• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Sistem Zonasi

1. Pengertian Sistem Zonasi

Menurut KBBI adalah pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.25

Penerapan sistem zonasi bermanfaat untuk mendekatakan lingkugan pendidikan diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan.26 Dengan diterapkannya sistem zonasi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang sama sehingga proses pendidikan lebih mudah dilakukan.

Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada Kabinet Kerja pada jumpa pers di Jakarta, menyatakan zonasi merupakan rangkaian kebijakan yang utuh, terintegrasi, dan sistemik dari upaya kita melakukan restorasi di sector Pendidikan, khususnya di sistem persekolahan. Kebijakan ini bukan merupakan kebijakan yang terlepas dari rangkaian kebijakan sebelumnya maupun yang akan datang.27

Dalam Permendikbud No.51/2018 disebutkan bahwa penerapan sistem zonasi mengharuskan calon peserta didik untuk menempuh

25 Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikutip dari https://kbbi.web.id/zonasi, diakses pada : 2 Oktober 2020

26 Dhita Yulia Nawati, Lingkungan Pendidikan dan Aktivitas Belajar yang Mendukung

Prestasi Belajar Siswa, dikutip dari https://lib.unnes.ac.id/2699/1/3466.pdf, diakses pada : 23 Juni

2021

27 Web Kemendikbud, dikutip dari

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/06/kemendikbud-sistem-zonasi-mempercepat-pemerataan-di-sektor-pendidikan, diakses pada : 5 Januari 2021

pendidikan disekolah yang memiliki radius terdekat dari domisilinya masing-masing.Secara keseluruhan sistem zonasi yang berlaku saat ini merupakan Sistem Zonasi yg mengatur mengenai zona wilayah bagi calon siswa dimuat dalam Sistem PPDB yang baru melalui Permendikbud No.14 Tahun 2018. Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17 tahun 2017, sekolah harus menerima 90 persen peserta didik dari daerah sesuai zona terdekat (sistem zonasi) yang diatur oleh daerah masing-masing. Sedangkan, 10 persen dialokasikan untuk dua kategori yaitu 5 persen untuk peserta didik berprestasi dan 5 persen lagi untuk peserta didik perpindahan antardaerah atau luar negeri.28

Lingkungan pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat. Ketiga lingkungan ini saling mempengaruhi dalam pembentukan kepribadian anak, lingkungan keluarga menjadi lingkungan awal dan paling banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, lingkungan pendidikan menjadi pengaruh besar dari pergaulan anak akan kepribadiannya dan lingkungan masyarakat menjadi tempat anak bersosialisasi dan tempat mengembangkan berbagai inovasi.29

Dari sini dapat kita lihat bahwa ketiga aspek lingkungan pendidikan diatas tak dapat dipisahkan dan saling berkaitan kebermanfaatannya, oleh karenanya sistem zonasi bermanfaat untuk mendekatkan ketiga aspek lingkungan pendidikan tersebut. Mendekatkan lingkungan pendidikan dengan lingkungan keluarga juga menjadi salah satu alas an diterapkannya sistem zonasi untuk membantu agar siswa tidak

28 Permendikbud RI No. 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat, h. 9

29 Educatiana, Lingkungan Pendidikan, dikutip dari

https://educatiana.blogspot.com/2017/01/lingkungan-pendidikan.html?m=1, diakses pada : 9 Mei 2021

terlambat lagi ke sekolah dan juga membantu perekonomian keluarga mengurangi pengeluaran transportasi.

Sistem zonasi diberlakukan oleh Kemendikbud dengan alasan agar mampu memberantasi ketimpangan pendidikan yang terjadi di tanah air, yakni sekat antara sekolah favorit dan sekolah pinggiran. Selama ini banyak peserta didik yang berbondong-bondong ingin belajar di sekolah yang dianggap favorit, dan membuat nasib dari sekolah pinggiran dianggap sebagai sekolah buangan dengan peserta didik yang tidak diterima dari sekolah favorit.

Jejen Musfah dalam bukunya menyatakan bahwa zonasi menguntungkan siswa yang rumahnya terdapat sekolah negeri tetapi merugikan mereka yang jauh dari sekolah negeri meski prestasinya baik. Tidak semua wilayah memiliki sekolah negeri dan akhirnya sebagian siswa miskin yang nilai rendah harus tetap mendaftar sekolah swasta.30 Dari sinilah terbentuknya penerimaan siswa tidak sesuai standarisasi.

