Komunikasi Politik Etnis Tionghoa pada Pemerintahan
SBY
(Studi Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik Organisasi Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Disusun oleh :
Tri Sulistiowati
08220288
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Tri Sulistiowati
Nim : 08220288
Konsentrasi : Studi Media dan Jurnalistik
Judul Skripsi : Komunikasi Politik Etnis Tionghoa
( Studi Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik Perhimpunan Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya)
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Jurusan Ilmu Komunikasi
Dan dinyatakan LULUS
Pada hari : Rabu
Tanggal : 8 februari 2012
Tempat : 607
Mengesahkan,
Dekan FISIP UMM
Dr.Wahyudi M, Si
Dewan Penguji:
1.Joko Susilo, M.Si ( )
2.Widya Yutanti, MA ( )
3. M. Himawan, M.Si ( )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena melalui belas
kasih-Nya dan sesuai pengaturan-kasih-Nya maka penulis diberi hikmat dan wahyu untuk
dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi yang berjudul “Komunikasi Politik Etnis Tionghoa ( Studi Kasus Komunikasi dan Bentuk Partisipasi Politik
Perhimpunan Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya). Karya Ilmiah
(skripsi) ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana.
Penulis menyadari bahwa penyusunan usulan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan
hadirnya karya ilmiah (skripsi) ini peneliti berharap dapat memberikan
sumbangsih ilmu pengetahuan dibidang komunikasi politik. Tetapi pada dasarnya
adalah peneliti ingin membukakan wacana masayarakat luas bahwa kaum yang di
anggap minoritas (etnis Tionghoa) selama ini adalah bagian dari bangsa kita dan
mereka juga telah banyak memberikan sumbangsih pada negara. Ikut membangun
danmensejahterakan bangsa dan sadar akan pentingnya komunikasi politik. Dan
ikut serta dalam komunikasi dan berpartisipasi politik dalam bentuk praktis dan
non- praktis.
Penulis menyadari bahwa dalam usulan skripsi ini terdapat banyak
kekurangan, sehingga penulis berharap adanya ide, kritik, saran membangun yang
bermanfaat untuk perbaikan penelitian ini. Harapan penulis semoga kedepannya
maupun masyarakat umum. Akhir kata penulis mohon maaf jika dalam proses
penyusunan usulan skripsi ini terdapat kesalahan baik yang disengaja ataupun
tidak disengaja.
Malang, 1 Februari 2012
Daftar Isi
1.5.4 Sejarah Politik Etnis Tionghoa ... 1.5.5 Teori Kritis ... 1.6 Metodologi Penelitian ... 1.6.1 Jenis dan Karakteristik Penelitian ... 1.6.2 Fokus penelitian ...2.1 Gambaran Umum Perhimpunan Orang Indonesia Tionghoa Cabang Surabaya ...
2.2 Deskripsi Informan ...
BAB III
3.1 Penyajian Data ...
3.1.1 Etnis Tionghoa Sadar Akan Pentingnya Komunikasi Politik ... ... ... 3.1.2 Doktrin Sejarah Mempengaruhi Kehidupan Golongan Muda ... ... ... 3.1.3 Etnis tionghoa memberikan pendidikan politik pada golongan tua dan
3.1.4.4 Advokasi dan lobi pemimpin opini pada etnis tionghoa ... ... 3.1.4.5 Media politik penyampaian pesan ... ... 3.1.5 Pesan ... ... 3.1.5.1 Masih munculnya permasalahan yang menyangkut etnis tionghoa .... ... 3.1.5.2 Berbagai masalah umum yang dikomunikasikan komunikator ... ... 3.1.6 Media ... ... 3.1.6.1 Kehadiran Warta Inti, membantu komunikator ... ... 3.1.6.2 Rendah ekspose media umum pada kegiatan etnis tionghoa ... ... 3.1.7 Partisipasi ... ... 3.1.7.1 Bentuk partisipasi etnis tionghoa pada Indonesia ... ... 3.1.7.2 Keinginan untuk terjun dalam politik praktis ... ... 3.1.8 Dukungan sesama etnis tionghoa pada pelaku politik praktis ... ... 3.2 Diskusi Teori ... ...
BAB IV ... ...
4.1 Kesimpulan ... ... 4.2 Saran ... ...
DAFTAR PUSTAKA ... ...
LAMPIRAN ... ...
