1

ngsi tangga

tuan (step) sist

au

e(t).

Kel

lah nilai

err

PID maka alg

peralatan ya

eberapa met

kenalkan pe

dua cara, ya

didasarkan p

respons dapa

ambar 2.14.

sangan komp

ngkin keliha

15. Pada m

satuan (

step

tem

uaran blok

ror

menjadi

goritmanya

(2-14)

ang disebut

tode, salah

ertama kali

aitu metode

pada reaksi

at diproleh

jika sistem

pleks yang

atan seperti

metode ini,

(38)

Kurva output dari sistem ini kemudian akan digunakan untuk mencari

konstanta-konstanta yang akan dipakai untuk penalaan parameter PID. Konstanta

yang dibutuhkan adalah

dead time

(waktu mati) dan waktu tunda. Waktu mati

disimbolkan dengan L dan waktu tunda disimbolkan dengan T. Penentuan kedua

konstanta tersebut digambarkan pada gambar 2.15.

Gambar 2.15 Kurva respon berbentuk S

Dari gambar 2.15 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik setelah

selang waktu L. Sedangkan, waktu tunda menggambarkan perubahan kurva

setelah mencapai 66% dari keadaan mantapnya. Pada kurva dibuat suatu garis

yang bersinggungan dengan garis kurva. Garis singgung itu akan memotong

sumbu absis dan garis maksimum. Perpotongan garis singgung dengan sumbu

absis ini merupakan ukuran waktu mati dan perpotongan dengan garis maksimum

merupakan ukuran waktu tunda.

L T

66%

t

K

(39)

p

m

w

d

d

d

b

Z

penalaan par

merupakan r

Tabel 2.1 Pe

Tipe alat k

P

PI

PID

Kara

waktu tunda

dengan men

dan menent

,

dengan siste

Z

berdasarkan

Ziegler dan

rameter PID

rumusan pen

enalaan parame

kontrol

akteristik kur

a

L

dan ko

nggambarkan

tukan perpo

seperti dipe

em orde perta

Ziegler dan

rumus yang

n Nichols

D berdasarka

nalaan param

eter PID denga

K

p

rva berbentu

nstanta wak

n garis singg

otongan gari

erlihatkan pa

ama dengan

Nichols m

g diperlihatk

melakukan

an pada pero

meter PID de

an metode kurv

uk-S dapat d

ktu tunda

T

gung pada t

is singgung

ada gambar

keterlambat

menyarankan

an pada tabe

eksperime

olehan kostan

engan metod

va reaksi

T

i

2L

diberikan ole

T

dan konsta

titik perubah

dengan sum

2.15.

tan transport

penyetelan

el 2.1.

en dan me

nta

T

dan

L

de kurva reak

T

0

0

0,5

eh dua konst

anta waktu

han kurva b

mbu waktu

dap

t

 

n nlai K

p

, T

enyarankan

. Tabel 2.1

ksi.

T

d

0

0

5L

anta, yakni

ditentukan

erbentuk-S

dan garis

at didekati

(2-15)

(40)

Z

S

n

2

A

Ziegler-Nich

17)

Sehingga, al

nol pada

2.2.2 Metod

M

Dalam m

menggun

menamb

memiiki

berkesin

ini tidak

ditentuka

Nichols

rumus ya

r(t

Alat kontrol

hols member

lat kontrol P

.

de Osilasi

Metode kedu

metode kedu

nakan tindak

bahkan K

p

da

osilasi yan

nambungan u

k berlaku).

an secara ek

menyaranka

ang diperliha

+

-

t)

l PID yang

rikan:

PID memilik

ua dari met

ua ini, mula

kan kontrol

ari 0 ke suat

g berkesinam

untuk nilai K

Jadi, pengu

ksperimen, (

an penyetela

atkan pada t

K

p

u

g disepadank

ki suatu nilai

tode Nikols

a – mula di

proporsiona

tu nilai kriti

mbungan (ji

K

p

maupun y

uatan kritis

(dapat diliha

an nilai para

tabel 2.2.