2. Kebijakan Sistem Zonasi

Penerapan sistem zonasi tentu memiliki ketentuan mendasar yang harus diketahui oleh masyarakat tentang sistem penerimaan siswa baru ini. Ketentuan ini diambil berdasarkan pasal 16 Permendikbud RI No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat.

Adapun bunyi ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

30 Jejen Musfah, Analisis Kebijakan Pendidikan : Mengurai Krisis Karakter Bangsa, (Jakarta : Kencana, 2018). h. 178

a. Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah paling sedikit sebesar 90% (Sembilan puluh persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.

b. Domisili calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan PPDB.

c. Radius zona terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di daerah tersebut berdasarkan:

1) Ketersediaan anak usia sekolah di daerah tersebut; dan 2) Jumlah ketersediaan daya tamping dalam rombongan

belajar pada masing-masing sekolah

d. Dalam menetapkan radius zona sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemerintah daerah melibatkan musyawarah/kelompok kerja kepala Sekolah.

e. Bagi sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi/kabupaten/kota, ketentuan presentase dan radius zona terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diterapkan melalui kesepakatan secara tertulis antar pemerintah daerah yang salah berbatasan.

f. Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat menerima calon peserta didik melalui:

1) Jalur prestasi yang berdomisili diluar radius zona terdekat dari sekolah paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima; dan

2) Jalur bagi calon peserta didik yang berdomisili diluar zona terdekat dari sekolah dengan alasan khusus meliputi perpindahan domisili orangtua/wali peserta didik atau

terjadi bencana alam/sosial, paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.31 Pada ketentuan diatas artinya Sistem Zonasi ini memberikan 90% kuota terhadap calon peserta didik dengan radius zona terdekat dan 10% diluar penerimaan melalui radius zona terdekat.

3. Tantangan dan Permasalahan Sistem Zonasi

Menurut Doni Kusuma A, Pemerhati Pendidikan dan Pengajar di Universitas Multimedia Nusantara, menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan utama yang perlu segera ditindaklanjuti terkait dengan sistem zonasi, diantaranya:

Pertama, Masih banyaknya pemerintahan daerah yang tidak

mentaati ketentuan dalam kebijakan PPDB, salah satu ketentuan yang paling sering dilanggar adalah prioritas ketentuan zonasi. Untuk mengatasi ini, Kemendikbud perlu berkomunikasi lebih intensif dengan pemerintah daerah agar kebijakan zonasi ditaati sesuai dengan ketentuan pada Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru. Kedua, Kemendikbud menjamin bahwa orang-orang miskin memperoleh jaminan pendidikan minimal 20% dari total siswa. Kehadiran orang-orang miskin disekitar sekolah yang masuk zonasi, tidak boleh ditolak, meskipun anak-anak tersebut kurang secara akademis. Ini merupakan tantangan kedua untuk menerapkan pendidikan berkeadilan sosial. Ketiga, Kemendikbud dan Pemerintah Daerah perlu memastikan bahwa tidak ada lagi perbedaan kualitas dalam layanan pendidikan. Karena itu, sistem zonasi mewajibkan pemerintah untuk menyamakan kualitas pendidikan, terutama sarana prasaranan pendidikan dan kualitas guru.32

Sedangkan pada penerapan sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru yang menyatakan bahwa jarak rumah ke sekolah menjadi prioritas dibandingkan dengan nilai atau prestasi siswa, sehingga banyak muncul berbagai pro kontra dalam kalangan masyarakat, berikut berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan:

31 Permendikbud RI No. 14 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat, h. 10-11

32 Doni Kusuma A, Tantangan Kebijakan Zonasi, https://mediaindonesia.com/kolom-pakar/176704/tantangan-kebijakan-zonasi, diakses pada 01 April 2021

Pertama yaitu teknis pelaksanaan PPDB menimbulkan

kericuhan di kalangan masyarakat. Contohnya seperti yang terjadi di karanganyar, beberapa orang tua menginap di halaman SMP N 1 Tawangmangu untuk mendapatkan nomor antrian, padahal pendaftaran PPDB 2019 dilakukan secara online. Kedua adalah ketersediaan sekolah negeri belum merata di semua daerah. Sementara aturan zonasi mewajibkan anak mendaftar ke sekolah terdekat dengan rumahnya. Aturan ini menyebabkan beberapa anak terancam tidak dapat bersekolah karena tidak ada sekolah di daerah tempat tinggalnya.