Daftar Pustaka
Alfian. 1991.Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Amir, Yasraf. 2000Propaganda Pemimpin Politik Indonesia. LP3S. Jakarta
Belvy, Benny. 2008.Aku Orang Cina?.PT Gramedia. Jakarta
Budiardjo, Meriam. 1972. Dasar-Dasar Ilmu Politik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Bugin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta
Burton, Graeme. 2008.Yang Tersembunyi DiBalik Media. Jalasutra. Yogyakarta
Damsar. 2010.Pengantar Sosiologi Politik. Kencana. Jakarta
Efendi, Wahyu. 2008.Tionghoa dalam Cengkraman SKBRI. Visi Media. Jakarta
George, Ritzer., Goodman, Douglas J. 2004. Teori Sosiologi Modern. Kencana. Jakarta
Gulo W. 2000.Metodologi Penelitia.Grasindo. Jakarta
Hardt, Hanno. 2005.Critical Communication Studies. Jalasutra. Yogyakarta
Maeswara, Garda. 2009. Biografi Politik Susilo Bambang Yudhoyono. Narasi. Jakarta
Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia:Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru. Kencana Presada Media Group. Jakarta
Muzadi, Muchith. 2010.Gus Dur Bapak Pluralisme. LKis. Yogyakarta
Nimmo, Dan. 1989. Komunikasi Politik:Komunikator,Pesan,Media. PT Rosdakarya. Bandung
Raho, Bernard. 2007.Teori Sosiologi Modern.Prestasi Pustakaraya. Jakarta
Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian SosiaI. Tiara Wacana. Yogyakarta
Setiono, Benny G. 2003.Tionghoa dalam Pusaran Politik. Elkasa. Jakarta
Sulistiowati, Tri. 2011. Bukan Fiksi:Kumpulan Kisah tentangKehidupan. LeutikaPlubliser. Yogyakarta
Suryadinata, Leo. 1986. Politik Tionghoa Peranakan Di Jawa. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Suryadinata, Leo. 2005. Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta
Suryadinata, Leo. 2010. Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Suryadinata Leo. 2010. Etnis Indonesia dan Nasionalisme Indonesia. Kompas. Jakarta
Suwardi, Harsono. 2002. Politik Demokrasi dan Manajemen Komunikasi. Galang Press. Yogyakarta
Suyatno, Bagong., Sutinah. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Kencana Prenada Media. Jakarta
Syam, Nina. 2009.Sosiologi Komunikasi .Humaniora. Bandung
http://id.inti.or.id/profile/20/
diakses 25 Agustus 2011, pukul: 13.00 wib
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 14 tahun 1997 tentang Kepercayaan adat istiadat dan kebudayaan Cina. http://Daftar Instruksi Presiden Tahun 1967.legalitas.org
diakses 25 Agustus 2011, pukul: 13.30 wib
Bayu Pramutoko. Politik dan Kekuasaa.,
http://bayu96ekonomos.wordpress.com/anda-tertarik/artikel-politik/
diakses pada 27 Agustus 2011 pukul 10.00 wib
http://www.anie achira.com
diakses 17 November 2011 pukul: 14.00 wib
M. Hafidun Mahfud. Menelaah Paradigma Kritis dalam Komunikasi. .
http://hanifuin.blogspot.com/2007/03/menelaah-paradigma-kritis-dalam-kajian.html
diakses 25 November 2011 pukul 07.10 wib
http://www.scribd.com/doc/17187005/PARADIGMA-KOMUNIKASI-KRITIS
Diakses: 25 November 2011 pukul 08.00
Catatan Kecil Sosiologi. 9 Maret 2011.
Diakses 25 November 2011 pukul 09.30
Fondasi Filosofi dan Perspektif Kajian Ilmu Komunikasi:Perspektif Konstruktivisme dan Kritikal. http://www.scribd.com/doc/15252080/Paradigma-Konstruktivisme-Paradigma-Kritikal
diakses 25 November 2011 pukul 10.00
Teori Kritika Sosial Menurut Jurgen Habermas, http://loekisno.wordpress.com/2008/03/01/teori-kritika-sosial-menurut-jurgen-habermas/
diakses 1 Desember 2011 pukul 08.55 wib
adi Suhardi, Jurgen Habermas dan Frankfrut Scholl,
http://pangerankatak.blogspot.com/2008/05/jurgen-habaermas-dan-frankfut-scholl.html
diakses 1 Desember 2011 pukul 09.00wib
Mudjia Rahardjo. Triagulasi dalam Penelitian Kualitatif. 15 Oktober 2010. http://www.mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view
diakses 1 Desember 2011 pukul 08.00
Edy kollay. Pengertian Lobby dan Negoisasi. 10 Januari 2012. http://edykollay.blogspot.com/2012/01/pengaruh-lobby-zionist-yahudi.html
diakses 23 Januari 2012 pukul 10.33 wib
Krisna ketboardist magazine. Mahzab Frankfrut, Teori Kritis (critical theory).
