• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN USAHA TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2016

TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Fadel Ahmad Hafiz NIM : 110200560

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)
(3)

ABSTRAK

PENGELOLAAN USAHA TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA Fadel Ahmad Hafiz*

Suria Ningsih**

Erna Herlinda***

Kota Medan sebagai daerah otonom berhak mengatur urusan pemerintahannya sendiri yang dasar hukumnya dibuat dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang retribusi daerah. Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Belakangan ini banyak berita tentang kenaikan tarif retribusi tempat olahraga di Medan.

Hal ini menyusul telah disahkannya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga oleh DPRD Medan..

Adapun permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah Bagaimana pengaturan retribusi tempat rekreasi dan olahraga berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016, Bagaimana pelaksanaan Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga di Kota Medan dan Bagaimana peran Pemerintah dalam pengelolaan usaha tempat rekreasi dan olahraga.

Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif (yuridis normative) yang dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer seperti menganalisis peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan judul skripsi dan bahan hukum sekunder seperti buku, majalah, literatur, artikel, dan internet yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.

Hasil penelitian ataupun kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa di Kota Medan Pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga didasarkan pada Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016. Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.Dalam hal pengelolaan, pungutan dan pengawasan retribusi tempat rekreasi, dan olahraga dilakukan oleh Dinas Pendapatan. Pengawasan penerimaan retribusi tempat rekreasi, dan olahraga dan pelaksanaan perencanaan di lapangan di Kota Medan yaitu dilakukan dalam dua bentuk pengawasan yaitu pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung. Dalam Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 pasal 19, sanksi Administrasi bagi wajib retribusi yang tidak membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD, yang dimana didahului dengan surat teguran.

Kata Kunci : Pengelolaan Tempat Rekreasi dan Olahraga, Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan USU untuk menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih judul “Pengelolaan Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga Berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga”

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan didalam skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof.Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(5)

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Agusmidah, SH., M.Hum selaku Ketua Departemen Hukum Administrasi Negara.

7. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Ibu Erna Herlinda, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini..

9. Bapak Syamsul Rizal, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

10. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 11. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

12. Kepada keluarga penulis terutama kepada Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda Sodrul Fuad, S.Ip, M.M dan Edwina serta kepada adik saya yang tercinta, Haizil Fuadi, S.Ked dan Annisa Nahda yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang berhasil, dan yang telah memberikan motivasi hingga saat ini.

13. Buat teman-teman Herdinal Lubis, Wahyu Farasi, Imam Fuad, Fairuz Hasibuan, Ryan Ramadhan, Ripai Ritonga,William Hutabarat SH, perkumpulan Vouch, Over The Limit serta kepada Teman-teman Departemen

(6)

Hukum Administrasi Negara stambuk 2011 terima kasih atas support-nya semua sehingga terselesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan. Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan.

Medan, April 2018 Penulis,

Fadel Ahmad Hafiz

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 9

F. Metode Penelitian ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2016 A. Pengertian Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga ... 19

B. Tujuan dan Manfaat Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 24 C. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi ... 27 BAB III PELAKSANAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN

OLAHRAGA DI KOTA MEDAN

(8)

A. Instansi Yang Melakukan Pemungutan Retribusi ... 34 B. Prosedur Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olahraga ... 37 C. Hambatan Dalam Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan

Olahraga 42

BAB IV PERAN PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN USAHA TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DI KOTA MEDAN

A. Pengawasan Pemerintah Dalam Pengelolaan Usaha

Tempat Rekreasi dan Olahraga ... 52 B. Sanksi Administrasi Bagi Pengelola Usaha Tempat

Rekreasi dan Olahraga Yang Tidak Membayar Retribusi ... 62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 69 B. Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 72

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembangunan ekonomi tidak dapat terlepas dari arahan, guna mengusahakan agar pendapatan masyarakat dapat tercapai secara optimal dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari pembangunan ekonomi tersebut, maka pembangunan harus didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi sumber, kelembangaan, dan sumber daya fisik yang ada. Oleh sebab itu, pemerintah daerah beserta partisispasi masyarakat harus mampu menaksir potensi sumber daya yang paling diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pendapatan Asli Daerah, yang antara lain berupa pajak daerah merupakan salah satu pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah serta untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.1

Kerangka otonomi daerah dan desentralisasi fiskal memberikan dimensi yang lebih jelas bagi daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan serta pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas. Melalui otonomi daerah dan desentralisasi fiskal,

1 Aminuddin Ilmar, Membangun Negara Hukum Indonesia, (Makassar : Phinatama Media), 2014, hal.5

(10)

pembangunan nasional yang bersifat inklusif mengedepankan pembangunan berdimensi kewilayahan dengan daerah sebagai pusat pertumbuhan. Dengan dimensi yang jelas tersebut, maka urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat didanai dari APBN, sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah daerah didanai dari APBD. 2

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah mengatur upaya penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut yang antara lain dilakukan dengan peningkatan penerimaan pemungutan, penyempurnaan, dan penambahan jenis retribusi serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan, khususnya retribusi. Retribusi daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekarang ini lebih memungkinkan dan berpeluang besar untuk ditingkatkan dan dikembangkan, sehingga mampu memberikan kontribusi yang lebih besar kepada PAD terutama di Daerah Kabupaten/Kota yang mempunyai otonomi yang luas dan utuh sekaligus untuk meningkatkan kualitas pelayanan daerah.3

Sebagaimana telah disebutkan dalam penjelasan UU Nomor 28 Tahun 2009, Daerah Kabupaten/Kota diberi peluang dalam menggali potensi sumber- sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak dan retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Upaya dalam peningkatan pendapatan oleh setiap pemerintah daerah pada level Propinsi maupun Kabupaten/Kota harus didukung dengan berbagai kebijaksanaan sesuai dengan situasi dan kondisi daerah masing-

2 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, (Jakarta: RajaGrafindo Persada), 2006, hal. 2.

