• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENGARUH IRIGASI DAN MEKANISASI PERTANIAN TERHADAP

4.2 Pengaruh Irigasi Terhadap Petani Di Desa Sipoldas

4.2.1 Sistem Pertanian

23

meningkatkan hasil produksi pertanian. Tanpa adanya peningkatan hasil produksi pertanian, maka pembangunan perekonomian desa tidak akan pernah terwujud.

Desa sipoldas adalah daerah agraris yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Seperti disebut diatas maka pendapatan petani ini harus ditingkatkan jika ingin pembangunan perekonomian desa terwujud. Usaha meningkatkan pendapatan petani harus dilakukan secara bersama-sama antara pemerintah desa dan petani itu sendiri. Dalam usaha meningkatkan hasil pertaniannya, para petani sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun kesulitan-kesulitan sering dialami oleh para petani tersebut. Kesulitan tersebut muncul akibat kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pertanian. Kurangnya pengetahuan masyarakat ini membuat mereka susah menghadapi kesulitan-kesulitan yang muncul seperti serangan hama wereng. Akibatnya adalah produksi pertanian mengalami penurunan.

Di Desa Sipoldas para petani mengolah lahan pertaniannya adalah dengan cara tradisional, yaitu dengan mempergunakan alat-alat pertanian yang amat sederhana. Pada awalnya mereka belum mengenal apa itu yang disebut pupuk dan juga peralatan yang serba mekanis.

Pada awal mereka berada di Desa Sipoldas, penduduk bertani secara perladangan berhubung karena belum adanya sarana irigasi. Hasil yang didapat mereka tidak memadai, hal itu terlihat dengan rumah-rumah kecil yang mereka sebut dengan sopo. Dengan dasar kekurangan pendapatan ini, maka penduduk Desa Sipoldas merencanakan membuat sarana irigasi agar mereka dapat mengganti areal perladangan dengan areal persawahan. Dengan dipimpin seorang kepala desa disepakati membuat sarana irigasi yang sangat sederhana dengan membuat paret. Dengan dibangunnya irigasi ini diharapkan pendapatan para petani Desa Sipoldas akan meningkat. Semua pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan

sarana irigasi sederhana ini dibiayai sepenuhnya oleh rakyat atas dasar gotong-royong dan tanggung jawab bersama. Namun sarana irigasi sederhana ini memiliki banyak kekurangan misalnya sarana irigasi sederhana ini hannya dapat memenuhi sebagian kecil kebutuhan air bagi masyarakat petani. Dengan demikian pada awal tahun 1990 oleh pemerintah dibangunlah sarana irigasi teknis sebagai pengganti sarana irigasi sederhana yang dibuat oleh masyarakat. Dengan dibangunnya sarana irigasi ini maka penduduk mengalihkan pertanian dari pertanian ladang ke pertanian sawah. Pertanian sawah ini masih tetap menggunakan cara tradisional, dimana pemupukan belum berjalan dengan semestinya. Begitu juga dengan pemberantasan hama tanaman belum ditangani secara benar dan serius.

Marsiadapari adalah sistem sosial yang berlaku di tengah-tengah masyarakat yang menggambarkan satu kesatuan dalam mewujudkan satu cita-cita. Marsiadapari adalah cara pekerjaan sawah dengan bergoyong-royong. Cara ini biasanya dilakukan dengan perkelompok Dimana tiap kelompok biasanya berjumlah 8 sampai 10 orang. Dalam mengerjakan lahan pertanian tiap anggota kelompok ini secara bergiliran mengerjakan sawah para anggotanya. Tiap kelompok ini terdiri dari laki-laki apabila untuk mengolah areal pertanian, sedangkan kelompok perempuan adalah untuk menanam padi (marsuan).

