• Tidak ada hasil yang ditemukan

AYAT-AYAT JIHAD: KOMPARASI TAFSIR FĪ ẒILĀL AL- QUR ĀN DAN TAFSIR AL-MIṢBĀH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AYAT-AYAT JIHAD: KOMPARASI TAFSIR FĪ ẒILĀL AL- QUR ĀN DAN TAFSIR AL-MIṢBĀH"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

AYAT-AYAT JIHAD: KOMPARASI TAFSIR FĪ ẒILĀL AL- QUR’ĀN DAN TAFSIR AL-MIṢBĀH

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

MUHAMAD IQBAL ISLAMI NIM: 11140340000273

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(2)
(3)

AYAT-AYAT JIHAD: KOMPARASI TAFSIR FĪ ẒILĀL AL- QUR’ĀN DAN TAFSIR AL-MIṢBĀH

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag)

oleh:

Muhamad Iqbal Islami 11140340000273

Dosen Pembimbing

Drs. Ahmad Rifqi Muchtar, MA.

NIP. 196908221997031002

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(4)
(5)

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul AYAT-AYAT JIHAD: KOMPARASI TAFSIR FĪ ZILĀL AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR AL-MIṢBĀḤ telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 13 Juli 2021.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 6 Agustus 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Aktobi Ghozali, M.A NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19730520 200501 1 003

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Abd Moqsith, M.AMuslih, M.Ag

NIP. 19710607 200501 1 002 NIP. 19721024 200312 1 002 Pembimbing,

Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A NIP. 19690822 199703 1 002

(6)
(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Muhamad Iqbal Islami NIM : 11140340000273 Fakultas : Ushuluddin

Jurusan/Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Judul Skripsi : AYAT-AYAT JIHAD: KOMPARASI TAFSIR FĪ ẒILĀL AL-QUR’ĀN DAN TAFSIR AL-MIṢBĀH

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 07 Juli 2021

Muhamad Iqbal Islami 11140340000273

(8)
(9)

ix ABSTRAK

Muhammad Iqbal Islami, NIM 1114034000273.

Ayat-Ayat Jihad: Komparasi Tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān Dan Tafsir Al- Miṣbāh

Jihad berasal dari kata jaḥada-yajḥadu-jaḥdan, yang berarti bersungguh-sungguh/kesungguhan. Kesungguhan seorang hamba dalam bentuk peribadatan guna mencapai jalan menuju keridhaan Allah swt.

Selain sebagai media informasi perintah jihad dari Allah, Al-Qur’an menjelaskan beberapa hal yang mudah untuk dipahami perihal jihad, dengan konteks yang beragam dan saling berkaitan antara surah satu dengan surah yang lainnya.

Oleh karena hal tersebut, penulis bermaksud ingin mengkaji keberagaman makna jihad yang terkandung dalam al-Qur’an, dengan kajian yang berlandaskan dari pandangan ulama’ tafsir, tentang pelaku, tindakan, dan tujuan dari perintah jihad tersebut. Perintah jihad yang begitu beragam penulis kelompokkan menjadi empat yakni, jihad menghadapi serangan, berdamai dengan riba, perintah mengantisipasi hubungan dengan kaum Musyrikin, dan kesulitan muslimin melaksanakan perang. Akan tetapi penulis membatasi penelitian dengan berfokus pada perbandingan penafsiran perintah jihad yang terkandung dalam al-Qur’an antara Sayyid Quṭb dan Quraish Shihab. Dengan metode penelitian library research dengan mengumpulkan data, yang diharapkan dapat mencapai tujuan pemahaman. Dengan perbandingan yang digunakan agar dapat menemukan hasil yang objektif diantara dua corak tafsir yang berbeda.

Hasilnya setelah melakukan penelitian tersebut, capaian yang diperoleh adalah suatu kesimpulan yang cukup bisa menjelaskan gambaran umum tentang komparasi kedua pemikiran mufasir yaitu Quraish Shihab yang lebih cenderung berpandangan inklusif (terbuka), cenderung berpandangan dengan mengambil jalan tengah dalam memaknai jihad itu sendiri. Sementara Sayyid Quṭb lebih cenderung berpandangan ekslusif (tertutup), ekstrem dalam memahami dan mendefinisikan jihad sebagai mengangkat senjata untuk memerangi orang kafir.

Kata kunci: Jihad, Muqaran, Sayyid Quṭb, Quraish Shihab

(10)
(11)

xi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah swt. penulis panjatkan atas segala rahmat, karunia, taufiq, dan hidayat-Nya yang tidak mampu dihitung oleh hamba- Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw.

rasul pilihan yang membawa cahaya penerang dengan ilmu pengetahuan dan kearifan, semoga untaian doa tetap tercurahkan kepada keluarga, sahabat serta seluruh pengikutnya sampai akhir zaman. Alhamdulillāh, penulis bersyukur dapat menyelesaikan skripsi ini setelah melalui berbagai upaya dan usaha selama menyusun skripsi ini, meskipun dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan. Karena kesempurnaan adalah sesuatu hal yang mustahil bagi penulis sebagai hamba-Nya yang Maha Sempurna.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa terselesaikan skripsi ini tidaklah semata-mata atas usaha sendiri, namun berkat dukungan motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan

2. Dr. Yusuf Rahman, M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr, Eva Nugraha, M.Ag. selaku ketua jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan studi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan kemudahan dari setiap langkah beliau.

(12)

4. Fahrizal Mahdi, Lc, MIRKH selaku sekretaris jurusan Ilmu al- Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis berterima kasih, karena beliau telah membantu dan memberikan kesempatan kepada penulis menyelesaikan studi ini.

5. Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., selaku dosen pembimbing, telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan arahan dan ilmu baru, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

6. Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan saran-saran ataupun arahan selama penulis duduk dibangku perkuliahan .

7. Segenap jajaran dosen dan civitas akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu tanpa mengurangi rasa hormat, khususnya program studi Ilmu al- Qur’an dan Tafsir yang ikhlas, tulus dan sabar mendidik kamu menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berintelektual.

8. Teman-teman serumpun Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir, Fakultas Ushuludin angkatan 2014, baik yang telah lulus mendahului penulis maupun yang belum sempat lulus. Dalam hal ini penulis mengucapkan mohon maaf dan terimakasih, semoga pertemanan ini tak lekang sebab waktu.

Yang mulia Ayah (Muhamad Aminullah S.E) dan Ibu (Tuti Alawiyah) beserta semua keluarga, yang telah banyak membantu penulis demi suksesnya studi dan selesainya skripsi ini.

(13)

xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/u/1987. Adapun rinciannya sebagai berikut:

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Arab Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ب b Be

ت t Te

ث ṡ es (dengan titik di atas)

ج j Je

ح h} ha (dengan titik di bawah)

خ kh ka dan ha

د d De

ذ ż zet (dengan titik di atas)

ر r Er

ز z Zet

(14)

س s Es

ش sy es dan ye

ص s} es (dengan titik di bawah)

ض ḍ de (dengan titik di bawah)

ط t} te (dengan titik dibawah)

ظ z} zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ apostrop terbalik

غ g Ge

ف f Ef

ق q Qi

ك k Ka

ل l El

م m Em

ن n En

و w W

ه h Ha

ء ’ Apostrop

ي y Ye

(15)

xv Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun, jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab-Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut dengan diftong, untuk vokal tunggal sebagai berikut:

Tanda Nama Huruf Latin Nama

َ ا Fatḥah a A

ِا Kasrah i I

َ ا Ḍammah u U

Adapun vokal rangkap sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan ﹷ

ي ai a dan i

و ﹷ au a dan u

Dalam Bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

اى a> a dengan garis di atas

يى i> i dengan garis di atas

وى u> u dengan garis di atas

C. Kata Sandang

(16)

Kata sandang dilambangkan dengan (al-) yang diikuti huruf:

syamsiyah dan qamariyah.

