• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, tinjauan kepustakaan, keaslian penulisan, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

MEREK DI INDONESIA

Universitas Sumatera Utara Bab ini berisikan penjelasan tentang pengertian dan

jenis-jenis merek, sejarah dan perkembangan merek di Indonesia, persyaratan dan prosedur permohonan merek, fungsi dan peranan merek, perlindungan hukum di bidang merek

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM UMKM BERDASARKAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOFRAFIS

Bab ini berisikan penjelasan tentang, keterkaitan antara usaha mikro kecil dan menengah dengan undang undang no.20 tahun 2016, upaya perlindungan hukum terhadap merek industri usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pemilik merek produk Kaos Medan Bah di kota Medan, prosedur mendapatkan hak atas merek produk Kaos Medan Bah di Kota Medan, bagaimana upaya hukum bagi pemegang hak atas merek terhadap perbuatan pelanggaran Kaos Medan Bah di Kota Medan.

BAB IV KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MEREK KAOS

MEDAN BAH SEBELUM DAN SESUDAH DIDAFTARKAN.

Bab ini berisi penjelasan tentangKeuntungan Merek Kaos Medan Bah Sebelum dan Sesudah didaftarkan dan juga

Universitas Sumatera Utara berisi tentang Kerugian Merek Kaos Medan Bah Sebelum

dan Sesudah Didaftarkan.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, mengemukakan kesimpulan dan saran yang di dapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

Universitas Sumatera Utara BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS MEREK DI INDONESIA

A. Pengertian dan Jenis-jenis Merek 1. Pengertian Merek

Merek dapat mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Hal ini dikarenakan dengan merek, maka produk barang atau jasa dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya, serta keterjaminan bahwa produk tersebut adalah produk asli (original). Kadangkala, hal yang membuat harga suatu produk menjadi mahal bukanlah produknya, melainkan mereknya.Merek mungkin hanya menimbulkan kepuasan saja bagi pembeli, namun benda materilnyalah yang sebenarnya dapat dinikmati.Merek itu sendiri ternyata hanyalah suatu benda immaterial yang tidak dapat memberikan apapun secara fisik sehingga Merek dapat dikatakan sebagai hak kekayaan Immateril. Jadi, merek adalah sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada suatu produk, tetapi ia bukan produk itu sendiri.34

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam 2 (dua) dimensi dan/atau 3 Hal merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, sama halnya dengan hak cipta, paten, dan juga hak atas kekayaan intelektual lainnya. Adapun dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, dapat dilihat bahwa:

34 Ok.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Propertyy Rights), PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal.329-330

Universitas Sumatera Utara (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur

tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.”

Lalu, dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang merek dan Indikasi Geografis, dapat dilihat bahwa:

“Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.”

Dalam Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Goografis menyatakan bahwa:

“Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakann sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.”

Selanjutnya Merek juga dipandang sebagai intangible asset yang sekaligus menjadi conditional asset dalam kacamata akuntansi dan manajemen keuangan.Merek termasuk dalam intangible asset karena merupakan sebuah asset yang tidak memiliki wujud fisik.Adapun merek dipandang sebagai conditional asset karena dalam rangka menghasilkan manfaat berupa nilai financial bagi pemiliknya, Merek harus terlebih dahulu diselaraskan dan diaktivasikan bersama dengan asset material lainnya (seperti fasilitas produksi). Hal ini dikarenakan

Universitas Sumatera Utara tidak akan ada merek tanpa produk atau jasa yang menggunakannya. Dengan kata

lain, merek tidak bisa eksis tanpa dukungan produk atau jasa. Pada dasarnya, produk dan jasa yang bersangkutan merupakan pengejawantahan (embodiment) dari sebuah Merek.Sehingga mampu membuat sebuah merek menjadi nyata.Oleh sebab itu, produk dan jasa tersebutlah yang merupakan sumber utama evaluasi Merek.35

Merek tidak dapat digunakan sebagai salah satu kata benda, namun harus sebagai kata sifat yang melekat pada sebuah nama, seperti mobil Volvo, bukan Volvo. Adapun aspek kunci merek dalam perspektif hukum adalah bahwa merek memiliki “hari jadi” (birthday), yaitu tanggal registrasinya.Sejak tanggal registrasi tersebut, maka sebuah merek menjadi sebuah property, yang perlu dipertahankan dari setiap pembajakan dan pelanggaran. Hak merek tersebut akan hilang apabila hak merek tersebut tidak dipertahankan dengan baik, ataupun jika registrasi Merek tersebut tidak diperpanjang.36

1. Prof. R. Soekardono, SH., menyatakan bahwa:

Mengenai definisi Merek, terdapat berbagai sarjana yang memberikan pendapatnya mengenai Merek, diantaranya yaitu:

“Merek adalah sebuah tanda (Jawa: cirri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan

35Casavera, 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal.7.

