BAB I PENDAHULUAN
E. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan, sistematika yang digunakan dalam
pembahasan tugas akhir ini akan dibagi menjadi empat pokok bahasan diantaranya adalah:
Bab I adalah bab pendahuluan akan memaparkan latar belakang masalah. Didalamnya akan diulas tentang latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II adalah landasan teori, dimana pada bab ini akan memaparkan teori tentang tabungan pendidikan dengan akad wadi’ah,yang
terdiri dari pengertian akad wadi’ah, dasar hukum akad wadi’ah, rukun dan syarat akad Wadi’ah, macam-macam akad wadi’ah, wadi’ah dalam praktik Lembaga Keuangan Syariah dan pengertian tabungan pendidikan, syarat dan ketentuan serta manfaatnya.
Bab III adalah pembahasan penelitian untuk menjelaskan mekanisme tabungan pendidikan dengan akad wadi’ah pada BPRS Kotabumi.
Bab IV adalah penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Didalamnya, disajikan ulang secara singkat dan ringkas berupa jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.
A. Tabungan
1. Pengertian Tabungan
Tabungan adalah simpanan uang yang berasal dari pendapatan yang tidak dibelanjakan dan bisa dilakukan oleh perorangan maupun instansi tertentu. Tabungan bisa diambil kapan saja tanpa terikat oleh waktu bahkan bisa ditarik tunai secara mandiri melalui fasilitas ATM ( Anjungan
Tunai Mandiri) yang diberikan oleh berbagai bank.20
Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
cek, bilyet giro, dan /atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.21
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu waktu apabila nasabah membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung kecil. Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak bank karena bagi hasil yang ditawarkannya pun kecill namun biasanya
20Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 74 21
jumlah nasabah yang menggunakan tabungan lebih banyak daripada
produk penghimpun dana yang lain.22
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa tabungan adalah suatu simpanan yang berupa uang dari perorangan atau suatu badan usaha pada bank yang dimana penarikan uangnya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media tertentu kecuali tidak dapat menggunakan bilyet giro, cek maupun alat-alat lainnya yang sama.
Tabungan pendidikan atau disebut juga dengan tabungan rencana termasuk kedalam tabungan berjangka yang merupakan produk keuangan yang dikeluarkan oleh bank. Oleh karena itu, tabungan pendidikan dijamin oleh lembaga penjamin simpanan atau LPS, yang artinya jika nanti terjadi kasus di bank tempat anda menabung mengalami kebangkrutan, nilai
tabungan anda akan tetap aman.23
Tabungan pendidikan merupakan kontrak atau kerjasama antara bank dengan nasabah sebagai orang tua yang setuju bank mendebet sejumlah dana secara rutin dari rekening nasabah untuk disetorkan kedalam rekening tabungan pendidikan anak. Dana hasil dari investasi setoran rutin tabungan tersebut baru bisa diambil pada saat anak memasuki usia sekolah
sesuai dengan jenjang pendidikannya.24
Jadi, tabungan pendidikan adalah produk tabungan dari bank dengan tujuan menjamin masa depan pendidikan dan menyediakan dana untuk
22 M. Nur Rianto, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, (bandung: Alfabeta, 2012), h. 35
23 https://www.cermati.com/artikel/tabungan-pendidikan-vs-asuransi-pendidikan-mana-yang-lebih-unggul diunduh pada 24 Mei 2017
24 Ibid,.
pendidikan masa depannya, dengan menabung sejumlah uang dengan jumlah tertentu secara rutin. Besar bulanan tabungan nasabah dihitung dari
target dana pendidikan yang akan diambil nantinya. Dalam
mempersiapkan dana pendidikan itu tidaklah mudah. Tetapi akan lebih baik apabila kita mempersiapkannya semuanya sedini mungkin dapat menyediakan dan memberikan pendidikan yang lebih baik untuk kehidupan di masa depan.
