• Tidak ada hasil yang ditemukan

S K R I P S I. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "S K R I P S I. Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum. Universitas Sumatera Utara."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Sumatera Utara PERLINDUNGAN HUKUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

(UMKM) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

( STUDI KASUS KAOS MEDAN BAH DI KOTA MEDAN)

S K R I P S I

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

RISKY SIANIPAR 150200451

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

Universitas Sumatera Utara

(3)

Universitas Sumatera Utara SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : RISKY SIANIPAR

NIM : 150200451

DEPARTEMEN : HUKUM KEPERDATAAN BW

JUDUL SKRIPSI :PERLINDUNGAN HUKUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS ( STUDI KASUS KAOS MEDAN BAH DI KOTA MEDAN).

Dengan ini menyatakan :

1. Skripsi yang saya tulis bukan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungjawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan,April 2019

Risky Sianipar NIM: 150200451

(4)

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Risky Sianipar*

Dr.Edy Ikhsan, S.H., M.A**

Zulfi Chairi, S.H., M.Hum***

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dan strategis dalampembangunan ekonomi nasional. Sebesar 60% (enam puluh persen) kekuatan ekonomi Indonesiaada di sektor industri UMKM.Jumlah UMKM di Indonesia pun setiap tahunnya mengalamipeningkatan yang cukup signifikan. Akan tetapi, masih cukup banyak pelaku industri UMKMdi Indonesia yang belum mendaftarkan merek dagangnya dikarenakan terbatasnya permodalan dan minimnya pemahaman akan manfaat pendaftaran merek bagi industri UMKM. Dengandemikian, UMKM yang tidak mendaftarkan merek dagangnya tidak mendapatkan perlindunganhukum, sebab suatu merek dagang akan mendapatkan perlindungan hukum jika telah melakukanpendaftaran merek.

Dengan demikian, diperlukan kebijakan yang mengatur agar industri UMKMdi Indonesia memperoleh perlindungan hukum terhadap merek dagangnya. Sehingga dalampenelitian ini akan meneliti mengenai bagaimanakah upaya perlindungan hukum terhadap merekindustri UMKM di Indonesia.

Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini, Bagaimana Perlindungan Hukum Hak atas Merek di Indonesia, Bagaimana Perlindungan Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis, Apa Keuntungan dan kerugian Merek Kaos Medan Bah sebelum dan sesudah didaftarkan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris.Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hokum.

Kata Kunci: Merek, Perlindungan Hukum, Industri UMKM

* Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I

***Dosen Pembimbing II

(5)

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah Perlindungan Hukum Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis ( Studi Kasus Kaos Medan Bah Di Kota Medan).

Untuk penulisan skripsi ini penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi ini mendekati kesempurnaan yang diharapkan, tetapi walaupun demikian penulisan ini belumlah dapat dicapai dengan maksimal, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kapada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr.Saidin, SH, M.Hum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(6)

Universitas Sumatera Utara 4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr.Rosnidar Sembiring, SH.M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

7. Dr.Edy Ikhsan, S.H., M.A selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Zulfi Chairi, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing, memberi nasehat, dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini

9. Seluruh staf dan pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

10. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu saya tercinta Fatimah Tarigan. Dan adik-adik saya Andita A Sianipar, Senta W.D.Sianipar, dan Anggun R.Sianipar yang telah banyak memberikan dukungan moril, materil, dan kasih sayang mereka yang tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

11. Terima kasih Buat sahabat yang teristimewa Raflesia J.Girsang sekaligus sebagai Doping ketiga penulis yang selalu memberi Motivasi, Membantu memberi arahan dan menemani penulis selama proses kegiatan kuliah serta terselesaikannya pengerjaan skripsi ini.

(7)

Universitas Sumatera Utara 12. Terima kasih Buat Sahabat-Sahabat ku yang Tersayang Moodbooster.

Florence M.Hilda, Tata Inas Amanta, dan juga Dwi Retno C tidak lupa juga kepada Zastian T.Hutapea dan Yuyun yang telah menemani penulis selama masa perkuliahan dan hinga terselesaikannya Skripsi ini.

13. Terima kasih juga kepada Sahabat-Sahabat Sejak dari Sekolah Kartika Walupi, Ditha A.S, Lulu A.Putri, Aldoni S, Anggia B, Hanafi Nst, Oka S.B, Cynthia Phoa, Nickson Coanata, Veronika Cuanata, Vivian Lois, dan Evina Chandra yang selalu memberi semangat dan motivasi hingga terselesaikannya Skripsi ini.

14. Terima kasih Buat Bang M.Mukhlis selaku Pemilik Hak Atas Merek Kaos Medan Bah terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga terselesaikan skripsi.

15. Terimakasih kepada teman-teman seperjuangan STAMBUK 2015 di Fakultas Hukum USU Medan atas dukungan dan doanya selama ini, arahan serta saran yang bermanfaat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita lakukan mendapatkan Balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis memohon maaf kepada Bapak atau Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Medan, Mei2019 Penulis,

Risky Sianipar 150200451

(8)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 11

D. Metode Penulisan ... 12

E. Tinjauan Kepustakaan ... 17

F. Keaslian Penulisan ... 22

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK DI INDONESIA... ... 26

A. Pengertian dan Jenis-Jenis Merek ... 26

B. Sejarah dan Perkembangan Merek di Indonesia ... 31

C. Persyaratan dan Prosedur Permohonan Merek ... 35

D. Fungsi dan Peranan Merek ... 52

E. Perlindungan Hukum di Bidang Merek ... 56 BAB III TINJAUAN PERLINDUNGAN HUKUM USAHA MIKRO KECIL

DAN MENENGAH (UMKM) BERDASARKAN UNDANG- UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.20 TAHUN 2016

(9)

Universitas Sumatera Utara TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS (STUDI KAOS

MEDAN BAH DI KOTA MEDAN ... 64

A. Keterkaitan antara Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2016 ... 64

B. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Merek Industri UMKM Pemilik Merek Produk Kaos Medan Bah di Kota Medan ... 68

C. Prosedur mendapatkan Hak atas Merek Produk Kaos Medan Bah di Kota Medan ... 72

D. Upaya Hukum Bagi Pemegang Hak atas Merek Terhadap Perbuatan Pelanggaran Merek Produk Kaos Medan Bah di Kota Medan... 80

BAB IV KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MEREK KAOS MEDAN BAH SEBELUM DAN SESUDAH DIDAFTARKAN... ... 85

A. Keuntungan merek Kaos Medan Bah Sebelum dan Sesudah di daftarkan... 85

B. Kerugian Merek Kaos Medan Bah Sebelum dan Sesudah di daftarkan... ... 93

BAB V PENUTUP ... ... ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... . 98 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