u(t)

kan oleh m

kutub pada

– Ziegler a

set

T

i

=

al (ditunjukk

s K

cr

, disini

ika keluaran

yang boleh

K

cr

dan per

at pada gam

ameter K

p

, T

Sistem

metode perta

titik asal da

adalah meto

dan T

d

=

kan pada gam

mula – mul

n tidak mem

diambil, ma

riode Pcr y

mbar 2.17). Z

T

i

, dan T

d

b

c(t)

ama aturan

(2-16)

(2-18)

an dua nilai

(41)

d

d

b

m

s

i

l

Tabel 2.2 Kritis (me

Tipe

Semu

diferensial d

dinaikkan b

berosilasi. M

memiliki res

K

sistem diskr

interval pad

langsung dip

Gamb G Aturan penye etode kedua)

alat kontrol

P

PI

PID

ula parame

diatur nol (

bertahap hin

Metode osi

spon cepat.

Kontroler di

rit. Pada ko

da pengamb

proses untuk

c(t)

0

bar 2.16 Sistem

Gambar 2.17 O etelan Ziegler-N

K

p

eter integra

(Ti = ~ ;

ngga mencap

ilasi sering

igital bukan

ontroler digi

bilan

sampl

k mendapatk

m loop tertutup

Osilasi berkesin Nicols Didasar

ator diatur

Td = 0). P

pai harga y

digunakan

n mengguna

ital ukuran

le

. Setiap

an keluaran

dengan alat ko

nambungan da rkan pada pen

T

i

tak berhi

Parameter p

ang mengak

untuk me

akan sistem

error hanya

perubahan

yang diingin

P

cr ontrol proporsi

ari periode Pcr

guatan Kcr da

T

d

0

0

ngga dan

proporsional

kibatkan rea

erancang sis

m kontinyu,

a terukur set

yang diper

nkan.

t

ional

an periode Pcr

(42)

p

a

D

M

2

t

2

K

perhitungan

adalah untuk

Dengan :

Untu

Menjadi :

2.2.3 Defini

Kara

tangga satua

1.

Waktu t

mencapa

2.

Waktu n

dari 10%

akhir ya

biasa dig

Karena data

data yang

k setiap

samp

uk menyeder

isi Penggolo

akteristik tan

an (gambar 2

tunda (Td) m

ai setengah n

naik (Tr) me

% menjadi 9

ang biasa di

gunakan 10%

E(n+1) adal

akan datang

ple

waktu m

rhanakan nila

ongan Tangg

nggapan tran

2.18), dapat d

merupakan w

nilai akhir un

erupakan wa

90%, 5% me

igunakan. U

% menjadi90

lah data yang

g digunakan

maka persama

ai sigma :

gapan Tran

nsient suatu

dikelompokk

waktu yang

ntuk waktu p

aktu yang dip

enjadi 95%,

Untuk sistem

0%.

g berikutnya

n data yang

aan diskrit d

nsient

[3]

sistem kon

kan sebagai

diperlukan

pertama.

perlukan ole

atau 0% m

m atas renda

a belum ters

g saat ini E(

dapat ditulis

ntrol terhadap

berikut :

oleh tangga

eh taggapan

enjadi 100%

aman waktu

edia, maka

(n). Jika n

:

p masukan

apan untuk

untuk naik

% dari nilai

(43)

3

4

5

2

d

b

3.

Waktu p

mencapa

4.

Maksimu

diukur d

satu bias

Besarnya

5.

Waktu tu

mencapa

disederh

Waktu tu

G

2.3 Mikroko

M

dan memor

beberapa je

C

puncak (Tp

ai puncak pe

um (persen)

dari satuan. A

sanya diguna

a

overshoot

urun (Ts) w

ai dan tet

hanakan deng

urun tadi dih

ambar 2.18 K

ontroler AT

Mikrokontro

ri program

enis mikroko

C (t)

Mp

1

0,5

0

Tr

Tp

Ts

p) merupaka

ertama

oversh

)

overshoot,

Apabila nilai

akan persen

t

maksimum

aktu yang d

tap berada

gan presenta

hubungkan d

Kurva tanggapan

TMega 8535

ler adalah su

(ROM) ser

ontroler yan

Toleran

an waktu y

hoot.

