• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGUKURAN RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI

3.3.2 Pengukuran redaman

Pengukuran redaman ini dilakukan dengan menggunakan OTDR jenis EXFO FTB-150 dengan panjang gelombang 1550 nm. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam pengukuran redaman adalah :

1. Nyalakan OTDR (tekan switch power). 2. Settinglah parameter-parameter berikut ini :

1) panjang gelombang (λ) =1550 nm 2) scatter coefficient = -81,90 dB 3) refractive index = 1,468330 4) set pada kondisi real time

3. Hubungkan terminal input dari OTDR ke idle core (core yang tidak beroperasi) dari OTB (Optical Termination Box).

4. Tekan tombol RUN/STOP untuk menembakkan laser ke idle core.

5. Setelah mencapai ujung core yang dimaksud, tekan kembali tombol RUN/STOP untuk mematikan laser.

57 6. Maka pada layar OTDR akan muncul grafik seperti pada Lampiran D untuk core satu Jalur East, Lampiran E untuk core dua Jalur East, Lampiran F untuk core satu Jalur West dan Lampiran G untuk core dua Jalur West.

7. Dari grafik Lampiran D, E, F, dan G dapat diketahui keterangan-keterangan sebagai berikut :

1) Jarak antara dua terminal (dua titik pengukuran), rugi-rugi pada setiap titik penyambungan, serta total estimasi loss antara dua terminal tersebut.

2) Untuk menganalisa rugi-rugi tersebut, tekan tombol ENTER dan pilih menu SCAN → ANALYSIS.

3) Simbol-simbol di atas sumbu horizontal menunjukkan jenis-jenis losses yang terjadi di sepanjang saluran.

8. Untuk memberi keterangan hasil pengukuran, tekan tombol ENTER dan pilih menu file → trace info, kemudian beri identitas pada masing-masing point dengasn menekan tombol enter.

9. Untuk menyimpan hasil pengukuran, tekan tombol ENTER, pilih menu file Save As.

10. Untuk mencetak hasil pengukuran tekan tombol ENTER, pilih menu file print.

3.4 Langkah-Langkah dalam Perhitungan

Dalam perhitungan rugi-rugi daya transmisi ada beberapa hal yang harus dihitung, yaitu perhitungan rugi-rugi berdasarkan daya yang telah diketahui, perhitungan redaman berdasarkan spesifikasi alat yang digunakan (standar

58 ITU.T). Dan hasil perhitungan tersebut akan ditunjukkan pada bab 4 data hasil pengukuran secara teoritis.

Untuk menghitung rugi-rugi berdasarkan daya yang telah diketahui dalam pengukuran daya menggunakan power meter, maka digunakan Persamaan (3.1) untuk mengetahui besarnya nilai redaman/km [8].

Redaman/km = L Cable Total Loss ... (3.1) Dimana :

Redaman/km : Rugi-rugi yang terjadi setiap km kabel dalam satuan dB Loss Total Cable : Nilai rugi daya yang telah dikalibrasi dalam satuan dB L : Jarak lokasi pengukuran dalam satuan km

Untuk menghitung nilai redaman berdasarkan spesifikasi alat yang digunakan (standar ITU.T) Persamaan (3.2) digunakan untuk mengukur redaman total yang terjadi [10].

Loss = (αf + αC + αS + loss pigtel) ... (3.2) Dimana :

Loss : Rugi-rugi dalam satuan dB

αf (dB) : Panjang Kabel (km) x Loss Kabel (dB)

59 αS (dB) : 1 2 Kabel Total Jarak −       x Loss Sambungan (dB) Loss / km (dB) :

( )

