B. Bahan Baku Penunjang
IV. SISTEM PROSES
Dalam membuat urea , ada 2 unit produksi yang saling berhubungan , yaitu unit produksi
amonia dan urea , sementara yang lainnya adalah unit utilitas yang bertugas mendukung
proses dengan menyediakan energi dan kondisi pendukung lainnya .
A. Unit Produksi Amonia
Unit produksi amonia merupakan tempat berlangsungnya pembuatan amonia . Unit ini
juga menghasilkan karbondioksida dan hidrogen. Kapasitas produksi desain sebesar
1000 ton amonia/hari . Pabrik amonia menggunakan proses hemat energi yang
dilisensi oleh Kellog Brown & Root , Inc . Unit ini dibagi menjadi delapan unit, yaitu:
1. Unit Pemurnian Gas Alam
Gas alam yang dipakai oleh PT. Pupuk Kujang berasal dari tiga sumber yaitu dari
Arco, L.Parigi di lepas pantai Cilamaya dan Mundu di Indramayu. Sebelum
digunakan di unit pembuatan gas sintesa maka gas alam terlebih dahulu dimurnikan
dalam tiga tahap, yaitu:
a. Pemisahan debu dan fraksi berat
Gas alam diumpankan ke pabrik amonia dengan tekanan 12 kg/cm
2, Temperatur
32
○C dan laju alir 36,6 ton/jam.Gas alam ini akan masuk ke knock out drum
(A-144-F) dengan tujuan agar debu, partikel-partikel halus, tetes-tetes cairan seperti
hidrokarbon dan air yang terkandung dalam gas alam dapat terpisah . Gas alam
akan menumbuk dinding drum , kemudian fraksi-fraksi berat jatuh kebawah
secara otomatis dan dikirim ke burning pit untuk dibakar. Umpan gas kemudian
mengalir masuk ke mercury guard chamber (A-102-D) untuk dihilangkan
kandungan merkurinya.
b. Penghilangan Mercury
Merkury yang terdapat dalam gas alam harus dihilangkan karena dapat meracuni
katalis. Di dalam A-102-D terjadi proses dimana merkuri diserap oleh karbon
aktif yang selanjutnya bereaksi dengan sulfur.Kondisi operasi yaitu 10,9 kg/cm
2dan 32
oC.Reaksi yang terjadi di dalam mercury guard chamber (A-102-D) yaitu:
Hg
(s)+ S
(s)HgS
(s)(4.1)
Tekanan gas alam dari mercury guard chamber belum cukup tinggi untuk
mengalirkan gas ke alat-alat berikutnya sehingga harus dinaikkan dari 10,9
kg/cm
2menjadi 44,7 kg/cm
2dalam feed gas compressor (A-102-J) dengan
bantuan turbin steam yang digerakkan oleh medium pressure steam .Sebagian gas
alam yang keluar dari kompresor dialirkan ke feed gas compressor kick back
cooler (A-133-C) untuk didinginkan lalu dimasukkan ke A-144-F dan
dikembalikan lagi ke kompresor. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
kekurangan gas di kompressor yang dapat menyebabkan rusaknya kompressor
karena kekurangan beban. Gas yang keluar selanjutnya dipanaskan di bagian
konveksi primary reformer .
c. Penghilangan sulfur ( Desulfurisasi )
Proses desulfurisasi dilakukan dalam dua tahapan.Pertama di hydrotreater (
A-108-D ) , dimana senyawa sulfur dihidrogenasi menjadi hidrogen sulfida pada bed
katalis Cobalt/Molybdenum (CoMo) sebanyak 10,2 m
3. Reaksi yang terjadi di
hydrotreater adalah:
RSH
(g)+ H
2(g)RH
(g)+ H
2S
(g)(4.2)
COS
(g)+ H
2(g)CO
(g)+ H
2S
(g)(4.3)
Pada tahap kedua , gas keluaran hydrotreater kemudian dimasukkan ke dalam
desulfurizer ( A- 108 DA,DB ) yang berisi katalis ZnO masing-masing sebanyak
30 m
3untuk penghilangan hidrogen sulfida .
