• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini disajikan dalam tulisan yang terdiri dari 5 bab.

BAB I Pendahuluan. Bab ini memberikan gambaran menyeluruh mengenai tugas akhir yang meliputi pembahasan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, dimana pada bab ini berisikan landasan teori dan studi literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan serta metode pendekatan yang digunakan untuk menganalisa persoalan.

BAB III Metode Penelitian berisikan metode dari pengerjaan meliputi langkah – langkah pengolahan dan analisa data. BAB IV Hasil dan Pembahasan. Bab ini berisi tentang hasil pengujian eksperimental dan simulasi disertai analisa mengenai topik yang dibahas. BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisikan rangkuman jawaban dari permasalahan yang telah dibahas pada bab – bab sebelumnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aluminium

Aluminium merupakan unsur kimia golongan IIIA dalam sistim periodik unsur, dengan nomor atom 13 dan berat atom 26,98 gram per mol. Aluminium memiliki struktur kristal FCC (Face-Centered Cubic), sehingga aluminium tetap ulet meskipun pada temperatur yang sangat rendah. Dengan kata lain aluminium mempunyai sifat mampu bentuk yang baik. Aluminium memiliki densitas 2,7 g/cm³ dan digolongkan sebagai material yang ringan.

2.1.1. Aluminium – Silicon Alloy

Aluminium mempunyai sifat-sifat yang sangat baik dan bila dipadu dengan logam lain bisa mendapatkan sifat-sifat yang tidak bisa ditemui pada logam lainnya.

Kekuatan dan kekerasan yang rendah merupakan beberapa kekurangan yang dimiliki aluminium ini bila dibandingkan dengan logam lain seperti besi dan baja.

Memadukan aluminium dengan unsur lainnya merupakan salah satu cara untuk memperbaiki sifat aluminium tersebut. Paduan adalah kombinasi dua atau lebih jenis logam, kombinasi ini dapat merupakan campuran dari dua struktur kristalin. Paduan mudah terbentuk bila pelarut dan atom yang larut memiliki ukuran yang sama dan strukrur elektron yang serupa. Paduan Al-Si sangat baik kecairannya, mempunyai permukaan yang sangat bagus, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran. Karena memiliki kelebihan yang baik, paduan ini sangat banyak dipakai.

Diagram fasa paduan Al-Si ditunjukkan pada Gambar 2.1 dimana diagram fasa ini digunakan sebagai pedoman untuk menganalisa perubahan fasa pada proses pengecoran Al-Si [6].

Gambar 2.1 Diagram Fasa Al-Si [6]

Paduan logam Aluminium memiliki daerah sistem biner, mulai dari sistem yang paling sederhana hingga sistem yang paling kompleks. Secara garis besar paduan Aluminium-Silikon dibagi 3 daerah utama, seperti terdapat pada gambar 2.2 yaitu [6]:

Gambar 2.2 Daerah Diagram Fasa Al-Si [6]

1. Daerah Hypoeutectic

Paduan Al-Si disebut Hypoeutectic yaitu apabila pada paduan tersebut terdapat kandungan silicon < 11.7% dimana struktur akhir yang terbentuk pada fasa ini adalah struktur ferrite (alpha) yang kaya akan aluminium dengan struktur eutektik sebagai tambahan.

2. Daerah Eutectic

Paduan Al-Si disebut Eutectic yaitu apabila pada paduan tersebut terdapat kandungan silikon sekitar 11.7% sampai 12.5%. Pada komposisi ini paduan Al-Si dapat membeku secara langsung (dari fasa cair ke fasa padat).

3. Daerah Hypereutectic

Paduan Al-Si disebut Hypereutectic yaitu apabila pada paduan tersebut terdapat kandungan silikon lebih dari 12.2% sehingga kaya akan kandungan silikon dengan fasa eutektik sebagai fasa tambahan.

