• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA METODE PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU SISWA KELAS VI MI KENTENGSARI KEDUNGJATI GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20052006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA METODE PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAQ DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU SISWA KELAS VI MI KENTENGSARI KEDUNGJATI GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 20052006"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU

SISWA KELAS VI MI KENTENGSARI KEDUNGJATI

GROBOGAN

TAHUN PELAJARAN 2005/2006

S K R I P S I

OLEH:

N IM :

11404058

SEKOLAH TINGGIAGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(2)

DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA GURU

SISWA KELAS VI MI KENTENGSARI KEDUNGJATI

GROBOGAN

TAHUN PELAJARAN 2005/2006

S K R I P S I

(Diajukan untukJMemenufii Tugas

Dan MeCeng^api Syarat guna MemperoCeh

geCarSarjana cCaCam Kmu (Tar6iya/i

O L E H :

y r w v w r j w f

N I M : 11404058

SEKOLAH TINGGIAGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

(3)

SALATIGA

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 1 (satu) naskah Salatiga, 27 Agustus 2006

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada

Yth. Ketua STAIN

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa:

Nama

HUBUNGAN ANTARA METODE PEMBELAJARAN

AQIDAH AKHLAQ DENGAN SIKAP HORMAT

SISWA KEPADA GURU SISWA KELAS VI MI

KENTENGSARIKEDUNGJATIGROBOGAN TAHUN

PELAJARAN 2005/2006.

Untuk diajukan dalam Sidang Munaqasyah Skripsi.

Demikian untuk menjadikan periksa.

Wassalam ’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

/ f a

-Drs. KH. Nasafi

(4)

Judul

Nama

N IM

Program Studi

: HUBUNGAN ANTARA METODE PEMBELAJARAN AQIDAH

AKHLAQ DENGAN SIKAP HORMAT SISWA KEPADA

GURU SISWA KELAS VI MI KENTENGSARI KEDUNGJATI

GROBOGAN TAHUN PELAJARAN 2005/2006

: ST Nuriyah

: 11404058

: Pendidikan Agama Islam (PAI)

Salatiga, 27 Agustus 2006

Dewan Penguji,

Drs. Badwan, M.Ag NIP.150198743

Penguji II

(5)

Maha Penyayang, atas limpahan rahmat serta karunia-Nya.

Sholawat serta salam sejahtera, peneliti haturkan kepada Beliau Rasulullah

SAW, selaku pembawa panji - panji Islam dan sebagai penuntun dari jalan

kesesatan dan kegelapan menuju jalan kebenaran.

Dengan pertolongan Allah SWT, Alhamdulillah peneliti mampu

menyelesaikan skripsi ini dalam waktu yang telah ditentukan, dengan judul

“Hubungan Antara Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq Dengan Sikap

Hormat Siswa Kepada Guru Siswa Kelas VI MI Kentengsari Kedungjati

Grobogan

Peneliti menyadari sepenuhnya akan segala kekurangan dan kelemahan

dalam penyusunan Skripsi ini baik penyusunan kata - kata maupun isinya.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati peneliti sangat mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi penyempumaan

skripsi ini. Tidak lupa peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar -

besamya kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

2. Bapak Drs. K.H. Nasafi selaku dosen Pembimbing dalam penulisan skripsi.

3. Keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan dan motivasi demi

terselesaikannya skripsi ini.

4. Semua pihak yang telah menyumbangkan pikirannya dalam pembuatan

skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal dan budi baik mereka mendapatkan balasan yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Akhimya kami berharap semoga skripsi ini bermanfaat

bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

(6)

^uuaJ

s ' *

(jUaJalj j) (J ^-2k Vi ^QJ V CLux j Ld

Artinya: “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempumakan akhlak yang

luhur” (H.R. Ahmad)

Artinya: “Belajarlah karena sesungguhnya ilmu itu akan menjadikan perhiasan

bagi empunya”

s^ j 5

'£? i£lS£S ^ J j

-Artinya : “ Niscaya Allah akan meninggikan orang - orang yang beriman

diantaramu dan orang - orang yang diberi pengetahuan beberapa

derajat”.(Al Mujadilah: 11)

(7)

ST Nuriyah, 2006: Hubungan Antara Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

dengan Sikap Hormat Siswa Kepada Guru, Siswa Kelas

VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan Tahun Pelajaran

2005/2006. Skripsi, Jurusan Tarbiyah, STAIN Salatiga

2006. Pembimbing : Drs. H. Nasafi

Kata Kunci : Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui hubungan antara

Penggunaan Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq dengan Sikap Hormat

Siswa Kepada Guru, Siswa kelas VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan

Tahun Pelajaran 2005/2006.

Penelitian ini dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2005/2006 di

MI Kentengsari Kedungjati Grobogan dengan penelitian konkret dengan siswa

kelas VI sebagai obyek penelitian. Karena Jumlah siswa kurang dari 100 maka

seluruh populasi menjadi obyek penelitian, dengan teknik sampling total

sampling. Dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan

menggunakan beberapa metode angket, metode wawancara atau interview.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data dianalisis dengan

menggunakan rumus korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan

antara Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq dengan Sikap Hormat Siswa

Kepada Guru Siswa Kelas VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan Tahun

Pelajaran 2005/2006.

(8)

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibuku yang telah banyak berkorban demi kesuksesan

pendidikan dan masa depan kami.

2. Adik - adikku tercinta yang selalu memberi motivasi demi

terselesaikannya skripsi ini.

3. Semua Dosen Pengajar dan Pembimbing skripsi dari STAIN Salatiga

yang telah mengajarkan ilmu tanpa kenal lelah.

4. Semua teman yang telah membantu dalam segala kesulitan.

(9)

A. Latar Belakang Masalah

Dalam proses pendidikan diperlukan suatu perhitungan tentang

kondisi dan situasi dimana proses pendidikan Islam akan lebih terarah

kepada tujuan yang hendak dicapai karena segala sesuatunya telah

direncanakan secara matang. Itulah sebabnya pendidikan disini

memerlukan strategi atau metode yang menyangkut pada masalah

bagaimana melaksanakan proses pendidikan terhadap sasaran pendidikan

dengan melihat situasi dan kondisi yang ada, juga bagaimana agar dalam

proses tersebut tidak terdapat hambatan serta gangguan baik gangguan

yang berasal dari internal maupun berasal dari ekstemal. Karena dengan

penggunaan metode yang tepat maka sudah dapat dipastikan tujuan dari

proses kegiatan belajar mengajar tersebut akan tercapai.

Dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar tersebut tentu banyak

tujuan yang hendak dicapai oleh seorang guru, karena kegiatan mengajar

disini adalah membimbing siswa agar mengalami proses belajar. Dalam

proses belajar mengajar tersebut seorang guru mempunyai tugas untuk

mendorong, membimbing dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-

murid. Sehingga sangat jelas di sini bahwa peran seorang guru telah

meningkat dari sebagai pengajar menjadi direktur pengarah belajar

(10)

Bab IV : ANALISIS DATA. 42

Bab V : KESIMPULAN DAN PENUTUP

A. Kesimpulan 59

B. Saran 60

Daftar Pustaka

Lampiran

Daftar Riwayat Hidup Penulis

(11)

Tabel Halaman

A. Deskripsi Data

1. Tabel I.

Daftar Hasil Perolehan Angket Metode Pembelajaran Aqidah

Akhlaq 44

2. Tabel II

Daftar Hasil Angket Metode Pembelajaran Aqidah

Akhlaq 46

3. Tabel III

Prosentase Hasil Angket Metode Pembelajaran

Aqidah Akhlaq 48

4. Tabel IV

Daftar Hasil Perolehan Angket Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

Siswa Kelas VI MI Kenetengsari Kedungjati Grobogan ... 49

5. Tabel V

Daftar Hasil Angket Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

Siswa Kelas VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan... 51

6. Tabel VI

Prosentase Hasil Angket Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

(12)

B. Pengujian Hipotesis ... 55

(13)

Halaman Pengajuan Skripsi ...ii

Halaman Pengesahan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Lembar Motto ... v

Halaman Persembahan ... vi

Abstrak ... vii

Daftar Isi viii DaftarTabel ... x

Bab I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Hasil Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

F. Hipotesis 10 G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 19

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

I. Telaah Teoretik 22

(14)

(director o f learning), yang mana tugas dan tanggung jawabnya menjadi

lebih meningkat yang ke dalamnya termasuk fungsi-fungsi guru sebagai

perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai

motivator belajar dan sebagai pembimbing.