22
Reaksi yang terjadi adalah :
H
2S
(g)+ ZnO
(s)ZnS
(s)+ H
2O
(g)(4.4)
Kondisi operasi adalah sekitar 360-371
oC dan tekanan 44 kg/cm
2.Katalis zync
mengikat sulfur dalam bed , sehingga kandungan sulfur berkurang dari 30 ppmv
menjadi 0,1 ppmv . Hal ini akan mencegah keracunan katalis pada saat reforming
dan low temperature shift converter .
2.Unit Pembuatan Gas Sintesis
Unit ini bertugas membuat gas sintesa, yaitu H
2dan N
2dengan perbandingan mol
3:1 sebagai umpan ammonia converter . Mula-mula gas alam akan mengalami
proses reformasi menjadi CO, CO
2, dan H
2di kemudian gas CO dikonversi menjadi
CO
2di shift converter .
a. Primary Reformer
Reaksi yang terjadi di primary reformer (A-101-B) adalah reaksi pembentukan
hidrogen dari senyawa hidrokarbon dan steam. Gas alam yang keluar dari
desulfurizer dicampur dengan steam dan dipanaskan di bagian konveksi primary
reformer. Gas alam yang masuk ke primary reformer diatur supaya perbandingan
mol S : C = 3,2 : 1, karena jika steam kurang akan terjadi reaksi samping sebagai
berikut:
CH
4(g)C
(s)+ 2H
2(g)∆H = +31,2 kkal/mol (4.5)
2CO
(g)C
(s)+ CO
2(g)∆H = -23 kkal/mol (4.6)
Gas kemudian dimasukkan dalam tube-tube katalis di unit radiant. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut:
CH
4(g)+ H
2O
(g)CO
(g)+ 3H
2(g)∆H = 49,3 kkal/mol (4.7)
CO
(g)+ H
2O
(g)CO
2(g)+ H
2(g)∆H = -9,8 kkal/mol (4.8)
Reaksi keseluruhan adalah endotermis. Panas yang dibutuhkan disediakan oleh
panas pembakaran gas alam di luar tube. Reaksi pembakaran dapat dituliskan
sebagai berikut:
CH
4(g)+ 2O
2(g)CO
2(g)+ H
2O
(g)∆H = -191,7 kkal/mol (4.9 )
2H
2(g)+ O
2(g)2H
2O
(g)∆H = -57,58 kkal/mol (4.10)
Gas yang bereaksi dalam tube akan mengalami peningkatan suhu dari 510
oC
menjadi 799
oC dengan tekanan di keluaran tube katalis adalah 36,2 kg/cm
2. Gas
akan keluar melalui bagian bawah tube dan disatukan dalam sebuah pipa besar
untuk masing-masing baris yang disebut riser. Dari riser, gas dikirim ke
secondary reformer (A-103-D) melalui suatu pipa besar yang disebut primary
reformer effluent transfer line . Untuk melindungi transfer line dipasang jaket
water sebagai pendingin . Keluaran dari primary reformer mengandung sekitar
66 % hidrogen dan 13,4 % volum metana . Gas hasil pembakaran yang suhunya
semakin tinggi dihisap oleh induced draft fan melalui unit konveksi untuk
dimanfaatkan panasnya . Dari unit konveksi, fuel gas dibuang ke udara melalui
suatu cerobong reformer stack (A-101-B1).
b. Secondary Reformer
Tugas secondary reformer adalah untuk melanjutkan reaksi reforming. Reaksi
yang terjadi sama dengan reaksi yang terjadi di primary reformer, tetapi panas
yang diperlukan diperoleh dari pembakaran langsung dengan udara di dalam
reaktor . Gas dan campuran udara masuk ke secondary reformer secara terpisah
dari bagian atas yang disebut mixing zone atau combustion zone dan bagian bawah
disebut reaction zone.
