• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis membagi ke dalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu dengan bab yang lainnya. Diantaranya;

Bab I berisi pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II berisi uraian tentang ruang lingkup jihad. Bab ini mencakup.

Pertama, pengertian jihad secara umum. Kedua, derivasi jihad dan maknanya. Ketiga, peperangan sebagai jihad. Keempat, term-term lain dari jihad.

Bab III berisi biografi Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab. Bab ini mencakup. Pertama, biografi Sayyid Quṭb dan Profil Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān yang terdiri dari a) Biografi Sayyid Quṭb diantaranya; 1. Seputar Kehidupan Sayyid Quṭb 2. Karya-Karya Sayyid Quṭb. b) Profil Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān diantaranya ; 1. Historis Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān 2. Sumber dan Metode Penafsiran Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān 3. Corak dan Sistematika Penulisan Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Kedua, biografi M. Quraish Shihab dan Profil Kitab Al-Miṣbāh yang terdiri dari a) Biografi M. Quraish Shihab diantaranya; 1. Seputar Kehidupan M. Quraish Shihab 2. Karya-Karya M.

Quraish Shihab. b) Profil Kitab Miṣbah diantaranya; 1. Histori Kitab Al-Miṣbah 2. Sumber dan Metode Penafsiran Kitab Al-Al-Miṣbah 3. Corak dan Sistematika Penulisan Kitab Al-Miṣbah.

Bab IV berisi tentang analisis ayat dari term-term jihad dalam tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan tafsir Al-Miṣbah. Bab ini mencakup. Pertama,

klasifikasi ayat-ayat dari term-term jihad. Kedua, penafsiran dan analisis ayat term-term jihad dalam tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan tafsir Al-Miṣbah.

a) Berperang menghadapi serangan dari orang-orang musyrik. b) Tinggalkan riba atau perang melawan Allah SWT dan Rasul-Nya. c) Peringatan bagi kaum mukmin dalam bergaul dengan orang kafir dan menghadapi peperangan. d) Beratnya seorang muslimin untuk berperang

Bab V berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Kesimpulan atas kajian yang terdapat dalam penelitian dan memberikan saran-saran agar peneliti selanjutnya bisa dengan mudah mencari kekurangan dalam kajian ini.

15 BAB II

RUANG LINGKUP JIHAD A. Pengertian Jihad Secara Umum

Kata jihad dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 41 kali dengan berbagai bentuknya.1 Al-Qur’an dan Hadits mendefinisikan jihad dengan makna yang sangat bervariasi. Menurut secara Bahasa memiliki dua arti, jika berasal dari kata ُدْهُجْلا maka bermakna kemampuan (al-T>{aqah) , dan jika asal dari kata ُدْهَجْلا maka memiliki makna kelelahan atau kesulitan (al-Masyaqqah). Sehingga orang yang berjihad di jalan Allah adalah orang yang mencapai kesulitan karena Allah dan meninggikan kalimat-Nya sebagai cara dan jalan menuju surga.

Arti lain dari jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh seperti firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ḥajj ayat 78:

ِهِداَه ِج َّقَح ِهَّللا يِف اوُدِهاَجَو

“Dan berjuanglah kamu dijalan Allah dengan perjuangan yang sungguh-sungguh”. (Qs. Al-Ḥajj/ 22: 78).2

1 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2010), 660.

2 Depatermen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahnya (semarang:

CV, Toha Putra, 1996), 515.

Al-Qur’an mengistilahkan kata jihad untuk menunjukkan perjuangan.

Sayangnya, istilah tersebut seringkali disalah pahami dan dipersempit maknanya.3 Suatu keharusan pada masa ini dengan meluruskan pemahaman makna jihad dan termasuk menjadi hal yang sangat penting. Sisi pentingnya terlihat sekali pada masa ini dari berbagai kejadian yang melanda manusia, seperti aksi-aksi kekerasan, pembajakan, peledakan atau yang lainnya.

