• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN SISTEM ZONASI TERHADAP DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN SISTEM ZONASI TERHADAP DISIPLIN SISWA DI SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN SKRIPSI"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

Devi Sriwahyuni

11160182000026

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2021

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Devi Sriwahyuni (11160182000026), Pengaruh Penerapan Sistem Zonasi Terhadap Disiplin Siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Skripsi Program Strata Satu (S-1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2021.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem zonasi terhadap disiplin siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu sampel yang pengambilan subjeknya bukan berdasarkan strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Adapun tujuan tersebut adalah memilih responden yang memiliki pengetahuan dan pemahaman cukup mengenai sistem zonasi dan disiplin siswa, serta memiliki pengalaman selama penerapan sistem zonasi di sekolah. Populasi terjangkau yang terdapat pada penelitian ini berjumlah 483 siswa dari siswa kelas VIII, maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah 83 siswa dengan menggunakan rumus Slovin. Teknik pengumpulan data utama menggunakan angket yang disebar ke 83 siswa dengan menggunakan bentuk pilihan jawaban berskala likert 5. Teknik yang juga dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara, narasumber pada wawancara penelitian ini yaitu Waka Humas, Waka Kurikulum dan Guru Wali Kelas VIII.

Berdasarkan hasil pengolahan data angket, nilai signifikan yang diperoleh adalah 0,046, dengan kriteria tersebut dapat dipastikan signifikan < α (0,05) maka disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima artinya terdapat pengaruh antara

penerapan sistem zonasi terhadap disiplin siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Pada perhitungan koefisien determinasi diketahui pengaruh penerapan sistem zonasi terhadap disiplin siswa sebesar 4,8%, sedangkan sisanya 95,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti. Dari hasil perhitungan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang kecil antara penerapan sistem zonasi terhadap disiplin siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

(8)

ABSTRACT

Devi Sriwahyuni (11160182000026), The Effect of Zoning System

Implementation on Student Discipline at SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Undergraduate Thesis Program (S-1), Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2021.

This study aims to determine the effect of the application of the zoning system on student discipline at SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. This research uses quantitative methods with a descriptive approach. This study used a purposive sampling technique, which is a sample whose subject is not based on strata, random or regional but is based on the existence of certain objectives. The objective is to select respondents who have sufficient knowledge and understanding of the zoning system and student discipline, and have experience during the implementation of the zoning system in schools. The affordable population in this study amounted to 483 students from class VIII students, so the sample size in this study was 83 students using the Slovin formula. The main data collection technique used a questionnaire distributed to 83 students using a Likert 5 scale choice of answers. Techniques also carried out in this study were interviews, interviewees in this research interview were Deputy Public Relations, Curriculum Vice Dean and Class VIII Homeroom Teacher.

Based on the results of questionnaire data processing, the significant value obtained is 0.046, with these criteria it can be ascertained that it is significant <α (0.05), it is concluded that Ho is rejected and Ha is accepted, meaning that there is an influence between the application of the zoning system on student discipline at SMP Negeri 3 Tangerang Selatan In the calculation of the coefficient of determination, it is known that the effect of zoning system

application on student discipline is 4.8%, while the remaining 95.2% is influenced by other factors not examined. From the results of these calculations, it can be concluded that there is a small influence between the application of the zoning system on student discipline at SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohim,

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Shalawat serta salam saya curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat memenuhi tugas akhir serta memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul pada skripsi ini adalah “Pengaruh Penerapan Sistem Zonasi Terhadap Disiplin Siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan”

Segenap usaha, do’a, serta kerja keras yang sudah dilalui oleh penulis tidaklah mudah dan sebentar, banyak tantangan dalam perjalanannya namun pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada proses ini tentunya penulis mendapatkan bantuan, arahan, bimbingan, do’a dan motivasi dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan serta ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Prof. Dr. Amany Lubis, MA. 2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Dr. Sururin, M.Ag.

3. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Drs. Mu’arif SAM, M.Pd. 4. Dosen Pembimibing I Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed, M.Phil, yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing, mengarahkan, memotivasi penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

(10)

5. Dosen Pembimbing II Drs. Dindin Sobiruddin, M.Kom, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membantu, membimbing, mengarahkan dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Dosen Pembimbing Akademik selama menjalani perkuliahan Drs. Ali Nurdin, M.Pd

7. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi Manajemen Pendidikan.

8. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru dan Staff serta siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang telah meluangkan waktu dan tempat serta bersedia sebagai informan selama penulis melakukan penelitian ini. 9. Orangtua Tercinta Amak Yurnalis dan Ayah Zaini yang berada disisi-Nya

atas segala do’a, kasih sayang, kesabaran, motivasi, nasihat serta dukungan moral maupun materil yang telah diberikan, tak mudah untuk menggambarkan pengorbanan dan perjuangan sehingga tidak dapat dituliskan dan disampaikan lewat kata-kata.

10. Kakak-kakak tersayang Uda Edi, Teti Nita, Kak Inel, Bang Ambo, Kutiah Sap, Ajo Buyuang yang terus memberikan dukungan dan memfasilitasi kebutuhan penulis selama masa perkuliahan.

11. Keluarga kedua penulis di perantauan Ande Lina, Mba Dwi, Cani Eka, Bang Abdul yang telah memberikan dukungan dan memfasilitasi kebutuhan penulis selama masa perkuliahan.

12. Teman-teman “Fortune” (Nida Aulia, Peacia Arum Maulidya, Dian Rosdiana, Indah Manansih, Hafni Humaira, M. Fikri, Nunu Kurniatillah , Rifqo Ruslan dan Septia Intan Nurjannah) yang telah membersamai, memberi dukungan, doa, dan pengalaman berharga dalam menjalani masa perkuliahan.

13. Keluarga besar dan juga teman-teman seperjuangan MP 2016, yang telah berjuang bersama, saling menyemangati, mendoakan serta memberikan hari-hari yang berwarna selama perkuliahan.

(11)

14. Sahabat Penulis Himmatulaq dan Rizka Indah yang telah membantu, memberikan dukungan serta do’a kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

15. Seluruh keluarga Pramuka Uin Jakarta yang telah memberikan pengalaman dan juga mengisi hari-hari dengan kegiatan produktif yang bermanfaat dan menyenangkan.

16. Teman Dekat Penulis Fahmi Faturrohman, yang telah memberikan motivasi semangat, do’a dan nasehat serta membantu penulis dengan segenap usaha baik selama perkuliahan.

17. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima setiap kritikan dan saran yang membangun agar penulis lebih baik lagi.

Jakarta, 17 Maret 2021 Penulis

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 7 C. Pembatasan Masalah ... 8 D. Rumusan Masalah ... 8 E. Tujuan Penelitian ... 8 F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Disiplin Siswa ... 10

1. Pengertian Disiplin ... 10

2. Macam-Macam Disiplin ... 11

3. Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin Siswa Dalam Belajar ... 13

4. Fungsi dan Tujuan Disiplin ... 13

B. Sistem Zonasi ... 16

1. Pengertian Sistem Zonasi ... 16

2. Kebijakan Sistem Zonasi... 18

3. Tantangan dan Permasalahan Sistem Zonasi ... 20

4. Penilaian Masyarakat Terhadap Sistem Zonasi ... 22

C. Penelitian Relevan ... 23

D. Kerangka Berpikir ... 25

(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 29

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 29

B. Metode Penelitian... 29

C. Populasi dan Sampel ... 30

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Hasil Uji Coba Instrumen... 36

F. Teknik Pengolahan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 44

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44

1. Profil Sekolah ... 44

2. Visi dan Misi ... 45

3. Data Peserta Didik... 46

B. Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Data Penelitian ... 47

2. Uji Prasyarat Analisis ... 59

3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 60

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

D. Temuan Penelitian ... 65 E. Keterbatasan Penelitian ... 66 BAB V PENUTUP ... 67 A. Kesimpulan ... 67 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 73