Gas dan udara dicampur dalam mixing zone, dengan reaksi pembakaran yang
terjadi sebagai berikut:
CH
4(g)+ 2O
2(g)CO
2(g)+ H
2O
(g)∆H = 191,7 kkal/mol (4.11)
H
2(g)+ O
2(g)2H
2O
(g)∆H = 57,8 kkal/mol (4.12)
Jumlah udara yang masuk diatur berdasarkan kebutuhan nitrogen untuk sintesis
amonia ,sehingga gas H
2dan N
2yang keluar mempunyai perbandingan mol yang
sesuai sebagai umpan amonia converter yaitu 3:1.Panas pembakaran ini
digunakan untuk reaksi reforming di bed katalis nikel . Kadar CH
4dalam gas
keluaran secondary reformer berkurang hingga 0,42 % volum , dengan suhu
keluaran sekitar 990
oC .
Keluaran dari secondary reformer akan mengalir ke secondary reformer waste
heat boiler ( A-101-C ) dimana akan terjadi sirkulasi untuk menghasilkan high
24
pressure steam . Kemudian gas tersebut mengalir ke HP steam superheater
(A-102-C ).Hal ini dilakukan untuk mempertahankan suhu sebesar 371
oC sebagai
umpan di HTS converter ( A-104-D1 ) .
c. Proses konversi menjadi CO
2( Shift Converter A-104-D1 , D2 )
Untuk memproduksi urea, dibutuhkan bahan baku amonia dan karbon dioksida,
karena itu gas CO yang ada perlu dikonversi menjadi CO
2. Konversi CO menjadi
CO
2terjadi di shift converter 104-D. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO
(g)+ H
2O
(g)CO
2(g)+ H
2(g)∆H = -9,8 kkal/mol (4.13)
reaksi ini eksotermis, sehingga konversi ke kanan yang mengkonversi gas CO
menjadi CO
2bertambah konversinya apabila temperatur diturunkan. Sebaliknya
jika temperatur dinaikkan konversi akan berkurang, oleh sebab itu shift converter
terdiri dari dua bagian, yaitu high temperature shift converter ( A-104-D1) dan
low temperature shift converter ( A-104-D2 ) .
high temperature shift converter (HTS) berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi
dengan menggunakan katalis Fe-Cu .Gas keluar pada suhu 434
oC dengan
kandungan CO sekitar 3,4 % volum . Sebelum masuk ke LTS gas proses akan
didinginkan hingga 209
oC di HTS effluent steam generator (A-103-C1,C2) .
Low temperature shift converter (LTS) berfungsi untuk meningkatkan konversi
reaksi pembentukan CO
2dengan katalis Cu/Zn . Gas akan keluar dari LTS pada
suhu 231
oC dengan kandungan CO sekitar 0,3 % kemudian dikirim ke unit
pemurnian gas sintesis.
3.Unit Pemurnian Gas Sintesis
Unit ini bertugas menyiapkan bahan baku ammonia converter , yang berupa gas N
2dan H
2. Karena itu gas–gas yang lain harus dipisahkan terlebih dahulu. Gas CO
2dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan urea, sehingga gas ini diambil dengan
cara diserap dengan larutan penyerap di dalam CO
2absorber, kemudian di
stripping untuk memperoleh gas CO
2yang siap untuk diumpankan ke dalam
reaktor sintesis urea di dalam CO
2stripper. Keberadaan CO dan CO
2di ammonia
kembali menjadi CH
4sebagai inert agar tidak merusak katalis. Proses perubahan
CO dan CO
2menjadi CH
4disebut proses methanasi, proses metanasi terjadi di unit
methanator.
