• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

H. Sistematika Penulisan

Secara sistematis, skripsi ini terbagi menjadi 5 (lima) bab dan tiap bab dibagi atas beberapa sub bab yang dapat diperinci sebagai berikut :

BAB I : Bab ini terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka (terdiri dari 8 sub bab yaitu pengertian pidana, pengertian tindak pidana, teori pemidanaan, pengertian narapidana, pengertian pembinaan, pengertian pemasyarakatan, pengertian sistem pemasyarakatan, pengertian lembaga pemasyarakatan), metode penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : Bab ini membahas mengenai ketentuan mengenai perlakuan kepada warga binaan di lembaga pemasyarakatan berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku seperti undang-undang dan peraturan pemerintahan.

BAB III : Bab ini membahas mengenai proses pembinaan terhadap narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjungbalai Asahan. Dalam bab ini diuraikan dalam 2 (dua) sub bab yaitu mengenai gambaran umum dan aktivitas pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjungbalai Asahan.

BAB IV : Bab ini membahas mengenai bentuk-bentuk kebijakan perlakuan antara warga binaan hukuman berat dan hukuman ringan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjungbalai Asahan. Dalam bab ini diuraikan dalam 3 (tiga) sub bab yang membahas mengenai Pelaksanaan Pembinaan Pemasyarakatan Klas II B di Tanjungbalai Asahan, Hak dan Kewajiban Warga Binaan di Dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjungbalai Asahan, Pemberian Kebijakan Perlakuan Antara Warga Binaan Hukuman Berat dan Hukuman Ringan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Tanjungbalai Asahan.

BAB V : Bab ini terdiri atas 2 (dua) sub bab yaitu kesimpulan dan saran. Sub bab kesimpulan berisi mengenai kesimpulan terhadap bab-bab yang telah dibahas sebelumnya secara keseluruhan dan sub bab saran berisi mengenai saran yang diberikan penulis terhadap masalah yang dibahas.

BAB II

KETENTUAN MENGENAI PERLAKUAN KEPADA WARGA BINAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

A. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan menyatakan bahwa pemasyarakatan merupakan kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.

Dalam melakukan pemasyarakatan, terdapat sistem pemasyarakatan yang berisikan rangkaian penegakan hukum dalam rangka membentuk warga binaan pemasyarakatanyang bertujuan agar warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.20

Dalam sistem pemasyarakatan terdapat proses pembinaan yang dilakukan terhadap warga binaan, disini penulis mengutamakan pembahasan tentang narapidana. Terdapat sistem pembinaan pemasyarakatan terhadap narapidana yang didasarkan pada Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995, dimana pembinaan tersebut dilaksanakan berdasarkan atas asas :

20 Indonesia, Undang-Undang Pemasyarakatan, UU RI No. 12 Tahun 1995, LN. No. 77 Tahun 1995, Pasal 2.

a) Asas pengayoman

Adalah asas dimana perlakuan terhadap warga binaan pemasyarakatan dalam rangka melindungi masyarakat dari kemungkinan diulanginya tindak pidana oeh warga binaan pemasyarakatan, juga memberikan bekal hidup kepada warga binaan pemasyarakatan agar menjadi warga yang berguna di daam masyarakat.

b) Asas persamaan perlakuan dan pelayanan

Adalah asas dimana pemberian perlakuan dan pelayanan yang sama kepada warga binaan pemasyarakatan tanpa membeda-bedakan orang.

c) Asas pendidikan dan pembimbingan

Adalah asas menyatakan bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan dan bimbingan dilaksanakan berdasarkan Pancasila, antara lain penanaman jiwa kekeluargaan, keterampilan, pendidikan kerohanian, dan memberi kesempatan untuk menunaikan ibadah.

d) Asas penghormatan harkat dan martabat manusia

Adalah asas yang menyatakan bahwa sebagai orang tersesat warga binaan pemasyarakatan harus tetap diperlakukan sebagai manusia.

