PENGOPERASIAN SOMA PAJEKO DI BITUNG
SISTEM REKOMENDAS
EKSISTING
Penyusunan rekomendasi dapat dilihat dalam matrik perbandingan pada kondisi aktual yang telah diidentifikasi dalam sistem keselamatan kerja nelayan pada pengoperasian soma pajeko berdasar pada siklus manajemen keselamatan Danielsson (Lampiran 22 disampaikan pada di halaman 95). Berdasarkan lampiran tersebut, implementasi dari siklus manajemen keselamatan di laut belum sepenuhnya dilaksanakan di PPS Bitung. Tindakan mitigasi penting dilakukan untuk meminimalkan resiko kecelakaan kapal ikan yang berukuran kecil (<24m). Jalur komunikasi yang baik dan benar antar lembaga pengawasan dan penanggulangan bencana perlu diperbaiki agar tidak terjadi tumpang tindih aturan yang berlaku. Menurut IMO (1998), tindakan penanganan yang efektif pada kecelakaan laut memerlukan pemahaman yang baik terhadap keterlibatan unsur manusia dalam penyebab kecelakaan. Hal ini ditandai dengan penyelidikan menyeluruh dan analisis sistematis dari penyebab untuk faktor pendukung dan rantai penyebab kejadian. Tindakan reaktif pemberian bantuan pencarian dan keselamatan (SAR) pada misi penyelamatan seringkali dipersulit oleh jalur komunikasi yang buruk. Audit dalam kegiatan proaktif dalam siklus manajemen keselamatan di laut perlu diterapkan untuk menghindari tindakan/prosedur yang berbahaya dan meminimalisir risiko kecelakaan kerja nelayan akibat kesalahan manusia pada pengoperasian soma pajeko di Bitung.
Hasil dari matriks tersebut dapat digambarkan sebagai suatu pola keselamatan kerja nelayan soma pajeko di Bitung (Gambar 27). Pola sistem keselamatan kerja nelayan pada pengoperasian unit penangkapan ikan soma pajeko di Bitung ini menjelaskan sistem existing pada keadaan/kondisi aktual. Perbaikan dan rekomendasi dari hasil analisis yang pada tulisan ini ditempatkan sebagai sistem perbaikan untuk meminimalisir risiko kecelakaan kerja di laut akibat kesalahan manusia pada pengoperasian soma pajeko di Bitung. Rekomendasi yang dapat disusun secara menyeluruh untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja pada pengoperasian soma pajeko di Bitung antara lain adalah sebagai berikut :
(1) Identifikasi jenis dan penyebab dan konsekuensi kecelakaan yang mendetail dan terlaporkan dengan baik dan dapat ditelusuri (divalidasi).
(2) Analisis/pengkajian tingkat risiko kecelakaan pada pengoperasian kapal ikan ukuran kecil <24m khususnya soma pajeko (mini purse seine).
(3) Kompetensi awak kapal dan kesadaran perlu ditingkatkan dengan dilakukan secara pelatihan/pendidikan berkala dan biaya yang terjangkau.
(4) Pebaikan dan penyusunan jalur komumikasi yang terstruktur dan jelas antara lembaga pengawas dan penanggulangan bencana dengan kerjasama dan kesesuaian tupoksi.
(5) Audit (pemeriksaan kembali) terhadap persiapan sebelum melaut dengan form cheklist yang mudah diaplikasikan nelayan dan pengawas.
(6) Sosialisasi Undang-undang/aturan/standar pedoman keselamatan kerja di laut ke seluruh lapisan organisasi.
(7) Perlu dibuat prosedur keselamatan kerja nelayan khusus untuk kapal ikan ukuran kecil dengan panjang <24m khususnya soma pajeko.
(8) Budaya keselamatan perlu dibangun mulai dari manajemen paling atas hingga manajemen paling bawah.
(9) Konsultasi dengan para ahli, evaluasi dan sistem keselamatan kerja nelayan (10) Pengawasan dan penegakan hukum.