Al-Qamariyah ُرْيِنُملا Al-Munīr

Al-Syamsiyah ُلاَج ِ رلا Al-Rijāl

D. Syaddah (Tasydid)

Dalam bahasa Arab syaddah utau tasydid dilambangkan dengan ketika dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah, akan tetapi, itu tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah terletak setel kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Al-Qamariyah ُةِ وُقْلا Al-Quwwah

Al-Syamsyiyah ُة َر ْو ُرَّضلا Al-Ḍarūrah

E. Ta Marbūtah

Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta martujah yung hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, transliterasi adalah (t), sedangkan ta marbūtah yang mati atau mendapat haraka sukun, transliterasinya adalah (h), kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūtah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-ser bacaan yang kedua kata itu terpisah, maka ta marbūtah ditransliterasikan dengan ha (h) contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1 ُةَقْي ِرَّطلا Ṭarīqah

(17)

xvii 2 ُةَّيِم َلَْسِ ْلْا ُةَعِماَجْلا Al-Jāmi’ah al-Islāmiah 3 ِد ْوُج ُوْلا ُةَدْح َو Waḥdat al-Wujūd

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini juga mengikuti Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal Nama tempat, nama bulan nama din dan lain-lain, jika Nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.

Contoh: Abu Hami>d, al-Gaza>li, al-Kindi>.

Berkaitan dengan penulisan nama untuk nama-nama tokoh yang berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab, misalnya ditulis Abdussamad al- palimbani, tidak “Abd al-Samad al-Palimbani. Nuruddin al-naniri, tidak Nur al-Din al-Raniri.

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia, Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas, Misalnya kata Al-Qur’ān (dari al-Qur’ān), Sunnah, khusus dan umum, namun bila mereka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh: Fi> Zila>l al-Qur’an, Al-‘Iba>rat bi ‘umu>m al-lafz la bi khusu>s al- saba>b.

(18)
(19)

xix DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

DAFTAR ISI ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II RUANG LINGKUP JIHAD ... 15

A. Pengertian Jihad Secara Umum ... 15

B. Jihad dalam al-Qur’an ... 19

1. Derivasi Jihad dan Maknanya ... 19

2. Peperangan Sebagai Jihad ... 29

3. Term-term Lain Dari Jihad ... 37

BAB III SAYYID QUṬB dan M. QURAISH SHIHAB ... 43

A. Biografi Sayyid Quṭb Dan Profil Kitab Fi> zila>l al-Qur’an ... 43

B. Biografi M. Quraish Shihab dan Profil Kitab al- Misbah ... 57

BAB IV ANALISIS AYAT DARI TERM-TERM JIHAD-JIHAD DALAM TAFSIR Fi>zila>l al-Qur’an DAN TAFSIR AL-MIṢBAH ... 69

A. Klasifikasi Ayat-ayat dari Terma Jihad ... 69

B. Penafsiran dan Analisis Ayat Term-term Jihad Dalam Tafsir Fi> zila>l al-Qur’an dan Tafsir Al-Miṣbah ... 72

1. Perang Menghadapi Serangan Kaum Musyrikin ... 72

2. Berdamai Dengan Riba atau Allah swt dan Rasul-Nya ... 83

(20)

3. Larangan Kaum Muslimin Mengikuti/Menjalin Hubungan

Dengan Kaum Musyrikin ... 85

4. Kesulitan Muslimin Melaksanakan Perang ... 93

BAB V KESIMPULAN ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran-saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak keistimewaan di dalam ayat-ayat al-Qur’an yang masih belum diketahui oleh kebanyakan manusia, salah satunya mengenai jihad.

Kalangan masyarakat awam dalam memahami jihad, notabenenya sebagai perang melawan musuh-musuh Islam. Untuk zaman sekarang cakupan jihad hanya pada pengertian perang terlalu sederhana. Banyak aspek kemaslahatan umum yang membutuhkan penanganan. Sementara perang sudah menjadi kewenangan negara dengan pasukan yang dimilikinya.

Kata jihad dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 41 kali1 dari berbagai derivasinya baik dalam bentuk Fi’il Ma>d{i, Mud{ari’, Amr atau Mas{dar dan juga berbentuk Mufrad, Taṡniyah dan Jama’. Bukan hanya itu jihad juga disepadankan dengan istilah-istilah lain diantaranya al-Qitāl, al-H{arb, al- Gazwu (al-gazwah), al-Nafr.2

Jihad juga bisa dikatakan dalam bentuk yang lain. Seperti seseorang dalam menuntut ilmu, ibu yang sedang melahirkan, orang yang meninggal karena wabah, dan lain-lain. Yang semuanya itu semata-mata diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam kajian Prof. Nasaruddin Umar bahwa jihad adalah sebuah istilah yang multi tafsir, karena jihad memiliki makna yang beragam, baik eksoterik (umum) maupun esoteris (khusus). Jihad secara eksoterik

1 Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, Al-Mu‘‘jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al- Karim, (Kairo: Dar al-Rayyan li al-Turats, t.th.), 182-183.

2 Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 4, Cet.I, (Jakarta:

Ichtiar Baru van Hoeve, 1996), 1395.

(22)

biasanya dimaknai sebagai perang suci, pemaknaan ini karena terpengaruh oleh konsep agama Kristen dalam Perang Salib. Sedangkan secara esoteris, jihad bermakna upaya yang sungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.3

Jihad berasal dari bahasa arab yakni Ja>ḥada – Yuja>ḥidu yang berarti mencurahkan daya upaya atau bekerja keras. Ibn Faris dalam Mu’jam Maqayis al-Lugah menjelaskan bahwa kata jihad yang berasal dari huruf (Jim, Ha dan Dal) berarti kepayahan (kesulitan) atau yang semakna dengannya.4 Sedangkan dalam Lisan al-‘Arab, jihad berarti memerangi musuh, mencurahkan segala kemampuan dan tenaga berupa kata-kata, perbuatan atau segala sesuatu sesuai kemampuan.5

Jihad dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” diartikan sebagai: A) Usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai kebaikan, B) Usaha sungguh-sungguh membela agama Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga, C) Perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam. Berjihad berarti berperang di jalan Allah SWT.6 Pengertian ini lebih kearah jihad dalam peperangan.

Terkait dengan jihad yang diartikan sebagai perang, ia mempunyai persamaan, yaitu pertama al-Qitāl, dalam Mu‘jam Maqayis al-Lugah jihad memiliki makna yang menunjukkan kepada hal menghina, membunuh.7 al- Qitāl sendiri berasal dari akar kata (qatala – yaqtulu) yang bermakna

3 Nasaruddin Umar, Mengurai Makna Jihad dalam Kata Pengantar Gamal al- Banna, Jihad yang terjemahkan oleh Tim Mata Air Publishing, Cet I (Jakarta: Mata Air Publishing, 2006), 5.

4 Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu‘jam Maqayis al-Lugah, Juz. I (Beirut: Dar Ittihad al-‘Arabi, 1423 H/2002 M), 486-487.

5 Abu al-Fadl Jamal al-Din Muhammad bin Mukram bin Manzhur al-Ifriqi al-Misr, Lisan al-‘Arab, Juz XI, (Beirut: Dar Al-Sadr, t.th.), 521.

6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet I. Edisi IV (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 584.