(A) (B) (C)

Gambar 2.3 (a) Struktur Mikro Paduan Hypoeutectic. (B) Struktur Mikro Paduan Eutectic. (C) Struktur Mikro Paduan Hypereutectic. [6]

Tipe paduan tergantung pada presentase kandungan silikon ini akan berpengaruh terhadap titik beku (freezing point) yang dipakai pada proses pengecoran aluminium yang dapat dilihat pada tabel 2.1 [7].

Tabel 2.1. Kandungan Si Terhadap Temperatur Titik Beku Paduan Aluminium [7]

Aluminium alloy A356 terdiri dari 7% Si, 0.3% Mg alloy dan 0.2% Fe dan 0.10% Zn. Campuran logam ini memiliki kualitas pengecoran dan pemesinan yang baik. Material ini sering digunakan pada proses perlakuan panas. Material ini cukup tahan korosi dan sangat bagus bila digunakan pada pengelasan. Jenis aluminium ini sering digunakan pada bagian pesawat, housing pompa, impeler, blower berkecepatan tinggi dan pengecoran pada struktur yang kuat.

Berikut ini merupakan spesifikasi aluminium alloy A356 pada keadaan atmosfir yang di tabulasikan pada tabel 2.1

Tabel 2.2. Spesifikasi Fluida [17]

No Spesifikasi fluida

1 Massa Jenis 2437 kg/m3 2 Kalor Jenis 1074 J/kg.K 3 Konduktifitas Thermal 86.9 W/m.K 4 Temperatur Likuidus 608oC 5 Temperatur Solidus 552.4 oC 6 Viskositas Dinamis 0.0019 kg/m.s

Aluminium alloy A356 terdiri dari berbagai elemen penyusun seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut ini .

Tabel 2.3. Elemen Penyusun Aluminium Alloy A356 [20]

No Elemen Persentase (%)

Pengecoran cetakan pasir adalah proses pengecoran logam yang menggunakan pasir sebagai bahan cetakan. Istilah “cetakan pasir" juga dapat merujuk kepada wadah cairan logam bertemperatur tinggi (molten metal) yang dihasilkan melalui proses pengecoran cetakan pasir. Coran pasir diproduksi di pabrik-pabrik khusus yang disebut dengan foundri. Lebih dari 70% dari semua pengecoran logam dihasilkan melalui pengecoran cetakan pasir [8].

Pengecoran cetakan pasir relatif murah dan tahan terhadap temperatur tinggi bahkan digunakan untuk pengecoran baja. Sebagai bahan penambah dan perekat, tanah liat dicampur dengan pasir. Campuran dibasahi, biasanya dengan air, tapi kadang-kadang dengan zat lain, untuk menambah kekuatan dan plastisitas tanah liat sehingga cocok untuk pembentukan cetakan. Pasir biasanya ditempatkan dalam sistem pola atau kotak cetakan. Rongga cetakan dan sistem saluran masuk diciptakan dengan cara pemadatan pasir disekitar model, atau pola, atau diukir langsung ke pasir.

Cetakan pasir untuk pembentukan benda tuangan melalui pengecoran harus dibuat dan dikerjakan sedemikian rupa dengan bagian-bagian yang lengkap sesuai dengan bentuk benda kerja sehingga diperoleh bentuk yang sempurna sesuai dengan yang kita kehendaki.

Bagian-bagian dari cetakan pasir ini antara lain meliputi:

1. Pola, mal atau model (pattern).

2. Inti (core).

3. Cope dan drag.

4. Gate dan riser.

Cetakan pasir merupakan cetakan yang paling banyak digunakan, karena memiliki keunggulan:

1. Dapat mencetak logam dengan titik lebur yang tinggi, seperti baja, nikel dan titanium.

2. Dapat mencetak benda cor dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar.

3. Jumlah produksi dari satu sampai jutaan

Ada beberapa syarat bagi pasir untuk cetakan yang harus dipenuhi agar hasil coran tersebut sempurna, antara lain:

1. Kemampuan pembentukan

Sifat ini memungkinkan pasir cetak memiliki kadar kekentalan yang tepat dan bisa mengisi semua sisi dari ujung dan pola sehingga menjamin bahwa hasil coran memiliki dimensi yang benar.