Universitas Sumatera Utara BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perlindungan Merek merupakan langkah maju bagi Bangsa Indonesia yang pada tahun 2020 memasuki era pasar bebas. Salah satu implementasi era pasar bebas ialah Negara dan masyarakat Indonesia akan menjadi pasar yang terbuka bagi produk orang atau perusahaan luar negeri (asing), demikian pula masyarakat Indonesia dapat menjual produk ciptaannya ke luar negri secara bebas. Oleh karena itu sudah selayaknya produk-produk Indonesia yang sudah beredar dalam pasar global diperlukan perlindungan hukum yang efektif dari segala tindak pelanggaran yang tidak sesuai dengan persetujuan TRIPs (Trade Related Aspects of Intellectual Property Right)serta konvensi-konvensi yang

telah disepakati.TRIPs merupakan kesepakatan internasional yang paling lengkap berkenaan dengan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual.TRIPs Agreement juga mengadopsi konvensi-konvensi di bidang Hak Kekayaan

Intelektual yaitu ParisConvention dan BerneConvention (dua konvensi utama di bidang copyright dan industrialproperty.1

Seiring berkembangnya perdagangan Internasional, terwujudlah persetujuan TRIPs yang memuat norma standar perlindungan hak atas kekayaan intelektual, termasuk di dalam nya tentang hak merek. Indonesia pun telah meratifikasinya pada tahun 1997. Setiap revisi Undang-undang

1 Zumrottus Sa’adah, Jati Diri Bangsa Dan Potensi Sumber Daya konstruktif Sebagai Aset Ekonomi Kreatif di Indonesia, Jurnal Economia, Vol.11, No.2, Oktober 2015, hal.150

(11)

Universitas Sumatera Utara merek Indonesia dimaksudkan untuk selalu mengikuti perkembangan global,

khususnya dalam perdagangan Internasional, menyediakan iklim persaingan usaha yang sehat dan mengadaptasi konvensi-konvensi internasional.2

Merek merupakan hal yang sangat penting dalam dunia bisnis. Merek produk (baik barang dan jasa) tertentu yang sudah menjadi terkenal dan laku di pasar tentu saja akan memacu produknya bersaing dengan merek terkenal, bahkan dalam hal ini akhirnya muncul persaingan tidak sehat. Merek dianggap sebagai “roh” bagi suatu produk barang atau jasa.3

Merek pada dasarnya ialah tanda untuk mengidentifikasi asal barang dan jasa (an indication of origin) dari suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa peusahaan lain. Merek merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa. Melalui merek, pengusaha dapat menjaga dan memberikan jaminan akan kualitas (a guarantee of quality) barang dan/atau jasa yang dihasilkan dan mencegah tindakan persaingan yang tidak jujur dari pengusaha lain yang beritikad buruk yang bermaksud membonceng reputasinya.4

Dalam perdagangan barang dan jasa, merek sebagai salah satu bentuk karya Intelektual memiliki peranan penting bagi kelancaran dan peningkatan perdagangan barang atau jasa.Merek memiliki nilai yang strategis dan penting baik bagi produsen maupun konsumen. Bagi prosuden, Merek selain untuk

2 Endang Puwarningsih, Perkembangan Hukum Intelektual Rights,Ghalia Indonesia, Bogor, 2005,hal.9

3 Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten, dan Hak Cipta, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal.60

4 Gunawan Suryomurcito (konsumen merek), Cegah Persaingan Curang Melalui Merek, APHMI, Media Indonesia, Jakarta, 2007, hal.2

(12)

Universitas Sumatera Utara membedakan produknya dengan produk perusahaan lain yang sejenis, juga

dimaksudkan untuk membangun citra perusahaan dalam pemasaran. Bagi konsumen, Merek selain mempermudah pengindentifikasian juga menjadi simbol harga diri.Masyarakat yang sudah terbiasa dengan pilihan barang dari merek tertentu, cenderung untuk menggunakan barang dengan merek tersebut seterusnya dengan berbagai alasan seperti karena sudah mengenal lama, terpercaya kualitas produknya, dan lain-lain sehingga fungsi Merek sebagai jaminan kualitas semakin nyata.5

Merek sebagai tanda dengan daya pembeda yang digunakan untuk perdagangan barang dan atau jasa. Untuk itu merek harus memiliki elemen:6

1. Tanda dengan daya pembeda 2. Tanda tersebut harus digunakan

3. Untuk perdagangan barang dan/atau jasa

Pada merek ada unsur ciptaan, misalnya desain logo atau desain huruf.Namun dalam hak merek bukan hak atas ciptaan itu yang dilindungi tetapi merek itu sendiri sebagai tanda pembeda. Merek pada saat ini tidak hanya merupakan nama atau simbol saja. Akan tetapi merek memiliki nilai asset kekayaan yang sangat besar.Merek sebagai simbol melahirkan asosiasi kultural dan sentuhan mistik. Apabila hal ini meliputi masyarakat luas, berarti merek tersebut memiliki reputasi yang tinggi dimana daya lukisan yang dimiliki merek

5 Muhamad Djumhana, Perkembangan Doktrin dan Teori Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal.78

6Ibid, hal.60

(13)

Universitas Sumatera Utara sebagai simbol menjadi sangat akrab dikalangan masyarakat dan merek sebagai

nama memiliki nama yang harum (famous name) seta memiliki (good will) yang sangat tinggi. Dikatakan demikian, karena merek dapat menjadi dasar perkembangan perdagangan modern yang ruang lingkupnya mencakup reputasi penggunaan merek.Merek sebagai salah satu bagian dari hak kekayaan intelektual harus diberikan perlindungan.Perlindungan hukum terhadap merek sanggat perlu dilakukan karena semakin berkembang dunia perdagangan yang rawan terhadap terjadinya pelanggaran merek.7

Apabila suatu produk tidak mempunyai merek maka tentu saja produk yang bersangkutan tidak akan dikenal oleh konsumen. Oleh Karena itu, suatu produk (produk yang baik atau tidak) tentu memiliki merek, bahkan tidak mustahil, merek yang telah dikenal luas oleh konsumen karena mutu dan harganya akan selalu diikuti, ditiru, “dibajak”, bahkan mungkin dipalsukan oleh produsen lain yang melakukan persaingan curang. Perlindungan merek secara khusus diperlukan mengingat merek sebagai sarana identifikasi individual terhadap barang dan jasa merupakan pusat ”jiwa” suatu bisnis, sangat bernilai dilihat dari berbagai aspek.8

Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembang dengan pesat setelah banyaknya orang yang melakukan peniruan.Terlebih pula setelah dunia perdagangan semakin maju, serta alat transaksi portasi yang semakin baik, juga dengan dilakukannya promosi maka wilayah pemasaran

7http://www.hukumonline.com/klinik/detail/hak-kekayaan-intelektual, diakses pada tgl 13 februari 2019 Pukul 14.00

8 Insan Budi Maulana, Op.Cit,hal.60

(14)

Universitas Sumatera Utara barang pum menjadi lebih luas lagi.Keadaan seperti itu menambah pentingnya

merek, yaitu untuk membedakan asal usul barang dan kualitasnya, juga menghindarkan peniruan.Pada gilirannya perluasan pasar seperti itu juga memerlukan penyesuaian dalam system perlindungan hokum terhadap merek yang digunakan pada produk yang di perdagangkan.9

Masa berlaku merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang.10Pemohon pendaftaran merek dengan menggunakan hak prioritas harus diajukan paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan permohonan pendaftaran merek pertama kali.