Yang mana oleh pelakunya dinamakan sebagai jihad atau ditampilkan kepada publik dengan label jihad. Sebagian lainnya menganggap hal tersebut tidak sama sekali bersumber dari aturan jihad menurut syari’at.4

Pengertian jihad dari berbagai para pakar, baik dari pakar ahli Bahasa maupun ahli tafsir berbeda-beda dalam mendefinisikannya diantaranya yaitu:

a. Menurut Kamus

Menurut Kamus Besar Indonesia jihad memiliki tiga pengertian, yaitu:

yang pertama, usaha dengan upaya untuk mencapai kebaikan. Yang kedua, usaha sungguh-sungguh dalam membela agama Allah dengan

mengorbankan harta benda, jiwa dan raga. Dan yang ketiga, perang suci melawan kekafiran untuk mempertahankan agama islam.5

b. Kamus Munawwir

Kata jihad berasal dari kata Juḥud yang memiliki arti kemampuan atau kekuatan, makna jihad sendiri ialah perjuangan.6

3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: MIZAN, 2010), 501.

4 Dzulqarnain M. Sanusi, Antara Jihad dan Terorisme (Makassar: pustaka As-Sunnah, 2011) , 53.

5 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Cet. IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 414

6 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Yogyakarta: al-Munawwir), 1984, 234.

17 c. Lisan Al-‘Arab

Ibnu Mandzur menulis dalam lisan al-‘Arab, jihad adalah memerangi musuh, mencurahkan seluruh kekuatan dan kemampuan, baik berupa kata-kata, perbuatan dan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang.7 d. Menurut Ahli Tafsir dan Para Cendekiawan

Ibn Taymiyyah (W. 728H), Jihad adalah mencurahkan segala upaya.

Yaitu kemampuan dalam menggapai segala sesuatu yang dicintai Allah dan menjauhkan segala yang Allah benci. Dalam pernyataan lainnya beliau mengatakan, jihad adalah bersungguh-sungguh dalam menggapai segala sesuatu yang dicintai Allah berupa keimanan dan amal shaleh serta menjauhi segala yang dimurkai Allah, seperti kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.8

Imam Al-Mubarak bin Muhammad bin Muhammad Jazari dalam kitab An-Nihayah, jihad berarti berperang dengan orang-orang kafir, dan ini adalah perjuangan secara intensif, dan berarti juga mencurahkan segala tenaga dan kekuatan baik dengan lisan maupun perbuatan. Sedangkan menurut E.W Lane, jihad adalah menggunakan atau mengeluarkan kekuatan atau kemampuan untuk melawan makhluk yang tercela, makhluk yang tercela terdiri dari tiga macam: musuh yang terlihat, musuh yang tidak terlihat (setan) dan nafsu.9

Ibnu Manshur berpendapat, jihad adalah melawan musuh, mengeluarkan segala kemampuan dan kekuatan berupa ucapan, perbuatan atau segala sesuatu yang seseorang mampu. Sedangkan penulis At-Ta’rifat

7 Abu Mandzur, Lisan Arab al- Muhith, juz 1, Dar Lisan Arab, 521

8 Ahmad Ibn Taimiyah Al Harrani, Al ‘Ubudiyah, beirut: Al Maktab Al Islami, 2005, h.94

9 Ali Yasir, Jihad Masa Kini, dalam http://www.aaiil.org

mendefinisikan jihad sebagai ajakan kepada agama yang benar. Ragib al-Asfaḥani mengemukakan jihad ialah mencurahkan semua kekuatan dalam menahan musuh. Jihad itu ada tiga macam yaitu berjuang melawan musuh yang terlihat, berjuang melawan setan dan menghadapi hawa nafsu.10

Menurut Muhammad Chirzin, jihad mempunyai dua makna, makna khusus yang dimaksud dengan “perang di jalan Allah” yang ditunjukan oleh orang-orang yang gugur di medan perang. Sedangkan makna yang umum ialah segala macam usaha yang membutuhkan ridha Allah baik berupa ibadah khusus yang bersifat individual maupun ibadah umum yang bersifat kolektif.11