http://bola80.blogspot.com/2011/06/mazhab-frankfurt-teori-kritis-critical.html
diakses 31 Januari 2012 pukul 00.45 wib
Ind/cl/jpnn. 2012.Trauma,Warga Tionghoa Masih Alergi Politik.Jawa pos Tanggal, 23 Januari 2012 / hal.2
Ardian.2012. Naga dari Timur. Metro tv / Metro File
Bab I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Etnis Tionghoa merupakan kelompok Etnis terbesar kedua setelah Etnis melayu yang ada
di Indonesia. Jumlah dari Etnis ini sekitar satu koma lima sampai dua persen dari keseluruhan
jumlah penduduk Indonesia1. Etnis Tionghoa mampu bertahan dan menetap di Indonesia hingga
saat ini, walaupun banyak hal yang membuat kehidupan mereka terusik. Sekarang mereka
mempunyai sebutan tersendiri yaitu orang Indonesia Tionghoa. Istilah ini digunakan untuk
mengartikan warga negara Indonesia yang mempunyai keturunan Tionghoa.
Segala sesuatu yang berhubungan dengan Etnis Tionghoa masih sangat menarik bila
dikaji. Dan yang banyak menarik banyak perhatian massa saat dilakukan pengkajian adalah
komunikasi dan partisipasi politik dari Etnis Tionghoa. Karena, mereka merupakan golongan
minoritas yang mempunyai sejarah hidup yang sangat misterius, tertutup dan tragis dari jaman ke
jaman. Mulai dari jaman penjajahan hingga puncaknya pada tragedi 13 Mei 1998.
Saat Indonesia masuk dalam era reformasi etnis tionghoa mulai diberikan kesempatan
untuk berkiprah lebih luas. Tanda kongkritnya adalah muncul banyak organisasi dari etnis
tionghoa. organisasi tersebut merupakan suatu wadah bagi etnis tionghoa untuk bersosialisasi
dan menyampaikan aspirasi mereka. Warga Etnis Tionghoa juga merupakan bagian dari
masyarakat Indonesia. dimana mereka mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan
1
masyarakat asli lainnya. Dalam hal politik mereka mempunyai hak untuk ikut terjun didalamnya
tanpa ada pembedaan.
Masyarakat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan politik dengan kata lain
manusia tidak dapat dipisahkan dari politik. Hal ini juga tidak terkecuali pada Etnis Tionghoa.
Dengan adanya hal ini berarti menandakan bahwa mereka mempunyai peranan yang penting
dalam hal politik di Indonesia.
Komunikasi yang dilakukan akan menimbulkan efek yang nantinya itu berupa partisipasi.
Didalam hal ini tidak menutup kemungkinan adanya komunikasi politik yang ada dalam warga
Etnis tinghoa. Komunikasi politik tidak hanya dilakukan layaknya pada kampanye, tetapi dapat
berupa hal lain yaitu melakukan diskusi politik atau diskusi yang menyangkut dengan kehidupan
negara, kekuasaan, memberikan informasi kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Dan Nimmo2 mendefinisikan komunikasi politik adalah proses komunikasi (segala cara
orang bertukar simbol baik dengan cara verbal maupun non verbal) yang melibatkan pesan-pesan
politik yang berhubungan dengan kebijakan, kekuasaan, kehidupan, konflik, negara,dll.
Komunikasi politik dapat diartikan bahwa proses penyampaian pesan dari komunikan
kepada komunikator yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja tidak terbatas oleh subyek
yang menyampaikannya. Pesan disini adalah pesan – pesanyang memuat politik seperti
kekuasaan, kepemimpinan, konflik, kebijakan, protes, kehidupan,dll.
Kini, Indonesia sudah mantap dengan sistem demokrasinya dimana, hal ini telah
dibuktikan dengan selesainya amandemen undang-undang dasar 1945 yang dilakukan pada bulan
2
Agustus 20023. Kini dalam menyelesaikan segala sesuatunya (konflik) selalu dilakukan proses
komunikasi dengan segala perangkat negara seperti melibatkan birokrat, elit politis serta
teknokrat. Hal ini dilakukan guna menjelaskan atau menyelesaikan konflik yang terjadi dalam
masyarakat agar tidak menimbulkan bias interpretasi yang dapat membingungkan publik.
