• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri 10

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari :

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana praktik kerja lapangan mandiri dilakukan. Dimana dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan oleh penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai, struktur organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain.

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan membahas tentang prosedur dan tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. Yang diuraikan Penulis adalah defenisi pajak, kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan tahunan wajib pajak orang pribadi, arti dan fungsi Surat pemberitahuan, jenis formulir Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi, yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Wajib Pajak Orang Pribadi, ketentuan tentang penyampaian Surat Pemberitahyan Tahunan Wajin Pajak Orang Pribadi, Pengecualian dari kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan

Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi, batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak Orang Prinadi.

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang diperoleh, kemudian akan di evaluasi serta memberikan interprestasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini adalah kesimpulan dari uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran penulis yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan selama melaksanakan praktik kerja lapangan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI

A.Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

Menurut data dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai, KPP Pratama Binjai terletak di Jalan Jambi No. 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai didirikan pada tanggal 29 Maret 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 94/KMK-01/1994. Adapun wilayah kerjanya adalah sebagai berikut :

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat c. Kabupaten Deli Serdang

• Kec. Labuhan Deli • Kec. Sunggal • Kec. Pancur Batu • Kec. Hamparan Perak • Kec. Sibolangit

• Kec. Kutalimbaru d. Kabupaten Tanah Karo

aah mengkoordinir seluruh tugas-tugas pada Seksi Waskon. Dan Kepala Seksi Waskon dibantu oleh Account Representative (AR). Tugas dari Account Representative adalah melaksanakan tugas-tugas teknis pada Seksi Waskon, seperti:

a) Memberikan penjelasan tentang kegiatan administrasi perpajakan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak.

b) Menjadi tempat konsultasi dan konseling para wajib pajak.

c) Membuat surat-surat, seperti surat teguran, surat ucapan terima kasih, surat pemberitahuan kepada wajib pajak, dan lain sebagainya.

d) Memeriksa Surat Pemberitahuan (SPT) yang disampaikan wajib pajak. e) Mendisposisikan surat-surat, seperti surat masuk dan surat keluar.

f) Memberikan aturan kepada wajib pajak untuk menghitung pajak dan mengisi Surat Pemberitahuan (SPT).

g) Membuat data base Wajib Pajak.

Seksi Waskon pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dibagi menjadi 3 (tiga) bagian:

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

Pada prinsipnya tugas dari ketiga seksi tersebut adalah sama dan yang membedakan hanyalah pembagian wilayah kerjanya. Hal ini diberlakuakan dengan tujuan untuk mempermudah dan membantu tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pajak (KPP) Pratama Binjai.

1. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Dalam istilah perpajakan di Indonesia, Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang saham/ pemilik dan pegawai, wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/ atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/ atau pertokoan. Kegiatan Ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai melalui Seksi Ekstensifikasi perpajakan.

2. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan terdiri dari seorang Kepala Seksi Penagihan yang tugasnya adalah mengkoordinasikan urusan penatausahaan piutang pajak, penagihan, penundaan dan angsuran, serta pembuatan usulan penghapusan piutang pajak berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepala Seksi penagihan membawahi koordinator pelaksana yang tugasnya adalah:

a. Melakukan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Melakukan penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Sita, Urusan Lelang, dan dukungan penagihan lainnya berdasarkan ketentuan yang berlaku.

3. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan terdiri dari seorang Kepala Seksi Pemeriksaan yang tugasnya adalah:

a. Mengkoordinir penyusunan rencana pemeriksaan. b. Melakukan pelaksanaan pemeriksaan dan,

c. Penerbitan serta penyaluran Surat Perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

4. Kelompok Pejabat Fungsional

Kelompok fungsional memiliki tugas antara lain:

a. Melakukan pemeriksaan sederhana lapangan atau pemeriksaan lengkap. b. Melakukan pemeriksaan sederhana kantor.

c. Membuat Nota Penghitungan (Nothit) pajak, Daftar Kesimpulan Hasil Pemeriksaan (DKHP) dan alat keterangan (alket).

Tabel II.I

Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

SEKSI JUMLAH

Kepala Kantor 1 orang

Sub Bagian Umum 8 orang

Pengolahan Data dan Informasi 8 orang

Seksi Pelayanan 10 orang

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 9 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 8 orang Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 7 orang

Seksi Penagihan 5 orang

Seksi Pemeriksaan 5 orang

Jumlah seluruh pegawai 83 orang

Gambar II.2

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BINJAI

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai tahun 2014 KASUBBAG UMUM SEKSI WASKON III KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL SEKSI PEMERIK SEKSI EKSTENSI FIKA SI SEKSI WASKON I SEKSI WASKON II SEKSI PELAYA SEKSI PDI SEKSI PENA -KEPALA KANTOR

B.Visi dan Misi

1. Visi

Sebagaimana yang telah disepakati bersama visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.