Namun tugas dan tanggung jawab seorang guru terhadap muridnya

tidak hanya sebatas itu, ada tugas lain yang tidak kalah pentingnya yakni

penciptaan moral perilaku murid-murid di sekolah. Karena dewasa ini tidak

jarang ditemui masih banyak murid-murid yang berperilaku kurang sopan

terhadap gurunya.

Dalam ungkapan Jawa berbunyi “Guru iku wong sing kern digugu lan

ditiru ’’(guru itu orang yang bisa dipercaya dan dicontoh)1. Jadi sebagai

seorang guru yang harus dapat memberi contoh yang baik dalam perkataan

dan perbuatan, terus-menerus bertindak sebagai pendidik moral,

mengajarkan pada murid-murid tentang apa yang harus dilakukan, menilai

perilaku mereka di sekolah, dan memantau relasi sosial mereka di dalam

kelas.2 Karena pendidikan moral tidak hanya berasal dari lingkimgan

keluarga saja, namun lingkungan sekolah juga turut berperan.

“ ..Walaupun pendidikan dalam lingkungan keluarga merupakan suatu persiapan pertama yang baik sekali bagi kehidupan moral anak, namun kegunaannya cukup terbatas terutama dalam hal semangat disiplin. Hal yang

'Aries Muthohar, Tata Krama di rumah, sekolah dan masyarakat, Surabaya, cet.l 2001, him. 56.

(15)

esensial bagi semangat disiplin yakni rasa hormat terhadap peraturan, nyaris tidak pemah berkembang dalam keluarga. Karena keluarga merupakan kelompok orang yang sangat kecil, dan seorang anak harus belajar mengeijakan tugasnya sebab itulah kewajibannya. Masa belajar inL.menjadi tanggung jawab sekolah..” 3

Salah satu pendidikan moral yang lakukan oleh guru disekolah adalah

dengan diberikaxmya pembelajaran aqidah akhlaq kepada murid-murid.

Karena dengan adanya pembelajaran aqidah akhlaq akan menciptakan atau

membentuk manusia (dalam hal ini adalah murid-murid) yang berakhlaq

mulia sesuai dengan ajar an Islam.4

Mata Pelajaran Aqidah Akhlaq adalah salah satu bagian dari mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai wahana

pemberian pengetahuan, bimbingan dan pengembangan kepada siswa agar

dapat memahami, meyakini dan menghayati kebenaran ajar an Islam, serta

bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari - hari.5

Kemampuan dasar yang diberikan kepada siswa tentang ajar an Islam

untuk mengembangkan kehidupan beragama sehingga menjadi muslim

yang tidak hanya beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT tetapi juga

3Ibid, him. 120

^Nasrun Rusli, Materi Pokok Aqidah Akhlaq I, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 1992, hlm.2.

5Kurikulum Pendidikan Dasar Berciri Khas Agama Islam Garis - garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Madrasah lbtidaiyah (MI), Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Jakarta, 1994, him. 43.

(16)

berakhlaq mulia sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat dan sebagai

warga negara.6

Sedangkan tujuan dari pendidikan akhlaq menurut Ibnu Maskawaih

adalah tenvujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan

untuk terwujudnya sikap yang bemilai baik.7

Maksud dari berakhlaq mulia disini adalah sikap hormat dan takzim

kepada guru. Karena sebagaimana diketahui seorang guru adalah seorang

yang paling beijasa dalam kehidupan kita karena telah memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada kita sehingga kita lebih memiliki

wawasan dan mengetahui sesuatu yang sebelumnya tidak kita ketahui (

baik IPTEK maupun IMTAQ). Selain itu guru adalah pengganti peran

orang tua disekolah sehingga sudah seharusnya jika seorang murid

menaruh hormat dan takzim kepada gurunya sebagaimana mereka menaruh

hormat dan takzim kepada orang tuanya di rumah.

Sehingga tidak akan lagi kita jumpai seorang murid yang bertemu

gurunya di jalan mengucapkan :”Hallo Bu !”. Tetapi hati kita akan

tersentuh ketika murid - murid mengucapkan :”Assalamu’alaikum Bu !,

Selamat siang Bu !, Sugeng sonten Bu !, Bade tindakpundi Bu !”.

Pandangan umum menyatakan bahwa sikap hormat dan takzim murid

kepada guru disini juga dipengaruhi oleh metode yang digunakan dalam

6Ibid, him 43.

7Rindang No. 07 TH. XXX Februari 2005, Metode Pendidikan Akhlak Ibnu Maskawaih,

(17)

proses pembelajaran. Pandangan tersebut dinilai masih perlu di buktikan

terlebih dahulu kebenarannya melalui penelitian yang berkesinambungan

dan mencakup berbagai aspek yang terkait di dalamnya. Jadi tujuan yang

hendak dicapai seorang guru terhadap muridnya dalam konteks pengajaran

Islam tentunya adalah menjadikan muridnya sebagai orang yang terbentuk

pribadi muslim yang bertakwa serta terbentuk moral dan akhlaqnya sedari

dini untuk menjamin kehidupan masa depan melalui proses tingkah laku

pembelajaran baik dari lingkungan keluarga terlebih dulu, lingkungan

sekolah sampai pada lingkimgan masyarakat. Penanaman dan pembiasaan

ini perlu dilakukan sejak dini karena anak adalah amanat yang sangat

berharga, apa yang diajarkan dan dibiasakan sejak kecil akan tertanam dan

o

tertancap kuat dan meresap dalam jiwanya. Hingga pada akhimya

terbentuklah moral dan akhlaq bangsa yang terpuji melalui rasa hormat dan

takzim yang sejak dini telah diajarkan oleh guru.

Oleh karena itu pentingnya tujuan yang ingin dicapai guru terhadap

para muridnya harus dilakukan dengan metode proses pembelajaran yang

sangat rinci, maka guru hendaknya mencari suatu bahan yang berwawasan

luas dan tidak keluar dari konteks pembentukan moral dan akhlak yang

akan digunakan untuk proses pembelajaran yang berdaya guna dan

bermanfaat bagi masa depan dan bagi generasi penerusnya. 8

(18)

Dalam konteks tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Aqidah akhlaq

dengan sikap hormat siswa pada guru. Siswa yang dipilih untuk dijadikan

khalayak sasaran adalah siswa kelas VI MI Kentengsari Kecamatan

Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2005/2006, alasannya

adalah karena siswa kelas VI dinilai sudah memiliki kemampuan untuk

menganalisa materi pelajaran khususnya mengenai aqidah akhlaq yang

diberikan oleh guru.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan diatas, maka dapat ditarik sebuah

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah metode pembelajaran Aqidah Akhlaq yang dipakai di

kelas VI MI Kentengsari Tahun Pelajaran 2005/2006 ?

2. Bagaimanakah sikap hormat siswa kelas VI MI Kentengsari Tahun

Ajaran 2005/2006 terhadap gurunya ?

3. Bagaimanakah hubungan antara penggunaan metode pembelajaran

Aqidah Akhlaq dengan sikap hormat siswa kelas VI pada guru di MI

Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun

Pelajaran 2005/2006 ?”

(19)

Agar dapat memberikan gambaran konkret serta arah yang jelas dal am

pelaksanaan penelitian ini maka perlu dirumuskan tujuan yang hendak di

capai yakni untuk mengetahui:

1. Mengetahui metode pembelajaran Aqidah Akhlaq yang di pakai di kelas

VI MI Kentengsari Tahun Pelajaran 2005/2006 .

2. Mengetahui sikap hormat siswa kelas VI MI Kentengsari Tahun

Pelajaran 2005/2006.