e) Asas kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan

Adalah asas dimana warga binaan pemasyarakatan harus berada dalam LAPAS untuk jangka waktu tertentu, sehingga negara mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya. Selama di LAPAS, warga binaan pemasyarakatan tetap memperoleh hak-haknya yang lain seperti layaknya manusia, dengan kata lain hak perdatanya tetap dilindungi seperti

29

hak memperoleh perawatan kesehatan, makan, minum, pakaian, tempat tidur, latihan keterampilan, olahraga, atau rekreasi.

f) Asas terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang-orang tertentu

Adalah asas yang menyatakan walaupun warga binaan pemasyarakatan berada di LAPAS, tetapi harus tetap didekatkan dan dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari masyarakat, antara lain berhubungan dengan masyarakat dalam bentuk kunjungan, hiburan ke dalam LAPAS dari anggota masyarakat yang bebas, dan kesempatan berkumpul bersama sahabat dan keluarga seperti program cuti mengunjungi keluarga.

Pembinaan dan pembimbingan terhadap narapidana dilakukan di lembaga pemasyarakatan yang diselenggarakan oleh Menteri dan dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan.21 Pelaksanaan pembinaan kepada narapidana harus melalui proses pendaftaran terpidana yang diterima di Lembaga Pemasyarakatan serta pembebasan narapidana ditanggungjawabi oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan dan pendaftaran ini mengubah status terpidana menjadi narapidana.22 Pendaftaran yang dilakukan kepada terpidana meliputi :

1. Pencatatan, terdiri dari : a) Putusan pengadilan, b) Jati diri, dan

c) Barang dan uang yang dibawa.

2. Pemeriksaan kesehatan.

21 Ibid, Pasal 7 ayat (1).

22 Ibid, Pasal 10.

3. Pembuatan pasfoto.

4. Pengambilan sidik jari.

5. Pembuatan Berita Acara Serah Terima Terpidana.

Dalam rangka pembinaan terhadap narapidana di LAPAS dilakukan penggolongan atas dasar umur, jenis kelamin, lama pidana yang dijatuhkan, jenis kejahatan, dan kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pembinaan.23 Pelaksanaan pembinaan kepada narapidana di dalam Lembaga Pemasyarakatan, narapidana wajib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegitan tertentu.

Pelaksanaan pembinaan kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan juga harus tetap memperhatikan hak-haknya. Dalam Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 dijelaskan bahwa narapidana berhak :

1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya.

2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.

3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.

4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.

5) Menyampaikan keluhan.

6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang.

7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.

8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum/orang tertentu lainnya.

9) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

31

10) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti untuk mengunjungi keluarga.

11) Mendapatkan pembebasan bersyarat.

12) Mendapatkan cuti menjelang bebas.

13) Mendapatan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan, sedangkan pembimbingan adalah pemberian tuntutan untuk meningkatkan kualitas, ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani klien pemasyarakatan. Pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbingan kepribadian dan kemandirian yang meliputi ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan bernegara, intelektual, sikap dan perilaku, kesehatan jasmani dan rohani, kesadaran hukum, reintegrasi sehat dengan masyarakat, keterampilan kerja, latihan kerja dan produksi.

Pembinaan narapidana dilaksanakan melalui tiga tahap pembinaan, tahap awal, tahap lanjutan dan tahap akhir. Pengalihan pembinaan satu tahap ke tahap lain ditetapkan melalui sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pembinaan tahap awal bagi

narapidana dimulai sejak yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana sampai dengan 1/3 (satu per tiga) dari masa pidana, pembinaan tahap awal ini meliputi masa pengamatan, pengenalan dan penelitian lingkungan paling lama satu bulan, perencanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian, pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian, penilaian pelaksanaan program pembinaan tahap awal. Pembinaan tahap lanjutan yang terdiri dari tahap lanjutan pertama dilakukan sejak berakhirnya pembinaan tahap awal sampai dengan setengah dari masa pidana dan tahap lanjutan kedua dilakukan sejak berakhirnya pembinaan tahap lanjutan pertama sampai dengan 2/3 (dua per tiga) masa pidana.