Visi tersebut merefleksikan cita-cita Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai menjadi suatu institusi yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif dan efisien. Sehingga mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa segala eksistensi dan kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan mampu memenuhi harapan masyarakat serta dalam menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji. Selain itu memiliki kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

2. Misi

Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah “Menghimpun penerimaan pajak Negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.

Misi tersebut merupakan suatu pernyataan tujuan keberadaan, tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab Kantor Pelayanan Pratama Binjai sebagai penghimpun penerimaan negara di bidang perpajakan.

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Defenisi Pajak

1. Defenisi Pajak Menurut Undang-Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (1)

Ditinjau dari sejarahnya masalah pajak ini sudah ada sejak dulu kala walaupun pada saat itu belum dinamakan pajak namun masih merupakan pemberian sukarela dari rakyat kepada pemerintahnya. Perkembangan selanjutnya pemberian itu bersifat wajib dan ditetapkan secara sepihak oleh negara. Dengan kata lain pajak yang semula berupa pemberian berubah menjadi pungutan. Hal ini wajar karena Negara membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pengeluaran rutin Negara dan dana pembangunan nasional demi meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Menurut Undang- Undang KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat (1)

Secara umum, pajak adalah Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengar tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Menurut Prof.Dr. Rahmat Soemitro, SH

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi:

Pajak adalah peralihan kekayan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai rutin dan “surplus”nya digunakan untuk public Saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai Public investment.

3. Menurut S.I Djajadiningrat

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian kekayaan kepada kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

B. Pengertian Pajak Penghasilan.

Menurut Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang PPh Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak baik yang berada di

Indonesia maupun diluar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Pajak Penghasilan (PPh) adalah suatu pungutan resmi menurut Undang-Undang yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak, dan digunakan untuk kepentingan Negara bagi masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 dan diubah lagi menjadi Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2002 dan terahir Undang-Undanga Nomor 36 Tahun 2008.

C. Subjek Pajak Penghasilan.

Pajak Penghasilan (PPh) adalah orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak, badan, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT).

D. Objek Pajak Penghasilan

Objek Pajak Penghasilan (PPh) adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk:

1. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan;

2. . Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan; 3. . Laba usaha;

4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal; b. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan

lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu atau anggota;

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengembalian usaha;

d. Keuntungan karena pengalihan berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah atau dalam garis keturunan lurus atau derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;

6. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;

7. Deviden dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

8. Royalty

9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

10.Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

11.Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing; 12. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; 13. Premi asuransi;

14. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

15. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

E. Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Setiap warga Negara yang mempunyai penghasilan lebih dari penghasilan tidak kena pajak, wajib membayar pajak penghasilan (PPh). Sebagai pembayar pajak yang baik, tentunya harus memiliki identitas sebagai wajib pajak yaitu Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP). Bagi setiap orang pribadi yang sudah memiliki NPWP maka orang tersebut mempunyai kewajiban menyampaikan SPT Tahunan. Kewajiban ini adalah bagian dari kepedulian masyarakat terhadap bangsa dan negaranya.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada bulan januari 2008 sampai dengan maret 2009 dan menyampaikan SPT tahunan 2008 melebihi batas waktu 31 maret 2009, dibebaskan dari pengenaan sanksi keterlambatan pelaporan SPT tersebut. Dan mulai tahun ini Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Tahunan di seluruh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di wilayah Indonesia. Kantor pajak yang menerima SPT Tahunan Wajib Pajak yang terdaftar pada Kantor pajak lain nantinya akan langsung mengirimnya ke kantor pajak tempat Wajib Pajak terdaftar.

F. Arti Dan Fungsi SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh orang pribadi adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak orang pribadi untuk melaporkan identifikasi diri, harta, kewajiban/utang, penghasilan dan perhitungan serta pembayaran pajak setiap tahun. Fungsi SPT Tahunan PPh orang pribadi adalah sebagai sarana wajib pajak untuk menetapkan sendiri besarnya pajak yang terutang, dengan cara:

1. Melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya.

2. Melaporkan pembayaran pajak yang telah dilaksanakan sendiri dalam satu tahun pajak/bagian tahun pajak.

3. Melaporkan pemotongan/pemungutan pajak yang dilakukan oleh pihak lain dalam satu tahun pajak.

4. Melaporkan penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak.

5. Melaporkan harta dan kewajiban.

G. Jenis Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Terdapat dalam Pasal 3 Ayat (6) Undang-Undang KUP Tahun 2009.

SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi terdiri dari:

1. Formulir SPT Tahunan 1770 diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari usaha dan/atau pekerjaan bebas.

2. Formulir SPT Tahunan 1770S diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan dari satu pemberi kerja (sebagai karyawan) atau lebih dan/atau penghasilan lainnya yang bukan dari usaha atau pekerjaan bebas.