Mp merupa

i akhir kead

overshoot

m

m menunjukk

diperlukan un

dalam gu

asi mutlak ha

dengan tetap

n tangga satuan

5

[8]

uatu keping

rta memori

ng memiliki

nsi yang diperb

yang diperlu

akn nilai pu

daan tunak t

maksimum d

kan kestabila

ntuk menang

ugus nilai

arga akhir (b

pan waktu te

n menunjukkan

IC dimana t

serbaguna

i fasilitas A

bolehkan

ukan tangga

uncak kurva

tanggapanny

dan didefinis

an relatif dar

ggapi kurva

akhir uku

biasanya 2%

erbesar sistem

n td, tr, tp, Mp, d

terdapat mik

(RAM), b

ADC, PLL,

t

0,05 atau 0,02

apan untuk

tanggapan

ya jauh dari

sikan oleh:

ri sistem.

agar dapat

uran yang

% atau 5%).

m kontrol.

dan ts

kroprosesor

ahkan ada

(44)

dalam satu kemasan. Penggunaan mikrokontroler dalam bidang kontrol sangat

luas dan populer.Ada beberapa vendor yang membuat mikrokontroler diantaranya

Intel, Microchip, Winbond, Atmel, Philips, Xemics dan lain - lain. Dari beberapa

vendor tersebut, yang paling populer digunakan adalah mikrokontroler buatan

Atmel.

Mikrokontroler AVR (Alf and Vegard’s Risc prosesor) memiliki

arsitektur RISC 8 bit, di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16-bits

word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 (satu) siklus clock, berbeda

dengan instruksi MCS 51 yang membutuhkan 12 siklus clock. Tentu saja itu

terjadi karena kedua jenis mikrokontroler tersebut memiliki arsitektur yang

berbeda. AVR berteknologi RISC (Reduced Instruction Set Computing),

sedangkan seri MCS 51 berteknologi CISC (Complex Instruction Set Computing).

Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu keluarga ATtiny,

keluarga AT90Sxx, keluarga ATMega dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang

membedakan masing – masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya.

Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bias dikatakan hampir

sama. Oleh karena itu, dipergunakan salah satu AVR produk Atmel, yaitu

ATMega8535. Selain mudah didapatkan dan lebih murah ATMega8535 juga

memiliki fasilitas yang lengkap. Untuk tipe AVR ada 3 jenis yaitu AT Tiny, AVR

klasik, AT Mega. Perbedaannya hanya pada fasilitas dan I/O yang tersedia serta

fasilitas lain seperti ADC,EEPROM dan lain sebagainya. Salah satu contohnya

adalah AT Mega 8535. Memiliki teknologi RISC dengan kecepatan maksimal 16

(45)

51. Dengan fasilitas yang lengkap tersebut menjadikan ATMega8535 sebagai

mikrokontroler yang powerfull. Adapun blok diagramnya adalah sebagai berikut.

Gambar 2.19 Blok Diagram ATMega8535

Dari gambar 2.19 dapat dilihat bahwa ATMega8535 memiliki bagian

sebagai berikut:

1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.

2. ADC 10 bit sebanyak 8 saluran.

3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.

4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

5. Watchdog Timer dengan osilator internal.

6. SRAM sebesar 512 byte.

7. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.

8. Unit interupsi internal dan eksternal.

9. Port antarmuka SPI.

(46)

11. Antarmuka komparator analog.

12. Port USART untuk komunikasi serial.Fitur ATMega8535

Kapabilitas detail dari ATMega8535 adalah sebagai berikut:

1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 Mhz.

2. Kapabilitas memory flash 8KB,SRAM sebesar 512 byte,dan

EEPROM(Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar

512 byte.

3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.

4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.

5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.

Konfigurasi Pin ATMega8535 Konfigurasi pin ATMega8535 bisa

dilihat pada gambar. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan secara fungsional

konfigurasi pinATMega8535 sebagai berikut:

1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai pin masukan catu daya.