( )

km Jarak dB Loss

60

BAB IV

ANALISIS PENGARUH KELENGKUNGAN SERAT OPTIK

TERHADAP RUGI-RUGI DAYA TRANSMISI

4.1 Pengukuran Redaman

Pengukuran redaman dilakukan pada dua jalur dengan menggunakan alat ukur OTDR jenis EXFO FTB-150. Pengamatan dilakukan pada nilai redaman yang dihasilkan pada tiap nomor port pada link yang digunakan, pengamatan ini dilakukan berdasarkan event (jarak lokasi kejadian) yang terjadi di sepanjang kabel serat optik. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pengukuran redaman menggunakan Power Meter

No Core Panjang kabel

Diameter bending (mm) Redaman yang ditimbulkan (dB) 1 1 100 meter 30 mm 0.03 25 mm 0.03 20 mm 0.08 15 mm 0.23 13 mm 1.16 12 mm 2.73 11 mm 4.73 1 cm 7.16 0.9 cm 8.54 0.8 cm 15.34 0.7 cm 22.42

61

0.6 cm 38.16

Dari Tabel untuk core 1 kita dapat melihat apa yang terjadi, bahwa pada saat pengukuran menggunakan panjang kabel 100 meter, pada diameter bending (mm) 10 mm, 9 mm, 8 mm dan 7 mm belum terlihat terjadinya redaman tapi pada saat diameter bendingnya diperkecil menjadi 6 mm dan seterusnya maka mulai terlihat redaman yang ditimbulkan 1.16 dB 2.73 dB dan 4.73 dB terjadi redaman atau attenuation, hal ini ditandai dengan grafik sinyal yang turun ke bawah. Penyebab terjadinya redaman ini salah satunya karena sambungan fusi maupun sambungan mekanik.

4.2 Perhitungan dan Analisis Rugi-rugi Penyambungan

Dari hasil pengamatan, didapatkan nilai dari rugi-rugi penyambungan berdasarkan pengukuran kabel serat optik. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.2 .

Tabel 4.2 Nilai Rugi-rugi Penyambungan No serat

Panjang gelombang

(λ) Lokasi (km)

Redaman sambungan (dB) Fusion Splicer OTDR

1 1310 nm 6 0.00 0.481

2 1550 nm 6 0.00 0.414

Dari Tabel 4.2 diperoleh bahwa dengan menggunakan fusion splicer dan OTDR didapatkan hasil pengukuran rugi-rugi yang berbeda, dimana pada fusion splicer rugi-ruginya sebesar 0.000 dB dan pada OTDR antara 0.481 dB dan 0.414dB. Hal ini disebabkan karena pada waktu proses penyambungan pelurusan

62 serat optik dilakukan dengan statistik, yaitu pelurusan serat optik dengan cara pelurusan inti dan selubung. Dalam pelurusan serat optik disamping kelurusan inti, kelurusan selubung juga diperhitungkan sehingga kelurusan inti serat tidak optimal. Sedangkan perhitungan teoritis rugi-rugi penyambungan didefinisikan sebagai berikut : Loss = -10 log η (4.1) Dengan :

η =

2 π

arccos

d 2a

-

2�� [1− �2ad2]1 2

dimana : L= rugi-rugi penyambungan ( dB ) d = jarak pergeseran sumbu ( µm )

a = jari-jari inti fiber( µm ) η= efisiensi penyambungan

4.3 Perhitungan Rugi-rugi Kelengkungan

Dari hasil pengamatan, nilai dari rugi-rugi kelengkungan diperoleh berdasarkan pengukuran kabel serat optik. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Nilai Rugi-rugi Kelengkungan dengan panjang gelombang 1310 nm Panjang gelombang (λ) Diameter Lekukan Rugi - rugi tanpa lekukan Rugi – rugi dengan lekukan Rugi – rugi 1310 nm 5 cm 0.496 dB 0.481 dB 0.015 dB 1310 nm 7 cm 0.494 dB 0.481 dB 0.013 dB 1310 nm 10 cm 0.488 dB 0.481 dB 0.007 dB 1310 nm 12 cm 0.491 dB 0.481 dB 0.01 dB

63

1310 nm 15 cm 0.494 dB 0.481 dB 0.013 dB

Dalam hal ini nilai rugi-rugi kelengkungan berdasarkan teori menggunakan nilai data yang diperoleh dimana perhitungan rugi-rugi difokuskan pada lekukan dengan menggunakan persamaan 2 serta panjang gelombang ((λ) sebesar 1310 nm yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3 diatas. Pada analisis teknik kelengkungan, nilai rugi-ruginya dapat dilihat dari data perbandingan hasil pengukuran pada saat penggandengan dan penyambungan kabel sebelum dan sesudah ada lekukan.