2. Plastisitas

Plastisitas bisa bergerak naik maupun turun mengisi rongga-rongga yang kosong. Sifat plastisitas ini berkait erat dengan kandungan air pada pasir cetak yang bertindak sebagai pelumas sehingga memungkinkan pasir cetak mudah bergerak antara satu dengan lainnya.

3. Kekuatan basah

Kekuatan ini menjamin cetakan tidak hancur/rusak ketika diisi dengan cairan logam ataupun ketika dipindah-pindahkan. Kekuatan ini tergantung pada jumlah dan jenis pengikat dari pasir cetak.

4. Kekuatan kering

Kekuatan ini diperlukan pada saat cetakan mengering karena perpindahan panas dengan cairan logam. Kekuatan ini juga tergantung pada jumlah dan jenis pengikat.

5. Permeabilitas

Sifat ini memungkinkan udara dan uap atau gas-gas lain dari evaporasi air dan pengikat. Jika bahan-bahan ini menempati rongga cetakan maka akan menjadi hasil pengecoran yang kurang baik terutama bila terjebak pada hasil coran yang menjadikan cacat pada coran.

Gambar 2.4 Tahapan pengecoran logam dengan cetakan pasir [14]

Pasir cetak yang lazim digunakan dalam proses pengecoran adalah sebagai berikut [8,9]:

1. Pasir Silika

Pasir silika didapat dengan cara menghancurkan batu silika, kemudian disaring untuk mendapatkan ukuran butiran yang diinginkan. Pasir silika merupakan pasir yang paling umum digunakan karena mudah didapat dan jumlah yang besar serta biaya yang rendah. Kelemahannya yaitu yang ekspansi termal yang tinggi, yang dapat menyebabkan cacat pada pengecoran logam bertitik leleh tinggi, serta konduktivitas termal yang rendah.

2. Pasir Zirkon

Pasir Zirkon berasal dari pantai timur australia yang mempunyai daya yahan api yang efektif untuk mencegah sinter. Pasir zirkon memiliki ekspansi termal yang rendah dan konduktifitas termal yang tinggi. Dikarenakan memiliki karakteristik yang baik pasir ini bisa digunakan pada pengecoran baja dan campuran logam sejenisnya.

3. Pasir Olivin

Pasir Olivin didapat dengan cara menghancurkan batu yang membentuk 2MgO, SiO2 dan 2FeO.SiO2. Pasir olivin mempunyai daya hantar panas yang lebih besar dibanding pasir silika.

2.3 Teori Fluiditas

Fluiditas adalah sifat mampu alir yang didefinisikan sebagai kemampuan logam cair untuk mengisi rongga-rongga cetakan pada proses pengecoran logam.

Fluiditas dari suatu paduan umumnya digunakan sebagai ukuran mold-filling capability dari suatu paduan. Fluiditas logam cair merupakan faktor penting dalam pengecoran khususnya untuk menghindari cacat-cacat yang sering terjadi pada benda cor yang sangat tidak diinginkan. Fluiditas atau sifat mampu alir suatu cairan yang kurang baik dapat mengakibatkan short run casting dan juga dapat menghasilkan

permukaan coran yang kurang baik. Satuan yang digunakan sebagai ukuran fluiditas dari suatu logam cair adalah ukuran panjang berupa cm atau inchi.

Suatu aliran logam cair dapat berhenti mengalir akibat terjadinya proses solidifikasi dendrit yang tebal pada bagian ujung aliran sehingga menghambat aliran logam cair di belakangnya. Oleh sebab itu, maka teori fluiditas dapat dijelaskan oleh karakteristik solidifikasi dari logam itu sendiri.

Paduan dengan range pembekuan panjang memiliki fluiditas yang buruk, sementara paduan dengan range pembekuan pendek seperti paduan eutektik, memiliki fluiditas yang baik.

