• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab I : PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut: Halaman Judul

Halaman Pengajuan Skripsi Halaman Pengesahan

Halaman Persembahan Abstrak

Daftar Isi Daftar Tabel

Bab I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Hasil Penelitian E. Definisi Operasional F. Hipotesis

G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Teoretik

B. Telaah Hasil Penelitian Bab III : LAPORAN PENELITIAN Bab IV : ANALISIS DATA.

Bab V : KESIMPULAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan

Daflar Pustaka Lampiran

A. Telaah Teoretik

1. Konsep Tentang Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia metode diartikan sebagai cara keija yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guru untuk mencapai tujuan yang akan di tentukan.1

Ada juga yang berpendapat metode adalah “wasilah” yang berarti sarana, lantaran. Sebagian ulama’ lain mengatakan bahwa “kaifiyah”berarti cara, sedangkan “thariqah” bermakna jalan.2

Metode Mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara - cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa baik secara individu maupim klasikal agar pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.3

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat metode mengajar adalah sistem penggunaan teknik - teknik dalam interaksi dan komunikasi antara guru

‘Tim Pengusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bshasa Indonesi, Balai Pustaka, Jakarta, cet ke -4, 1993, him. 580

2Rohmat, Strategi Belajar Mengajar, STAIN Surakarta, Surakarta, 2000, him. 23. 3Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar, Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 1998, hlm.142.

dan murid dalam pelaksanaan program belajar mengajar sebagai proses pendidikan.4

Metode Mengajar ialah teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicemakan oleh anak didik dengan baik.

Metodologi Pengajaran Agama Islam adalah cara yang efektif dan efisien dengan kajian ilmiah yang sistematis dalam menyajikan materi pelajaran agama Islam agar mudah dipahami, dihayati dan dikuasai oleh peserta didik dengan gembira dan menyenangkan.5

Pengertian aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung suatu peijanjian.6

Sedangkan pengertian akhlaq secara etimologi, kata akhlaq berasal dari bahasa arab ahlakun yang merupakan bentuk jama’ dari mufrod khuluk yang berarti tingkah laku, perangai, tabi’at, watak, moral, etika atau budi pekerti.

Menurut Prof. Dr. Oemar Muhammad A1 - Taumi A1 Syaybany, akhlaq adalah kebiasaan sikap atau sikap yang mendalam dalam jiwa sehingga timbul perbuatan - perbuatan dengan mudah .7

Metode Perbaikan Akhlaq menurut Ibnu Maskawaih bermakna perbaikan dan menuju baik ( berasal dari buruk ). Perbaikan akhlaq antara

4Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, him. 47.

5Hery Setiyatna, Pokok - pokok Umum Metodologi Pengajaran Agama Islam, STAIN Surakarta, Surakarta, 2001, him. 1

6Abdul Qodir Atha, 1993, him. 8.

7Oemar Muhammad Al- Taumi A1 Syaybany, Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm.319.

remaja dan dewasa dipisahkan karena terdapat perbedaan perkembangan

g

Jiwa.

Dari pengertian metode diatas maka diambil kesimpulan yang dimaksud dengan metode pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah suatu teknik penyajian yang di kuasai oleh seorang guru untuk mengajar atau menyajikan materi pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara individual maupun secara kelompok atau klasikal agar pelajaran Aqidah Akhlaq dapat dengan mudah diserap, dipahami dan dimanfaatkan dengan baik oleh siswa sekaligus dapat menyenangkan siswa. Penanaman akhlaq ini memang harus ditanamkan semenjak anak masih kecil selain daya ingat mereka yang masih bagus kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan terns dilakukan hingga dewasa.

Artinya : “ Menanamkan akhlaq yang luhur dalam pribadi anak dan menyiram dengan air bimbingan dan nasehat sehingga menjadi karakter pribadinya, kemudian menumbuhkan 8

keutamaan, kebajikan dan cinta atau kasih beramal demi kebaikan tanah airnya”.9

Selain itu akhlaq juga lebih mulia dari ilmu dan akal. Hal ini berdasarkan A1 - Qur’an dan A1 Hadits yang menekankan betapa pentingnya dan mulianya akhlaq, sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi:

Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar - benar berbudi pekerti yang luhur “ (Q.S. Al. Qolam : 4)10 11

Sebagai seorang pendidik, guru disini perlu mempertimbangkan metode apa yang akan digunakan untuk menyajikan pesan pembelajaran, karena memang tidak semua metode sesuai dan dapat digunakan untuk setiap bidang studi yang akan diajarkan oleh guru kepada muridnya.

