• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan

Sebagai karya ilmiah penelitian ini memiliki sistematika yang teratur dan saling berkaitan dalam penulisannya agar dimengerti dan dipahami maksud dan tujuannya. Maka dari itu, penulis membagi skripsi ini dalam beberapa bab yang berkaitan antara satu dengan yang lain karena isi dari skripsi ini bersifat berkesinambungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya.

43 Soerjono Soekanto, PENGANTAR PENELITIAN HUKUM, Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia, 1986, Hlm 52.

44 M.Nazir, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2010, hlm 111.

Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

Pada BAB I yaitu Pendahuluan. Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan, yang semuanya berkaitan dengan kepastian hukum permohonan PKPU terhadap anak perusahaan BUMN.

Pada BAB II yaitu dengan judul Kedudukan Hukum Anak Perusahaan BUMN di Indonesia. Di dalam BAB II ini terdiri dari 4 bagian yaitu mengenai pengertian anak perusahaan secara umum maupun anak perusahaan BUMN, kedudukan hukum anak perusahaan BUMN, permasalahan seputar status hukum anak perusahaan BUMN dan kaitannya dengan hukum kepailitan Indonesia dam kepastian hukum dalam hal pengajuan permohonan PKPU terhadap anak perusahaan BUMN.

Pada BAB III dengan judul Pengaturan Permohonan PKPU terhadap Anak Perusahaan BUMN di Indonesia. Pada bab ini, yang menjadi pembahasan penulis adalah mengenai syarat pengajuan permohonan PKPU secara umum, syarat pengajuan permohonan PKPU terhadap anak perusahaan BUMN dan akibat hukum permohonan PKPU terhadap anak perusahaan BUMN.

Pada BAB IV dengan judul Pertimbangan Hukum Dalam Putusan Nomor 15/PDT.SUS-PKPU/2019/PN NIAGA MEDAN. Pada bab ini, yang menjadi pembahasan penulis adalah duduk perkara, pertimbangan hakim dan putusan hakim serta analisa putusan.

Pada BAB V adalah bagian penutup. Pada bab terakhir ini, akan dikemukakan kesimpulan dari bagian awal hingga akhir penulisan skripsi yang merupakan ringkasan dari substansi penulisan skripsi ini, serta saran-saran penulis dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.

BAB II

KEDUDUKAN HUKUM ANAK PERUSAHAAN BUMN A. Pengertian Anak Perusahaan

1. BUMN

Badan Usaha Milik Negara atau BUMN adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk mendeskripsikan perusahaan berbentuk badan hukum (legal entity) yang didirikan oleh negara (pemerintah) untuk melakukan kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan. Dalam BUMN, negara dapat memiliki seluruh atau sebagian saham dari suatu perusahaan.45

Di Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki dua bentuk yakni BUMN Persero dan BUMN Perum. BUMN Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamnya mengejar keuntungan.46 Sedangkan BUMN Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.47

Tujuan dari dibentuknya BUMN juga memang berdasarkan amanat dari pembukaan UUD 1945 yakni untuk memajukan kesejahteraan umum dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia juga merupakan sarana bagi pemerintah untuk

45 Andriani Nurdin, Op.Cit hlm. 52

46 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 Angka 2, LN Tahun 2003, No. 70, TLN 4297.

47 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 Angka 4, LN Tahun 2003, No. 70, TLN 4297.

memajukan perekonomian Indonesia.48 Dalam perkembangan bisnis, BUMN dapat membentuk anak perusahaan untuk dapat mengoptimalkan perannya agar mampu bersaing dengan kompetitif.49

Menurut Pasal 1 Angka 2 Peraturan Menteri BUMN Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi dan Anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (selanjutnya disebut Permeneg BUMN 3/2012) dikatakan bahwa Anak perusahaan BUMN adalah perseroan terbatas yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh BUMN atau perseroan terbatas yang dikendalikan oleh BUMN.50

Sebagian besar saham dari anak perusahaan BUMN biasanya dimiliki oleh perusahaan Induk atau Holding Company. Holding Company atau perusahaan Induk merupakan suatu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih perusahaan lain tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan induk dan anak perusahaan terdapat hubungan subordinasi yaitu perusahaan induk membawahi anak perusahaan.51

Dibentuknya anak perusahaan BUMN itu juga bertujuan untuk:

a. Agar dapat mengoptimalkan perannya dan mampu bertahan dalam perkembangan ekonomi yang semakin terbuka dan kompetitif;52

48 Ibid.

49 Julio Thimotius Kapitan Smaud Natun, Op.cit. hlm 1

50 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi Dan Anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 Angka 2.

