• Tidak ada hasil yang ditemukan

nes KP Kujang IB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "nes KP Kujang IB"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

(Laporan Kerja Praktek)

Evaluasi Kinerja

Ammonia Converter

(Effluent Exchanger)

PT. Pupuk Kujang IB

Neni Muliawati

Evaluasi Kinerja

(2)

PT PUPUK KUJANG I B (PERSERO)

CIKAMPEK – JAWA BARAT

Process Engineering KIB

Tugas Khusus

Evaluasi Kinerja

“Ammonia Converter Feed / Effluent Exchanger ”

Oleh

Neni Muliawati

0415041056

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2008

(3)

Judul Kerja Praktek

:

Evaluasi Kinerja ’Ammonia Feed / Effluent

Exchanger’

Nama Mahasiswa

:

Neni Muliawati

Nomor Pokok Mahasiswa : 0415041056

Jurusan :

Teknik

Kimia

Fakultas :

Teknik

MENYETUJUI,

Pembimbing

Herti Utami , S.T. , M.T.

NIP. 132258658

Ketua Jurusan Teknik Kimia

Ir. Azhar, M.T.

NIP. 132126862

(4)

MENGESAHKAN

Tim Penguji

Ketua :

Herti Utami , S.T. , M.T.

...

Penguji

Bukan Pembimbing

:

Dewi Agustina , S.T. , M.T

...

(5)

SANWACANA

Bismillahirrahmanirrahim....

Puji syukur ke hadirat Khalik , Sang Maha Pengasih Allah SWT karena berkat anugerah dan kasih sayang-Nya penulis dapat melaksanakan serta menyelesaikan laporan kerja praktek ini . Shalawat serta salam teruntuk junjungan besar kita

Rasullullah Muhammad SAW atas contoh suri tauladan bagi umat muslim .

Penulis melaksanakan kerja praktek di PT. PUPUK KUJANG IB periode 6 Agustus - 6 September 2007 di Bagian Process Engineer KIB dengan tugas khusus “ Evaluasi Kinerja Ammonia Feed / Effluent Exchanger ”.

Penulis menyadari banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak selama pelaksanaan kerja praktek, pengerjaan laporan kerja praktek dan seminar kerja praktek. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Ayahanda ‘Nelson’ dan Ibunda ‘Azni’ atas curahan cinta kasih , doa & ridho

kedua orang tua yang insyAllah merupakan ridho Allah , nasihat , dukungan material yang kesemuanya tak penat selalu diberikan kepada penulis.

2. Adinda tersayang ‘Nina Fitria’ , ‘Nestri’ dan ‘Naufal Azel Muzakkiy’ atas segala rasa cinta persaudaraan , support , nasihat serta limpahan doa .

3. Bapak Ir. Azhar M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung.

4. Ibu Herti Utami , S.T. , M.T. , selaku dosen pembimbing kerja praktek yang telah memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan laporan ini. 5. Ibu Dewi Agustina , S.T. , M.T , selaku dosen penguji atas segala kritik dan

saran dalam perbaikan isi dan penulisan laporan ini.

6. Ibu Meiry Heniarita , S.T , selaku pembimbing lapangan yang telah

(6)

8. Om ‘Chairil’ dan Tante ‘Lutfia’ beserta keluarga atas bantuan selama pengurusan administrasi pendaftaran di P.T Pupuk Kujang , yang juga telah mengizinkan penulis tinggal di kediaman Komplek Perumahan Pupuk Kujang Jl . Kenanga C13 , terutama atas rasa kasih sayang kekeluargaan , nasihat serta contoh teladan yang selalu terukir dihati penulis .

9. Om ‘Surya’ abo inggi yang sangat membantu dengan pemberian komputer

dan printer sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini . 10.Sahabat sekaligus saudari : ‘Usnul’ atas support dan doa; rekan kerja praktek

penulis ‘Anita’ (beserta keluarga) yang mengizinkan penulis tinggal sekitar 1 bulan di kediamannya juga mengizinkan penggunaan komputer serta printer dan ‘Cici’ yang mendampingi penulis selama persiapan dan pelaksanaan seminar “thanks for ours unforgettable memories of Kujang” ; ‘Micun’ ,

‘Uly’ , Fajar‘kijang2’ yang membantu selama persiapan seminar kerja praktek ; ‘Indriyani , Icha dan Ade’ yang menjadi teman diskusi Heat Exchanger ;

‘Puji’ yang mengizinkan penulis memakai komputer miliknya ; Nur ‘Nu’

yang meminjamkan printer ; ‘Sheelin’05 yang meminjamkan buku McCabe .

11.Kak Anggi ‘Zie’ 00 yang meminjamkan komputer , membantu membawakan

komputer penulis dari rumah Jakarta , atas informasi , saran , diskusi mengenai Kujang dan perhitungan tugas khusus , doa serta dukungan .

12.Kebersamaan teman – teman KIB : Rekan sebimbingan Meta dan Asep

(POLBAN) ; Galih dan Joe ( UNTAG ) , Bas dan Fitri ( ITB ) .

13.Teman – teman seperjuangan 2004 yang namanya tercantum di hati , Rekan seluruh angkatan di Jurusan Teknik Kimia atas bantuan , dukungan dan juga kehadiran pada seminar kerja praktek penulis.

14.Segenap pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Kerja Praktek yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna dan bermanfaat.

Bandar Lampung , Maret 2008

Neni Muliawati

(7)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ...iv

DAFTAR GAMBAR ... v

ABSTRAK ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Sejarah PT. Pupuk Kujang ... 1

B. Deskripsi Proses ... 2

1. Unit Utilitas ... 2

2. Unit Produksi Amonia ... 3

3. Unit Produksi Urea ... 3

4. Unit Pengantongan ... 4

C. Pelaksanaan Kerja Praktek ... 5

D. Tujuan kerja Praktek ... 5

E. Ruang Lingkup Kerja Praktek ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Karakteristik Bahan Baku dan Produk ... 6

1. Karakteristik Bahan Baku ... 6

2. Karakteristik Produk ... . 7

B. Pembuatan Amonia ... 9

1. Sejarah Pembuatan Amonia ... 9

2. Macam-macam Proses Sintesis Amonia ... 9

3. Prinsip Proses Sintesis Amonia ... 11

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sintesis Amonia... 12

C. Pembuatan Urea ... 13

1. Sejarah Pembuatan Urea ... 13

2. Macam-Macam Metode Sintesis Urea ... 14

3. Konsep Proses Sintesis Urea ... 14

(8)

ii 1. Gas Alam ... 16 2. Udara ... 17 3. Air ... 17 4. Amonia Cair ... 18 5. Gas Karbondioksida ... 18

B. Bahan Baku Penunjang ... 18

1. aMDea ( Activated Methyldiethanolamine ) ... 19

2. Katalis ... 19

IV. SISTEM PROSES ... 20

A. Unit Produksi Amonia ... 20

1. Unit Pemurnian Gas Alam ... 20

2. Unit Pembuatan Gas Sintesis ... 22

3. Unit Pemurnian Gas Sintesis ... 24

4. Unit Sintesis Amonia ... 27

5. Unit Purifikasi dan Refrigerasi Amonia ... 29

6. Unit AmmoniaRecovery ... 29

7. Unit Hydrogen dan Purge Gas Recovery...30

8. Unit Condensate Stripping...30

B. Unit Produksi Urea ... 31

1. Unit Synthesis Loop ... 31

2. Unit Purification ... 33

3. Unit Concentration ... 34

4. Unit Prilling ... 35

5. Unit Recovery...36

6. Unit Condensate Treatment...37

V. UNIT PENUNJANG PRODUKSI ... 39

A. Unit Pengantongan ... 39

1. Sistem Pengelolaan Urea Curah ... 39

2. Sistem Pengantongan Urea ... 40

3. Sistem Pengelolaan Urea Kantong ... 40

VI. SISTEM PEMROSES DAN INSTRUMENTASI ... 41

A. Alat-Alat Proses ... 41

1. Alat-Alat Utama Unit Amonia ... 41

2. Alat-Alat Utama Unit Urea ... 44

B. Sistem Pengendalian dan Instrumentasi ... 46

VII. PRODUK ... 48

A. Produk Utama ... 48

(9)

iii

VIII. UTILITAS ... 51

A. Unit Water Intake ... 51

B. Unit Pengolahan Air ... 52

1. Unit Water Pretreatment ... 52

2. Unit Demineralization ... 53

C. Unit Pembangkit Steam ... 54

D. Unit Pembangkit Listrik ... 54

1. Gas Turbine Generator Solar ( G-GI 7001 ) ... 54

2. PLN (Perusahaan Listrik Negara) ... 54

3. Emergency Generator ... 55

4. UPS (Uninterupted Power Supply) ... 55

5. DC Charger ... 55

E. Unit Pengolahan Air Pendingin (Cooling Water) ... 55

F. Unit Pengolahan Udara Pabrik dan Udara Instrumen ... 56

G. Unit Gas Metering System ... 56

1. Natural Gas System ... 56

2. Nitrogen System ... 56

H. Unit Pengolahan Limbah ( Waste Water Treatment ) ... 57

1. Pemisahan Air Berminyak (Oily Water Separator ). ... 57

2. Netralisasi Asam-Basa... 58

IX. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK ... 59

A. Tata Letak Pabrik ... 59

B. Lokasi Pabrik ... 60

X. ORGANISASI ... 61

A. Struktur Organisasi ... 61

B. Struktur Kebutuhan Tenaga Kerja ... 62

C. Waktu Kerja ... 62

D. Sistem Penggajian ... 63

E. Keselamatan Kerja ... 64

DAFTAR PUSTAKA

(10)