2. GND merupakan pin ground.

3. Port A (PA0..PA7) merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan ADC.

4. Port B (PB0..PB7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

Timer/Counter, komparator analog, dan SPI.

5. Port C (PC0..PC7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

TWI, komparator analog dan Timer Oscillator.

6. Port D (PD0..PD7) merupakan pin I/O dua arah dan pin fungsi khusus, yaitu

komparator analog, interupsi eksternal, dan komunikasi serial.

(47)

8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock ekstenal.

9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.

10. AREF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.

Untuk memprogram mikrokontroler dapat menggunakan bahasa assembler

atau bahasa tingkat tinggi yaitu bahasa C. Bahasa yang digunakan memiliki

keunggulan tersendiri, untuk bahasa assembler dapat diminimalisasi penggunaan

memori program sedangkan dengan bahasa C menawarkan kecepatan dalam

pembuatan program. Untuk bahasa assembler dapat ditulis dengan menggunakan

text editor setelah itu dapat dikompilasi dengan tool tertentu misalnya asm51

untuk MCS51 dan AVR Studio untuk AVR.

2.3.2 ADC (

Analog to Digital Converter

)

Pada mikrokontroler ini telah disediakan ADC internal dengan fitur:

1.

Resolusi 10-bit

2.

0.5 LSB Integral tidak linier.

3.

Ketepatan mutlak ±2 LSN

4.

Waktu konversi 65-260 µs.

5.

Delapan kanal masukan.

6.

Selang tegangan masukan dari 0 sampai VCC.

7.

Memiliki tegangan referensi internal sebesar 2.56V.

8.

Dapat bekerja secara

free running

atau saat diperlukan saja.

9.

Mulai mengkonversi dengan trigger otomatis pada sumber

interupsi.

(48)

Proses inisialisasi ADC meliputi proses penentuan

clock

ADC,

pemilihan saluran tegangan referensi, fomat keluaran data dan mode pembacaan.

Register yang menangani ADC internal adalah register ADMUX (

ADC

Multiplexer Selection Registetr

) berfungsi menentukan tegangan referensi ADC,

format data keluaran, dan pemilihan jalur masukan, komponen register ini dapat

dilihat pada gambar 2.20. Register SFIOR (

Special Function IO Register

)

berfungsi untuk mengatur sumber picu konversi ADC, komponen register ini dapa

dilihat pada gambar 2.21. Register ADCSRA (

ADC Kontrol and Status Register

A

) berfungsi melakukan menajemen sinyal

kontrol

dan status dari ADC.

Gambar 2.20 Komponen register ADMUX

REFS(1:0) (

Reference Selection Bits

) digunakan sebagai pemilih

sumber tegangan referensi dari ADC, ADLAR (

ADC Left Adjust Result

)

digunakan untuk menentukan konfigurasi isi dari register ADCH dan ADCl

sebagai tempat menyimpan hasil konversi.

ADTS(2:0) (ADC

Auto Trigger Source

) untuk menentukan mode dari

ADC yang digunakan. ADEN (ADC

Enable

) berfungsi untuk mengaktifkan ADC

jika bernilai satu jika ingin memulai konversi. ADATE (ADC

Auto Trigger

Enable

), berhubungan dengan bit (ADTS) pada register SFIOR. Jika bernilai satu

menyebabkan

trigger

otomatis akan aktif. ADIF (ADC

Interrupt Flag

) bit ini

akan aktif, jika konversi telah selesai dan dapat memicu interupsi, selama fasilitas

(49)

Jika ADIE (

ADC Interrupt Enable

) berniali 1 dan bit I pada SREG 1

dan terjadi picuan dari bit ADIF, maka rutin interupsi ADC akan dilanjutkan.

ADPS(2:0) (

ADC Prescalar Select Bits

) mendefenisikan factor pambagi dari

sumber clock ADC.