3. Mengetahui tingkat hubungan antara metode pembelajaran Aqidah

Akhlaq dengan sikap hormat siswa kelas VI pada Guru di MI

Kentengsari Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan Tahun

Pelajaran 2005/2006.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi yang jelas

tentang ada tidaknya hubungan antara penggunaan metode pembelajaran

Aqidah Akhlaq dengan sikap hormat siswa pada guru. Dari informasi

tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat teoretik mapun secara

praktis, yaitu:

1. Secara Teoretik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat

memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam yang diperoleh dari

(20)

2. Secara Praktis, apabila ada hubungannya, hal ini berarti bagi guru

agama khususnya dapat memperoleh pemahaman tentang arti

pentingnya penggunaan metode pembelajaran Aqidah Akhlaq yang

temyata mempunyai pengaruh terhadap sikap hormat siswa pada guru.

Selanjutnya dari pemahaman tersebut guru agama dapat menggunakan

metode yang tepat dalam pembelajaran Aqidah Akhlaq.

E. Definisi Operasional

Sebelum membahas tentang definisi operasional, maka perlu diketahui

tentang variabel penelitian, yang dalam hal ini terdapat dua variabel, yakni

variabel X dan variabel Y, untuk variabel X adalah “Metode pembelajaran

Aqidah Akhlaq” sedangkan variabel Y adalah “Sikap hormat siswa pada

guru ” dengan demikian bahasan tentang definisi operasionalnya

didasarkan pada dua variabel tersebut.

1. Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Metode pembelajaran Aqidah Akhlaq sebagai variabel X

dioperasionalkan sebagai teknik atau cara yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran Aqidah Akhlaq agar tujuan yang hendak dicapai yaitu

menumbuhkan dan membiasakan sikap hormat siswa pada guru dapat

terwujud.

Metode pembelajaran Aqidah Akhlaq yang ajarkan oleh guru di

(21)

a. Metode yang dipakai untuk membiasakan siswa berkata baik atau

t

sopan.

b. Metode yang dipakai agar anak mematuhi perintah guru.

c. Metode yang dipakai agar siswa berpakaian yang baik sesuai dengan

peraturan.

d. Metode yang dipakai agar siswa bertingkah laku baik di lingkungan

sekolah.

e. Metode yang dipakai agar siswa bertingkah baik di luar lingkungan

sekolah.

2. Sikap Hormat Siswa Pada Guru

Sedangkan mengenai sikap hormat siswa pada guru dioperasionalkan

sebagai hasil pengaruh (efek) komunikasi setelah diberikan metode

pembelajaran Aqidah Akhlaq oleh guru di sekolah.Adapun indikator dari

sikap hormat siswa pada guru disini adalah meliputi:

a. Mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan atau diperintahkan

guru.

b. Memberikan jawaban atas pertanyaan yang berikan oleh guru.

c. Tidak berbicara tanpa seijin oleh guru.

d. Tidak menggunakan kata-kata kasar dan tidak sopan saat

berbicara dengan guru.

e. Tidak duduk di tempat duduk guru.

(22)

g. Tidak keluar dan masuk kelas tanpa seijin guru.

h. Mengucap salam saat bertemu dengan guru.

i. Tidak melakukan perbuatan yang membuat guru marah.

j . Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

3. Siswa Kelas VI MI Kentengsari

Definisi dari siswa kelas VI MI Kentengsari dalam penelitian ini adalah

siswa yang bersekolah atau mengenyam pendidikan di MI Kentengsari,

siswa yang dimaksud disini adalah siswa kelas VI.Hal ini dikarenakan

siswa kelas VI dinilai sudah mampu menganalisa semua pelajaran

khususnya mengenai materi pelajaran Aqidah Akhlaq yang diberikan oleh

guru, selain itu siswa kelas VI sudah mampu untuk berpikir secara rasional.

F. Hipotesis

Istilah hipotesa disini sebenamya adalah kata majemuk, berasal dari

kata hipo dan tesa. Hipo berasal dari kata Yunani yakni hupo yang berarti

di bawah, kurang atau lemah. Sedangkan tesa berasal dari thesis, yang

mempunyai arti teori atau proporsi yang disajikan sebagai bukti. Jadi yang

dimaksud hipotesa adalah pemyataan yang masih lemah kebenarannya dan

masih perlu untuk dibuktikan kembali kenyataan atau kebenarannya.9

Dalam penelitian ini di rumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Altematif (Ha)

’Sutrisno Hadi, Statistik, Andi, Yogyakarta, Ed. 1, cet.18,2000, him. 257.

(23)

Ada hubungan positif antara metode pembelajaran Aqidah Akhlaq

dengan sikap hormat siswa kelas VI pada guru di MI Kentengsari

Tahun Pelajaran 2005/2006.

2. Hipotesis Nol (Ho)

Tidak ada hubungan antara metode pembelajaran Aqidah Akhlaq

dengan sikap hormat siswa kelas VI pada guru di MI Kentengsari

Tahun Pelajaran 2005/2006.

G. Metode Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”.10 Sedangkan Sutrisno

Hadi berpendapat yang dimaksud dengan populasi adalah “seluruh

penduduk yang dimaksudkan untuk di selidiki. Populasi di batasi sebagai

sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai sifat yang

sama.11

Berdasarkan dua pendapat tersebut seluruh penduduk atau individu

dal am wilayah penelitian, yang nantinya akan dikenai hasil penelitian.

Adapun populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas VI MI

Kentengsari Tahun Pelajaran 2005/2006 yang beijumlah 21 siswa.

2.Sampel Penelitian

10Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta, 1995, him. 115. 11 Sutrisno Hadi, op.cit, him. 220.

(24)

Menurut Suharsimi Arikimto yang maksud dengan sampel disini adalah

sebagian atau wakil populasi yang diselidiki.12 13 Sedangkan menurut

Sutrisno Hadi yang dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari 1 "2

populasi.

Berdasarkan dari dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan

wakil dari keseluruhan subyek penelitian. Mengenai besar kecilnya sampel

tidak ada ketentuan, tetapi semakin besar sampel yang diambil maka

kesimpulan yang diambil semakin baik.

Karena jumlah siswa kelas VI MI Kentengsari kurang dari 100 anak,

maka seluruh sampel diambil sehingga merupakan penelitian populasi

(total sampling).

3. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode penelitian data yang digunakan adalah :

a. Metode Pokok

1). Metode angket

Angket sering dikenal dengan kuisioner. Pada dasamya kuisioner

adalah daftar pertanyaan yang hams diisi oleh orang yang akan diukur

(responden). Dengan kuisioner ini orang dapat diketahui tentang keadaan

atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap atau pendapat dan lain-lain.

(25)

Tentang jenis kuesioner,dapat ditinjau dari beberapa segi:

a) . Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, maka a d a:

( 1) . Kuesioner langsung

Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirim dan

diisi langsung oleh orang yang dimintai jawaban tentang dirinya.

( 2) . Kuesioner tidak langsung

Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan

diisi oleh bukan orang yang dimintai keterangannya. Kuesioner

tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi

tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.

b) . Ditinjau dari segi cara menjawab

Ditinjau dari segi cara menjawab maka dibedakan atas :

(1 ). Kuesioner tertutup

Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan

menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisian hanya

tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.

(2 ). Kuesioner terbuka

Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang disusun sedemikian

rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.

Kuesioner terbuka disusim apabila macam jawaban pengisian

(26)

ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin

diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan.

Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat

seseorang.

(3 ). Daftar cocok ( check list)

Yang dimaksud dengan daftar cocok ( check list) adalah deretan

pemyataan ( yang biasanya singkat - singkat), dimana responden

yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( V) di tempat

yang sudah disediakan.

Metode angket ini mempunyai kelebihan dan kekurangan,

kelebihannya adalah : angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data

pada responden dal am jumlah banyak, adanya pertanyaan yang seragam

dan adanya kebebasan dalam menjawab. Sedangkan kekurangannya adalah

: belum menjamin adanya jawaban yang tepat, pemberian angket terbatas

pada yang bisa membaca dan menulis, serta kadang - kadang angket tidak

dijawab atau dikembalikan.