Contoh perhitungan menggunakan persamaan

Loss pembengkokkan = Loss pada kabel tidak dibengkokkan – Loss pada kabel dibengkokkan.

Salah satu contohnya lekukan sebesar 3 cm dengan sumber panjang gelombang sebesar 1310 nm didapatkan nilai rugi-rugi dititik penyambungan tanpa lekukan sebesar 0.481 dB sedangkan rugi-rugi dititik penyambungan dengan lekukan sebesar 0.496 dB. Hasil penyambungan tanpa lekukan dikurangi hasil penyambungan dengan lekukan yaitu 0.496 dB - 0.481 dB sehingga didapatkan nilai rugi-rugi sebesar 0.015 dB.

Untuk perhitungan rugi-rugi kelengkungan dengan panjang gelombang (λ) = 1550 nm dapat dihitung dengan persamaan (2), maka hasil dapat dilihat pada Tabel 4.4 .

Tabel 4.4 Nilai Rugi-rugi Kelengkungan dengan panjang gelombang 1550 nm

64 Panjang gelombang (λ) Diameter Lekukan Rugi - rugi tanpa lekukan Rugi – rugi dengan lekukan Rugi – rugi 1550 nm 5 cm 0.414 dB 0.414 dB 0 dB 1550 nm 7 cm 0.414 dB 0.414 dB 0 dB 1550 nm 10 cm 0.425 dB 0.414 dB 0.001 dB 1550 nm 12 cm 0.427 dB 0.414 dB 0.013 dB 1550 nm 15 cm 0.413 dB 0.414 dB -0.011 dB

Pada analisis teknik kelengkungan, nilai rugi-ruginya dapat dilihat dari data perbandingan hasil pengukuran pada saat penggandengan dan penyambungan kabel sebelum dan sesudah ada lekukan. Salah satu contohnya lekukan sebesar 3 cm dengan sumber panjang gelombang sebesar 1550 nm didapatkan nilai rugi-rugi dititik penyambungan tanpa lekukan sebesar 0.414 dB sedangkan rugi-rugi-rugi-rugi dititik penyambungan dengan lekukan sebesar 0.414 dB. Hasil penyambungan tanpa lekukan dikurangi hasil penyambungan dengan lekukan sehingga didapatkan nilai sebesar 0 dB.

4.4 Kalibrasi Agilent E6000 Series mini-OTDR

Dari hasil pengamatan, nilai dari bending loss diperoleh menggunakan Agilent E6000 Series mini-OTDR dan OTDR Yokogawa AQ 7275. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.5.

65 Tabel 4.5 Nilai pengukuran bending loss menggunakan OTDR Yokogawa AQ

7275 dan Agilent E6000 Series mini-OTDR

Bending radius (mm) Jumlah lilitan Bending loss OTDR Yokogawa AQ 7275 Bending loss Agilent E6000 Series mini-OTDR Deviasi 5 1 0.945 0.729 0.216 2 2.595 1.345 1.241 3 3.918 1.65 2.268 4 6.216 2.137 4.079 5 5.516 2.669 2.847 6 1 0.608 0.344 0.264 2 1.137 0.689 0.448 3 1.625 0.963 0.662 4 2.375 1.202 1.173 5 3.01 1.543 1.467 7 1 0.715 0.194 0.019 2 0.261 0.248 0.013 3 0.444 0.344 0.1 4 0.418 0.362 0.056 5 0.587 0.493 0.094

66 Dari Tabel 4.5 diperoleh bahwa dengan Agilent E6000 Series mini-OTDR dan OTDR Yokogawa AQ 7275 didapatkan hasil pengukuran Bending loss yang berbeda.