Beragamnya pendapat para ulama maupun para pakar tentang pengertian jihad dapat disimpulkan bahwa makna jihad tidak hanya diartikan sebagai peperangan ataupun kekerasan. Sebagian menyebutkan makna jihad diartikan sebagai usaha yang bersungguh-sungguh dalam melakukan berbagai tindakan, yang pada akhirnya hanyalah satu yang dituju ialah untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Oleh sebab itu jihad akan selalu berlanjut sampai hari akhir. Abu Ja’far At-Ṭaḥawi seorang tokoh mazhab Hanafiyah, mengemukakan dalam matan aqidahnya bahwa jihad dan haji akan terus berlanjut sampai hari kiamat.12

Tidak diragukan lagi bahwa jihad merupakan suatu kata yang mengandung dua makna, makna umum dan khusus. Sebagaimana yang sering ditemukan didalam Al-Qur’an dan hadits.13 Sehingga sangat keliru

10 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung, MIZAN, 2010 h. 40.

11 Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad di Indonesia: Modernism vs Fundamentalism (Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2006).

12 Ibn Abi Al-‘Izz, Syarh Aqidah At-Thahawiyah, Beirut: Al Maktab Al Islami, 1998, h.387.

13 Abul A’la al Maududi, et al, Jihad Fi Sabilillah, Jakarta: Media Dakwah, 1986, ix.

19 jika menghilangkan salah satu hakikat makna jihad yaitu berjuang dalam membela agama Allah baik dengan seluruh kemampuan, berupa harta maupun jiwa.

Sejarah mencatat ada beberapa kalangan yang berusaha menghapus ajaran jihad pada dunia pendidikan secara khsusus dan dalam agama islam secara umum. Diantaranya yaitu Ahmad Khan seorang keturunan muslim India. Pendapatnya di kemudian hari diadposi oleh aliran Ahmadiyah Qadiyaniyah. Salah satu ideologinya adalah menghilangkan dan meniadakan ajaran jihad.14

Begitu pun dengan Ṭaha Ḥusain yang dikenal dengan seorang penggagas Gerakan Pembaharuan Sastra Arab. Pernyataannya yang cukup ganjil, sebagaimana yang dikemukakan ‘Ali Syakieb seorang guru besar Al Azhar Cairo adalah jihadnya para sahabat Rasulullah SAW di Mesir merupakan salah satu bentuk kolonialisme. Tidak ada bedanya dengan bangsa romawi dan Persia.15

B. Jihad dalam al-Qur’an

1. Derivasi Jihad dan Maknanya

Dalam al- Qur’an banyak sekali kita temukan kata jihad dengan berbagai ragam maknanya.16 Mengingat bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci umat

14 Ali Syahin, Al I’lam Binaqdhi Ma Ja’a Fi Kitab Maqalah Fil Islam (Cairo:

Darut Thana’ah al Muhammadiyah, 1998), 102.

15 Ali Syahin, Al I’lam Binaqdhi Ma Ja’a Fi Kitab Maqalah Fil Islam, 103.

16 Muhammad Fu’ad ‘Abd a;-Baqi, Al-Mu’jam Mufahraz li Alfaz Qur’an al-Karim, (Kairo: Dar al-Hadith, 1364H), hlm 224-225.

islam yang diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa, permasalahan, kondisi dan situasi sebagai proses dialog Antara Tuhan dengan manusia, maka tidak dipungkiri apabila seluruh kata-kata didalam Al-Qur’an mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteks diturunkannya ayat tersebut. Untuk mengetahui perbedaanya perlu melakukan penyusunan derivasi dari kata tersebut yang terdapat didalam Al-Qur’an, dengan begitu kita dapat mengetahui perbedaan makna dari setiap kata-kata tersebut.

Macam-macam derivasi kata Jihad dalam Al-Qur’an, yaitu:

a. Fi’il Mad{i, terdiri dari 2 bentuk derivasi, yaitu:

a) َدَهاَج, kata tersebut terdapat didalam Surah al-Taubah:

َدَهََٰجَو ِرِخٓ ۡلْٱ ِمۡوَ يۡلٱَو ِهَّللٱِب َنَماَء ۡنَمَك ِماَرَحۡلٱ ِدِجۡسَمۡلٱ َةَراَمِعَو ِ جٓاَحۡلٱ َةَياَقِس ٌُۡتۡلَعَجَأ ِليِبَس ي ِف