iv

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

2.1 Sifat-sifat Gas Alam ... 6

2.2 Sifat-sifat Air ... 7

2.3 Sifat-sifat Urea ... 8

2.4 Sifat-sifat amonia ... 8

3.1 Komposisi Gas Alam ... 17

3.2 Jenis Katalis…. ... ……. 19

6.1.1 Unit Pemurnian Gas Alam ………... 41

6.1.2 Unit Pembuatan Gas Sintesis……… 41

6.1.3 Unit Pemurnian Gas Sintesis……… 42

6.1.4 Unit Sintesis Amonia……… 42

6.1.5 Unit Purifikasi dan Refrigerasi Amonia………... 43

6.1.6 Unit Ammonia Recovery………... 43

6.1.7 Unit Hydrogen dan Purge Gas Recovery... 43

6.1.8 Unit Condensate Stripping………... 43

6.2.1 Unit Synthesis Loop ... 44

6.2.2 Unit Purification ... 44

6.2.3 Unit Concentration ... 44

6.2.4 Unit Prilling ... ………. 45

6.2.5 Unit Recovery... 45

6.2.6 Unit Condensate Treatment... 46

7.1 Kualitas Produk Urea ... 48

7.2 Ukuran Produk Urea... 48

7.3 Kualitas ammonia cair ... 49

7.4 Kualitas gas CO2 ... 50

(11)

v

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1.1 Bagan Overall Process PT Pupuk Kujang IB ... 4

8.1 Unit Water Treatment ... 52

8.2 Nitrogen System... 57

(12)

vi

ABSTRAK

Oleh

Neni Muliawati

Pabrik Pupuk Kujang IB merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berlokasi di Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek Kabupaten Kerawang , Propinsi Jawa Barat . Pendirian Pabrik Pupuk Kujang IB bertujuan untuk meningkatkan kemampuan PT Pupuk Kujang dalam memasok kebutuhan pupuk di Jawa Barat . Performance test untuk pabrik Kujang IB dilaksanakan pada 17-31 januari 2006 dengan kapasitas 570.000 ton/tahun untuk produksi urea dan 330.000 ton/tahun untuk produksi amonia . Pabrik ini terdiri dari 4 unit utama, yaitu unit ammonia, unit urea, unit utilitas, dan unit pengantongan.

Unit amonia menggunakan bahan baku utama berupa gas alam, air, dan udara. Untuk gas alam diperoleh dari 3 sumber yaitu : Offshore Arco, L. Parigi, dan Mundu . Pabrik amonia menggunakan Low Process Energi yang dilisensi oleh Kellog Brown & Root , inc. Produk yang dihasilkan berupa amonia cair dengan kapasitas terpasang 1000 ton per hari.

Unit urea menggunakan bahan baku berupa amonia cair dan gas karbondioksida dari unit amonia . Proses yang digunakan adalah ACES 21 , dengan kapasitas terpasang 1725 ton per hari. Produk urea yang dihasilkan memiliki kandungan nitrogen sebesar 46 %.

Unit utilitas berfungsi untuk menyediakan bahan baku penunjang untuk kebutuhan proses produksi di seluruh pabrik PT. Pupuk Kujang IB , dan pengolahan limbah pabrik . Sedangkan unit pengantongan berfungsi untuk mengelola butiran urea dari prilling tower hingga dikemas dalam karung plastik dan dipasarkan . Pemasaran urea ditangani sendiri oleh PT. Pupuk Kujang baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor .

Tugas Khusus yang dilakukan adalah ”Evaluasi Kinerja Ammonia Converter Feed/Effluent Exchanger (A-121-C) ”. Exchanger ini menyediakan kebutuhan energi untuk menaikkan temperatur umpan ammonia converter . Berdasarkan perhitungan fouling resistance ( Rd ) masih cukup baik yaitu 0,0000586 h m oC / kcal dibawah allowable desain 0,0002 h m oC/ kcal , sedangkan pressure drop total lebih besar 25,03 % dari pressure drop allowable desain , akibat laju alir massa yang terlalu besar .

(13)

I. PENDAHULUAN

A. Sejarah PT Pupuk Kujang IB ( KIB )

Pada repelita pertama sekitar tahun 1960-an pemerintah Indonesia mencanangkan

pelaksanaan program peningkatan produksi pertanian di dalam usaha swasembada

pangan . Demi suksesnya program pemerintah ini maka kebutuhan akan pupuk harus

terpenuhi . Mengingat perkiraan produksi pupuk urea dari PT. Pupuk Sriwijaya I (PUSRI

I) tidak mencukupi serta menyusul ditemukannya sumber minyak dan gas alam di

Cilamaya (pantai utara Jawa Barat) , maka muncul gagasan untuk membangun pabrik

urea di Jawa Barat .

Gagasan terealisasi dengan lahirnya PT.Pupuk Kujang pada tanggal 9 Juni 1975 yang

merupakan sebuah BUMN di lingkungan Departemen Perindustrian yang mengemban

tugas untuk membangun pabrik Pupuk Urea di desa Dawuan, Cikampek, Jawa

Barat.Pembangunan pabrik mulai dilakukan bulan Juli 1976 dan berjalan lancar sehingga

pada tanggal 7 November 1978 pabrik sudah mulai berproduksi dengan kapasitas

570.000 ton/tahun untuk produksi urea dan 330.000 ton/tahun untuk produksi

ammonia.Peresmian Pembukaan pabrik dilaksanakan oleh Presiden Soeharto pada 12

Desember 1978 dan mulai beroperasi secara komersial pada 1 April 1979.

Sesuai dengan program pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan

sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan , PT Pupuk Kujang membangun Pabrik

Pupuk Kujang IB ( KIB ).Pendirian pabrik KIB ini bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan PT Pupuk Kujang dalam memasok kebutuhan pupuk di Jawa Barat ,

(14)

meningkatkan skala ekonomis usaha perusahaan , dan melipat gandakan efek ekonomi

pada daerah disekitar perusahaan .

Pembangunan Pabrik Kujang IB ditangani oleh Kontraktor Utama Toyo Engineering

Corporation ( TEC ) Jepang dan Sub Kontraktor dalam negeri yaitu PT . Rekayasa

Industri sebagai

detail engineering construction

dan PT . Inti Persada Teknik ( IKPT )

sebagai

engineering construction

untuk unit service .

Penandatanganan kontrak dilaksanakan pada 15 Maret 2001 dan konstruksi dimulai pada

1 Oktober 2003 – 6 September 2005 , produksi amonia perdana terjadi pada 17 Oktober

2005 dan produksi urea prill perdana terjadi pada 24 Oktober 2005 .

Performance test

untuk pabrik KIB

dilaksanakan pada 17 – 31 Januari 2006 dimana

kapasitas pabrik sama seperti pabrik yang ada yaitu kapasitas untuk pabrik amonia

sebanyak 330.000 ton / tahun dengan menggunakan teknologi

Low Process Energy

dan

pabrik urea menggunakan teknologi ACES 21 dengan kapasitas sebanyak 570.000 ton /

tahun .

B.Deskripsi Proses

Secara garis besar, keseluruhan proses yang ada di pabrik Pupuk Kujang IB terbagi

menjadi 4 bagian utama, yaitu : Unit Utilitas, Unit Produksi Amonia, Unit Produksi Urea,

dan Unit Pengantongan . Pada bagian berikut ini akan dijelaskan penjelasan dari tiap-tiap

unit :

1.

Unit Utilitas

Unit ini mengelola dan menyediakan sarana untuk menunjang unit-unit lain dan

berfungsi juga untuk mengawasi,memproduksi untuk kelancaran proses produksi

dari suatu pabrik. Unit Utilitas ini terdiri dari 8 unit utama yaitu:

(15)

3

a.

Unit

water intake

b.

Unit pengolahan air

c.

Unit pembangkit

steam

d.

Unit pembangkit listrik

e.

Unit pengolahan air pendingin (

cooling water

)

f.

Unit pengolahan udara pabrik dan udara instrumen

g.

Unit

gas metering system

h.

Unit pengolahan limbah (

waste water treatment

)

2.

Unit produksi amonia

Unit produksi ini berfungsi untuk mengolah gas alam menjadi amonia dan

karbondioksida (CO

2

) yang akan digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan

urea . Unit Produksi Amonia ini terdiri dari 8 unit yaitu:

a)

Unit pemurnian gas alam

b)

Unit pembuatan gas sintesis

c)

Unit pemurnian gas sintesis

d)

Unit sintesis amonia

e)

Unit purifikasi dan refrigerasi amonia

f)

Unit

ammonia recovery

g)

Unit

hydrogen recovery

dan

purge gas recovery

h)

Unit

process condensate stripping

3.