3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(11)

masing. Seperti halnya dengan daerah-daerah lain, kebijakan melakukan otonomi daerah untuk melakukan pembangunan daerahnya tersebut, memperoleh sumber pembiayaan dari APBN dan PAD. Sumber-sumber pendapatan APBN berasal dari Negara untuk daerah otonom, sedangkan PAD, diperoleh daerah dari adanya retribusi beberapa sektor yang berpotensi didaerah tersebut.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Kota, maka Pemerintah Kota Medan berupaya mengembangkan mekanisme pembiayaan dengan menggali berbagai bentuk pembiayaan yang potensial untuk menunjang pembangunan Daerah sekaligus untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat termasuk penyediaan sarana dan prasarana tempat rekreasi dan olahraga. Adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah maka daerah pun diberi kewenangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan secara optimal yang diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah.

Daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan guna mempercepat proses pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat

Sebagai daerah otonom pemungutan retribusi menjadi kewenangan daerah.

Daerah otonom berhak mengatur urusan pemerintahaannya sendiri. Pasal 279 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan hubungan keuangan dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah meliputi:

1. Pemberian sumber penerimaan daerah berupa pajak daerah dan retribusi daerah.

2. Pemberian dana bersumber dari perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.

(12)

3. Pemberian dana penyelenggaraan otonomi khusus untuk pemerintahan daerah tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang.

4. Pemberian pinjaman dan atau hibah, dana darurat, dan insentif (fiskal).4

Sejalan dengan meningkatnya pembangunan di Kota Medan maka semakin bertambah pula dana yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah sehingga dibutuhkan suatu kerjasama antara pemerintah daerah dengan perangkat daerah untuk bisa menambah sumber pendapatan daerah. Kerjasama ini pun dilakukan agar daerah dapat tumbuh serasi dan mampu memecahkan masalah-masalah yang terdapat di wilayah dan daerah secara bersama-sama.

Kota Medan sebagai daerah otonom berhak mengatur urusan pemerintahannya sendiri yang dasar hukumnya dibuat dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang retribusi daerah. Retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.5 Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah dan retribusi daerah dan pemberian diskresi dalam penetapan tarif.

Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Di Kota Medan sebagai bukti perwujudan kemandirian daerah maka diperlukan sumber pembiayaan daerah yang sesuai

4 Pasal 279 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

5Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(13)

dengan potensi daerah. Salah satu potensi daerah yang menjadi salah satu pendapatan asli daerah Kota Medan yaitu di bidang tempat rekreasi, olahraga dan penginapan yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga.

Guna mendukung proses pembangunan, pemerintah yang bekerjasama dengan perangkat daerah memerlukan suatu peraturan. Peraturan daerah yang ditetapkan oleh kepala daerah setelah mendapat persetujuan dari DPRD dibuat sebagai salah satu pedoman dalam menjalankan kinerjanya secara sempurna.

Peraturan daerah merupakan produk hukum dari pemerintah daerah. Keberadaan pemerintah daerah (otonom) adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yaitu untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga daerahnya sendiri. Agar peraturan daerah dapat berfungsi dengan baik maka peraturan tersebut berdasarkan pada landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis. Sehubungan di Kota Medan ada salah satu produk hukum daerah yaitu peraturan daerah tentang retribusi tempat rekreasi, olahraga dan penginapan, maka segala hal yang mengatur tentang pemungutan retribusi tempat rekreasi olahraga dan penginapan berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2016. Perda tersebut digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi yang terjadi di lapangan.

Belakangan ini banyak berita tentang kenaikan tarif retribusi tempat olahraga di Medan. Salah satunya yaitu stadion teladan dan lapangan merdeka.

Retribusi sewa taman, stadion teladan dan lapangan merdeka naik 100 persen dari

(14)

tarif sebelumnya. Hal ini menyusul telah disahkannya Peraturan Daerah (Perda) tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga oleh DPRD Medan. Perda ini menggantikan Perda Nomor 31 tahun 2002 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga.

Ketua Panitia Khusus (Pansus) Ranperda, Parlindungan Sipahutar mengatakan kenaikan sewa retribusi dimaksud diharapkan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Medan dari sektor retribusi taman dan olahraga di Dinas Pertamanan. Dalam Perda Retribusi, tarif retribusi pemakaian tempat rekreasi dan olahraga untuk taman kelas A yang sebelumnya dikenakan retribusi sebesar Rp50 ribu, naik menjadi Rp100 ribu perjam, atau naik 100%.