Dalam pemilihan metode juga harus mempertimbangkan tujuan khusus yang hendak dicapai dan keadaan siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Adapun metode - metode yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran antara lain :

1. Metode dengan menggunakan kata - kata.

9Syekh Mustofa Al Ghulayani, Idhotun Nasiin, Beirut, him. 189.

10,Asjad, Al- Qur’an dan terjemahnyajuz l s / d 30, Sinar Barn Algensindo, Bandung, 1987, him. 451.

11 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat Press, Jakarta, 2003, hlm.94 - 95.

Di dalam hal berbicara guru merupakan central komunikasi kelas, bukan saja ingin dipahami artinya oleh pebelajar, akan tetapi kata - katanya bahkan perilaku dapat ditiru oleh pebelajar. Sebagaimana diketahui bahwa pebelajar bukan saja ingin tahu apa yang dikatakan guru akan tetapi ingin pula menirukan apa dan bagaimana guru berkata, selain itu juga bagaimana perilaku/pribadi seorang pendidik.

2. Metode Tauladan

Cara - cara mengajar dengan memberikan contoh - contoh yang baik sangat diperlukan untuk dapat dilakukan oleh semua pendidik. Rasulullah sebagai pendidik dan pengajar memiliki predikat “pendidikan dan pengajar agung” yang diberi anugerah predikat oleh Allah SWT sebagai “uswatun hasanah”. Sebagaimana difirmankan dalam A1 - Qur’an surat A1 Ahzab ayat 21:

All) (jls A

U n ? k

Artinya: “ Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”.

Jika I’tiba’ pada Rasulullah SAW maka sebagai pendidik seharusnya berusaha agar dapat menjadi “uswatun hasanah”. Walaupun diakui sangat tidak mungkin seperti keadaan Nabi Muhammad SAW. Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Nabi sebagai “uswatun hasanah” untuk semua manusia yang mengharapkan rahmat Allah dan mempunyai keyakinan adanya hisab dihari kiamat serta bagi mereka yang ingat kepada Allah SWT.

Metode ini sangat tepat bila untuk mendidik akhlaq sebab mengajar akhlaq kepada pengajar sendiri haras berakhlaq supaya tujuan dari pengajaran akhlaq itu terpenuhi sasarannya, terlebih bagi pendidikan dasar, mereka masih dal am lingkup pengembangan sifat - sifat imitasinya. Maksudnya kecenderangan menira tentang yang didengar, yang dikatakan dan yang diperbuat oleh orang - orang dewasa. Maka dari itu pendidik haras menempatkan diri sebagai “uswatun hasanah”. 3. Metode Bertanya

Metode ini dapat digunakan untuk setiap anak didik dan pada setiap pelajaran/bidang studi.

Metode ini diisyaratkan pula didalam A1 - Qur’an dimana Allah SWT pemah bertanya kepada orang yang beriman lewat Nabi Muhammad SAW, yakni mengenai perdagangan yang dapat menyelamatkan orang — orang mukmin dari siksa yang sangat pedih.

A. Deskripsi Data

Untuk menganalisa data yang sudah terkumpul maka digunakan tehnik analisis stasistik, digunakan tehnik ini karena datanya bersifat kuantitatif.

Adapun tehnik yang digunakan adalah tehnik korelasi Product Moment dengan rum us:

rxy S x v - ( Z x H S v ) N Ex2- ( gx2) } { z y 2- (_ZyL> } N N Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y xy = Product perkalian antara x dan y

x = Kuadrat deviasi variabel x y2 = Kuadrat deviasi variabel y

1. Analisa Pertama

Dalam menganalisa data yang terkumpul, maka pertama kali penulis lakukan adalah analisis pendahuluan dengan langkah - langkah a). Distribusi Nilai Hasil Angket

Untuk membuktikan hubungan antara metode pembelajaran Aqidah Akhlaq dengan sikap hormat siswa kepada guru, penulis menyebarkan angket kepada 21 anak (responden) sebagai populasi yang terdiri dari indikator:

1) . Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq. 2) . Sikap Hormat Siswa Kepada Guru.

