BAB I PENDAHULUAN
G. Sistematika Penulisan
Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab. Tata urutan sistematikanya sebagai berikut:
Bab I : Terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang, diikuti dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.
BAB II : Merupakan Pengaturan Retribusi tempat rekreasi dan olahraga berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 yang subbabnya terdiri dari pengertian retribusi tempat rekreasi dan olahraga, tujuan dan manfaat pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga dan dasar hukum pemungutan retribusi
BAB III : Merupakan Pelaksanaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kota Medan yang subbabnya terdiri dari instansi yang melakukan pemungutan retribusi, prosedur pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga dan hambatan dalam pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga.
BAB IV : Merupakan Peran Pemerintah dalam pengelolaan usaha tempat rekreasi dan olahraga di Kota medan yang subbabnya terdiri dari pengawasan pemerintah dalam pengelolaan usaha tempat rekreasi dan olahraga dan sanksi administrasi bagi pengelola usaha tempat rekreasi dan olahraga yang tidak membayar retribusi
BAB V : Merupakan Kesimpulan dan Saran
BAB II
PENGATURAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2016 A. Pengertian Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia, saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah.19
Nick Devas memberikan definisi pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota mengutip bayaran untuk layanan yang disediakannya. Juga dikutipnya bayaran untuk berbagai surat izin, berbagai formulir, dan sebagainya.
Sebagian besar pendapatan ini digolongkan kedalam pungutan (retribusi).
Yang dimaksud dengan retribusi adalah iuran dari masyarakat tertentu (individu yang bersangkutan) yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah yang prestasinya ditunjuk secara langsung. Dan pelaksanaannya dapat dipaksakan.
Dengan kata lain yang lebih sederhana retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena menikmati jasa secara langsung.20
Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara,
19Marihot Pahala Siahaan , Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Jakarta : Raja Grafindo Persada), 2005, hal 89
20Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, (Rineka Cipta: Jakarta), 1994, hal 221.
artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat.
Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.
Pengertian retribusi dalam istilah asing retribusi disebut dengan user carge, user fase atau charging for service.Retribusi memiliki karateristik yang
berbeda dengan pajak daerah.Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintahkepada wajib pajak tanpa ada kontra prestasi langsung terhadap wajib pajak atas pembayaran wajib pajak tersebut.Sementara itu retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah.Jadi dalam hal ini terdapat kontraprestasi langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi.21
Retribusi harus sejalan dengan peningkatan kualitas yang ditawarkan kepada wajib retribusi, terkait retriribusi menurut Quen sebagai mana telah dikutip Ni Luh Sili Antari, masyarakat beranggapan bahwa retibusi adalah iuran yang di bebankan kepada wajib retibusi untuk kebaikan bersama. Masyarakat tidak akan memenuhi kewajiban bila tidak ada imbalan yang nyata dari pemerintah. Masyarakat sangat berharap dengan adanya pengenaan retribusi pada
21 Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama), 2010, hal. 25
setiap individu yang memasuki kawasan wisata dapat meningkatkan mutu layanan serta pengembangan. Apabila harapan itu dapat dipenuhi oleh pengelola tempat wisata masyarakat akan dengan senang hati memenuhi kewajiban reribusi.22
Dalam Pasal 126 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, salah satu objek Retribusi adalah Retribusi Jasa Usaha. Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi :
1. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;dan/atau
2. pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. Menurut Pasal 127 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008 Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari :
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan Daerah. Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut (Pasal 128 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
22 Ni Luh Sili Antari, “Peran Industry Pariwisata Terhadap Penerimaan Pendapatn Asli Derah”, Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, 2003, hal. 40
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pasal 129 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009)
3) Retribusi Tempat Pelelangan Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan (Pasal 130 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4) Retribusi Terminal Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 131 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 132 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 133 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
7) Retribusi Rumah Potong Hewan Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 134 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 135 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Objek Retribusi Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 136 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).
10) Retribusi Penyeberangan di Air Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 137 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah (Pasal 138 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Retribusi tempat rekreasi dan olahraga dapat dilihat termasuk kedalam jenis Retribusi Jasa Usaha. Di Kota Medan Pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga didasarkan pada Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016. Menurut
Perda ini retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemakaian tempat rekreasi dan olahraga yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah kota Medan yang bisa meningkatkan pendapatan asli daerah.
B. Tujuan dan Manfaat Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Retribusi dapat dipungut dengan sistem yang sifatnya progresif atau regresif berdasarkan potensi kemampuan membayar retribusi. Retribusi hanya akan berpengaruh pada kesediaan menggunakan atau permintaan terhadap jasa atau pelayanan maupun produk yang dihasilkan oleh pemerintah, karena itu retribusi tidak seperti halnya dengan pajak, retribusi hanya akan mengurangi konsumsi, akan tetapi tidak mengurangi kemampuan atau kemauan untuk bekerja, menabung dan berinvestasi, tetapi tidak akan signifikan sifatnya, sehingga tidak akan mempunyai dampak yang terlalu besar dalam perekonomian daerah.
