• Tidak ada hasil yang ditemukan

Severely injuried patients

2.5 Sistem Skoring Pada Trauma

hasil yang sama meskipun definisi koagulopati mereka berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan MacLeod dan kawan-kawan menemukan adanya koagulopati pada 28% pasien saat datang. Maegele dan kawan-kawan pada penelitian retrospektif menyebutkan 34% pasien mengalami koagulopati saat datang akibat trauma tumpul. Hal ini menunjukkan bahwa satu dari tiga pasien trauma yang datang mengalami koagulopati. (Brohi dkk, 2007; Anusha dkk, 2014)

2.5 Sistem Skoring Pada Trauma

Beberapa sistem skoring trauma dikembangkan dan digunakan di banyak negara untuk memperkirakan beratnya trauma dan kerusakan jaringan. Sistem skoring pada trauma harus memiliki akurasi, reliabilitas dan spesifisitas yang baik. sistem skoring ini memberikan keuntungan berupa :

1. Penilaian obyektif untuk mendeteksi level trauma sehingga kita dapat memperkirakan rencana perawatan yang dibutuhkan.

2. Memberikan data fisiologi yang berhubungan dengan mortalitas pada fase awal.

3. Menentukan transportasi pasien menuju rumah sakit yang tepat.

4. Pasien yang memiliki keuntungan yang besar terhadap terapi dapat dideteksi lebih awal.

5. Menentukan sarana kesehatan yang dibutuhkan pada daerah tersebut. 6. Memberikan data-data epidemiologi trauma.

7. Menilai efektifitas penanganan trauma pada pusat kesehatan. (Chawda dkk, 2003; Orhon dkk, 2014)

24

Sistem skoring trauma mengkonversikan beratnya trauma menjadi hitungan angka sehingga membantu tenaga medis untuk mengkomunikasikan secara universal. (Chawda dkk, 2003)

Sistem skoring pada trauma dibagi menjadi tiga kategori yaitu berdasarkan anatomi, fisiologi dan kombinasi anatomi dan fisiologi . Sedangkan berdasarkan tujuannya, sistem skoring trauma yang sering digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah. (Chawda dkk, 2003)

Tabel 2.3 Macam-macam sistem skoring trauma. (Chawda dkk, 2003)

Type of scoring system Name of score

Physiological Prognostic Index Acute Trauma Index Triage Index Trauma Score (TS) APACHE I APACHE II

Revised Trauma Score (RTS) APACHE III

Anatomical AIS ISS

Anatomical Index Anatomical Profile New ISS (NISS) Combined anatomical and physiological Trauma Index

Polytrauma-Schussel Trauma ISS (TRISS)

A Severity Characterisation Of Trauma (ASCOT) International Classification of Disease-based ISS (ICISS)

Harborview Assesment of Risk of Mortality (HARM)

Revised Trauma Score (RTS) diperkenalkan pertama kali pada tahun 1980 dan merupakan skor fisiologi yang paling sering digunakan. Skor ini menghitung tiga parameter fisiologi yaitu Glasgow Coma Scale (GCS), tekanan darah sistemik dan respirasi. Kelemahannya, skor ini tidak praktis digunakan pada kasus trauma sehingga jarang digunakan. Selain itu RTS tidak dapat digunakan pada

pasien-25

pasien dalam kondisi terintubasi dan menggunakan ventilator karena kesulitan dalam menghitung GCS. Perubahan yang cepat pada fisiologi pasien misalnya akibat respon resusitasi menyebabkan bias pada penghitungan RTS. (Chawda dkk, 2003)

Acute Physiology and Chronic Health Evaluation (APACHE) sangat luas digunakan dalam perawatan intensif. Evaluasi ini meliputi evaluasi penyakit kronis yang menjadi komorbiditas dan skor fisiologi akut. Skor ini jarang dipakai pada trauma karena kurang mencerminkan kondisi kelainan di ekstrakranial dan faktor komorbiditas banyak menimbulkan bias. (Chawda dkk, 2003)

Tabel 2.4 Sistem skoring trauma berdasarkan penggunaannya. (Chawda dkk, 2003)

Common use of the score Example

Injury description: whole body AIS

Anatomical Index Anatomical Profile ISS

Injury description: body region Organ Injury Scaling I-IV and revisions (abdominal and pelvic organ)

Penetrating Abdominal Trauma Index (PATI) Wagner (lung contusion, CT based)

Tybursky (lung contusion, CT Independent) Thoracic Trauma Severity Score (TSS) Mangled Extremity Scale (MES) Clinical course assesment APACHE I (historical)