7 Abu al-Husain Ahmad bin Faris bin Zakariya, Mu‘jam Maqayis al-Lugah, Juz. V, 56.

(23)

3 membunuh, melaknat dan mengutuk, sedangkan (q>atala-yuqa>tilu) berarti memerangi, memusuhi dan berkelahi.8

Di bawah ini salah satu ayat dari al-Qitāl, dalam surah Ali-‘Imran ayat 121, sebagai berikut;

ِلَع ٌعيِمَس ُهَّللاَو ۗ ِلاَتِقْلِل َدِعاَقَم َنيِنِمْؤُمْلا ُئِ وَ بُ ت َكِلْهَأ ْنِم َتْوَدَغ ْذِإَو ٌٌي

“Dan (ingatlah), ketika kamu berangkat pada pagi hari dari (rumah) keluargamu akan menempatkan para mukmin pada beberapa tempat untuk berperang. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. 9 (Qs. ali- ‘Imran/ 3: 121)

Kedua al-H{arb, dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 11 kali dengan makna yang beragam. Kata al-H{arb diartikan sebagai perang, dan kesemuanya adalah surah madaniyyah.10 Di bawah ini ayat mengenai kata al-Harb yang terdapat dalam surah al-Baqarah ayat 279, sebagai berikut;

ُءُر ٌُْكَلَ ف ٌُْتْ بُ ت ْنِإَو ۖ ِهِلوُسَرَو ِهَّللا َنِم ٍبْرَحِب اوُنَذْأَف اوُلَعْفَ ت ٌَْل ْنِإَف ُُ و

َنوُمَلْظُت َلََو َنوُمِلْظَت َلَ ٌُْكِلاَوْمَأ

“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”11 (Qs.

al-Baqarah/ 2: 279)

Ketiga al-Gazwah, yang berasal dari kata kerja gaza>-yagzu> yang mempunyai makna al-Khuruj ila muḥarabah al-‘aduwwi (keluar untuk

8 Louis Ma’luf, Al-Munjid fi al-Lugah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-Masyriq, 1992), 608.

9 Kementerian Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Lajnah Pentashihan, 2019), 87.

10 Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, Al-Mu‘‘jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al- Karim, 197.

11 Kementerian Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahannya, 61.

(24)

memerangi musuh).12 Dari pengertian ini dapat dimaknai bahwa al- Gazwah adalah jihad dalam pengertian perang secara fisik melawan musuh.

Dalam al-Qur’an kata ini hanya disebut satu kali saja dalam bentuk maṣdar yaitu guzzan, yang terdapat dalam surah Ali ‘Imran ayat 156.13

اوُنوُكَت َلَ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ ا َي ِهِناَوْخِِلِ اوُلاَقَو اوُرَفَك َنيِذَّلاَك

اوُبَرَض اَذِإ ٌْ

ُهَّللا َلَعْجَيِل اوُلِتُق اَمَو اوُتاَم اَم اَنَدْنِع اوُناَك ْوَل ىًّزُغ اوُناَك ْوَأ ِضْرَْلْا يِف َنوُلَمْعَ ت اَمِب ُهَّللاَو ۗ ُتيِمُيَو يِيْحُي ُهَّللاَو ۗ ٌِْهِبوُلُ ق يِف ًةَرْسَح َكِلََٰذ ٌريِصِ َب

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang- orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama- sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Allah menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka.

Allah menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan.”14 (Qs. Ali ‘Imran/ 3: 156)

Keempat al-Nafr, yang berasal dari akar kata Nun, Fa, Ra dengan kata kerja (Nafara – Yanfuru) yang bermakna berangkat, pergi, lari (karena takut dan terkejut), mengalahkan, berpaling, tidak menyukai, bergegas dan pergi terburu-buru.15

Dalam al-Mufrada>t, Ragib al-Asfaḥani memberikan pengertian term al-Nafr yaitu rasa cemas dari sesuatu atau terhadap sesuatu, sama halnya perasaan takut.16 Salah satu ayat dari kata al-Nafr, terdapat dalam surah at- Taubah ayat 38 dan 39, sebagai berikut:

12 Al-Ragib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat li Alfaz al-Qur’ān, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), 373.

13 Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, Al-Mu‘‘jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’ān al- Karim, 498.

14 Kementerian Agama R.I. Al-Qur’ān dan Terjemahannya, 156.

15 Ahmad Warson al-Munawwir, Al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1984), 1535.

16 Al-Ragib al-Asfaḥani, Mu’jam Mufradāt li Alfaz al-Qur’ān, 522.

(25)

5

ُتْلَ قاَّثا ِهَّللا ِليِبَس يِف اوُرِفْنا ٌُُكَل َليِق اَذِإ ٌُْكَل اَم اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي َيْ نُّدلا ِةاَيَحْلا ُعاَتَم اَمَف ۚ ِةَر ِخ ْلْا َنِم اَيْ نُّدلا ِةاَيَحْلاِب ٌُْتيِضَرَأ ۚ ِضْرَْلْا ىَلِإ ٌْ

ا

ِةَر ِخ ْلْا يِف ٌليِلَق َّلَِإ

اًمْوَ ق ْلِدْبَ تْسَيَو اًميِلَأ اًباَذَع ٌُْكْبِ ذَعُ ي اوُرِفْنَ ت َّلَ ِإ

ٌريِدَق ٍءْيَش ِ لُك َٰىَلَع ُهَّللاَو ۗ اًئْ يَش ُهوُّرُضَت َلََو ٌُْكَرْ يَغ

“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat?

Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” 17 (Qs. At-Taubah/ 3: 38-39) Term-term kata al-Qitāl, al-Ḥarb, al-Gazwu (al-gazwah), al-Nafr ini merupakan bagian yang terkait dengan jihad. Hal ini yang masih belum diketahui masyarakat awam. Dari empat kata ini, memiliki perbedaan baik dari segi makna ataupun tujuannya tergantung dari situasi dan kondisi. Oleh karena itu, penulis akan membahas term-term ini dari pandangan dua mufassir yakni Sayyid Qutb dalam kitabnya Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan M.

Quraish Shihab dalam kitabnya Al-Miṣbah.

Dalam kitab tafsir Sayyid Qutb, ia memiliki corak Haraki yaitu tafsir yang ditulis dan disusun oleh seorang tokoh pergerakan umat Islam. Dalam hal ini, seorang mufassir berusaha menjelaskan maksud Allah SWT dalam al- Qur’an, khususnya yang terkait dengan perubahan dan pergerakan sosial kearah yang lebih baik.18

17 Kementerian Agama R.I. Al-Qur’an dan Terjemahannya, 265.

18 Lutfi Assyaukani, Tipologi dan Wacana Pemikiran Arab Kontemporer, dalam Jurnal Pemikiran Islam Paramadina, Vol. 1. no1, (Juli – Desember, 1998), 77.

(26)

Sedangkan tafsir M. Quraish Shihab, ia memiliki corak lughawi yaitu tafsir yang mencoba menjelaskan makna-makna al-Qur’an dengan menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan. Tafsir lughawi dalam kitab ini pembahasannya campur-baur dengan pembahasan lain seperti hukum, theology dan sejenisnya.19

Atas dasar ini, penulis tertarik untuk mengkaji ayat dari term-term jihad dalam al-Qur’an menggunakan dua tafsir yakni tafsir Sayyid Quṭb dan tafsir M. Quraish Shihab. Sehingga dapat menemukan persamaan dan perbandingan pendapat dari dua mufassir ini.

B. Identifikasi, Batasan dan Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang terdapat dari latar belakang di atas, maka timbul permasalahan, sebagai berikut:

a. Mengkaji dan menjelaskan ruang lingkup jihad b. Mengkaji ruang lingkup bentuk-bentuk dari jihad

c. Menjelaskan semua ayat dari jihad menggunakan tafsir Fī Ẓilāl al- Qur’ān dan al-Miṣbāh

d. Menjelaskan Ayat dari term-term Jihad menggunakan perbandingan Tafsir Sayyid Quṭb dan Tafsir M. Quraish Shihab.

2. Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penulis membatasi penelitian ini dengan mengkaji ayat dari term-term jihad menggunakan dua tafsiran yakni tafsir Sayyid Quṭb (Fī Ẓilāl al-Qur’ān) dan tafsir M. Quraish Shihab (al-

19 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta : Idea Press, 2014), 43.

(27)

7 Miṣbāh). Batasan ini bertujuan supaya pembahasan ini lebih fokus dan tidak keluar dari penjelasan yang ada di latar belakang.

3. Rumusan Masalah

Setelah dibatasi masalah yang akan dikaji. Rumusan masalah dari skripsi ini adalah “Bagaimana Pandangan Tafsir Sayyid Quṭb (Fī Ẓilāl al-Qur’ān) dan M. Quraish Shihab (al-Misba>h) tentang Jihad mukminin dalam al- Qur’an” ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeksripsikan penafsiran ayat dari term-term jihad kemudian melakukan perbandingan dari dua tafsir yaitu tafsir Sayyid Qutb (Fī Ẓilāl al-Qur’ān) dan tafsir M. Quraish Shihab (al- Misba>h).

