• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. RUTINITAS PETANI

3.2. Sistem Pertanian

Sebelum dilakukannya penanaman bibit padi, pengolahan tanah harus dilakukan untuk mempermudah penanaman bibit padi sehingga padi dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah bertujuan untuk mengubah sifat fisik agar lapisan semula yang keras menjadi datar dan berlumpur. Pembuatan bedengan juga berguna supaya air dapat bertahan sehingga memudahkan dalam mengolahnya dan juga air tidak merembes ke areal persawahan milik orang lain.

Menurut penuturan (bapak K.Sitorus 58 tahun wawancara 23 Januari 2013). Sekitar tahun 1960-an masyarakat masih mengandalkan tanaga kerbau untuk membajak sawahnya. Seiring berjalannya waktu, awal tahun 2000 kemajuan dibidang pertanian sudah mulai terlihat, contohnya Jetor (Hand Traktor) dan mampu menciptakan bibit-bibit padi yang unggul.

Terus berinovasi hingga pada saat ini, dengan memperbaharui hand traktor dengan menciptakan tenaga mesin yang lebih besar, sehingga mampu mengerjakan 2x luas areal yakni 40-50 rante / hari dibandingkan dengan hand traktor sebelumnya. Untuk mengerjakan areal persawahannya petani membayar Rp 40.000 pada setiap rantenya.

Ada 3 tahap penggunaan hand traktor sebelum bibit padi ditanam10

1. Ngelukku yaitu membalikkan tanah yang tujuannya supaya tanah lebih mudah dihancurkan dan bagian atas yang ditumbuhi rumput atau sisa batang padi dapat menjadi pupuk alami.

.

2. Meng-glebek yaitu menghancurkan tanah yang masih dalam bentuk lukuan. Kegiatan ini dibantu dengan media air, apabila air kurang mengakibatkan tanah akan susah dihancurkan

3. Memapani adalah tahap akhir sebelum dilakukannya penanaman, yaitu meratakan areal persawahan apabila ada gundukan tanah yang tidak rata.

3.2.2 Proses Pengolahan Tempat Pembibitan

Umumnya petani membuat tempat pembibitan di tempat yang tertinggi pada areal persawahannya dan juga mudah untuk memasukkan air. Tujuannya apabila hujan turun agar mudah untuk membuang air yang menggenangi tempat pembibitan tersebut. Biasanya petani membuat perbandingan tempat pembibitan dengan luas areal yang akan ditanami adalah 1 : 20 maksudnya satu rante tempat pembibitan cukup menanami 20 rante arael persawahan, dengan takaran 2 kg bibit

10

padi untuk satu rantenya. Proses pertama adalah mengolah tanah dengan cara membajak arael tempat pembibitan dengan menggunakan hand traktor, kemudian meratakan tanah dan juga membuang rumput atau batang-batang padi yang belum busuk. Karena apabila tidak dilakukan hal demikian nantinya bibit padi tidak akan tumbuh. Ada waktu-waktu tertentu bibit padi memerlukan air. Pada saat baru ditabur tempat pembibitan tidak perlu diisi air, ini akan mengakibatkan bibit padi tidak akan melekat pada tanah. 3 hari sebelum pencabutan bibit, saat inilah bibit padi memerlukan air yang cukup banyak. Tujuannya supaya tanah pembibitan terendam air dan memudahkan petani untuk mencabut bibit.

3.2.3 Pemilihan bibit padi

Masyarakat lebih cenderung menggunakan bibit padi yang sudah dipakai oleh masyarakat lainnya. Mereka tidak berani memakai bibit yang baru apabila belum dilihat hasil dan kualitas bibit tersebut. Berawal dari hal itu, sehingga masyarakat lebih berhati-hati dalam pemilihan bibit. Masyarakat lebih mempercayai bibit padi yang digunakan masyarakat lainnya yang sudah dilihat bahwa kualitas padi tersebut baik dan cocok untuk dijadikan bibit, dibandingkan dengan bibit padi yang dijual di grosir ataupun anjuran dari PPL. Untuk mendapatkan bibit padi tersebut, sebelumnya calon pemakai melakukan negoisasi kepada pemilik bibit padi, apakah bibit padi dibeli atau ditukar kembali dengan padi, hal ini sesuai dengan keinginan si pemilik bibit padi.

3.2.4 Proses pembibitan

Pemilihan bibit padi yang bagus adalah salah satu faktor untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah. Masyarakat desa Wonosari biasanya menggunakan bibit padi jenis IR 64. Bibit varietas ini dianggap lebih bagus dari varietas lainnya, kerena proses pemeliharaannya tidak begitu rumit dan hasilnya bagus menjadikan bibit varietas ini tetap diandalkan petani.

Masyarakat menggunakan perbandingan untuk 1 rante (20x20m) yaitu dengan 2 kg bibit padi. Sebelum dijadikan bibit padi terlebih dahulu dijemur dan dibersihkan dengan cara dipur-pur11

Ada waktu tertentu dimana petani mengalami kekurangan bibit padi saat penanaman. Petani harus berusaha mendapatkan bibit untuk menanami sawahnya . Sesudah dibersihkan, padi dimasukkan kedalam karung untuk direndam selama satu hari satu malam sehingga tunas padi keluar dengan sempurna dan siap untuk disemaikan di sawah. Belajar dari pengalaman, petani dengan sengaja melebihkan takaran bibit padinya. Karena pada nantinya akan sangat diperlukan apabila ada hal yang mengganggu atau merusak bibit padi yaitu untuk menggantikan padi yang tidak tumbuh pada saat dilakukan penanaman. Kemudian bibit padi ditabur di tempat yang sudah disediakan yang terlebih dahulu tanahnya sudah diolah petani. usia bibit padi sebelum ditanam bekisar 21-25 hari. Untuk mendapatkan bibit yang baik pengaturan air juga sangat penting, maksudnya apabila air terlalu banyak bibit padi tidak tumbuh dengan sempurna sedangkan apabila kondisi air terlalu sedikit mengakibatkan nantinya bibit padi susah untuk dicabut.

11

Dipur-pur (bahasa lokal) adalah padi yang dibersihkan dari sampah (padi yang kosong atau batang padi) dengan memanfaatkan angin sebagai media untuk membersihkan padi , yang nantinya padi tersebut dijadikan bibit.

yang masih kosong akibat kekurangan bibit. Sebelumnya petani sudah melebihkan bibit tersebut untuk mengantisipasi terhadap kerusakan bibit sewaktu disemaikan. Ini terjadi karena bibit padi belum melekat pada tanah tempat persemaian sehingga terbawa air saat tempat persemaian bibit padi tergenang air. Untuk menggantikan bibit padi yang kurang, biasanya petani mencari dan mengelilingi areal persawahan petani yang lain untuk mendapatkan bibit padi yang sisa. Untuk mendapatkannya petani harus menanyakan kepada pemilik apakah bibit tersebut boleh diambil atau dibeli. Terkadang inilah awal petani mengalami kekecewaan. Karena bibit yang dipakai dan yang didapatkannya dari petani lain berbeda, nantinya apabila memasuki masa panen kondisi padi tidak serentak untuk dipanen dan keadaan padi bercampur dengan padi yang seharusnya sudah dapat dipanen.

Dokumen terkait