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 29

Tabel 3.2 Bobot Nilai Skala Angket Disiplin Siswa ... 33

Tabel 3.3 Bobot Nilai Skala Angket Sistem Zonasi ... 33

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian ... 34

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Wawancara ... 35

Tabel 3.6 Daftar Ceklis Studi Dokumen ... 36

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel X (Sistem Zonasi)... 39

Tabel 3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 39

Tabel 3.9 Tingkat Kecenderungan Variabel ... 41

Tabel 4.1 Jumlah Siswa SMPN 3 Tangerang Selatan ... 47

Tabel 4.2 Data Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 48

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 49

Tabel 4.4 Hasil Mean, Median, Modus Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 50

Tabel 4.5 Hasil Kategori Tingkat Kecenderungan Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 51

Tabel 4.6 Data Variabel X (Sistem Zonasi) ... 54

Tabel 4.7 Distribusi Frekueansi Variabel X (Sistem Zonasi) ... 55

Tabel 4.8 Hasil Mean, Median, Modus Variabel X (Sistem Zonasi) ... 56

Tabel 4.9 Hasil Kategori Tingkat Kecenderungan Variabel X (Sistem Zonasi) ... 57

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 59

Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas ... 60

Tabel 4.12 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Sederhana ... 61

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Hasil Data Distribusi Frekuensi Variabel Y ... 50

Gambar 4.2 Hasil Kategori Kecenderungan Data Variabel Y ... 52

Gambar 4.3 Hasil Data Distribusi Frekuensi Variabel X ... 56

(16)

DAFTAR BAGAN

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen ... 72

Lampiran 2 Hasil Uji Instrumen Variabel X (Sistem Zonasi) ... 75

Lampiran 3 Hasil Uji Instrumen Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 77

Lampiran 4 Angket Uji Instrumen Variabel X (Sistem Zonasi) ... 79

Lampiran 5 Angket Uji Instrumen Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 82

Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Variabel X (Sistem Zonasi) ... 85

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 86

Lampiran 8 Angket Penelitian ... 88

Lampiran 9 Hasil Jawaban Penelitian Variabel X (Sistem Zonasi) ... 92

Lampiran 10 Hasil Jawaban Penelitian Variabel Y (Disiplin Siswa) ... 95

Lampiran 11 Transkip Hasil Wawancara Waka Humas SMPN 3 Tangerang Selatan ... 99

Lampiran 12 Transkip Hasil Wawancara Waka Kurikulum SMPN 3 Tangerang Selatan ... 101

Lampiran 13 Transkip Hasil Wawancara GuruWali Kelas SMPN 3 Tangerang Selatan ... 103

Lampiran 14 Hasil Studi Dokumen SMPN 3 Tangerang Selatan ... 105

Lampiran 15 Surat Permohonan Pembimbing Skripsi ... 106

Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 107

Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian ... 108

Lampiran 18 Hasil Turnitin ... 109

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kebutuhan hidup manusia adalah pendidikan. Pentingnya pendidikan bukan menjadi perihal bagi beberapa kalangan lagi, tapi semua warga negara indonesia telah memahami betul betapa pentingnya pendidikan. Dengan modal pendidikan, seseorang akan mampu membuat dirinya berkualitas yang berarti seseorang yang dapat mengembangkan kemampuannya, dapat membentuk watak dan kepribadiannya dan untuk hidup lebih baik yakni bukan hanya memikirkan diri sendiri tapi juga masyarakat umum, untuk menciptakan hal tersebut didalam dunia pendidikan sangat dipengaruhi oleh kedisiplinan.

Dalam dunia pendidikan ada satu sikap penting yang perlu diterapkan yaitu disiplin, disiplin yakni sikap mental yang mengandung kerelaan, mematuhi semua ketentuan, peraturan, dan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan tanggung jawab.1 Sehingga untuk mencapai hasil pendidikan yang baik perlunya ditegakkan disiplin yang baik pula sehingga dapat menciptakan output peserta didik yang berkualitas.

Penerapan disiplin dalam pembelajaran akan menciptakan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan tentram di dalam kelas. Siswa yang disiplin yaitu siswa yang biasanya hadir tepat waktu, taat terhadap semua peraturan yang diterapkan disekolah serta berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.2

Disiplin dalam pembelajaran telah diterapkan di Negara Maju Jepang, disana orang tua atau guru-guru tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah

1 Eko Endri Wiyono, Bimbingan Konseling, dikutip dari

https://ekoendriwiyono.blogspot.com/2020/01/pentingnya-disiplin-belajar.html, diakses pada : 07 Mei 2021

2 Lily Yulianti, Pentingnya Kedisiplinan Siswa di Sekolah, dikutip dari

https://smkn5batam.sch.id/2020/03/13/pentingnya-kedisiplinan-siswa-di-sekolah/#:~:text=Dengan%20adanya%20kedisiplinan%20di%20sekolah,dengan%20norma%2Dno rma%20yang%20berlaku, diakses pada : 23 Juni 2021

(19)

dasar mereka tidak pandai matematika, justru mereka jauh lebih khawatir jika anak-anak mereka tidak pandai mengantre. Karena budaya antre di Jepang merupakan norma masyarakat yang harus dipatuhi oleh semua orang.3 Terdapat pelajaran berharga dibalik mengantre yaitu

1. Anak belajar manajemen waktu jika ingin cepat harus datang lebih awal

2. Anak belajar bersabar menunggu giliran 3. Anak belajar menghormati hak orang lain

4. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain

5. Anak belajar kreatif untuk mengatasi kebosanan mengantre (di Jepang biasanya orang membaca buku saat mengantri)

6. Anak belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain 7. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses untuk mencapai tujuan 8. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan

9. Anak belajar hukum sebab akibat, jika datang terlambat maka harus menerima konsekuensi di antrian belakang

10. Anak belajar memiliki rasa malu jika menyerobot antrian dan hak orang lain

11. Anak belajar bekerjasama dengan orang-prang yang ada didekatnya 12. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.4

Begitu banyak pelajaran yang didapatkan hanya dengan menerapkan budaya antre, ini menunjukkan bahwa disiplin sangat penting diterapkan bagi pendidikan di Indonesia.

Peserta didik dikenalkan dengan nilai-nilai hidup yang mengatur hidup manusia sehingga berguna bagi kehidupannya masing-masing. Nilai-nilai hidup tersebut dibuat agar dapat dipatuhi dan dilaksanakan guna ketertiban bermasyarakat. Dalam pelaksanaan mematuhi ketertiban tersebut akan mudah dan tidak memberatkan jika dilakukan dengan kesadaran akan pentingnya serta manfaatnya, begitulah sangat dibutuhkan kedisiplinan didalam pendidikan. Disiplin yakni sebuah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan (tata tertib dan

3 Mohammad Abdul Latif, Negara Mana Yang Paling Tertib Dalam Mengantri?, dikutip

dari https://id.quora.com/Negara-mana-yang-paling-tertib-dalam-mengantri, diakses pada 23 Juni 2021

(20)

sebagainya).5 Biasanya pelanggar dari tata tertib atau aturan ini akan disertai dengan sanksi dan hukuman.

Menurut Mahmud Yunus terdapat beberapa sebab-sebab dari rendahnya disiplin yakni diantaranya adalah lemahnya kepribadian guru yang tidak mempunyai kewibawaan dan tidak disegani oleh murid-murid, kekurangan pendidikan rumah-tangga dan adat kebiasaan baik dari orang tua, kebencian murid-murid terhadap pekerjaan sekolah.6 Dari sini dapat kita lihat bahwa lingkungan pendidikan diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal berpengerah terhadap pembentukan disiplin anak dan lingkungan keluarga atau orang tua menjadi patokan utama dalam pendidikan anak.