51 Julio Thimotius Kapitan Smaud Natun, Loc.cit

52 Ibid.

b. Dapat mengurangi potensi kerugian karena perusahaan induk hanya bertanggung jawab sebatas saham yang dimilikinya di anak perusahaan tersebut;53

c. Dapat memiliki brand atau merek sendiri, misalnya di Indonesia PT.

Pertamina sebagai Holding memiliki anak perusahaan yaitu PT.

Pertamina Training & Consulting yang bergerak di bidang Konsutasi dan Jasa Manajemen;

d. Dapat menarik investor baru yang tidak tertarik dengan Induk perusahaan;

e. Anak perusahaan BUMN juga dapat menetapkan gaya manajemennya sendiri agar sesuai dengan sifat dan lokasi bisnisnya;54

Selain memberikan manfaat, juga terdapat tanggung jawab antara Perusahaan Induk terhadap anak perusahaan BUMN. Kedudukan Perusahaan Induk dalam anak perusahaan BUMN hanyalah sebatas pemegang saham sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang PT Pasal 3 ayat (1) yang menegaskan bahwa Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimilikinya.55

Berdasarkan uraian di atas maka ketika anak perusahaan BUMN mengalami kerugian maka itu hanya merupakan kerugian anak perusahaan BUMN dan bukan merupakan kerugian negara karena anak perusahaan BUMN

53 Siti Anisah, “Holding BUMN: Masalah & Implikasi Hukum Induk & Anak Perusahaan”, Ius Quia Iustum Law Journal, Vol 05, (2017).

54 Edward A Haman, “The Advantages of a Subsidiary Corporation”, https://info.legalzoom.com/article/advantages-subsidiary-corporation (diakses pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul 12:46).

55 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 3 ayat (1), LN Tahun 2007, No. 106, TLN 4756.

telah berbentuk Perseroan Terbatas. Dimana akibat hukum dari Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang memiliki kekayaan sendiri terpisah dari harta pendiri maupun pengurusnya.

2. Anak Perusahaan

Anak perusahaan adalah perusahaan yang dimiliki oleh perusahaan lain, yang biasa disebut dengan induk perusahaan atau Holding company. Perusahaan Induk memegang kepentingan pengendali di anak perusahaan, yang berarti perusahaan Induk memiliki sebagian besar saham dan dapat mengendalikan anak perusahaan tersebut.56

Perusahaan induk terkadang tidak melakukan usaha atau tugas aktif lainnya untuk diri sendiri. Dengan kata lain, perusahaan tidak terlibat dalam pembelian dan penjualan produk dan layanan apapun. Namun, keberadaannya hanya bertujuan untuk memiliki aset dan juga memperoleh kendali atas satu atau lebih anak perusahaan.57

Pembentukan Holding Company juga memiliki beberapa manfaat yaitu:

a. Memiliki kontrol yang besar atas anak perusahaan yang dipimpinnya;

b. Memperkuat posisi perusahaan di pasar;

c. Melindungi aset dari anak perusahaannya;

d. Meminimalisir pajak, misalnya dengan mendirikan perusahaan Induk pada negara lain yang tarif pajak perusahaannya lebih rendah.58

56 James Chen,” Subsidiary”, https://www.investopedia.com/terms/s/subsidiary.asp (diakses pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul 14:22)

57 Holding Company ( A Company that exists for the purpose of owning assets), https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/strategy/holding-company/ (diakses pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul 14:55).

58 Jodie Thomson, “What are the advantages of a Holding Company?”, https://legalvision.com.au/what-are-the-advantages-of-a-holding-company/ (diakses pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul 15:30).

Selanjutnya, ada beberapa cara untuk mendirikan atau membangun Holding Company yaitu:

a. Dengan Mendirikannya sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatakan bahwa untuk mendirikan Perseroan diperlukan minimal dua orang atau lebih dan harus dibuat dalam akta notaris.

b. Dengan mengakuisisi atau pengambil alihan. Pengertian mengenai akuisisi telah dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (11) UU Nomor 40 Tahun 2007 yang mengatakan bahwa akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih saham Perseroan yang mengakibatkan beralihnya pengendalian atas perseroan tersebut. Akuisisi dapat dilakukan sebagian atau keseluruhan. Akuisisi keseluruhan apabila seluruh saham diambil sedangkan akuisisi sebagian bila lebih dari 50% saham yang diambil.