Sedangkan pemakaian fasilitas listrik di atas 20.000 watt yang sebelumnya per jam seharga Rp 30 ribu menjadi Rp 60 ribu, atau naik 100%. Begitu juga dengan penggunaan Stadion Teladan dan fasilitas pendukung tanpa lampu sorot yang sebelumnya dikenakan biaya Rp 250 ribu menjadi Rp 500 ribu per jam, atau naik 100%.6

Ketua Fraksi PAN H Ahmad Arif SE MM meminta dalam pelaksanaan Perda ini Pemko Medan dapat memaparkan rencana induk pengembangan (RIP) dan rencana strategis pengembangan atas tempat rekreasi dan olahraga yang menjadi objek Perda ini. RIP dinilai sangat penting untuk menunjukan seberapa besar komitmen pemerintah kota dalam memperbaiki manajemen pengelolaan tempat tersebut. Semakin layak dan berkualitas tempat tersebut maka semakin

6http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2014/09/13/117316/tarif-sewa-taman-dan- stadion-teladan-naik-100persen/ yang diakses pada tanggal 20 Februari 2018

(15)

puas masyarakat Kota Medan. Bahkan Fraksi PAN berpendapat objek retribusi ini bukan semata tempat rekreasi namun dapat dijadikan objek pariwisata andalan yang dapat mendulang PAD jika dikelola secara profesional, ujar politisi yang juga menjabat Ketua Komisi D DPRD Medan.7

Sementara itu Ketua Fraksi Demokrat, Herri Zulkarnain meminta agar Pemko Medan meningkatkan sarana dan prasarana di objek retribusi yang dimaksud. Pasalnya menurut Herri beberapa sarana rekreasi dan olahraga di Kota Medan perlu direnovasi atau perbaikan. Bahkan untuk beberapa sarana olahraga perlu peningkatkan kapasitas dan fasilitasnya. Yang terpenting lainnya sarana rekreasi dan olahraga itu harus benar-benar dijaga kebersihan dan keindahannya, ujar Herri. Sebelumnya Kadis Pertamanan Kota Medan, Zulkifli Sitepu menyampaikan adapun alasan kenaikan sewa retribusi dimaksud untuk meningkatkan PAD Kota Medan sekaligus menutupi biaya perawatan/pemeliharaan taman dan listrik yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.8

Berdasarkan latar belakang di atas, dipilih judul tentang "Pengelolaan Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga Berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas serta sesuai dengan judul skripsi ini, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas penulis, antara lain:

7 Ibid

8 Ibid

(16)

1. Bagaimana pengaturan retribusi tempat rekreasi dan olahraga berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 ?

2. Bagaimana pelaksanaan Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga di Kota Medan ?

3. Bagaimana peran Pemerintah dalam pengelolaan usaha tempat rekreasi dan olahraga ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan retribusi tempat rekreasi dan olahraga berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016

2. Untuk mengetahui pelaksanaan Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga di Kota Medan

3. Untuk mengetahui peran Pemerintah dalam pengelolaan usaha tempat rekreasi dan olahraga

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi baik di dalam ilmu hukum ataupun beberapa ilmu terkait lainnya.

2. Manfaat Praktis

(17)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Instansi Pemerintahan dan Pejabat Pemerintahan untuk dapat lebih baik mengetahui tentang Pemungutan Retribusi.

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri. Adapun pembuatan skripsi ini tidak merupakan duplikasi atau bentuk plagiat dari hasil penelitian lain. Dalam proses pembuatan skripsi ini saya selaku penulisnya mengacu dan memasukkan beberapa kutipan- kutipan dari buku-buku referensi untuk melengkapi skripsi ini. Saya selaku peneliti dan penulis bertanggungjawab terhadap hal-hal pembuatan skripsi ini kepada pihak manapun.

E. Tinjauan Pustaka 1. Retribusi

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia, saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah.9

Nick Devas memberikan definisi pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota mengutip bayaran untuk layanan yang disediakannya. Juga dikutipnya bayaran untuk berbagai surat izin, berbagai formulir, dan sebagainya.

Sebagian besar pendapatan ini digolongkan kedalam pungutan (retribusi).

9Marihot Pahala Siahaan , Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, Jakarta), 2005, hal. 89

(18)

Yang dimaksud dengan retribusi adalah iuran dari masyarakat tertentu (individu yang bersangkutan) yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah yang prestasinya ditunjuk secara langsung. Dan pelaksanaannya dapat dipaksakan.

Dengan kata lain yang lebih sederhana retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena menikmati jasa secara langsung.

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia, saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah.10 Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.11

Munawir menyatakan bahwa retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk, paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah ia tidak akan dikenakan iuran tersebut.12

Dari pendapat para ahli di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa retribusi daerah merupakan pungutan atas pemakaian atau manfaat yang diperoleh secara langsung oleh seseorang atau badan karena jasa yang nyata pemerintah daerah.

10Marihot Pahala Siahaan, Op.Cit, , hal. 89

11http://padjakdaerah.blogspot.co.id/2017/08/pengertian-pajakdaerahdanretribusi.html

12Munawir, Pokok-Pokok Perpajakan, (Jogjakarta: Liberty), 2005, hal. 151

(19)

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, atau usaha milik daerah yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.

Beberapa pengertian istilah yang terkait dengan Retribusi Daerah menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 antara lain:

1. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

2. Jasa, adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan

3. Jasa Umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

4. Jasa usaha, adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

5. Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan dan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,

(20)

prasarana, saran, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.13

2. Peraturan Daerah

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota. Dalam tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai Pemerintah Daerah, yang diatur dengan Undang-Undang.