Retribusi dapat berpengaruh dalam hal distribusi pendapatan, karena retribusi dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melindungi yang lemah dalam perekonomian dan membagikan beban masyarakat itu kepada kelompok berpenghasilan tinggi di daerah yang sama. Sistem retribusi yang progresif dapat bermanfaat untuk retribusi pendapatan dalam masyarakat di daerah.
Retribusi memiliki fungsi yang sangat penting terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana fungsi tersebut dapat diukur berdasarkan target capai
pungutan retribusi. Apabila target pencapaiannya tinggi, maka fungsi retribusi terhadap PAD akan tinggi atau besar pula.Dalam kaitannya dengan perekonomian Indonesia secara menyeluruh, retribusi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:23
1. Sumber pendapatan daerah
Jika daerah telah memiliki sumber pendapatan yang mampu memenuhi dan mencukupi kebutuhan pemerintah daerah, maka pemerintah pusat tidak lagi memiliki beban berat dalam tujuannya turut serta membantu pembangunan daerah. Peran serta pemerintah pusat dalam hal pembangunan daerah bisa berupa pemberian bantuan daerah untuk pendidikan, keluarga miskin atau untuk apresiasi sejenis tunjangan bagi tenaga pemerintahan daerah.
2. Pengatur kegiatan ekonomi daerah
Kegiatan ekonomi akan berjalan dan dapat diatur dengan baik jika sumber-sumber keuangan ada dan mencukupi. Demikian halnya dengan ekonomi di daerah, yang mana retribusi menjadi salah satu sumber keuangannya. Sehingga pengaturan kegiatan ekonomi daerah pada pos-pos tertentu dapat dijalankan dengan baik dan lancar.
3. Sarana stabilitas ekonomi daerah
Retribusi yang masuk ke kas daerah secara rutin akan menjadikan perekonomi daerah pada posisi stabil ekonomi karena biaya-biaya penyelenggaraan pemerintah daerah telah disokong oleh retribusi.
23 https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/perpajakan/fungsi-retribusi yang diakses pada tanggal 2 Maret 2018
4. Pemerataan pembangunan dan pendapatan masyarakat
Jika poin-poin di atas terpenuhi dengan adanya retribusi, maka pemerataan pada pembangunan dan pendapatan masyarakat akan tercapai yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan serta taraf hidup masyarakat.
Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam daerah dengan sistem ekonomi desentralisasi. Jika semua fungsi di atas berjalan dan berlaku baik di tiap-tiap daerah di Indonesia, secara agregat akan memengaruhi perekonomian bangsa.
Namun dalam pelaksanaannya di lapangan mungkin saja terjadi berbagai kendala atas pemungutan retribusi. Kendala tersebut antara lain :
1. Keengganan obyek retribusi untuk membayar iuran pungutan. Hal tersebut bisa terjadi di pasar, sebagai contoh : Pedagang enggan membayar pungutan retribusi dengan alasan karena ada ketidaksesuaian antara besar retribusi yang dibayarkannya dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah daerah.
2. Sering terjadinya perpindahan lokasi usaha obyek retribusi. Contohnya, para pedagang sering berpindah-pindah lokasi berdagang sehingga mempersulit proses pemungutan retribusi.
Tujuan Retribusi daerah pada dasarnya memiliki persamaan pokok dengan tujuan pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara atau pemerintah daerah.
Adapun tujuan pemungutan tersebut adalah:
1. Tujuan utama adalah untuk mengisi kas negara atau kas daerah guna memenuhi kebutuhan rutinnya.
2. Tujuan tambahan adalah untuk mengatur kemakmuran masyarakat melalui jasa yang diberikan secara langsung kepada masayarakat.
3. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. „
4. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. „
5. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis‐ jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan retribusi daerah.
C. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi
Kebijakan memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan pemerintah berpangkal pada pengertian efisiensi ekonomi. Dalam hal orang perorangan bebas menentukan layanan tertentu yang hendak dinikmatinya, harga layanan itu memainkan peranan penting dalam menjawab permintaan, mengurangi penghamburan, dan dalam memberikan isyarat yang perlu kepada pemasok mengenai besar produksi layanan tersebut. Selain itu, penerimaan dari pungutan adalah sumber daya untuk menaikkan produksi sesuai dengan keadaan permintaan.
Karena itu harga harus disesuaikan sehingga penawaran dan permintaan akan barang dan layanan yang bersangkutan akan selaras. Tetapi memungut
bayaran hanya tepat untuk barang dan layanan yang bersifat “pribadi” dengan kata lain, untuk barang dan layanan yang dapat dinikmati hanya jika orang membayar.