َّللٱَو ِۗهَّللٱ َدنِع َنۥُوَ تۡسَي َلَ ِۚهَّللٱ َنيِمِلََّٰظلٱ َمۡوَق ۡلٱ يِدۡهَ ي َلَ ُه

٩١

“apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak

memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (Qs. Al-Taubah/ 9: 19) Pengertian kata Jaḥada dalam ayat ini ialah sebagai pemberitahuan bahwa berjihad di jalan Allah bisa dengan berbagai cara diantaranya memakmurkan Masjidil Haram. Dalam tafsirnya Al-‘Aufi dari Ibn ‘Abbas bahwa arti jahada dalam ayat ini adalah berjihad dijalan Allah bersama Rasulullah SAW.17

17 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid II, 325.

21 b) ا ْوُدَهاَج , kata tersebut terdapat dalam Surah Baqarah dan Surah al-Ḥujurat.

َّللٱ َتَم ۡحَر َنوُجۡرَ ي َكِئََٰٓلْوُأ ِهَّللٱ ِليِبَس يِف ْاوُدَهََٰجَو ْاوُرَجاَه َنيِذَّلٱَو ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ َّنِإ روُفَغ ُهَّللٱَو ِۚه

ٌيِحَّر ٨٩٢

Artinya: sesungguhnya orang-orang yang beriman, otang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah. (Qs. al-Baqarah/ 2: 218)

Digunakannya kata Jaḥadū dalam bentuk Fi’il Maḍi pada ayat ini karena pada zaman itu orang-orang yang berjuang di jalan Allah tidaklah sedikit dan mereka berjihad tiada henti dengan mencurahkan seluruh kemampuan yang mereka miliki sampai tercapai apa yang dituju. Dalam tafsir Ibn Kaṡir, dalam ayat ini sangat erat hubungannya dengan keteguhan hati karena disandingkan dengan kata Ḥājaru (berhijrah) yaitu meninggalkan kampung kelahiran mereka karena pada saat itu diusir oleh orang-orang musyrikin.18 b. Fi’il Mud{ari’, terdiri dari 4 bentuk derivasi:

a. ُدِهاَجُي , terdapat dalam Qs. al-Ankabut/ 29 dan Qs. al-Taubah/ 9.

Dalam Qs. al-Ankabut :

فَنِل ُدِهََٰجُي اَمَّنِإَف َدَهََٰج نَمَو ِهِس ۚ

َّنِإ ۦ َهَّللٱ يِنَغَل ِنَع لٱ َنيِمَلََٰع ۚ

“dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. (Qs. al-Ankabut/ 29: 6).

Makna dari kata yujāḥidu linafsiḥi menurut Ibn Kaṡir yaitu kembalinya amalan yang dikerjakan oleh seorang manusia kepada dirinya sendiri,

18 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid I, 245.

adapun menurutnya jihad disini adalah berjihad dengan mengerjakan perbuatan baik.19

b. اْوُدِهاَجُي , terdapat dalam Qs. al-Taubah dan Qs. al-Maidah. Dalam Qs. al-Taubah: mereka, dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa. (Qs. al-Taubah/

9: 44).

Makna jihad dalam ayat ini menurut Ibn Kaṡir di dalam tafsirnya adalah berperang. Menurut Ibn Kaṡir orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak akan meminta izin untuk tidak ikut berperang, karena melihat bahwa hal tersebut adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka ketika ada seruan untuk berperang, mereka pasti akan langsung melaksanakannya. Setelah diteliti, jihad berperang tidak hanya dilakukan dalam bentuk mengangkat senjata, tetapi juga bisa dilakukan dengan memberikan sumbangan harta untuk keperluan perang.20

c. َن ْوُدِهاَجُي , terdapat dalam Qs. al-Maidah:

19 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid III, 377.

20 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Jilid II, 343.

23

“yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah (Qs. al-Maidah/ 5: 54).