Dengan melihat pentingnya komunikasi dan partisipasi politik dalam suatu negara maka
peneliti tergelik untuk mengkaji mengenai komunikasi dan partisipasi politik orang Indonesia
Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya yang condong pada peran
komunikator orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam INTI dalam mempengaruhi massa
( orang Indonesia Tionghoa). Ini merupakan Penelitian pertama yang dilakukan pada
perhimpunan INTI yang berkaitan dengan komunikasi politik.
Sistem politik SBY adalah demokrasi yang ditandai dengan kompetisi didalam
memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan, partisipasi masyarakat dan adanya jaminan
hak-hak sipil dan politik4. Selain itu salah satu kecenderungan SBY adalah untuk membanguan
pertumbuhan perekonomian negara yang dimana SBY menggandeng banyak pengusaha untuk
ikut membangun dan menstabilkan pertumbuhan ekonomi bangsa5. Dengan melihat kedua hal
tersebut maka peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian yang berjudul “Komunikasi
Politik Etnis Tionghoa pada Pemerintahan SBY”.
1.2 Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dituliskan oleh peneliti maka muncul pertanyaan sebagai
berikut :
3
Harsono Suwardi, Demokrasi dan Manajemen Komunikasi(Yogyakarta: GALANG PRESS, 2002), p. 5.
4
Kacung Marijan,Sistem Politik Indonesia :konsolidasi demokrasi pasca orde baru(Jakarta: KENCANA PRESADA MEDIA GROUP, 2010), p. 83.
5
1. Bagaimana komunikasi politik (komunikator) yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang
tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya pada periode pemerintahan SBY?
2. Apa bentuk partisipasi politik yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam
perhimpunan INTI cabang Surabaya pada periode pemerintahan SBY?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ;
1. Untuk mengetahui komunikasi politik (komunikator) yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa
yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya pada periode pemerintahan
SBY.
2. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui bentuk partisipasi yang
dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpuanan INTI cabang
Surabaya pada periode pemerintahan SBY.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang
akademis. Dimana, penelitian ini akan memberikan tambahan pengetahuan tentang
komunikasi dan partisipasi politik yang dilakukan oleh Etnis Tionghoa yang tergabung dalam
perhimpuanan INTI Surabaya pasca reformasi pada kalangan mahasiswa dan kalangan
umum. Mengingat banyak orang yang menganggap mereka sebagai golongan minoritas.
Sebagai masukan bagi organisasi atau LSM non Etnis Tionghoa untuk bisa merangkul
dan menghargai keberadaan Etnis Tionghoa yang selama ini hanya dipandang sebelah mata.
Dan memberikan contoh pada organisasi-organisasi Tionghoa yang sejenis untuk bisa lebih
baik dan mempunyai rasa nasionalisme tanpa melihat kesamaan marga dll.
1.5 Tinjauan Pustaka
1.5.1 Komunikasi politik
Komunikasi politik 6adalah suatu kegiatan atau proses penyampaian pesan yang berupa
verbal atau non verbal yang mengandung pesan-pesan mengenai kebijakan, negara, pengambilan
keputusan, dan kekuasaan. Komunikasi politik telah dilakukan oleh siapapun dan dimanapun
tidak membedakan status dan gender.
Contoh paling sederhana komunikasi politik ini dapat kita jumpai dalam perbincangan
dua orang atau sekompok orang yang sedang asik membicarakan kenaikan harga BBM di
warung kopi. Dengan contoh seperti itu maka dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi
politik tidak hanya dilakukan oleh para tokoh politik ataupun hanya pada orang- orang yang
berada dalam parlemen.
1.5.2 Komunikator Politik
Setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, diakui bahwa relatif sedikit orang yang
melakukan hal tersebut secara tetap dan kontinuitas. Mereka yang hanya sedikit tersebut tidak
hanya bertukar pesan politik, tetapi mereka adalah pemimpin dalam proses opini. Mereka
6
biasanya disebut sebagai komunikator politik7. Bila dibandingkan antara komunikator politik
dengan warga negara pada umunya, komunikator politik lebih bersungguh-sungguh bila
berbicara dan berbuat. Komunikator politik8juga dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti,
Politisi, Professional, Aktivis, Tokoh Masyarakat Elite Birokrasi, Penyambung lidah.
1.5.3 Partisipasi politik
Partisipasi politik9 adalah suatu kegiatan warga negara yang bertindak sebagai
pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi
tersebut bisa bersifat individu atau kolektif, terorganisasi atau spontan, mantab atau sporadik,
secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.