1. Range pembekuan pendek

Pada aliran logam paduan dengan range pembekuan pendek (Gambar 2.4) solidifikasi dimulai dari bagian dinding menuju ke tengah logam cair. Bagian ini akan mengalami remelting secara terus-menerus hingga bagian yang membeku pada kedua sisi bertemu. Saat kondisi ini tercapai aliran berhenti.

Gambar 2.5. Mekanisme berhentinya aliran logam cair akibat solidifikasi pada paduan dengan range pembekuan pendek

2.Range pembekuan panjang

Mekanisme solidifikasi aliran pada paduan dengan range pembekuan panjang (Gambar 2.5.) berada pada bagian depan, dan tidak lagi berbentuk planar melainkan dendritik. Karena terjadinya pembekuan pada aliran logam, terjadi turbulensi pada bagian belakang aliran sehingga lengan-lengan dendrit yan telah membeku mengalami remelting dan terbentuk fasa lumpur berupa serpihan dendrit.

Serpihan-serpihan dendrit (slurry of dendrites) ini yang menghalangi laju aliran dan akhirnya berhenti.

Gambar 2.6. Mekanisme berhentinya aliran logam cair akibat solidifikasi pada paduan dengan range pembekuan panjang.

2.3.1 Pengukuran Nilai Fluiditas

Pengujian empiris telah digunakan untuk mengukur fluiditas. Hal ini didasarkan pada kondisi yang menyerupai pengecoran logam dan pengukuran fluiditas didefinisikan sebagai total jarak yang dilalui cairan logam dalam system saluran tertutup. Pengujian yang paling umum digunakan untuk mengetahui sifat fluiditas paduan aluminium tuang adalah alat uji fluiditas cetakan spiral dan uji fluiditas vakum.

1. Uji Fluiditas Cetakan Spiral (Spiral Test)

Pengujian dengan menggunakan cetakan spiral merupakan jenis pengujian fluiditas yang paling lama digunakan. Pengujian fluiditas dengan cetakan spiral ini dilakukan dengan cara menuangkan logam cair ke alat uji fluiditas kemudian setelah logam membeku, panjang sampel yang berbentuk spiral (yang menyerupai bentuk cetakannya) diukur dengan menggunakan tali kabel kemudian panjang tali kabel diukur dengan penggaris. Semakin panjang spiral yang diperoleh maka nilai fluiditas semakin baik, dan sebaliknya jika spiral yang diperoleh pendek.

Gambar 2.7. Metode pengujian fluiditas menggunakan cetakan spiral

Uji fluiditas cetakan spiral masih memiliki kelemahan yaitu masalah dalam memperoleh standar kondisi aliran logam cair yang sesungguhnya. Namun, masalah ini telah diatasi melalui berbagai disain sistem aliran untuk mengatur tekanan alir dan peralatan penuangan dengan kecepatan konstan untuk memastikan bahwa logam cair yang dituangkan memiliki kecepatan seragam.

2. Uji Fluiditas Vakum (Vacuum Fludity Test)

Untuk mengatasi proses penuangan dalam hal ini kecepatan yang konstan dan kecepatan tuang yang seragam. Pendekatan terbaik dalam memenuhi standardisasi dipenuhi oleh pengujian fluiditas vakum (vacuum fluidity test). Dalam alat ini logam mengalir melalui sebuah saluran yang dapat terbuat dari tembaga, stainless steel, atau pyrex yang didorong oleh tekanan vakum dan tekanan yang digunakan dapat diketahui dan faktor manusia dapat dihilangkan. Teknik ini mendekati ideal dalam mengurangi variabel cetakan, perhatikan Gambar 2.7.

Gambar 2.8. Skema alat uji fluiditas metode vakum (vacuum suction test)

3. Fluidity Test Piece

Fludity test piece merupakan salah satu jenis pengujian fluiditas yang banyak digunakan saat ini yang dikembangkan oleh Universitas Birmingham, UK.