Metode angket ini yang dipakai untuk mendapatkan data tentang

metode yang dipakai dalam pembelajaran aqidah akhlaq dan bagaimana

sikap hormat siswa pada guru di MI Kentengsari. Penyusunan dan

penggunaan angket dalam penelitian ini menggunakan langkah - langkah

sebagai berikut:

(27)

Penyusunan kisi - kis item angket ini mengungkap aspek metode yang

dipakai dalam pembelajaran aqidah akhlaq dan sikap hormat siswa pada

guru. Adapun metode yang dipakai dalam pembelajaran aqidah akhlaq

yang akan diungkap meliputi lima indikator yaitu : membiasakan berkata

yang baik, agar anak mematuhi perintah guru, agar anak berpakaian yang

baik sesuai dengan peraturan, agar anak bertingkah laku yang baik

disekolah, agar anak bertingkah laku yang baik di luar sekolah.

Sedangkan sikap hormat siswa pada guru yang akan diungkap ada sepuluh

indikator yaitu : mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan dan

diperintahkan guru, memberi jawaban atas pertanyaan guru, tidak berbicara

tanpa seijin guru, tidak menggunakan kata - kata kasar dan tidak sopan saat

berbicara dengan guru, tidak duduk di tempat duduk guru, tidak beijalan

tanpa permisi di depan guru, tidak keluar dan masuk kelas tanpa seijin

guru, mengucap salam saat bertemu dengan guru, tidak melakukan

perbuatan yang membuat guru marah, mengeijakan tugas yang diberikan

oleh guru.

2) . Membuat item angket

Item angket dalam penelitian ini responden tinggal memilih dan

melingkari huruf di depan jawaban yang tersedia.

3) . Membuat skore

Dari tiap - tiap angket kemudian disusun dan dibuat altematif

(28)

siswa. Dari masing - masing jawaban, lalu ditentukan skala penilaiannya

atau skomya. Adapun tahapan dalam membuat skore dan penilaian tersebut

adalah sebagai berikut:

a) . Menilai jawaban angket menurut ketentuan urutan skore yang telah

ditentukan untuk tiga kategori jawaban adalah sebagai berikut:

- Nilai tertinggi = 3

- Nilai sedang = 2

- Nilai terendah = 1

b) . Menetapkan nilai atau skore yang diperoleh untuk setiap subyek dengan

cara menjumlahkan skore yang diperoleh dari masing - masing item.

Adapun hasil yang akan diperoleh sebagai berikut:

- Angket tentang Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq :

- Skore minimal = 1 x 20 = 20

- Skore maksimal = 3 x 20 = 60

Jadi skore akan bergerak antara 20 - 60

- Angket tentang Sikap Hormat Siswa Kepada G uru:

- Skore minimal = 1 x 20 - 20

- Skore maksimal = 3 x 20 = 60

Jadi skore akan bergerak antara 20 - 60

Pembagian angket atau kuisioner kepada responden setelah mendapat

izin dari Kepala Sekolah. Responden terdiri dari siswa kelas VI MI

(29)

2). Metode Dokumentasi

Metode Dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang

dilakukan dengan menginventarisasikan dokumen yang ada. Dokumen

mengandung arti sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya

terdiri dari penjelasan, penilaian terhadap peristiwa serta ditulis dengan

sengaja untuk menyimpan keterangan tentang peristiwa tersebut.

b. Metode Bantu

1). Metode Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik.

Metode Observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang lokasi

sekolah.

Ada 3 macam observasi:

a) . Obsevasi Partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat

dan pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang

sedang diamati. Observasi Partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika

pengamat betul - betul mengikuti kegiatan kelompok, bukan hanya

pura - pura. Dengan demikian, ia dapat menghayati dan merasakan

seperti apa yang dirasakan orang - orang dalam kelompok yang

diamati.

b) . Observasi Sistematik, yaitu observasi dimana faktor - faktor yang

diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut

(30)

observasi sistematik ini pengamat berada di luar kelompok. Dengan

demikian maka pengamat tidak dibingungkan oleh situasi yang

melingkungi dirinya.

c). Observasi Eksperimental

Observasi Eksperimental teijadi jika pengamat tidak berpartisipasi

dalam kelompok. Dalam hal ini dapat mengendalikan unsur - unsur

penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu dapat

diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.

Metode Observasi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan,

kelebihannya adalah : merupakan alat langsung untuk menyelidiki

bermacam gejala, kemungkinan pencatatan yang serempak dengan

teijadinya suatu gejala, banyak kejadian penting yang diperoleh dengan

pencatatan langsung. Sedangkan kelemahannya adalah : keadaan yang

sangat pribadi tidak dapat diungkap, akan teijadi manipulasi data bila

respon mengetahuinya dan memakan waktu lama.

3. Metode Wawancara

Wawancara atau interviu ( interview ) adalah suatu metode atau cara

yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara

tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini

responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan

pertanyaan. Pertanyaan hanya diajukan oleh subyek evaluasi.

(31)

1) . Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk

mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan - patokan yang

telah dibuat oleh subyek evaluasi.

2) . Interview terpimpin yaitu interview yang dilakukan oleh subyek

evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan - pertanyaan yang sudah

disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal ini responden pada waktu

menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan

oleh penanya. Pertanyaan itu kadang - kadang bersifat sebagai yang

memimpin, mengarahkan dan penjawab sudah dipimpin oleh sebuah

daftar cocok, sehingga dalam menuliskan jawaban ia tinggal

membubuhkan tanda cocok ditempat yang sesuai dengan keadaan

responden.

Metode Interview ini mempunyai kelebihan dan kekurangan,

kelebihannya adalah pertanyaan yang kurang jelas dapat dipeijelas, bahasa

yang digunakan dapat disesuaikan denagn keadaan responden. Sedangkan

kekurangannya adalah : memerlukan waktu, tenaga yang banyak,

membutuhkan keahlian khusus.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

Halaman Judul

Halaman Pengajuan Skripsi

(32)

Halaman Persembahan

Abstrak

Daftar Isi

Daftar Tabel

Bab I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Hasil Penelitian

E. Definisi Operasional

F. Hipotesis

G. Metode Penelitian

H. Sistematika Penulisan

Bab II : TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Teoretik

B. Telaah Hasil Penelitian

Bab III : LAPORAN PENELITIAN

Bab IV : ANALISIS DATA.

Bab V : KESIMPULAN DAN PENUTUP

(33)

Daflar Pustaka

Lampiran

(34)

A. Telaah Teoretik

1. Konsep Tentang Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Berdasarkan kamus besar Bahasa Indonesia metode diartikan sebagai

cara keija yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan

guru untuk mencapai tujuan yang akan di tentukan.1

Ada juga yang berpendapat metode adalah “wasilah” yang berarti

sarana, lantaran. Sebagian ulama’ lain mengatakan bahwa “kaifiyah”berarti

cara, sedangkan “thariqah” bermakna jalan.2

Metode Mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara - cara

mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur untuk

mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa baik secara

individu maupim klasikal agar pelajaran dapat diserap, dipahami dan

dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.3

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat metode mengajar adalah sistem

penggunaan teknik - teknik dalam interaksi dan komunikasi antara guru

‘Tim Pengusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bshasa Indonesi, Balai Pustaka, Jakarta, cet ke -4, 1993, him. 580

2Rohmat, Strategi Belajar Mengajar, STAIN Surakarta, Surakarta, 2000, him. 23. 3Mansyur, Materi Pokok Strategi Belajar Mengajar, Direktorat Jenderal Pembinaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 1998, hlm.142.

(35)

dan murid dalam pelaksanaan program belajar mengajar sebagai proses

pendidikan.4

Metode Mengajar ialah teknik penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar murid dapat menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicemakan oleh anak didik dengan baik.