a. CO
2Absorber (A-101- E) dan CO
2Stripper (A-102-E)
Gas yang keluar dari LTS dimasukkan melalui CO
2absorber ( A-101-E )
dengan menggunakan sparger dibagian menara . Kondisi absorbsi adalah 47
oC
hingga 80
oC dan tekanan sekitar 32,2 kg/cm
2. Sistem pengambilan CO
2menggunakan aMDea ( activated methyldiethanolamine ) dengan konsentrasi
40 % berat, sistem ini dirancang untuk mengurangi kandungan CO
2dalam gas
dari sekitar 18% volum hingga 600 ppmv . Gas yang keluar dari bagian atas
absorber masuk ke CO
2absorber overhead KO drum ( A-102-F2 ) untuk
memisahkan cairan yang terbawa . Kelebihan gas sintesis dari A-102-F2 dikirim
ke fuel gas preheater ( A-101-BCFU ). Pada absorbsi CO
2, mula-mula gas CO
2bereaksi dengan H
2O .
Reaksi absorbsi CO
2dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut :
a + MDEA + H
2O
(l)+ CO
2(g)MDEAH
++ HCO
3-( 4.14 )
Rich solution dari absorber bagian bawah dialirkan melalui hydraulic turbine
(A-107-JAHT ) kemudian larutan tersebut masuk ke stripper ( A-102-E ) untuk
melepaskan CO
2yang terkandung didalamnya .
CO
2stripper dirancang menjadi tiga bagian , yaitu : contact cooler section pada
bagian atas , low pressure flash section pada bagian tengah dan stripper section
di bagian bawah .
Rich solution dari hydraulic turbine masuk ke LP flash section dimana akan
terjadi flashing CO
2akibat adanya penurunan tekanan . Semi lean solution
pump ( A-108-J ) kemudian akan memompa larutan tersebut dari bawah LP
flash section melalui lean/semi lean solution exchanger ( A-112-C ) ke bagian
atas stripper section . Exchanger berfungsi untuk me-recover panas dari lean
solution yang meninggalkan stripper section . Larutan yang meninggalkan
26
reboiler ( A-105-C ) dan dengan uap bertekanan rendah di CO
2stripper steam
reboiler ( A-111-C ) .
CO
2dan steam dari LP flash section didinginkan menjadi 38
oC di contact cooler
section . Pendinginan ini disempurnakan dengan dikontakkan dengan condensed
water yang dialirkan melalui CO
2stripper quench cooler ( A-107-C ) oleh CO
2-stripper quench pump ( A-116-J/JA ) . CO
2yang diperoleh memiliki kemurnian
minimal 99 % volum dan kemudian dikirim ke pabrik urea .
Reaksi yang terjadi adalah kebalikan dari absorbsi CO
2yaitu :
MDEAH
++ HCO
3-a + MDEA + H
2O
(l)+ CO
2(g)( 4.15 )
Lean solution dari A-102-E didinginkan di A-112-C . Larutan kemudian
didinginkan oleh air pendingin dalam lean solution cooler ( A-110-C ) dan di
lean solution BFW exchanger ( A-109-C ) . Setelah pendinginan lean solution
dikirim ke bagian atas absorber oleh lean solution pump ( A-107-JA , JB , JC ) .
Senyawa antifoam disediakan oleh antifoam injection unit ( A-109-L ) yang
diinjeksikan ke A-107-J dan rich solution inlet A-102-E sebanyak 60 ml / 8 jam
shift kerja .
b. Pembentukan metana ( Methanator)
Gas keluaran metanator dibatasi kadar CO dan CO
2maksimum 5 ppmv . Reaksi
yang terjadi adalah kebalikan dari shift converter dan reforming , reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
CO
(g)+ 3H
2(g)CH
4(g)+ H
2O
(g)( 4.16 )
CO
2(g)+ 4H
2(g)CH
4(g)+ 2H
2O
(g)( 4.17 )
Gas proses dari CO
2absorber overhead knock out drum (A-102-F2) dengan
suhu 47
oC akan dipanaskan di methanator feed/effluent exchanger (A-114-C)
hingga temperatur 310
oC dan di methanator preheater (A-172-C1) hingga 316
oC.