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dalam bidang studi al-Qur’an dan tafsir adalah:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan apakah perbedaan pendapat dari dua mufassir mempengaruhi produk tafsir atau tidak.

2. Secara praktis, pembahasan ini sekiranya dapat dijadikan sebagai tambahan bahan bacaan atas persoalan pemaknaan jihad dalam al- Qur’an dalam ayat dari term-term jihad.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai upaya untuk menghindari kesamaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya, maka peneliti mengadakan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya, maka peneliti

(28)

mengadakan penelusuran terhadap peneliti-peneliti yang telah ada. Berikut ini beberapa peneliti skripsi yang relevan terhadap tema peneliti yang peneliti angkat, di antaranya :

Pertama, tesis yang ditulis oleh Baharudin dengan judul “Jihad: Studi Kualitas Sanad Hadis dalam Kitab Nasihat Al-Muslimin Wa Al-Tazkirah Al-Mu’minin Fi Fada’il Al-Jihadi Fi Sabilillah Wa Karamatu Al- Mujahidin Fi Sabilillah”. Dalam tesis ini, mengkaji kitab dari karya Syeikh

‘Abd al-Samad al-Jawi al-Palimbani dalam meneliti sanad hadis-hadis tentang keutamaan jihad. Terdapat 15 hadis, 14 hadis Marfu’ dan 1 hadis Mauquf. Dari segi kualitas 15 hadis ini, 12 termasuk hadis shahih dan 3 hadis dhaif. Hadis dhaif tersebut dikarenakan tidak diketahui hal-ihwalnya perawi.20

Kedua, tesis yang ditulis oleh Anggi Wahyu Ari dengan judul “Jihad Menurut Ibn Kaṡir: Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim”. Dalam tesis ini, lebih mengarah pada era modernisasi mengenai jihad. Modernisasi penuh dengan kebebasan berfikir, inovasi dan kreatifitas yang diiringi imperialisme dan penjajahan terhadap kaum muslim dalam bentuk politik, ekonomi dan budaya. Oleh karena itu, pemikiran dalam tafsir Ibn Kaṡir agar dapat meluruskan pemikiran masyarakat di era modernisasi.21

Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Ahmad Basori dengan judul “Jihad Menurut Yusuf Qardhawi”. Dalam skripsi ini, menurut Yusuf Qardhawi bahwa jihad itu berbeda dengan qatil (perang). Jihad bisa terhadap setan, jihad terhadap kezaliman, dan jihad terhadap kaum kafir dan munafik.22

20 Baharudin, Jihad: Studi Kualitas Sanad Hadis dalam Kitab Nasihat Al-Muslimin Wa Al-Tazkiratu Al-Mu’minin Fi Fada’il Al-Jihadi Fi Sabilillah Wa Karamatu Al- Mujahidin Fi Sabilillah, (Tesis, S2 Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2016).

21 Anggi Wahyu Ari, Jihad Menurut Ibnu Katsir: Tafsir Al-Qur’an Al-Azhi, (Tesis, S2 Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2014).

22 Ahmad Basori, Jihad Menurut Yusuf Qaradhawi, (Skripsi, S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2009).

(29)

9 Keempat, skripsi yang ditulis oleh Lia Lianti dengan judul “Jihad dalam Tafsir Kajian Atas Qs. At-Taubah/ 9: 44-45”. Dalam skripsi ini, mengkaji dua ayat dari surah at-Taubah dengan menggunakan perbandingan delapan kitab tafsir baik dari segi mazhab fiqh, aliran teologi, dan corak tafsirnya.

Memahami dua ayat di atas jihad secara umum ini, para ulama memiliki perselisihan pendapat dari depan kitab tafsir yang dambil oleh penulis ini.23

Kelima, skripsi yang ditulis oleh Mohamad Subhan dengan judul

“Perspektif Jihad Dalam Pendidikan Menurut Prof. Dr. Hamka”. Dalam skripsi ini, lebih mengarah dalam segi jihad bidang pendidikan. Jihad tidak hanya mengangkat senjata bahkan jihad juga dapat dilakukan dalam bentuk apapun, salah satunya jihad dalam bidang pendidikan.24

Keenam, skripsi yang ditulis oleh M. Kholilur Rohman Fanani dengan judul “Jihad dalam Al-Qur’an (Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu)”.

Dalam skripsi ini, mengarahkan kata jihad yang dimaknai dengan menggunakan semantik oleh Toshihiko Izutsu dalam surah al-Furqon: 52, al-Nahl: 110, dan al-Ankabut : 6, 69 pada saat periode Mekkah. Jihad saat periode Mekkah dilakukan bukan dengan perang tetapi mencurahkan segala kemampuan menghadapi orang-orang musyrik, karena saat itu umat Islam dalam keadaan lemah dan belum memiliki kekuatan fisik.25

Ketujuh, skripsi yang ditulis Luthfi Nur Afifah dengan judul “Konsep Al-Qur’an Mengenai Jihad dalam Bidang Pendidikan: Analisis Tafsir al- Azhar Karya Hamka”. Dalam skripsi ini, lebih fokus pada tiga poin dan ayat-ayat yang terkait dengan poin tersebut dengan menggunakan tafsir al- Azhar. Pertama konteks kerja keras dalam menuntut ilmu dari surah al-

23 Lia Lianti, Jihad dalam Tafsir Kajian Atas Qs. At-Taubah (9) : 44-45, (Skripsi, S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2019).

24 Mohamad Subhan, Perspektif Jihad Dalam Pendidikan Menurut Prof. Dr.

Hamka, (Skripsi, S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta, 2015).

25 M. Kholisur Rohman Fanani, Jihad dalam Al-Qur’an (Perspektif Semantik Toshihiko Izutsu, (Skripsi, S1 Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta, 2019).

(30)

Ankabut: 6. Kedua konteks berjuang menegakkan al-Qur’an dari surah al- Furqon: 52. Ketiga konteks bekerja keras melawan hawa nafsu dari surah al-Hajj: 78.26

Kedelapan, skripsi yang ditulis oleh Sinarman dengan judul “Konsep Jihad Menurut Al-Qur’an: Studi Makna Jihad Menurut M. Quraish Shihab”. Dalam skripsi ini, M. Quraish Shihab menafsirkan makna jihad yaitu mencurahkan segala kemampuan atau menanggung pengorbanan dan bersungguh-sungguh, kedua makna tersebut berkaitan: a) Objek dan sasaran jihad. Meliputi jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan setan, jihad melawan orang-orang kafir, melawan orang-orang musyrik dan jihad melawan orang-orang munafiq, b) Sarana jihad. Meliputi jihad dengan cara yang sesuai/sesuai dengan situasi dan kondisi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, jihad dengan harta benda, jihad dengan jiwa raga, jihad dengan tenaga, jihad dengan pikiran, jihad dengan hati, jihad dengan lisan, jihad dengan tulisan, jihad dengan emosi, jihad dengan al- Qur’an, jihad dengan perang (mengangkat senjata), jihad dengan waktu,dan jihad dengan pengetahuan.27

Kesembilan, skripsi yang ditulis oleh Ridwan dengan judul “Konsep Jihad dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer: Studi Komparatif Pemikiran Ibn Kaṡir dan Buya Hamka”. Dalam skripsi ini, konsep jihad menurut Ibn Kaṡir lebih cocok untuk diterapkan kepada peperangan fisik sesuai dengan keadaan pada masa tersebut. Sedangkan konsep jihad menurut Buya Hamka lebih cenderung ke arah jalan tengah dan memiliki penafsiran yang berbeda-beda dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan

26 Luthfi Nur Afifah, Konsep Al-Qur’an Mengenai Jihad dalam Bidang Pendidikan:

Analisis Tafsir al-Azhar Karya Hamka, (Skripsi, S1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Ponorogo, 2017).