c. Dengan cara pemisahan (spin off). Dalam Pasal 1 Ayat 12 UU Nomor 40 Tahun 2007 dijelaskan bahwa pemisahan adalah perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva dari Perseroan beralih karena hukum kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu) perseroan atau lebih. 59

Pembentukan Holding Company atau Perusahaan Induk juga melahirkan tanggung jawab antara Perusahaan Induk terhadap anak perusahaan. Tanggung jawab antara Perusahaan Induk terhadap anak perusahaan bersifat tanggung jawab

59 Sulistyawati, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia, Jakarta, Erlangga, 2010, hlm. 112.

terbatas atau limited liability. Perusahaan Induk hanya bertanggung jawab sebatas saham yang dimilikinya dalam anak perusahaan sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Namun, prinsip tanggung jawab terbatas atau limited liability ini dapat dikecualikan dengan menggunakan doktrin piercing the corporate veil.60 Doktrin ini dapat mengecualikan prinsip tanggung jawab terbatas apabila dapat dibuktikan bahwa kerugian yang dialami oleh anak perusahaan disebabkan oleh perbuatan dari Perusahaan Induk. Misalnya, menggunakan kekayaan dari anak perusahaan sehingga mengakibatkan kekayaan anak perusahaan menjadi tidak cukup untuk melunasi hutang yang dapat menyebabkan anak perusahaan pailit. Apabila terjadi hal demikian, maka pertanggung jawaban dari Perusahaan Induk dapat ditarik hingga aset pribadi dari Perusahaan Induk tersebut.

B. Kedudukan Hukum Anak Perusahaan BUMN

Anak perusahaan BUMN pada umumnya berbentuk perseroan terbatas biasa dimana mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan Induk BUMN (Holding Company).61 Dari pengertian sebelumnya jelas bahwa anak perusahaan BUMN itu bukanlah merupakan BUMN karena tidak ada modal yang disertakan secara langsung oleh negara melainkan hanya modal dari perusahan BUMN tersebut.62 Karena anak perusahaan BUMN bukanlah merupakan BUMN dan hanya berbentuk perseroan terbatas biasa maka secara yuridis berlakulah segala ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

60 Miranda Chairunnisa, Alvi Syahrin, Tan Kamello, Mahmul Siregar,

“Pertanggungjawaban Perusahaan Induk Terhadap Perusahaan Anak Dalam Hal Terjadinya Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Lingkungan Hidup”, Usu Law Journal No.2, Vol 2. Hlm 35.

61 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengangkatan Anggota Direksi Dan Anggota Dewan Komisaris Anak Perusahaan Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 Angka 2.

62 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 Angka 1, LN Tahun 2003, No. 70, TLN 4297.

terhadap anak perusahaan BUMN tersebut. Walaupun di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak dijelaskan secara eksplisit tentang anak perusahaan BUMN.63

Anak perusahaan BUMN telah dikategorikan sebagai perseroan terbatas biasa yang sama seperti PT pada umumnya. PT pada umumnya merupakan badan hukum mandiri yang menyandang hak dan kewajiban sendiri layaknya manusia pada umumnya. Serta, ia juga dapat digugat dan menggugat di depan pengadilan sebagaimana yang dikatakan oleh Philip I Blumberg di bukunya yakni The law of Corporate Groups: Procedural Law yang dikutip oleh Indah Rahadiyan yakni dikatakan bahwa perseroan itu memperoleh pengakuan untuk “have the capacity in its own name to acquire and hold property, to enter into contracts, to sue and be sued, and to have existence with duration independent of the persons comprising its shareholders”.64

(Terjemahan: mempunyai hak untuk memiliki properti atas namanya sendiri, untuk ikut dalam suatu kontrak atau perjanjian, menggugat maupun digugat di depan hukum serta tetap ada dalam jangka waktu tertentu untuk seluruh pemegang sahamnya).

Selain karakteristik di atas, secara lebih terperinci anak perusahaan BUMN sebagai badan hukum yang mandiri juga memiliki karakteristik yang substantif yang melekat pada dirinya sebagai badan hukum yaitu:

1. Merupakan persekutuan modal

63 Indah Rahadiyan, “Kedudukan BUMN Persero sebagai Separate Legal Entity dalam Kaitannya dengan Pemisahan Keuangan Negara pada Permodalan BUMN”, Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM NO. 4, Vol.20, hlm 631.

64 Ibid.

Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas bahwa anak perusahaan BUMN pada dasarnya adalah perseroan terbatas. Maka berarti anak perusahaan BUMN adalah persekutuan modal, hal ini merupakan penegasan bahwa Perseroan Terbatas tidak mementingkan sifat kepribadian para pemegang saham yang ada di dalamnya. Namun pada kenyataannya tidak semua PT bertujuan untuk menghimpun dana semata dan mengabaikan sifat kepribadian atau hubungan pribadi pemegang saham.