67 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada rugi-rugi kelengkungan parameter yang digunakan yaitu diameter yang mempunyai lekukan 5 cm maka didapat hasil 0.015 dB dan untuk diameter lekukan 7 cm didapat hasil yang bernilai 0.013 dB. Sehingga semakin besar lekukan semakin kecil rugi-rugi kelengkungan yang didapat.

2. Untuk simulasi rugi-rugi pada fiber optik ditampilkan pada OTDR. penurunan daya terjadi di sepanjang kabel sebelum pada titik sambungan. Pada kenaikan daya sesaat pada konektor terjadi di titik sambungan antara kabel pertama dengan kedua dan titik ujung kabel.

5.2. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan penyambungan kabel maupun mendesain suatu sistem yaitu :

1. Dalam penyambungan kabel optik apabila kabel putus, maka dalam penyambungannya harus menggunakan kabel yang sama.

2. Dalam mendesain awal kabel optik harus diperhatikan perencanaan baik kedalamannya dan penempatan lokasinya, hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kerusakan atau kabel putus akibat pekerjaan PU.

68 3. Untuk pengembangan selanjutkan diharapkan agar melakukan penelitian

dispersi dengan membeda-bedakan spesifikasi kabel yang digunakan dan menganalisis pengaruh slope dan delay terhadap dispersi single mode.

18 BAB II

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

2.1 Umum

Dalam sistem komunikasi dewasa ini, komunikasi serat optik semakin banyak digunakan. Bukan hanya sebagai pengganti dari jenis sistem transmisi sebelumnya, tetapi karena sistem serat optik ini memberikan keuntungan yang jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan yang lain. Jenis komunikasi serat optik ini juga tidak bersifat menghantarkan listrik, sehingga dapat digunakan di daerah-daerah terisolasi listrik.

Serat optik adalah saluran transmisi yang dibuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk mentransmisikan sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Cahaya yang ada didalam serat optik sulit keluar karena indeks bias dari kaca lebih besar dari pada indeks bias dari udara. Sumber cahaya yang digunakan adalah laser karena laser mempunyai spektrum yang sangat sempit. Kecepatan transmisi serat optik sangat tinggi sehingga sangat bagus digunakan sebagai saluran komunikasi. Serat optik digunakan dalam sistem telekomunikasi serta dalam pencahayaan, sensor, dan optik pencitraan. Efisien dari serat optik ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun gelas. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit cahaya yang diserap oleh serat optik.

Karena memiliki kapasitas dengan informasi yang tinggi, maka jalur-jalur saluran dapat diringkas menjadi kabel-kabel yang jauh lebih kecil, sehingga dapat mengurangi arus traffic pada jalur-jalur kabel yang sudah sangat padat. Pada sistem komunikasi serat optik ini sinyal awal yang berbentuk sinyal listrik pada

19 transmitter akan dirubah oleh transducer menjadi gelombang cahaya yang kemudian di transmisikan melalui kabel serat optik menuju penerima (receiver) yang terletak pada ujung kabel lainnya. Pada penerima sinyal optik ini akan dirubah kembali oleh transducer menjadi sinyal listrik.

2.2 Struktur Dasar Serat Optik

Sebuah serat optik terdiri atas core (inti), cladding (kulit), coating (pelindung), strengthening serat dan cable jacket (kulit kabel) seperti pada Gambar 2.1. Elemen dasar sebuah kabel serat optik adalah cladding dan core. Cahaya yang disalurkan merambat pada core, dimana pola rambatannya mengikuti pola cahaya masuk lalu cahaya dipantulkan oleh cladding sepanjang saluran.