Permohonan yang persyaratan minimum, permohonan tersebut harus dilampiri formulir pendaftaran permohonan merek yang telah diisi,deskripsi dalam bahasa Indonesia, permohonan ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya dan bukti pembayaran biaya permohonan merek.11

Indonesia telah mengalami beberapa kali melakukan perubahan terhadap Undang-Undang Merek. Mulai dari Undang Undang No 21 Tahun 1961 Tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan kemudian diperbarui lagi dan diganti menjadi Undang Undang No 15 Tahun 2001 Tentang Merek dan akhirnya

9 Muhammad Djumhana dan R. Djubaelidah, Hak Milik Intelektual, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal.159

10 Dr.Freddy Harris, Akselerasi Transformasi Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Melalui Inovasi, Badan Pembinaaan Hukum Nasional Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2010, hal.39

11 OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Raja Grafindo, Jakarta, 2004 , hal.368

(15)

Universitas Sumatera Utara kemudian diganti kembali menjadi Undang Undang No 20 Tahun 2016 Tentang

Merek dan Indikasi Geografis sebagai berikut:12

1. Undang-undang terbaru memperluas merek yang akan didaftarkan diantaranya merek 3 dimensi, merek suara, dan merek hologram.

2. Proses pendaftaran lebih singkat: permohonan dilanjutkan dengan pemeriksaan formal, dilanjutkan dengan pengumuman (hal tersebut guna melihat apakah ada yang keberatan), dilanjutkan dengan pemeriksaan substantive dan akhir dengan sertifikasi.

3. Mentri memiliki hak untuk menghapus merek terdaftar dengan alasan merek tersebut merupakan Indikasi Geografis, atau bertentangan dengan kesusilaan dan agama, sedangkan untuk pemilik merek terdaftar tersebut dapat mengajukan keberatannya melalui gugatan ke PTUN.

4. Merek terkenal dapat mengajukan gugatan berdasarkan putusan pengadilan.

5. Memuat pemberatan sanksi pidana bagi merek yang produknya mengancam keselamatan dan kesehatan jiwa manusia.

6. Ketentuan mengenai indikasi geografis diatur dalam empat BAB (Pasal 53 sampai dengan 71)

Tingginya pelanggaran merek di Indonesia tersebut menyebabkan permasalahan yang serius dan hal ini tentunya mendapat perhatian yang serius

12 http:www.Hukum Online, Perbedaan Undang Undang Merek Baru, Diakses pada tanggal 13 februari 2019 Pukul 14.26 Wib

(16)

Universitas Sumatera Utara dari pemerintah beserta aparat agar cepat bertindak dalam memberantas dan

menjerat para pelanggar Hak Kekayaan Intelektual khususnya yang melakukan pelanggaran merek.Perkara merek adalah salah satu masalah hukum yang paling sering dijumpai dalam perdagangan.Hal ini disebabkan karena merek dagang atau merek jasa memiliki peranan yang sangat penting dalam memasarkan barang- barang maupun jasanya. Untuk itu diharapkan kesigapan pihak Pemerintah untuk mengantisipasi pelanggaran merek tersebut, karena apabila pemerintah lemah dalam menegakkan hukum terhadap pelanggaran merek maka hal itu akan mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan merek yang dimilikinya. Terutama untuk industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

UMKM mempunyai peran penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional.Sebesar 60% (enam puluh persen) kekuatan ekonomi Indonesia ada di sektor industri UMKM.Jumlah UMKM di Indonesia pun setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Akan tetapi, masih cukup banyak pelaku industri UMKM di Indonesia yang belum mendaftarkan merek dagangnya dikarenakan masih rendahnya kesadaran UMKM untuk mendaftarkan mereknya, karena tidak mengetahui manfaat dari pendaftaran merek, pihak UMKM merasa dengan mendaftarkan mereknya akan mengeluarkan biaya yang sangat besar dimana rata-rata UMKM ini merupakan usaha menengah kebawah. UMKM bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usaha dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang

(17)

Universitas Sumatera Utara berkeadilan.13Dengan demikian, diperlukan kebijakan yang mengatur agar

industri UMKM di Indonesia memperoleh perlindungan hukum terhadap merek dagangnya. Sehingga dalam penelitian ini akan meneliti mengenai bagaimanakah upaya perlindungan hukum terhadap merek industri UMKM di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dengan merek KAOS MEDAN BAH yang merupakan salah satu produk yang banyak digemari oleh banyak kalangan anak muda sekarang, dikarenakan merek tersebut motif sablonnya gaul dan khas Medan. Merek KAOS MEDAN BAH ini sangat cocok dijadikan oleh-oleh khas medan, dimana desain kaos merek tersebut berisi tentang gambar-gambar khas Medan seperti gambar pahlawan Sisimangaraja dan gambar sudako, bukan hanya gambar khas medan namun terdapat juga desain dengan bahasa khas Medan yang unik-unik seperti:

“horas medan”, “mantap krina”, “medan heritage”, “ku tunggu ko balek medan”,

“cocok kam rasa”. Tidak heran merek tersebut banyak di gemari oleh anak muda jaman sekarang dan bukan hanya anak medan saja tetapi orang luar kota medan juga tertarik dengan produk khas medan tersebut. Merek KAOS MEDAN BAH tersebut merupakan suatu merek dagang yang telah memperoleh hak atas merek melalui pendaftaran pada tahun 2015.14

Sebelum pemilik merek KAOS MEDAN BAH mendaftarkan mereknya pada tahun 2015, pemilik merek KAOS MEDAN BAH belum menyadari pentingnya pendaftaran merek tersebut, dikarenakan pemilik merek KAOS MEDAN BAH menganggap prosesnya yang lama dan memakan waktu yang

13 Indonesia, Undang-Undang Tentang Usaha Menengah Kecil Mikro Kecil dan Koperasi, UU No.20 Tahun 2008, Lembarr Negara Tahun 2008, Nomor 93

14 Wawancara dengan M.Mukhlis selaku pemilik merek Kaos Medan Bah, Senin 4 Februari 2019, Pukul 13.00

(18)

Universitas Sumatera Utara lama. Dan juga pemilik merek tersebut tidak paham akan tujuan dari

mendaftarkan merek produknya tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu pemilik merek KAOS MEDAN BAH mengalami kerugian cukup besar seperti hilangnya reputasi merek tersebut, membuat konsumen kecewa karena mutu yang tidak baik serta hilangnya citra merek produk merek tersebut, terdapatnya produk- produk yang dijual eceran di pasar tradisional dengan harga yang murah dan mutu produknya juga tidak baik yang di produksi oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.15

Setelah merek KAOS MEDAN BAH didaftarkan pada tahun 2015 maka terdapatnya jangkauan perlindungan hukum, dengan mendaftarkan merek produk tersebut maka akan diberikan perlindungan dalam melakukan kegiatan bisnis.