Unit produksi

urea

Unit ini berfungsi untuk memproduksi urea dengan cara mereaksikan amonia cair

dan CO

2

yang berasal dari unit amonia dalam reaktor urea yang akan

menghasilkan urea, ammonium karbamat, biuret, air dan

excess

amonia. Urea

tersebut dipisahkan dari produk lainnya dengan cara pemanasan.

Dalam unit ini terdiri dari 6 unit utama yaitu :

a.

Unit

Synthesis Loop

b.

Unit

Purification

(16)

d.

Unit

Prilling

e.

Unit

Recovery

f.

Unit

Process Condensate Treatment

4.

Unit Pengantongan ( Bagging )

Unit ini berfungsi untuk mengemas urea ke dalam karung-karung plastik dengan

beberapa ukuran , mendistribusikan pupuk ke konsumen (pasar) dan menyimpan

urea yang belum terjual di dalam gudang penyimpanan yang berkapasitas 40.000

ton .

Secara umum bagan hubungan antara keempat unit bagian tersebut dapat dilihat

pada Gambar 1 dibawah ini

(17)

5

C. Pelaksanaan Kerja Praktek

Jurusan Teknik Kimia merupakan salah satu jurusan di Fakultas Teknik Universitas

Lampung yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam bidang teknik proses dan

proses pengubahan bahan baku menjadi produk . Untuk merealisasikan hal tersebut, salah

satu pendidikan dan pengajaran yang diterapkan oleh jurusan Teknik Kimia Universitas

Lampung adalah Orientasi Kerja Praktek Lapangan . Kerja praktek ini dilaksanakan

selama 1 bulan yaitu mulai tanggal 06 Agustus – 06 September 2007 yang bertempat di

PT. Pupuk Kujang IB , Cikampek – Jawa Barat.

D.

Tujuan Kerja Praktek

Tujuan pelaksanaan kerja praktek di PT. Pupuk Kujang IB , antara lain:

1.

Mendapatkan informasi mengenai proses pembuatan amonia dan urea, serta

sarana yang mendukung produksi di PT. Pupuk Kujang IB .

2. Mendapatkan informasi mengenai manajemen organisasi dalam suatu pabrik dan

penerapannya dalam upaya mengoperasikan suatu sarana produksi .

3.

Mengidentifikasi suatu masalah yang terdapat pada perusahaan dengan

pelaksanaan tugas khusus .

E. Ruang Lingkup Kerja Praktek

Adapun ruang lingkup pelaksanaan kerja praktek di PT Pupuk Kujang IB antara lain :

1.

Pengenalan perusahaan secara umum melalui orientasi umum .

2.

Orientasi khusus yang meliputi pengenalan sistem proses dan sistem pemroses.

Dalam orientasi khusus penulis ditempatkan di dinas Teknik Proses (

Process

Engineering

) KIB .

3. Melaksanakan analisa sistem pemrosesan di salah satu unit sebagai pelaksanaan

tugas khusus di unit Amonia KIB dengan judul Evaluasi Kinerja “Ammonia

Converter Feed / Effluent Exchanger

( A-121-C ) ”

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Karakteristik Bahan Baku dan Produk

Sifat fisik dan kimia dari senyawa yang akan dijadikan bahan baku dan produk yang akan dihasilkan suatu proses sangat diperlukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perlakuan awal dan kondisi operasi apa saja yang nanti akan dilakukan sehingga didapatkan produk yang diinginkan.

1. Karakteristik Bahan Baku

Pembuatan urea di PT Pupuk Kujang menggunakan bahan baku antara lain: gas alam, udara, dan air.

a. Gas Alam

Komposisi gas alam dipengaruhi oleh letak geografis sumber gas alam tersebut, sedangkan sifat gas alam dipengaruhi oleh komponen yang ada didalamnya. Sifat fisik gas alam dapat dilihat pada Tabel 2.1.Gas alam yang digunakan sebagai bahan baku di PT Pupuk Kujang berasal dari beberapa sumber minyak yang berada di lepas pantai utara Jawa Barat.

Tabel 2.1 Sifat-sifat fisik gas alam

Komponen Berat Molekul Titk Didih Normal (ºF) Specific Gravity Cairan (60ºC) Specific Gravity Gas (60ºC) Panas Pembentu kan (Kkal/mol) Metana 16,04 -258,7 0,248 0,554 -17,89 Etana 30,07 -127,5 0,368 1,038 -20,24 Propana 44,09 -43,7 0,508 1,552 -24,82 i-butana 58,12 10,9 0,563 2,001 -32,15 n-butana 58,12 31,1 0,584 2,001 -30,15 i-pentana 72,15 82,1 0,625 2,491 -36,92 n-pentana 72,15 96,9 0,631 2,491 -35,00 n-heksana 86,17 155,7 0,664 2,975 -39,96 CO2 44,01 -164,9 0,815 1,519 -94,05 H2S 34,08 -76,5 0,790 1,176 -4,82 N2 28,02 -320,4 0,808 0,967

Sumber: Perry, R., “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 5thed. Singapore.1999

(19)

7

b. Udara

Kandungan terbesar komposisi udara terdiri dari 79 % N2, 20 % O2 dan sisanya senyawa lain dalam jumlah kecil. Udara memiliki temperatur kritis (Tc) = -140,7 ºC dan tekanan kritis (Pc) = 37,2 atm dan densitas kritis (ρc) = 350 kg/m3 .

c. Air

Air (H2O) merupakan senyawa polar dan reaktif, oleh karena itu air dapat bereaksi dengan berbagai macam zat yang kepolarannya sama dan dapat menghantarkan listrik dengan baik . Air mempunyai tekanan kritis (Pc) = 218,4 atm, temperatur kritis (Tc) = 374,15º C, dan densitas kritis (ρc) = 323 kg/cm3. Sifat-sifat air lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Sifat-sifat fisik air.

Sumber: Perry, R., “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 5thed. Singapore.1999

2. Karakteristik Produk

Produk-produk yang dihasilkan oleh PT. Pupuk Kujang adalah Urea sebagai produk utama dan amonia (NH3), karbondioksida (CO2), karbonmonoksida (CO) , gas hidrogen (H2) , gas nitrogen (N2) sebagai produk antara.

a. Urea

Urea adalah senyawa berbentuk serbuk putih, tidak berbau atau

mengeluarkan bau amonia, dan tidak berasa .Urea mempunyai rumus molekul NH2CONH2

.

Di dalam air, urea akan terhidrolisis menjadi

amonium karbamat (NH2COONH4) yang selanjutnya akan terdekomposisi menjadi NH3 dan CO2 .

Sifat-sifat urea dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Sifat Air Berat molekul 18,05 Titik Beku (°C) 0 Titik Didih (°C) 100 Densitas (g/mL) 0,998 Viskositas (cP) 0,8948

Panas pembentukan (kJ/mol) 285,89 (18°C) Panas penguapan (kJ/mol) 40,65(100°C)

(20)

Tabel 2.3. Sifat-sifat fisik urea

Sumber: Perry, R., “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 5thed. Singapore.1999

Sumber: Perry, R., “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 5th

ed. Singapore.1999

b. Amonia

Amonia (NH3) merupakan bahan dasar pembuatan pupuk yang berbasis nitrogen, senyawa ini digunakan sebagai penyedia nitrogen yang siap digunakan dibandingkan dengan nitrogen bebas yang merupakan senyawa inert karena lebih mudah dikonversi oleh tanaman.

Amonia mempunyai bau yang sangat menyengat. Titik didihnya sangat rendah (-33,35 oC) pada tekanan atmosfer sehingga berwujud gas yang tidak berwarna dan sangat mudah larut dalam air membentuk basa lemah amonium hidroksida (NH4OH).

NH3(g) + H2O(l) NH4OH(l) (2.1)

Amonia dapat berwujud cair jika berada pada tekanan tingi yaitu sekitar 10 atm. Sifat-sifat ammonia dapat dilihat pada Tabel 2. 4.

Tabel 2. 4 Sifat-sifat fisik amonia

Karakteristik Nilai Berat Molekul 17,03 Titik Beku (oC) -77,07 Titik didih (oC) -33,35 Densitas (g/mL) 0,817 (80 oC) Viskositas (cP) 0,255 (-30 oC) Panas Pembentukan (kJ/mol) 46,2 (18 oC)

Karakteristik Nilai Titik leleh 132,7 oC Indeks refraksi, nD20 1,484;1,602 Specific gravity, d4 20 1,335 Bentuk kristalin Tetragonal, prisma

Energi bebas pembentukan (25oC) -42,120 cal/g mol Panas Pembentukan 60 cal/g, endotermik Panas larutan, dalam air 58 cal/g, endotermik Panas kristalisasi 110 cal/g, eksotermik 70% densitas bulk larutan urea 0,74 g/cm2

(21)

9

Panas Penguapan (kJ/mol) 23,3 (-33,3 oC)

Panas spesifik (J/g oC) 2,225

Sumber: Perry, R., “Perry’s Chemical Engineers’ Handbook”, 5th

ed. Singapore.1999

B. Pembuatan Amonia

1. Sejarah Pembuatan Amonia

Pada tahun 1789 seseorang yang bernama C.L. Barthelot menemukan senyawa amonia yang tersusun atas nitrogen dan hidrogen. Hidrogen murni yang digunakan diperoleh dengan elektrolisis air, sedangkan nitrogen diperoleh dengan distilasi udara cair, tetapi cara ini dinilai kurang efektif dan membutuhkan banyak biaya sehingga dilakukan percobaan untuk memperoleh proses lain yang lebih ekonomis sampai akhirnya Fritz Haber (1904-1909) menemukan cara sintesis amonia dengan proses lain yang lebih ekonomis yang dilakukan pada tekanan tinggi dengan penggunaan katalis yang sesuai.