Serat optik terbuat dari bahan dielektrik yang berbentuk seperti kaca (glass). Di dalam serat inilah energi listrik diubah menjadi cahaya yang akan ditransmisikan sehingga dapat diterima di ujung unit penerima (receiver) melalui transducer.

Gambar 2.1 Struktur Dasar Serat Optik

Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari 3 bagian pada Gambar 2.1 antara lain adalah sebagai berikut [1] :

20 1. Inti (core)

Bagian yang paling utama dinamakan bagian inti (core), dimana gelombang cahaya yang dikirimkan akan merambat dan mempunyai indeks bias lebih besar dari lapisan kedua. Terbuat dari kaca (glass) yang berdiameter antara 2µm - 125µm, dalam hal ini tergantung dari jenis serat optiknya.

2. Cladding

Cladding berfungsi sebagai cermin yaitu memantulkan cahaya agar dapat merambat ke ujung ainnya. Dengan adanya cladding ini cahaya dapat merambat dalam core serat optik. Cladding terbuat dari bahan gelas dengan indeks bias yang lebih kecil dari core. Cladding merupakan selubung dari core. Diameter cladding antara 5µm - 250µm, hubungan indeks bias antara core dan cladding akan mempengaruhi perambatan cahaya pada core, (yaitu mempengaruhi besarnya sudut kritis).

3. Jaket (Coating)

Coating berfungsi sebagai pelindung mekanis pada serat optik dan identitas kode warna terbuat dari bahan plastic. Berfungsi untuk melindungi serat optik dari kerusakan.

2.3 Jenis-jenis Serat Optik

Berdasarkan keperluan yang berbeda-beda, maka serat optik dibuat dalam dua jenis utama yang berbeda, yaitu single-mode fibers dan multi-mode fibers. 1. Single-mode

Single-mode mempunyai inti sangat kecil (yang memiliki diameter sekitar 9x10-6 meter atau 9 mikro meter), pada Gambar 2.2 dapat dilihat bagaimana

21 perambatan gelombang terjadi pada sistem single-mode. Cahaya yang merambat secara paralel di tengah membuat terjadinya sedikit dispersi pulsa. Single-mode mentransmisikan cahaya laser inframerah (panjang gelombang 1300-1550 nm). Jenis serat ini digunakan untuk mentransmisikan satu sinyal dalam setiap serat. Serat ini sering dipakai dalam pesawat telepon dan TV (televisi) kabel.

Gambar 2.2 Perambatan Gelombang pada Single-mode 2. Multi-mode

Multi-mode mempunyai ukuran inti lebih besar (berdiameter sekitar 6,35x10-5 meter atau 63,5 mikro meter) dan mentransmisikan cahaya inframerah (panjang gelombang 850-1300 nm) dari lampu light-emitting diodes (LED) dan pada Gambar 2.3 dapat dilihat bagaimana perambatan gelombang terjadi pada fibersmulti-mode.

Serat ini digunakan untuk mentransmisikan banyak sinyal dalam setiap serat dan sering digunakan pada jaringan komputer dan Local Area Networks (LAN).

22 3. Multi-mode Graded Index

Pada jenis serat optik ini, core multi-mode graded index terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda, indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan berangsur-angsur turun sampai ke batas core-cladding. Akibatnya dispersi waktu berbagai mode cahaya yang merambat berkurang sehingga cahaya akan tiba pada waktu yang bersamaan. Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bagaimana perambatan gelombang terjadi pada fibermulti-mode graded index [1].

Gambar 2.4 Perambatan Gelombang pada serat Multi-mode Graded Index

Pada multi-mode Graded Index ini, Graded index multi mode memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Core terdiri dari sejumlah lapisan gelas yang memiliki indeks bias yang berbeda.

b. Indeks bias tertinggi terdapat pada pusat core dan turun sampai dengan batas core dan clading.

c. Cahaya merambat karena difraksi yang tejadi pada core sehingga rambatan cahaya sejajar dengan sumbu fiber optik.

d. Masing-masing kecepatan cahaya tiap lapisan gelas berbeda, tetapi sampainya bersamaan. Harganya lebih mahal dari step Index karena proses pembuatannya lebih sulit.