Seorang siswa jika menerapkan ketaatan dan kepatuhan dalam segala aspek hidup, termasuk dalam pembelajaran, pengaturan waktu belajar, ketaatan tersebut akan mempengaruhi prestasi belajar. Kerelaan hidup teratur mengikuti tata tertib akan membuka hatinya untuk menerima ilmu dan pendidikan di sekolah.7 Tulus tu’u menyatakan bahwa tanpa disiplin diri, hidup akan menjadi

kurang tertib dan tidak teratur. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan kedisiplinan siswa meliputi: pemberlakuan kode etik siswa, pemberian sanksi kepada siswa yang melanggar, penanaman kesadaran berdisiplin dalam diri, penggalakan keteladanan dari para guru, pemberian angket kesepakatan kesediaan mematuhi aturan sekolah, diadakan berbagai kegiatan menunjang upaya kedisiplinan dan kegiatan ekstrakurikuler, serta pemberian motivasi berdisiplin.8 Pemerintah juga membuat upaya untuk menciptakan

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikutip dari https://kbbi.web.id/disiplin, diakses pada :

2 Oktober 2020

6 Ari Parmiyati, Identifikasi Penyebab Rendahnya Disiplin Siswa Kelas V SD Negeri

Salam 1, Kecamatan Salam, Magelang, Tahun Ajaran 2013-2014, dikutip dari

https://123dok.com/document/zgw5ev2y-identifikasi-penyebab-rendahnya-kedisiplinan-negeri-kecamatan-magelang-ajaran.html, diakses pada : 23 Juni 2021

7 Tulus Tu,u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo,

2008), h. 92

8 Anas Purwantoro, Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTsN

Ngeplak, Sleman, Yogyakarta, dikutip dari https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/838/, diakses

(21)

kedisiplinan yaitu dengan diberlakukannya sistem zonasi, dimana zonasi merupakan penerimaan peserta didik melalui zona terdekat antara lingkungan rumah dengan lingkungan sekolah.

Pemerintah dengan itu membuat suatu kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Semua elemen masyarakat harus dapat merasakan upaya pemerintah ini, dengan tidak memandang status sosial, ekonomi, etnis, kondisi fisik maupun gender, hal ini berarti semua lapisan masyarakat indonesia harus mengikuti program pemerintah dalam dunia pendidikan. Salah satu upaya pemerintah dalam pemerataan pendidikan dan meningkatkan kedisiplinan yaitu dengan memberlakukan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) tahun 2017.

Sistem zonasi merupakan sistem yang berlaku dengan penentuan zona oleh pemerintahan daerah masing-masing yang wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah dengan presentase tertentu. Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sekolah harus menerima 90 persen peserta didik dari daerah sesuai zona terdekat (sistem zonasi) yang diatur oleh daerah masing-masing. Sedangkan, 10 persen dialokasikan untuk dua kategori yaitu 5 persen untuk peserta didik berprestasi dan 5 persen lagi untuk peserta didik perpindahan antardaerah atau luar negeri serta peserta didik yang memiliki alasan khusus lainnya (Permendikbud Nomor 17 tahun 2017).

Pada pelaksanaanya, PPDB dengan sistem zonasi ini menimbulkan banyak kebingungan di lingkup masyarakat, seperti yang dilansir oleh laman media online (https://tirto.id/pro-kontra-sistem-zonasi-dalam-penerimaan-siswa-baru),

Inspektur Kemendikbud Dayanto mengemukakan bahwa plaksanaan PPDB menempati posisi tertinggi dalam daftar laporan pengaduan masyarakat yang dikirim ke Kemendikbud. Laporan tersebut berjumlah 240 yang diterima dalam

(22)

kurung waktu satu bulan yaitu Juni – Juli 2017 dan kurang lebih 170 diantaranya merupakan pengaduan terkait masalah PPDB dengan berlandaskan sistem Zonasi9 Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan bahwa “Zonasi sangat penting dan kami mendukung penuh inisiatif zonasi. Oleh karena itu, beberapa waktu lalu kami berdiskusi inensif dengan guru, kepala sekolah, pengawas, dan seluruh stakeholder Pendidikan, baik dalam maupun luar negeri, supaya sistem zonasi dapat kita rancang lebih baik lagi” dilansir di laman resmi Kemendikbud.10

Hal ini menjadi suatu keinginan bagi semua kalangan untuk keberhasilan dari penerapan sistem zonasi. Namun dalam penerapan sistem zonasi perlu juga mempertimbangkan pengaruhnya terhadap disiplin belajar siswa disekolah. Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa. Tulus Tu’u mengatakan bahwa disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif, melakukan hal-hal yang lurus dan benar, menjauhi hal-hal negatif.11

Berbagai permasalahan dan berbagai ketimpangan terjadi di penerapan sistem zonasi ini, seperti yang terjadi di daerah-daerah yang tidak memiliki sekolah dengan kualitas yang baik dan juga tidak dapat bersekolah ke sekolah di kota dengan kualitas yang lebih baik. Sehingga berbagai permasalahan muncul, mulai dari memperuncing tindakan kecurangan dan kurangnya eksistensi dari prestasi. Akibat kurang efektifnya kebijakan zonasi juga berpengaruh kepada menurunnya disiplin siswa, guru kesulitan dalam proses pembelajaran, prestasi sekolah yang menurun, jarak cenderung membuat siswa mengabaikan disiplin,

9 M.Ahsan Ridhoi, Pro Kontra Sistem Zonasi dalam Penerimaan Siswa Baru, dikutip dari

https://tirto.id/pro-kontra-sistem-zonasi-dalam-penerimaan-siswa-baru-csEh, diakses pada : 21 September 2020

10 Yohanes Enggar Harususilo, 3 Alasan Mendikbud Nadiem Pertahankan Sistem Zonasi

di PPDB 2020, dikutip dari

https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/17/07362461/3-alasan-mendikbud-nadiem-pertahankan-sistem-zonasi-di-ppdb-2020?page=all, diakses pada : 21 Agustus 2020

11 Tulus Tu,u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo,

(23)

input siswa dibawah standar serta munculnya keuntungan dan kerugian bagi siswa didalam zonasi dan siswa diluar zonasi.

Bukti belum efektifnya penerapan sistem zonasi salah satunya terjadi di Palu, Sulawesi Selatan, sekolah yang berada di pinggiran kota itu nyatanya tidak berpengaruh akan sistem zonasi, masyarakat dengan zona tersebut tetap lebih memilih sekolah yang lain dengan fasilitas dan tenaga guru yang lebih memadai.12

Berbagai ketimpangan ini harus segera diselesaikan, untuk itu Kemendikbud harus mengevaluasi kembali kebijakan zonasi ini. Kebijakan ini memanglah bagus sebagai langkah awal untuk mendorong serta mewujudkan sekolah yang berkualitas serta merata. Tak hanya memberlakukan kebijakan, tentu ada berbagai hal yang harus terlebih dahulu diperbaiki, seperti kualitas masing-masing sekolah negeri. Khususnya masalah saranan dan prasarana yang kurang memadai, jika setiap sekolah telah memiliki kualitas sarana dan prasarana yang sama dan merata antar sekolah yang satu dengan sekolah lainnya, maka penerapan kebijakan zonasi akan menjadi kebijakan yang tepat. Selain itu penyebaran guru profesional secara merata juga menjadi hal pokok yang harus dilakukan untuk mendukung penerapan kebijakan zonasi.

Melihat dari kasus yang terjadi di SMPN 3 Tangerang Selatan setelah diterapkannya sistem zonasi pada PPDB 2019 yang menghasilkan penurunan pada disiplin siswa yang seharusnya justru menjadi jawaban dari diterapkannya sistem zonasi ini. Dari penyampaian Wakil Kepala Sekolah Bagian Kesiswaan menyatakan bahwa setelah diterapkannya sitem zonasi kualitas prestasi siswa menurun begitu pula dengan kedisiplinannya, banyak siswa yang menyepelekan disiplin, mengabaikan peraturan dan menurunnya tata krama kepada guru.