Pemerintahan Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemeritahan Daerah. Keberadaan Peraturan Daerah merupakan bentuk dari pemberian kewenangan pemerintah pusat kepada daerah dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri, sebab dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah sangat diperlukan adanya peraturan lebih lanjut berupa Peraturan Daerah.

Menurut Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundang-Undangan yang dibentuk bersama antara DPRD dengan Kepala Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Peraturan Daerah adalah peraturan yang ditetapkan kepala daerah atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah. Peraturan Daerah dibuat berdasarkan Undang-Undang atau penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan atas kuasa peraturan perundang-undangan lain yang berlaku, kepala daerah menetapkan keputusan kepala daerah. Sedangkan menurut Bagir Manan, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk DPRD

13UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(21)

Kabupaten/Kota dan disahkan Bupati/Walikota yang mengatur kepentingan masyarakat atau tatanan pemerintahan yang menjadi fungsi pemerintahan Kabupaten/Kota di bidang otonomi dan tugas pembatuan.14

Peraturan Daerah merupakan kebijakan Pemerintah Daerah, untuk itu harus digunakan kebijakan publik yang baik. Menurut Syamsi kebijakan yang tepat adalah kebijakan yang berorientasi pada kepentingan masyarakat umum, namun tanpa mengorbankan wewenang yang dimiliki pemerintah, yakni kebijakan dalam keseimbangan yang optimal.15

Perda merupakan produk hukum yang dibuat oleh pemerintah daerah (gubernur/bupati/walikota) bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai payung hukum dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah di daerah, baik di daerah provinsi, kabupaten maupun kota.

Diharapkan melalui payung hukum ini, kebijakan pemerintah daerah akan lebih berpihak pada kepentingan masyarakat luas sehingga mutu kehidupan masyarakat lebih baik.

Perda juga merupakan instrumen (sarana/alat) kebijakan publik karena pada dasarnya Perda adalah suatu keputusan yang mempunyai tujuan untuk memenuhi kepentingan masyarakat (public interest). Orientasnya adalah kepentingan publik, sehingga pada tataran konseptual kebijakan publik harus memiliki keberpihakan yang kuat terhadap kepentingan masyarakat dan berorientasi pada pelayanan kepentingan tersebut.16

14 Soebono Wirjosoegito, Proses & Perencanaan Peraturan Perundangan, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 2004, hal.14

15 Ibnu Syamsi, Pokok-Pokok Kebijaksanaan, Perencanaan, Pemograman dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional, (Jakarta : Rajawali), 1986, hal. 79.

16 Fadillah Putra, Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar), 2001, hal. 20

(22)

Sebagai salah satu jenis Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia, Peraturan Daerah dalam pembentukannya tunduk pada asas maupun teknik dalam penyususnan Perundang-Undangan yang telah ditentukan. Hal yang sangat penting dalam pembentukan Peraturan Perundang-Undangan diantaranya adalah menyangkut tentang landasannya. Landasan yang dimaksud disini adalah pijakan, alasan atau latar belakang mengapa Perundang-Undangan itu harus dibuat.

Peraturan Daerah tidak boleh meregulasi hal yang menyimpang dari prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Meskipun luasnya cakupan otonomi daerah, maka tidak boleh meretakkan bingkai Negara Kesatuan Rapublik Indonesia. Sebaliknya pemerintah pusat tidak boleh membatasi, apalagi menegasi kewenangan otonomi daerah. Peraturan Daerah tidak boleh membuat hal urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

Fungsi Peraturan daerah merupakan fungsi yang bersifat atributif yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Peraturan Daerah.

Fungsi Peraturan Daerah dirumuskan dalam Pasal 236 UndangUndang Nomor 2014 tentang Peraturan Daerah sebagai berikut:

a. Menyelanggarakan peraturan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan;

b. Menyelenggarakan peraturan sebagai penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing daerah;

c. Menyelenggarakan pengaturan hal-hal yang tidak bertentangan dengan masing-masing kepentingan umum.

(23)

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan masalah, penulis sangat memerlukan data dan keterangan yang akan dijadikan bahan analisis.Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skrispsi ini adalah metode yuridis normatif.Metode yuridis normatif17 yaitu dalam menjawab permasalahan digunakan sudut pandang hukum berdasarkan peraturan hukum yang berlaku, untuk selanjutnya dihubungkan dengan kenyataan di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Serta mencari bahan dan informasi yang berhubungan dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan perundang- undangan karya tulis ilmiah yang berupa makalah, skripsi, buku-buku, koran, majalah, situs internet yang menyajikan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.18

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research) untuk memperoleh data atau bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

Bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundangan nasional, yang berkaitan dengan Pengelolaan Usaha Tempat Rekreasi dan Olahraga.

Bahan hukum sekunder berupa data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian dan

17Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum., (Jakarta: Raja Grafindo Persada).

Cetakan Keempat, 2002, hal. 43.

18Zaimul Bahri, Struktur dalam Metode Penelitian Hukum., (Bandung: Angkasa). 1996, hal. 68.

(24)

pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku dan dokumentasi.

Bahan hukum tersier berupa bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagi literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, makalah, artikel dan berita yang diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh teori-teori atau bahan-bahan yang berkenaan dengan Retribusi.

4. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini dengan cara kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab. Tata urutan sistematikanya sebagai berikut:

(25)

Bab I : Terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang, diikuti dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan yang terakhir sistematika penulisan.