23 2.4 Refraksi (Pembiasan) Cahaya

Pembiasan cahaya adalah peristiwa penyimpangan atau pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :

a. Mendekati garis normal.

Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.

b. Menjauhi garis normal.

Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.

Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada kedua medium.

Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens (1629-1695): “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”

Karakteristik dari cahaya adalah sebagai berikut :

1. Kecepatan cahaya tidak konstan dan bergantung pada media perambatannya. 2. Cahaya yang merambat melalui dua media yang berbeda akan mengalami

pembelokan arah (refraksi).

3. Perbandingan kecepatan cahaya diruang hampa terhadap kecepatan perambatan cahaya dalam suatu media disebut indeks bias.

24 4. Sebagai contoh kecepatan cahaya diruang hampa 300.000 km/det, dan

kecepatan cahaya diair 230.000 km/det, maka n air adalah 1,3.

Indeks bias tidak pernah lebih kecil dari “1”, bila gelombang cahaya merambat melalui material, tidak dalam vacuum, maka kecepatannya lebih kecil dibandingkan dalam vacuum (ruang hampa). Hubungan indeks bias dengan kecepatan cahaya diberikan oleh Persamaan (2.1).

V = c/n atau n = c/V (2.1) Dimana :

n : Refractive Index (index of refraction) atau indeks bias (n ≥ 1). V : Kecepatan rambat cahaya dalam material.

c : Laju cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s).

Sebuah benda yang berada dalam air terlihat dari udara sepertinya berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari kedalaman benda yang sebenarnya. Radiasi sinar tampak, atau cahaya, dari matahari sangat penting terhadap sistem kehidupan di lautan. Cahaya ini menyediakan energi yang dibutuhkan oleh arus laut dan angin untuk bersirkulasi. Konversi energi cahaya tersebut menjadi energi panas membantu pembentukan lapisan tipis air hangat di dekat permukaan laut global, yang mendukung sebagian besar kehidupan laut. Lebih signifikan lagi, transmisi cahaya di air laut sangatlah penting untuk produktivitas di lautan.

Sejumlah cahaya yang masuk ke atmosfer, akan direfleksikan ketika menyentuh permukaan laut. Hal ini tergantung dari kondisi air itu sendiri. Jika air laut tenang dan tidak banyak gelombang atau riak, maka akan lebih sedikit cahaya

25 yang direfleksikan. Jika kondisi air bergolak dengan banyak gelombang, maka akan lebih banyak cahaya yang direfleksikan.

Cahaya yang berpenetrasi di permukaan akan direfraksikan karena perbedaan kecepatan akibat perbedaan kerapatan media antara udara dengan air. Cahaya merambat lebih cepat di media air dibandingkan dengan media udara [5].

2.5 Cara Kerja Serat Transmisi Optik

Ada beberapa cara kerja sistem transmisi serat optik yang akan dijelaskan, diantaranya pengiriman data dengan media cahaya, sistem relay, konsep kerugian, dan lebar jalur pada serat optik [1].

2.5.1 Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik

Berbeda dengan sistem transmisi yang menggunakan gelombang elektromagnetik, pada sistem transmisi serat optik yang bertugas membawa sinyal informasi adalah gelombang cahaya. Berikut ini adalah proses yang terjadi pada sistem transmisi serat optik dengan sinyal yang ditransmisikan berupa sinyal suara.