Metodologi Pengajaran Agama Islam adalah cara yang efektif dan efisien dengan kajian ilmiah yang sistematis dalam menyajikan materi pelajaran agama Islam agar mudah dipahami, dihayati dan dikuasai oleh peserta didik dengan gembira dan menyenangkan.5

Pengertian aqidah adalah keyakinan yang tersimpul kokoh di dalam

hati, bersifat mengikat dan mengandung suatu peijanjian.6

Sedangkan pengertian akhlaq secara etimologi, kata akhlaq berasal dari

bahasa arab ahlakun yang merupakan bentuk jama’ dari mufrod khuluk

yang berarti tingkah laku, perangai, tabi’at, watak, moral, etika atau budi

pekerti.

Menurut Prof. Dr. Oemar Muhammad A1 - Taumi A1 Syaybany, akhlaq

adalah kebiasaan sikap atau sikap yang mendalam dalam jiwa sehingga

timbul perbuatan - perbuatan dengan mudah .7

Metode Perbaikan Akhlaq menurut Ibnu Maskawaih bermakna

perbaikan dan menuju baik ( berasal dari buruk ). Perbaikan akhlaq antara

4Zakiah Darajat, Kepribadian Guru, Bulan Bintang, Jakarta, 1982, him. 47.

5Hery Setiyatna, Pokok - pokok Umum Metodologi Pengajaran Agama Islam, STAIN Surakarta, Surakarta, 2001, him. 1

6Abdul Qodir Atha, 1993, him. 8.

(36)

remaja dan dewasa dipisahkan karena terdapat perbedaan perkembangan

g

Jiwa.

Dari pengertian metode diatas maka diambil kesimpulan yang

dimaksud dengan metode pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah suatu

teknik penyajian yang di kuasai oleh seorang guru untuk mengajar atau

menyajikan materi pelajaran kepada siswa di dalam kelas baik secara

individual maupun secara kelompok atau klasikal agar pelajaran Aqidah

Akhlaq dapat dengan mudah diserap, dipahami dan dimanfaatkan dengan

baik oleh siswa sekaligus dapat menyenangkan siswa. Penanaman akhlaq

ini memang harus ditanamkan semenjak anak masih kecil selain daya ingat

mereka yang masih bagus kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan

terns dilakukan hingga dewasa.

Artinya : “ Menanamkan akhlaq yang luhur dalam pribadi anak dan

menyiram dengan air bimbingan dan nasehat sehingga

menjadi karakter pribadinya, kemudian menumbuhkan 8

(37)

keutamaan, kebajikan dan cinta atau kasih beramal demi

kebaikan tanah airnya”.9

Selain itu akhlaq juga lebih mulia dari ilmu dan akal. Hal ini

berdasarkan A1 - Qur’an dan A1 Hadits yang menekankan betapa

pentingnya dan mulianya akhlaq, sebagaimana firman Allah SWT yang

berbunyi:

Artinya : “Dan sesungguhnya kamu benar - benar berbudi pekerti yang

luhur “ (Q.S. Al. Qolam : 4)10 11

Sebagai seorang pendidik, guru disini perlu mempertimbangkan

metode apa yang akan digunakan untuk menyajikan pesan pembelajaran,

karena memang tidak semua metode sesuai dan dapat digunakan untuk

setiap bidang studi yang akan diajarkan oleh guru kepada muridnya.

Dalam pemilihan metode juga harus mempertimbangkan tujuan khusus

yang hendak dicapai dan keadaan siswa yang mengikuti kegiatan belajar

mengajar.

Adapun metode - metode yang digunakan untuk menyampaikan materi

pelajaran antara lain :

1. Metode dengan menggunakan kata - kata.

9Syekh Mustofa Al Ghulayani, Idhotun Nasiin, Beirut, him. 189.

10,Asjad, Al- Qur’an dan terjemahnyajuz l s / d 30, Sinar Barn Algensindo, Bandung, 1987, him. 451.

(38)

Di dalam hal berbicara guru merupakan central komunikasi kelas,

bukan saja ingin dipahami artinya oleh pebelajar, akan tetapi kata -

katanya bahkan perilaku dapat ditiru oleh pebelajar. Sebagaimana

diketahui bahwa pebelajar bukan saja ingin tahu apa yang dikatakan

guru akan tetapi ingin pula menirukan apa dan bagaimana guru berkata,

selain itu juga bagaimana perilaku/pribadi seorang pendidik.

2. Metode Tauladan

Cara - cara mengajar dengan memberikan contoh - contoh yang

baik sangat diperlukan untuk dapat dilakukan oleh semua pendidik.

Rasulullah sebagai pendidik dan pengajar memiliki predikat

“pendidikan dan pengajar agung” yang diberi anugerah predikat oleh

Allah SWT sebagai “uswatun hasanah”. Sebagaimana difirmankan

dalam A1 - Qur’an surat A1 Ahzab ayat 21:

All)

(jls

A

U n ? k

Artinya: “ Sesungguhnya, telah ada pada diri Rasulullah itu suri

tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang

mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat

dan yang banyak mengingat Allah”.

(39)

Jika I’tiba’ pada Rasulullah SAW maka sebagai pendidik

seharusnya berusaha agar dapat menjadi “uswatun hasanah”. Walaupun

diakui sangat tidak mungkin seperti keadaan Nabi Muhammad SAW.

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Nabi sebagai “uswatun hasanah”

untuk semua manusia yang mengharapkan rahmat Allah dan

mempunyai keyakinan adanya hisab dihari kiamat serta bagi mereka

yang ingat kepada Allah SWT.

Metode ini sangat tepat bila untuk mendidik akhlaq sebab mengajar

akhlaq kepada pengajar sendiri haras berakhlaq supaya tujuan dari

pengajaran akhlaq itu terpenuhi sasarannya, terlebih bagi pendidikan

dasar, mereka masih dal am lingkup pengembangan sifat - sifat

imitasinya. Maksudnya kecenderangan menira tentang yang didengar,

yang dikatakan dan yang diperbuat oleh orang - orang dewasa. Maka

dari itu pendidik haras menempatkan diri sebagai “uswatun hasanah”.

3. Metode Bertanya

Metode ini dapat digunakan untuk setiap anak didik dan pada setiap

pelajaran/bidang studi.

Metode ini diisyaratkan pula didalam A1 - Qur’an dimana Allah

SWT pemah bertanya kepada orang yang beriman lewat Nabi

Muhammad SAW, yakni mengenai perdagangan yang dapat

(40)

A. Deskripsi Data

Untuk menganalisa data yang sudah terkumpul maka digunakan tehnik

analisis stasistik, digunakan tehnik ini karena datanya bersifat kuantitatif.

Adapun tehnik yang digunakan adalah tehnik korelasi Product

Moment dengan rum us:

rxy

S x v - ( Z x H S v ) N

Ex2- ( gx2) } { z y 2- (_ZyL> }

N N

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

xy = Product perkalian antara x dan y

x = Kuadrat deviasi variabel x

y2 = Kuadrat deviasi variabel y

1. Analisa Pertama

(41)

Dalam menganalisa data yang terkumpul, maka pertama kali

penulis lakukan adalah analisis pendahuluan dengan langkah - langkah

a). Distribusi Nilai Hasil Angket

Untuk membuktikan hubungan antara metode pembelajaran Aqidah

Akhlaq dengan sikap hormat siswa kepada guru, penulis menyebarkan

angket kepada 21 anak (responden) sebagai populasi yang terdiri dari

indikator:

1) . Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq.

2) . Sikap Hormat Siswa Kepada Guru.

Dari masing - masing pertanyaan terdiri dari tiga alternative

jawaban, dengan penilaian:

1) . Memberi nilai 3 untuk jawaban berkode a.

2) . Memberi nilai 2 untuk jawaban berkode b.

3) . Memberi nilai 1 untuk jawaban berkode c.

b). Tabulasi prosentase seluruh indikator.