Untuk aliran bypass dipasang methanator effluent cooler (A-115-C1,C2) sebagai
kontrol temperatur . Gas kemudian melewati methanator (A-106-D) yang berisi
katalis nikel sebanyak 19,8 m
3, reaksi akan berlangsung eksotermis dengan
kondisi temperatur operasi reaktor 316-345
oC . Keluaran metanator akan
didinginkan di A-114-C hingga 82
oC dan dengan air pendingin di
A-115-C1,C2 hingga 38
oC . Air yang terkondensasi dipisahkan di syn gas compressor
suction drum (A-104-F) kemudian sejumlah kecil gas sintesis akan direcycle ke
feed gas compressor (A-102-J) sebagai penyedia hidrogen untuk desulfurisasi .
4. Unit Sintesa Amonia
Make up gas sintesis dari A-104-F memiliki tekanan 30,5 kg/cm
2dan suhu 345
oC.
Tekanan ini belum cukup tinggi untuk reaksi di ammonia converter, sehingga gas
umpan ammonia converter dinaikkan terlebih dahulu menjadi 360-500
oC dan
tekanan 144,6 kg/cm
2dalam synthesis compressor (A-103-J) , yang terbagi menjadi
low pressure (LP) case dan high pressure (HP) case compressor . Gas sintesis
keluar LP case compressor didinginkan dahulu dalam synthesis gas compressor
intercooler ( A-116-C ) hingga 38
oC, serta synthesis gas compressor interstage
chiller ( A-129-C ) hingga 4,3
oC . Kondensat yang terbentuk dipisahkan dalam
synthesis gas compressor first stage separator ( A-105-F ),kemudian kondensat
dikirim ke synthesis gas compressor suction drum ( 104-F ) . Gas sintesis dari
A-105-F akan mengalir ke sistem pengeringan . Kemudian gas kering dari separator
dikompresi ke HP case compressor bersama-sama dengan recycle gas dari ammonia
separator ( A-106-F), dan keluar dari kompresor tekanannya sekitar 144,6 kg/cm
2dan suhu 55
oC . Pada HP case compressor dipasang synthesis gas compressor
kickback cooler (A-134-C) untuk menyediakan kemampuan turndown dan
mencegah terjadinya surging .
Sistem pengeringan oleh molecular sieve digunakan untuk menghilangkan air dan
sejumlah CO
2sehingga mencegah keracunan katalis pada converter . Pada sistem
ini terdapat 3 macam dryer yaitu : molecular sieve dryer ( A-109-DA,DB ) untuk
mengurangi kandungan uap air pada gas dari A-105-F hingga kurang dari 0,5 ppmv
dan CO
2di bawah 1 ppmv , molecular sieve regeneration gas dryer ( A-111-D )
untuk mengurangi kandungan uap air hydrogen-lean off gas dari hydrogen recovery
28
(A-173-C) untuk memanasi gas regenerasi dengan high pressure steam hingga
288
oC .
Amonia disintesis dari reaksi antara hidrogen dan nitrogen sebagai berikut :
N
2(g)+ 3H
2(g)2NH
3(g)( 4.18 )
Reaksi ini eksotermis dan dibatasi kesetimbangan kimia , terjadi di bed katalis iron
ammonia synthesis converter ( A-105-D ) pada tekanan sekitar 141 kg/cm
2dan
360-500
oC . Kandungan amonia di dalam gas keluaran reaktor dirancang sebesar
16,3 % volum . Sebelum mengalir ke 105-D gas sintesis dan gas recycle dari
A-103-J dipanaskan dahulu di ammonia converter feed / effluent exchanger (A-121-C)
hingga 238
oC .
Ammonia converter menggunakan desain KBR’s dengan dua bed
horizontal.Converter memiliki removable basket yang berisi kompartemen katalis
dan built-in heat exchanger . Pola aliran gas di converter disusun sedemikian rupa
agar semua gas sintesis melalui semua katalis sehingga menghasilkan konversi
overall maksimum .