2. Fungsi Tabungan
Menurut Pasal 1 undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan undang-undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankan, bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian jelas bahwa bank mempunyai fungsi sebagai mediasi antara masyarakat yang memiliki dana lebih (deposan) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (kreditur). Dalam fungsinya sebagai intermediasi antara deposan dengan kreditur, maka bank harus melakukan kegiatan penghimpunan dana dari pihak deposan yang nantinya akan disalurkan
kepada kreditur.25
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional prinsip yang digunakan bank syariah ada dua yaitu: prinsip wadi’ah dan prinsip mudharabah. Prinsip wadi’ah dalam perbankan syariah dapat diterapkan pada kegiatan
25https://izzanizza.wordpress.com/2012/03/21/penghimpunan-dana-di-bank-syariah/ diunduh pada 07/02/2018
penghimpunan dana berupa giro dan tabungan.26 Disini dapat dipahami bahwa secara tidak langsung tabungan mempunyai fungsi sebagai penghimpunan dana bagi masyarakat yang mempunyai kelebihan dana untuk disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan dana.
Terdapat beberapa tujuan tabungan antara lain:
a. Membuat masyarakat meminati untuk menjadi nasabah bank dengan mempercayakan bank untuk mengelola dananya.
b. Meningkatkan pelayanan kepada para nasabah bank dengan fasilitas transaksi yang sering dilakukan seperti penarikan, penyetoran dan lain-lain.
c. Sebagai alat untuk memudahkan transaksi bisnis atau usaha individu. d. Uang yang disisihkan nasabah dari hasil pendapatannya di bank dapat
digunakan untuk cadangan di masa yang akan datang.27
3. Akad Tabungan
Menurut Undang-undang Perbankan Syariah nomor 21 tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek,
bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.28
26 Ibid,. 27http://www.sepengetahuan.com/2015/09/manfaat-tabungan-dan-tujuannya-lengkap.html diunduh pada 06/02/2018 28
Salah satu sumber rujukan hukum tentang perbankan syariah adalah fatwa MUI yang biasanya digodok dan dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional MUI (DSN MUI). Sebagai lembaga yang menghimpun semua organisasi Islam yang ada di Indonesia, fatwa MUI dapat menjadi rujukan
semua masyarakat muslim di Indonesia.29 Fatwa MUI sebagaimana juga
fatwa organisasi massa Islam lainnya dalam sistem ketatanegaraan Indonesia bukan merupakan hukum positif sehingga hanya mengikat masyarakat muslim secara personal saja. Selain itu, negara tidak berhak
mengeluarkan sanksi terhadap pihak-pihak yang melanggar fatwa tadi.30
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan ada dua jenis, yaitu: pertama, tabungan yang tidak dibenarkan secara prinsip syariah yang berupa tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga. Kedua, tabungan yang dibenarkan secara prinsip
mudharabhah dan wadi’ah.31Perbedaan utama dengan tabungan diperbankan konvensioal adalah tidak dikenalnya suku bunga tertentu yang diperjanjikan, yang ada adalah nisbah atau presentase bagi hasil pada
tabungan mudharabah dan bonus pada tabugan wadi’ah.32
Dalam hal ini dapat dipahami bahwa terdapat dua prinsip perjanjian Islam yang sesuai diimplementasikan dalam produk perbankan berupa tabungan yaitu wadi’ah dan mudharabah. Hampir sama dengan giro,
29 Zubairi Hasan, Titik Temu Hukum Islam dan hukum Nasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 25
30
Ibid, h. 25-26
31M. Nur Rianto, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, h. 35
32 Abdul Ghofur Ansyori, Perbankan Syariah di Dindonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, anggota IKAPI, 2009, h. 29