Pemilik merek produk tersebut dapat melarang pelaku bisnis lain menggunakan merek yang mirip atau identik dengan merek yang dimilikinya.16

Para pemilik merek yang telah terdaftar akan mendapatkan Hak Merek, yaitu hak ekslusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar umum Merek. Berdasarkan Hak Merek tersebut, para pemilik Merek akan mendapatkan perlindungan hukum sehingga dapat mengembangkan usahanya dengan tenang tanpa takut Mereknya diklaim oleh pihak lain. Disisi lain, pihak-pihak tertentu yang beritikad tidak baik menempuh jalan pintas dengan

15 Wawancara dengan M.Mukhlis selaku pemilik merek Kaos Medan Bah, medan, Senin 4 Februari 2019, Pukul 13.00

16 Wawancara dengan M.Mukhlis selaku pemilik merek Kaos Medan Bah, medan, Senin 4 Februari 2019, Pukul 13.25

(19)

Universitas Sumatera Utara melakukan peniruan atas merek yang telah terdaftar. Inilah yang terjadi terhadap

pengusaha UMKM KAOS MEDAN BAH.

Perlindungan terhadap hak atas merek bagi pemegang merek di Indonesia akhir-akhir ini masih sering dijumpai adanya pelanggaran terhadap hak atas merek tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan merek KAOS MEDAN BAH yang telah memperoleh hak atas merek melalui pendaftaran nya pada tahun 2015.17

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang diatas penulis memilih Judul Perlindungan Hukum UMKM Berdasarkan Undang Undang RI No.20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis (Studi Kasus Merek Kaos Medan Bah Di Kota Medan).

Adapun yang menjadi permasalahan di dalam skripsi penulis ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Perlindungan Hukum Hak atas Merek di Indonesia ?

2. Bagaimana Perlindungan Hukum Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis ?

3. Apa Keuntungan dan kerugian Merek Kaos Medan Bah sebelum dan sesudah didaftarkan ?

17 Wawancara dengan M.Mukhlis selaku pemilik merek Kaos Medan Bah, Senin 4 Februari 2019, Pukul 13.50

(20)

Universitas Sumatera Utara C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari pembahasan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perlindungan hukum hak atas merek di Indonesia 2. Untuk mengetahui perlindungan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) berdasarkan Undang Undang No 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian merek kaos medan bah sebelum dan sesudah didaftarkan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini baik secara teoritis maupun praktis yaitu:

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah ilmu pengetahuan, memperluas cakrawala berpikir penulis dan menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian hukum yang kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan.

b. Untuk memperkaya khasanah ilmu hukum, terkhusus tentang Perlindungan Hukum Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama kuliah dan berlatih untuk penulisan karya ilmiah yang lebih baik.

(21)

Universitas Sumatera Utara c. Bermanfaat bagi penulis yaitu dalam rangka menganalisis dan

menjawab keingintahuan penulis terhadap perumusan masalah dalam penelitian ini.Selain itu juga untuk memberikan kontribusi pemikiran dan menunjang terhadap perkembangan ilmu hukum khususnya perlindungan terhadap suatu merek dagang.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penetilian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dan HAM dalam peningkatan pemeriksaan suatu merek yang hendak didaftarkan oleh pelaku usaha, serta dapat menjadi masukan bagi aparat penegak hukum dan bagi pencari keadilan dalam rangka menemukan kepastian hukum khususnya mengenai perlindungan suatu merek.

D. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu

(22)

Universitas Sumatera Utara pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang

bersangkutan.18

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan yang dilandasi dengan metode keilmuan.Metode keilmuan itu merupakan gabungan antara pendekatan rasional dan empiris.Pendekatan rasional memberikan kerayat berpikir yang koheren dan logis, sedangkan pendekatan empiris memberikan kerayat pengujian dalam memastikan suatu kebenaran.19

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan yuridis normatif dan penelitian yuridis empiris.Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma- norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan.

1. Jenis penelitian

20Penelitian ini juga menggunakan pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.21

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penelitian hukum normatif meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap

18 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia (UI- PRESS), Jakarta, 1986, hal.43

19 Ery Priyono, bahan kuliah metodologi penelitian (Semarang : UNDIP,2003/2004) hal.47

20 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjaunan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2009, hal.1

21 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta,2010, hal.87

(23)

Universitas Sumatera Utara sistematika hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum,

penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.22

2. Pendekatan penelitian

Sementara penelitian hukum empirisnya dilakukan dengan teknik wawancara terkait dengan penelitian ini.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalalah deskriptif analitis karena penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas dan rinci, yang didasarkan atas satu atau dua variable yang saling berhubungan yang didasarkan pada teori atau konsep yang bersifat umum yang diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data atau menunjukkan komparansi ataupun hubungan dengan seperangkat data dengan data lainnya.23

3. Sumber data

Penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan data sekunder sebagai penyalur kelengkapan data.Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber aslinya.Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti melalui wawancara. Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti, antara lain: buku-buku literatur, laporan penulisan, tulisan para ahli, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

22 Soerjono Soekanto,Op.Cit, hal.152

23 Bambang Soenggono, Metodologi Penelitian Hukum, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2007), hal.37.

(24)

Universitas Sumatera Utara objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang merupakan Data sekunder

yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat hukum, seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,Undang-Undang No 20 Tahun 2016 , dalampenelitian semacam ini, hukum ditempatkan sebagai terikat dan faktor-faktor non- hukum yang mempengaruhi hukum dipandang sebagai variabel bebas dan peraturan lainnya. Selain itu, hasil wawancara yang didapatkan melalui studi lapangan Kaos Medan Bah Di Kota Medan menjadi bahan hukum primer yang membantu dalam mengkaji masalah dalam penelitian ini.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang terutama adalah buku-buku hukum termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum dan jurnal-jurnal hukum.Di samping itu juga, kamus-kamus hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan.Kegunaan bahan hukum sekunder adalah memberikan kepada peneliti semacam “petunjuk” ke arah mana peneliti melangkah.Apabila tulisan itu berupa tesis, disertasi atau artikel di jurnal hukum yang dapat memberikan inspirasi bagi peneliti untuk menjadi titik anjak dalam memulai penelitian.24

c. Bahan hukum tersier

24 Peter Mahmud Marzuki,Op.Cit, hal.155

(25)

Universitas Sumatera Utara Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, internet dan ensiklopedia.25

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tinjauan pustaka.Berupa buku-buku yang dipinjam melalui di perpustakaan, artikel-artikel baik cetak maupun elektronik, buku-buku milik pribadi, peraturan perundang-undangan, maupun hasil wawancara secara langsung dengan Muhammad Muklis selaku pemilik hak atas Merek Produk Kaos Medan Bah Di Kota Medan.