Oleh karena itu, penulis tertarik mengetahui lebih dalam mengenai pengaruh yang ditimbulkan oleh penerapan sistem zonasi terhadap disiplin belajar siswa di salah satu sekolah kawasan Tangerang Selatan. Dengan berbagai

12 JPNN.com, Bukti Sistem Zonasi PPDB Tidak Efektif, dikutip dari

https://www.jpnn.com/news/ini-bukti-sistem-zonasi-ppdb-tidak-efektif, diakses pada : 26 Januari 2021

(24)

permasalahan yang terjadi pada sekolah tersebut menjadi sorotan penulis untuk mengkaji lebih dalam sehingga dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Kebijakan Zonasi Terhadap Penegakan Disiplin Belajar Siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

B. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah dalam penelitian ini, diantaranya:

1. Belum efektifnya kebijakan zonasi di beberapa wilayah 2. Belum membudayanya sikap disiplin di sekolah

3. Input siswa dibawah standar memicu sikap malas belajar

4. Siswa heterogen sifat dan karakternya mempersulit guru dalam pembelajaran yg membutuhkan waktu lebih banyak

5. Prestasi sekolah menurun karna sulitnya guru dalam menerapkan disiplin

6. Jarak sekolah dengan rumah yang dekat cenderung membuat siswa mengabaikan disiplin

7. Siswa dengan lokasi rumah dekat dengan sekolah cenderung datang terlambat

8. Guru tidak acuh atau kurang memberikan pengertian kepada siswa 9. Siswa pintar diluar zonasi dirugikan atau siswa dibawah standar

didalam zonasi diuntungkan

(25)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah pada penelitian ini akan dibatasi kepada:

1. Belum efektifnya sistem zonasi yang diberlakukan dalam penerimaan peserta didik

2. Rendahnya disiplin belajar siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh Penerapan Kebijakan Zonasi Terhadap Penegakan Disiplin Belajar Siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Pengaruh Penerapan Kebijakan Zonasi Terhadap Penegakan Disiplin Belajar Siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai sumbangan pemikiran bagi para praktisi yang berkecimpung dalam dunia pendidikan tentang sistem zonasi bagi peserta didik b. Untuk menambah hasanah ilmu pengetahuan bagi ilmu pendidikan

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini memberikan wawasan tambahan bagi peneliti lain untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan sistem zonasi

(26)

b. Manfaat lain penelitian ini bagi guru dan sekolah dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh dari pelaksanaan sistem zonasi yang telah diterapkan disekolah

c. Bagi siswa penelitian ini bisa menjadi acuan dalam melihat bagaimana hasil dari diterapkannya sistem zonasi terhadap disiplin siswa

d. Bagi Pemangku kebijakan sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan PPDB melalui sistem zonasi di sekolah.

(27)

10

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Disiplin Siswa

1. Pengertian Disiplin

Disiplin Menurut MacMillan Dictionary, menjelaskan bahwa disiplin adalah tertib, taat atau mengendalikan tingksh laku, penguasaan diri, kendali diri, Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnkan sesuatusebagai kemampuan mental atau karakter mental. Hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki kumpulan sistem peraturan bagi tingkah laku.13

Menurut H.M. Alisuf Sabri, disiplin adalah adanya kesetiaan untuk mematuhi ketentuan/peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan, tetapi kepatuhan atas kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan ini.14

Menurut N.A. Ametembun dalam bukunya Darmadi mengatakan disiplin dapat diartikan keadaan tertib dimana para pengikut itu tunduk dengan senang hati pada ajaran-ajaran para pemimpinnya.15

Menurut Chester Harris dalam Piet Sahertia mendefinisikan disiplin sebagai berikut :

13 Sukini, Disiplin, (Yogyakarta: Istana Media, 2017). h. 1

14 H.M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005). h.

54

15 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar

(28)

“Discipline refers fundamentally to the principle that each

organisme learns in some degree to control it self so as to con form to to the forces around it with wich it has experiences”16

Definisi diatas mengandung makna tertentu yang berisi ide. Ada beberapa unsur pengertian didalam definisi diatas:

1) Berisi moral yang mengatur tata kehidupan

2) Pengembangan ego dengan segala masalah instrinsik yang mengharuskan orang untuk menentukan pilihan

3) Pertumbuhan kekuatan untuk memberikan jawaban terhadap setiap aturan yang disampaikan

4) Penerimaan autoritas eksternal yang membantu seseorang untuk membentuk kemampuan dan keterbatasan hidup.17

Dari keseluruhan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan aturan moral atau prinsip untuk memenuhi segala aturan yang berlaku baik tertulis maupun tidak tertulis dalam tata kehidupan demi menciptakan kondisi yang tertib dan teratur dengan kesadaran akan pentingnya hal tersebut.

2. Macam-Macam Disiplin

Menurut Oteng Sutisna macam-macam disiplin siswa dibagi menjadi dua yaitu disiplin negatif dan disiplin positif

1) Disiplin Negatif

Disiplin ini diartikan sebagai penggunaan hukuman atau ancaman hukuman untuk membuat orang orang mematuhi perintah dan mengikuti peraturan dan hukum. Jenis disiplin ini sering disebut sebagai disiplin otoriter, disiplin menghukum atau menguasai melalui rasa takut. Pendekatan negatif terhadap disiplin menggunakan kekuasaan dan kekuatan.

2) Disiplin Positif

16 Piet A Sahertian, Dimensi Administrasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994).

h. 123

(29)

Disiplin positif adalah sama dengan pendidikan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan di dalam, disiplin diri, dan pengendalian diri, ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam atas kemauan sendiri. Perorangan maupun perkelompok, patuh pada tata tertib organisasi karna mereka memahami, meyakini, dan mendukungnya. Mereka berbuat begitu karena mereka mengkehendakinya, bukan karena takut akan akibat-akibat dari ketidakpatuhannya.18

Menurut Conny R. Semiawan menjelaskan bahwa disiplin saat usia sekolah diantaranya adalah disiplin waktu, disiplin lalu lintas, disiplin belajar sesuai waktu yang ditentukan dan disiplin yang berkenaan dengan berbagai aspek dan tata krama kehidupan.19

Piet A. Sahertian mengemukakan beberapa macam-macam disiplin, diantaranya:

1) Disiplin tradisional, adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian yang terdidik.

2) Disiplin modern, yaitu pendidikan hanya menciptakan situasi yang memungkinkan agar si terdidik dapat mengatur dirinya. Jadi situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga si terdidik mengembangkan kemampuan dirinya.

3) Disiplin liberal, yang dimaksud disiplin liberal adalah disiplin yang diberikan sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas.20

Berdasarkan beberapa macam disiplin diatas, dapat disimpulkan bahwa disiplin bermula dari hal-hal kecil seperti dapat memanfaatkan waktu dengan sebaiknya, manjadwalkan untuk belajar dan mengerjakan tugas disekolah maupun dirumah, serta memiliki tata krama yang baik dengan seluruh warga sekolah dan lingkungan. Disiplin dapat

18 Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional,

(Bandung: Offset Angkasa, 1989) h. 110-111

19 Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (Jakarta: PT. Index, 2009).

h. 93

20 Piet A Sahertia, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya:

(30)

membantu anak untuk menyadari pentingnya segala yang akan mereka lakukan dan yang akan dicapai sesuai dengan yang diharapkan oleh orang lain dan lingkungan dari dirinya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa Dalam

Belajar atau Disiplin Belajar

Banyaknya faktor yang mempengaruhi disiplin siswa antara lain: 1) Keteladanan

Tingkah laku orangtua sangat mempengaruhi sikap yang akan ditiru oleh anak, sebagai suri tauladan keteladanan orangtua sangat berpengaruh pada sikap disiplin anak

2) Kewibawaan

Orangtua yang berwibawa dapat memberikan pengaruh yang positif bagi anak

3) Anak

Membentuk kedisiplinan perlunya ada kerjasama didalam keluarga, dan sangat diperlukan kesadaran sendiri oleh anak dalam pembinaan kedisiplinan

4) Hukuman dan Ganjaran

Merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi perilaku 5) Lingkungan

Lingkungan baik akan berpengaruh terhadap perbuatan positif dan begitu sebaliknya.21

4. Fungsi dan Tujuan Disiplin

Fungsi disiplin menurut Tulus Tu’u yaitu: 1) Menata Kehidupan Bersama

21 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar

(31)

Disiplin berguna untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku.

2) Membangun Kepribadian

Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Oleh karena itu, dengan disiplin seseorang membiasakan mengikuti, mematuhi, menaati aturan-aturan yang berlaku.