Melalui pengujian ini pada temperatur tertentu, data yang didapat tidak hanya panjang fluiditas melainkan juga seberapa tipis ketebalan yang akan dapat dilalui oleh logam cair melalui proses penuangan. Dengan demikian, melalui analisis data yang didapat dari fluidity test piece diketahui ketebalan yang mungkin dapat diisi oleh logam cair. Dalam hal ini, semakin tipis ketebalan yang terisi maka nilai fluiditas suatu material semakin baik, perhatikan Gambar 2.8 untuk lebih jelasnya.

Fluidity test piece ini mengacu pada tegangan permukaan, yang mana setiap material memiliki tekanan permukaan yang berbeda-beda. Tegangan permukaan akan memberikan efek yang cukup besar pada pengisian rongga cetakan yang relatif tipis.

Gambar 2.9. Fluidity testpiece, setiap gate memiliki ketebalan yang berbeda-beda.

Selain metode pengujian fluiditas di atas , ada beberapa metode lain yang dilakukan oleh para peneliti seperti metode spiral kotak dan double spiral.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluiditas

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai fluiditas pada dasarnya terdiri dari intrinsik cairan dan kondisi casting. Intrinsik cairan terdiri atas viskositas, tegangan permukaan, karakteristik dari permukaan lapisan oksida pada permukaan, kandungan

inklusi, dan komposisi material, sedangkan kondisi casting terdiri dari faktor cetakan, desain cetakan, karateristik dari permukaan cetakan, material cetakan, laju penuangan, dan pengukuran fisik dinamika fluida dari sistem. Tetapi diantara faktor itu pengaruh fluiditas pada umumnya dipengaruhi oleh komposisi dan temperatur.

1. Temperatur (Derajat Superheat)

Temperatur merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi sifat fluditas. Variable ini penting karena jika temperatur tuang terlalu rendah maka rongga cetakan tidak akan terisi penuh dimana saluran masuk akan membeku terlebih dahulu, dan jika temperature tuang terlalu tinggi maka hal ini akan mengakibatkan penyusutan dan kehilangan akan keakuratan dimensi coran.

Biasanya temperature tuang pada paduan aluminium terdapat pada range 675-790oC dan harus dipertahankan pada penuangan, temperature penuangan harus dijaga antara ± 8oC. temperature tuang pada saat pengecoran sangat perlu diperhatikan karena faktor ini mempengaruhi kualitas coran.

Gambar 2.10. Fluiditas vs Tempratur tuang untuk paduan Si, 3.6wt%Si, 7.7wt%Si, Al-11.4wt%Si, Al-13.3wt%Si, Al-16.5wt%Si [15]

2. Komposisi

Faktor utama yang mempengaruhi fluiditas logam cair selain temperature adalah komposisi. Fluiditas tinggi biasanya ditemukan pada logam murni dan paduan di titik eutektik, sedangkan untuk solid solution terutama yang memiliki kemampuan membeku terlalu lama (fasa yang ada liquid-nya) mempunyai nilai fluiditas rendah.

Gambar 2.11. silicon on liquidus temperature (top) and fluidity (bottom) of Al-4.5wt%Si alloy [16].

3. Inklusi

Disamping komposisi dasar paduan, karakteristik komposisi lain juga mempengaruhi sifat mampu alir atau fluiditas, yaitu inklusi pada logam cair.

Inklusi tersebut, yang berada dalam bentuk partikel tersuspensi tidak larut (suspended insoluble nonmetallic particle), yang mana akan menurunkan fluiditas aluminium cair secara signifikan. Ada beberapa macam bentuk inklusi yang mungkin terdapat pada paduan aluminium cair yaitu: oksida (Al2O3 ,MgO), spinels (Mg2AlO4), borides (TiB2, VB2, ZrB2), karbida (Al3C4, TiC), intermetalik (MnAl3,FeAl3), dan inklusi dari refraktori (oksida dan/atau karbida besi, silikon, aluminium). Diantara inklusi itu inklusi oksida yang paling memungkinkan terjadi.