27 Sinarman, Konsep Jihad Menurut Al-Qur’an: Studi Makna Jihad Menurut M.

Quraish Shihab, (Skripsi, S1 Fakultas Dakwah Komunikasi dan Ushuluddin, IAIN Curup, 2018).

(31)

11 dengan jihad. Menurutnya jihad adalah mencurahkan segala kemampuan seperti kerja keras berjuang dan amal untuk membela agama agar kalimat Allah menjadi yang paling tinggi. Dimulai dengan jihad melawan setan lalu melawan kezaliman.28

Kesepuluh, jurnal yang ditulis oleh Ahmad Bazith dengan judul “Jihad Dalam Perspektif Al-Qur’an”. Artikel ini membahas ruang lingkup dari jihad dari periode Mekkah dan periode Madinah. Jihad di sini tidak hanya dimaknai sebagai perang saja, tetapi memiliki makna lainnya.29

Kesebelas, jurnal yang ditulis oleh Ismail Yahya, Muh. Nashiruddin, Abdul Aziz dengan judul “Konsep Jihad ‘Abdullah B. Al-Mubarak dan Jihad Global”. Artikel ini menunjukkan bahwa pemikiran Ibnu al-Mubarak dalam masalah jihad meliputi tentang kedudukan jihad, hukum jihad, keutamaan dan ganjaran bagi mujahid, syahid dan pembagiannya, menjaga wilayah Islam, perang dan Hari Akhir. Dalam hubungannya dengan kemunculan jihad global dewasa ini terlihat tidak ada ketertaitan langsung antara pemikiran Ibnu al-Mubarak dengan pemikiran para hadis global, kecuali bahwa yang pertama dijadikan sebagai role model dan inspirator bagi yang kedua di dalam menggugah semangat jihad.30

Setelah meneliti semuanya, penelitian ini berbeda dengan yang telah disebutkan di atas. Karena penelitian ini mencoba untuk menjelaskan ayat dari term-term jihad menggunakan dua tafsir yakni tafsir Sayyid Quṭb dan tafsir M. Quraish Shihab.

28 Ridwan, Konsep Jihad dalam Perspektif Ulama Klasik dan Kontemporer: Studi Komparatif Pemikiran Ibnu Katsir dan Buya Hamka, (Skripsi, S1 Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, UIN Jambi, 2018).

29 Ahmad Bazith, Jihad Dalam Perspektif Al-Qur’an. Tafsere. Vol. 2, 1, 2014.

30 Ismail Yahya dkk, Konsep Jihad ‘Abdullah B. Al-Mubarak dan Jihad Global.

Misykat. Vol. 1, 1, 2016.

(32)

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis penelitian library research yaitu jenis penelitian kualitatif dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku, literatur-literatur, dan laporan-laporan yang ada sehingga memperoleh data-data yang berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.31 Data diambil dari berbagai sumber tertulis, yakni berupa buku-buku atau dokumentasi dan lain-lain.

2. Metode Pengumpulan Data a. Sumber Data Primer

Data primer merupakan rujukan utama yang menjadi landasan data yang akan dicari dan dianalisis. Data pertama yakni dari kitab tafsir Fī Ẓilāl al- Qur’ān karya Sayyid Quṭb, dan data kedua yakni kitab tafsir al-Miṣbāh karya M. Quraish Shihab. Dua kitab ini yang akan menjadi inti dalam kajian penulis. serta al-Qur’an dan as-Sunnah.

b. Sumber Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pendukung untuk memperkuat dan melengkapi kekurangan yang ada di data primer seperti kitab tafsir lainnya, kitab hadis, buku-buku, kamus, tesis, skripsi, jurnal, dan lain-lain yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dan data-data yang penulis ambil ini berkaitan dengan penelitian penulis.

3. Metode Analisis Data

Objek kajian dalam penelitian ini adalah penafsiran sepuluh surah yang terbagi ke dalam empat tema dari dua tafsir, dengan menggunakan metode muqaran. Selain itu, penulis dalam penelitian ini menggunakan penafsiran yang berbeda corak.

31 Muhammad Nazir, Metode Penulisan, (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2003), h.24.

(33)

13 4. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)”, yang diterbitkan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis membagi ke dalam lima bab yang saling berkaitan antara bab satu dengan bab yang lainnya. Diantaranya;

Bab I berisi pendahuluan. Bab ini mencakup latar belakang masalah, identifikasi, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II berisi uraian tentang ruang lingkup jihad. Bab ini mencakup.

Pertama, pengertian jihad secara umum. Kedua, derivasi jihad dan maknanya. Ketiga, peperangan sebagai jihad. Keempat, term-term lain dari jihad.

Bab III berisi biografi Sayyid Qutb dan M. Quraish Shihab. Bab ini mencakup. Pertama, biografi Sayyid Quṭb dan Profil Kitab Fī Ẓilāl al- Qur’ān yang terdiri dari a) Biografi Sayyid Quṭb diantaranya; 1. Seputar Kehidupan Sayyid Quṭb 2. Karya-Karya Sayyid Quṭb. b) Profil Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān diantaranya ; 1. Historis Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān 2. Sumber dan Metode Penafsiran Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān 3. Corak dan Sistematika Penulisan Kitab Fī Ẓilāl al-Qur’ān. Kedua, biografi M. Quraish Shihab dan Profil Kitab Al-Miṣbāh yang terdiri dari a) Biografi M. Quraish Shihab diantaranya; 1. Seputar Kehidupan M. Quraish Shihab 2. Karya-Karya M.

Quraish Shihab. b) Profil Kitab Al-Miṣbah diantaranya; 1. Histori Kitab Al- Miṣbah 2. Sumber dan Metode Penafsiran Kitab Al-Miṣbah 3. Corak dan Sistematika Penulisan Kitab Al-Miṣbah.

Bab IV berisi tentang analisis ayat dari term-term jihad dalam tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan tafsir Al-Miṣbah. Bab ini mencakup. Pertama,

(34)

klasifikasi ayat-ayat dari term-term jihad. Kedua, penafsiran dan analisis ayat term-term jihad dalam tafsir Fī Ẓilāl al-Qur’ān dan tafsir Al-Miṣbah.

a) Berperang menghadapi serangan dari orang-orang musyrik. b) Tinggalkan riba atau perang melawan Allah SWT dan Rasul-Nya. c) Peringatan bagi kaum mukmin dalam bergaul dengan orang kafir dan menghadapi peperangan. d) Beratnya seorang muslimin untuk berperang

Bab V berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Kesimpulan atas kajian yang terdapat dalam penelitian dan memberikan saran-saran agar peneliti selanjutnya bisa dengan mudah mencari kekurangan dalam kajian ini.

(35)

15 BAB II

RUANG LINGKUP JIHAD A. Pengertian Jihad Secara Umum

Kata jihad dalam Al-Qur’an terulang sebanyak 41 kali dengan berbagai bentuknya.1 Al-Qur’an dan Hadits mendefinisikan jihad dengan makna yang sangat bervariasi. Menurut secara Bahasa memiliki dua arti, jika berasal dari kata ُدْهُجْلا maka bermakna kemampuan (al-T>{aqah) , dan jika asal dari kata ُدْهَجْلا maka memiliki makna kelelahan atau kesulitan (al- Masyaqqah). Sehingga orang yang berjihad di jalan Allah adalah orang yang mencapai kesulitan karena Allah dan meninggikan kalimat-Nya sebagai cara dan jalan menuju surga.