3. Formulir SPT Tahunan 1770SS diisi oleh orang pribadi yang memiliki sumber penghasilan hanya dari satu pemberi kerja yang jumlah bruto penghasilan setahun tidak melebihi Rp. 60.000.000,- dan tidak mempunyai penhasilan lainnya kecuali dari bunga bank dn bunga koperasi.

H. Jenis SPT

1. SPT Tahunan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Tahun Pajak.

2. SPT Masa adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak yang terutang dalam suatu Masa Pajak atau pada suatu saat.

I. Yang Wajib Menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Yang wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh orang Pribadi adalah wajib pajak dalam negeri dan warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

1. Wajib Pajak orang pribadi yang menerima atau memperoleh penghasilan dari kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas.

2. Wajib pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain-lain

3. Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan lain dari luar penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan, dan atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan , jasa, atau kegiatan dari satu pemberi kerja.

5. Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), anggota ABRI dan pegawai BUMN/BUMD sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1996. 6. Warga Indonesia yang bekerja pada perwakilan Negara asing dan perwakilan

organisasi internasional.

7. Orang asing yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau orang yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

8. Masing-masing suami istri yang dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) secara terpisah dalam hal suami istri telah hidup berpisah.

9. Dikehendaki secara tertulis oleh suami/istri berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

Dengan demikian suami maupun istri wajib memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sendiri dikecualikan dari kewajiban untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh adalah wajib pajak orang pribadi yang belum memiliki NPWP, yang penghasilan nettonya tidak melebihi jumlah penghasilan tidak kena pajak.

J. Ketentuan Tentang Penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Dalam hal penyampaian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:

Penyampaian SPT secara manual oleh Wajib Pajak dapat dilakukan:

- Secara langsung dating ke KPP/KP2KP atau tempat lain yang ditentuan (Drop Box, Pojok Pajak, Mobil Pajak Keliling);

- Melalui pos dengan pengiriman surat atau;

- Dengan cara lain yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat atau e-Filling melalui penyedia jasa atau ASP (Application Service Provider).

2. Secara Elektronik (e-SPT).

Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filling) melalui perusahaan SAP (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak yang telah menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filling), wajib menyampaikan induk Surat Pemberitahuan yang memuat tanda tangan basah dan surat setoran pajak (bila ada) serta bukti penerimaan secara elektronik kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar melalui kantor pos secara tercatat atau disampaikan langsung, paling lama 14 hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahua.

Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik dapat dilakukan selama 24 jam dan 7 hari seminggu. Surat Pemberitahuan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu.

K. Pengecualian Dari Kewajiban Menyampaikan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Walaupun setiap Wajib Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikan SPT, tetapi terdapat wajib pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT yaitu wajib pajak penghasilan tertentu yang memenuhi kriteria dan pengecualiannya yaitu sebagai berikut:

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Undang-Undang PPh. Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi. 2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan kegiatan usaha atau tidak

melakukan pekerjaan bebas. Wajib Pajak ini dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi.

L. Batas Waktu Penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi.

Menurut Undang-Undang KUP Pasal 3 Ayat (3) Nomor 16 Tahun 2009, SPT Tahunan yang telah diisi dengan benar, lengkap, jelas dan ditandatangani harus disampaikan paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak atau pada tanggal 31 maret. Bagi wajib pajak yang tahun bukunya tidak sama dengan tahun takwim, SPT Tahunan harus disampaikan paling lambat 3bulan setelah tahun buku berakhir.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Tata Cara Penyampaian SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

Surat Pemberitahuan adalah surat yang digunakan sebagai alat komunikasi wajib pajak dalam bidang perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana Wajib Pajak terdaftar. Seorang Wajib Pajak yang bijak dan taat pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya dan mengambil serta melaporkan SPT Tahunannya dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar atau tempat lain yang telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Dalam penyampaian SPT Tahunan ini, terhadap SPT yang telah diisi selanjutnya Wajib Pajak menyampaikan SPT tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP), hal- hal yang perlu diperhatikan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam

menyampaikan SPT Tahunan , yaitu sebagai berikut:

1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi, dan kemudian menyampaikan SPT Tahunan dengan benar, lengkap dan jelas serta menanda tanganinya.

2. SPT Tahunan ditandatangani oleh Wajib Pajak orang pribadi atau orang yang diberi kuasa menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.

3. SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen sebagaimana telah ditetapkan dalam keputusan Menteri Keuangan Nomor 534/KMK.04/2000 tentang bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta tata cara pengambilan, pengisian, dan penandatanganan dan penyampaian Surat Pemberitahuan dan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-214/PJ./2001 tentang keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan dalam Surat Pemberitahuan.

4. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir Surat Pemberitahuan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) atau dengan mengunduh (Download) melalui Website tahun pajak berakhir.

5. Penyampaian SPT Tahunan dapat disampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak meliputi pojok

Dokumen terkait