Inklusi oksida terjadi akibat lapisan oksida yang masih berada dalam keadaan

padat ketika tergabung didalam fasa logam cair dan menghambat aliran logam cair. Membersihkan lapisan oksida biasa melalui proses filtrasi.

4. Viskositas

Viskositas merupakan sebuah ukuran dari kekentalan suatu fluida.

Penambahan unsur paduan dapat mempengaruhi fluiditas aluminium cair. Nilai viskositas atau kekentalan merupakan sesuatu yang saling bertolak belakang dengan fluditas. Nilai viskositas yang tinggi, menunjukkan bahwa cairan semakin kental dan menuju ke arah fasa padat dan sebaliknya, nilai viskositas rendah berarti logam cair tersebut semakin encer dan menuju ke arah fasa cair. Fenomena ini muncul dikarenakan pada fasa padat atom-atom logam akan membentuk ikatan yang semakin stabil karena vibrasi atom yang semakin berkurang berkaitan dengan penurunan temperatur pada logam. Sedangkan pada temperatur tinggi ikatan atom dari logam tersebut menjadi semakin lemah, sehingga akan memudahkan atom dalam logam cair tersebut untuk bergerak. Kemudahan pergerakan atom-atom ini akan mengakibatkan penurunan nilai viskositas, sedangkan nilai fluditas justru semakin meningkat.

5. Tegangan Permukaan Logam Cair

Setiap material yang berada dalam keadaan cair secara alamiah akan memiliki gaya yang bekerja pada permukaannya. Gaya ini yang kemudian dinamakan sebagai gaya tegangan permukaan logam cair. Tegangan permukaan akan memberikan efek yang cukup besar pada pengisian rongga cetakan yang relatif tipis. Karena pada desain rongga cetakan yang tipis, mengakibatkan fluiditas logam cair akan berkurang dengan adanya tegangan permukaan.

Tegangan permukaan menjadikan logam cair cenderung akan mempertahankan keadaannya, atau menjadi rigid (kaku). Dalam paduan aluminium, tegangan permukaan sangat dipengaruhi oleh lapisan oksida. Lapisan oksida pada aluminium murni, dapat menaikkan tegangan permukaan hingga tiga kali lipatnya.

Gambar 2.12. Pengaruh berbagai macam unsur terhadap tegangan permukaan 99,99% Al dalam lingkungan argon pada temperatur 700 sampai 740°C.

Penambahan unsur paduan pada aluminium dapat mengurangi, menambah, atau tidak memiliki pengaruh yang jelas pada pengujian tegangan permukaan yang dilakukan. Gambar 2.10 memperlihatkan pengaruh berbagai macam unsur terhadap tegangan permukaan 99,99% Al. Gambar ini, yang diperoleh dengan metode kapilaritas pada 700°C sampai 740°C dalam lingkungan argon, menunjukan bahwa bismut, kalsium, litium, magnesium, timbal, antimon, dan timah mengurangi tegangan permukaan 99,99% Al; sedangkan perak, tembaga, besi, germanium, mangan, silikon, dan seng memiliki efek yang kecil.

2.4. Cacat-Cacat Coran

Cacat yang dijumpai pada coran disebabkan oleh cacat pada hal-hal berikut : 1. Desain pengecoran dan pola

2. Pasir cetakan dan desain cetakan dan inti 3. Komposisi logam

4. Pencairan dan penuangan

5. Saluran masuk dan penambah.

Gambar 2.11 adalah jenis-jenis cacat yang banyak ditemukan di dalam cetakan pasir :

Gambar 2.13. Cacat coran yang umum [13]

1. Blow yaitu rongga bulat besar yang disebabkan gas karena menempati daerah logam cair pada permukaan kop. Blow biasanya terjadi pada permukaan coran yang cembung.