2. Terbatasnya tanggung jawab

Secara yuridis dimana telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas di dalam pasal 3 ayat (1) mengatakan dengan jelas bahwa para pendiri ataupun pemegang saham atau anggota suatu perseroan itu hanya bertanggung jawab sebatas kepemilikan saham di dalam perseroan tersebut dan tidak melebihi saham yang dimilikinya ataupun tidak bertanggungjawab secara pribadi atas kerugian yang terjadi di dalam perseroan.65 Namun, perlu diingat untuk tanggungjawab terbatas ini dalam beberapa kondisi tertentu dapat dikesampingkan dan ditembus dengan doktrin piercing the corporate veil apabila terbukti bahwa kerugian di dalam perseroan tersebut diakibatkan karena kelalaian dari pengurus.66

3. Didirikan berdasarkan perjanjian

Pendirian anak perusahaan BUMN sebagai badan hukum pasti akan mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam hukum perjanjian.

Dengan kata lain dalam pendirian PT, selain tunduk kepada Undang-Undang PT maka tunduk pula pada hukum perjanjian misalnya tunduk pada syarat-syarat

65 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 3 Ayat (1), LN Tahun 2007, No. 106, TLN 4756.

66 Indah Rahadiyan, Op.Cit hlm 629.

sahnya suatu perjanjian menurut pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya perjanjian.67

4. Perpectual Succesion68

Anak perusahaan BUMN sebagai badan hukum yang mandiri menyandang berbagai hak dan kewajibannya sendiri layaknya manusia, maka perubahan kepemilikan saham anggota dalam perseroan tidak berimplikasi pada eksistensi perseroan itu. Misalnya dalam perseroan terbatas yang sudah listing maka pemegang saham berhak mengalihkan saham miliknya kepada pihak ketiga.69

5. Memiliki harta kekayaan sendiri.

Seluruh modal yang telah dimasukkan seluruh pemegang saham kepada anak perusahaan BUMN itu bukan menjadi kekayaan dari pada pemegang saham namun telah berubah menjadi kekayaan dari anak perusahaan BUMN tersebut dan kekayaan dari pada perseroan dapat dijadikan jaminan kepada pihak ketiga untuk kepentingan bisnisnya.70

6. Menjalankan kegiatan usaha.

Anak perusahaan BUMN sebagai perseroan terbatas memiliki tujuan utama yaitu mencari keuntungan lewat kegiatan usaha dengan pihak ketiga.

Menurut Undang-Undang Dokumen Perusahaan, perusahaan didefinisikan sebagai bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba baik yang diselenggarakan oleh orang perseorangan maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau

67 Maulana Hasanudin Hidayat, Op.Cit. Hlm 70.

68 Ibid.

69 Ibid.

70 Rahayu Hartini, Op.Cit hlm 49.

bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Republik Indonesia. 71

7. Modal terbagi dalam saham

Agar suatu perseroan dalam hal ini anak perusahaan BUMN dapat berinteraksi dalam kegiatan bisnis maka diperlukanlah modal. Modal awal anak perusahaan BUMN berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan lalu modal tersebut menjadi kekayaan badan hukum dan bukan menjadi kekayaan dari pendiri. Maka dari itu salah satu ciri yang menonjol dari Perseroan Terbatas adalah kekayaan yang terpisah dari kekayaan pendiri PT tersebut.72

8. Dapat menggugat dan digugat di depan pengadilan.

Anak perusahaan BUMN sebagai badan hukum yang mandiri (separate legal entity) telah menjadi subjek hukum (recht person) yang memiliki konsekuensi yuridis yaitu dapat menggugat dan digugat dihadapan pengadilan.73

Maka menurut uraian di atas, kedudukan hukum anak perusahaan BUMN sama seperti Perseroan Terbatas biasa. Ia dipandang seperti manusia pada umumnya, memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dari harta pengurus dan pendirinya. Serta, ia juga dapat digugat dan menggugat di pengadilan.

71 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, Pasal 1 Angka 1, LN Tahun 1997, No. 18, TLN 3674.