Resolusi untuk 10-bit ADC dapat di hitung dengan persamaan :

; n= resolusi ADC

Pemilihan konfigurasi ADLR :

Gambar 2.21 Komponen register SFIOR

2.4

Hall Effect

Sensor

[6]

Hall effect

sensor merupakan sensor yang digunakan untuk mendeteksi

medan magnet.

Hall Effect

sensor akan menghasilkan sebuah tegangan yang

proporsional dengan kekuatan medan magnet yang diterima oleh sensor tersebut.

(50)

Pendeteksian perubahan kekuatan medan magnet cukup mudah dan

tidak memerlukan apapun selain sebuah induktor yang berfungsi sebagai sensor.

Kelemahan dari detektor dengan menggunakan induktor adalah kekuatan medan

magnet yang statis (kekuatan medan magnet yang tidak berubah) tidak dapat

dideteksi.

Oleh sebab itu diperlukan cara yang lain untuk mendeteksi kuat medan

magnet statis yaitu dengan sensor yang dinamakan dengan ‘

hall effect

’ sensor.

Sensor ini terdiri dari sebuah lapisan silikon yang berfungsi untuk mengalirkan

arus listrik.

Gambar 2.22 Hall Effect Sensor

Sensor

hall effect

ini hanya terdiri dari sebuah lapisan silikon dan dua

buah elektroda pada masing-masing sisi silikon. Hal ini akan menghasilkan

perbedaan tegangan pada output ketika lapisan silikon ini dialiri oleh arus listrik.

Tanpa adanya pengaruh dari medan magnet maka arus yang mengalir pada silikon

tersebut akan tepat di tengah-tengah silikon dan menghasilkan tegangan yang

sama antara elektrode sebelah kiri dan elektrode sebelah kanan sehingga

menghasilkan beda tegangan 0 volt pada output.

Ketika terdapat medan magnet mempengaruhi sensor ini maka elektron

yang mengalir akan berbelok mendekati/menjauhi sisi yang dipengaruhi oleh

kanan

(51)

medan magnet. Ketika elektron yang melalui lapisan silikon tersebut mendekati

sisi silikon sebelah kiri maka terjadi ketidakseimbangan tegangan output dan hal

ini akan menghasilkan sebuah beda tegangan.

Semakin besar kekuatan medan magnet yang mempengaruhi sensor ini

akan menyebabkan pembelokan elektron di dalam lapisan silikon ini akan

semakin besar dan semakin besar pula ketidakseimbangan tegangan antara kedua

sisi lapisan silikon pada sensor. Semakin besar ketidakseimbangan tegangan ini

akan menghasilkan beda tegangan yang semakin besar pada output sensor ini.

Arah pembelokan arah arus pada lapisan silikon ini dapat digunakan

untuk mengetahui polaritas kutub medan

hall effect

sensor ini. Sensor

hall effect

ini dapat bekerja jika hanya salah satu sisi yang dipengaruhi oleh medan magnet.

Jika kedua sisi silikon dipengaruhi oleh medan magnet maka arah arus tidak akan

dipengaruhi oleh medan magnet itu. Oleh sebab itu jika kedua sisi silikon

dipengaruhi oleh medan magnet yang mempengaruhi magnet maka tegangan

outputnya tidak akan berubah.

Sensor yang digunakan di dalam proyek ini adalah sensor UGN3503U.

Sensor ini akan menghasilkan tegangan yang proporsional dengan kekuatan

medan magnet yang dideteksi oleh sesnor ini. Selain itu komponen ini dipilih

karena relatif murah, mudah digunakan dan mempunyai performa yang cukup

baik. Sensor UGN3503 ini mempunyai 3 pin antara lain :

Pin 1 : VCC, pin tegangan suplai

Pin 2 : GND, pin ground

(52)

Gambar 2.23 Pin outHall Effect Sensor UGN3503U

Di dalam sensor ini sudah dibangun sebuah penguat yang memperkuat

sinyal dari rangkaian sensor dan menghasilkan tegangan output di tengah-tengah

tegangan suplai.Pada sensor ini jika mendapat pengaruh medan magnet dengan

polaritas kutub utara maka akan menghasilkan pengurangan pada tegangan output

sebaliknya jika terdapat pengaruh medan magnet dengan polaritas kutub selatan

maka akan menghasilkan peningkatan tegangan pada outputnya. Sensor ini dapat

merespon perubahan kekuatan medan magnet mulai kekuatan medan magnet yang

statis maupun kekuatan medan magnet yang berubah-ubah dengan frekuensi

sampai 20KHz.

