• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pengertian dalam hal membaca tesis ini, maka penulis membagi tesis ini menjadi 6 bab, yaitu :

BAB I

Dalam bab ini penulis akan berbicara mengenai apa itu kesenian, apa itu Melayu, dan zapin secara garis besarnya saja.

Kesenian adalah ekspresi kebudayaan manusia dan juga salah satu unsur kebudayaan universal manusia. Selanjutnya Melayu dalam pengertian etnik

merupakan salah satu kelompok etnik (atau ras) besar di dunia. Ditinjau dari sejarah persebarannya maka Melayu dapat dikategorikan kedalam, Proto Melayu (Melayu Tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda).

Kemudian yang dimaksud dengan tari adalah salah satu ekspresi budaya yang sangat kaya, tetapi paling sulit untuk dianalisis dan diinterpretasikan. Mengamati gerak laku sangat mudah, tetapi tidak mengetahui maknanya. Tari dapat diinterpretasikan dalam berbagai tingkat persepsi. untuk memahami maksud yang hendak dikomunikasikan dari sebuah tarian, orang perlu tahu tentang kapan, kenapa, dan oleh siapa tari dilakukan. Zapin menurut penjelasan para informan di kawasan budaya Melayu Serdang adalah tari (tandak). Sedangkan para ilmuwan yang telah meneliti zapin pengertiannya ialah seni pertunjukan tari yang diiringi dengan musik zapin. Jadi dari sini didapatlah pengertian etik dan emik. Pengertian

etik itu adalah pandangan orang luar terhadap suatu seni pertunjukan atau budaya, sedangkan emik adalah pandangan orang dalam atau masyarakat pendukung dari suatu kebudayaan itu atau seni pertunjukan itu sendiri. Zapin merupakan salah satu genre dalam seni pentas pertunjukan Melayu yang di dalamnya mencakup musik (rentak atau ritme), tari, serta lagu. Apabila rentak zapin itu didendangkan, maka musik itu dinamakan dengan musik zapin.

Selanjutnya penulis membahas pokok permasalahan di dalam bab ini, adapun permasalahannya antara lain :

1) Bagaimana sejarah zapin Melayu dalam wilayah budaya Serdang?

2) Bagaimana guna dan fungsi zapin Melayu bagi masyarakat Melayu itu sendiri?

3) Sejauh apa struktur musik dan tari zapin yang menjadi identitas orang Melayu?

Selanjutnya yang menjadi tujuan penelitian tulisan ini adalah :

1) Mengkaji kesejarahan seni pertunjukan Zapin Melayu dalam wilayah budaya Serdang, Sumatera Utara.

2) Mengkaji bagaimana guna dan fungsi tari zapin dalam kebudayaan masyarakat Melayu di kawasan budaya Serdang.

3) Mengkaji struktur musik, tari, dan teks lagu Zapin Melayu dalam wilayah budaya Serdang, Sumatera Utara.

Selanjutnya dalam melakukan studi kepustakaan penulis mempelajari literatur yang berkaitan dengan objek pembahasan, antara lain :

1) Mohd Anis Md Nor, dalam bukunya yang berjudul The Zapin Melayu Dance of Johor: From Village to A National Performance Tradition, yang ditulis pada tahun 1990, dalam rangka menyelesaikan program doktoralnya di The University of Michigan, Amerika Serikat.

2) Mohd Anis Md Nor, dalam bukunya yang berjudul “Zapin Melayu di Nusantara”.

3) Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, S.H. (Sultan Serdang atau Kepala Adat Kesultanan Negeri Serdang) dalam artikelnya “Zapin/Gambus di Wilayah Kabupaten Deli-Serdang (Sumatera Utara).

4) Muhammad Takari, di dalam artikelnya “Zapin Melayu dalam Peradaban Islam: Sejarah, Struktur Musik, dan Lirik”.

5) Muhammad Takari dan Heristina Dewi dalam bukunya yang berjudul

Budaya Musik dan Tari Melayu Sumatera Utara.

6) H. Jose Rizal Firdaus, dalam artikelnya “Zapin di Sumatera Utara.”. 7) Muslim dalam artikelnya “Zapin.”.