5. Analisis data

Analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dari penelitian pustaka maupun penelitian lapangan.Data primer yang didapat dari lapangan terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk diklarifikasi serta dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk memudahkan melakukan analisis.Data primer terlebih dahulu diedit untuk menyeleksi data yang paling relevan dengan perumusan permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

Data sekunder yang didapat dari kepustakaan dipilih serta dihimpun secara sistematis sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis.Dari hasil data penelitian baik pustaka maupun lapangan ini

25 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Op.Cit, hal.13

(26)

Universitas Sumatera Utara dilakukan pembahasan secara deskriptif analisis.Deskriptif adalah

pemaparan hasil penelitian dengan tujuan agar diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh namun tetap sistematik terutama mengenai fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini.Analisis artinya gambaran yang diperoleh tersebut dilakukan analisis secara cermat sehingga dapat diketahui tentang tujuan dari penelitian ini sendiri yaitu membuktikan permasalahan sebagaimana telah dirumuskan dalam perumusan permasalahan yang ada pada latar belakang penulisan skripsi.Tahap selanjutnya adalah pengolahan data yaitu analisis dilakukan dengan metode kualitatif komparatif yaitu penguraian dengan membandingkan hasil penelitian pustaka (data sekunder) dengan hasil penelitian lapangan (data primer) sehingga dapat dibuktikan yang ada dalam penelitian ini serta dapat dibuktikan tujuan dari penelitian.

E. Tinjauan kepustaaan

1. Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak eksklusif yang diberikan Negara kepada seseorang, sekelompok orang, maupun lembaga untuk memegang kuasa dalam menggunakan dan manfaat dari kekayaan intelektual yang dimiliki atau diciptakan.Hak Kekayaan Intelektual timbul dari kemampuan intelektual manusia. Secara umum Hak Kekayaan Intelektual terbagi dalam dua kategori yaitu: Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak Kekayaan Industri meliputi Paten, Merek, Desain Industri,

(27)

Universitas Sumatera Utara Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, Rahasia Dagang dan Varietas

Tanaman.26

Untuk lebih memperjelas jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:27

a. Paten

a. Hak Cipta (Copyrights).

b. Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights), yang mencakup:

1).Paten (Patent).

2).Desain Industri (Industrial Design).

3).Merek (Trademark).

4).Penanggulangan praktek persaingan curang (Repression of Unfair Competition).

5). Desain tata letak sirkuit terpadu (Layout Design of Integrated Circuit).

6).Rahasia Dagang (Trade secret).

7).Perlindungan Varietas Tanaman (Plant Variety Prottection).

Sedangkan Hak Kekayaan Industri diantaranya meliputi :

Yang merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama

26 OK.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013,hal.14

27http://id.wikipedia.org/wiki/Kekayaan_intelektual, diakses pada 15 Februari 2019, Pukul 15.03

(28)

Universitas Sumatera Utara waktu tertentu melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau

memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya (berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten).

b. Desain Industri

Yang merupakan suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan (berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri).

c. Merek

Yang merupakan tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf- huruf, angka- angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur- unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa (berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merk).

d. Desain Tata Letak Terpadu

Yang merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh negara Republik Indonesia kepada Pendesain atas hasil kreasinya, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut (berdasarkan Pasal

(29)

Universitas Sumatera Utara 1 ayat 6 UU No.32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu).

e. Rahasia Dagang

Yang merupakan informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis, mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang (berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU No.30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang).

f. Perlindungan Varietas Tanaman

Yang merupakan perlindungan khusus yang diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui kegiatan pemuliaan tanaman (berdasarkan Pasal 1 ayat 1 UU No..29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman

2. Merek

Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, dapat dilihat bahwa:“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam 2 (dua) dimensi dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.”

(30)

Universitas Sumatera Utara Merek merupakan tanda yang dikenal oleh konsumen sebagai tanda

pada suatu barang. Mmerek adalah suatu tanda, dengan nama dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga untuk mempribadikan asalnya barang atau menjamin kualitas barang dalam perbandingan dengan barang- barang sejenis yang dibuat atau diperniagakan oleh orang-orang atau badan- badan perusahaan lain. Kalau tidak ada pembedaan, maka mungkin disebut merek.28

Merek merupakan sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada suatu produk, merek bukan itu sendiri karena setelah barang dibeli, yang dinikmati oleh pembeli bukanlah merek melainkan benda materilnya.Merek mungkin hanya menimbulkan kepuasan saja pembelli.Merek hanya benda secara fisik.Inilah yang membuktikan bahwa merek itu merupakan hak kekayaan immaterial.29

3. Usaha Mikro dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang berbeda pada setiap literature menurut beberapa instansi atau lembaga bahkan undang-undang. Sesuai dengan Undang-Undang UMKM didefinisikan sebagai berikut:30

28 Hery Firmansyah, Perlindungan Hukum Terhadap Merek (Panduan memahami dasar hokum penggunaan dan perlindungan merek), Pustaka Yustisia, 2011, hal.29

29Ibid, hal.30

30 Indonesia Undang-Undang tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008, LN Nomor 93 Tahun 2008, TLN Nomor 4486

(31)

Universitas Sumatera Utara a. usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi criteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.31

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktifyang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi criteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.32 c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang peorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabaang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.33

F. Keaslian Penulisan

Berdasarkan hasil penelitian di perpustakaan di Universitas Sumatera Utara bahwa skripsi saya yang berjudul Perlindungan Hukum Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis ( Studi

31Ibid, Pasal 1 Angka 1

32Ibid, Pasal 1 Angka 2

33Ibid, Pasal 1 Angka 3

(32)

Universitas Sumatera Utara Kasus Kaos Medan Bah Di Kota Medan) ini belum pernah dilakukan dalam

topik pembahasan yang sama. Penelitian dan judul skripsi ini juga sudah diperiksa oleh pihak perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, judul ini belum pernah dikemukakan, dan permasalahan yang diajukan belum pernah diteliti. Oleh karena itu skripsi ini dapat dikatakan masih “asli”

sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, serta terbuka sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur dan saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal yang berisikan latar belakang, permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, metode penelitian, tinjauan kepustakaan, keaslian penulisan, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM ATAS

MEREK DI INDONESIA

(33)

Universitas Sumatera Utara Bab ini berisikan penjelasan tentang pengertian dan jenis-

jenis merek, sejarah dan perkembangan merek di Indonesia, persyaratan dan prosedur permohonan merek, fungsi dan peranan merek, perlindungan hukum di bidang merek

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM UMKM BERDASARKAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOFRAFIS

Bab ini berisikan penjelasan tentang, keterkaitan antara usaha mikro kecil dan menengah dengan undang undang no.20 tahun 2016, upaya perlindungan hukum terhadap merek industri usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pemilik merek produk Kaos Medan Bah di kota Medan, prosedur mendapatkan hak atas merek produk Kaos Medan Bah di Kota Medan, bagaimana upaya hukum bagi pemegang hak atas merek terhadap perbuatan pelanggaran Kaos Medan Bah di Kota Medan.

BAB IV KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN MEREK KAOS

MEDAN BAH SEBELUM DAN SESUDAH DIDAFTARKAN.

Bab ini berisi penjelasan tentangKeuntungan Merek Kaos Medan Bah Sebelum dan Sesudah didaftarkan dan juga

(34)

Universitas Sumatera Utara berisi tentang Kerugian Merek Kaos Medan Bah Sebelum

dan Sesudah Didaftarkan.