(42)

Tabel I

Daftar Hasil Perolehan Angket Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

N

0

N A M A

A N A K

N O M O R I T E M

TOTAL

/ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Agus Prastyo 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 55

2 Nu t Muhammad Saefudin 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

3 Zubair A1 Hakim 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 55

4 Muhamad Ansori 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56

5 Emawati 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

6 Eli Fitriyah 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 59

7 Ibnu Hajir 1 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 56

8 Muhamad Arivais S 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

9 Muhtarom 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57

(43)
(44)

Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Allah sendiri dengan maksud

untuk mengajarkan hal - hal itu kepada orang - orang mukmin.13

Hal ini dapat disimak pada QS Ash - Shaf ayat 1 0 -1 1 :

Artinya : “Wahai orang - orang yang beriman ! Maukah kamu Aku

tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan

kamu dari azab yang pedih ?(Yaitu) kamu beriman kepada

Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan

harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika

kamu mengetahui. * 14

Metode ini bukan hanya dipilih untuk digunakan oleh pendidik

biasa akan tetapi justru digunakan juga oleh Allah SWT dan Rasul -

Nya. Maka dari itu wajib tentunya bagi seorang pendidik muslim

memahami, mengerti dan mengetahui serta menerapkan dal am kegiatan

penyampaian pesan pembelajaran yang mana metode tersebut

bersumber dari ajaran Islam tidak sedikit jumlahnya bahkan lengkap

(45)

berisikan ajaran - ajaran tentang bagaimana mengajar, serta mendidik

dan cara belajar.

4. Metode Latihan

Maksud dari metode ini yaitu supaya anak didik yang dilatih dapat

membentuk kebiasaan - kebiasaan yang bermanfaat dalam melakukan

tugas - tugas dan kewajibannya.

Kebiasaan yang diberikan kepada anak didik akan melekat secara

perlahan - lahan sehingga terlatih sedini mungkin yang akhimya dapat

memperoleh pengalaman belajar yang kuat, baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan baik jasmani maupun rohani (dalam jiwa anak didik).

Menurut Thorndike, latihan memiliki dua hukum yaitu :

1. Law of Use yaitu hubungan - hubungan akan bertambah kuat bila ada latihan - latihan. Dengan kata lain, banyaknya latihan maka banyak pula hubungan pengertian yang saling berkaitan sehingga memperkuat hasil belajar.

2. Law of Disuse yaitu hubungan koneksitas akan menjadi tambah lemah (terlupa) apabila latihan - latihan itu diberhentikan. Dengan kata lain apabila latihan menurun/berkurang/berhenti, maka penguasaan bahan menjadi lemah. Itu sebabnya dalam semua lapangan, latihan memegang peranan penting.15

5. Metode Berangsur - angsur

Metode berangsur - angsur ini pada prinsipnya adalah mengajar dengan

cara menyerahkan bahan - bahan kepada murid dengan jalan sedikit demi

sedikit.

(46)

Akan tetapi jika dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru hanya

menggunakan satu metode dikhawatirkan anak didik akan merasa bosan.

Oleh karena itu perlu adanya variasi dari beberapa metode.

Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih

menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang

sama akan membosankan siswa.16

Selain itu dengan variasi metode, bahan pelajaran yang disampaikan

akan mudah diserap dan dipahami oleh anak.17

Dalam proses pembelajaran agama Islam, metode memiliki kedudukan

yang sangat penting dalam upaya untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

Karena tanpa metode sudah dapat dipastikan suatu pesan yang akan

disampaikan tidak akan berproses atau diterima secara efektif dalam

kegiatan belajar mengajar, karena antara guru sebagai komunikator dan

murid sebagai komunikan atau penerima pesan tidak terdapat kesesuaian

sehingga tujuan yang diinginkan pun tidak tercapai. Oleh karena itu agar

tujuan yang hendak dicapai beqalan sesuai dengan apa yang diinginkan,

metode yang digunakan pun harus tepat,berdaya guna dan tidak asal-

asalan.

16Slameto, Belajar dan Faktor - fdktoryang Mempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, him. 94.

(47)

Pemilihan metode yang tepat disini adalah jika metode tersebut memuat

nilai-nilai intrinsik dan ekstrinsik sejalan dengan pesan pembelajaran yang

secara fimgsional dapat di gunakan untuk merealisasikan nilai-nilai yang

ada dalam tujuan pembelajaran Aqidah Akhlaq.

Selain metode yang di gunakan harus tepat, kurikulum dan tujuan untuk

menopang intemalisasi dan transformasi nilai-nilai akhlaq ke dalam pribadi

siswa juga ikut menunjang atau berperan dalam upaya membentuk pribadi

murid muslim yang bertaqwa dengan akhlaq mulia dan hormat serta

takdzim kepada gurunya.

Dengan kata lain, metode pendidikan yang tidak “tepat guna” akan

menjadi penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga

akan banyak tenaga dan waktu yang terbuang sia-sia. Oleh karena itu,

metode yang diterapkan oleh seorang guru baru akan “berdaya guna” dan

“berhasil guna” jika mampu digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan

yang telah diterapkan.18

2. Konsep Tentang Sikap Hormat Siswa pada Guru

Hormat disini mempunyai arti menghargai (takdzim, kidmat),

perbuatan yang menandakan rasa kidmat atau takdzim (seperti

menyembah, menunduk, menaruh atau memberi penghargaan).19.

Hormat kepada guru adalah melakukan hal - hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjunjung tinggi perintahnya yang tidak

18Rohmat op.cit, him. 15.

(48)

bertentangan dengan agama. Seperti: tidak beijalan di hadapan guru, tidak duduk di tempat duduknya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, tidak berbicara macam - macam di hadapannya dan tidak menanyakan hal - hal yang membosankan.20

Termasuk juga memuliakan guru adalah tidak menipu guru, meminta

maaf jika berkata dan berbuat keliru, memuliakan keluarganya dan juga

memuliakan sahabat karibnya.21

Sedangkan sikap hormat siswa pada guru adalah mematuhi dan

menghargai segala perintah dan larangan yang diberikannya. Karena

seorang guru merupakan simbol “Pahlawan tanpa tandajasa”.

Islam sendiri mengajarkan, seorang murid yang baik hendaknya

menghormati dan memuliakan gurunya. Adapun, sebab-sebab yang

mengharuskan seorang murid haras menghormati dan memuliakan gurunya

antara lain:

1. Guru adalah orang yang sangat mulia

Karena sesuai dengan hadis sebagaimana dikutip oleh M.

Mansyur “bahwa pekerjaan belajar dan mengajar adalah lebih mulia

daripada berdoa

20Aliy As’ad, Bimbingan Bagi Penuntut llmu Pengetahuan (Terjemah Ta ’limul

A/w/’a/Z/mAMenara Kudus, Yogyakarta, 1978, hlm.23.

(49)

Artinya: “Adapun mereka dari majelis ibadah mereka sedang

berdo’a kepada Allah. Jika Allah mau , Allah menerima do’a mereka dan jika Allah mau Allah menolak d o ’a mereka. Tetapi mereka yang termasuk dalam majelis pengajaran, mereka sedang mengajar manusia. Sesungguhnya aku diutus Tuhan adalah juga untuk menjadiguru”. 22

2. Guru adalah orang yang sangat besar jasanya

Karena pekeijaan dari seorang guru adalah mengajarkan ilmu yang

didapatkannya, sedangkan ilmu adalah salah satu hal yang memegang

peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, bahkan ilmu

itulah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya.Dan

orang yang ingin sukses di dunia dan akherat harus dengan ilmu.

Sebagaimana hadis Nabi yang dikutip oleh M. Mansyur:

O 1 ^ \ ° ^ /y* O ^ 9 Q/y/ / ^ ^ y / 9

j j A j

AjSka

jl ( j - ® j \jjjl tal

jl (j-Q

9 9 9yyy X 9 . y ^

Ajlxfl

I

a

A

j

)

Artinya: “Barang siapa yang menghendaki dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Bar ang siapa yang menghendaki akherat, wajib mempunyai ilmu. Dan barang siapa yang menghendaki dunia dan akherat

kedua-duanya,wajib juga mempunyai ilmu”. 23

3. Dilihat dari segi usia

Karena apabila dilihat dari sudut usia jelas terlihat jarak yang sangat

jauh. Seorang guru sudah dipastikan memiliki usia yang jauh lebih tua

(50)

apabila di bandingkan dengan muridnya. Oleh karena itu, yang muda

wajib menghormati orang yang lebih tua.24

Hal ini sejalan dengan sabda Rasulnllah SAW yang dikutip oleh

Humaidi Tatapangarsa:

u (- aJ"» J J ( J A L u

Artinya : “Bukan dari umatku, orang yang tidaksayang kepada yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua”.