BAB II : Merupakan Pengaturan Retribusi tempat rekreasi dan olahraga berdasarkan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 yang subbabnya terdiri dari pengertian retribusi tempat rekreasi dan olahraga, tujuan dan manfaat pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga dan dasar hukum pemungutan retribusi

BAB III : Merupakan Pelaksanaan retribusi tempat rekreasi dan olahraga di Kota Medan yang subbabnya terdiri dari instansi yang melakukan pemungutan retribusi, prosedur pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga dan hambatan dalam pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga.

BAB IV : Merupakan Peran Pemerintah dalam pengelolaan usaha tempat rekreasi dan olahraga di Kota medan yang subbabnya terdiri dari pengawasan pemerintah dalam pengelolaan usaha tempat rekreasi dan olahraga dan sanksi administrasi bagi pengelola usaha tempat rekreasi dan olahraga yang tidak membayar retribusi

BAB V : Merupakan Kesimpulan dan Saran

(26)

BAB II

PENGATURAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA BERDASARKAN PERDA KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2016 A. Pengertian Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia, saat ini penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi retribusi yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah.19

Nick Devas memberikan definisi pemerintahan daerah provinsi dan kabupaten/kota mengutip bayaran untuk layanan yang disediakannya. Juga dikutipnya bayaran untuk berbagai surat izin, berbagai formulir, dan sebagainya.

Sebagian besar pendapatan ini digolongkan kedalam pungutan (retribusi).

Yang dimaksud dengan retribusi adalah iuran dari masyarakat tertentu (individu yang bersangkutan) yang ditetapkan berdasarkan peraturan pemerintah yang prestasinya ditunjuk secara langsung. Dan pelaksanaannya dapat dipaksakan.

Dengan kata lain yang lebih sederhana retribusi adalah pungutan yang dibebankan kepada seseorang karena menikmati jasa secara langsung.20

Rochmat Sumitra mengatakan bahwa retribusi adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara,

19Marihot Pahala Siahaan , Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. (Jakarta : Raja Grafindo Persada), 2005, hal 89

20Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, (Rineka Cipta: Jakarta), 1994, hal 221.

(27)

artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas pemakain jasa atau kerena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat.

Jadi retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang membutuhkan.

Pengertian retribusi dalam istilah asing retribusi disebut dengan user carge, user fase atau charging for service.Retribusi memiliki karateristik yang

berbeda dengan pajak daerah.Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintahkepada wajib pajak tanpa ada kontra prestasi langsung terhadap wajib pajak atas pembayaran wajib pajak tersebut.Sementara itu retribusi daerah adalah pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah.Jadi dalam hal ini terdapat kontraprestasi langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi.21

Retribusi harus sejalan dengan peningkatan kualitas yang ditawarkan kepada wajib retribusi, terkait retriribusi menurut Quen sebagai mana telah dikutip Ni Luh Sili Antari, masyarakat beranggapan bahwa retibusi adalah iuran yang di bebankan kepada wajib retibusi untuk kebaikan bersama. Masyarakat tidak akan memenuhi kewajiban bila tidak ada imbalan yang nyata dari pemerintah. Masyarakat sangat berharap dengan adanya pengenaan retribusi pada

21 Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah, (Jakarta : Gelora Aksara Pratama), 2010, hal. 25

(28)

setiap individu yang memasuki kawasan wisata dapat meningkatkan mutu layanan serta pengembangan. Apabila harapan itu dapat dipenuhi oleh pengelola tempat wisata masyarakat akan dengan senang hati memenuhi kewajiban reribusi.22

Dalam Pasal 126 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, salah satu objek Retribusi adalah Retribusi Jasa Usaha. Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi :

1. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;dan/atau

2. pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.

Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar. Menurut Pasal 127 Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2008 Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri dari :

1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan Daerah. Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah adalah penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut (Pasal 128 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

22 Ni Luh Sili Antari, “Peran Industry Pariwisata Terhadap Penerimaan Pendapatn Asli Derah”, Jurnal Perhotelan Dan Pariwisata, Sekolah Tinggi Pariwisata Triatma Jaya, 2003, hal. 40

(29)

2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Pasal 129 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009)

3) Retribusi Tempat Pelelangan Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan (Pasal 130 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

4) Retribusi Terminal Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 131 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

5) Retribusi Tempat Khusus Parkir Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 132 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 133 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

(30)

7) Retribusi Rumah Potong Hewan Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 134 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 135 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga Objek Retribusi Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 136 UndangUndang Nomor 28 Tahun 2009).

10) Retribusi Penyeberangan di Air Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 137 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah adalah penjualan hasil produksi usaha Pemerintah Daerah (Pasal 138 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).

Retribusi tempat rekreasi dan olahraga dapat dilihat termasuk kedalam jenis Retribusi Jasa Usaha. Di Kota Medan Pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga didasarkan pada Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016. Menurut

(31)

Perda ini retribusi tempat rekreasi dan olahraga adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pemakaian tempat rekreasi dan olahraga yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah kota Medan yang bisa meningkatkan pendapatan asli daerah.