Dalam pelaksanaan marsiadapari ini, apabila ada yang berhalangan, maka ia harus membayar kepada pemilik tanah diamana marsiadapari dilaksanakan sebanyak upah seorang dalam satu hari. Setiap anggota yang termasuk dalam kelompok tidak diwajibkan harus mempunyai tanah milik sendiri, tetapi bisa juga bagi yang tidak memiliki tanah. Apabila sampai waktunya para anggota kelompok bekerja ditanahnya, maka para anggota kelompok akan disuruh bekerja ditanah orang lain, dan upahnya diserahkan padanya. Tetapi dapat juga para anggota langsung membayar kepada orang yang tidak memiliki tanah tadi.

Berbicara mengenai buruh pertanian, ada juga yang datang khusus dari desa tetangga untuk mengambil upah dalam waktu menanam padi atau saat panen tiba. Dalam masa panen setiap 100 kaleng para buruh tani mendapatkan 13 kaleng sebagai upah. Dalam kegiatan sehari-hari dilahan pertanian belum ada tampak gejala bahwa para petani akan menuju modernisai pertanian. Oleh karena mereka masih tetap seperti biasa tanpa ada uasaha untuk meningkatkan hasil produksi dengan belajar dari kemajuan teknologi khususnya teknologi pertanian. Cara kerjanya masih sangat sederhana dari mulai menyemai bibit, menanam bibit hingga panen tiba semuanya dilakukan oleh tangan petani itu sendiri dengan dibantu oleh tenaga hewan (kerbau). Sistem kerja yang sangat sederhana ini membuat lahan-lahan pertanian sawah di Desa Sipoldas tidak produktif.

Pada akhir tahun 1990 petani mulai memakai pupuk kimia dan memakai jenis bibit unggul yaitu IR 32. Jenis bibit unggul ini adalah pendek-pendek dan umurnya relatif pendek yaitu ± 100 hari. Cara-cara pemakaian pupuk kimia ini, para penduduk belajar dari petugas-petugas pemerintah yang disebut PPL (Petugas Pertanian Lapangan).

Para petugas PPL ini datang ke desa-desa untuk memberikan penerangan-penerangan tentang pertanian dan teknologinya untuk meningkatkan pendapatan masyarakat petani. Apabila anggota PPL akan mengadakan penerangan atau penyuluhan maka oleh kepala desa rakyat dikumpulkan dalam satu tempat pertemuan. Akan tetapi ada kalanya juga para petugas PPl langsung mengadakan penyuluhan ke areal persawahan. Waktu-waktu yang diperlukan oleh para petugas adalah dikala para petani sedang istirahat, sehingga tidak akan mengganggu waktu petani dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari.

Penyuluhan-penyuluhan yang diberikan oleh petugas pertanian lapangan membawa pengaruh yang cukup baik bagi petani Desa Sipoldas. Para petani mulai mengikuti cara

bertani yang baik yang didapatkan dari penyuluhan pertanian yaitu dengan pemakaian pupuk kimia yang baik dan penggunaan bibit unggul.

Sekitar akhir tahun 1990 di Desa Sipoldas telah terjadi mekanisasi dalam bidang pertanian. Mekanisasi tersebut berupa alat-alat teknologi pertanian yang serba mesin seperti traktor. Masuknya traktor membuat pekerjaan para petani semakin ringan. Karena selama ini pekerjaan petani hanya dilakukan dengan bantuan tenaga hewan yaitu kerbau dan telah digantikan dengan traktor. Hasil kerja traktor ini juga berlipat ganda apabila dibandingkan dengan hasil kerja hewan. Dengan demikian lahan pertanian sawah yang diusahakan dalam satu musim tanam semakin meningkat.

Meningkatnya lahan pertanian yang dapat diusahakan dalam satu musim tanam ditambah dengan pemakaian pupuk kimia dan bibit unggul serta penerangan dan penyuluhan dari petugas pertanian, maka hasil yang didapatkan oleh para petani semakin meningkat. Hal itu ditambah lagi baiknya sarana irigasi dan pemeliharaan yang baik dari para petani itu sendiri. Baiknya pemeliharaan sarana irigasi tersebut adalah karena kesadaran para petani tersebut cukup tinggi dan kerja sama yang baik diantara petani.

Dokumen terkait