pilihan produk ini tergantung motif dari nasabah. Jika motifnya hanya menyimpan saja maka bisa dipakai produk tabungan dengan akad wadi’ah, sedangkan untuk memenuhi nasabah yang bermotif investasi atau mencari keuntungan maka memilih tabungan dengan akad mudharabah yang paling sesuai. Secara teknis mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shohibul mal/nasabah) menyediakan seluruh modal sedangkan pihak lainnya mejadi pengelola
dana (mudharib/bank) untuk kegiatan produktif.33
Tabungan wadi’ah adalah produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening tabungan (savings account) untuk keamanan dan kemudahan pemakainya, seperti giro wadi’ah, tetapi tidak sefleksibel giro wadiah karena nasabah tidak dapat menarik dananya dengan cek. Karakteristik tabungan wadi’ah ini juga mirip dengan tabungan pada bank konvensional ketika nasabah penyimpan diberi
garansi untuk dapat menarik dananya sewaktu-waktu dengan
menggunakan berbagai fasilitas yang disediakan bank, seperti kartu ATM dan sebagainya tanpa biaya. Seperti halnya pada giro wadi’ah, bank juga boleh menggunakan dana nasabah yang terhimpun untuk tujuan mencari keuntungan dalam kegiatan yang berjangka pendek atau untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas bank, selama dana tersebut tidak ditarik.34
Berdasarkan pemaparan diatas dapat dipahami bahwa dana pada tabungan wadi’ah lebih leluasa dibandingkan dana dari giro wadi’ah,
33M. Nur Rianto, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah, h. 36 34
karena sifat penarikannya yang tidak sefleksible giro wadi’ah, sehingga bank mempunyai kesempatan lebih besar dari bonus yang diberikan oleh bank kepada nasabah tabungan wadi’ah lebih besar dari pada bonus yang diberikan oleh bank kepada nasabah giro wadi’ah. Besarnya bonus juga tidak dipersyaratkan dan tidak ditetapkan di muka.
4. Manfaat Tabungan
Tabungan pendidikan memiliki banyak manfaat bagi semua nasabah. Salah satu manfaat menabung di Bank adalah kemudahan akses dan transaksi yang dilakukan. Nasabah melakukan transaksi melalui bank maka pasti transaksi yang nasabah lakukan aman. Manfaat bagi nasabah yang berkeinginan untuk pendidikan masa depan yang baik untuk anak mereka ada beberapa manfaat diantaranya
adalah:35
a. Penyimpanan di bank lebih aman dan terjamin
b. Tabungan pendidikan bagi hasilnya lebih besar dari tabungan biasa c. Dengan tabungan pendidikan ini terjamin pendidikan untuk masa
depan yang lebih baik.
d. Tabungan pendidikan memberikan masa depan untuk pendidikan yang tinggi sesuai dengan yang diinginkan.
e. Memudhkan masyarkat untuk menabung demi generasi muda yang berpendidikan
35
5. Alat Penarikan Tabungan
Tabungan merupakan simpanan yang dikenal oleh masyarakat semenjak dini, masyarakat sudah diajarkan untuk hidup hemat dengan menabung baik di rumah maupun di Bank. Apabila menabung di rumah resiko kehilangan lebih tinggi dan tidak pernah berbunga namun apabila menabung di bank uang tabungan akan ditambahkan dengan bunga walaupun kita tidak melakukan penyetoran yang
disesuaikan dengan aturan di setiap bank.36Begitu pula dengan
penarikan uang dari bank harus melalui tata aturan penarikan.
Dalam praktiknya terdapat beberapa sarana penarikan yang digunakan tergantung aturan bank masing-masing. Cara penarikan rekening tabungan yang paling banyak digunakan saat ini adalah buku tabungan, cash card atau ATM, dan debet card. Persaingan ketat dalam penghimpunan dana melalui tabungan antar bank telah banyak memunculkan cara baru untuk menarik nasabah tabungan. Cara-cara tersebut antara lain hadiah atas tabungan, fasilitas asuransi atas
tabungan, fasilitas kartu ATM dan fasilitas debet card.37
Pendapat lain mengatakan bahwa alat yang digunakan dalam
penarikan tabungan dapat berupa:38
a. Buku tabungan
Buku tabungan adalah buku yang dipegang oleh nasabah yang berisi catatan saldo tabungan, penarikan, penyetoran dan
36 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), h. 85 37Ibid.