Gambar 2.24 Blok Diagram Rangkaian Internal UGN3503U

2.5 POTENSIOMETER

[4]

Dalam kontrol posisi, letak suatu obyek diterjemahkan menjadi besaran

listrik yang dapat dimengerti oleh sistem. Rangkaian yang sering dipakai adalah

rangkaian pembagi tegangan (

voltage divider

). Rangkaian ini memiliki keluaran

berupa tegangan. Rangkaian pembagi tegangan yang sederhana dapat

(53)

Pada

pembagian

resistansi.

pada saat

tidak dapa

Secara sed

yang disu

maksimum

gambar 2.2

G

a gambar 2

n tegangan

R1 dan R2

Rsensor me

at bekerja d

derhana, pote

sun secara

m. Pada gam

26 menunjuk

Gambar

Gambar 2.25 R

2.25, nilai

input (Vin

2 merupaka

encapai nilai

dengan baik

ensiometer d

seri. Hasil j

mbar 2.26 d

kkan hubung

Gambar

2.27 Hubunga

Rangkaian pem

tegangan k

n) yang did

an resistansi

i ekstrim. D

maka yang

dapat dianalo

jumlahan re

digambarkan

gan seri resis

r 2.26 Potensi

an seri resistan

mbagi tegangan

keluaran (Vo

dasarkan pad

pengaman

alam hal ini

digunakan

ogikan seba

esistansi ters

bentuk

pot

stansi pada

p

ometer

nsi pada potens n

out) merup

da perbandi

yang memb

i, apabila se

adalah pote

gai dua buah

sebut merup

tensiometer

potensiomete

siometer

akan hasil

ingan nilai

batasi arus

ensor sudut

ensiometer.

h resistansi

pakan nilai

sedangkan

(54)

Berdasarkan gambar 2.27, dapat diketahui persamaan nilai tegangan

keluaran (Vout) dari perbandingan nilai resistansi RL dan RH, yaitu :

Vout =

RH

RL

RL

+

x Vin

(2-26)

2.6 TEORI MEKANIK

[7]

Yang dimaksud dengan teori mekanik pada alat ini adalah teori

mekanika yang ditunjang oleh elektronika dan berhubungan dengan alat ini.

Pembahasan teori mekanik ini dibatasi hanya seputar konversi

gear

dan

perbandingan kecepatan saja.

2.5.1 Konversi

Gear

dan Perbandingan Kecepatan

Dalam desain konversi antara dua buah

gear

, maka hal yang perlu

diperhatikan adalah persamaan (rumus) yang melandasinya. Dalam persamaan

konversi gear dan perbandingan kecepatan yang dihasilkan terdapat 2 (dua)

parameter yang harus diketahui, yaitu kecepatan putar roda utama (obyek yang

digerakkan) yang diinginkan dan rpm (rotasi per menit) dari motor yang

digunakan.

2.5.2 Relay

Relay merupakan rangkaian yang bersifat elektronis sederhana dan

tersusun oleh :

saklar

poros besi

Cara kerja komponen ini dimulai pada saat mengalirnya arus listrik

melalui koil,lalu membuat medan magnet sekitarnya merubah posisi saklar

(55)

komponen sederhana ini yaitu dengan bentuknya yang minimal bisa menghasilkan

arus yang lebih besar

Komponen sederhana ini dalam perkembangannya digunakan (

atau

pernah digunakan) sebagai komponen dasar berbagai perangkat elektronika,lampu

kendaraan bermotor,jaringan elektronik, televisi, radio, bahkan pada tahun 1930an

pernah digunakan sebagai perangkat dasar komputer yang keberadaannya kini

digantikan oleh mikroprosesor seperti IntelCorp.dan AMD. Semua itu karena

pemakaian relay mempunyai Keuntungan yaitu ;