36Ibid, hal.8-9

Universitas Sumatera Utara dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh

orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.”37 2. Harsono Adisumarto,SH., MPA, menyatakan bahwa:

“Merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan member tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalan bersama yang luas. Cap seperti ittu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan.”38

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, menyatakan bahwa:

“Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”39

37 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Dian Rakyat, Jakarta, 1983, hal.149

38 Harsono Adisumarto, Hak Milik Perindustrian, Akademika Pressindo, Jakarta, 1990, hal.44

39OK.Saidin, Op.cit, hal.345.

Universitas Sumatera Utara 2. Jenis-jenis Merek

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indiikasi Geografis, Merek meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa.

Adapun dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan bahwa:

“merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.”

Selanjutnya, dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang No.20.Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyatakan bahwa:

“Merek Jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.”

Selain klasifikasi Merek tersebut, terdapat pula beberapa klasifikasi Merek lainnya, antara lain menurut Suryatin, beberapa jenis merek yaitu:40

a. Merek lukisan (beel mark) b. Merek kata (word mark) c. Merek bentuk (form mark)

d. Merek bunyi-bunyian (klank mark)

40Suryatin, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, hal.87

Universitas Sumatera Utara e. Merek judul (title mark)

B. Sejarah dan Perkembangan Merek di Indonesia

Sejarah merek dapat ditelusuri bahkan mungkin berabad-abad sebelum masehi.Sejak zaman kuno, misalnya periode Minoan, orang sudah memberikan tanda untuk barang-barang miliknya, hewan bukann manusia. Di era yang sama bangsa mesir sudah menerapkan namanya untuk batu bata yang dibuat atas perintah raja.41Perundang-undangan tentang merek dimulai dari Statue of Parma yang sudah mulsi memfungsikan merek sebagai pembeda untuk produk berupa pisau, pedang, atau barang dari produk tembaga lainnya.42

Bersama dengan penggunaan industri, berkembang pula penggunaan iklan untuk produk mempekenalkan produk. Sejalan dengan berkembang dan meningkatnya penggunaaan iklan, maka meningkat pula penggunaan merek dalam fungsinya yang modern, yaitu sebagai tanda pengenal akan asal atau sumber produsen dari barang-barang yang bersangkutan.43

41 Spyros M. Maniastis, Historical Apects Of Trademark, Bahan ajar pada pelatihan dalam Rangka Kerja Sama Masyarakat Uni Eropa dan Asia di Bidang Hak Kekayaan Intelektual

42 Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Ekslusif, Airlangga University Press, Surabaya, 2007, hal.159.

43 Gunawan Suryomurcito, Perlindungan Merek, Makalah Pada Pelatihan Masyarakat HKI V, Kerja Sama Fakultas Hukum Universittas Airlangga dengan Perhimpunan Masyarakat HKI Indonesia (IIPS), Surabaya 7-26 Agustus, hal.5-7

Pada masa itu, telah dikenal penggunaan merek perniagaan ( marques de commerce, trademark, merk ) dalam pengertian sendiri sebagai tandingan merek perusahaan (marques de fabrique, manufacture’s mark, fabriekmereken). Asal muasal perbedaan ini karena Perancis pada waktu itu merek dari pedagang sutra lebih penting darripada merek yang berasal dari perusahaan kain sutranya, sehingga para pedagang sutra yang

Universitas Sumatera Utara bersangkutan merasa kepentingan untuk dapat menggunakan atau melindungi

merek mereka, seperti halnya para pengusaha pabrik dengan merek perusahaannya. Pembedaan ini kemudian diakui secara resmi dalam hokum Perancis pada 1857. Pembedaan itu juga dianut oleh banyak neagra di dunia, termasuk di Inggris pada 1962, Amerika Serikat pada 1870 dan 1876, sedangkan di Belanda tertuang dalam merkenwer 1893.44

Dari sejarah perkembangannya, diketahui bahwa hukum merek yang berkembang pada abad pertengahan abad XIX, Sebagai bagian dari hokum yang mengatur masalah persaingan curang dan pemalsuan barang. Norma dasar perlindungan merek bahwa tidak ada seorang pun berhak menawarkan barangnya kepada masyarakat seolah-olah sebagai barang pengusaha lainnya, yaitu dengan menggunakan merek yang sama yang dikenal oleh masyarakat sebagai merek pengusaha lainnya. Lambat laun perlindungan diberikan sebagai suatu pengakuan bahwa merek tersebut sebagai milik orang yang telah memakainya sebagai tanda pengenal dari barang-barang dan untuk membedakannya dari barang-barang lain yang tidak menggunakan merek tersebut.Pengakuan tersebut didasarkan pada pengenalan atau pengetahuan masyarakat bahwa merek dagang itu berfungsi sebagai ciri pembeda.Pengenalan tersebut mendorong masyarakat untuk membeli barang yang memakai merek tertentu itu, sehingga menjadikan sebagai objek hak milik dari pemilik merek yang bersangkutan.45