38 Ibid.
pembebanan-pembebanan yang mungkin terjadi. Buku ini dapat digunakan saat penarikan langsung mengurangi saldo yang ada dibuku tabungan tersebut.
b. Slip penarikan
Formulir penarikan dimana nasabah cukup menulis nama, nomor rekening, jumlah uang serta tanda tangan nasabah untuk menarik sejumlah uang.
c. Kwitansi
Kwitansi merupakan bukti penarikan yang dikeluarkan oleh bank yang fungsinya sama dengan slip penarikan. Dimana tertulis nama penarik, nomor rekening penarik, jumlah uang, dan tanda tangan penarik.
d. Kartu yang terbuat dari plastik
Kartu yang terbuat dari plastik adalah kartu yang terbuat dari plastik yang dapat digunakan untuk menarik sejumlah uang dari tabungan, baik bank maupun mesin Anjungan Tunai Mandiri
(ATM).39
Berdasarkan penjelasan diatas dapat dipahami bahwa terdapat beberapa alat yang digunakan dalam penarikan tabungan yang dilakukan oleh nasabah atau pengguna buku tabungan tersebut antara lain: buku tabungan, slip penarikan, ATM, dan sarana lainnya yang menunjang proses penarikan sesuai dengan ketentuan bank tersebut. Alat penarikan
39 Ibid.
merupakan suatu prosedur kelengkapan dalam melakukan transaksi perbankan dan merupakan dokumen yang digunakan dalam aktivitas operasional perbankan.
B. Akad Wadi’ah 1. Pengertian wadi’ah
Barang titipan dikenal dalam bahasa figh dengan al-wadi’ah, menurut bahasa al-wadi’ah ialah seuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaganya (ma wudi’a ‘inda ghair malikihi layahfadzahu), berarti bahwa al-wadi’ah ialah memberikan. Makna yang kedua al-wadi’ah dari segi bahasa ialah menerima, seperti seseorang berkata, “awdatuhu” artinya aku menerima harta tersebut darinya (Qabiltu Minhu Dzalika al-Mal
Liyakuna Wadi’ah ‘indi). Secara bahasa al-wadi’ah memiliki dua makna,
yaitu memberikan harta untuk dijaganya dan pada penerimaannya (i’tha’u
al-Mal Liyahfadzahu wa fi Qobulihi).40
Menurut istilah al-wadi’ah dijelaskan oleh para ulama sebagai
berikut:41
1) Menurut Malikiyah al-Wadi’ah memiliki dua arti, arti yang pertama ialah: “ibarah perwakilan untuk pemeliharaan harta secara mujarad.”
40 Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqh ‘Ala Mazahib al-‘Arabah, tahun 1969, h. 248 41
Arti yang kedua ialah: “ibarah pemindahan pemeliharaan sesuatu yang dimiliki secara mujarad yang sah dipindahkan kepada penerima titipan.”
2) Menurut Hanafiyah bahwa al-wadi’ah ialah berati al-ida’ yaitu: “ibarah seseorang menyempurnakan harta kepada yang lain untuk dijaga secara jelas atau dilala.”
Makna yang kedua al-wadi’ah ialah sesuatu yang dititipkan
(al-Syar’i al-maudi’), yaitu: “sesuatu yang ditinggalkan pada orang
terpercaya supaya dijaganya.”
3) Menurut Syafi’iyah yang dimaksud dengan al-Wadi’ah ialah: “akad yang dilaksanakan untuk menjaga sesuatu yang dititpkan” 4) Menurut hanabilah yang dimaksud dengan al-wadi’ah ialah:
“titipan, perwakilan dalam pemeliharaan sesuatu secara bebas (tabaru).”
5) Menurut hasbi Ash-Shidiqie al-wadi’ah ialah: “benda yang diletakkan pada orang lain untuk dipeliharanya.”
6) Syaikh Ibrahim Bajuri berpendapat bahwa yang dimaksud
al-wadi’ah ialah: “akad yang dilakukan untuk penjagaan”42
7) Menurut Syaikh Syihab Din Qalyubi wa Syaikh ‘Umairah al-wadi’ah ialah: “ benda yang diletakkan pada orang lain untuk dipeliharanya.”