Arti lain dari jihad adalah berjuang dengan sungguh-sungguh seperti firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Ḥajj ayat 78:

ِهِداَه ِج َّقَح ِهَّللا يِف اوُدِهاَجَو َوُه ۚ

ٌُْكاَبَ تْجا اَمَو

َلَعَج ٌُْكْيَلَع ِنيِ دلا يِف

ْنِم ٍجَرَح َةَّلِ م ۚ

ٌُْكيِبَأ ٌَيِهاَرْ بِإ َوُه ۚ

ٌُُكاَّمَس َنيِمِلْسُمْلا

ُلْبَ ق نِم يِفَو اَذََٰه َنوُكَيِل ُلوُسَّرل ا اًديِهَش ٌُْكْيَلَع

اوُنوُكَتَو َدَهُش ُِ اَّنلا ىَلَع َءا اوُميِقَأَف ۚ

َة َلََّصِلا اوُتآَو َةاَكَّزلا ُمِصَِتْعاَو او ِهَّللاِب َوُه ٌُْك َلَْوَم ٌَْعِنَف ۚ

َٰىَلْوَمْلا ٌَْعِنَو ُريِصَِّنلا

“Dan berjuanglah kamu dijalan Allah dengan perjuangan yang sungguh- sungguh”. (Qs. Al-Ḥajj/ 22: 78).2

1 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: MIZAN, 2010), 660.

2 Depatermen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan terjemahnya (semarang:

CV, Toha Putra, 1996), 515.

(36)

Al-Qur’an mengistilahkan kata jihad untuk menunjukkan perjuangan.

Sayangnya, istilah tersebut seringkali disalah pahami dan dipersempit maknanya.3 Suatu keharusan pada masa ini dengan meluruskan pemahaman makna jihad dan termasuk menjadi hal yang sangat penting. Sisi pentingnya terlihat sekali pada masa ini dari berbagai kejadian yang melanda manusia, seperti aksi-aksi kekerasan, pembajakan, peledakan atau yang lainnya.

Yang mana oleh pelakunya dinamakan sebagai jihad atau ditampilkan kepada publik dengan label jihad. Sebagian lainnya menganggap hal tersebut tidak sama sekali bersumber dari aturan jihad menurut syari’at.4

Pengertian jihad dari berbagai para pakar, baik dari pakar ahli Bahasa maupun ahli tafsir berbeda-beda dalam mendefinisikannya diantaranya yaitu:

a. Menurut Kamus

Menurut Kamus Besar Indonesia jihad memiliki tiga pengertian, yaitu:

yang pertama, usaha dengan upaya untuk mencapai kebaikan. Yang kedua, usaha sungguh-sungguh dalam membela agama Allah dengan

mengorbankan harta benda, jiwa dan raga. Dan yang ketiga, perang suci melawan kekafiran untuk mempertahankan agama islam.5

b. Kamus Munawwir

Kata jihad berasal dari kata Juḥud yang memiliki arti kemampuan atau kekuatan, makna jihad sendiri ialah perjuangan.6

3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: MIZAN, 2010), 501.

4 Dzulqarnain M. Sanusi, Antara Jihad dan Terorisme (Makassar: pustaka As- Sunnah, 2011) , 53.

5 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Indonesia, Cet. IV, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 414

6 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia (Yogyakarta: al- Munawwir), 1984, 234.

(37)

17 c. Lisan Al-‘Arab

Ibnu Mandzur menulis dalam lisan al-‘Arab, jihad adalah memerangi musuh, mencurahkan seluruh kekuatan dan kemampuan, baik berupa kata- kata, perbuatan dan segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang.7 d. Menurut Ahli Tafsir dan Para Cendekiawan

Ibn Taymiyyah (W. 728H), Jihad adalah mencurahkan segala upaya.

Yaitu kemampuan dalam menggapai segala sesuatu yang dicintai Allah dan menjauhkan segala yang Allah benci. Dalam pernyataan lainnya beliau mengatakan, jihad adalah bersungguh-sungguh dalam menggapai segala sesuatu yang dicintai Allah berupa keimanan dan amal shaleh serta menjauhi segala yang dimurkai Allah, seperti kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan.8

Imam Al-Mubarak bin Muhammad bin Muhammad Jazari dalam kitab An-Nihayah, jihad berarti berperang dengan orang-orang kafir, dan ini adalah perjuangan secara intensif, dan berarti juga mencurahkan segala tenaga dan kekuatan baik dengan lisan maupun perbuatan. Sedangkan menurut E.W Lane, jihad adalah menggunakan atau mengeluarkan kekuatan atau kemampuan untuk melawan makhluk yang tercela, makhluk yang tercela terdiri dari tiga macam: musuh yang terlihat, musuh yang tidak terlihat (setan) dan nafsu.9

Ibnu Manshur berpendapat, jihad adalah melawan musuh, mengeluarkan segala kemampuan dan kekuatan berupa ucapan, perbuatan atau segala sesuatu yang seseorang mampu. Sedangkan penulis At-Ta’rifat

7 Abu Mandzur, Lisan Arab al- Muhith, juz 1, Dar Lisan Arab, 521

8 Ahmad Ibn Taimiyah Al Harrani, Al ‘Ubudiyah, beirut: Al Maktab Al Islami, 2005, h.94

9 Ali Yasir, Jihad Masa Kini, dalam http://www.aaiil.org

(38)

mendefinisikan jihad sebagai ajakan kepada agama yang benar. al-Ragib al- Asfaḥani mengemukakan jihad ialah mencurahkan semua kekuatan dalam menahan musuh. Jihad itu ada tiga macam yaitu berjuang melawan musuh yang terlihat, berjuang melawan setan dan menghadapi hawa nafsu.10

Menurut Muhammad Chirzin, jihad mempunyai dua makna, makna khusus yang dimaksud dengan “perang di jalan Allah” yang ditunjukan oleh orang-orang yang gugur di medan perang. Sedangkan makna yang umum ialah segala macam usaha yang membutuhkan ridha Allah baik berupa ibadah khusus yang bersifat individual maupun ibadah umum yang bersifat kolektif.11

Beragamnya pendapat para ulama maupun para pakar tentang pengertian jihad dapat disimpulkan bahwa makna jihad tidak hanya diartikan sebagai peperangan ataupun kekerasan. Sebagian menyebutkan makna jihad diartikan sebagai usaha yang bersungguh-sungguh dalam melakukan berbagai tindakan, yang pada akhirnya hanyalah satu yang dituju ialah untuk mendapatkan ridha Allah SWT. Oleh sebab itu jihad akan selalu berlanjut sampai hari akhir. Abu Ja’far At-Ṭaḥawi seorang tokoh mazhab Hanafiyah, mengemukakan dalam matan aqidahnya bahwa jihad dan haji akan terus berlanjut sampai hari kiamat.12

Tidak diragukan lagi bahwa jihad merupakan suatu kata yang mengandung dua makna, makna umum dan khusus. Sebagaimana yang sering ditemukan didalam Al-Qur’an dan hadits.13 Sehingga sangat keliru

10 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Bandung, MIZAN, 2010 h. 40.

11 Muhammad Chirzin, Kontroversi Jihad di Indonesia: Modernism vs Fundamentalism (Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2006).

12 Ibn Abi Al-‘Izz, Syarh Aqidah At-Thahawiyah, Beirut: Al Maktab Al Islami, 1998, h.387.

13 Abul A’la al Maududi, et al, Jihad Fi Sabilillah, Jakarta: Media Dakwah, 1986, ix.

(39)

19 jika menghilangkan salah satu hakikat makna jihad yaitu berjuang dalam membela agama Allah baik dengan seluruh kemampuan, berupa harta maupun jiwa.

Sejarah mencatat ada beberapa kalangan yang berusaha menghapus ajaran jihad pada dunia pendidikan secara khsusus dan dalam agama islam secara umum. Diantaranya yaitu Ahmad Khan seorang keturunan muslim India. Pendapatnya di kemudian hari diadposi oleh aliran Ahmadiyah Qadiyaniyah. Salah satu ideologinya adalah menghilangkan dan meniadakan ajaran jihad.14

Begitu pun dengan Ṭaha Ḥusain yang dikenal dengan seorang penggagas Gerakan Pembaharuan Sastra Arab. Pernyataannya yang cukup ganjil, sebagaimana yang dikemukakan ‘Ali Syakieb seorang guru besar Al Azhar Cairo adalah jihadnya para sahabat Rasulullah SAW di Mesir merupakan salah satu bentuk kolonialisme. Tidak ada bedanya dengan bangsa romawi dan Persia.15

B. Jihad dalam al-Qur’an

1. Derivasi Jihad dan Maknanya

Dalam al- Qur’an banyak sekali kita temukan kata jihad dengan berbagai ragam maknanya.16 Mengingat bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci umat

14 Ali Syahin, Al I’lam Binaqdhi Ma Ja’a Fi Kitab Maqalah Fil Islam (Cairo:

Darut Thana’ah al Muhammadiyah, 1998), 102.