Kemudian pada tahun 1913 Carl Bosch yang memimpin Badishe Anilud Soda Fabric (BASF) bekerjasama dengan Fritz Haber berhasil mengembangkan proses komersial untuk memproduksi amonia dengan mereaksikan gas nitrogen dan gas hidrogen yang diperoleh dari batu bara yang direaksikan dengan steam dan menggunakan katalis besi dengan penambahan Al2O3, MgO, CaO dan K2O

sebagai promotor. Sehingga sintesis amonia tersebut dikenal dengan proses Haber-Bosch, dengan persamaan reaksinya adalah:

N2 (g) + 3H2(g) 2NH3(g)

(2.2)

2. Macam-macam Proses Sintesis Amonia

Sampai saat ini ada banyak cara untuk sintesis amonia di antaranya adalah sebagai berikut :

(22)

b.Proses Claude c.Proses Casale d.Proses Fauser e.Proses Mont Cenis f. Proses Kellog

Proses yang dipakai oleh PT Pupuk Kujang IB untuk memproduksi amonia adalah lisensi dari Kellog Brown & Root (KBR) , Inc menggunakan proses hemat energi. Adapun secara garis besar tahapan prosesnya adalah sebagai berikut :

Pada langkah pertama, yang direaksikan adalah pembentukan gas hidrogen, karbonmonoksida dan karbondioksida dari senyawa hidrokarbon (gas alam) dan steam pada primary reformer. Pada primary reformer terdapat 4 buah heater yang masing-masing heater terdiri dari 48 tube katalis. Katalis yang dipakai adalah katalis nikel. Reaksi yang terjadi pada primary reformer ini adalah :

CH4(g) + H2O(g) CO(g) + 3H2(g) ∆H = 49,3 kkal/mol (2.3)

CO (g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g) ∆H = -9,8 kkal/mol (2.4)

Gas yang keluar diharapkan mempunyai tekanan 36,2 kg/cm2

dan

suhu 799 oC kemudian dikirim ke secondary reformer yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya reaksi reforming. Reaksi yang terjadi sama dengan reaksi pada primary reformer, tetapi panas yang digunakan diperoleh dari pembakaran langsung dengan udara di dalam reaktor. Gas dan campuran udara steam masuk ke secondary reformer secara terpisah dari bagian atas. Gas dan udara dicampur dalam mixing zone, dimana terjadi reaksi pembakaran sebagai berikut:

CH4(g) + O2(g) CO2(g) + 2H2O(g0 ∆H = -191,73 kkal/mol (2.5)

2H2(g) + O2(g) 2H2O(g) ∆H = -57,58 kkal/mol (2.6)

Reaksi di atas adalah reaksi eksoterm (mengeluarkan panas) sehingga panas pembakaran ini digunakan untuk reaksi reforming di bed katalis. Untuk membentuk urea , diperlukan NH3 dan CO2

sebagai

bahan baku . Oleh karena

itu, gas CO yang ada perlu diubah menjadi CO2 dalam shift converter yang

berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi CO manjadi CO2. Reaksi yang terjadi

(23)

11

CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g) ∆H = -9,8 kkal/mol (2.7)

Unit ini pun berfungsi sebagai tempat untuk mempersiapkan bahan baku sebelum masuk ke ammonia converter, yang berupa gas N2 dan H2 sehingga gas-gas lain yang ada harus dipisahkan dahulu . Gas CO2 yang diperlukan dalam pembuatan

urea diambil dengan cara diserap menggunakan larutan penyerap aMDEA yang kemudian dilepaskan kembali sehingga diperoleh gas CO2

.

Prosesnya adalah gas

yang keluar dari konverter dimasukkan ke dalam absorber.Reaksi absorbsi CO2 dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut :

a + MDEA + H2O(l) + CO2(g) MDEAH+ + HCO3- (2.8)

Gas CO2 dalam larutan rich solution akan dipisahkan dengan proses stripping

yang beroperasi pada tekanan rendah dan suhu tinggi . Reaksi yang terjadi merupakan kebalikan reaksi absorbsi yaitu :

MDEAH+ + HCO3- a + MDEA + H2O(l) + CO2(g)

(2.9)

Gas CO2 inilah yang digunakan sebagai umpan pada reaktor sintesis urea. Gas yang keluar dari absorber masih mengandung sisa CO dan CO2 yang dapat

menyebabkan rusaknya katalis di ammonia converter , oleh karena itu perlu diubah menjadi CH4 yang tidak meracuni katalis dalam metanator. Reaksi yang

terjadi dalam metanator merupakan reaksi kebalikan dari primary reformer. CO(g) + 3H2g) CH4(g) + H2O(g) ∆H = -49,3 kkal/mol (2.10)

CO2(g) + 4H2(g) CH4(g) + H2O(g) ∆H = 639,5 kkal/mol (2.11)

Reaksi yang terjadi pada ammonia converter adalah sebagai berikut :

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g)

(2.12)

Amonia yang terbentuk itu lalu dipisahkan dan dikondensasikan yang kemudian disimpan dalam bentuk cair .

(24)

Reaksi utama di unit amonia adalah reaksi gas hidrogen dan nitrogen menjadi NH3 yang terjadi pada seksi ammonia converter . Kondisi operasi optimum untuk

reaksi tersebut adalah dengan mempertahankan reaksi pada tekanan antara 140-150 kg/cm2 dan temperatur antara 430-500 oC . Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

1/2 N2(g) + 3/2 H2(g) NH3(g) ∆H 700K = -52,6 kJ/mol K (2.13)

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sintesis Amonia

Ada banyak variabel yang mempengaruhi sintesis amonia di dalam ammonia converter di antaranya adalah temperatur, tekanan, laju alir gas sintesis dan kecepatan ruang, perbandingan antara H2 dan N2, jumlah inert, serta katalis.

Penjelasan dari masing-masing faktor adalah sebagai berikut : a. Temperatur

Sesuai dengan Azas Le Chatelier “Jika suatu sistem berada dalam kesetimbangan, suatu kenaikan temperatur akan menyebabkan kesetimbangan itu bergeser ke arah yang menyerap kalor (reaksi penguraian/reaksi endoterm)”. Dan reaksi sintesis amonia merupakan reaksi eksoterm (reaksi pembentukan) :

N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ∆Hr o = -92,22 kJ (2.14)

Sedangkan reaksi penguraian amonia adalah reaksi endoterm :

2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) ∆Hr o = 92,22 kJ (2.15)

Perubahan temperatur akan mengakibatkan bergesernya kesetimbangan reaksi.

b. Tekanan

Menurut Azas Le Chatelier, kenaikan tekanan menyebabkan reaksi bergeser ke arah mol (koefisien reaksi) yang lebih kecil (ke arah pembentukkan NH3), tetapi jika tekanan berkurang maka kecepatan tumbukan antar molekul reaktan berkurang, sehingga kecepatan reaksi pembentukkan NH3 menurun atau ke arah penguraian NH3 .

(25)

13

c. Laju alir gas reaktan

Sesuai dengan Azas Le Chatelier, jika komponen reaktan ditambah dan produk terus-menerus diambil/dikurangi maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah pembentukkan NH3.

d. Perbandingan reaktan antara hidrogen dan nitrogen

Menurut reaksi kesetimbangan, pembentukan amonia dalam memproduksi 1 mol gas NH3 membutuhkan 1/2 mol N2 dan 3/2 mol H2. Perbandingan N2:H2 = 1:3.

e. Jumlah gas inert

Jika terjadi peningkatan kadar gas inert dalam ammonia coverter yang terutama terdiri dari metana dan argon maka dapat mengakibatkan turunnya produksi pembentukkan amonia.

f. Katalis

Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi. Peranan katalis adalah untuk menurunkan energi aktivasi reaksi. Sesuai dengan fasa terjadinya reaksi, maka katalis dibedakan menjadi dua jenis yaitu: katalis homogen dan heterogen. Dalam industri umumnya katalis yang dipakai adalah katalis heterogen karena lebih ekonomis. Katalis heterogen yang paling banyak digunakan adalah dalam bentuk unggun dengan keunggulan lebih mudah pengoperasiannya, mudah dalam regenerasi, dan harganya relatif lebih murah. Katalis yang digunakan untuk sintesis amonia adalah iron.

C. Pembuatan Urea

(26)

Urea ditemukan pertama kali oleh Roelle pada tahun 1773 dalam urine. Pembuatan urea dari amonia dan asam sianida untuk pertama kalinya ditemukan oleh F.Wohler pada tahun 1828 . Namun pada saat ini pembuatan urea pada umumnya menggunakan proses dehidrasi yang ditemukan oleh Bassarow pada tahun 1870. Proses ini mensintesis urea dari pemanasan amonium karbamat. Prinsip pembuatan urea pada umumnya yaitu dengan mereaksikan antara amonia dan karbondioksida pada tekanan dan temperatur tinggi didalam reaktor kontinu untuk membentuk amonium karbamat (reaksi1) selanjutnya amonium karbamat yang terbentuk didehidrasi menjadi urea (reaksi 2).