Keselamatan di laut harus dilihat sebagai bagian integral dari pengelolaan perikanan untuk mengurangi risiko dalam kegiatan penangkapan ikan. Menurut Charles (2001) sistem perikanan tangkap terdiri atas sub sistem Sumberdaya Ikan (SDI), sub sistem Sumberdaya Manusia (SDM) dan sub sistem pengelolaan. Keselamatan kerja nelayan meliputi manusia, teknologi peralatan dan lingkungan aktivitas kerjanya. Oleh karena itu sistem yang digambarkan dalam penelitian merupakan bagian sub sistem SDM dari sistem perikanan tangkap. Hal ini dapat dilakukan melalui pendekatan sistem dengan metodologi FSA. Menurut IMO (2002), tim dalam melakukan studi FSA bisa melibatkan ahli lainnya untuk memberikan pandangan ahli tambahan, evaluasi teknis dan/atau penilaian. Semua ahli yang terlibat dalam penelitian FSA harus memiliki, sejauh mungkin, pengetahuan dasar dan pemahaman tentang metodologi FSA, sebagaimana tercantum dalam Pedoman FSA.
Cooper (2001) mengatakan bahwa manajemen keselamatan kerja dapat dilakukan apabila tercipta budaya keselamatan (safety culture) dengan indikator pelaksanaan budaya keselamatan tergantung dari visi dan misi organisasi. Dalam perikanan tangkap khususnya soma pajeko, budaya keselamatan dibentuk oleh komitmen manajemen, peraturan dan prosedur, komunikasi, keterlibatan nelayan, kompetensi, dan lingkungan sosial pekerja yang dapat dilihat dari persepsi nelayan soma pajeko.
Seluruh awak kapal harus memiliki mind set safety first. Budaya keselamatan harus diterapkan mulai dari organisasi terkecil (organisasi di atas kapal), komitmen tiap lembaga, hingga ke organisasi yang paling atas yaitu Pemerintah Pusat. Hal ini sesuai dengan FAO (2010) yang menegaskan untuk meningkatkan keselamatan bagi nelayan terdapat sejumlah bidang di mana perbaikan dapat dilakukan pada tingkat nasional seperti penyediaan dan analisis data; mengidentifikasi penyebab kecelakaan; pendidikan dan pelatihan untuk pelatih, penyuluh, nelayan dan pengawas; pengelolaan perikanan, regulasi keselamatan dan penegakan hukum; mengembangkan pedoman keselamatan, peningkatan kerjasama antara nelayan, organisasi nelayan dan pemerintah. Hal ini diperlukan demi berjalannya sistem keselamatan kerja nelayan yang baik untuk meminimalkan risiko kecelakaan kerja di laut akibat kesalahan manusia (human error).
Kesimpulan
Dalam sistem keselamatan kerja nelayan pada pengoperasian soma pajeko dibutuhkan kesinambungan antar sub sistem dan komitmen dari seluruh lapisan pelaku untuk menerapkan budaya keselamatan dalam siklus manajemen keselamatan di laut. Keselamatan di laut harus dilihat sebagai bagian integral dari pengelolaan perikanan untuk mengurangi risiko kecelakaan akibat kesalahan manusia dalam kegiatan penangkapan ikan. Budaya keselamatan harus diterapkan mulai dari organisasi terkecil (organisasi di atas kapal), komitmen tiap lembaga, hingga ke organisasi yang paling atas yaitu Pemerintah Pusat.
Rekomendasi untuk sistem manajemen keselamatan kerja nelayan pada pengoperasian soma pajeko dititik-beratkan pada identifikasi jenis dan penyebab kecelakaan agar terciptanya sistem pelaporan dan database sebagai umpan balik kepada pemerintah dan lembaga pelatihan untuk perancangan kegiatan pelatihan
dan kesadaran budaya keselamatan tiap lapisan organisasi. Pendekatan sistem keselamatan kerja nelayan pada pengoperasian kapal ikan ukuran kecil (<24m) khususnya soma pajeko di Bitung dapat dilakukan dengan metode FSA-IMO sebagai batasan parameter rancang bangun sistem.
Saran
Pengembangan pola keselamatan kerja nelayan pada perikanan soma pajeko dibutuhkan untuk studi lanjutan agar dapat dievaluasi dengan konsultasi ahli. Pelaksanaan rekomendasi untuk penyesuaian peraturan perundang-undangan dan Prosedur Operasional Baku (POB) nasional untuk pengoperasian unit penangkapan ikan dengan panjang kapal <24 meter khususnya soma pajeko (mini purse seine).