42 Ibid.
8) Menurut idris Ahmad bahwa titipan artinya barang yang diserahkan (diamanahkan) kepada seseorang supaya barang itu
dijaga baik-baik.43
Setelah diketahui definisi-definisi al-wadi’ah yang
dijelaskan oleh para ahlinya, maka kiranya dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan al-wadiah adalah penitipan, yaitu akad seseorang kepada yang lain dengan menitipkan suatu benda untuk dijaganya secara layak (sebagaimana halnya kebiasaan). Apabila ada kerusakan pada benda titipan, padahal benda tersebut sudah dijaga sebagaimana layaknya, maka penerima titipan tidak wajib menggantikannya, tetapi bila kerusakan itu disebabkan oleh
kelalaiannya, maka ia wajib menggantinya.44
2. Dasar Hukum Wadi’ah
Al-wadi’ah adalah amanat bagi orang yang menerima titipan dan ia
wajib mengembalikannya pada waktu pemilik meminta kembali, firman
allah SWT:45
......
Artinya:”....jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya dan bertakwalah kepada Allah sebagai Tuhannya...”(Al-Baqarah: 283)46
43 Ibid., h. 181 44Ibid. 45 Q.S. Al-Baqarah: 283 46
Orang yang menerima barang titipan tidak berkewajiban menjamin, kecuali bila ia tidak melakukan kerja dengan sebagaimana mestinya atau melakukan junayah terhadap barang titipan. Berdasarkan sabda nabi yang diriwayatkan oleh Imam Dar al-Quthni dan riwayat Arar bin Syu’aib dari bapaknya, dari kakeknya bahwa Nabi Saw bersabda:
َعَدؤَا ْنَم
دِ ْ َ َ َا َ َ َ َ ةً َ ْيْ دِد
Artinya:”siapa saja yang dititipi, ia tidak berkewajiban menjamin” (Riwayat Daruquthni).
دِنََ ْ مُم َ َ َا َ َ َ
Artinya:”tidak ada kewajiban menjamin untuk orang yang diberiamanat” (Riwayat al-Baihaqi)
Menurut undang-undang perbankan syariah nomor 21 tahun 2008, tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.47
3. Rukun dan Syarat Wadi’ah
Menurut hanafiyah rukun al-wadi’ah ada satu, yaitu ijab dan qabul, sedangkan yang lainnya termasuk syarat dan tidak termasuk rukun. Menurut hanafiyah dalam sighat ijab dianggap sah apabila ijab tersebut
47
dikukan dengan perkataan samaran (kinayah). Hal ini berlaku juga untuk kabul, disyaratkan bagi yang menitipkan dan yang dititipi barang dengan mukalaf. Tidak sah apabila yang menitipkan dan yang menerima benda
titipan adalah orang gila atau anak yang belum dewasa (shabiy).48
Menurut Syafi’iyah al-wadi’ah memiliki tiga rukun, yaitu:
a. Barang yang dititipkan, syarat barang yang dititipkan adalah barang atau benda itu merupakan sesuatu yang dapat dimiliki menurut syara’. b. Orang yang menitipkan dan yang menerima titipan, disyaratkan bagi
penitip dan penerima titipan sudah baligh, berakal, serta syarat-syarat lain yang sesuai dengan syarat-syarat berwakil.