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

Reaksi

1 :

2 NH3(g) + CO2(g) NH2COONH4(g) (2.16 )

Reaksi 2 : NH2COONH4(g)

NH

2

CONH

2(g)

+ H

2

O

(l)

(2.17)

Sintesis urea dilakukan dengan amonia yang berlebih agar kesetimbangan dapat

bergeser ke arah kanan sehingga dapat dihasilkan produk yang lebih banyak .

2. Macam-Macam Proses Sintesis Urea

Berdasarkan ammonium karbamat yang tidak terkonversi,proses sintesis urea secara komersial dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Once-through urea process

Amonium Karbamat yang tidak terkonversi menjadi urea didekomposisi menjadi gas NH3 dan CO2 dengan cara memanaskan keluaran urea syntesis

reaktor pada tekanan rendah . Gas NH3 dan CO2 dipisahkan dari larutan

urea dan dimanfaatkan untuk memproduksi garam amonium dengan cara mengabsorbsi NH3 dengan larutan asam nitrat atau asam sulfat sebagai

absorben.

b. Solution recycle urea process

Karbamat yang tidak terkonversi didekomposisi menjadi gas NH3dan CO2

.

Selanjutnya gas amonia dan karbondioksida tersebut diabsorbsi oleh air dan dikembalikan kedalam reaktor dalam bentuk larutan.

(27)

15

3. Konsep Proses Sintesis Urea

Pada umumnya urea diproduksi dengan mereaksikan amonia dan CO2 pada

kondisi operasi optimumnya pada temperatur 185 oC dan tekanan 250 kg/cm2 sesuai dengan reaksiBassarow sebagai berikut:

2NH3(g) + CO2(g) NH2COONH4(g) ∆H = -117 kJ/mol (2.18)

NH2COONH4(g) NH2CONH2(g) + H2O(l)∆H = 15,5 kJ/mol (2.19)

Dari kedua reaksi di atas dapat dilihat bahwa reaksi pertama adalah eksoterm (mengeluarkan panas) dan yang kedua adalah endoterm (memerlukan panas). Panas yang dihasilkan pada reaksi pertama diserap pada reaksi kedua .

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sintesis Urea

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pembuatan urea yaitu:

a. Temperatur

Reaksi sintesis urea berjalan pada temperatur optimal adalah 185 oC dengan waktu pemanasan sekitar 30 menit. Jika temperatur turun akan menyebabkan konversi amonium karbamat menjadi urea akan turun b. Tekanan

Untuk menghasilkan urea yang optimal, maka diperlukan tekanan tinggi yaitu 250 kg/cm2 karena konversi amonium karbamat menjadi urea hanya berlangsung pada fasa cair sehingga tekanan harus dipertahankan pada keadaan tinggi.

c. Perbandingan NH3 dan CO2

Industri urea di Indonesia pada umumnya mensintesis urea dengan perbandingan NH3 dan CO2 adalah 3,5-4 mol. Hal ini dikarenakan

perbandingan mol dapat mempengaruhi suhu, tekanan operasi dan jumlah amonia yang terbentuk.

(28)

Jumlah air dalam reaktor dapat berpengaruh terhadap reaksi yang kedua yaitu penguraian amonium karbamat menjadi urea dan air. Jika terdapat air dalam jumlah yang cukup banyak, maka akan memperkecil konversi terbentuknya urea dari larutan karbamat.

(29)

III. BAHAN BAKU

A. Bahan Baku Utama

Bahan baku utama yang digunakan pada unit produksi amonia berupa gas alam, udara, dan air. Sedangkan pada unit produksi urea membutuhkan amonia cair dan karbon dioksida yang dihasilkan dari unit amonia.

1. Gas Alam

Gas alam merupakan campuran dari berbagai senyawa yang berada dalam fase gas dan didapat dari eksploitasi sumber minyak dan gas bumi. Senyawa utama yang terdapat pada gas alam terdiri dari 88-96% methana (CH4) dan sisanya mengandung hidrokarbon berat, gas pengotor dan gas inert .Gas alam diperoleh dari pertamina , dengan sumber yang berasal dari tiga tempat yaitu di lepas pantai utara Jawa Barat (Offshore Arco), Laut Parigi di lepas pantai Cilamaya dan Mundu di Indramayu.

Jumlah gas alam yang diperlukan sebagai bahan baku adalah 36,6 ton/jam. Masuknya gas alam ke dalam pabrik melalui jalur pipa gas alam antara lain Cilamaya – Cilegon, yaitu Citarik yang berjarak 7 km dari pabrik.Gas umumnya masuk pada temperatur 32 °C , tekanan 12 kg/cm2 dan Flow Rate 44,445 Nm3/h .

(30)

Tabel 3.1 Komposisi masukan gas alam

Komposisi % mol ( rata-rata )

CH4 91,415 C2H6 3,229 C3H8 0,997 C4 + 0,473 CO2 1,638 N2 2,248 Hg 10 ppb ( maksimum ) Sulfur 30 ppm (maksimum )

Sumber : PT Pupuk Kujang IB

2. Udara

Udara merupakan sumber dari gas N2 yang digunakan pada proses sintesa amonia. Kebutuhan udara untuk memproduksi 1 ton pupuk urea adalah sebesar 473,04 Nm3/h . Penggunaan udara didalam pabrik dibagi menjadi dua yaitu sebagai instrument air dan plant air

3. Air

Air merupakan bahan baku steam yang digunakan pada proses steam reforming. Air baku disuplai dari waduk Curug, Parung Kadali dan Hilir Bendungan Jatiluhur, dengan menggunakan stasiun pompa air.Untuk mengatasi kekurangan air, maka dibangun delapan kolam penampung emergency yang terletak di kawasan sekitar pabrik, yang mampu menampung air cadangan untuk operasi selama 10-14 hari. Air yang digunakan untuk proses dibedakan menjadi dua, yaitu: air umpan ketel dan air pendingin.

(31)

18

4. Amonia Cair

Amonia cair yang digunakan pada unit produksi urea berasal dari unit produksi amonia .Kebutuhan konsumsi amonia yaitu 0,568 ton/ton urea. Umumnya karakteristik amonia cair yang dikonsumsi yaitu :

a. Kadar ammonia : 99,5% berat minimum b. Kadar air : 0,5% berat minimum c. Minyak : 5 ppm (b/b) maksimum d. Tekanan : 18 kg/cm2 G

e. Temperatur : 25-30 °C f. Jumlah normal : 40,983 kg/jam g. Jumlah rancang : 49,18 kg/jam

5. Gas Karbondioksida

Gas CO2 yang diperlukan untuk pembuatan urea diproduksi oleh pabrik amonia.Adapun karakteristik CO2 antara lain :

a. Kadar CO2 : 98,5% volume minimum b. Kadar air : jenuh

c. Kadar sulfur : 1 ppm (b/b) maksimum d. Tekanan : 0,6 kg/cm2

e. Temperatur : 38 °C f. Jumlah normal : 27,4 kg/jam g. Jumlah rancang : 32,94 kg/jam

B. Bahan Baku Penunjang

Bahan penunjang yang dibutuhkan oleh PT Pupuk Kujang antara lain: asam sulfat, soda kaustik, klorin, resin amberjet , antifoam amerel, fosfat. Semua bahan ini adalah bahan kimia tambahan untuk pembuatan air proses, air umpan ketel dan kebutuhan penunjang lainnya . Selain itu juga dibutuhkan:

(32)

1 . aMDea (Activated Methyldiethanolamine)

Larutan aMDea berfungsi untuk memisahkan CO2 dari campuran gas sintesis . aMDea tersusun oleh 3 komponen yaitu :

• MDEA ( Methyl Diethanolamine ) berfungsi untuk menyerap CO2 dengan laju reaksi yang kecil .

Activator berfungsi meningkatkan laju reaksi penyerapan CO2 . • Air berfungsi sebagai pelarut dan juga sebagai reaktan .

Reaksi absorbsi CO2 dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut :

a + MDEA + H2O + CO2 MDEAH++HCO3- ( 3.1 )

2 . Katalis

Katalis yang digunakan oleh PT Pupuk Kujang pada unit produksi amonia dapat dilihat dalam Tabel 3.2 .

Tabel 3.2 Jenis katalis yang digunakan pada unit amonia

Unit Pemroses Katalis

Kisaran Volum ( m3 ) Umur katalis yang diharapkan ( Tahun )

Mercury Guard Chamber Actived Carbon 14,4 5

Hydrogenation Co-Mo 10,2 5

Desulfurization Zinc Oxide 30,0 1

Primary Reforming Ni 18,2 > 5

Secondary Reforming Ni / Al 25,8 > 5

High Temperature Shift Cu / Fe 49 > 5

Low Temperature Shift CuZn&Alumina 59,1 3 - 4

Methanator Ni 19,8 8 - 10

Ammonia Synthesis Iron/prereduced 59,6 8 - 10

Molecular Sieve Zeolite 5,5 3 - 5

Regeneration Dryer Zeolite 0,96 3 - 5

(33)

IV. SISTEM PROSES

Dalam membuat urea , ada 2 unit produksi yang saling berhubungan , yaitu unit produksi

amonia dan urea , sementara yang lainnya adalah unit utilitas yang bertugas mendukung

proses dengan menyediakan energi dan kondisi pendukung lainnya .