B. Tujuan dan Manfaat Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga

Retribusi dapat dipungut dengan sistem yang sifatnya progresif atau regresif berdasarkan potensi kemampuan membayar retribusi. Retribusi hanya akan berpengaruh pada kesediaan menggunakan atau permintaan terhadap jasa atau pelayanan maupun produk yang dihasilkan oleh pemerintah, karena itu retribusi tidak seperti halnya dengan pajak, retribusi hanya akan mengurangi konsumsi, akan tetapi tidak mengurangi kemampuan atau kemauan untuk bekerja, menabung dan berinvestasi, tetapi tidak akan signifikan sifatnya, sehingga tidak akan mempunyai dampak yang terlalu besar dalam perekonomian daerah.

Retribusi dapat berpengaruh dalam hal distribusi pendapatan, karena retribusi dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk melindungi yang lemah dalam perekonomian dan membagikan beban masyarakat itu kepada kelompok berpenghasilan tinggi di daerah yang sama. Sistem retribusi yang progresif dapat bermanfaat untuk retribusi pendapatan dalam masyarakat di daerah.

Retribusi memiliki fungsi yang sangat penting terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), dimana fungsi tersebut dapat diukur berdasarkan target capai

(32)

pungutan retribusi. Apabila target pencapaiannya tinggi, maka fungsi retribusi terhadap PAD akan tinggi atau besar pula.Dalam kaitannya dengan perekonomian Indonesia secara menyeluruh, retribusi memiliki beberapa fungsi sebagai berikut:23

1. Sumber pendapatan daerah

Jika daerah telah memiliki sumber pendapatan yang mampu memenuhi dan mencukupi kebutuhan pemerintah daerah, maka pemerintah pusat tidak lagi memiliki beban berat dalam tujuannya turut serta membantu pembangunan daerah. Peran serta pemerintah pusat dalam hal pembangunan daerah bisa berupa pemberian bantuan daerah untuk pendidikan, keluarga miskin atau untuk apresiasi sejenis tunjangan bagi tenaga pemerintahan daerah.

2. Pengatur kegiatan ekonomi daerah

Kegiatan ekonomi akan berjalan dan dapat diatur dengan baik jika sumber-sumber keuangan ada dan mencukupi. Demikian halnya dengan ekonomi di daerah, yang mana retribusi menjadi salah satu sumber keuangannya. Sehingga pengaturan kegiatan ekonomi daerah pada pos- pos tertentu dapat dijalankan dengan baik dan lancar.

3. Sarana stabilitas ekonomi daerah

Retribusi yang masuk ke kas daerah secara rutin akan menjadikan perekonomi daerah pada posisi stabil ekonomi karena biaya-biaya penyelenggaraan pemerintah daerah telah disokong oleh retribusi.

23 https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/perpajakan/fungsi-retribusi yang diakses pada tanggal 2 Maret 2018

(33)

4. Pemerataan pembangunan dan pendapatan masyarakat

Jika poin-poin di atas terpenuhi dengan adanya retribusi, maka pemerataan pada pembangunan dan pendapatan masyarakat akan tercapai yang sekaligus meningkatkan kesejahteraan serta taraf hidup masyarakat.

Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam daerah dengan sistem ekonomi desentralisasi. Jika semua fungsi di atas berjalan dan berlaku baik di tiap-tiap daerah di Indonesia, secara agregat akan memengaruhi perekonomian bangsa.

Namun dalam pelaksanaannya di lapangan mungkin saja terjadi berbagai kendala atas pemungutan retribusi. Kendala tersebut antara lain :

1. Keengganan obyek retribusi untuk membayar iuran pungutan. Hal tersebut bisa terjadi di pasar, sebagai contoh : Pedagang enggan membayar pungutan retribusi dengan alasan karena ada ketidaksesuaian antara besar retribusi yang dibayarkannya dengan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah daerah.

2. Sering terjadinya perpindahan lokasi usaha obyek retribusi. Contohnya, para pedagang sering berpindah-pindah lokasi berdagang sehingga mempersulit proses pemungutan retribusi.

Tujuan Retribusi daerah pada dasarnya memiliki persamaan pokok dengan tujuan pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara atau pemerintah daerah.

Adapun tujuan pemungutan tersebut adalah:

1. Tujuan utama adalah untuk mengisi kas negara atau kas daerah guna memenuhi kebutuhan rutinnya.

(34)

2. Tujuan tambahan adalah untuk mengatur kemakmuran masyarakat melalui jasa yang diberikan secara langsung kepada masayarakat.

3. Memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah dalam retribusi sejalan dengan semakin besarnya tanggung jawab Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. „

4. Meningkatkan akuntabilitas daerah dalam penyediaan layanan dan penyelenggaraan pemerintahan dan sekaligus memperkuat otonomi daerah. „

5. Memberikan kepastian bagi dunia usaha mengenai jenis‐ jenis pungutan daerah dan sekaligus memperkuat dasar hukum pemungutan retribusi daerah.

C. Dasar Hukum Pemungutan Retribusi

Kebijakan memungut bayaran untuk barang dan layanan yang disediakan pemerintah berpangkal pada pengertian efisiensi ekonomi. Dalam hal orang perorangan bebas menentukan layanan tertentu yang hendak dinikmatinya, harga layanan itu memainkan peranan penting dalam menjawab permintaan, mengurangi penghamburan, dan dalam memberikan isyarat yang perlu kepada pemasok mengenai besar produksi layanan tersebut. Selain itu, penerimaan dari pungutan adalah sumber daya untuk menaikkan produksi sesuai dengan keadaan permintaan.