BAB V PENUTUP

Merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian ini, mengemukakan kesimpulan dan saran yang di dapat sewaktu mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga pada akhirnya.

(35)

Universitas Sumatera Utara BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM HAK ATAS MEREK DI INDONESIA

A. Pengertian dan Jenis-jenis Merek 1. Pengertian Merek

Merek dapat mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Hal ini dikarenakan dengan merek, maka produk barang atau jasa dapat dibedakan asal muasalnya, kualitasnya, serta keterjaminan bahwa produk tersebut adalah produk asli (original). Kadangkala, hal yang membuat harga suatu produk menjadi mahal bukanlah produknya, melainkan mereknya.Merek mungkin hanya menimbulkan kepuasan saja bagi pembeli, namun benda materilnyalah yang sebenarnya dapat dinikmati.Merek itu sendiri ternyata hanyalah suatu benda immaterial yang tidak dapat memberikan apapun secara fisik sehingga Merek dapat dikatakan sebagai hak kekayaan Immateril. Jadi, merek adalah sesuatu yang ditempelkan atau dilekatkan pada suatu produk, tetapi ia bukan produk itu sendiri.34

“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar, logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam 2 (dua) dimensi dan/atau 3 Hal merek merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, sama halnya dengan hak cipta, paten, dan juga hak atas kekayaan intelektual lainnya. Adapun dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, dapat dilihat bahwa:

34 Ok.Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Propertyy Rights), PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal.329-330

(36)

Universitas Sumatera Utara (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih unsur

tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.”

Lalu, dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang merek dan Indikasi Geografis, dapat dilihat bahwa:

“Merek Dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.”

Dalam Pasal 1 Angka 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Goografis menyatakan bahwa:

“Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakann sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.”

Selanjutnya Merek juga dipandang sebagai intangible asset yang sekaligus menjadi conditional asset dalam kacamata akuntansi dan manajemen keuangan.Merek termasuk dalam intangible asset karena merupakan sebuah asset yang tidak memiliki wujud fisik.Adapun merek dipandang sebagai conditional asset karena dalam rangka menghasilkan manfaat berupa nilai financial bagi pemiliknya, Merek harus terlebih dahulu diselaraskan dan diaktivasikan bersama dengan asset material lainnya (seperti fasilitas produksi). Hal ini dikarenakan

(37)

Universitas Sumatera Utara tidak akan ada merek tanpa produk atau jasa yang menggunakannya. Dengan kata

lain, merek tidak bisa eksis tanpa dukungan produk atau jasa. Pada dasarnya, produk dan jasa yang bersangkutan merupakan pengejawantahan (embodiment) dari sebuah Merek.Sehingga mampu membuat sebuah merek menjadi nyata.Oleh sebab itu, produk dan jasa tersebutlah yang merupakan sumber utama evaluasi Merek.35

Merek tidak dapat digunakan sebagai salah satu kata benda, namun harus sebagai kata sifat yang melekat pada sebuah nama, seperti mobil Volvo, bukan Volvo. Adapun aspek kunci merek dalam perspektif hukum adalah bahwa merek memiliki “hari jadi” (birthday), yaitu tanggal registrasinya.Sejak tanggal registrasi tersebut, maka sebuah merek menjadi sebuah property, yang perlu dipertahankan dari setiap pembajakan dan pelanggaran. Hak merek tersebut akan hilang apabila hak merek tersebut tidak dipertahankan dengan baik, ataupun jika registrasi Merek tersebut tidak diperpanjang.36

1. Prof. R. Soekardono, SH., menyatakan bahwa:

Mengenai definisi Merek, terdapat berbagai sarjana yang memberikan pendapatnya mengenai Merek, diantaranya yaitu:

“Merek adalah sebuah tanda (Jawa: cirri atau tengger) dengan mana dipribadikan sebuah barang tertentu, di mana perlu juga dipribadikan asalnya barang atau menjamin kualitetnya barang dalam perbandingan

35Casavera, 8 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal.7.

36Ibid, hal.8-9

(38)

Universitas Sumatera Utara dengan barang-barang sejenis yang dibuat atau diperdagangkan oleh

orang-orang atau badan-badan perusahaan lain.”37 2. Harsono Adisumarto,SH., MPA, menyatakan bahwa:

“Merek adalah tanda pengenal yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada pemilikan ternak dengan member tanda cap pada punggung sapi yang kemudian dilepaskan di tempat penggembalan bersama yang luas. Cap seperti ittu memang merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan adalah milik orang tertentu. Biasanya untuk membedakan tanda atau merek digunakan inisial dari mana pemilik sendiri sebagai tanda pembedaan.”38

3. Prof. Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, menyatakan bahwa:

“Merek adalah suatu tanda (sign) untuk membedakan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan atau diperdagangkan seseorang atau kelompok orang atau badan hukum dengan barang-barang atau jasa yang sejenis yang dihasilkan oleh orang lain, yang memiliki daya pembeda maupun sebagai jaminan atas mutunya dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”39

37 R. Soekardono, Hukum Dagang Indonesia, Jilid I, Dian Rakyat, Jakarta, 1983, hal.149

38 Harsono Adisumarto, Hak Milik Perindustrian, Akademika Pressindo, Jakarta, 1990, hal.44

39OK.Saidin, Op.cit, hal.345.

(39)

Universitas Sumatera Utara 2. Jenis-jenis Merek

Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indiikasi Geografis, Merek meliputi Merek Dagang dan Merek Jasa.

Adapun dalam Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan bahwa:

“merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis lainnya.”

Selanjutnya, dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang No.20.Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyatakan bahwa:

“Merek Jasa adalah merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis lainnya.”

Selain klasifikasi Merek tersebut, terdapat pula beberapa klasifikasi Merek lainnya, antara lain menurut Suryatin, beberapa jenis merek yaitu:40

a. Merek lukisan (beel mark) b. Merek kata (word mark) c. Merek bentuk (form mark)

d. Merek bunyi-bunyian (klank mark)

40Suryatin, Hukum Dagang I dan II, Pradnya Paramita, Jakarta, 1980, hal.87

(40)

Universitas Sumatera Utara e. Merek judul (title mark)

B. Sejarah dan Perkembangan Merek di Indonesia

Sejarah merek dapat ditelusuri bahkan mungkin berabad-abad sebelum masehi.Sejak zaman kuno, misalnya periode Minoan, orang sudah memberikan tanda untuk barang-barang miliknya, hewan bukann manusia. Di era yang sama bangsa mesir sudah menerapkan namanya untuk batu bata yang dibuat atas perintah raja.41Perundang-undangan tentang merek dimulai dari Statue of Parma yang sudah mulsi memfungsikan merek sebagai pembeda untuk produk berupa pisau, pedang, atau barang dari produk tembaga lainnya.42

Bersama dengan penggunaan industri, berkembang pula penggunaan iklan untuk produk mempekenalkan produk. Sejalan dengan berkembang dan meningkatnya penggunaaan iklan, maka meningkat pula penggunaan merek dalam fungsinya yang modern, yaitu sebagai tanda pengenal akan asal atau sumber produsen dari barang-barang yang bersangkutan.43

41 Spyros M. Maniastis, Historical Apects Of Trademark, Bahan ajar pada pelatihan dalam Rangka Kerja Sama Masyarakat Uni Eropa dan Asia di Bidang Hak Kekayaan Intelektual

42 Rahmi Jened, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Ekslusif, Airlangga University Press, Surabaya, 2007, hal.159.