Menurut Ibn Kaṡir dalam tafsirannya, taat kepada Allah, menegakkan hukum-Nya, memerangi musuh-musuh-Nya, menyeru kepada kebaikan, dan melarang kemungkaran. Ia menjelaskan bahwa ayat ini adalah ayat yang menerangkan tentang sifat Rasulullah SAW yang banyak senyum dan banyak berperang. Orang-orang yang bersamanya seperti sahabat juga memiliki sifat yang sama. Mereka tidak pernah mundur selangkahpun dari pendirian mereka, dan mereka selalu konsisten memegang pendirian tanpa takut dengan siapapun yang mengancam dan mencaci-maki mereka.21

d. َنوُدِهاَجُت , terdapat dalam surah al-Ṣaff:

ۡ يَخ ٌُۡكِلََٰذ ٌُۚۡكِسُفنَأَو ٌُۡكِلََٰوۡمَأِب ِهَّللٱ ِليِبَس يِف َنوُدِهََٰجُتَو ۦِهِلوُسَرَو ِهَّللٱِب َنوُنِمۡؤُ ت ٌر

ٌُۡكَّل ْنِإ ٌُۡتنُك

َنوُمَلۡعَ ت ٩٩

“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. (Qs. Al-Ṣaff/ 61: 11)

Dalam tafsiran Ibn Kaṡir tidak menjelaskan makna jihad, akan tetapi dalam aspek munasabah al-Ayah dia mengungkapkan bahwa berjihad dengan harta dan jiwa adalah sebuah perniagaan yang menyelamatkan pelakunya dari azab, memasukkan kedalam surga, menghindarinya dari kemiskinan, serta memberikannya kedudukan yang tinggi.22

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa makna jihad dalam Fi’il muḍari’ memiliki arti yang sama, yaitu berjuang dijalan Allah dengan segala upaya yang dimiliki baik dengan tenaga, pikiran, lisan, maupun

21 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid II, 69.

22 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Jilid IV, 333.

harta. Penambahan huruf ta. Alif, waw dan nun hanya menunjukkan jumlah pelaku jihad itu sendiri tanpa mengubah arti dari makna jihad tersebut.

c. Fi’il amr, terdiri dari 3 bentuk derivasi:

a. ِدِهاَج , terdapat dalam surah al-Taubah:

ْلا َسْئِبَو ۚ

ٌَُّنَهَج ٌُْهاَوْأَمَو ۚ

ٌِْهْيَلَع ْظُلْغاَو َنيِقِفاَنُمْلاَو َراَّفُكْلا ِدِهاَج ُّيِبَّنلا اَهُّ يَأاَي ُريِصَِم

٣٧ ( )

“wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. (Qs. Al-Taubah/ 9:

73).

Kata jāḥid pada ayat diatas mengandung kata perintah untuk satu orang yakni, perintah Allah yang tertuju hanya kepada Rasulullah SAW. Dalam tafsiran Ibn Kaṡir arti jihad pada ayat diatas adalah berjihad melawan orang-orang kafir dan munafik dengan bersikap keras kepada mereka, sebagaimana Allah juga memerintahkan untuk bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin. Untuk menjelaskan maksud bersikap kasar pada ayat ini, Ibnu Mas’ud mengatakan maksud berjihad disini adalah menggunakan dengan tangan, jika tidak mampu, maka memperlihatkan wajah muram. Tafsiran lainnya dari Ibn ‘Abbas mengatakan maksud berjihad pada ayat ini adalah melawan orang-orang kafir dengan menggunakan pedang, dan melawan orang-orang munafik dengan menggunakan lisan, serta tidak menampakkan kelembutan kepada mereka.23 Akan tetapi pendapat diatas tidak bertentangan Antara satu dengan yang lain.

b. ْمُهْدِهَج , terdapat dalam surah al-Furqan:

23 Jalaluddin Suyuti, Sarah Imam Nasa’i Juz II (Beirut: Dar Kutub al-Ilmiyah, 1991), 280.

25

َلََف اًريِبَك اًداَهِج ِهِب ٌُهْدِهاَجَو َنيِرِفاَكْلا ِعِطُت

٤٨) (

“maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Qur’an dengan jihad yang besar (Qs. al-Furqan/ 25: 52)

Ditambahkannya ُه ْم pada ayat ini menunjukkan perintah jihad yang tertuju pada seluruh umat Islam, adapun yang ditambahkan ِه setelah ِب perintah berjihad mengindikasi bahwa makna jihad pada fi’il amr dalam ayat diatas adalah berjihad menggunakan al-Qur’an, demikian pendapat Ibnu Kaṡir dalam tafisirnya tentang ayat diatas, yang ia rujuk kepada Ibn