Umpan converter mengalir melalui anulus di dalam bagian luar shell converter yang
menyebabkan shell relatif dingin . Gas kemudian mengalir melalui bagian shell
ammonia converter interchanger (A-122-C) untuk memanaskan umpan ke bed
katalis pertama berlawanan arah dengan keluaran dari bed itu . Keluaran gas
kemudian mengalir melewati bed katalis pertama , melewati tube A-122-C dan
melewati bed katalis kedua yang terdiri dari dua kompartemen untuk mencapai gas
velocity yang sesuai . Aliran yang melalui tiap-tiap bed katalis ini yaitu secara
downward .
Bypass di ammonia converter feed/effluent exchanger (A-121-C) menyediakan
pengurangan temperatur untuk umpan converter , sedangkan bypass ammonia
converter effluent steam generator (A-123-C) untuk meningkatkan temperatur
umpan converter . Secara bersamaan ketiga bypass dari 121-C , 122-C dan
A-123-C menyediakan kontrol temperatur masukan pada tiap bed katalis untuk
menghasilkan produksi maksimum amonia .
5. Unit Purifikasi dan Refrigerasi Amonia
Effluent dari synthesis converter akan didinginkan di A-123-C hingga temperatur
261
oC , di A-121-C hingga 72
oC kemudian amonia ini mulai terkondensasi di
ammonia converter effluent cooler (A-124-C) hingga temperatur 38
oC. Pendinginan
dan kondensasi amonia terakhir terjadi di ammonia unitized chiller (A-120-C) .
Heat exchanger ini dirancang khusus disediakan untuk mendinginkan converter
effluent dengan pendinginan amonia pada empat level suhu dan tekanan di
refrigerant flash drums yaitu : A-120-CF4 ( 16,6
oC dan tekanan 6,8 kg/cm
2) ,
A-120-CF3 (-2,2
oC dan tekanan 3 kg/cm
2) , A-120-CF2 (-17,8
oC dan tekanan 1,1
kg/cm
2) , dan A-120-CF1 (-33,3
oC dan tekanan 0 kg/cm
2) . Amonia yang
terkondensasi dipisahkan dari gas recycle di ammonia separator (A-106-F) . Gas
recycle ini akan menjadi cold fluid pada exchanger yang mengalami pemanasan
kembali di A-120-C dan kemudian dikirimkan ke A-103-J . Sedangkan amonia cair
dari A-106-F mengalami flashing di ammonia letdown drum (A-107-F) . Uap yang
ter-flashing , yang masih banyak mengandung gas sintesis terlarut dikirimkan ke
unit ammonia recovery .
6. Unit Ammonia Recovery
Purged gas bertekanan tinggi dari synthesis loop dikirim ke HP ammonia scrubber
(A-104-E) sedangkan uap dari A-107-F dan A-109-F dikirim ke LP ammonia
scrubber ( A-103-E) untuk menyerap amonia . Kemudian amonia akan di recovery
di ammonia stripper ( A-105-E ) . Overhead gas dari HP scrubber dikirim ke
hydrogen recovery unit sedangkan overhead gas dari LP scrubber dikirim ke fuel
gas .
30
7. Unit Hydrogen dan Purge Gas Recovery
Gas dari bagian atas HP ammonia scrubber dengan kandungan amonia dalam gas
sekitar 20 ppmv dikirim ke hydrogen recovery unit A-103-L . Hidrogen dan
sebagian kecil nitrogen dilewatkan melalui membran dan di-recycle ke synthesis
loop . Disini akan dihasilkan dua stream gas recovery yaitu stream bertekanan
tinggi yang dialirkan ke second stage syngas compressor dan stream bertekanan
rendah yang dialirkan ke first stage syngas compressor.Gas yang tidak dapat
melewati membran ( reject gas ) seperti metana dan argon purging dari amonia
synthesis loop dan nitrogen akan dikeringkan di A-111-D lalu digunakan untuk
regenerasi dari pengering gas sintesis kemudian gas akan dikirim ke fuel gas
system.