Partisipasi politik sangat diperlukan oleh negara karena dengannya partisipasi dari
seluruh masyarakatnya akan sangat membantu kondisi pembangunan negara, terutama di negara
berkembang. Lester Milbrath10 Dia mengkategorikan partisipasi politik menjadi 3 tipe yaitu,
Tipe penonton Tipe transisional, Tipe gladiator.
1.5.3 Sejarah Politik Orang Indonesia Tionghoa
Secara historis, Etnis Tionghoa telah diakui sebagai salah satu warga negara Indonesia
sejak zaman penjajahn Belanda. Hal ini dapat dilihat dalam pasal 163 IS11 (Indische
Staatsregeling Wet Van 2 September 1854,Ned.S. 1854-2,S.1855-2.jo.1), yang membagi
penduduk Indonesia dalam 3 golongan penduduk, yaitu : golongan Eropa, golongan Timur Asing
seperti Tionghoa, India, dan Arab, dan golongan pribumi. Pengakuan tersebut telah pula
7
menyebabkan tindakan – tindakan diskriminatif terutama terhadap Etnis Tionghoa. Hal ini
merupakan tujuan dari penjajah Belanda yang menerapkan politikdevide et impera12atau politik
mempecah belah. Dimana, ketika itu penjajah Belanda mengadu domba antara golongan pribumi
dengan Etnis Tionghoa. Golongan pribumi seolah-olah golongan yang inferior, tidak dipercaya,
tidak jujur, bodoh dan selalu memusuhi Etnis Tionghoa. Sebaliknya, eynis Tionghoa
digambarkan sebagai suatu komunitas yang licik, mau menang sendiri, eksklusif
(mengelompok), kikir, serigala ekonomi dan sebagainya. Dan politik ini dilanjutkan sampai pada
pemerintahan orde baru dibawah pimpinan Soeharto.
Dalam perjalanan hidup orang Indonesia Tionghoa di tanah nusantara mereka sempat
memberikan banyak respon pada negara dan pemerintah, walaupun banyak perilaku yang tidak
sepatutnya yang mereka terima dari banyak kalangan. Sebagaian dari mereka terjun dalam dunia
politik dan ikut memberikan pengaruh pada kebijakan – kebijakan yang akan dikeluarkan oleh
pemerintah saat itu.
Etnis tionghoa mengalami masa – masa yang cukup memprihatinkan hingga
pemerintahan Soeharto. Saat, Indonesia masuk dalam era reformasi etnis tionghoa mendapatkan
sedikit keleluasaan untuk beraktivitas. Dimana, tidak ada lagi perangan untuk agama, budaya,
dan pembatasan aktivitas mereka. dan hal ini diperjelas lagi saat pemerintahan Gus Dur, dimana
saat itu etnis tionghoa sangat dihormati dan dihargai.
1.5.4 Teori Kritis
Teori kritis mencoba mewarnai dunia komunikasi. Pada dasarnya teori kritis tumbuh
untuk melawan keberadaan teori–teori posivistik. Teori kritis bertujuan untuk memperjuangkan
12
golongan marginal. Teori ini mulai dikembangkan diwilayah Jerman semenjak revolusi Uni
Soviet. Tokoh – tokoh yang mewarnai tumbuhnya teori ini adalah Max, Hokheimer, Adorno,
Herbert Mercuse, dan Jurgen Habermas.
Golongan terdahulu dalam pemikiran kritis Max, Hokheimer, Adorno, Herdert Mercuse
lebih menekankan pemirikaran mereka pada tindakan pembebasan golongan minoritas dari
budaya industri13. Jurgen Habermas adalah salah satu tokoh kritis yang termasyur dikalangan
ilmuan kritis dimasa itu. Habermas lebih bertitik tekan pada teori tentang komunikasi dan
masyarakat. Menurutnya, masyarakat harus mengerti tiga kepentingan utama14 yaitu : kerja,
interaksi, dan power yang merupakan kondisi penting dan tidak terpisahkan dalam kehidupan
masyarakat.
Emansipasi15 telah diperjuangkan oleh Habermas karena dia beranggapan bahwa dengan
emasipasi dapat membebaskan diri dari sebuah situasi yang tidak objektif. Emasimasi ini lebih
condong dilakukan oleh golongan marginal untuk lepas dari ketertindasan. Dan secara gaya
historis, pemikiran Habermas ingin membuka sejarah yang telah ditutupi oleh aliran positivistik
yang menganggap emansipasi tidak perlu karena akibat dari sejarah masa lalu.