c. Shigat ijab dan kabul al-wadi’ah, disyaratkan pada ijab kabul ini dimengerti oleh kedua belah pihak, baik dengan jelas maupun samar. Sementara syarat wadi’ah yang harus dipenuhi adalah syarat bonus sebaai berikut:
a. Bonus merupakan kebijakan penyimpan b. Bonus tidak disyaratkan sebelumnya
Karena wadi’ah termasuk akad yang tidak lazim, maka kedua belah pihak dapat membatalkan perjanjian akad ini kapan saja, karena dalam wadiah terdapat unsure permintaan tolong maka memberikan pertolongan itu adalah hak dari wadi’ah. Kalau ia tidak mau maka tidak ada keharusan
untuk menjaga titipan.49
48Ibid., h. 183 49
Namun kalau wadi’ah mengharuskan pembayaran semacam biaya administrasi maka akad wadi’ah ini berubah menjadi akad sewa “ijaroh” dan mengandung unsur kelaziman. Artinya wadi’ah harus menjaga dan bertanggung jawab terhadap barang yang dititipkan. Pada saat itu wadi’ah
tidak dapat membatalkan akad ini secara sepihak kerena sudah dibayar.50
4. Macam-macam Wadi’ah
Dilihat dari segi akadnya ada beberapa bentuk wadi’ah antara lain:
a. Wadi’ah Yad Amanah adalah titipan murni dari pihak penitip (muwwadi’) yang mempunyai barang/aset kepada pihak penyimpan (mustawda’) yang diberi amanah/kepercayaan, baik individu maupun badan hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan, kerugian, keamanan, dan keutuhannya dan dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki. Dalam arti penerima kepercayaan tidak diharuskan bertanggung jawab jika sewaktu dalam penitipan terjadi kehilangan atau kerusakan pada barang aet/titipan. Selama hal ini bukan akibat dari kelalaian yang bersangkutan dalam memelihara
barang/aset titipan.51
Karakteristik dari al-wadiah yad amanah adalah52
1) Produk wadi’ah yad amanah tidak ada di lembaga BMT
2) Jika barang hilang/rusak bukan karena kelalaian atau alasan-alasan syar’i lainnya 50Ibid. 51Ibid., 52 Ibid., h.44
3) Maka mustawda’ tidak bertanggung jawab
Ciri-ciri wadi’ah yad amanah:53
1) Penerima titipan adalah yang memperoleh kepercayaan
2) Harta/modal/barang yang berada dalam titipan harus dipisahkan 3) Harta dalam titipan tidak dapat digunakan
4) Penerima titipan tidak mempunyai hak untukmemanfaatkan simpanan
5) Penerima titipan tidak diharuskan mengganti segala resiko kehilangan atau kerusakan harta yang dititipkan kesuali bila kehilangan atau kerusakan itu karena kelalaian penerima titipan tau bila status titipan telah berubah menjadi wadi’ah yad damanah
Wadi’ah yad amanah dapat berubah menjadi wadi’ah yad dhamanah oleh sebab-sebab berikut:54
1) Barang titipan tidak dipelihara oleh orang yang dititipi
2) Barang titipan itu dititipkan oleh pihak kedua kepada orang lain (pihak ketiga) yang bukan keluargnya atau tanggung jawabnya 3) Barang titipan dimanfaatkan oleh orang yang dititipi
4) Orang yang dititipi wadi’ah mengingkari wadi’ah itu
5) Orang yang dititipi mencampurkan barang titipan dengan harta pribadinya sehingga sulit dipisahkan
6) Orang yang dititipi melanggar syarat-syarat yang telah ditentukan 7) Barang titipan dibawa bepergian
53Ibid. 54
b. Wadi’ah Yad Damanah adalah pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang/aset
titipan.55Pihak penyimpan telah mendapatkn izin dari pihak penitip
untuk mempergunakan barang/aset yang dititipkan tersebut sebagai untuk aktivitas perekonomian tertentu namun pihak penyimpan akan mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara utuh pada saat
penyimpan menghendaki.56
Ciri-ciri wadi’ah yad damanah adalah:57
1) Penerima titipan adalah dipercaya dan penjamin keamanan barang yang dititipkan
2) Harta dalam titipan tidak harus dipisahkan
3) Harta/modal/barang dalam titipan dapat digunakan untuk perdagangan
4) Penerima titipan berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan harta titipan dalam perdagangan
5) Pemilik harta/modal/barang dapat menarik kembali titipannya sewaktu-waktu.
Prinsip wadi’ah yad dhamanah inilah yang secara luas kemudian diaplikasikan dalam dunia perbankan Islam dalam bentuk