15 Ali Syahin, Al I’lam Binaqdhi Ma Ja’a Fi Kitab Maqalah Fil Islam, 103.

16 Muhammad Fu’ad ‘Abd a;-Baqi, Al-Mu’jam al-Mufahraz li Alfaz al-Qur’an al- Karim, (Kairo: Dar al-Hadith, 1364H), hlm 224-225.

(40)

islam yang diturunkan secara berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa, permasalahan, kondisi dan situasi sebagai proses dialog Antara Tuhan dengan manusia, maka tidak dipungkiri apabila seluruh kata-kata didalam Al-Qur’an mempunyai makna yang berbeda-beda sesuai dengan konteks diturunkannya ayat tersebut. Untuk mengetahui perbedaanya perlu melakukan penyusunan derivasi dari kata tersebut yang terdapat didalam Al-Qur’an, dengan begitu kita dapat mengetahui perbedaan makna dari setiap kata-kata tersebut.

Macam-macam derivasi kata Jihad dalam Al-Qur’an, yaitu:

a. Fi’il Mad{i, terdiri dari 2 bentuk derivasi, yaitu:

a) َدَهاَج, kata tersebut terdapat didalam Surah al-Taubah:

َدَهََٰجَو ِرِخٓ ۡلْٱ ِمۡوَ يۡلٱَو ِهَّللٱِب َنَماَء ۡنَمَك ِماَرَحۡلٱ ِدِجۡسَمۡلٱ َةَراَمِعَو ِ جٓاَحۡلٱ َةَياَقِس ٌُۡتۡلَعَجَأ ِليِبَس ي ِف

َّللٱَو ِۗهَّللٱ َدنِع َنۥُوَ تۡسَي َلَ ِۚهَّللٱ َنيِمِلََّٰظلٱ َمۡوَق ۡلٱ يِدۡهَ ي َلَ ُه

٩١

“apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak

memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (Qs. Al-Taubah/ 9: 19) Pengertian kata Jaḥada dalam ayat ini ialah sebagai pemberitahuan bahwa berjihad di jalan Allah bisa dengan berbagai cara diantaranya memakmurkan Masjidil Haram. Dalam tafsirnya Al-‘Aufi dari Ibn ‘Abbas bahwa arti jahada dalam ayat ini adalah berjihad dijalan Allah bersama Rasulullah SAW.17

17 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid II, 325.

(41)

21 b) ا ْوُدَهاَج , kata tersebut terdapat dalam Surah al-Baqarah dan Surah al- Ḥujurat.

َّللٱ َتَم ۡحَر َنوُجۡرَ ي َكِئََٰٓلْوُأ ِهَّللٱ ِليِبَس يِف ْاوُدَهََٰجَو ْاوُرَجاَه َنيِذَّلٱَو ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ َّنِإ روُفَغ ُهَّللٱَو ِۚه

ٌيِحَّر ٨٩٢

Artinya: sesungguhnya orang-orang yang beriman, otang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah. (Qs. al-Baqarah/ 2: 218)

Digunakannya kata Jaḥadū dalam bentuk Fi’il Maḍi pada ayat ini karena pada zaman itu orang-orang yang berjuang di jalan Allah tidaklah sedikit dan mereka berjihad tiada henti dengan mencurahkan seluruh kemampuan yang mereka miliki sampai tercapai apa yang dituju. Dalam tafsir Ibn Kaṡir, dalam ayat ini sangat erat hubungannya dengan keteguhan hati karena disandingkan dengan kata Ḥājaru (berhijrah) yaitu meninggalkan kampung kelahiran mereka karena pada saat itu diusir oleh orang-orang musyrikin.18 b. Fi’il Mud{ari’, terdiri dari 4 bentuk derivasi:

a. ُدِهاَجُي , terdapat dalam Qs. al-Ankabut/ 29 dan Qs. al-Taubah/ 9.

Dalam Qs. al-Ankabut :

فَنِل ُدِهََٰجُي اَمَّنِإَف َدَهََٰج نَمَو ِهِس ۚ

َّنِإ ۦ َهَّللٱ يِنَغَل ِنَع لٱ َنيِمَلََٰع ۚ

“dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. (Qs. al-Ankabut/ 29: 6).

Makna dari kata yujāḥidu linafsiḥi menurut Ibn Kaṡir yaitu kembalinya amalan yang dikerjakan oleh seorang manusia kepada dirinya sendiri,

18 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid I, 245.

(42)

adapun menurutnya jihad disini adalah berjihad dengan mengerjakan perbuatan baik.19

b. اْوُدِهاَجُي , terdapat dalam Qs. al-Taubah dan Qs. al-Maidah. Dalam Qs. al-Taubah:

َتۡسَي َلَ

ِهِسُفنَأَو ٌِۡهِلََٰوۡمَأِب ْاوُدِهََٰجُي نَأ ِرِخٓ ۡلْٱ ِمۡوَ يۡلٱَو ِهَّللٱِب َنوُنِمۡؤُ ي َنيِذَّلٱ َكُنِذ ْأ ٌُُۢيِلَع ُهَّللٱَو ٌۗۡ

َنيِقَّتُم ۡلٱِب ٤٤

“orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan diri mereka, dan Allah mengetahui orang-orang yang bertaqwa. (Qs. al-Taubah/

9: 44).

Makna jihad dalam ayat ini menurut Ibn Kaṡir di dalam tafsirnya adalah berperang. Menurut Ibn Kaṡir orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tidak akan meminta izin untuk tidak ikut berperang, karena melihat bahwa hal tersebut adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka ketika ada seruan untuk berperang, mereka pasti akan langsung melaksanakannya. Setelah diteliti, jihad berperang tidak hanya dilakukan dalam bentuk mengangkat senjata, tetapi juga bisa dilakukan dengan memberikan sumbangan harta untuk keperluan perang.20

c. َن ْوُدِهاَجُي , terdapat dalam Qs. al-Maidah:

ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّ يَأََٰٓي م ۡوَقِب ُهَّللٱ يِت ۡ

أَي َفۡوَسَف ۦِهِنيِد نَع ٌُۡكنِم َّدَتۡرَ ي نَم ٌُۡهُّ بِحُي ۚ

ٓۥُهَنوُّبِحُيَو ٍةَّلِذَأ

ىَلَع َنيِنِمۡؤُم ۡلٱ ٍةَّزِعَأ

ىَلَع َنيِرِفََٰك ۡلٱ َنوُدِهََٰجُي

ِليِبَس يِف ِهَّللٱ َو َلَ

َنوُفاَخَي َةَمۡوَل َٓلَ

ٌِئ ۚۚ ۚ َكِلََٰذ

ُل ۡضَف ِهَّللٱ ِتۡؤُ ي نَم ِهي ُۚءٓاَشَي ُهَّللٱَو ٌعِسََٰو ٌٌيِلَع ٤٤

19 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid III, 377.

20 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Jilid II, 343.

(43)

23

“yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah (Qs. al-Maidah/ 5: 54).