APACHE II (most popular)

APACHE III (computational complexities)

On scene and triage Triage Index

AIS ISS

Prehospital Index (PHI)

Revised Trauma Score-uncoded (RTS)

In hospital Revised Trauma Score-coded (RTSc)

Acute Trauma Index Outcome

Prediction-mortality

ISS

Polytrauma-Schussel (PTS) Trauma ISS (TRISS)

A Severity Characterisation Of Trauma (ASCOT) International Classification of Disease-based ISS (ICISS)

New ISS (NISS)

Harborview Assesment of Risk of Mortality (HARM)

26

Abbreviated Injury Scale (AIS) pertama kali dipublikasikan pada tahun 1971. AIS memberikan deskripsi trauma organ berdasarkan beratnya trauma pada organ tersebut dan tidak memberikan prediksi atau outcome. AIS merupakan dasar dari ISS. Terdapat beberapa kali revisi dari AIS sejak pertama kali dipublikasikan. AIS-71 hanya untuk trauma tumpul, AIS-85 meliputi trauma penetrating dan AIS-90 mendeskripsikan lebih dari 1300 jenis trauma dan memberikan dasar dari banyak sistem skoring trauma. (Greenspan dan Greig, 1985; Champion dkk, 1989; Copes dkk, 1990; Chawda dkk, 2003)

Skala trauma pada AIS dari 1 sampai 6. Setiap organ yang mengalami trauma memiliki derajat AIS. (Ian D dkk, 1988; Chawda dkk, 2003)

Tabel 2.5 Abbreviated Injury Scale (AIS). (Chawda dkk, 2003)

Injury AIS 1 2 3 4 5 6 Minor Moderate Serious Severe Critical Unsurvivable

ISS merupakan sistem skoring secara anatomi yang memberikan skor keseluruhan pada kasus multiple trauma. Setiap trauma organ memiliki skor AIS yang dibagi menjadi enam bagian tubuh yaitu kepala, wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan struktur eksternal. Hanya skor AIS tertinggi yang digunakan pada setiap bagian tubuh. Skor AIS tiga bagian tubuh yang mengalami trauma terberat dikuadratkan dan dijumlahkan sehingga menghasilkan ISS. ISS memiliki nilai dari 1 sampai 75 dan ISS dengan nilai 75 merupakan pasien dengan AIS 6. Pasien

27

dengan multiple trauma didefinisikan sebagai pasien dengan ISS ≥16 dan pasien seperti ini harus dirawat pada trauma centre. Contoh perhitungan ISS dapat dilihat pada tabel dibawah ini. (Baker dkk, 1974; Copes dkk, 1988; Chawda dkk, 2003)

Tabel 2.6 Contoh penghitungan ISS. (Chawda dkk, 2003)

Region Injury description AIS Square top three

Head and neck Face Chest Abdomen Extremity External Cerebral contusion No injury Flail chest

Minor contusion of liver Complex rupture spleen Fracture femur No injury 3 0 4 2 5 3 0 9 16 25

Injury Severity Score 50

Kelemahan dari ISS adalah perhitungan skor berdasarkan tiga bagian tubuh yang mengalami trauma terberat. Hal ini dapat menimbulkan underscooring jika pada satu bagian tubuh terdapat lebih dari satu organ yang mengalami trauma. (Balogh dkk, 2000; Chawda dkk, 2003)

Karena kelemahan dari ISS, Osler dan kawan-kawan mengembangkan New ISS (NISS) yang merupakan modifikasi dari ISS. NISS menghitung jumlah dari kuadrat AIS tiga organ terberat tanpa memperhitungkan bagian tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa NISS lebih akurat daripada ISS sebagai prediktor mortalitas pada trauma khususnya pada kasus trauma penetrasi. NISS memiliki akurasi yang lebih tinggi daripada ISS dalam menilai beratnya trauma jaringan sebagai prediktor adanya kegagalan multi organ pada post trauma. (Chawda dkk, 2003)

28

Trauma and Injury Severity Score (TRISS) merupakan kombinasi dari skor fisiologi dan skor anatomi yaitu ISS dan RTS. TRISS biasanya digunakan untuk prediksi hasil akhir dari pasien terutama angka kemungkinan bertahan hidup. Kelemahan dari sistem skoring pada ISS dan RTS menjadi kelemahan juga pada sistem skoring ini. (Boyd dkk, 1987; Chawda dkk, 2003)

Dokumen terkait