A.

Unit Produksi Amonia

Unit produksi amonia merupakan tempat berlangsungnya pembuatan amonia . Unit ini

juga menghasilkan karbondioksida dan hidrogen. Kapasitas produksi desain sebesar

1000 ton amonia/hari . Pabrik amonia menggunakan proses hemat energi yang

dilisensi oleh

Kellog Brown & Root , Inc

.

Unit ini dibagi menjadi delapan unit, yaitu:

1. Unit Pemurnian Gas Alam

Gas alam yang dipakai oleh PT. Pupuk Kujang berasal dari tiga sumber yaitu dari

Arco, L.Parigi di lepas pantai Cilamaya dan Mundu di Indramayu. Sebelum

digunakan di unit pembuatan gas sintesa maka gas alam terlebih dahulu dimurnikan

dalam tiga tahap, yaitu:

a.

Pemisahan debu dan fraksi berat

Gas alam diumpankan ke pabrik amonia dengan tekanan 12 kg/cm

2

, Temperatur

32

C dan laju alir 36,6 ton/jam.Gas alam ini akan masuk ke

knock out drum

(A-144-F) dengan tujuan agar debu, partikel-partikel halus, tetes-tetes cairan seperti

hidrokarbon dan air yang terkandung dalam gas alam dapat terpisah . Gas alam

akan menumbuk dinding drum , kemudian fraksi-fraksi berat jatuh kebawah

secara otomatis dan dikirim ke

burning pit

untuk dibakar. Umpan gas kemudian

(34)

mengalir masuk ke mercury guard chamber (A-102-D) untuk dihilangkan

kandungan merkurinya.

b. Penghilangan

Mercury

Merkury

yang terdapat dalam gas alam harus dihilangkan karena dapat meracuni

katalis. Di dalam A-102-D terjadi proses dimana merkuri diserap oleh karbon

aktif yang selanjutnya bereaksi dengan sulfur.Kondisi operasi yaitu 10,9 kg/cm

2

dan 32

o

C.Reaksi yang terjadi di dalam mercury guard chamber (A-102-D) yaitu:

Hg

(s)

+ S

(s)

HgS

(s)

(4.1)

Tekanan gas alam dari mercury guard chamber belum cukup tinggi untuk

mengalirkan gas ke alat-alat berikutnya sehingga harus dinaikkan dari 10,9

kg/cm

2

menjadi 44,7 kg/cm

2

dalam feed gas compressor (A-102-J) dengan

bantuan turbin

steam

yang digerakkan oleh

medium pressure steam

.Sebagian gas

alam yang keluar dari

kompresor

dialirkan ke feed gas compressor kick back

cooler

(A-133-C) untuk didinginkan lalu dimasukkan ke A-144-F dan

dikembalikan lagi ke kompresor. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah

kekurangan gas di kompressor yang dapat menyebabkan rusaknya kompressor

karena kekurangan beban. Gas yang keluar selanjutnya dipanaskan di bagian

konveksi primary reformer .

c. Penghilangan sulfur (

Desulfurisasi )

Proses desulfurisasi dilakukan dalam dua tahapan.Pertama di hydrotreater (

A-108-D ) , dimana senyawa sulfur dihidrogenasi menjadi hidrogen sulfida pada bed

katalis Cobalt/Molybdenum (CoMo) sebanyak 10,2 m

3

. Reaksi yang terjadi di

hydrotreater

adalah:

RSH

(g)

+ H

2(g)

RH

(g)

+ H

2

S

(g)

(4.2)

COS

(g)

+ H

2(g)

CO

(g)

+ H

2

S

(g)

(4.3)

Pada tahap kedua , gas keluaran hydrotreater

kemudian dimasukkan ke dalam

desulfurizer

( A-

108 DA,DB ) yang berisi katalis ZnO masing-masing sebanyak

30 m

3

untuk penghilangan hidrogen sulfida .

(35)

22

Reaksi yang terjadi adalah :

H

2

S

(g)

+ ZnO

(s)

ZnS

(s)

+ H

2

O

(g)

(4.4)

Kondisi operasi adalah sekitar 360-371

o

C dan tekanan 44 kg/cm

2

.Katalis

zync

mengikat sulfur dalam

bed

, sehingga kandungan sulfur berkurang dari 30 ppmv

menjadi 0,1 ppmv . Hal ini akan mencegah keracunan katalis pada saat reforming

dan low temperature shift converter .

2.Unit Pembuatan Gas Sintesis

Unit ini bertugas membuat gas sintesa, yaitu H

2

dan N

2

dengan perbandingan mol

3:1 sebagai umpan ammonia converter

. Mula-mula gas alam akan mengalami

proses

reformasi menjadi CO, CO

2

, dan H

2

di kemudian gas CO dikonversi menjadi

CO

2

di shift converter .

a.

Primary Reformer

Reaksi yang terjadi di primary reformer

(A-101-B) adalah reaksi pembentukan

hidrogen dari senyawa hidrokarbon dan steam. Gas alam yang keluar dari

desulfurizer

dicampur dengan steam dan dipanaskan di bagian konveksi primary

reformer. Gas alam yang masuk ke primary reformer

diatur supaya perbandingan

mol S : C = 3,2 : 1, karena jika steam kurang akan terjadi reaksi samping sebagai

berikut:

CH

4(g)

C

(s)

+ 2H

2(g)

∆H = +31,2 kkal/mol

(4.5)

2CO

(g)

C

(s)

+ CO

2(g)

∆H = -23 kkal/mol

(4.6)

Gas kemudian dimasukkan dalam tube-tube katalis di unit

radiant

. Reaksi yang

terjadi sebagai berikut:

CH

4(g)

+ H

2

O

(g)

CO

(g)

+ 3H

2(g)

∆H = 49,3 kkal/mol

(4.7)

CO

(g)

+ H

2

O

(g)

CO

2(g)

+ H

2(g)

∆H = -9,8 kkal/mol

(4.8)

Reaksi keseluruhan adalah endotermis. Panas yang dibutuhkan disediakan oleh

panas pembakaran gas alam di luar tube. Reaksi pembakaran dapat dituliskan

sebagai berikut:

CH

4(g)

+ 2O

2(g)

CO

2(g)

+ H

2

O

(g)

∆H = -191,7 kkal/mol

(4.9 )

(36)

Gas yang bereaksi dalam tube akan mengalami peningkatan suhu dari 510

o

C

menjadi 799

o

C dengan tekanan di keluaran tube katalis adalah 36,2 kg/cm

2

. Gas

akan keluar melalui bagian bawah tube dan disatukan dalam sebuah pipa besar

untuk masing-masing baris yang disebut riser. Dari riser, gas dikirim ke

secondary reformer (A-103-D) melalui suatu pipa besar yang disebut primary

reformer effluent transfer line

.

Untuk melindungi transfer line dipasang jaket

water sebagai pendingin . Keluaran dari primary reformer

mengandung sekitar

66 % hidrogen dan 13,4 % volum metana . Gas hasil pembakaran yang suhunya

semakin tinggi dihisap oleh induced draft fan melalui unit konveksi untuk

dimanfaatkan panasnya . Dari unit konveksi,

fuel

gas

dibuang ke udara melalui

suatu cerobong reformer stack (A-101-B1).

b. Secondary Reformer

Tugas secondary reformer adalah untuk melanjutkan reaksi

reforming

. Reaksi

yang terjadi sama dengan reaksi yang terjadi di primary reformer, tetapi panas

yang diperlukan diperoleh dari pembakaran langsung dengan udara di dalam

reaktor . Gas dan campuran udara masuk ke secondary reformer secara terpisah

dari bagian atas yang disebut

mixing zone

atau

combustion zone

dan bagian bawah

disebut

reaction zone

.

Gas dan udara dicampur dalam

mixing zone

, dengan reaksi pembakaran yang

terjadi sebagai berikut:

CH

4(g)

+ 2O

2(g)

CO

2(g)

+ H

2

O

(g)

∆H = 191,7 kkal/mol

(4.11)

H

2(g)

+ O

2(g)

2H

2

O

(g)

∆H = 57,8 kkal/mol (4.12)

Jumlah udara yang masuk

diatur berdasarkan kebutuhan nitrogen untuk sintesis

amonia ,sehingga gas H

2

dan N

2

yang keluar mempunyai perbandingan mol yang

sesuai sebagai umpan amonia converter yaitu 3:1.Panas pembakaran ini

digunakan untuk reaksi

reforming

di bed katalis nikel . Kadar CH

4

dalam gas

keluaran secondary reformer berkurang hingga 0,42 % volum , dengan suhu

keluaran sekitar 990

o

C .