3) Melatih Kepribadian

Sikap, perilaku, dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta-merta dalam waktu singkat. Namun terbentuk melalui satu proses yang membutuhkan waktu Panjang. Salah satu proses untuk membentuk kepribadian tersebut dilakukan melalui Latihan.

4) Pemaksaan

Disiplin dapat berfungsi sebagai pemaksanaan kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku. Disiplin seperti ini masih dangkal, akan tetapi dengan pendampingan guru pemaksaan, pembiasaan dan Latihan disiplin seperti ini dapat menyadarkan siswa bahwa disiplin itu penting baginya 5) Hukuman

Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.

6) Menciptakan Lingkungan Kondusif

Disiplin itu sangat perlu untuk proses belajar mengajar. Alasannya yaitu: disiplin dapat membantu kegiatan beljar,

(32)

menimbulkan rasa senang untuk belajar dan dapat meningkatkan hubungan sosial.22

Conny R. Semiawan menyatakan bahwa disiplin membantu anak menyadari apa yang diharapkan dan apa yang tidak diharapkan darinya, dan membantunya bagaimana mencapai apa yang diharapkan darinya tersebut.23

Tujuan penegakan disiplin siswa menurut Piet A. Sahertian adalah sebagai berikut:

1) Menolong anak menjadi matang pribadinya dan berubah dari sifat ketergantungan ke arah tidak ketergantungan.

2) Mencegah timbulnya persoalan-persoalan disiplin dan menciptakan situasi dan kondisi dalam belajar mengajar agar mengikuti segala peraturan yang ada dengan penuh perhatian.

3) Disiplin dalam sekolah modern adalah merupakan pertolongan kepada muridmurid supaya dapat berdiri (help for self help).24

Dari uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa disiplin di sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik akan berdampak baik bagi sikap dan perilaku siswa. Apabila sikap disiplin pada siswa telah melekat maka dengan sendirinya siswa akan memiliki kesadaran akan keberhasilan dalam belajar. Dengan sikap disiplin pula sekolah diharapkan dapat menciptakan suasana yang aman, tertib, nyaman serta kondisif di lingkungan sekolah.

Lingkungan yang sama akan menciptakan satu suasana belajar yang sama pula, dalam hal ini berkaitan dengan penerapan sistem zonasi untuk dapat menciptakan suasana belajar yang sama antar siswa.

22 Tulus Tu,u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, (Jakarta: PT. Grasindo,

2008), h. 38-44

23 Conny R. Semiawan, Penerapan Pembelajaran Pada Anak, (Jakarta: PT. Index, 2009).

h. 93

24 Piet Sahertia, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha

(33)

Suasana belajar yang sama serta aman akan mampu untuk menciptakan disiplin belajar bagi siswa.

B. Sistem Zonasi

1. Pengertian Sistem Zonasi

Menurut KBBI adalah pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan fungsi dan tujuan pengelolaan.25

Penerapan sistem zonasi bermanfaat untuk mendekatakan lingkugan pendidikan diantaranya lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan.26 Dengan diterapkannya sistem zonasi untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang sama sehingga proses pendidikan lebih mudah dilakukan.

Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pada Kabinet Kerja pada jumpa pers di Jakarta, menyatakan zonasi merupakan rangkaian kebijakan yang utuh, terintegrasi, dan sistemik dari upaya kita melakukan restorasi di sector Pendidikan, khususnya di sistem persekolahan. Kebijakan ini bukan merupakan kebijakan yang terlepas dari rangkaian kebijakan sebelumnya maupun yang akan datang.27

Dalam Permendikbud No.51/2018 disebutkan bahwa penerapan sistem zonasi mengharuskan calon peserta didik untuk menempuh

25 Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikutip dari https://kbbi.web.id/zonasi, diakses pada :

2 Oktober 2020

26 Dhita Yulia Nawati, Lingkungan Pendidikan dan Aktivitas Belajar yang Mendukung

Prestasi Belajar Siswa, dikutip dari https://lib.unnes.ac.id/2699/1/3466.pdf, diakses pada : 23 Juni

2021

27 Web Kemendikbud, dikutip dari

https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2018/06/kemendikbud-sistem-zonasi-mempercepat-pemerataan-di-sektor-pendidikan, diakses pada : 5 Januari 2021

(34)

pendidikan disekolah yang memiliki radius terdekat dari domisilinya masing-masing.Secara keseluruhan sistem zonasi yang berlaku saat ini merupakan Sistem Zonasi yg mengatur mengenai zona wilayah bagi calon siswa dimuat dalam Sistem PPDB yang baru melalui Permendikbud No.14 Tahun 2018. Sebagaimana Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 17 tahun 2017, sekolah harus menerima 90 persen peserta didik dari daerah sesuai zona terdekat (sistem zonasi) yang diatur oleh daerah masing-masing. Sedangkan, 10 persen dialokasikan untuk dua kategori yaitu 5 persen untuk peserta didik berprestasi dan 5 persen lagi untuk peserta didik perpindahan antardaerah atau luar negeri.28

Lingkungan pendidikan terbagi menjadi tiga yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat. Ketiga lingkungan ini saling mempengaruhi dalam pembentukan kepribadian anak, lingkungan keluarga menjadi lingkungan awal dan paling banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, lingkungan pendidikan menjadi pengaruh besar dari pergaulan anak akan kepribadiannya dan lingkungan masyarakat menjadi tempat anak bersosialisasi dan tempat mengembangkan berbagai inovasi.29

Dari sini dapat kita lihat bahwa ketiga aspek lingkungan pendidikan diatas tak dapat dipisahkan dan saling berkaitan kebermanfaatannya, oleh karenanya sistem zonasi bermanfaat untuk mendekatkan ketiga aspek lingkungan pendidikan tersebut. Mendekatkan lingkungan pendidikan dengan lingkungan keluarga juga menjadi salah satu alas an diterapkannya sistem zonasi untuk membantu agar siswa tidak

28 Permendikbud RI No. 17 Tahun 2017 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada

Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat, h. 9

29 Educatiana, Lingkungan Pendidikan, dikutip dari

https://educatiana.blogspot.com/2017/01/lingkungan-pendidikan.html?m=1, diakses pada : 9 Mei 2021

(35)

terlambat lagi ke sekolah dan juga membantu perekonomian keluarga mengurangi pengeluaran transportasi.

Sistem zonasi diberlakukan oleh Kemendikbud dengan alasan agar mampu memberantasi ketimpangan pendidikan yang terjadi di tanah air, yakni sekat antara sekolah favorit dan sekolah pinggiran. Selama ini banyak peserta didik yang berbondong-bondong ingin belajar di sekolah yang dianggap favorit, dan membuat nasib dari sekolah pinggiran dianggap sebagai sekolah buangan dengan peserta didik yang tidak diterima dari sekolah favorit.

Jejen Musfah dalam bukunya menyatakan bahwa zonasi menguntungkan siswa yang rumahnya terdapat sekolah negeri tetapi merugikan mereka yang jauh dari sekolah negeri meski prestasinya baik. Tidak semua wilayah memiliki sekolah negeri dan akhirnya sebagian siswa miskin yang nilai rendah harus tetap mendaftar sekolah swasta.30 Dari sinilah terbentuknya penerimaan siswa tidak sesuai standarisasi.

2. Kebijakan Sistem Zonasi

Penerapan sistem zonasi tentu memiliki ketentuan mendasar yang harus diketahui oleh masyarakat tentang sistem penerimaan siswa baru ini. Ketentuan ini diambil berdasarkan pasal 16 Permendikbud RI No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau bentuk lain yang sederajat.