Dari masing - masing pertanyaan terdiri dari tiga alternative jawaban, dengan penilaian:

1) . Memberi nilai 3 untuk jawaban berkode a. 2) . Memberi nilai 2 untuk jawaban berkode b.

3) . Memberi nilai 1 untuk jawaban berkode c. b). Tabulasi prosentase seluruh indikator.

Tabel I

Daftar Hasil Perolehan Angket Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

N 0 N A M A A N A K N O M O R I T E M TOTAL / 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 1 Agus Prastyo 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 55 2 Nu t Muhammad Saefudin 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 3 Zubair A1 Hakim 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 55 4 Muhamad Ansori 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 5 Emawati 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 6 Eli Fitriyah 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 7 Ibnu Hajir 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56 8 Muhamad Arivais S 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 9 Muhtarom 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 10 Muh Subkan 3 3 1 3 3 3 1 2 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 1 3 51

11 Siti Saftiyari 3 3 2 3 3 3 3 3 12 Siti Qoiriyah 3 3 2 3 3 3 3 3 13 Sri Mutmainah 2 3 3 3 3 3 3 3 14 Ulfa Ana Vatmala 3 3 3 3 3 3 3 3 15 Ade Ayu Samilia 3 3 2 3 3 3 3 3 16 Agus Makmun 3 2 3 3 3 3 3 3 17 Jamal A1 - Abror 3 3 2 3 3 3 3 3 18 Muslihatun Hasanah 3 3 3 3 3 3 3 3 19 Nu t Azizah 3 2 3 3 3 3 3 3 20 Anindya Putri Lestari 3 3 3 3 3 3 3 3 21 Imam Zamroni Adha 3 3 1 3 3 3 3 3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 57 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Allah sendiri dengan maksud untuk mengajarkan hal - hal itu kepada orang - orang mukmin.13

Hal ini dapat disimak pada QS Ash - Shaf ayat 1 0 -1 1 :

Artinya : “Wahai orang - orang yang beriman ! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih ?(Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. * 14

Metode ini bukan hanya dipilih untuk digunakan oleh pendidik biasa akan tetapi justru digunakan juga oleh Allah SWT dan Rasul - Nya. Maka dari itu wajib tentunya bagi seorang pendidik muslim memahami, mengerti dan mengetahui serta menerapkan dal am kegiatan penyampaian pesan pembelajaran yang mana metode tersebut bersumber dari ajaran Islam tidak sedikit jumlahnya bahkan lengkap

13Rohmat, op.cit, him. 27. 14,Asjad, op.cit, him. 441.

berisikan ajaran - ajaran tentang bagaimana mengajar, serta mendidik dan cara belajar.

4. Metode Latihan

Maksud dari metode ini yaitu supaya anak didik yang dilatih dapat membentuk kebiasaan - kebiasaan yang bermanfaat dalam melakukan tugas - tugas dan kewajibannya.

Kebiasaan yang diberikan kepada anak didik akan melekat secara perlahan - lahan sehingga terlatih sedini mungkin yang akhimya dapat memperoleh pengalaman belajar yang kuat, baik untuk pertumbuhan dan perkembangan baik jasmani maupun rohani (dalam jiwa anak didik).

Menurut Thorndike, latihan memiliki dua hukum yaitu :

1. Law of Use yaitu hubungan - hubungan akan bertambah kuat bila ada latihan - latihan. Dengan kata lain, banyaknya latihan maka banyak pula hubungan pengertian yang saling berkaitan sehingga memperkuat hasil belajar.