8. Unit Process Condensate Stripping
Kondensat proses ( process condensate ) dari raw gas separator ( A-121-J )
dipompa oleh process condensate pump (A-121-J,JA) ke process condensate
stripper ( A-150-E ) . Kondensat akan distripping dengan medium pressure steam .
Stripping tersebut akan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada dalam kondensat ,
Sebagai berikut :
• Amonia dari sekitar 1500 ppmv menjadi di bawah 10 ppmv .
• CO
2dari sekitar 4000 ppmv menjadi kurang dari 10 ppmv .
• Metanol dari sekitar 1900 ppmv menjadi kurang dari 20 ppmv .
Stripper dilengkapi dengan condensate stripper feed/effluent exchanger
(A-188-C1,C2,C3 ) . Lebih lanjut kondensat yang sudah distripping didinginkan di stripper
condensate cooler (A-174-C) hingga temperatur 41
oC . Kondesat dingin kemudian
dikirim ke boiler feed water preparation . Steam yang meninggalkan stripper
digunakan sebagai steam proses di primary reformer . Hal ini mengeliminasi
sumber dari polusi udara dari unit amonia .
B. Unit Produksi Urea
Pabrik urea Kujang IB didesain untuk memproduksi urea dengan kapasitas terpasang
1725 ton per hari dengan menggunakan proses ACES 21 . Proses pembuatan urea
terdiri dari 6 unit, yaitu:
1. Unit Synthesis Loop
Unit sintesis ini menghasilkan urea dengan cara mereaksikan amonia cair dan gas
CO
2menjadi amonium karbamat , selanjutnya larutan karbamat ini dikonversikan
menjadi urea.Peristiwa tersebut terjadi di dalam reaktor urea pada tekanan dan
temperatur tinggi, yaitu pada tekanan 155 kg/cm
2dan temperatur 182
oC. Reaksi yang
terjadi dalam reaktor sintesis urea adalah sebagai berikut :
2NH
3(g)+ CO
2(g)NH
2COONH
4(l)∆H = +38 kkal/mol (4.19)
NH
2COONH
4(l)NH
2CONH
2(l)+ H
2O
(l)∆H = -7,7 kkal/mol (4.20)
Umpan gas CO
2yang akan memasuki unit sintesis hanya boleh mengandung
sejumlah kecil hidrogen ( maksimum 0,8 % volum ) , sehingga hidrogen perlu
dihilangkan terlebih dahulu di dalam dehydrogen column (U-DC 151) dimana terjadi
reaksi pembakaran dengan bantuan katalisator platinum . Kemudian umpan CO
2dengan tekanan minimum 0,8 kg/cm
2dan temperatur maksimum 38°C dikompresi
hingga 160 kg/cm
2dan diberikan udara anti korosi dalam CO
2compressor (U-GB
101) sehingga kandungan O
2dalam CO
2antara 0,45-0,55 % volum . Sebagian besar
gas CO
2kemudian diumpankan ke stripper (U–DA 101) untuk tujuan stripping CO
2.
Sisanya diumpankan ke Reaktor (U-DC 101) dan LP decomposer (U-DA 202) .
Amonia cair dengan kondisi 18 kg/cm
2dan 30°C diperoleh dari ammonia reservoir
(U-FA 104) kemudian di-boost up oleh ammonia boost-up pump (U-GA 103 ) .
Sebelum masuk ke dalam reaktor , amonia akan melewati ammonia preheater ( U-EA
102 dan U-EA 103 ) untuk dipanaskan sampai 148°C dan juga melewati HP
carbamate ejector ( U-EE 101 ).