43 Gunawan Suryomurcito, Perlindungan Merek, Makalah Pada Pelatihan Masyarakat HKI V, Kerja Sama Fakultas Hukum Universittas Airlangga dengan Perhimpunan Masyarakat HKI Indonesia (IIPS), Surabaya 7-26 Agustus, hal.5-7

Pada masa itu, telah dikenal penggunaan merek perniagaan ( marques de commerce, trademark, merk ) dalam pengertian sendiri sebagai tandingan merek perusahaan (marques de fabrique, manufacture’s mark, fabriekmereken). Asal muasal perbedaan ini karena Perancis pada waktu itu merek dari pedagang sutra lebih penting darripada merek yang berasal dari perusahaan kain sutranya, sehingga para pedagang sutra yang

(41)

Universitas Sumatera Utara bersangkutan merasa kepentingan untuk dapat menggunakan atau melindungi

merek mereka, seperti halnya para pengusaha pabrik dengan merek perusahaannya. Pembedaan ini kemudian diakui secara resmi dalam hokum Perancis pada 1857. Pembedaan itu juga dianut oleh banyak neagra di dunia, termasuk di Inggris pada 1962, Amerika Serikat pada 1870 dan 1876, sedangkan di Belanda tertuang dalam merkenwer 1893.44

Dari sejarah perkembangannya, diketahui bahwa hukum merek yang berkembang pada abad pertengahan abad XIX, Sebagai bagian dari hokum yang mengatur masalah persaingan curang dan pemalsuan barang. Norma dasar perlindungan merek bahwa tidak ada seorang pun berhak menawarkan barangnya kepada masyarakat seolah-olah sebagai barang pengusaha lainnya, yaitu dengan menggunakan merek yang sama yang dikenal oleh masyarakat sebagai merek pengusaha lainnya. Lambat laun perlindungan diberikan sebagai suatu pengakuan bahwa merek tersebut sebagai milik orang yang telah memakainya sebagai tanda pengenal dari barang-barang dan untuk membedakannya dari barang-barang lain yang tidak menggunakan merek tersebut.Pengakuan tersebut didasarkan pada pengenalan atau pengetahuan masyarakat bahwa merek dagang itu berfungsi sebagai ciri pembeda.Pengenalan tersebut mendorong masyarakat untuk membeli barang yang memakai merek tertentu itu, sehingga menjadikan sebagai objek hak milik dari pemilik merek yang bersangkutan.45

44Ibid

45 Rahmi Jened, Implikasi Persetujuan TRIPs Bagi Perlindungan Merek di Indonesia Yuridika, Surabaya, 2000, hal.1

(42)

Universitas Sumatera Utara Indonesia mengenal hak merek pertama kali pada saat penjajahan Belanda

dengan dikeluarkannya Undang-Undang Hak Milik Perindustrian, yaitu dalam

“Regelement Industriele Eigendom Kolonien” Stb. 1912-545 Jo Stb. 1913-214, kemudian pada zaman penjajahan Jepang dikeluarkan peraturan merek yang dikenal dengan Osamu Seire Nomor 30 Tentang Menyambung Pendaftaran Cap Dagang yang mulai berlaku pada tanggal 1 bulan 9 Syowa (2603). Selanjutnya, Peraturan-peraturan tersebut diganti dengan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1961 Tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan. Kemudian, diganti pula dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek dan diubah lagi dengan Undang-Undnag Nomor 14 Tahun 1997, kemudian diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan kemudian diganti kembali dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.46 Perubahan Undang-Undang merek tersebut pada tahun 1997 dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya karena ketentuan persetujuan Putaran Uruguay yang telah ditandatangani oleh Indonesia pada tahun 1994 di Marekss Maroko. Dengan ditandatanganinnya persetujuan tersebut Indonesia harus berusaha menegakkan prinsip-prinsip pokok yang dikandung di dalamnya termasuk TRIPs, yaitu Trade Related Aspects Of Intellectual Property Rights Including trade In Counterfeit Goods/TRIPd (Aspek-aspek dagang yang terkait dengan hak milik intelektual termasuk perdagangan barang palsu.47

46 Muhamad Djumahana, R. Djubaedillah. Hak Milik Intelektual. Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia,PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.161

47Ibid, hal.160

(43)

Universitas Sumatera Utara Persetujuan Trade Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) memuat

beberapa ketentuan yang harus ditaati oleh Negara penanda tanda tangan kesepakatan tersebut, yaitu kewajiban bagi negara anggota untuk menyesuaikan peraturan perundnag-undangan hak milik intelektual. Indonesia sebagai penandatangan persetujuan tidak bisa terlepas dan ketentusn demikian, sehingga oleh karenanya dalam jangka waktu yang kurang dari 5 (lima) tahun telah melakukan perubahan beberapa ketentuan pada Undang-undang tersebut telah dilakukan perubahan oleh pemerintah melalui DPR dan disetujui DPR pada tanggal 21 meret 1997.48

Perkembangan terakhir Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1992 Tentang Merek sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1997, telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 dan diganti kembali menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis. Pertimbangan penggantian dan penyempurnaan undang-undang tersebut, yaitu dalam rangka mengahadapi era perdagangan global, serta untuk mempertahankan iklim persaingan usaha yang sehat juga sebagai tindak lanjut penerapan konvensi-konvensi internasional tentang merek yang telah diratifikasi oleh Indonesia.49

48Ibid, hal.161

49Ibid, hal.162

(44)

Universitas Sumatera Utara C. Persyaratan dan Prosedur Permohonan Merek

Adapun syarat mutlak suatu merek yang harus dipenuhi oleh setiap orang ataupun badan hukum yang ingin memakai suatu merek, agar supaya merek itu dapat diterima dan dipakai sebagai merek atau cap dagang adalah bahwa merek itu harus mempunyai daya pembedaan yang cukup. Dengan lain perkataan, tanda yang dipakai ini haruslah sedemikian rupa, sehingga mempunyai cukup kekuatan untuk membedakan barang hasil produksi suatu perusahaan atau barang perniagaan (perdagangan) atau jasa dari produksi seseorang dengan barang-barang atau jasa diproduksi oleh orang lain. Karena adanya merek itu barang-barang atau jasa diproduksi menjadi dapat dibedakan.50

1. Permohonan pendaftaran Merek diajukan oleh pemohon atau kuasanya kepada Mentri secara elektronik atau non-elektronik dalam bahasa Indonesia.