72 Maulana Hasanudin Hidayat, Op.Cit. Hlm 71.

73 Indah Rahadiyan, Loc.Cit.

C. Permasalahan Status Hukum Anak Perusahaan BUMN dan Kaitannya dengan Hukum Kepailitan Indonesia

Di dalam Hukum Kepailitan Indonesia, status hukum dari anak perusahaan BUMN masih tidak jelas. Di satu sisi ada yang mengatakan bahwa anak perusahaan BUMN merupakan BUMN sama seperti induknya dan di sisi lain ada yang mengatakan anak perusahaan BUMN bukan merupakan BUMN dan hanya PT biasa. Hal tersebut bisa dilihat dari putusan dari kedua lembaga tertinggi yang ada di Indonesia yakni Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung dalam Putusan Nomor 21 P/HUM/2017 dalam perkara Uji Materi terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas PP Nomor 44 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada BUMN menyatakan bahwa anak perusahaan BUMN tetaplah menjadi BUMN dan tidak berubah menjadi PT biasa.74

Di sisi lain, Mahkamah Konstitusi berpendapat lain. Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor 01/PHPU-PRES/XVII/2019 dalam perkara Sengketa Pemilihan Presiden tahun 2019 terkait dengan persoalan kedudukan anak perusahaan BUMN mengatakan bahwa anak perusahaan BUMN bukan merupakan BUMN karena tidak ada modal atau saham dari negara yang bersifat langsung yang jumlahnya dimiliki oleh negara.75 Dari uraian di atas, masih terdapat ketidakjelasan terhadap kedudukan hukum anak perusahaan BUMN di Indonesia. Ketidakjelasan ini akan mengakibatkan ketidakpastian hukum pada anak perusahaan BUMN misalnya dalam hal anak perusahaan BUMN digugat

74 Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Nomor 21 P/HUM/2017.

75 Putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Nomor 01/PHPU-PRES/XVII/2019.

pailit atau dimohonkan PKPU. Seperti yang terjadi pada PTPN 1 yang dimohonkan PKPU oleh para kreditornya.

Hakim pada Pengadilan Niaga Medan menolak permohonan PKPU terhadap PTPN 1 dengan alasan bahwa jika permohonan PKPU dikabulkan dan kelak tidak tercapai perdamaian dalam proses PKPU tersebut maka PTPN 1 akan pailit dan mengakibatkan terjadinya sita terhadap seluruh aset dari PTPN 1. Serta, Hakim berpendapat bahwa itu bertentangan dengan Pasal 2 huruf g Undang-Undang Keuangan Negara jo. Pasal 50 Undang-Undang-Undang-Undang Perbendaharaan Negara karena menurut Hakim yang mengadili kasus ini PTPN 1 adalah BUMN dan apabila PTPN 1 pailit maka akan terjadi sita terhadap seluruh aset PTPN 1 yang dimana aset itu merupakan aset negara.76 Padahal, jika melihat kepada pengertian BUMN yang dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara pada pasal 1 angka 1 dikatakan bahwa Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.77 Berdasarkan definisi tersebut maka suatu entitas baru dapat dikatakan BUMN apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :

1. Merupakan badan usaha

Badan usaha di sini tidak penting berbentuk badan hukum ataupun tidak berbentuk badan hukum, yang terpenting adalah badan usaha ini menjalankan usahanya secara tetap dan mencari keuntungan.

2. Seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara.

76 Putusan Pengadilan Niaga Medan, PTPN I v. CV.Tunas Pelita Jaya, Nomor 15/PDT.SUS-PKPU/2019/PN Niaga Medan.

77 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 1 Angka 1, LN Tahun 2003, No. 70, TLN 4297.

Ini adalah poin terpenting yang harus diperhatikan apabila ingin mengkategorikan suatu entitas itu merupakan BUMN atau tidak. Jelas dikatakan pada Pasal 1 angka 1 UU BUMN bahwa BUMN adalah badan usaha yang “seluruh atau sebagian besar modalnya” dimiliki oleh negara.

Untuk memaknai lebih jelas dari frasa “seluruh atau sebagian” maka Undang-Undang BUMN membagi dua bentuk BUMN yaitu:

a. BUMN Persero yaitu BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.78

b. BUMN Perum yaitu BUMN yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keutungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.79

3. Penyertaan modal secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Maksudnya adalah modal BUMN itu harusnya merupakan modal yang diberikan atau disuntikkan oleh Negara secara langsung dan modal yang diberikan itu berasal dari kekayaan negara yang telah dipisahkan. Dengan

Maksudnya adalah modal BUMN itu harusnya merupakan modal yang diberikan atau disuntikkan oleh Negara secara langsung dan modal yang diberikan itu berasal dari kekayaan negara yang telah dipisahkan. Dengan

Dokumen terkait