Pembinaan tahap lanjutan ini meliputi perencanaan program pembinaan lanjutan, pelaksanaan program pembinaan lanjutan, penilaian pelaksanaan program pembinaan lanjutan serta perencanaan dan pelaksanaan program asimilasi.

Pembinaan tahap akhir dilaksanakan sejak berakhirnya tahap lanjutan sampai dengan berakhirnya masa pidana dari narapidana yang bersangkutan. Pembinaan tahap akhir ini meliputi perencanaan program integrasi, pelaksanaan program integrasi dan pengakhiran pelaksanaan pembinaan tahanp akhir.

Narapidan dapat dipindahkan dari satu Lapas ke Lapas lain oleh Kepala Lapas apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :24

a. Ada izin pemindahan tertulis dari pejabat yang berwenang b. Dilengkapi dengan berkas-berkas pembinaan

c. Hasil pertimbangan Tim Pengamat Pemasyarakatan

24 Indonesia, Peraturan Pemerintah Pembinaan dan Pembimbingan pada Warga Binaan

33

C. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan bahwa sistem pemasyarakatan bertujuan untuk mengembalikan warga binaan pemasyarakatan sebagai warga yang baik dan melindungi masyarakatterhadap kemungkinan diulanginya tindak pidana oleh warga binaan serta merupakan penerapan dan bagian yang tak terpisahkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Sistem pemasyarakatan menitikberatkan pada usaha perawatan, pembinaan, pendidikan, dan bimbingan bagi warga binaan yang bertujuan untuk memulihkan kesatuan hubungan yang asasi antara individu warga binaan dan masyarakat.

Pelaksanaan pembinaan pemasyarakatan didasarkan atas prinsip-prinsip sistem pemasyarakatan untuk merawat, membina, mendidik dan membimbing warga binaandengan tujuan agar menjadi warga yang baik dan berguna.25

Warga binaan dalam sistem pemasyarakatan mempunyai hak untuk mendapatkan pembinaan rohani dan jasmani, hak untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik keluarganya maupun pihak lain, memperoleh informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik, memperoleh pendidikan yang layak dan sebagainya. Hak-hak tersebut tidak diperoleh secara otomatis melainkan dengan syarat atau kriteria tertentu seperti halnya untuk mendapatkan remisi dan asimilasi harus memenuhi syarat yang telah ditentukan.26

25 Indonesia, Peraturan Pemerintah Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, PP No. 32 Tahun 1999, LN. No. 69 Tahun 1999, Penjelasan Umum alinea 2 dan 3. 26

Ibid, Penjelasan Umum alinea 4 dan 5.

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Dalam melakukan pembinaan kepada narapidana, Lembaga Pemasyarakatan harus memberikan pendidikan, pengajaran, pelayanan kesehatan, dan pembimbingan. Ini semua dilakukan untuk memenuhi semua hak narapidana yang tercantum dalam peraturan ini.

Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha sadar untuk menyiapkan warga binaan masyarakat melalui kegiatan bimbingan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Pelayanan kesehatan merupakan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dibidang kesehatan bagi narapidana di Lembaga Pemasyarakatan. Pembimbingan merupakan pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani.27

Narapidana memiliki hak-hak yang berada di luar pembinaan, yaitu remisi dan pembebasan bersyarat. Remisi merupakan pengurangan masa menjalani pidana yang diberikan kepada narapidana dan anak pidana yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dan pembebasan bersyarat adalah proses pembinaan di luar Lembaga Pemasyarakatan setelah menjalani sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) masa pidananya minimal 9 (sembilan) bulan.28

27 Ibid, Pasal 1 ayat (3), (4), dan (5).

35

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan, seorang narapidana mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Ibadah

Setiap narapidana berhak untuk melakukan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya dan wajib mengikuti program pendidikan dan bimbingan sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

2. Perawatan Rohani dan Perawatan Jasmani

Setiap narapidana berhak mendapat perawatan rohani dan jasmani yang diberikan melalui bimbingan rohani dan pendidikan budi pekerti. Setiap narapidana juga berhak mendapat perawatan jasmani berupa:

a) Pemberian kesempatan melakukan olahraga dan rekreasi.

b) Pemberian perlengkapan pakaian.

c) Pemberian perlengkapan tidur dan mandi.