Adapun bunyi ketentuan tersebut adalah sebagai berikut:

30 Jejen Musfah, Analisis Kebijakan Pendidikan : Mengurai Krisis Karakter Bangsa,

(36)

a. Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik berdomisili pada radius zona terdekat dari Sekolah paling sedikit sebesar 90% (Sembilan puluh persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.

b. Domisili calon peserta didik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum pelaksanaan PPDB.

c. Radius zona terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kondisi di daerah tersebut berdasarkan:

1) Ketersediaan anak usia sekolah di daerah tersebut; dan 2) Jumlah ketersediaan daya tamping dalam rombongan

belajar pada masing-masing sekolah

d. Dalam menetapkan radius zona sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemerintah daerah melibatkan musyawarah/kelompok kerja kepala Sekolah.

e. Bagi sekolah yang berada di daerah perbatasan provinsi/kabupaten/kota, ketentuan presentase dan radius zona terdekat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diterapkan melalui kesepakatan secara tertulis antar pemerintah daerah yang salah berbatasan.

f. Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dapat menerima calon peserta didik melalui:

1) Jalur prestasi yang berdomisili diluar radius zona terdekat dari sekolah paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima; dan

2) Jalur bagi calon peserta didik yang berdomisili diluar zona terdekat dari sekolah dengan alasan khusus meliputi perpindahan domisili orangtua/wali peserta didik atau

(37)

terjadi bencana alam/sosial, paling banyak 5% (lima persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima.31 Pada ketentuan diatas artinya Sistem Zonasi ini memberikan 90% kuota terhadap calon peserta didik dengan radius zona terdekat dan 10% diluar penerimaan melalui radius zona terdekat.

3. Tantangan dan Permasalahan Sistem Zonasi

Menurut Doni Kusuma A, Pemerhati Pendidikan dan Pengajar di Universitas Multimedia Nusantara, menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan utama yang perlu segera ditindaklanjuti terkait dengan sistem zonasi, diantaranya:

Pertama, Masih banyaknya pemerintahan daerah yang tidak

mentaati ketentuan dalam kebijakan PPDB, salah satu ketentuan yang paling sering dilanggar adalah prioritas ketentuan zonasi. Untuk mengatasi ini, Kemendikbud perlu berkomunikasi lebih intensif dengan pemerintah daerah agar kebijakan zonasi ditaati sesuai dengan ketentuan pada Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru. Kedua, Kemendikbud menjamin bahwa orang-orang miskin memperoleh jaminan pendidikan minimal 20% dari total siswa. Kehadiran orang-orang miskin disekitar sekolah yang masuk zonasi, tidak boleh ditolak, meskipun anak-anak tersebut kurang secara akademis. Ini merupakan tantangan kedua untuk menerapkan pendidikan berkeadilan sosial. Ketiga, Kemendikbud dan Pemerintah Daerah perlu memastikan bahwa tidak ada lagi perbedaan kualitas dalam layanan pendidikan. Karena itu, sistem zonasi mewajibkan pemerintah untuk menyamakan kualitas pendidikan, terutama sarana prasaranan pendidikan dan kualitas guru.32

Sedangkan pada penerapan sistem zonasi dalam penerimaan peserta didik baru yang menyatakan bahwa jarak rumah ke sekolah menjadi prioritas dibandingkan dengan nilai atau prestasi siswa, sehingga banyak muncul berbagai pro kontra dalam kalangan masyarakat, berikut berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan:

31 Permendikbud RI No. 14 Tahun 2018 Tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada

Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk Lain yang Sederajat, h. 10-11

32 Doni Kusuma A, Tantangan Kebijakan Zonasi,

(38)

Pertama yaitu teknis pelaksanaan PPDB menimbulkan

kericuhan di kalangan masyarakat. Contohnya seperti yang terjadi di karanganyar, beberapa orang tua menginap di halaman SMP N 1 Tawangmangu untuk mendapatkan nomor antrian, padahal pendaftaran PPDB 2019 dilakukan secara online. Kedua adalah ketersediaan sekolah negeri belum merata di semua daerah. Sementara aturan zonasi mewajibkan anak mendaftar ke sekolah terdekat dengan rumahnya. Aturan ini menyebabkan beberapa anak terancam tidak dapat bersekolah karena tidak ada sekolah di daerah tempat tinggalnya.

Ketiga, sistem zonasi dengan prioritas jarak menyebabkan motivasi

belajar peserta didik menurun, karena nilai atau prestasi menjadi dianggap tidak penting. Sesuai aturan zonasi, calon peserta didik dapat diterima di sekolah negeri meskipun dengan nilai seadanya. Keempat, dikotomi sekolah unggulan dan nonunggulan masih berkembang di masyarakat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran orang tua, apalagi bila anaknya mempunyai nilai akademis tinggi. Berawal dari sinilah muncul praktik jual beli kursi, manipulasi KK, dan manipulasi surat pindah tugas agar dapat diterima di sekolah yang dinilai unggulan. Kelima, koordinasi antar instansi terkait belum efektif sehingga kebijakan pendidikan yang berlaku tidak berkesinambungan. Dengan penerapan sistem zonasi, orang tua semakin berusaha agar anaknya masuk ke sekolah yang dinilai unggulan.33

Beberapa permasalahan terjadi ditengah masyarakat dalam rangka mendapatkan sekolah baru dengan kualitas unggulan diantaranya:

a. Antre sejak dini hari, antrean tersebut adalah para orantua dan wali siswa untuk mendapatkan nomor formuliryang jumlahnya terbatas untuk anaknya sekolah.

b. Mengubah data alamat domisi, untuk bisa mendapatkan sekolah impian ditempuh dengan mengganti alamat domisili ke sekitar sekolah, bahkan hingga memanipulasi alamat pada Kartu Keluarga (KK).

c. Sulit mendapatkan sekolah, dengan sistem zonasi nilai tidak banyak membantu untuk menjamin diterima dan akan tersingkir oleh pendaftar yang berasal dari sekitar sekolah.34

Dari berbagai permasalahan diatas dapat dilihat bahwa kebijakan ini belum mampu mengakomodasi peserta didik, meskipun

33 Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Permasalahan dan Upaya Perbaikan Sistem

Zonasi Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru 2019, (Jakarta, 2019), h. 14-15

34 Luthfia Ayu Azanella, Berbagai Masalah Sistem Zonasi, Kebijakan Yang Dinilai Tak

Lihat Kondisi Lapangan, dikutip dari : Kompas.com

https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/20/18114391/berbagai-masalah-sistem-zonasi-kebijakan-yang-dinilai-tak-lihat-kondisi?page=all, diakses pada : 16 April 2021

(39)

kebijakan ini bukan lagi kebijakan baru, namun aturannya membuat peserta didik dihadapkan pada pilihan yang sulit.

4. Penilaian Masyarakat Terhadap Sistem Zonasi

Berbagai pendapat masyarakat terhadap penerapan sistem zonasi, ada pendapat positif maupun pendapat negatif disaat berbicara mengenai sistem zonasi. Pada jurnal Ratih Fenty A. Bintoro, Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Kalimantan Timur menyatakan hasil pendapat dinas pendidikan, tenaga pendidik maupun orang tua murid mengenai sistem zonasi diantaranya:

a. Adanya kekhawatiran akan tertutupnya kemungkinan untuk bersekolah diluar zonasi

b. Kurangnya sosialisasi kebijakan zonasi

c. Adanya kekhawatiran perihal standar pendidikan yang tidak merata35

Pada jurnal Wahdan dan Saroh, mahasiswa FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta mendapatkan hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap sistem zonasi, diantaranya:

a. Persepsi guru terhadap sistem zonasi PPDB menyatakan bahwa masih ada orang tua siswa yang belum memahami tentang sistem PPDB terbaru yaitu sistem zonasi, Sebagian besar guru juga menyatakan bahwa menyetujui penerapan sistem zonasi namun masih ada guru yang senang dengan sistem PPDB tanpa zonasi b. Persepsi orangtua terhadap sistem zonasi PPDB menyatakan bahwa

hamper separuh dari total orangtua yang diwawancara menyatakan bahwa masih rendahnya pemahaman mengenai sistem zonasi, dan

35 Ratih Fenty A. Bintoro, Persepsi Masyarakat Terhadap Implementasi Kebijakan

Sistem Zonasi Sekolah Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tingkat SMATahun Ajaran 2017/2018 di Kota Samarind, (Jurnal Riset Pembangunan Vol. 1 Tahun 2018) h. 53-54

(40)

masih ada orangtua siswa yang memilih pendaftaran sekolah dengan sistem lama atau tanpa zonasi.36

Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pengimplementasian dari sistem zonasi sudah baik hanya saja masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas mengenai sistem zonasi, kurangnya sosialisasi sehingga pemahaman masyarakat akan sistem zonasi masih rendah.