Dapat mengontrol sendiri arus serta tegangan listrik yang diinginkan

Dapat memaksimalkan besarnya tegangan listrik hingga mencapai batas

maksimalnya

Dapat menggunakan baik saklar maupun koil lebih dari satu, disesuaikan

(56)

37

Secara garis besar pengendalian sudut

pada model helikopter terdiri

dari 2 bagian, yaitu bagian perangkat keras dan bagian perangkat lunak. Bagian

perangkat keras terdiri atas

interfacing

mikrokontroler ATMega8535 dengan

input

dan

output

serta mekanik pada model helikopter. Bagian perangkat lunak berupa

program di dalam ATMega8535 dengan kontrol PID Digital untuk menangani

input

dan

output

. Diagram blok perancangan alat secara umum ditunjukkan pada

gambar 3.1

Gambar 3.1 Diagram Blok Perancangan Alat Secara Umum

Pada gambar 3.1, dapat dilihat terdapat dua bagian yaitu, bagian 1

dikerjakan oleh Ni Made Juliartuti. Sehingga pada perancangan ini hanya akan

dibahas pada bagian 2 saja.

Mikrokontroler

Atmega8535

Set

Point

Rx

Driver

Motor

Potensiometer

Tx

Plant

PC

(57)

Cara kerja blok diagram di atas adalah :

1.

Pada PC (

Personal Computer

) terlebih dahulu sistem diaktifkan,

dengan demikian model helikopter mengirim data tentang

keberadaan posisi helikopter itu sendiri.

Set Point

yang diterima

oleh Rx akan diterima oleh mikro yang nantinya akan dikendalikan

oleh PID Digital.

2.

Data akan diolah oleh mikrokontroler ATMega 8535 pada setiap

interupsi yang diterima. Keluaran dari mikro akan masuk ke

driver

motor. Rangkaian

driver

menggunakan rangkaian transistor dan

relay 5V agar terhindar dari terbakarnya motor jika menggunakan

driver

motor DC. Dengan demikian model helikopter mulai bekerja

sesuai perintah yang diinginkan.

3.

Sensor akan mengecek apakah data yang dihasilkan sudah sesuai

dengan

set point

. Ketika data sama dengan

set point

, sensor akan

mengirim interupsi ke mikrokontroler yang kemudian motor akan

mengembalikan gerakan motor pada keadaan semula.

Keluaran sudut masih berupa analog yang nantinya akan dimasukkan

ke dalam ADC yang sudah terdap

Gambar

Gambar 2.8 Tekanan statik dan dinamik
Gambar 2.9  Tekanan dan aliran udara pada bidang angkat
Gambar 2.25  GRangkaian pemR
Gambar 3.2  Flow Chart secara umum
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Penerapan standar akuntansi terhadap penyusunan Laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso berbasis

In the context of English as second language teaching, English instructors have used many kinds of methods to provide students with the opportunities to

Corroborating previous studies, this study finds those marginalized groups have limited participation in the decision making process in PNPM-Rural when compared to other groups in

Untuk mempersempit masalah maka penulis membatasi ruang lingkup masalah mengenai pemahaman wajib pajak dan penerapan Sistem Self Assessment terhadap tingkat

empat puluh sembilan juta sembilan ratus enam puluh dua ribu rupiah Demikian agar saudara-saudara mengetahui, dan atas perhatian saudara dalam pelelangan tersebut kami ucapkan

The sun-exposed skin of individual fruit had much higher cyanidin 3-galactoside (anthocyanin) and quercetin 3- glycoside levels than the shaded skin, while phloridzin, catechins

Melalui metode action research dibantu dengan teknik pengumpulan data antara lain observasi, wawancara dan perekaman, dan untuk menganalisis data digunakan

Syahriol Sitorus, S.Si.M.IT selaku pembimbing penulis yang selalu memberi masukan baik kritik dan saran kepada penulis selama. pembuatan Tugas Akhir dari awal