Narapidana diwajibkan memakai pakaian seragam yang telah ditetapkan.

3. Pendidikan dan Pengajaran

Setiap narapidana berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran dari Lembaga Pemasyarakatan yang bekerja sama dengan instansi pemerintah yang lingkup tugasnya meliputi bidang Pendidikan dan Kebudayaan, dan atau badan-badan kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran bagi narapidana dilaksanakan di dalam Lembaga Pemasyarakatan dan diselenggarakan berdasarkan kurikulum yang berlaku pada lembaga pendidikan yang sederajat serta ditanggungjawabi oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Setiap narapidana yang telah berhasil

menyelesaikan pendidikan dan pengajaran, berhak memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar dari instansi yang berwenang.

4. Pelayanan Kesehatan dan Makanan

Setiap narapidana berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dengan menyediakan poliklinik beserta fasilitasnya dan disediakan sekurang-kurangnya seorang dokter dan seorang tenaga kesehatan lainnya. Pemeriksaan kesehatan dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan dan dicatat dalam kartu kesehatan. Dokter atau tenaga kesehatan lainnya di Lembaga Pemasyarakatan wajib melakukan pemeriksaan jika ada keluhan mengenai kesehatan narapidana dan dilakukan perawatan khusus apabila hasil pemeriksaan kesehatan ditemukan adanya penyakit menular atau membahayakan, jika narapidana memerlukan perawatan lebih lanjut, maka dokter Lembaga Pemasyarakatan memberikan rekomendasi kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan agar pelayanan dilakukan di rumah sakit umum Pemerintah di luar Lembaga Pemasyarakatan dan wajib dikawal oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan dan apabila diperlukan dapat meminta bantuan petugas kepolisian. Kepala Lembaga Pemasyarakatan harus segera memberitahukan kepada keluarga narapidana jika ia sakit dan semua biaya perawatan kesehatan di rumah sakit bagi penderita dibebankan kepada negara.

Narapidana berhak mendapatkan makanan dan minuman sesuai dengan jumlah kalori yang memenuhi syarat kesehatan dan bagi narapidana yang berkewarganegaraan asing bukan penduduk Indonesia, atas petunjuk dokter dapat diberikan makanan jenis lain sesuai dengan kebiasaan di negaranya.

37

Narapidana yang sakit, hamil atau menyusui, berhak mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter dan juga diberikan kepada narapidana yang melakukan jenis pekerjaan tertentu. Anak dari narapidana wanita yang dibawa ke dalam Lembaga Pemasyarakatan ataupun yang lahir di Lembaga Pemasyarakatan dapat diberi makanan tambahan atas petunjuk dokter, paling lama sampai anak berumur dua tahun.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan bertanggungjawab atas pengelolaan makanan untuk narapidana berupa pengadaan, penyimpanan, penyiapan makanan dan memeriksa kebersihan makanan agar terpenuhi syarat-syarat kesehatan dan gizi narapidana serta pemeliharaan peralatan masak, makan dan minum. Pemeriksaan kebersihan makanan dilakukan untuk makanan yang diperoleh narapidana dari luar Lembaga Pemasyarakatan agar tidak menimbulkan gangguan kesehatan, keamanan, dan ketertiban kepada narapidana.