2. Law of Disuse yaitu hubungan koneksitas akan menjadi tambah lemah (terlupa) apabila latihan - latihan itu diberhentikan. Dengan kata lain apabila latihan menurun/berkurang/berhenti, maka penguasaan bahan menjadi lemah. Itu sebabnya dalam semua lapangan, latihan memegang peranan penting.15

5. Metode Berangsur - angsur

Metode berangsur - angsur ini pada prinsipnya adalah mengajar dengan cara menyerahkan bahan - bahan kepada murid dengan jalan sedikit demi sedikit.

Akan tetapi jika dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru hanya menggunakan satu metode dikhawatirkan anak didik akan merasa bosan. Oleh karena itu perlu adanya variasi dari beberapa metode.

Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang sama akan membosankan siswa.16

Selain itu dengan variasi metode, bahan pelajaran yang disampaikan akan mudah diserap dan dipahami oleh anak.17

Dalam proses pembelajaran agama Islam, metode memiliki kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Karena tanpa metode sudah dapat dipastikan suatu pesan yang akan disampaikan tidak akan berproses atau diterima secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, karena antara guru sebagai komunikator dan murid sebagai komunikan atau penerima pesan tidak terdapat kesesuaian sehingga tujuan yang diinginkan pun tidak tercapai. Oleh karena itu agar tujuan yang hendak dicapai beqalan sesuai dengan apa yang diinginkan, metode yang digunakan pun harus tepat,berdaya guna dan tidak asal- asalan.

16Slameto, Belajar dan Faktor - fdktoryang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, him. 94.

17Roestiyah N.K, Masalah - masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta, cet. Ke -2, 1986, him. 37.

Pemilihan metode yang tepat disini adalah jika metode tersebut memuat nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan pesan pembelajaran yang secara fimgsional dapat di gunakan untuk merealisasikan nilai-nilai yang ada dalam tujuan pembelajaran Aqidah Akhlaq.

Selain metode yang di gunakan harus tepat, kurikulum dan tujuan untuk menopang intemalisasi dan transformasi nilai-nilai akhlaq ke dalam pribadi siswa juga ikut menunjang atau berperan dalam upaya membentuk pribadi murid muslim yang bertaqwa dengan akhlaq mulia dan hormat serta takdzim kepada gurunya.

Dengan kata lain, metode pendidikan yang tidak “tepat guna” akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga akan banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru akan “berdaya guna” dan “berhasil guna” jika mampu digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah diterapkan.18

2. Konsep Tentang Sikap Hormat Siswa pada Guru

Hormat disini mempunyai arti menghargai (takdzim, kidmat), perbuatan yang menandakan rasa kidmat atau takdzim (seperti menyembah, menunduk, menaruh atau memberi penghargaan).19.

Hormat kepada guru adalah melakukan hal - hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak

18Rohmat op.cit, him. 15.

bertentangan dengan agama. Seperti: tidak beijalan di hadapan guru, tidak duduk di tempat duduknya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, tidak berbicara macam - macam di hadapannya dan tidak menanyakan hal - hal yang membosankan.20

Termasuk juga memuliakan guru adalah tidak menipu guru, meminta maaf jika berkata dan berbuat keliru, memuliakan keluarganya dan juga memuliakan sahabat karibnya.21

Sedangkan sikap hormat siswa pada guru adalah mematuhi dan menghargai segala perintah dan larangan yang diberikannya. Karena seorang guru merupakan simbol “Pahlawan tanpa tandajasa”.

Islam sendiri mengajarkan, seorang murid yang baik hendaknya menghormati dan memuliakan gurunya. Adapun, sebab-sebab yang mengharuskan seorang murid haras menghormati dan memuliakan gurunya antara lain:

1. Guru adalah orang yang sangat mulia

Karena sesuai dengan hadis sebagaimana dikutip oleh M. Mansyur “bahwa pekerjaan belajar dan mengajar adalah lebih mulia daripada berdoa

20Aliy As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut llmu Pengetahuan (Terjemah Ta ’limul

A/w/’a/Z/mAMenara Kudus, Yogyakarta, 1978, hlm.23.

21Moh Mansyur,, Materi Pokok Aqidah Akhlak II, Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama, Jakarta, 1998, him. 190.