C. Penelitian Relevan

1.

Desi Wulandari dari Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Lampung pada tahun 2018 dengan judul Pengaruh Penerimaan Peserta Didik Baru Melalui Sistem Zonasi Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII di SMPN 1 Labuhan Ratu Lampung Timur Tahun Pelajaran 2017/2018. Persamaan dari penelitian ini adalah penelitian sama-sama menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan pengaruh zonasi sebagai variable X dan peserta didik menjadi narasumbernya, sedangkan perbedaanya adalah penelitian ini mencari hasil pengaruh sistem zonasi terhadap prestasi siswa. Pada penelitian Desi terdapat pengaruh positif dengan kategori tinggi antara sistem zonasi terhadap prestasi belajar siswa, sedangkan pada penelitian Devi terdapat pengaruh positif dengan kategori yang rendah antara sistem zonasi terhadap disiplin siswa. Sampel yang diambil oleh Desi adalah 25% dari total keseluruhan populasi yakni 25% dari 128 siswa adalah 32 siswa, sedangkan penelitian Devi mengambil sampel sebanyak 10% dari total keseluruhan populasi yaitu 10% dari 438 adalah 83 siswa. Kesimpulan hasil penelitian Desi adalah bahwa terdapat pengaruh yang positif atau signifikan dengan kategori keeratan tinggi antara PPDB melalui sistem zonasi dengan prestasi

36 Wahdan Najib Habiby dan Saroh Nur Fiatin, Persepsi Masyarakat dan Dampak Sistem

Zonasi Untuk Jenjang Sekolah Dasar Di Kecamatan Serengan Kota Surakarta, (Jurnal Profesi

(41)

belajar siswa. Desi menyatakan bahwa semakin baik pelaksanaan PPDB maka semakin baik pula prestasi belajar peserta didik.

2.

Kartika Marini dari Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada tahun 2019 dengan judul Implementasi Kebijakan Sistem Zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Pada SMA Negeri Di Kota Bandar Lampung. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai penerapan sistem zonasi, sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian Kartika menggunakan pendekatan kualitatif dan juga berfokus kepada penerapan dari kebijakan zonasi tersebut. Kesimpulan hasil dari penelitian Kartika yakni terdapat beberapa hambatan dalam implementasi PPDB dengan sistem zonasi diantaranya aplikasi yang digunakan mengalami gangguan, jaringan kurang memadai dan pola pikir masyarakat terhadap sekolah unggulan masih belum berubah.

3.

Luthfi Nur Hanifah dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2019 dengan judul Persepsi Orangtua Murid Terhadap Kebijakan Sistem Zonasi Sekolah dalam Penerimaan Peserta Didik Baru di Tingkat SMA Negeri Di Wilayah Wonogiri Tahun Ajaran 2018/2019. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai penerapan sistem zonasi, sedangkan perbedaannya adalah penelitian luthfi menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui persepsi orangtua murid terhadap zonasi, lokasi subjek berbeda yakni di Wonogiri. Kesimpulan hasil yang didapatkan oleh penelitian lutfi yakni dampak yang timbul dari diterapkannya sistem zonasi adalah jarak rumah yang dekat dengan sekolah langsung diterima, orangtua tidak perlu mencarikan kos, menghemat biaya transportasi dan dapat mengawasi pergaulan anak, akan tetapi anak tidak bisa bebas memilih sekolah yang diinginkan.

(42)

4.

Ayniah Cahyani dari Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Hubungan Antara Persepsi Peserta Didik Terhadap Sistem Zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru dengan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Banguntapan Bantul. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama membahas mengenai penerapan sistem zonasi dan peserta didik menjadi narasumbernya serta pendekatannya menggunakan metode kuantitatif, sedangkan perbedaannya adalah penelitian Ayniah untuk mengetahui data minat belajar pendidikan agama islam . kesimpulan dari hasil penelitian Ayniah adalah bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sistem zonasi dalam PPDB dengan minat minat belajar Pendidikan agama islam yang ditandai dengan koefisien rxy sebesar 0,306 dengan p 0,036 (p < 0,05).

D. Kerangka Berpikir

Tidak dapat dipungkiri sekolah merupakan tempat yang paling baik dalam mendidik dan menanamkan sikap, nilai dan norma yang baik. Salah satunya yaitu sikap kedisiplinan Sekolah memiliki andil yang cukup besar dalam membina sikap kedisiplinan dari peserta didik. Sikap kedisiplinan yang dimiliki peserta didik mampu mengarahkannya pada pengembangan diri yang baik. Dalam pembelajaran tentu sikap kedisiplinan sangatlah dibutuhkan untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal sehingga menjadikan siswa dan sekolah unggul untuk generasi masa depan.

Pada kenyataannya masih banyak hal yang belum sesuai dengan diterapkannya sistem zonasi ini, seperti Terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah dalam penerapan kebijakan zonasi untuk menghilangkan “kastanisasi”, Lemahnya penguasaan guru dan sulitnya dalam menerapkan disiplin, Kurang efektifnya bimbingan teknis penerapan kebijakan zonasi kepada guru, pihak sekolah dan orangtua siswa, Minimnya budaya tepat waktu pada siswa di sekolah, Input siswa dibawah standar memicu sikap malas belajar, Jarak sekolah dengan

(43)

rumah yang dekat cenderung membuat siswa mengabaikan disiplin dan belum optimalnya penerapan sistem zonasi.

Dalam hal ini dengan diterapkannya sistem zonasi yang diresmikan oleh kemendikbud sejak tahun 2017 dengan target akan pemerataan akses pada layanan pendidikan dan kualitas pendidikan hingga mencangkup kedisiplinan siswa yang akan membuat terciptanya siswa dengan disiplin belajar yang baik.

Berbagai permasalahan muncul dengan diterapkan sistem zonasi dikarenakan belum efektifnya dari penerapan sistem zonasi ini dan juga masih sangat rendahnya disiplin siswa sehingga pembelajaran sesuai target atau capaian yang diinginkan dengan diterapkannya sistem zonasi ini belum dapat dicapai.

Kebijakan zonasi menjadi salah satu usaha untuk membentuk sikap kedisiplinan peserta didik yang pada akhirnya akan berdampak pada kemajuan sekolah dan kualitas peserta didik itu sendiri. Strategi yang tepat perlu diadakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi seperti perlunya diadakan pemerataan sarana prasarana tiap sekolah., perlunya perhatian yang khusus dan lebih dari pimpinan sekolah terhadap proses belajar pada penerapan kebijakan zonasi, perlu diadakannya bimbingan mengenai kebijakan zonasi terhadap guru, pihak sekolah dan orangtua siswa, serta standarisasi input siswa harus sesuai sehingga dapat memicu sikap semangat belajar untuk seluruh siswa.