Selain itu memuliakan dan menghormati guru termasuk salah satu

penntah agama.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dikutip oleh Moh. Mansyur

Artinya : “Muliakanlah orang yang kamu belajar dari

padanya”.( H.R. Abul Hasan A1 - Mawardi).

Sikap hormat murid pada guru tidak dapat dipaksakan begitu saja

melainkan dengan cara penanaman Akhlaq yang mulia pada diri murid

melalui pembelajaran Aqidah Akhlaq yang diberikan di sekolah. Dengan

penggunaan metode yang tepat maka penanaman Akhlaq tentu akan

tertanam pada diri murid yang bersangkutan. Sehingga tanpa dipaksapun

sikap hormat dan takdzim pada guru akan terbiasa bagi para murid.

(51)

3. Siswa Sebagai Penerima Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

Siswa sebagai khalayak sasaran atau sebagai penerima metode

pembelajaran Aqidah Akhlaq di sekolah. Karena dengan metode

pembelajaran Aqidah Akhlaq diharapkan siswa dapat menjadi pribadi yang

baik, yang hormat, taat dan takdzim pada orang-orang yang berada di

sekelilingnya. Dalam artian, kalau disekolah siswa tersebut hormat pada

guru, di rumah hormat pada orang tua, dan di lingkungan masyarakat juga

tetap harus hormat dan takdzim pada orang yang lebih tua. Sehingga

metode pembelajaran Aqidah Akhlaq disini dinilai sangat penting dan

sangat bermanfaat sekali karena dapat membuat moral dan akhlaq

muridnya jauh lebih baik.

B. Telaah Hasil Penelitian

Setelah diadakan penelitian kurang lebih selama 60 hari dari tanggal

25 April sampai 25 Juni 2006 dapat dilihat bahwa dengan penggunaan

metode pembelajaran aqidah akhlaq yang tepat dapat menumbuhkan dan

membiasakan agar siswa hormat dan takzim kepada guru. Tentu saja hal ini

didukung oleh perilaku dan ucapan para guru dalam kehidupan sehari hari

dalam lingkungan sekolah maupun luar sekolah (masyarakat). Karena cara

menanamkan akhlaq yang paling mudah adalah dengan memberikan

(52)

Jadi hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara

penggunaan metode pembelajaran aqidah kahlaq dengan sikap hormat

(53)

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dijadikan obyek penelitian adalah siswa

kelas VI semester 2 MI Kentengsari Desa Kentengsari Kecamatan

Kedungjati Kabupaten Grobogan.

Dipilihnya MI Kentengsari karena belum pemah ada yang meneliti

tentang hubungan antara metode pembelajaran aqidah akhlaq dengan sikap

hormat siswa kepada guru pada sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 sebelum murid - murid

melaksanakan Ujian Akhir Nasional (UAN) dan Ujian Akhir Madrasah

(UAM) tahun pelajaran 2005/2006. Waktu yang dibutuhkan dalam

penelitian selama satu bulan yaitu tanggal 25 April - 25 Juni tahun 2006.

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya MI Kentengsari

MI Kentengsari berdiri pada tahun 1968 dengan luas wilayahnya 480

m . Tanah seluas 480 m adalah waqaf dari salah seorang warga dusun

Tegal Rejo. Madrasah ini berdiri atas inisiatif dari para Kyai dan guru

ngaji dari beberapa dusun, diantaranya: dari dusim Tegal Rejo

(54)

Kyai Suyuti, dari dusun Kedung Kyai Mukibad, dan dusun Culeng Kyai

Zaenuri dan dari desa Kentengsari Bapak Nuriman. Dahulunya para Kyai

tersebut mengajar para murid di dusun masing - masing. Akhimya

teijadi kesepakatan, demi kebaikan dan kemajuan bersama dari masing

- masing madrasah tadi digabung menjadi satu di daerah antara dusun

tersebut yaitu di Desa Kentengsari. ” Madrasah Wajib Belajar ( M W B)”

itulah nama madrasah ini untuk pertama kali sebelum akhimya menjadi

MI Kentengsari. MWB masih sangat sederhana sekali, bangunannya

masih swadaya dari masyarakat dusun sendiri. Para murid belajar dengan

duduk secara lesehan karena terbatasnya sarana belajar yang tersedia.

Jumlah muridnya kurang lebih 70 anak yang dijadikan satu dalam satu

ruang belajar.

Yang menjadi Kepala Madrasah pertama kali Bapak Nuriman,

kemudian Bapak Khudlori, Bapak Ahmadi dan Bapak Hambali hingga

sekarang.

2 Letak Geografis

Batas - batas wilayah MI Kentengsari sebagai berikut:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan SD Negeri Kentengsari I.

b) Sebelah Timur berbatasan dengan dusun Tegalrejo.

c) Sebelah Selatan berbatasan dengan Makam dusun Culeng.

(55)

1. Struktur Organisasi

Demi kelancaran pendidikan disusunlah struktur organisasi

pengurus sebagai berikut:

4. Keadaan Guru dan Siswa

Tenaga Pengajar di MI Kentengsari ada 8 orang termasuk Kepala

Sekolah. Dari 8 guru tersebut masing - masing 4 orang guru laki - laki

dan 4 orang guru perempuan. Dua guru sudah PNS dan enam guru yang

lain guru tidak tetap (wiyata bakti).

Sedangkan keadaan murid di MI Kentengsari pada Tahun Pelajaran

2005/2006 beijumlah 116 anak. 50 anak laki - laki dan 66 anak

(56)

Kelas I : 28 anak

Kelas II : 14 anak

Kelas I I I : 16 anak

Kelas IV : 18 anak

Kelas V : 19 anak

Kelas V I: 21 anak

Jiunlah :116 anak

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah sebagai penunjang suksesnya proses

belajar mengajar.

Adapun sarana dan prasarana yang dimiliki MI Kentengsari adalah :

a. Sarana Bidang Pendidikan

MI Kentengsari memiliki buku - buku pelajaran yang sudah

mencukupi untuk kegiatan belajar mengajar. Baik buku - buku

pelajaran maupun buku - buku cerita.

Peralatan mengajar sudah tersedia meskipun belum begitu

lengkap, seperti bentuk tiruan tubuh manusia, peta, globe, bentuk

tiruan planet, gambar pahlawan, gambar rumah adat dan juga

peralatan mengajar matematika untuk para guru.

(57)

Lapangan yang ada hanya lapangan kecil di depan sekolah.

Perlengkapan olah raga juga sudah memadai seperti bola sepak,

bola volley, bola kasti, perlengkapan bulu tangkis, perlengkapan

tennis meja, juga catur.

c. Sarana Bidang Kepramukaan.

MI Kentengsari juga memiliki peralatan Kepramukaan yang

lengkap sehingga kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan dapat

dilaksanakan dengan baik.

d. Sarana bidang Kesehatan

Dibidang kesehatan sudah mulai digalakkan adanya gerakan cuci

tangan. Anak - anak dibiasakan untuk mencuci tangan

menggunakan sabun setelah bersih - bersih atau setelah buang air

besar. Ada dua buah WC, satu WC guru dan satu WC untuk anak

- anak. Setiap WC tersedia sabun untuk cuci tangan. Juga sebuah

(58)

Tabel II

Daftar Hasil Angket Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

(59)

Dari hasil angket Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq diperoleh nilai

tertinggi 60 dan nilai terendah 51. Kemudian ditetapkan menjadi interval

sebanyak:

i= 60 -51 + 1

3

= 3,33

= 4 (dibulatkan)

2. Analisa berdasar skore

Untuk analisa ini digunakan teknis prosentase dengan rumus :

F

P =

--- x i o o %

N

1) . Mencari nilai tertinggi, sedang dan terendah :

- Tinggi (kategori A) mencapai 10 anak.