32
Reaktor (U-DC 101) dioperasikan pada 155 kg/cm
2dan 182°C . Ketika konversi
maksimum sudah mencapai 63% yaitu pada saat molar ratio NH
3/CO
23,7 , maka
larutan urea síntesis yang terbentuk di reaktor siap untuk dimasukkan ke stripper
(U-DA 101). Larutan urea sintesis dari Reaktor (U-DC 101) dipanaskan di falling film
heater . Sebagian besar ammonium carbamate dan excess NH
3yang terkandung
didalam larutan urea sintesis didekomposisi dan dipisahkan oleh stripper (U-DA 101)
dengan kondisi operasi 155 kg/cm
2dan 171°C . Gas yang sudah terpisahkan akan
dikirim ke carbamate condenser (U-EA 101). Sedangkan larutan urea yang
mengandung sekitar 12-13 % berat NH
3dan CO
2dikirim ke unit purification .
Carbamate condenser ( U-EA 101 ) terdiri dari bagian kondensasi dan bagian top
scrubbing . Bagian kondensasi mempunyai vertical U-tube bundle , 8 baffle plate dan
beroperasi pada 155 kg/cm
2dan 180°C . Gas NH
3dan CO
2dari stripper (U-DA 101)
akan masuk melalui bagian bawah dan terkondensasi membentuk ammonium
carbamate dan urea di sisi shell sedangkan di sisi tube BFW ( boiling feed water )
disirkulasikan oleh steam condensate circulation pump (U-GA 109).Panas kondensasi
yang terbentuk digunakan untuk membangkitkan steam 5 kg/cm
2di tube.
Pada bagian top scrubbing dipasang packed bed untuk menyerap gas NH
3dan CO
2yang tidak terkondensasi dengan menggunakan larutan recycle carbamate dari unit
recovery yang dipompakan oleh carbamate feed pump ( U-GA 102) masuk ke bagian
atas carbamate condenser ( U-EA 101 ) . Larutan karbamat dari bagian top scrubbing
dimasukkan ke bagian bawah bagian kondensasi lewat pipa internal down-flow
dengan gravitasi .
Gas keluaran dari bagian atas carbamate condenser ( U-EA 101 ) diumpankan ke HP
absorber ( U-EA 401 ) untuk recovery kembali NH
3dan CO
2yang masih lolos dan
sebagian lagi dikirim ke HP decomposer ( U-DA 201) untuk mengambil oksigen
sebagai agen pasifasi . Larutan urea – carbamate yang terbentuk mengalir ke atas di
sisi shell , kemudian ditarik keluar dari corong overflow untuk diumpankan kembali
ke reaktor ( U-DC 101) melalui HP carbamate ejector ( U-EE 101 ) .
2. Unit Purification
Pada unit purifikasi larutan dari unit sintesis yang terdiri dari urea, biuret, larutan
karbamat, air dan excess NH
3akan didekomposisi dan dipisahkan dari urea dengan
pengurangan tekanan dan pemanasan untuk memisahkan larutan karbamat dan
amonia berlebih yang terkandung didalam larutan urea sintesis . Larutan urea
dimurnikan sampai konsentrasi sekitar 67 % berat dengan sisa NH
3sekitar 0,5 %
berat dan kemudian dikirimkan ke seksi konsentrasi. Reaksi dekomposisi larutan
karbamat adalah sebagai berikut :
NH
2COONH
4(Ammonium carbamate)
(l)→ CO
2(g)+ 2NH
3(g)(4.21)
Selama dekomposisi , hidrolisa urea menjadi faktor yang penting karena hidrolisa
mengkonsumsi urea yang merupakan produk yang diinginkan . Proses hidrolisa
terjadi pada temperatur tinggi, tekanan rendah dan waktu tinggal yang lama seperti
ditunjukkan oleh reaksi berikut :
NH
2CONH
2(Urea)
(l)+ H
2O
(l)→ CO
2(g)+ 2NH
3(g)(4.22 )
Laju pembentukan biuret perlu diperhatikan karena pada konsentrasi NH
3yang
rendah dan temperatur diatas 90
0C akan berlangsung sangat cepat. Akan tetapi
Dalam dokumen
nes KP Kujang IB
(Halaman 33-52)