(44)

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir PROSES OUTPUT Strategi: 1. Perlu diadakannya bimbingan mengenai kebijakan zonasi terhadap guru pihak sekolah dan orangtua siswa 2. Perlunya diadakan pemerataan sarana prasarana tiap sekolah. 3. perlunya perhatian yang khusus dan lebih dari pimpinan sekolah terhadap proses belajar pada penerapan kebijakan zonasi 4. perlunya standarisasi input siswa harus sesuai sehingga dapat memicu sikap semangat belajar untuk seluruh siswa INPUT Hasil : 1. Terwujudnya sistim zonasi yang dapat meningkatkan disiplin belajar Kondisi nyata: 1. Belum optimalnya penerapan kebijakan zonasi

2. Terbatasnya sarana dan prasarana di sekolah dalam penerapan kebijakan zonasi untuk menghilangkan “kastanisasi”

3. Lemahnya penguasaan guru dan sulitnya dalam menerapkan disiplin 4. Kurang efektifnya

bimbingan teknis penerapan kebijakan zonasi kepada guru, pihak sekolah dan orangtua siswa

5. Minimnya budaya tepat waktu pada siswa di sekolah

6. Input siswa dibawah standar memicu sikap malas belajar

7. Jarak sekolah dengan rumah yang dekat

cenderung membuat siswa mengabaikan disiplin Masalah: Belum efektifnya penerapan kebijakan zonasi yang berdampak pada masih rendahnya disiplin belajar siswa feedback

(45)

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah “Penerapan Sistem Zonasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan”. Kemudian untuk mengetahui pengaruh antara variabel X dan Y maka dilakukan uji hipotesis nol yaitu:

Ho : Tidak terdapat pengaruh Sistem Zonasi terhadap Disiplin

Siswa di SMPN 3 Tangerang Selatan

Ha : Terdapat pengaruh Sistem Zonasi terhadap Disiplin Siswa di

(46)

29

BAB III

MATODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang beralamat di JL. Ir. H. Juanda No. 01, Cempaka Putih, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Februari 2021

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Kegiatan

BULAN

Nov Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

a. Persiapan Penelitian 1. Observasi pendahuluan 2. Perbaikan BAB I - III b. Penelitian 1. Pengumpulan Data 2. Pengolahan Data 3. Analisis Data 4. Penyusunan Laporan

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dan metode kuantitatif. Metode kuantitatif dipilih dalam penelitian ini dikarenakan sifat dan karakteristik masalah penelitian lebih tepat dijelaskan dengan data-data yang bersifat kuantitatif; dimana kata “pengaruh” dalam rumusan masalah mengandung makna untuk mengetahui

(47)

dan menjelaskan tingkat persepsi/pandangan para responden yang dapat dijaring dengan teknik kuantitatif angket. Namun untuk mendapatkan dukungan data yang lebih dalam maka pengumpulan dara juga delengkapi dengan teknik wawancara dan studi dokumen. Jadi penggunaan metode kuanitatif ini untuk menjelaskan bagaimana pengaruh kebijakan zonasi terhadap disiplin siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi target dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMPN 3 Tangerang Selatan pada tahun pelajaran 2020/2021 yang berjumlah 1.434 peserta didik yang tersebar pada kelas VII yang berjumlah 517 siswa terdiri dari 11 rombel, kelas VIII yang berjumlah 483 siswa terdiri dari 11 rombel, dan kelas IX yang berjumlah 434 siswa terdiri dari 11 rombel. Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

Penelitian ini hanya mengambil populasi kelas VIII yang berjumlah 483 siswa; karena siswa kelas VIII sudah memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenal lingkungan sekolah. Mereka sudah bisa melihat dan memahami kedisiplinan disekolah serta sudah mulai paham dengan sistem zonasi untuk memudahkan peserta didik mempersepsikan tentang sistem zonasi yang telah diterapkan di sekolah.

Dari data yang didapat, kondisi Pendidikan, sosial dan ekonomi orangtua siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sangatlah beragam, dimulai dari menengah keatas hingga menengah kebawah bahkan yang sangat lemah juga ada. Hal ini menjadi dasar penentuan sampel dimana semakin heterogen populasi maka semakin tinggi presentasi samplingnya, sebaliknya semakin homogen populasi maka semakin rendah presentasinya samplingnya.

(48)

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dari populasi dengan menggunakan presentase tingkat kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 10%. Penentuan ukuran sampel responden menggunakan rumus Slovin, yang ditunjukkan sebagai berikut:37

𝑛 = 𝑁

1 + (𝑁(𝑒)²) Keterangan:

n = Jumlah elemen/anggota sampel N = Jumlah elemen/anggota populasi e = Error level (tingkat kesalahan)

Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut: Nilai e = 0,01 (1%)

Nilai e = 0,05 (5%) Nilai e = 0,1 (10%)

Jadi, rentang sampel yang dapat diambil dari teknik Slovin yaitu antara 1-10% dari populasi penelitian. Jumlah populasi dalam penelitian adalah sebanyak 483 orang, sehingga presentase kelonggaran yang digunakan adalah 10% dan hasil perhitungan dapat dibulatkan untuk mencapai kesesuaian. Maka untuk mengetahui sampel penelitian, dengan perhitungan sebagai berikut:

𝑛 = 𝑁

1 + (𝑁(𝑒)²)

37 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah,

(49)

𝑛 = 483 1 + (483(10%)²) 𝑛 = 483 1 + (483(0,1)²) 𝑛 = 483 1 + (483(0,01)) 𝑛 = 483 1 + 4,83 𝑛 = 483 5,83 n = 82,84 dibulatkan menjadi 83.

Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu sampel yang pengambilan subjeknya bukan berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.38 Adapun tujuan tersebut adalah memilih responden yang memiliki

pengetahuan dan pemahaman cukup mengenai sistem zonasi dan disiplin siswa, serta memiliki pengalaman selama penerapan sistem zonasi di sekolah. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 483 siswa dan tingkat kesalahan yang ditetapkan adalah 10%, maka besarnya sampel pada penelitian ini adalah 83 siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner/angket

Pada penelitian ini kuesioner akan diberikan kepada peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan sebagai responden. Data yang diperoleh dari hasil angket digunakan untuk mengetahui bagaimana kondisi disiplin siswa disekolah setelah diterapkannya sistem zonasi,

38 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi V,

(50)

pendapat responden terhadap pelaksanaan system zonasi serta dampak zonasi terhadap disiplin kehadiran siswa dan disiplin belajar siswa.

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.39 Skala Likert memiliki skor yang dapat digunakan responden untuk memiliki jawaban, skala likert 4 dipilih agar tidak ada responden yang bersikap netral atau tidak berpendapat, karna data yang ingin didapatkan oleh peneliti adalah pendapat responden dari fenomena yang terjadi. Berikut bobot yang digunakan, yaitu:40

Tabel 3.2 Bobot Nilai Skala Angket Disiplin Siswa

No. Kategori Jawaban Positif (+) Negatif (-)

1. Sangat Setuju (SS) 5 1

2. Setuju (ST) 4 2

3. Ragu-ragu (RG) 3 3

4. Tidak Setuju (TS) 2 4

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Tabel 3.3 Bobot Nilai Skala Angket Sistem Zonasi No. Kategori Jawaban Positif (+) Negatif (-)

1. Selalu (SL) 5 1

2. Sering (SR) 4 2

3. Kadang-kadang (KD) 3 3

4. Hampir Tidak Pernah (HTP) 2 4

5. Tidak Pernah (TP) 1 5

39 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, ( Bandung : Alfabeta,

2017), h. 93

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 3.2 Bobot Nilai Skala Angket Disiplin Siswa
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Angket Penelitian  Varibel
Tabel 3.5 Kisi-kisi Instrumen Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan sistem zonasi sekolah dalam penerimaan peserta didik baru sejatinya memiliki dampak yang positif seperti yang dikatakan Desi Wulandari, dkk (2017). Sistem zonasi

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 10 KOTA TANGERANG SELATAN TENTANG PENGUMUMAN HASIL HASIL SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) TAHAP 1

Peraturan Walikota Nomor 24 Tahun 2022, tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak- kanak Pembina, Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri Tahun

Peraturan Walikota Nomor 24 Tahun 2022, tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak- kanak Pembina, Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Menengah Pertama Negeri

Pada penelitian ini dibuat suatu Sistem Informasi Geografis berbasis WEB untuk menentukan zonasi Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota

Berdasarkan peraturan Permendikbud no. 14 tahun 2018 tentang penerimaan siswa didik baru, pasal 16 ayat 1 dalam sistem zonasi yang menyatakan bahwa sekolah yang

Dengan diberlakukannya sistem zonasi maka sekolah sangat memungkinkan akan menerima calon peserta didik yang mempunyai minat belajar yang rendah dan juga peserta didik dengan

Maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan merupakan suatu hal yang penting untuk membentuk bangsa yang lebih baik Pada penerimaan peserta didik baru, Masyarakat terbiasa dengan sistem