‘Abbas.24

c. ا ْوُدِهاَج , terdapat dalam surah al-Taubah:

ُكَّل ٌرْ يَخ ٌُْكِلََٰذ ِۚهَّللا ِليِبَس يِف ٌُْكِسُفنَأَو ٌُْكِلاَوْمَأِب اوُدِهاَجَو ًلَاَقِثَو اًفاَفِخ اوُرِفنا ٌُْتنُك نِإ ٌْ

َنوُمَلْعَ ت ٤٩) (

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu dijalan Allah. (Qs. al-Taubah/ 9 : 41)

Pada ayat diatas menggunakan kata perintah dalam bentuk jamak yang menandakan bahwa jihad tersebut ditunjukkan kepada seluruh umat Islam agar berjihad bersama Rasulullah SAW. Mengenai sebab turunnya ayat ini, Ibn Kaṡir mengemukakan sebuah kisah yang diceritakan oleh Mu’tamir bin Sulaiman dari ayahnya bahwa ada sekelompok orang yang berpura-pura sakit dan renta, lalu mereka berkata: kami tidak berdosa apabila tidak ikut berjihad dijalan Allah. Maka ayat diatas Allah menyerukan keberangkatan

24 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Jilid III, 301.

yang serempak bersama Rasulullah SAW pada perang Tabuk untuk memerangi musuh-musuh Allah.25

d. Mas{dar, terdiri dari 3 bentuk derivasi:

a. ِهِداَه ِج , terdapat dalam surah al-Ḥajj:

َّلِ م ٍۚجَرَح ْنِم ِنيِ دلا يِف ٌُْكْيَلَع َلَعَج اَمَو ٌُْكاَبَ تْجا َوُه ِۚهِداَهِج َّقَح ِهَّللا يِف اوُدِهاَجَو ٌُْكيِبَأ َة

ٌُُكاَّمَس َوُه ٌَۚيِهاَرْ بِإ ْيَلَع اًديِهَش ُلوُسَّرلا َنوُكَيِل اَذََٰه يِفَو ُلْبَ ق نِم َنيِمِلْسُمْلا

َءاَدَهُش اوُنوُكَتَو ٌُْك َلْوَمْلا ٌَْعِنَف ۖ

ٌُْك َلَْوَم َوُه ِهَّللاِب اوُمِصَِتْعاَو َةاَكَّزلا اوُتآَو َة َلََّصِلا اوُميِقَأَف ُِۗ اَّنلا ىَلَع ُريِصَِّنلا ٌَْعِنَو َٰى

٣٢ ( )

“dan berjihadlah kamu dijalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.

(Qs. al-Ḥajj/ 22: 78)

Makna jihad pada ayat ini dalam tafsiran Ibn Kaṡir adalah totalitas perjuangan, baik dengan harta, lisan ataupun nyawa. Adapun arti kata jihadih dalam ayat ini sebagai penguat bahwa jihad harus dilakukan dengan sepenuh hati dan sunguh-sungguh. Menurut Ibn Kaṡir, hal ini sama dengan kata tuqatih dalam Qs. Ali ‘Imran/ 3: 102 ittaqullah haqqa tuqatih (bertakqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.26

b. َدْهَج , terdapat dalam surah al-An’am:

25 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid II, 342.

26 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid III, 222.

27

َدنِع ُتاَي ْلْا اَمَّنِإ ْلُق ۚاَهِب َّنُنِمْؤُ يَّل ٌةَيآ ٌُْهْ تَءاَج نِئَل ٌِْْۙهِناَمْيَأ َدْهَج ِهَّللاِب اوُمَسْقَأَو ٌُْكُرِعْشُي اَمَو ِۖهَّللا

َنوُنِمْؤُ ي َلَ ْتَءاَج اَذِإ اَهَّ نَأ

٩٠١ ( )

”mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka suatu mukjizat, pastilah mereka beriman kepadanya. (Qs. al-An’am/ 6: 109).