Karena itu harga harus disesuaikan sehingga penawaran dan permintaan akan barang dan layanan yang bersangkutan akan selaras. Tetapi memungut

(35)

bayaran hanya tepat untuk barang dan layanan yang bersifat “pribadi” dengan kata lain, untuk barang dan layanan yang dapat dinikmati hanya jika orang membayar.

Untuk barang dan layanan semacam ini, orang yang membayar juga harus mampu menyesuaikan besar konsumsinya menurut keadaan harga.24

Di dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, disebutkan bahwa pengertian Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pada prinsipnya retribusi sama dengan pajak, unsur-unsur pengertian pajak sama dengan retribusi. Hal yang kemudian membedakannya adalah bahwa imbalan atau kontra-prestasi dalam retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar. Unsur-unsur yang melekat dalam retribusi antara lain :

1. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang;

2. Pungutannya dapat dipaksakan;

3. Pemungutannya dilakukan oleh Negara;

4. Digunakan sebagai pengeluaran masyarakat umum;

5. Imbalan atau prestasi dapat dirasakan secara langsung oleh pembayar retribusi.

Pungutan terhadap pajak dan retribusi daerah bersifat memaksa dan dapat dipaksakan. Hal tersebut ditegaskan oleh UUD 1945 dalam Pasal 23A yang menyatakan “pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

24Ibid, hal 95

(36)

negara diatur dengan undang-undang”. Norma yang demikian mempunyai makna bahwa segala sesuatu pungutan yang menjadi beban rakyat harus sepengetahuan rakyat melalui representasinya di lembaga perwakilan rakyat. Persoalan pajak dan retribusi daerah masuk dalam lingkup konstitusional yang dimaksud di atas, sehingga perlu ada pengaturan umum tentang pajak dan retribusi daerah ke dalam undang-undang. Undang-undang sebagaimana dimaksud Pasal 23A tersebut, dapat diartikan sebagai peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

Dengan demikian, berlaku asas hirarkies dalam peraturan perundang-undangan, peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.25

Untuk itu, pengaturan mengenai retribusi harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan, tidak bisa hanya diatur berdasarkan peraturan menteri atau keputusan Presiden. Untuk pengaturan pajak dan retribusi daerah sebagaimana telah disebut sebelumnya, diatur dalam UU No. 18 Tahun 1997, diubah dengan UU No. 34 Tahun 2000, dan terakhir digantikan oleh UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

UU No. 28 Tahun 2009 tersebut yang menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan pungutan Pajak dan Retribusi Daerah. UU Pajak dan Retribusi Daerah tersebut telah merinci jenis-jenis pajak dan retribusi yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, kabupaten atau kota. Pembagian tersebut, juga didasarkan pada pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat

25http://sebutsajarendy.blogspot.co.id/2016/12/makalah-retribusi-daerah-dalam.html yang diakses pada tanggal 5 Maret 2018

(37)

dan Pemerintah Daerah menurut UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Beberapa dasar hukum yang digunakan sebagai dasar pemungutan retribusi adalah sebagai berikut :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851)

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286)

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355)

(38)

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400)

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11);

9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049)

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234)

11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488)

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

(39)

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576)

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585)

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593)

16. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614)

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapakali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Keua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

(40)

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694);

19. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Urusan Pemerintahan Kota Medan

20. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah

21. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan 2011-2031

22. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga

(41)

BAB III

PELAKSANAAN RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA DI KOTA MEDAN

A. Instansi Yang Melakukan Pemungutan Retribusi

Kota Medan sebagai suatu daerah yang berada dalam Wilayah Administratif Provinsi Sumatera Utara dan juga berada dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memiliki kekayaan alam flora dan fauna yang tak ternilai harganya. Keanekaragaman bahasa suku bangsa , seni dan budaya serta peninggalan sejarah merupakan sumberdaya modal yang dapat di manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan melalui pembangunan kepariwisataan dan olahraga.

Pembinaan dan pengembangan kepariwisataan dan olahraga dapat ditunjukan untuk memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan penciptaan lapangan kerja,mendorong pertumbuhan ekonomi, mempergunakan dan mendayagunakan daya tarik wisata dan destinasi Kota Medan sebagai sumber retribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk kesejahtraan masyarakat.

Perkembangan pariwisata dan olahraga dunia dari tahun ke tahun menunjukan perkembangan yang sangat signifikan. Hal ini di sebabkan antara lain oleh perubahan struktur sosial ekonomi Negara di dunia dan semangkin banyaknya orang yang memiliki pendapatan lebih yang semakin tinggi.

Disamping itu kebutuhan dan kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan telah memicu pengembangan olahraga kearah yang sangat positif dan hal ini jika di tangani dengan optimal dan terpadu akan dapat mengeliminir

(42)

penyakit-penyakit sosial dalam lingkungan masyarakat.

Sisi lain yang juga sangat mendukung pengembangan kepariwisataan dan olah raga adalah bahwa kepariwisataan dan olahraga telah berkembang menjadi fenomena global, menjadi kebutuhan dasar serta menjadi bagian dari hak azasi manusia yang harus dihormati dan dilindungi.