- Sedang (kategori B) mencapai 10 anak.

- Rendah (kategori C) mencapai 1 anak.

2) . Mencari prosentase masing - masing kategori:

- Kategori A = 10_x 100% = 47,619%.

21

- Kategori B = 10 x 100% = 47,619%.

(60)

- Kategori C = 1_ x 100% = 4,762%.

21

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:

TABELIII

Prosentase Hasil Angket Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq

No Metode Pembelajaran

Aqidah Akhlaq Interval Frekuensi Prosentase

1 Tinggi (A) 59-62 10 47,619

2 Sedang (B) 55-58 10 47,619

3 Rendah (C) 51-54 1 4, 762

Jumlah 21 100%

2. Analisa Kedua.

Analisa kedua adalah analisa tentang Sikap Hormat Siswa Kepada Guru,

a). Analisa Data.

Untuk mencari nilai dari jawaban - jawaban angket tentang sikap hormat

siswa kepada guru dengan cara:

1) . Memberi nilai 3 untuk jawaban berkode a.

2) . Memberi nilai 2 untuk jawaban berkode b.

(61)

Daftar Hasil Perolehan Angket Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

N

0

N A M A

A N A K

N O M O R I T E M

TOTAL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Agus Prastyo 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 58

2 Nur Muhammad Saefudin 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

3 Zubair A1 Hakim 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 56

4 Muhamad Ansori 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 57

5 Emawati 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

6 Eli Fitriyah 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60

7 Ibnu Hajir 2 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 1 3 3 3 1 3 3 3 1 51

8 Muhamad Arivais S 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 58

9 Muhtarom 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 57

(62)
(63)

TABELV

Daftar Hasil Angket Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

Siswa Kelas VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan

(64)

Berdasarkan nilai hasil angket Sikap Honnat Siswa Kepada Guru, nilai

tertinggi mencapai 60 dan terendah 51, kemudian ditentukan interval:

i = 6 0 - 5 1 + 1

3

= 3,33

= 4 (dibulatkan)

b. Analisa Berdasarkan Skore

Untuk analisis ini digunakan teknis prosentase dengan rumus :

F

P = --- x ioo%

N

Adapun langkah - langkah dalam analisis ini adalah :

1) . Mencari anak yang tergolong mempunyai tingkat hormat A (tinggi), B

(sedang), C (rendah).

V

- Tinggi (Kategori A) mencapai 10 siswa.

- Sedang (Kategori B) mencapai 10 siswa.

- Rendah (Kategori C) mencapai 1 siswa.

2) . Mencari prosentase masing - masing kategori:

10

- Kategori A = --- x 100% = 47,619

(65)

- Kategori B = --- x 100% = 47,619

21

1

- Kategori C = --- x 100% = 4,762

21

10

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel:

TABEL VI

Prosentase Hasil Angket Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

No Sikap Hormat Siswa

Kepada Guru Interval Frekuensi Prosentase

1 Tinggi (A) 59-62 10 47, 619

2 Sedang (B) 55-58 10 47, 619

3 Rendah (C) 51-54 1 4, 762

Jumlah 21 100%

3. Analisa Ketiga.

Untuk melakukan analisa tentang hubungan antara metode

pembelajaran Aqidah Akhlaq dengan sikap hormat siswa kepada guru pada

siswa kelas VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan, penulis menggunakan

tehnik analisis product moment, dengan alasan :

(66)

b. Dengan menggunakan analisis statistik tersebut dapat diperoleh

kesimpulan obyektif antara 2 variabel.

Rumus Korelasi Product Moment:

rxy =

S x y - ( I x ) ( I y ) N

V

/

{ l x 2- („Zx2.) } { l y 2- (S y2 ) }

N N

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y

xy = Product perkalian antara x dan y

x2 = Kuadrat deviasi variabel x

(67)

Dengan Sikap Hormat Siswa Kepada Guru

Siswa Kelas VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan

NO

X

y ?

y

x.y

10 51 55 2601 3025 2805

11 58 58 3364 3364 3364

12 59 59 3481 3481 3481

13 59 60 3481 3600 3540

14 60 60 3600 3600 3600

15 57 58 3249 3364 3306

16 58 58 3364 3364 3364

17 59 60 3481 3600 3540

18 60 60 3600 3600 3600

19 58 58 3364 3364 3364

20 60 60 3600 3600 3600

21 56 60 3136 3600 3360

(68)

(lx )2 = (1212)2

( ly ) 2

=1468944

= (1223)2

=1495729

Dari data tersebut di atas kemudian dimasukkan kedalam rumus korelasi

product moment:

Txy

-Z x v - ( I x H I v ) N

Txy =

l x 2- ( Sx2) } { S y 2- }

N N

70651 - ( 12121 ( 1223 1 21

A 70054- ( 14689441 } {7 1 3 2 5 - H4957291 }

21 21

70651 -70584.5714285

/

(69)

66.4285715

V ( 104,2857143 ) (99,8095239)

66.4285715

V

( 10408,7074938)

66.4285715 102,02307334

0,65111321709

Berdasarkan pengolahan dan analisis data diatas, diperoleh r empiris

sebesar 0,65111321709, selanjutnya hasil tersebut dikonsultasikan dengan

tabel r product moment pada N = 21, tabel tersebut menunjukkan taraf

siknifikansi sebagai berikut:

1. Untuk taraf siknifikansi 1% = 0, 549

2. Untuk taraf siknifikansi 5% = 0,433

Temyata r empiris lebih besar dari angka tabel, pembuktian sebagai berikut

0,549 ( 0,65111321709) 0,433.

(70)

B. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan pengolahan dan analisis data diperoleh angka korelasi atau

r empiris 0,6511321709, selanjutnya hasil tersebut dikonsultasikan dengan

tabel r product moment pada N = 21 , tabel tersebut menunjukkan taraf

siknifikansi sebagai berikut:

1. Untuk taraf siknifikansi 1% = 0, 549

2. Untuk taraf siknifikansi 5% = 0,433

Temyata r empiris lebih besar dari angka tabel, pembuktian sebagai

berikut 0,549 < 0,65111321709 > 0,433.

Dengan demikian hipotesis nihil ditolak dan hipotesis keija yang

diajukan dan berbunyi “ Ada korelasi yang positif antara penggunaan

metode pembelajaran Aqidah Akhlaq dengan sikap hormat siswa kepada

guru pada murid kelas VI MI Kentengsari Kedungjati Grobogan pada

tahun pelajaran 2005/2006, diterima dan terbukti kebenarannya secara

Gambar

Tabel Halaman
Daftar Tabel IHasil Perolehan Angket Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq
Daftar Tabel IIHasil Angket Metode Pembelajaran Aqidah Akhlaq
Tabel Kerja Koefisien Korelasi Product MomentTABEL VII
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan komponen dasar jaringan yang diperlukan untuk proses pembangunan jaringan di atas, diharapkan agar dapat tercipta suatu jaringan komputer yang dapat

Keteguhan tekan terbaik dalam penelitian ini diperoleh yaitu 3,78 kg/cm 2 yang belum memenuhi standar mutu briket buatan Inggris, Jepang, Amerika dan Indonesia.. Nilai kadar abu

elite respondent yaitu KH. Imam Mawardi Hakim. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Penelitian ini menemukan beberapa hal

Nilai kadar abu terbaik dalam penelitian ini yaitu 49,0724% yang tidak memenuhi standar mutu briket buat Indonesia, Jepang, Inggris dan Amerika.. Nilai kalor terbaik dalam

METODE PEMBINAAN AKHLAK MULIA DI PESANTREN “AL - ISHLAH” TAJUG INDRAMAYU JAWA BARAT. Universitas Pendidikan Indonesia

adalah guru pada Sekolah Menengah Kejuruan yang berakreditasi A di.. Jakarta Pusat yang mengajar pada

In general, the results of this study proves that the motivating language is consciously used by the leadership to motivate the National Library’s staff, both the direction

Sehubungan dengan hal tersebut diatas agar calon penyedia tersebut dapat hadir dan menyerahkan dokumen asli penawaran yang diupload pada alamat website :