5. Keluhan

Setiap narapidana berhak menyampaikan keluhan kepada Kepala Lembaga Pemasyarakatan atas perlakuan petugas atau sesama penghuni terhadap dirinya yang benar-benar dirasa dapat mengganggu hak asasi atau hak-hak narapidana, yang disampaikan melalui lisan maupun tulisan berdasarkan tata tertib Lembaga Pemasyarakatan.

6. Bahan Bacaan dan Siaran Media Massa

Lembaga Pemasyarakatan menyediakan bahan bacaan, media massa berupa media cetak dan media elektronik untuk menunjang program pembinaan kepribadian dan kemandirian narapidana dan tidak bertentangan

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Izin dari Lembaga Pemasyarakatan diperlukan jika narapidana berkeinginan membawa dan mendapat bahan bacaan atau infomrasi dari media massa dari luar Lembaga Pemasyarakatan.

7. Upah dan Premi

Setiap narapidana yang bekerja berhak mendapatkan upah atau premi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Upah atau premi diberikan kepada yang bersangkutan apabila diperlukan untuk memenuhi keperluan yang mendasar selama berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan atau untuk biaya pulang setelah menjalani masa pidana.

8. Kunjungan

Setiap narapidana berhak menerima kunjungan dari keluarga, penasihat hukum atau orang tertentu lainnya yang dicatat dalam buku daftar kunjungan dan mendapatkan ruangan khusus untuk menerima kunjungan. Pengunjung yang datang menemui narapidana wajib diperiksa dan diteliti keterangan identitas diri serta digeledah dan diperiksa barang bawaannya.

9. Remisi

Setiap narapidana yang selama menjalani masa pidana berkelakuan baik, berbuat jasa kepada negara, melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi negara atau kemanusiaan atau melakukan perbuatan yang membantu kegiatan Lembaga Pemasyarakatan berhak mendapatkan remisi.

10. Asimilasi dan Cuti

Setiap narapidana berhak mendapatkan asimilasi jika telah menjalani pembinaan 1/2 (satu per dua) masa tahanan, dapat mengikuti program

39

pembinaan dengan baik dan berkelakuan baik. Narapidana mendapatkan cuti berupa mengunjungi keluarga dan menjelang bebas dengan wajib memberitahukan kepada Kepala Badan Pemasyarakatan setempat.

11. Pembebasan Bersyarat

Setiap narapidana berhak mendapatkan pembebasan bersyarat setelah menjalani pidana sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari masa pidananya dengan ketentuan 2/3 (dua per tiga) masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan. Narapidana wajib mengikuti semua ketentuan yang berlaku dengan tidak mengulangi melakukan tindak pidana, hidup secara teratur dan tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat atau tidak malas bekerja atau sekolah. Apabila ketentuan ini tidak dipenuhi, maka dapat dilakukan pencabutan pembebasan bersyarat terhadap narapidana.

12. Cuti Menjelang Bebas

Setiap narapidana yang telah menjalani 2/3 (dua per tiga) masa pidana sekurang-kurang 9 (sembilan) bulan berlakuan baik dengan lama cuti sama dengan remisi terakhir yang diterimanya paling lama 6 (enam) bulan, dapat diberikan cuti menjelang bebas oleh Kepala Kanwil Departemen Kehakiman setempat atas usul dari Kepala Lembaga Pemasyarakatan. Cuti menjelang bebas akan berakhir bagi narapidana tepat pada saat bersamaan dengan hari bebas yang sesungguhnya. Pembimbingan dan pengawasan selama cuti menjelang bebas terhadap narapidana dilaksanakan oleh Petugas Badan Pemasyarakatan.

13. Hak-Hak Lain

Hak-hak lain bagi narapidana yang dimaksud antara lain :

a) Hak politik adalah hak menjadi anggota partai politik sesuai dengan aspirasinya.

b) Hak memilih adalah hak diberikan kesempatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam Pemilihan Umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c) Hak keperdataan lainnya adalah hak yang diberikan kepada narapidana berupa surat menyurat dengan keluarga dan sahabat-sahabatnya serta izin keluar Lembaga Pemasyarakatan dalam hal-hal luar biasa yang diberikan oleh Kepala Lembaga Pemasyarakatan.

D. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggungjawab Perawatan Tahanan

Penempatan tahanan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) di tempat tertentu merupakan rangkaian proses pemidanaan yang diawali dengan proses penyidikan, seterusnya dilanjutkan dengan proses peruntutan dan pemeriksaan perkara di Sidang Pengadilan serta pelaksanaan putusan pengadilan di Lembaga Pemasyarakatan. Perawatan tahanan di RUTAN atau LAPAS atau tempat tertentu bertujuan untuk :

1. Memperlancar proses pemeriksaan baik pada tahap penyidikan maupun pada tahap peruntutan dan pemeriksaan di muka pengadilan.

2. Melindungi kepentingan masyarakat dari pengulangan tindak kejahatan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana yang bersangkutan.

3. Melindungi pelaku tindak pidana dari ancaman yang mungkin akan dilakukan oleh keluarga korban atau kelompok tertentu yang terkait dengan tindak pidana yang dilakukan.29

29 Indonesia, Peraturan Pemerintah Syarat-Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan, PP No. 58 Tahun 1999, LN. No. 112 Tahun

41

Wewenang, tugas dan tanggung jawab perawatan tahanan dilaksanakan di RUTAN oleh Kepala RUTAN atas perintah Menteri Hukum dan HAM.

Pelaksanaan wewenang, tugas dan tanggung jawab perawatan tahanan bisa dilakukan di LAPAS oleh Kepala LAPAS yang bersangkutan yang ditetapkan oleh Menteri. Perawatan tahanan merupakan proses pelayanan tahanan yang dilaksanakan mulai dari penerimaan sampai dengan pengeluaran tahanan dari Rumah Tahanan Negara (RUTAN). Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam RUTAN.

Pejabat yang melaksanakan perawatan tahanan berwenang untuk :

a. Melakukan penerimaan, pendaftaran, penempatan dan pengeluaran tahanan.

b. Mengatur tata tertib dan pengamanan RUTAN.

c. Melakukan pelayanan dan pengawasan.

d. Menjatuhkan dan memberikan hukuman disiplin bagi tahanan yang melanggar Peraturan Tata Tertib.30

Kepala, pejabat dan petugas RUTAN atau LAPAS bertugas untuk melaksanakan program perawatan, menjaga agar tahanan tidak melarikan diri dan membantu kelancaran proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di Pengadilan. Dalam menjalankan tugasnya, wajib memperhatikan:

a. Perlindungan terhadap hak asasi manusia.

b. Asas praduga tak bersalah.

c. Asas pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan dan pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, terjaminnya hak tahanan untuk tetap berhubungan dengan keluarganya atau orang

30 Ibid, Pasal 3.

tertentu, serta hak-hak lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan perawatan tahanan, harus memperhatikan hal-hal yang bersangkutan terhadap tahanan dimulai dari penerimaan, pendaftaran sampai dengan penempatan.

1. Penerimaan

Setiap penerimaan tahanan di RUTAN, LAPAS atau tempat tertentu wajib didaftar dan dilengkapi surat penahanan yang sah yang dikeluarkan oleh pejabat yang bertanggung jawab secara yuridis atas tahanan yang bersangkutan sesuai dengan tingkat pemeriksaan.31

2. Pendaftaran

Pelaksanaan pendaftaran kepada tahanan, harus dilengkapi dengan : a) Pencatatan, yang terdiri dari surat perintah atau surat penetapan

penahanan, jati diri, barang dan uang yang dibawa.

Pencatatan harus dilakukan dalam buku register yang disediakan sesuai dengan tingkat pemeriksaannya.

b) Pemeriksaan kesehatan.

c) Pembuatan pas foto.

d) Pengambilan sidik jari.

e) Pembuatan Berita Acara Serah Terima Tahanan.32

e) Pembuatan Berita Acara Serah Terima Tahanan.32

Dokumen terkait