Dalam melaksanakan pengembangan kepariwisataan dan olahraga sekarang dan masa yang akan datang di butuhkan perubahan-perubahan dan penyediaan tempat dan berbagai fasilitas pelayanan kepariwisataan dan olahraga terutama sarana dan prasarana yang dikelola oleh pemerintah kota Medan. Dengan adanya layanan tempat rekreasi dan olahraga yang disediakan, secara nyata akan dapat melayani kebutuhan masyarakat dan peluang bagi pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sumber retribusi tempat rekreasi dan olahraga dapat tersedia untuk membiayai pembangunan di Kota Medan. Hal ini sejalan dengan telah diterbitkanya UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah, selanjutnya UU No. 28 Tahun 2009 inilah yang menjadi dasar terbitnya Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2016 . Materi yang diatur dalam Perda ini meliputi antara lain nama objek dan subjek retribusi golongan retribusi, cara mengukur tingkat pergunaan jasa, dan prinsip dan sasaran dalam penerapan struktur dan besarnya tarif, wilayah pemungutan, saat retribusi terutang, tata cara pemungutan, tata cara pembayaran, tatacara penagihan, pengurusan keringanan dan pembebasan retribusi serta ketentuan pidana terhadap wajib retribusi yang tak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah.

(43)

Pada prinsipnya pungutan dengan nama retribusi sama dengan pajak, yaitu 4 (empat) unsur-unsur dalam pengertian pajak sama dengan retribusi, sedangkan imbalan (kontrak-prestasi) dalam retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian retribusi adalah:26

1. Pungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang 2. Sifat pungutannya dapat dipaksakan

3. Pemungutannya dilakukan oleh negara

4. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum

5. Kontra-prestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.

Menjamin kelancaran jalannya pelaksanaan pemungutan retribusi tempat rekreasi dan olahraga dalam memenuhi anggaran daerah, maka yang ditunjuk instansi yang membantu pemerintah Kota Medan dalam hal pengelolaan, pungutan dan pengawasan retribusi tempat rekreasi, dan olahraga dilakukan oleh Dinas Pendapatan yang merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pungutan pajak, retribusi dan pendapatan daerah lainnya yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah dan Dinas Pendapatan ini juga berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata dalam hal untuk pengelolaan Retribusi tempat rekreasi dan olahraga.

Dinas Pendapatan mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. merumuskan dan melaksankan kebijakan teknis dibidang pendapatan daerah;

26 Wirawan B. Ilyas, Hukum Pajak, (Jakarta: Salemba Empat), 2001, hal. 6

(44)

b. melakukan pembukuan dan pelaporan atas pekerjaan penagihan pajak daerah, retribusi daerah dan penerimaan asli daerah lainnya, serta penagihan Pajak Bumi dan Bangunan;

c. melaksanakan koordinasi dibidang pendapatan daerah dengan unit dan instansi terkait dalam rangka penetapan besarnya pajak dan retribusi;

d. melakukan penyuluhan pajak daerah, retribusi daerah dan pendapatan daerah lainnya serta PBB;

e. melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;

f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

B. Prosedur Pemungutan Retribusi Tempat Rekreasi Dan Olahraga

Pemungutan retribusi daerah tidak dapat diborongkan, artinya seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.

Namun, dalam pengertian ini tidak berarti bahwa pemerintah daerah tidak boleh bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pemungutan retribusi, pemerintah daerah dapat mengajak bekerja sama badan- badan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi tertentu secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi, dan penagihan retribusi.

(45)

Dalam melaksanakan pungutan retribusi tempat rekreasi, olahraga dan penginapan, tentunya tidak terlepas dari sistem dan prosedur pemungutan retribusi daerah itu sendiri sebagai suatu tata tertib yang disusun dan dibuat untuk melaksanakan tugas tertentu dalam hal ini tugas melaksanakan pungutan retribusi daerah.

Pemungutan Retribusi di Indonesia didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah untuk tata cara pemungutannya retribusi ini tidak dapat diborongkan dan retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen yang dipersamakan.

Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan, dalam hal wajib retribusi tertentu kepada mereka yang tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

Sistem pemungutan retribusi daerah adalah official assesment, yaitu pemungutan retribusi daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib Retribusi setelah penerimaas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD).

Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan. SKRD adalah surat

Referensi

Dokumen terkait

aktivitas jual beli kuliner khas Tionghoa di Kota Pangkalpinang) adanya.. sebuah interaksi dalam aktivitas jual beli kuliner khas Tionghoa

CPOB merupakan suatu konsep dalam industri farmasi mengenai prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam suatu industri farmasi untuk menjamin mutu obat

- F : teknik identifikasi pada E digabung dengan pengaruh error laju alir produk karena pengukuran bubble soap (analisis secara keseluruhan dimana laju umpan

Dengan keadaan eksisting bahwa balok dan kolom berukuran besar sehingga penggunaan ruang gerak sedikit terbatas, diharapkan dari kelemahan struktur bangunan beton

Likuiditas dengan nilai minimum sebesar 0.16 yang diperoleh dari PT. ATPK Resources Tbk pada tahun 2014. Nilai maksimum sebesar 851.65 yang diperoleh dari PT. Perdana

itu peneliti memanfaatkan situasi dan karakteristik peserta didik saat ini yang lebih menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan peramban internet dan bacaan

Adik pasien sampai saat ini tidak menunjukkan gejala klinis, namun pe- meriksaan lebih lanjut untuk kemungkinan menderita thalassemia Dua hal yang menarik dari kasus ini

Dari hasil uji Anova menunjukkan semua perlakuan tidak berpengaruh nyata (P > 0,05), sehingga dapat dinyatakan bahwa penambahan prebiotik dalam pakan