Kata jaḥda di dalam ayat ini ditafsirkan Ibn Kaṡir dengan Muakkadah (kesungguhan). Mengenai sebab turunnya ayat ini, Ibn Kaṡir mengutip dari Ibn Jarir bahwa orang-orang Quraisy meminta kepada Rasulullah SAW agar menunjukkan mukjizatnya seperti para Nabi yang terdahulu. Mereka meminta agar Rasulullah SAW mengubah bukit Safa menjadi emas.

Kemudian Rasul pun bertanya kepada mereka apakah akan beriman apabila ia bisa melakukannya, dan mereka berjanji akan beriman. Namun kepada Rasul berdoa kepada Allah, maka turunlah Jibril untuk mengubah bukit Safa menjadi emas, tetapi Jibril mengancam apabila mereka tidak beriman setelah itu maka Allah akan mengazab mereka. Akhirnya Rasulullah SAW meminta kepada Allah untuk tidak mengubah bukit tersebut menjadi emas, agar mereka orang-orang yang sadar di Antara mereka untuk bertaubat, sehingga turunlah ayat ini. Ibn Kaṡir berpendapat bahwa hadits ini berpredikat mursal, tetapi mempunyai banyak saksi yang menguatkannya, dan diriwayatkan melalui berbagai jalur.27

c. َدْهُج , terdapat dalam surah al-Taubah:

27 Ibn Katsir, Tafsir Qur’an ‘Azim Jilid II (Beirut: Dar Kutub

al-‘Ilmiyah,2004), 159.

ِتاَقَدَّصِلا يِف َنيِنِمْؤُمْلا َنِم َنيِعِ وَّطُمْلا َنوُزِمْلَ ي َنيِذَّلا

“dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka, Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk merea azab yang pedih. (Qs. al-Taubah/ 9: 79).

Menurut Ibn Kaṡir mengenai ayat ini secara keseluruhan ialah penjelasan Allah mengenai sifat orang-orang munafik yang suka mencela orang lain.

Terlebih mereka suka mencela orang-orang yang suka memberikan sedekah. Jika ia dating dengan sedekah yang banyak, maka orang munafik berkata, ia adalah orang riya. Namun apabila ia memberikan sedekah yang sedikit, maka mereka berkata, Allah tidak membutuhkan sedekah ini.28

d. Ism Fa’il, dalam bentuk: َن ْوُدِهاَجُمْلا, terdapat pada surah al-Nisa:

“Tidaklah sama Antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut perang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah.

(Qs. al-Nisa/ 4: 95).

Kata َن ْوُدِهاَجُمْلا dalam bentuk Ism Fa’il pada ayat diatas yang berarti orang-orang yang berjihad dijalan Allah dengan mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan nyawa dan tenaga. Di dalam tafsiran

28 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid II, 356.

29

Ibn Kaṡir, ia tidak menjelaskan secara mendalam pada makna jihad dalam ayat ini. Akan tetapi Ibn Kaṡir lebih memfokuskan dalam menjelaskan tentang arti Uli al-Darar yang terdapat pada ayat ini.29

2. Peperangan Sebagai Jihad

Jihad adalah salah satu cara guna mempertahankan agama Allah, dan hal tersebut menjadi kewajiban setiap muslim. Jihad dengan memerangi lawan yang merusak agama Islam dengan perlawanan di medan peperangan, meski dalam hal tersebut bukan satu-satunya cara untuk melawan dan mempertahankan agama Allah, tidak selalu berupa tindakan fisik, melainkan dapat dilakukan dengan serangan lain seperti pemikiran, keilmuan, teknologi, perekonomian dan hal lainnya.30

Dalam al-Qur’an sendiri menerangkan jihad dengan makna yang berbeda-beda, banyaknya ayat yang mengandung kata “jihad” dengan makna yang beragam menjadikan kata Jihad tidak musti bermakna perang.

Akan tetapi beberapa ayat pun menjelaskan bahwa kata jihad menjelaskan tentang perintah berperang.

Seruan atas jihad dengan berperang terkandung dalam berbagai ayat-ayat

Seruan atas jihad dengan berperang terkandung dalam berbagai ayat-ayat

Dokumen terkait