Tentang tata cara pendaftaran merek di Indonesia diatur dalam Undang- Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dalam Pasal 4 yang menentukan bahwa:

2. Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencantumkan:

a. Tanggal, bulan, dan tahun pendaftaran;

b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat pemohon;

50 Ok.Saidin, Op.Cit, hal.348

(45)

Universitas Sumatera Utara c. Nama lengkap dan alamat kuasa jika permohonan diajukan melalui

kuasa;

d. Warna jika Merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna;

e. Nama Negara dan tanggal permintaan Merek yang pertama kali dalam hal permohonan diajukan dengan Hak Prioritas;dan

f. Kelas barang dan/atau jasa serta uraian jenis barang dan/atau jenis jasa.

3. Permohonan ditandatangani pemohon atau kuasanya.

4. Permohonan sebagaimana dimkasud pada ayat (1) dilampiri dengan label Merek dan bukti pembayaran biaya.

5. Biaya permohonan pendaftaran merek ditentukan per kelas barang dan/atau jasa.

6. Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa bentuk 3 (tiga) dimensi, label merek yang dilampirkan dalam bentuk karakteristik dari Merek tersebut.

7. Dalam hal Merek sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa suara, label, Merek yang dilampirkan berupa notasi dan rekaman suara.

8. Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilampiri dengan surat pernyataan kepemilikan Merek yang dimohonkan pendaftarannya.

9. Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah (Peraturan

(46)

Universitas Sumatera Utara Pemerintah Nomor 45 Tahun 2016 Perubahan Kedua Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia) .

Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis untuk dapat membuat permohonan pendaftaran merek yang baik perlu dihubungkan syarat-syarat pendaftaran merek karena suatu merek akan mendapat perlindungan hukum jika merek tersebut didaftarkan.51

Permohonan pendaftaran merek yang baik adalah pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan jujur tanpa ada niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menciplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pada pihak lain atau menimbulkan kondisi persaingan curang, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Dalam kehidupan sehari-hari pihak yang jujur (beritikad baik) patut memperoleh perlindungan hukum sedangkan pihak yang tidak beritikad baik (tekwader trouw) tidak perlu mendapat perlindungan hukum tanpa mengabaikan atau mengurangi arti pentingnya hal-hal sebagaimana diatur oleh Pasal 549 KUHPerdata.52

51Gatot Supramono, Menyelesaikan Sengketa Merek Menurut Hukum Indonesia, Rhinneka Cipta, Jakarta, 2006, hal.16

52Ibid, hal.18

(47)

Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 5 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang

Merek dan Indikasi Geografis juga disebutkan:

(1) Dalam hal permohonan diajukan oleh lebih dan satu pemohon yang secara bersama-sama berhak atas Merek tersebut, semua nama Pemohon dicantumkan dengan memilih salah satu alaamat sebagai alamat pemohon.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) ditandatangani oleh salah satu dari pemohon yang berhak atas merek tersebut dengan melampirkan persetujuan tertulis dari para pemohon yang mewakilkan.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang salah seorang pemohonnya atau lebih warga Negara asing dan badan hokum asing yang berdomisili di luar negri wajib diajukan melalui kuasa.

(4) Dalam hal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui kuasanya, surat kuasa untuk itu ditandatangani oleh semua pihak yang berhak atas merek tersebut.

Dalam Pasal 6 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis disebutkan:

(1) Permohonan untuk lebih dari 1 (satu) kelas barang dan/atau jasa dapat diajukan dalam satu permohonan.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menyebutkan jenis barang dan/atau jasa yang termasuk dalam kelas yang dimohonkan pendaftarannya.

(48)

Universitas Sumatera Utara (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kelas barang dan/atau jasa

sebagaimana dimkasud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Mentri.

Berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang No.20 Tahun 2016 maka pada prinsipnya permohonan dapat dilakukan untuk lebih dari satu kelas barang atau kelas jasa sesuai dengan ketentuan Trademark Law Treaty yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1997.53

(1) Permohonan dan hal yang berkaitan dengan administrasi Merek yang diajukan oleh pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan tetap di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib diajukan melalui Kuasa.

Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pemilik merek yang akan menggunakan mereknya untuk beberapa barang atau jasa yang termasuk dalam beberapa kelas yang semestinya tidak perlu direpotkan dengan prosedur administrasi yang mengharuskan pengajuan permohonan secara terpisah bagi setiap kelas barang atau kelas jasa yang dimkasud.

Dalam pasal 7 Undang-Undang Merek No.20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis disebutkan:

(2) Pemohon sebagaimana dimaksud pad ayat (1) wajib menyatakan dan memilih alamat kuasa sebagai domisili hukum di Indonesia.

53 Edy Damian, Et All, Hak Kekayaan Intelektual, Raja Grafindo, Jakarta, 2004, hal.16

(49)

Universitas Sumatera Utara Selain formulir standar dengan isian tersebut diatas, permohonan

pendaftaran merek harus dilampiri dan dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:54

1. Surat pernyataan kepemilikan merek dengan tandatangan diatas materai bahwa merek yang dimintakan pendaftarannya adalah miliknya.

2. 24 (dua puluh empat) helai etiket merek yang bersangkutan dengan ukuran maksimal 7cm x 7cm.

3. Dalam hal etiket merek menggunakan bahasa asing atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia.

Misalnya etiket merek yang menggunakan bahasa asing atau di dalamnya terdapat huruf selain huruf latin atau angka yang tidak lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia waijb disertai terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dalam huruf latin atau angka yang lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia disertai cara pengucapannya.

4. Tambahan berita Negara yang memuat akta pendirian badan hukum atau salinan akta pendirian badan hukum yang dilegalisasi oleh notaris, apabila pemilik merek adalah badan hokum.

5. Surat kuasa apabila permintaan pendaftaran merek melalui kuasa.

6. Pembayaran sluruh biaya dalam rangka permintaan pendaftaran merek yang jenis dan besarnya ditetapkan melalui keputusan menteri

54Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark law) Dalam Era Global dan Integras Ekonomi, Kencana, Jakarta, 2015, hal.147

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pembinaan terhadap GPAI, maka Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam akan melaksanakan program

Upgrading skill pada pertemuan institusi ini akan diadakan pada pertemuan institusi yang kedua. Upgrading skill ini dengan cara net meeting yaitu mengundang

{ Hanya bisa melihat (contoh: mengamati posisi pelari. maraton, atau

Kriteria suatu merek terkenal dalam penjelasan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 15 tahun 2001 tentang merek hanya didasarkan pada pengetahuan umum masyarakat mengenai

Selain UU ITE, cybersquatting juga diatur dalam Pasal 83 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyebutkan bahwa pemilik merek terdaftar

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain hasil penelitian yang dilakukan oleh Anjar Wibisono (2010) menunjukkan bahwa semua variabel independend

PEMETAAN KOMPETENSI DASAR DALAM PEMBELAJARAN TEMA1 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 IPA 3.1 Membandingkan cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan 4.1 Menyajikan karya tentang

- Jumlah Surat Tagihan Pajak Daerah (Non PBB) yang tersampaikan; - Jumlah Surat Peringatan Pajak Daerah (Non PBB) yang tersampaikan; - Jumlah Wajib Pajak Bandel Pajak Daerah