Jurgen habermas merumuskan ada dua hal penyebab terjadinya distorsi komunikasi16
yaitu:
a. Di tingkat norma sosial, penindasan normatif, mengurangi fleksibilitas dan refleksi
individual.
b. Tidak mau menerima kritik atau saran.
13
Bernard Raho,Teori Sosiologi Modern(Jakarta: Prestasi Pustakaraya,2002), p. 84
14
Nina Syam,Sosiologi Komunikasi(Bandung:Humaniora,2009), p. 177.
15
George Ritzer and Douglas j.Goodman,Teori Sosiologi Modern(Jakarta: Kencana,2004), p. 189.
16
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Jenis dan Karakteristik Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang menggunakan
paradigma kritis17. paradigma ini melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang
didominasi oleh kalangan mayoritas. Paradigma ini sangat cocok dengan penelitian ini karena
dengan menggunakan paradigma ini akan membantu peneliti untuk mengkritisi data yang
ditemukan oleh peneliti. Selain itu, objek yang dipilih oleh peneliti adalah golongan minoritas
(orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI cabang Surabaya) yang
memang harus mempunyai kejelian untuk mengungkapkan kenyataan.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini sesuai dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti karena penelitian ini akan mengamati realita sosial yang
terjadi dalam kehidupan orang Indonesia Tionghoa dalam dunia politik, khususnya komunikasi
politik dan partisipasi politik. selain itu, dengan menggunakan pendekatan ini pula peneliti dapat
benar-benar mengetahui dan mendapatkan segala jawaban dari semua pertanyaan mengenai
komunikasi dan partisipasi politik orang Indonesia Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan
INTI cabang Surabaya, karena peneliti akan dapat dekat dengan objek penelitiannnya. Sifat dari
penelitian ini adalah ekploratif18. Dengan sifat tersebut peneliti mencoba untuk menggali lebih
dalam mengenai komunikasi dan partisipasi politik etnis tionghoa.
1.6.2 Fokus Penelitian
fokus dalam penelitian ini adalah menjelaskan tentang komunikasi dan partisipasi politik
yang dilakukan oleh warga Etnis Tionghoa yang tergabung dalam perhimpunan INTI Surabaya.
17
Bagong.Suyanto dan Sutinah,Metodologi Penelitian Sosial(Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP), p. 166.
18
1.6.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat penelitian ini hendak dilakukan. Penelitian ini akan
dilaksanakan di:
Nama Instansi : Perhimpuanan Orang Indonesia Tionghoa (INTI) cabang
Surabaya
Alamat : Jalan, Karet no 21-23 Surabaya
Waktu penelitian : Desember 2011–Januari 2012
1.6.4 Teknik Penentuan Informan
Dalam penelitian ini, peneliti memutuskan untuk menentukan informan dengan cara teknik
purposive. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi
dari sumber yang telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian. Berikut ini, adalah kriteria dari
penentuan informan :
1. Informan atau narasumber merupakan orang keturunan Etnis Tionghoa.
2. Informan atau narasumber merupakan pengurus aktif dalam organisasi perhimpunan
orang Indonesia Tionghoa ( INTI ) cabang Surabaya.
3. Informan atau narasumber mengerti arti dari Komunikasi politik dan partisipasi politik.
4. Informan atau narasumber melakukan aktivitas komunikasi dan partisipasi politik.
5. Informan atau narasumber bersedia untuk menjawab semua pertanyaan yang diberikan
oleh peneliti.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
dengan19wawancara mendalam, Dokumentasi, Penelurusan pustaka.
1.6.6 Analisis Data
Data yang dihasilkan selama proses penelitian kualitatif akan diolah dan dianalisis untuk
memudahkan pemaknaan data. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan cara20
Transkrip,Open coding, Axial coding,Selective coding.
1.6.7 Keabsahan data
Dalam penelitian ini peneliti akan menilai keabsahan data dengan cara21 triagulasi sumber
data. Metode ini dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang
berbeda. Untuk memperoleh kebenaran informasi maka peneliti menggunakan cara observasi,
wawancara pada narasumber lain, hasil dokumentasi pribadi, dokumen tertulis, dan catatan
sejarah untuk mengecek kebenaran dari hasil wawancara pada saat penelitian.
19
Ibid., p. 166.
20
Bugin.B,Analisis Data Penelitian Kualitatif(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA, 2003), p. 127.
21