Pertama-tama mikrofon mengubah sinyal suara menjadi sinyal listrik. Sinyal listrik ini kemudian dibawa oleh gelombang cahaya melalui serat optik dari pengirim (transmitter) menuju alat penerima (receiver) yang terletak pada ujung lain dari serat. Sinyal listrik termodulasi diubah menjadi gelombang cahaya pada transmitter dan kemudian diubah kembali menjadi sinyal listrik pada receiver. Pada receiver sinyal listrik diubah menjadi gelombang suara.

26 Tugas untuk mengubah sinyal listrik ke gelombang cahaya atau sebaliknya dapat dilakukan dengan menggunakan komponen elektronik yag dikenal dengan nama optoelectronic pada setiap ujung serat optik.

Prinsip kerja transmisi pada serat optik dapat dilihat dengan blok diagram yang ditunjukkan pada Gambar 2.5.

Sumber Optik Kabel Serat

Optik Detektor Optik

Rangkaian Elektronik Multiplex Digital Rangkaian Elektronik DeMultiplex Digital Gambar 2.5. Blok Diagram Prinsip Kerja Transmisi Pada Serat Optik

Berikut ini penjelasan dari blok diagram prinsip kerja transmisi pada serat optik yaitu :

1. Pada arah kirim, input sinyal yang berasal dari perangkat multiplex digital akan diteruskan ke rangkaian elektronik untuk menjalani perbaikan karakteristik dan mengubah kode sinyal yang masuk tersebut menjadi binary. 2. Selanjutnya sinyal binary tersebut diteruskan ke rangkaian sumber optik,

dimana dalam rangkaian ini sinyal binary dengan daya listrik akan diubah menjadi sinyal dengan daya optik.

3. Dari sumber optik, kemudian sinyal akan diteruskan ke detektor optik melalui kabel serat optik.

27 4. Pada arah terima, sinyal dengan daya optik yang diterima dari sumber optik

melalui kabel serat optik akan diubah menjadi sinyal dengan daya listrik. 5. Selanjutnya sinyal dengan daya listrik tersebut diteruskan ke rangkaian

elektronik untuk didekodekan kembali ke sinyal.

6. Dari rangkaian elektronik, sinyal tersebut diteruskan ke demultipleks digital. Dalam perjalanan dari transmiter menuju ke receiver akan terjadi redaman/rugi cahaya di sepanjang kabel serat optik dan konektor-konektornya. Oleh sebab itu, bila jarak antara transmiter dan receiver ini terlalu jauh akan diperlukan sebuah atau beberapa perangkat pengulang (regenerative repeater) yang bertugas untuk memperkuat gelombang cahaya yang telah mengalami redaman [10].

2.5.2 Transmisi Cahaya pada Serat Optik

Jika cahaya hendak dipancarkan ke sasaran yang lurus, hal itu dapat dilakukan dengan menyorotkan cahaya ke sasaran yang dituju karena cahaya merambat lurus. Tetapi bagaimana jika cahaya hendak dipancarkan melalui daerah yang berbelok-belok ataupun berupa lintasan yang rumit, seperti di bawah tanah atau lubang yang kecil. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan suatu sistem yang bekerja seperti cermin tetapi memiliki efisiensi tinggi. Sistem pemantulan inilah yang merupakan prinsip dasar serat optik [2].

Serat Optik akan mengirimkan data dengan media cahaya dalam serat optik yang merambat melewati inti dengan pemantulan ( memantul dari dinding pembungkus atau cladding yang tetap. Prinsip ini disebut total pantulan internal, karena cladding tidak menyerap cahaya dari inti maka cahaya dapat melintasi

28 jarak yang cukup jauh. Walaupun begitu ada beberapa cahaya yang mengalamai kerugian (loss) ketika merambat dalam serat. Hal itu disebabkan karena pengotoran atau ketidakmurnian kaca. Besarnya kerugian cahaya tergantung kemurnian kaca dan panjang gelombang cahaya yang ditransmisikan [2].

2.5.3 Perambatan Cahaya dalam Serat Optik

Pada dasarnya cahaya dapat merambat lurus atau memantul di dalam core

Dokumen terkait