Artinya: “Adapun mereka dari majelis ibadah mereka sedang

berdo’a kepada Allah. Jika Allah mau , Allah menerima do’a mereka dan jika Allah mau Allah menolak d o ’a mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majelis pengajaran, mereka sedang mengajar manusia. Sesungguhnya aku diutus Tuhan adalah juga untuk menjadiguru”. 22

2. Guru adalah orang yang sangat besar jasanya

Karena pekeijaan dari seorang guru adalah mengajarkan ilmu yang didapatkannya, sedangkan ilmu adalah salah satu hal yang memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan ilmu itulah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya.Dan orang yang ingin sukses di dunia dan akherat harus dengan ilmu.

Sebagaimana hadis Nabi yang dikutip oleh M. Mansyur:

O 1 ^ \ ° ^ /y* O ^ 9 Q/y/ / ^ ^ y / 9

j j A j AjSka jl ( j - ® j \jjjl tal jl (j-Q

9 9 9yyy X 9 . y ^

Ajlxfl I

a

A

j

)

Artinya: “Barang siapa yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Bar ang siapa yang menghendaki akherat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akherat

kedua-duanya,wajib juga mempunyai ilmu”. 23 3. Dilihat dari segi usia

Karena apabila dilihat dari sudut usia jelas terlihat jarak yang sangat jauh. Seorang guru sudah dipastikan memiliki usia yang jauh lebih tua

22Moh Mansyur, op.cit, him. 188 23Ibid.

apabila di bandingkan dengan muridnya. Oleh karena itu, yang muda wajib menghormati orang yang lebih tua.24

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulnllah SAW yang dikutip oleh Humaidi Tatapangarsa:

u (- aJ"» J J ( J A L u Artinya : “Bukan dari umatku, orang yang tidaksayang kepada

yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua”.

Selain itu memuliakan dan menghormati guru termasuk salah satu penntah agama.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dikutip oleh Moh. Mansyur

Artinya : “Muliakanlah orang yang kamu belajar dari padanya”.( H.R. Abul Hasan A1 - Mawardi).

Sikap hormat murid pada guru tidak dapat dipaksakan begitu saja melainkan dengan cara penanaman Akhlaq yang mulia pada diri murid melalui pembelajaran Aqidah Akhlaq yang diberikan di sekolah. Dengan penggunaan metode yang tepat maka penanaman Akhlaq tentu akan tertanam pada diri murid yang bersangkutan. Sehingga tanpa dipaksapun sikap hormat dan takdzim pada guru akan terbiasa bagi para murid.

24Humaidi Tatapangarsa, Akhlaq Yang Mulia, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1980, him. 117 “ Moh Mansyur, op.cit, him. 188.

3. Siswa Sebagai Penerima Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Siswa sebagai khalayak sasaran atau sebagai penerima metode pembelajaran Aqidah Akhlaq di sekolah. Karena dengan metode pembelajaran Aqidah Akhlaq diharapkan siswa dapat menjadi pribadi yang baik, yang hormat, taat dan takdzim pada orang-orang yang berada di sekelilingnya. Dalam artian, kalau disekolah siswa tersebut hormat pada guru, di rumah hormat pada orang tua, dan di lingkungan masyarakat juga tetap harus hormat dan takdzim pada orang yang lebih tua. Sehingga metode pembelajaran Aqidah Akhlaq disini dinilai sangat penting dan sangat bermanfaat sekali karena dapat membuat moral dan akhlaq muridnya jauh lebih baik.

B. Telaah Hasil Penelitian

Setelah diadakan penelitian kurang lebih selama 60 hari dari tanggal 25 April sampai 25 Juni 2006 dapat dilihat bahwa dengan penggunaan metode pembelajaran aqidah akhlaq yang tepat dapat menumbuhkan dan membiasakan agar siswa hormat dan takzim kepada guru. Tentu saja hal ini didukung oleh perilaku dan ucapan para guru dalam kehidupan sehari hari dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah (masyarakat). Karena cara menanamkan akhlaq yang paling mudah adalah dengan memberikan contoh secara langsung dan juga harus dibiasakan secara terns menerus.

Jadi hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara penggunaan metode pembelajaran aqidah kahlaq dengan sikap hormat siswa kepada guru.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan obyek penelitian adalah siswa kelas VI semester 2 MI Kentengsari Desa Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan.