Keluaran dari secondary reformer akan mengalir ke

secondary reformer waste

heat boiler ( A-101-C ) dimana akan terjadi sirkulasi untuk menghasilkan

high

(37)

24

pressure steam

. Kemudian gas tersebut mengalir ke HP steam superheater

(A-102-C ).Hal ini dilakukan untuk mempertahankan suhu sebesar 371

o

C sebagai

umpan di HTS converter ( A-104-D1 ) .

c. Proses konversi menjadi CO

2

( Shift Converter

A-104-D1 , D2 )

Untuk memproduksi urea, dibutuhkan bahan baku amonia dan karbon dioksida,

karena itu gas CO yang ada perlu dikonversi menjadi CO

2

. Konversi CO menjadi

CO

2

terjadi di shift converter 104-D. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

CO

(g)

+ H

2

O

(g)

CO

2(g)

+ H

2(g)

∆H = -9,8 kkal/mol

(4.13)

reaksi ini eksotermis, sehingga konversi ke kanan yang mengkonversi gas CO

menjadi CO

2

bertambah konversinya apabila temperatur diturunkan. Sebaliknya

jika temperatur dinaikkan konversi akan berkurang, oleh sebab itu shift converter

terdiri dari dua bagian, yaitu high temperature shift converter

( A-104-D1) dan

low temperature shift converter

( A-104-D2 ) .

high temperature shift converter

(HTS) berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi

dengan menggunakan katalis Fe-Cu .Gas keluar pada suhu 434

o

C dengan

kandungan CO sekitar 3,4 % volum . Sebelum masuk ke LTS gas proses akan

didinginkan hingga 209

o

C di HTS effluent steam generator (A-103-C1,C2) .

Low temperature shift converter (LTS) berfungsi untuk meningkatkan konversi

reaksi pembentukan CO

2

dengan katalis Cu/Zn . Gas akan keluar dari LTS pada

suhu 231

o

C dengan kandungan CO sekitar 0,3 % kemudian dikirim ke unit

pemurnian gas sintesis.

3.Unit Pemurnian Gas Sintesis

Unit ini bertugas menyiapkan bahan baku ammonia converter

, yang berupa gas N

2

dan H

2

. Karena itu gas–gas yang lain harus dipisahkan terlebih dahulu. Gas CO

2

dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan urea, sehingga gas ini diambil dengan

cara diserap dengan larutan penyerap di dalam CO

2

absorber, kemudian di

stripping

untuk memperoleh gas CO

2

yang siap untuk diumpankan ke dalam

reaktor sintesis urea di dalam

CO

2

stripper

. Keberadaan CO dan CO

2

di

ammonia

(38)

kembali menjadi CH

4

sebagai inert agar tidak merusak katalis. Proses perubahan

CO dan CO

2

menjadi CH

4

disebut proses methanasi, proses metanasi terjadi di unit

methanator.

a. CO

2

Absorber

(A-101- E) dan CO

2

Stripper (A-102-E)

Gas yang keluar dari LTS dimasukkan melalui CO

2

absorber ( A-101-E )

dengan menggunakan sparger dibagian menara . Kondisi absorbsi adalah 47

o

C

hingga 80

o

C dan tekanan sekitar 32,2 kg/cm

2

. Sistem pengambilan CO

2

menggunakan aMDea (

activated methyldiethanolamine

) dengan konsentrasi

40 % berat, sistem ini dirancang untuk mengurangi kandungan CO

2

dalam gas

dari sekitar 18% volum hingga 600 ppmv . Gas yang keluar dari bagian atas

absorber masuk ke CO

2

absorber overhead KO drum ( A-102-F2 ) untuk

memisahkan cairan yang terbawa . Kelebihan gas sintesis dari A-102-F2 dikirim

ke fuel gas preheater

( A-101-BCFU ). Pada absorbsi CO

2

, mula-mula gas CO

2

bereaksi dengan H

2

O .

Reaksi absorbsi CO

2

dengan menggunakan aMDEA adalah sebagai berikut :

a + MDEA + H

2

O

(l)

+ CO

2(g)

MDEAH

+

+ HCO

3-

( 4.14 )

Rich solution

dari absorber bagian bawah dialirkan melalui hydraulic turbine

(A-107-JAHT ) kemudian larutan tersebut masuk ke stripper

( A-102-E ) untuk

melepaskan CO

2

yang terkandung didalamnya .

CO

2

stripper dirancang menjadi tiga bagian , yaitu :

contact cooler section

pada

bagian atas ,

low pressure flash section

pada bagian tengah dan

stripper section

di bagian bawah .

Rich solution

dari hydraulic turbine

masuk ke

LP flash section

dimana akan

terjadi

flashing

CO

2

akibat adanya penurunan tekanan . Semi lean solution

pump ( A-108-J ) kemudian akan memompa larutan tersebut dari bawah

LP

flash section

melalui lean/semi lean solution exchanger

( A-112-C ) ke bagian

atas

stripper section

.

Exchanger

berfungsi untuk me-

recover

panas dari

lean

solution

yang meninggalkan

stripper section

. Larutan yang meninggalkan

(39)

26

reboiler ( A-105-C ) dan dengan uap bertekanan rendah di

CO

2

stripper steam

reboiler

( A-111-C ) .

CO

2

dan

steam

dari

LP flash section

didinginkan menjadi 38

o

C di

contact cooler

section

. Pendinginan ini disempurnakan dengan dikontakkan dengan

condensed

water

yang dialirkan melalui

CO

2

stripper quench cooler

( A-107-C ) oleh CO

2

-stripper quench pump ( A-116-J/JA ) . CO

2

yang diperoleh memiliki kemurnian

minimal 99 % volum dan kemudian dikirim ke pabrik urea .

Reaksi yang terjadi adalah kebalikan dari absorbsi CO

2

yaitu :

MDEAH

+

+ HCO

3-

a + MDEA + H

2

O

(l)

+ CO

2(g)

( 4.15 )

Lean solution

dari A-102-E didinginkan di A-112-C . Larutan kemudian

didinginkan oleh air pendingin dalam lean solution cooler ( A-110-C ) dan di

lean solution BFW exchanger ( A-109-C ) . Setelah pendinginan

lean solution

dikirim ke bagian atas absorber oleh lean solution pump

( A-107-JA , JB , JC ) .

Senyawa

antifoam

disediakan oleh antifoam injection unit

( A-109-L ) yang

diinjeksikan ke A-107-J dan rich solution inlet A-102-E sebanyak 60 ml / 8 jam

shift

kerja .

b. Pembentukan metana ( Methanator)

Gas keluaran metanator dibatasi kadar CO dan CO

2

maksimum 5 ppmv . Reaksi

yang terjadi adalah kebalikan dari shift converter

dan

reforming , reaksi dapat

dituliskan sebagai berikut:

CO

(g)

+ 3H

2(g)

CH

4(g)

+ H

2

O

(g)

( 4.16 )

CO

2(g)

+ 4H

2(g)

CH

4(g)

+ 2H

2

O

(g)

( 4.17 )

Gas proses dari CO

2

absorber overhead knock out drum (A-102-F2) dengan

suhu 47

o

C akan dipanaskan di methanator feed/effluent exchanger (A-114-C)

hingga temperatur 310

o

C dan di methanator preheater

(A-172-C1) hingga 316

o

C.

Untuk aliran

bypass

dipasang methanator effluent cooler

(A-115-C1,C2) sebagai

kontrol temperatur . Gas kemudian melewati methanator (A-106-D) yang berisi

katalis nikel sebanyak 19,8 m

3

, reaksi akan berlangsung eksotermis dengan

kondisi temperatur operasi reaktor 316-345

o

C . Keluaran metanator akan

(40)

didinginkan di A-114-C hingga 82

o

C dan dengan air pendingin di

A-115-C1,C2 hingga 38

o

C . Air yang terkondensasi dipisahkan di syn gas compressor

suction drum (A-104-F) kemudian sejumlah kecil gas sintesis akan di

recycle

ke

feed gas compressor (A-102-J) sebagai penyedia hidrogen untuk desulfurisasi .

4. Unit Sintesa Amonia

Make up gas sintesis dari A-104-F memiliki tekanan 30,5 kg/cm

2

dan suhu 345

o

C.

Tekanan ini belum cukup tinggi untuk reaksi di

ammonia converter, sehingga gas

umpan ammonia converter

dinaikkan terlebih dahulu menjadi 360-500

o

C dan

tekanan 144,6 kg/cm

2

dalam synthesis compressor (A-103-J) , yang terbagi menjadi

low pressure (LP) case dan high pressure (HP) case compressor

. Gas sintesis

keluar LP case compressor didinginkan dahulu dalam synthesis gas compressor

intercooler ( A-116-C ) hingga 38

o

C, serta synthesis gas compressor interstage

chiller ( A-129-C ) hingga 4,3

o

C . Kondensat yang terbentuk dipisahkan dalam

synthesis gas compressor first stage separator

( A-105-F ),kemudian kondensat

dikirim ke synthesis gas compressor suction drum ( 104-F ) . Gas sintesis dari

A-105-F akan mengalir ke sistem pengeringan . Kemudian gas kering dari separator

dikompresi ke HP case compressor

bersama-sama dengan

recycle

gas dari ammonia

separator ( A-106-F), dan keluar dari kompresor tekanannya sekitar 144,6 kg/cm

2

dan suhu 55

o

C . Pada

HP case compressor dipasang synthesis gas compressor

kickback cooler (A-134-C) untuk menyediakan kemampuan

turndown

dan

mencegah terjadinya

surging

.