Selanjutnya landasan teori yang penulis gunakan, antara lain :

1) Teori evolusi kebudayaan yang dikemukakan oleh Alan P.Merriam. 2) Teori difusi yang ditawarkan W.H.R Rivers.

3) Teori fungsi Malinowski, A. Radcliffe-Brown, dan Talcott Parsons. 4) Teori etnosains.

5) Teori Semiotika Ferdinand De Sausurre. 6) Teori weighted scale (bobot tangga nada).

Selanjutnya metode penelitian yang akan digunakan penulis adalah metode penelitian kualitatif berwujud data yang bersifat konsep atau pengertian abstrak dalam meneliti fakta-fakta sosial dengan fokus utama pada sejarah budaya, fungsi dan strukturnya. Dan dalam mengumpulkan data, penulis melakukan kerja lapangan dan kerja laboratorium. Di dalam kerja lapangan ini penulis membaginya dalam empat bagian, yaitu : observasi, wawancara, rekaman, dan kerja laboratorium. Sedangkan kerja laboratorium, semua data yang penulis dapatkan dari studi kepustakaan dan kerja lapangan, diproses dengan cara mengklarifikasikannya sesuai dengan data apa yang penulis perlukan.

BAB II

Dalam bab ini penulis akan berbicara mengenai apa itu etnografi, alam Melayu, dunia Melayu, negara-negara yang berhubungan dengan Melayu itu sendiri seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Pattani Thailand. Kemudian dilanjutkan dengan Kesultanan yang ada di Sumatera Timur, yang terdiri dari : Kesultanan Deli, Kesultanan Serdang, Kesultanan Asahan., dan Kesultanan Langkat.

.Yang dimaksud dengan etnografi adalah jenis karya antropologi khusus dan penting yang mengandung bahan-bahan kajian pokok dari pengolahan dan analisis terhadap kebudayaan satu suku bangsa atau kelompok etnik. Oleh karena itu, untuk mengkaji budaya Melayu misalnya, yang mencakup berbagai negara bangsa, maka seorang antropolog boleh saja memilih etnografi masyarakat Melayu Desa Batang Kuis, atau lebih besar sedikit, masyarakat Melayu Kabupaten Serdang Bedagai, atau masyarakat Melayu Labuhan Batu, dan seterusnya. Kemudian ada pula istilah yang mirip dengan etnografi, yaitu etnologi. Arti etnologi berbeda dengan etnografi. Istilah etnologi adalah dipergunakan sebelum munculnya istilah antropologi. Etnologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya di seluruh dunia, sama maknanya dengan antropologi, yang lebih lazim dipakai dibelakang hari oleh para ilmuwannya atau dalam konteks sejarah ilmu pengetahuan manusia.

Selanjutnya penulis juga akan membatasi masalah dengan pembatasan deskripsi tentang sebuah kebudayaan suku bangsa dalam satu karya etnografi, yang memerlukan metode dalam menentukan asas-asas pembatasan. Selain itu,

dibicarakan juga bagaimana unsur-unsur dalam kebudayaan suatu suku bangsa yang menunjukkan persamaan dengan unsur-unsur sejenis dalam kebudayaan suku-suku bangsa lain. Untuk itu dilakukan perbandingan satu dengan lain. Perlu membuat suatu konsep yang mencakup persamaan unsur-unsur kebudayaan antara suku-suku bangsa menjadi kesatuan-kesatuan yang lebih besar lagi. Konsep itu adalah konsep "daerah kebudayaan" atau culture area.

Sebuah "daerah kebudayaan" atau culture area merupakan penggabungan atau penggolongan (yang dilakukan oleh ahli-ahli antropologi) dari suku-suku bangsa yang dalam masing-masing kebudayaannya yang beraneka warna38. Namun mempunyai beberapa unsur dan ciri mencolok yang serupa. Satu sistem penggolongan daerah kebudayaan sebenarnya adalah suatu sistem klasifikasi yang mengkelaskan beraneka warna suku bangsa yang tersebar di suatu daerah atau benua besar, ke dalam golongan-golongan berdasarkan atas beberapa persaranaan unsur dalam kebudayaannya. Hal ini untuk memudahkan gambaran menyeluruh dalam rangka penelitian analisis atau penelitian komparatif terhadap suku-suku bangsa di daerah atau benua tertentu.

Dokumen terkait