Untuk barang dan layanan semacam ini, orang yang membayar juga harus mampu menyesuaikan besar konsumsinya menurut keadaan harga.24
Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa pengertian Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pada prinsipnya retribusi sama dengan pajak, unsur-unsur pengertian pajak sama dengan retribusi. Hal yang kemudian membedakannya adalah bahwa imbalan atau kontra-prestasi dalam retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar. Unsur-unsur yang melekat dalam retribusi antara lain :
1. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang;
2. Pungutannya dapat dipaksakan;
3. Pemungutannya dilakukan oleh Negara;
4. Digunakan sebagai pengeluaran masyarakat umum;
5. Imbalan atau prestasi dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar retribusi.
Pungutan terhadap pajak dan retribusi daerah bersifat memaksa dan dapat dipaksakan. Hal tersebut ditegaskan oleh UUD 1945 dalam Pasal 23A yang menyatakan “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan
24Ibid, hal 95
negara diatur dengan undang-undang”. Norma yang demikian mempunyai makna bahwa segala sesuatu pungutan yang menjadi beban rakyat harus sepengetahuan rakyat melalui representasinya di lembaga perwakilan rakyat. Persoalan pajak dan retribusi daerah masuk dalam lingkup konstitusional yang dimaksud di atas, sehingga perlu ada pengaturan umum tentang pajak dan retribusi daerah ke dalam undang-undang. Undang-undang sebagaimana dimaksud Pasal 23A tersebut, dapat diartikan sebagai peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
Dengan demikian, berlaku asas hirarkies dalam peraturan perundang-undangan, peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.25
Untuk itu, pengaturan mengenai retribusi harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan, tidak bisa hanya diatur berdasarkan peraturan menteri atau keputusan Presiden. Untuk pengaturan pajak dan retribusi daerah sebagaimana telah disebut sebelumnya, diatur dalam UU No. 18 Tahun 1997, diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000, dan terakhir digantikan oleh UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
UU No. 28 Tahun 2009 tersebut yang menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan pungutan Pajak dan Retribusi Daerah. UU Pajak dan Retribusi Daerah tersebut telah merinci jenis-jenis pajak dan retribusi yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, kabupaten atau kota. Pembagian tersebut, juga didasarkan pada pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat
25http://sebutsajarendy.blogspot.co.id/2016/12/makalah-retribusi-daerah-dalam.html yang diakses pada tanggal 5 Maret 2018
dan Pemerintah Daerah menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Beberapa dasar hukum yang digunakan sebagai dasar pemungutan retribusi adalah sebagai berikut :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286)
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355)
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400)
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11);
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049)
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234)
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488)
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576)
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585)
15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593)
16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614)
17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Keua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);
19. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan
20. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
21. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031
22. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga
BAB III
PELAKSANAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DI KOTA MEDAN
A. Instansi Yang Melakukan Pemungutan Retribusi
Kota Medan sebagai suatu daerah yang berada dalam Wilayah Administratif Provinsi Sumatera Utara dan juga berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memiliki kekayaan alam flora dan fauna yang tak ternilai harganya. Keanekaragaman bahasa suku bangsa , seni dan budaya serta peninggalan sejarah merupakan sumberdaya modal yang dapat di manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan melalui pembangunan kepariwisataan dan olahraga.
Pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dan olahraga dapat ditunjukan untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan penciptaan lapangan kerja,mendorong pertumbuhan ekonomi, mempergunakan dan mendayagunakan daya tarik wisata dan destinasi Kota Medan sebagai sumber retribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kesejahtraan masyarakat.
Perkembangan pariwisata dan olahraga dunia dari tahun ke tahun menunjukan perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini di sebabkan antara lain oleh perubahan struktur sosial ekonomi Negara di dunia dan semangkin banyaknya orang yang memiliki pendapatan lebih yang semakin tinggi.
Disamping itu kebutuhan dan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan telah memicu pengembangan olahraga kearah yang sangat positif dan hal ini jika di tangani dengan optimal dan terpadu akan dapat mengeliminir
penyakit-penyakit sosial dalam lingkungan masyarakat.
Sisi lain yang juga sangat mendukung pengembangan kepariwisataan dan olah raga adalah bahwa kepariwisataan dan olahraga telah berkembang menjadi fenomena global, menjadi kebutuhan dasar serta menjadi bagian dari hak azasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi.
Dalam melaksanakan pengembangan kepariwisataan dan olahraga sekarang dan masa yang akan datang di butuhkan perubahan-perubahan dan penyediaan tempat dan berbagai fasilitas pelayanan kepariwisataan dan olahraga terutama sarana dan prasarana yang dikelola oleh pemerintah kota Medan. Dengan adanya layanan tempat rekreasi dan olahraga yang disediakan, secara nyata akan dapat melayani kebutuhan masyarakat dan peluang bagi pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sumber retribusi tempat rekreasi dan olahraga dapat tersedia untuk membiayai pembangunan di Kota Medan. Hal ini sejalan dengan telah diterbitkanya UU No. 28 Tahun 2009
Dalam melaksanakan pengembangan kepariwisataan dan olahraga sekarang dan masa yang akan datang di butuhkan perubahan-perubahan dan penyediaan tempat dan berbagai fasilitas pelayanan kepariwisataan dan olahraga terutama sarana dan prasarana yang dikelola oleh pemerintah kota Medan. Dengan adanya layanan tempat rekreasi dan olahraga yang disediakan, secara nyata akan dapat melayani kebutuhan masyarakat dan peluang bagi pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sumber retribusi tempat rekreasi dan olahraga dapat tersedia untuk membiayai pembangunan di Kota Medan. Hal ini sejalan dengan telah diterbitkanya UU No. 28 Tahun 2009