Dipilihnya MI Kentengsari karena belum pemah ada yang meneliti tentang hubungan antara metode pembelajaran aqidah akhlaq dengan sikap hormat siswa kepada guru pada sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 sebelum murid - murid melaksanakan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Madrasah (UAM) tahun pelajaran 2005/2006. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian selama satu bulan yaitu tanggal 25 April - 25 Juni tahun 2006.

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MI Kentengsari

MI Kentengsari berdiri pada tahun 1968 dengan luas wilayahnya 480 m . Tanah seluas 480 m adalah waqaf dari salah seorang warga dusun Tegal Rejo. Madrasah ini berdiri atas inisiatif dari para Kyai dan guru ngaji dari beberapa dusun, diantaranya: dari dusim Tegal Rejo

Kyai Suyuti, dari dusun Kedung Kyai Mukibad, dan dusun Culeng Kyai Zaenuri dan dari desa Kentengsari Bapak Nuriman. Dahulunya para Kyai tersebut mengajar para murid di dusun masing - masing. Akhimya teijadi kesepakatan, demi kebaikan dan kemajuan bersama dari masing - masing madrasah tadi digabung menjadi satu di daerah antara dusun tersebut yaitu di Desa Kentengsari. ” Madrasah Wajib Belajar ( M W B)” itulah nama madrasah ini untuk pertama kali sebelum akhimya menjadi MI Kentengsari. MWB masih sangat sederhana sekali, bangunannya masih swadaya dari masyarakat dusun sendiri. Para murid belajar dengan duduk secara lesehan karena terbatasnya sarana belajar yang tersedia. Jumlah muridnya kurang lebih 70 anak yang dijadikan satu dalam satu ruang belajar.

Yang menjadi Kepala Madrasah pertama kali Bapak Nuriman, kemudian Bapak Khudlori, Bapak Ahmadi dan Bapak Hambali hingga sekarang.

2 Letak Geografis

Batas - batas wilayah MI Kentengsari sebagai berikut: a) Sebelah Utara berbatasan dengan SD Negeri Kentengsari I. b) Sebelah Timur berbatasan dengan dusun Tegalrejo.

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Makam dusun Culeng. d) Sebelah Barat berbatasan dengan dusun Culeng.

1. Struktur Organisasi

Demi kelancaran pendidikan disusunlah struktur organisasi pengurus sebagai berikut:

---... — BENDAHARAI ST NUR1YAH WALI ^E L A S T SITI ROMDHONAH WALI KELAS IV NURIMAMJL KEPALA UAnDACAU H A \IBALI BENDAHARA II JULAEKHAH WALI KELAS II ENIK CHOIRIYAH WALI KELAS V MASLICHAN WAKA MADRASAH ROCHMAN SEKRETARIS ENIK CHOIRIYAH WALI KELAS VI ST NURIYAH

4. Keadaan Guru dan Siswa

Tenaga Pengajar di MI Kentengsari ada 8 orang termasuk Kepala Sekolah. Dari 8 guru tersebut masing - masing 4 orang guru laki - laki dan 4 orang guru perempuan. Dua guru sudah PNS dan enam guru yang lain guru tidak tetap (wiyata bakti).

Sedangkan keadaan murid di MI Kentengsari pada Tahun Pelajaran 2005/2006 beijumlah 116 anak. 50 anak laki - laki dan 66 anak perempuan, dengan perincian sebagai berikut:

Kelas I : 28 anak Kelas II : 14 anak Kelas I I I : 16 anak Kelas IV : 18 anak Kelas V : 19 anak Kelas V I: 21 anak Jiunlah :116 anak 5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah sebagai penunjang suksesnya proses belajar mengajar.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki MI Kentengsari adalah : a. Sarana Bidang Pendidikan

MI Kentengsari memiliki buku - buku pelajaran yang sudah mencukupi untuk kegiatan belajar mengajar. Baik buku - buku pelajaran maupun buku - buku cerita.

Peralatan mengajar sudah tersedia meskipun belum begitu

Dokumen terkait