Menurut Ibn Kaṡir dalam tafsirannya, taat kepada Allah, menegakkan hukum-Nya, memerangi musuh-musuh-Nya, menyeru kepada kebaikan, dan melarang kemungkaran. Ia menjelaskan bahwa ayat ini adalah ayat yang menerangkan tentang sifat Rasulullah SAW yang banyak senyum dan banyak berperang. Orang-orang yang bersamanya seperti sahabat juga memiliki sifat yang sama. Mereka tidak pernah mundur selangkahpun dari pendirian mereka, dan mereka selalu konsisten memegang pendirian tanpa takut dengan siapapun yang mengancam dan mencaci-maki mereka.21

d. َنوُدِهاَجُت , terdapat dalam surah al-Ṣaff:

ۡ يَخ ٌُۡكِلََٰذ ٌُۚۡكِسُفنَأَو ٌُۡكِلََٰوۡمَأِب ِهَّللٱ ِليِبَس يِف َنوُدِهََٰجُتَو ۦِهِلوُسَرَو ِهَّللٱِب َنوُنِمۡؤُ ت ٌر

ٌُۡكَّل ْنِإ ٌُۡتنُك

َنوُمَلۡعَ ت ٩٩

“(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. (Qs. Al-Ṣaff/ 61: 11)

Dalam tafsiran Ibn Kaṡir tidak menjelaskan makna jihad, akan tetapi dalam aspek munasabah al-Ayah dia mengungkapkan bahwa berjihad dengan harta dan jiwa adalah sebuah perniagaan yang menyelamatkan pelakunya dari azab, memasukkan kedalam surga, menghindarinya dari kemiskinan, serta memberikannya kedudukan yang tinggi.22

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa makna jihad dalam Fi’il muḍari’ memiliki arti yang sama, yaitu berjuang dijalan Allah dengan segala upaya yang dimiliki baik dengan tenaga, pikiran, lisan, maupun

21 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid II, 69.

22 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Jilid IV, 333.

(44)

harta. Penambahan huruf ta. Alif, waw dan nun hanya menunjukkan jumlah pelaku jihad itu sendiri tanpa mengubah arti dari makna jihad tersebut.

c. Fi’il amr, terdiri dari 3 bentuk derivasi:

a. ِدِهاَج , terdapat dalam surah al-Taubah:

ْلا َسْئِبَو ۚ

ٌَُّنَهَج ٌُْهاَوْأَمَو ۚ

ٌِْهْيَلَع ْظُلْغاَو َنيِقِفاَنُمْلاَو َراَّفُكْلا ِدِهاَج ُّيِبَّنلا اَهُّ يَأاَي ُريِصَِم

٣٧ ( )

“wahai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. (Qs. Al-Taubah/ 9:

73).

Kata jāḥid pada ayat diatas mengandung kata perintah untuk satu orang yakni, perintah Allah yang tertuju hanya kepada Rasulullah SAW. Dalam tafsiran Ibn Kaṡir arti jihad pada ayat diatas adalah berjihad melawan orang- orang kafir dan munafik dengan bersikap keras kepada mereka, sebagaimana Allah juga memerintahkan untuk bersikap lemah lembut kepada orang-orang mukmin. Untuk menjelaskan maksud bersikap kasar pada ayat ini, Ibnu Mas’ud mengatakan maksud berjihad disini adalah menggunakan dengan tangan, jika tidak mampu, maka memperlihatkan wajah muram. Tafsiran lainnya dari Ibn ‘Abbas mengatakan maksud berjihad pada ayat ini adalah melawan orang-orang kafir dengan menggunakan pedang, dan melawan orang-orang munafik dengan menggunakan lisan, serta tidak menampakkan kelembutan kepada mereka.23 Akan tetapi pendapat diatas tidak bertentangan Antara satu dengan yang lain.

b. ْمُهْدِهَج , terdapat dalam surah al-Furqan:

23 Jalaluddin al-Suyuti, Sarah Imam al-Nasa’i Juz II (Beirut: Dar Kutub al- Ilmiyah, 1991), 280.

(45)

25

َلََف اًريِبَك اًداَهِج ِهِب ٌُهْدِهاَجَو َنيِرِفاَكْلا ِعِطُت

٤٨) (

“maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan al-Qur’an dengan jihad yang besar (Qs. al- Furqan/ 25: 52)

Ditambahkannya ُه ْم pada ayat ini menunjukkan perintah jihad yang tertuju pada seluruh umat Islam, adapun yang ditambahkan ِه setelah ِب perintah berjihad mengindikasi bahwa makna jihad pada fi’il amr dalam ayat diatas adalah berjihad menggunakan al-Qur’an, demikian pendapat Ibnu Kaṡir dalam tafisirnya tentang ayat diatas, yang ia rujuk kepada Ibn

‘Abbas.24

c. ا ْوُدِهاَج , terdapat dalam surah al-Taubah:

ُكَّل ٌرْ يَخ ٌُْكِلََٰذ ِۚهَّللا ِليِبَس يِف ٌُْكِسُفنَأَو ٌُْكِلاَوْمَأِب اوُدِهاَجَو ًلَاَقِثَو اًفاَفِخ اوُرِفنا ٌُْتنُك نِإ ٌْ

َنوُمَلْعَ ت ٤٩) (

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu dijalan Allah. (Qs. al-Taubah/ 9 : 41)

Pada ayat diatas menggunakan kata perintah dalam bentuk jamak yang menandakan bahwa jihad tersebut ditunjukkan kepada seluruh umat Islam agar berjihad bersama Rasulullah SAW. Mengenai sebab turunnya ayat ini, Ibn Kaṡir mengemukakan sebuah kisah yang diceritakan oleh Mu’tamir bin Sulaiman dari ayahnya bahwa ada sekelompok orang yang berpura-pura sakit dan renta, lalu mereka berkata: kami tidak berdosa apabila tidak ikut berjihad dijalan Allah. Maka ayat diatas Allah menyerukan keberangkatan

24 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim Jilid III, 301.

(46)

yang serempak bersama Rasulullah SAW pada perang Tabuk untuk memerangi musuh-musuh Allah.25

d. Mas{dar, terdiri dari 3 bentuk derivasi:

a. ِهِداَه ِج , terdapat dalam surah al-Ḥajj:

َّلِ م ٍۚجَرَح ْنِم ِنيِ دلا يِف ٌُْكْيَلَع َلَعَج اَمَو ٌُْكاَبَ تْجا َوُه ِۚهِداَهِج َّقَح ِهَّللا يِف اوُدِهاَجَو ٌُْكيِبَأ َة

ٌُُكاَّمَس َوُه ٌَۚيِهاَرْ بِإ ْيَلَع اًديِهَش ُلوُسَّرلا َنوُكَيِل اَذََٰه يِفَو ُلْبَ ق نِم َنيِمِلْسُمْلا

َءاَدَهُش اوُنوُكَتَو ٌُْك َلْوَمْلا ٌَْعِنَف ۖ

ٌُْك َلَْوَم َوُه ِهَّللاِب اوُمِصَِتْعاَو َةاَكَّزلا اوُتآَو َة َلََّصِلا اوُميِقَأَف ُِۗ اَّنلا ىَلَع ُريِصَِّنلا ٌَْعِنَو َٰى

٣٢ ( )

“dan berjihadlah kamu dijalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.

(Qs. al-Ḥajj/ 22: 78)

Makna jihad pada ayat ini dalam tafsiran Ibn Kaṡir adalah totalitas perjuangan, baik dengan harta, lisan ataupun nyawa. Adapun arti kata jihadih dalam ayat ini sebagai penguat bahwa jihad harus dilakukan dengan sepenuh hati dan sunguh-sungguh. Menurut Ibn Kaṡir, hal ini sama dengan kata tuqatih dalam Qs. Ali ‘Imran/ 3: 102 ittaqullah haqqa tuqatih (bertakqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa.26

b. َدْهَج , terdapat dalam surah al-An’am:

25 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid II, 342.

26 Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azim (Beirut: Dar Kutub al-‘Ilmiyah,2004), Jilid III, 222.

Referensi

Dokumen terkait

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Identifikasi Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Batasan Masalah ... Manfaat Penelitian ... Struktur Organisasi Skripsi

Latar Belakang www.themegallery.com PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA METODE PENELITIAN PENUTUP

Bab pertama berisi Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab

BAB I Pendahuluan, bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Tinjauan

Bab I pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian signifikansi penelitian, kajian pustaka, landasan

Bab ini berisikan tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,

Bab Pertama: Pendahuluan. Terdiri dari; Latar belakang masalah, Alasan Pemilihan Judul, Penegasan Istilah, Rumusan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Tinjauan pustaka,