Sistem pengeringan oleh

molecular sieve digunakan untuk menghilangkan air dan

sejumlah CO

2

sehingga mencegah keracunan katalis pada converter . Pada sistem

ini terdapat 3 macam dryer yaitu : molecular sieve dryer

( A-109-DA,DB ) untuk

mengurangi kandungan uap air pada gas dari A-105-F hingga kurang dari 0,5 ppmv

dan CO

2

di bawah 1 ppmv , molecular sieve regeneration gas dryer

( A-111-D )

untuk mengurangi kandungan uap air

hydrogen-lean off gas

dari

hydrogen recovery

unit

yang berguna sebagai regenerasi dryer dan

molecular sieve regeneration heater

(41)

28

(A-173-C) untuk memanasi gas regenerasi dengan

high pressure steam

hingga

288

o

C .

Amonia disintesis dari reaksi antara hidrogen dan nitrogen sebagai berikut :

N

2(g)

+ 3H

2(g)

2NH

3(g)

( 4.18 )

Reaksi ini eksotermis dan dibatasi kesetimbangan kimia , terjadi di

bed

katalis

iron

ammonia synthesis converter

( A-105-D )

pada tekanan sekitar 141 kg/cm

2

dan

360-500

o

C . Kandungan amonia di dalam gas keluaran reaktor dirancang sebesar

16,3 % volum . Sebelum mengalir ke 105-D gas sintesis dan gas recycle dari

A-103-J dipanaskan dahulu di ammonia converter feed / effluent exchanger

(A-121-C)

hingga 238

o

C .

Ammonia converter menggunakan desain KBR’s dengan dua bed

horizontal.Converter memiliki

removable basket

yang berisi kompartemen katalis

dan built-in heat exchanger . Pola aliran gas di

converter

disusun sedemikian rupa

agar semua gas sintesis melalui semua katalis sehingga menghasilkan konversi

overall

maksimum .

Umpan

converter

mengalir melalui anulus di dalam bagian luar

shell

converter yang

menyebabkan

shell

relatif dingin . Gas kemudian mengalir melalui bagian

shell

ammonia converter interchanger (A-122-C) untuk memanaskan umpan ke

bed

katalis pertama berlawanan arah dengan keluaran dari

bed

itu . Keluaran gas

kemudian mengalir melewati

bed

katalis pertama , melewati

tube

A-122-C dan

melewati

bed

katalis kedua yang terdiri dari dua kompartemen untuk mencapai gas

velocity

yang sesuai . Aliran yang melalui tiap-tiap

bed

katalis ini yaitu secara

downward .

Bypass

di

ammonia converter feed/effluent exchanger

(A-121-C) menyediakan

pengurangan temperatur untuk umpan converter

, sedangkan

bypass

ammonia

converter effluent steam generator

(A-123-C) untuk meningkatkan temperatur

umpan converter . Secara bersamaan ketiga

bypass

dari 121-C , 122-C dan

A-123-C menyediakan kontrol temperatur masukan pada tiap

bed

katalis untuk

menghasilkan produksi maksimum amonia .

(42)

5. Unit Purifikasi dan Refrigerasi Amonia

Effluent

dari synthesis converter akan didinginkan di A-123-C hingga temperatur

261

o

C , di A-121-C hingga 72

o

C kemudian amonia ini mulai terkondensasi di

ammonia converter effluent cooler (A-124-C) hingga temperatur 38

o

C. Pendinginan

dan kondensasi amonia terakhir terjadi di

ammonia unitized chiller (A-120-C) .

Heat exchanger

ini dirancang khusus disediakan untuk mendinginkan

converter

effluent

dengan pendinginan amonia pada empat level suhu dan tekanan di

refrigerant flash drums yaitu : A-120-CF4 ( 16,6

o

C dan tekanan 6,8 kg/cm

2

) ,

A-120-CF3 (-2,2

o

C dan tekanan 3 kg/cm

2

) , A-120-CF2 (-17,8

o

C dan tekanan 1,1

kg/cm

2

) , dan A-120-CF1 (-33,3

o

C dan tekanan 0 kg/cm

2

) . Amonia yang

terkondensasi dipisahkan dari gas

recycle

di ammonia separator (A-106-F) . Gas

recycle

ini akan menjadi

cold fluid

pada

exchanger

yang mengalami pemanasan

kembali di A-120-C dan kemudian dikirimkan ke A-103-J . Sedangkan amonia cair

dari A-106-F mengalami

flashing

di ammonia letdown drum

(A-107-F) . Uap yang

ter-

flashing

, yang masih banyak mengandung gas sintesis terlarut dikirimkan ke

unit

ammonia recovery

.

6.

Unit Ammonia Recovery

Purged gas

bertekanan tinggi dari

synthesis loop

dikirim ke HP ammonia scrubber

(A-104-E) sedangkan uap dari A-107-F dan A-109-F dikirim ke

LP ammonia

scrubber ( A-103-E) untuk menyerap amonia . Kemudian amonia akan di

recovery

di ammonia stripper

( A-105-E ) .

Overhead gas

dari HP scrubber dikirim ke

hydrogen recovery unit

sedangkan

overhead gas

dari LP scrubber dikirim ke

fuel

gas

.

(43)

30

7.

Unit Hydrogen dan Purge Gas Recovery

Gas dari bagian atas HP ammonia scrubber

dengan kandungan amonia dalam gas

sekitar 20 ppmv dikirim ke hydrogen recovery unit A-103-L . Hidrogen dan

sebagian kecil nitrogen dilewatkan melalui membran dan di-recycle ke synthesis

loop . Disini akan dihasilkan dua

stream

gas recovery yaitu

stream

bertekanan

tinggi yang dialirkan ke second stage syngas compressor dan

stream

bertekanan

rendah yang dialirkan ke first stage syngas compressor.Gas yang tidak dapat

melewati membran (

reject gas

) seperti metana dan argon

purging

dari amonia

synthesis loop

dan nitrogen akan dikeringkan di A-111-D lalu digunakan untuk

regenerasi dari pengering gas sintesis kemudian gas akan dikirim ke

fuel gas

system.

8.

Unit Process Condensate Stripping

Kondensat proses (

process condensate

) dari

raw gas separator ( A-121-J )

dipompa oleh process condensate pump (A-121-J,JA) ke process condensate

stripper

( A-150-E ) . Kondensat akan di

stripping

dengan

medium pressure steam

.

Stripping

tersebut akan menghilangkan kotoran-kotoran yang ada dalam kondensat ,

Sebagai berikut :

Amonia dari sekitar 1500 ppmv menjadi di bawah 10 ppmv .

CO

2

dari sekitar 4000 ppmv menjadi kurang dari 10 ppmv .

Metanol dari sekitar 1900 ppmv menjadi kurang dari 20 ppmv .

Stripper

dilengkapi dengan condensate stripper feed/effluent exchanger

(A-188-C1,C2,C3 )

. Lebih lanjut kondensat yang sudah distripping didinginkan di stripper

condensate cooler

(A-174-C) hingga temperatur 41

o

C . Kondesat dingin kemudian

dikirim ke boiler feed water preparation

.

Steam

yang meninggalkan stripper

digunakan sebagai

steam

proses di primary reformer . Hal ini mengeliminasi

sumber dari polusi udara dari unit amonia .

Gambar

Gambar . 1.1 Overall Process PT Pupuk Kujang IB
Tabel 2.2 Sifat-sifat fisik air.
Tabel 3.2 Jenis katalis yang digunakan pada unit amonia
Tabel 6.1.2 Unit Pembuatan Gas Sintesis
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Adalah panel untuk mengorganisasikan layer dan mengontrol jalannya animasi flash. adalah frame induk yang berisi objek atau animasi symbol yang dibuat pada area stage.. 7)

Burada μ , elektron ile çekirdek için indirgenmi ş kütle, ikinci terim ise elektron ile Ze yüklü çekirdek aras ı ndaki çekici Coulomb etkile ş mesidir. Ancak bu aç ı

Sistem ini dapat membantu mendukung keputusan bagi pimpinan BPS terkait penyediaan data dan publikasi statistik yang tepat sasaran dan bermanfaat luas bagi

Setelah mendidih, tambah 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N ke dalam larutan, penambahan KMnO4 0,01 N ini berfungsi untuk mengoksidasi zat organik yang terdapat dalam air

Pekerjaan Lapisan P/ndasi Agregat Kelas 4 #nt#k 4a"# jalan dilaksanakan dengan 2ara kerja : Material Agregat Kelas 4 diangk#t dengan d#mp tr#k ke l/kasi pekerjaan

Dalam kegiatan usahanya Swalaya ISMART mempunyai unsur atau pedoman terpenting dalam marketing yang dijalankan didalamnya, yang dilandaskan dengan motto “Berkah dan

Program dan Kegiatan yang telah disusun untuk mencapai target indikator kinerja sesuai dengan sasaran strategis yang tertuang dalam Renstra Dinas Kelautan dan