Ketiga, sistem zonasi dengan prioritas jarak menyebabkan motivasi

belajar peserta didik menurun, karena nilai atau prestasi menjadi dianggap tidak penting. Sesuai aturan zonasi, calon peserta didik dapat diterima di sekolah negeri meskipun dengan nilai seadanya. Keempat, dikotomi sekolah unggulan dan nonunggulan masih berkembang di masyarakat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran orang tua, apalagi bila anaknya mempunyai nilai akademis tinggi. Berawal dari sinilah muncul praktik jual beli kursi, manipulasi KK, dan manipulasi surat pindah tugas agar dapat diterima di sekolah yang dinilai unggulan. Kelima, koordinasi antar instansi terkait belum efektif sehingga kebijakan pendidikan yang berlaku tidak berkesinambungan. Dengan penerapan sistem zonasi, orang tua semakin berusaha agar anaknya masuk ke sekolah yang dinilai unggulan.33

Beberapa permasalahan terjadi ditengah masyarakat dalam rangka mendapatkan sekolah baru dengan kualitas unggulan diantaranya:

a. Antre sejak dini hari, antrean tersebut adalah para orantua dan wali siswa untuk mendapatkan nomor formuliryang jumlahnya terbatas untuk anaknya sekolah.

b. Mengubah data alamat domisi, untuk bisa mendapatkan sekolah impian ditempuh dengan mengganti alamat domisili ke sekitar sekolah, bahkan hingga memanipulasi alamat pada Kartu Keluarga (KK).

c. Sulit mendapatkan sekolah, dengan sistem zonasi nilai tidak banyak membantu untuk menjamin diterima dan akan tersingkir oleh pendaftar yang berasal dari sekitar sekolah.34

Dari berbagai permasalahan diatas dapat dilihat bahwa kebijakan ini belum mampu mengakomodasi peserta didik, meskipun

33 Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Permasalahan dan Upaya Perbaikan Sistem

Zonasi Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru 2019, (Jakarta, 2019), h. 14-15

34 Luthfia Ayu Azanella, Berbagai Masalah Sistem Zonasi, Kebijakan Yang Dinilai Tak

Lihat Kondisi Lapangan, dikutip dari : Kompas.com

https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/20/18114391/berbagai-masalah-sistem-zonasi-kebijakan-yang-dinilai-tak-lihat-kondisi?page=all, diakses pada : 16 April 2021

kebijakan ini bukan lagi kebijakan baru, namun aturannya membuat peserta didik dihadapkan pada pilihan yang sulit.

4. Penilaian Masyarakat Terhadap Sistem Zonasi

Berbagai pendapat masyarakat terhadap penerapan sistem zonasi, ada pendapat positif maupun pendapat negatif disaat berbicara mengenai sistem zonasi. Pada jurnal Ratih Fenty A. Bintoro, Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Timur menyatakan hasil pendapat dinas pendidikan, tenaga pendidik maupun orang tua murid mengenai sistem zonasi diantaranya:

a. Adanya kekhawatiran akan tertutupnya kemungkinan untuk bersekolah diluar zonasi

b. Kurangnya sosialisasi kebijakan zonasi

c. Adanya kekhawatiran perihal standar pendidikan yang tidak merata35

Pada jurnal Wahdan dan Saroh, mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta mendapatkan hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap sistem zonasi, diantaranya:

a. Persepsi guru terhadap sistem zonasi PPDB menyatakan bahwa masih ada orang tua siswa yang belum memahami tentang sistem PPDB terbaru yaitu sistem zonasi, Sebagian besar guru juga menyatakan bahwa menyetujui penerapan sistem zonasi namun masih ada guru yang senang dengan sistem PPDB tanpa zonasi b. Persepsi orangtua terhadap sistem zonasi PPDB menyatakan bahwa

hamper separuh dari total orangtua yang diwawancara menyatakan bahwa masih rendahnya pemahaman mengenai sistem zonasi, dan

35 Ratih Fenty A. Bintoro, Persepsi Masyarakat Terhadap Implementasi Kebijakan

Sistem Zonasi Sekolah Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tingkat SMATahun Ajaran 2017/2018 di Kota Samarind, (Jurnal Riset Pembangunan Vol. 1 Tahun 2018) h. 53-54

masih ada orangtua siswa yang memilih pendaftaran sekolah dengan sistem lama atau tanpa zonasi.36

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian dari sistem zonasi sudah baik hanya saja masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas mengenai sistem zonasi, kurangnya sosialisasi sehingga pemahaman masyarakat akan sistem zonasi masih rendah.

Dokumen terkait