44Ibid

45 Rahmi Jened, Implikasi Persetujuan TRIPs Bagi Perlindungan Merek di Indonesia Yuridika, Surabaya, 2000, hal.1

Universitas Sumatera Utara Indonesia mengenal hak merek pertama kali pada saat penjajahan Belanda

dengan dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik Perindustrian, yaitu dalam

“Regelement Industriele Eigendom Kolonien” Stb. 1912-545 Jo Stb. 1913-214, kemudian pada zaman penjajahan Jepang dikeluarkan peraturan merek yang dikenal dengan Osamu Seire Nomor 30 Tentang Menyambung Pendaftaran Cap Dagang yang mulai berlaku pada tanggal 1 bulan 9 Syowa (2603). Selanjutnya, Peraturan-peraturan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan. Kemudian, diganti pula dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek dan diubah lagi dengan Undang-Undnag Nomor 14 Tahun 1997, kemudian diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan kemudian diganti kembali dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.46 Perubahan Undang-Undang merek tersebut pada tahun 1997 dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya karena ketentuan persetujuan Putaran Uruguay yang telah ditandatangani oleh Indonesia pada tahun 1994 di Marekss Maroko. Dengan ditandatanganinnya persetujuan tersebut Indonesia harus berusaha menegakkan prinsip-prinsip pokok yang dikandung di dalamnya termasuk TRIPs, yaitu Trade Related Aspects Of Intellectual Property Rights Including trade In Counterfeit Goods/TRIPd (Aspek-aspek dagang yang terkait dengan hak milik intelektual termasuk perdagangan barang palsu.47

46 Muhamad Djumahana, R. Djubaedillah. Hak Milik Intelektual. Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia,PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.161

47Ibid, hal.160

Universitas Sumatera Utara Persetujuan Trade Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) memuat

beberapa ketentuan yang harus ditaati oleh Negara penanda tanda tangan kesepakatan tersebut, yaitu kewajiban bagi negara anggota untuk menyesuaikan peraturan perundnag-undangan hak milik intelektual. Indonesia sebagai penandatangan persetujuan tidak bisa terlepas dan ketentusn demikian, sehingga oleh karenanya dalam jangka waktu yang kurang dari 5 (lima) tahun telah melakukan perubahan beberapa ketentuan pada Undang-undang tersebut telah dilakukan perubahan oleh pemerintah melalui DPR dan disetujui DPR pada tanggal 21 meret 1997.48

Perkembangan terakhir Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997, telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 dan diganti kembali menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Pertimbangan penggantian dan penyempurnaan undang-undang tersebut, yaitu dalam rangka mengahadapi era perdagangan global, serta untuk mempertahankan iklim persaingan usaha yang sehat juga sebagai tindak lanjut penerapan konvensi-konvensi internasional tentang merek yang telah diratifikasi oleh Indonesia.49

48Ibid, hal.161

49Ibid, hal.162

Universitas Sumatera Utara C. Persyaratan dan Prosedur Permohonan Merek

Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek, agar supaya merek itu dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembedaan yang cukup. Dengan lain perkataan, tanda yang dipakai ini haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan barang hasil produksi suatu perusahaan atau barang perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang atau jasa diproduksi oleh orang lain. Karena adanya merek itu barang-barang atau jasa diproduksi menjadi dapat dibedakan.50

1. Permohonan pendaftaran Merek diajukan oleh pemohon atau kuasanya kepada Mentri secara elektronik atau non-elektronik dalam bahasa Indonesia.

Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dalam Pasal 4 yang menentukan bahwa:

2. Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan:

a. Tanggal, bulan, dan tahun pendaftaran;

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;

50 Ok.Saidin, Op.Cit, hal.348

Universitas Sumatera Utara c. Nama lengkap dan alamat kuasa jika permohonan diajukan melalui

kuasa;

d. Warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna;

e. Nama Negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan Hak Prioritas;dan

f. Kelas barang dan/atau jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis jasa.

3. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.

4. Permohonan sebagaimana dimkasud pada ayat (1) dilampiri dengan label Merek dan bukti pembayaran biaya.

5. Biaya permohonan pendaftaran merek ditentukan per kelas barang dan/atau jasa.

6. Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa bentuk 3 (tiga) dimensi, label merek yang dilampirkan dalam bentuk karakteristik dari Merek tersebut.

7. Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa suara, label, Merek yang dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.

8. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan surat pernyataan kepemilikan Merek yang dimohonkan pendaftarannya.

9. Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah (Peraturan

Universitas Sumatera Utara Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 Perubahan Kedua Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia) .

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis untuk dapat membuat permohonan pendaftaran merek yang baik perlu dihubungkan syarat-syarat pendaftaran merek karena suatu merek akan mendapat perlindungan hukum jika merek tersebut didaftarkan.51

Permohonan pendaftaran merek yang baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menciplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Dalam kehidupan sehari-hari pihak yang jujur (beritikad baik) patut memperoleh perlindungan hukum sedangkan pihak yang tidak beritikad baik (tekwader trouw) tidak perlu mendapat perlindungan hukum tanpa mengabaikan atau mengurangi arti pentingnya hal-hal sebagaimana diatur oleh Pasal 549 KUHPerdata.52

51Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Rhinneka Cipta, Jakarta, 2006, hal.16

52Ibid, hal.18

Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 5 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis juga disebutkan:

(1) Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dan satu pemohon yang secara bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alaamat sebagai alamat pemohon.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang mewakilkan.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang salah seorang pemohonnya atau lebih warga Negara asing dan badan hokum asing yang berdomisili di luar negri wajib diajukan melalui kuasa.

(4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis disebutkan:

(1) Permohonan untuk lebih dari 1 (satu) kelas barang dan/atau jasa dapat diajukan dalam satu permohonan.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan jenis barang dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan pendaftarannya.

Universitas Sumatera Utara (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelas barang dan/atau jasa

sebagaimana dimkasud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Mentri.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 maka pada prinsipnya permohonan dapat dilakukan untuk lebih dari satu kelas barang atau kelas jasa sesuai dengan ketentuan Trademark Law Treaty yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997.53

(1) Permohonan dan hal yang berkaitan dengan administrasi Merek yang diajukan oleh pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib diajukan melalui Kuasa.

Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemilik merek yang akan menggunakan mereknya untuk beberapa barang atau jasa yang termasuk dalam beberapa kelas yang semestinya tidak perlu direpotkan dengan prosedur administrasi yang mengharuskan pengajuan permohonan secara terpisah bagi setiap kelas barang atau kelas jasa yang dimkasud.

Dalam pasal 7 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis disebutkan:

(2) Pemohon sebagaimana dimaksud pad ayat (1) wajib menyatakan dan memilih alamat kuasa sebagai domisili hukum di Indonesia.

53 Edy Damian, Et All, Hak Kekayaan Intelektual, Raja Grafindo, Jakarta, 2004, hal.16

Universitas Sumatera Utara Selain formulir standar dengan isian tersebut diatas, permohonan

pendaftaran merek harus dilampiri dan dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:54

1. Surat pernyataan kepemilikan merek dengan tandatangan diatas materai bahwa merek yang dimintakan pendaftarannya adalah miliknya.

2. 24 (dua puluh empat) helai etiket merek yang bersangkutan dengan ukuran maksimal 7cm x 7cm.

3. Dalam hal etiket merek menggunakan bahasa asing atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia.

Misalnya etiket merek yang menggunakan bahasa asing atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia waijb disertai terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dalam huruf latin atau angka yang lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia disertai cara pengucapannya.

4. Tambahan berita Negara yang memuat akta pendirian badan hukum atau salinan akta pendirian badan hukum yang dilegalisasi oleh notaris, apabila pemilik merek adalah badan hokum.

5. Surat kuasa apabila permintaan pendaftaran merek melalui kuasa.

6. Pembayaran sluruh biaya dalam rangka permintaan pendaftaran merek yang jenis dan besarnya ditetapkan melalui keputusan menteri

54Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark law) Dalam Era Global dan Integras Ekonomi, Kencana, Jakarta, 2015, hal.147

Universitas Sumatera Utara (Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 Perubahan Kedua Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia).

Menurut Pasal 9 Undang-Undang No.20 Tahun 2016, permintaan pendaftaraan merek yang diajukan dengan menggunakan Hak Prioritas sebagaimana diatur dalam konvensi Internasional mengenai perlindungan merek yang diakui oleh Negara Republik Indonesia, yang harus diajukan dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal penerimaan permintaan pendaftaran yang pertama kali di Negara lain yang ikut serta dalam konvensi tersebut.

Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas wajib dilengkapi dengan bukti penerimaan permohonan Merek yang pertama kali menimbulkan hak prioritas tersebut bukti wajib diterjemahkan ke dalam

Permohonan dengan menggunakan Hak Prioritas wajib dilengkapi dengan bukti penerimaan permohonan Merek yang pertama kali menimbulkan hak prioritas tersebut bukti wajib diterjemahkan ke dalam

Dokumen terkait