2. Scar yaitu blow yang dangkal yang biasanya dijumpai pada permukaan coran yang rata.

3. Blister adalah scar yang tertutup oleh lapisan tipis logam.

4. Gas holes (lobang gas) yaitu gelembung gas yang terperangkap yang mempunyai bentuk bola dan terjadi ketika sejumlah gas larut dalam logam cair.

5. Pin holes adalah lobang blow yang sangat kecil dan terjadi pada atau dibawah permukaan coran.

6. Porosity (porositas) adalah lobang sangat kecil yang tersebar merata diseluruh coran.

7. Drop adalah Tonjolan pada permukaan kop yang disebabkan karena jatuhnya pasir dari kop.

8. Inclusion (inklusi) adalah adanya partikel non logam yang ada pada logam induk.

9. Dross adalah impuritas ringan yang berada pada permukaan coran.

10. Dirt adalah lobang kecil pada permukaan kop karena jatuhnya pasir ke benda coran. ketika pasir dilepaskan akan meninggalkan lobang kecil.

11. Wash adalah tonjolan pada permukaan drag yang timbul di dekat saluran masuk, hal ini disebabkan oleh erosi pada pasir karena kecepatan logam cair yang tinggi memasuki dasar saluran masuk.

12. Buckle adalah bentuk V yang panjang, dangkal dan lebar yang terbentuk pada permukaan rata coran karena suhu tinggi logam.

13. Scab adalah lapisan tipis logam, kasar yang menonjol diatas permukaan coran, pada puncak lapisan tipis pasir.

14. Rat tail yaitu penurunan angular, dangkal dan panjang yang biasanya ditemukan pada pengecoran tipis.

15. Penetration yaitu tonjolan berongga, kasar karena cairan logam mengalir diantara partikel pasir dikarenakan permukaan cetakan begitu lunak dan berongga.

16. Swell adalah cacat yang dijumpai pada permukaan vertikal pengecoran jika pasir cetakan berdeformasi karena tekanan hidrostatik yang disebabkan kandungan uap air yang tinggi didalam pasir.

17. Misrun terjadi adanya rongga yang terjadi apabila karena tidak cukup pemanasan logam cair mulai membeku sebelum mencapai titik terjauh dari rongga cetakan.

18. Cold shut adalah terjadinya misrun pada tengah coran karena pengecoran dilakukan dengan saluran masuk di dua sisi.

19. Hot tear adalah retak yang terjadi karena tegangan sisa yang tinggi.

20. Shrinkage cavity (rongga penyusutan) adalah rongga karena terjadinya penyusutan pada logam ketika membeku dimana saluran penambah tidak bisa mengisinya.

21. Shift adalah ketidaklurusan antara kedua bagian cetakan atau inti.

2.5 CFD (Computational Fluid Dinamics)

Aliran fluida baik cair maupun gas merupakan suatu zat yang sangat umum dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pengkondisian udara bagi bangunan dan mobil, aliran kompleks pada alat penukar kalor dan reaktor kimia, pembakaran di motor bakar, dan lain-lain, yang mana cukup menarik untuk diteliti, diselidiki, dan analisis. Penelitian untuk membahas fenomena tersebut membutuhkan suatu cara yang mampu mendesain dan memprediksi hasil dari berbagai macam atau jenis karakteristik fluida yang diteliti atau disimulasi dengan akurat dan cepat. Maka berkembanglah suatu ilmu yang dinamakan computational fluid dynamics [10].

Aliran fluida baik cair maupun gas merupakan suatu zat yang sangat umum dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya pengkondisian udara bagi bangunan dan mobil, aliran kompleks pada alat penukar kalor dan reaktor kimia, pembakaran di motor bakar, dan lain-lain, yang mana cukup menarik untuk diteliti, diselidiki, dan analisis. Penelitian untuk membahas fenomena tersebut membutuhkan suatu cara yang mampu mendesain dan memprediksi hasil dari berbagai macam atau jenis karakteristik fluida yang diteliti atau disimulasi dengan akurat dan cepat. Maka berkembanglah suatu ilmu yang dinamakan computational fluid dynamics [10].

Dokumen terkait